Sei sulla pagina 1di 10

Volume 2, Nomor 1 April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)

ISSN 2623-1581 (Print)

HUBUNGAN KONSUMSI FAST FOOD DAN AKTIVITAS FISIK


DENGAN KEJADIAN OVERWEIGHT PADA SISWA DI SMAN 2
BANGKINANG KOTA TAHUN 2018

Syafriani

Dosen S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

ABSTRAK
Overweight has become a global pandemic around the world and declared by the
World Health Organization (WHO) as the largest chronic health problem.
Overweight or known as obesity is a problem that is quite worrying among
adolescents. This study aims to determine the relationship of fast food
consumption and physical activity with the incidence of overweight in students at
SMAN 2 Bangkinang Kota. The type of research used is quantitative research
with cross sectional design. The population used was all students of class X and
XI IPA SMAN 2 Bangkinang City totaling 420 people. Sampling in this study
used stratified random sampling with a sample size of 65 people. Data analysis
was done by univariate and bivariate with chi-square test and Fisher Exact. The
results showed that 66.2% of respondents were overweight. The proportion of
overweight is more prevalent among respondents who consume fast food (56.9%)
compared to those who rarely consume fast food (9.2%). This shows that there is
a significant relationship between the consumption of fast food and the incidence
of overweight where P = 0,000 [(90% CI (13.21), (3.81), (45.87)]. overweight
does mild physical activity by 30.8%. There is no relationship between physical
activity and the incidence of overweight where P = 0.71 [(90% CI (0.51), (0.097),
(2.72)]. The conclusion of this study is that there is a relationship between
consumption of fast food with the incidence of overweight, while physical activity
has no relationship with the incidence of overweight. It is hoped that the next
researcher will study more complex using different research designs.

Keywords: Physical activity, fast food and overweight

PENDAHULUAN terjadi di Korea Selatan dimana


Overweight merupakan 20,5% penduduknya tergolong
masalah kesehatan dunia dengan overweight. Di Thailand, 16%
jumlah prevalensi yang selalu penduduknya mengalami overweight
meningkat setiap tahun, baik di (Hadi, 2006).
negara maju maupun berkembang. Menurut Kementrian
Prevalensi overweight meningkat Kesehatan Republik Indonesia dari
sangat tajam di kawasan Asia hasil laporan Riset Kesehatan Dasar
Pasifik. Contohnya seperti yang (Riskesdas) tahun 2010 prevalensi

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 9


Volume 2, Nomor 1 April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

kegemukan pada anak 16-18 tahun pangan dengan teknologi tinggi dan
secara nasional masih kecil yaitu memberikan berbagai zat adiktif
1,4%. Sedangkan pada tahun 2013, untuk mengawetkan serta
prevalensi kegemukan pada usia 16- memberikan cita rasa. Jika makanan
18 tahun sebesar 7.3%. Hal ini ini sering dikonsumsi secara terus
menunjukkan bahwa kejadian menerus dan berlebihan,
kegemukan dari tahun ke tahun dikhawatirkan akan berakibat pada
mengalami peningkatan. Apabila terjadinya peningkatan nilai Indeks
dibandingkan dengan batas masalah Massa Tubuh yaitu overweight
gizi masyarakat yang ditetapkan (Soegih dan Wiramihardja, 2009).
Kemenkes yaitu 5.0%, maka masalah Faktor lain yang dapat
kegemukan termasuk masalah mempengaruhi terjadinya overweight
masyarakat. Prevalensi gizi lebih yaitu aktivitas fisik. Aktivitas fisik
pada remaja di Provinsi Riau sebesar remaja meliputi berolahraga,
12% dan di Kabupaten Kampar bermain games atau komputer,
sebesar 12,1% (Riskesdas,2013) menonton televisi dan lama tidur.
Overweight merupakan faktor Menonton televisi termasuk dalam
risiko untuk terjadinya penyakit gaya hidup sedentaris (sedentary
kardiovaskuler, hipertensi, diabetes lifestyle) yaitu gaya hidup santai dan
mellitus dan lain-lain. Remaja yang meminimalisasikan aktivitas fisik.
mengalami overweight memiliki Menonton televisi tergolong kedalam
risiko 2 kali lebih besar untuk aktivitas ringan yang berarti tidak
mengalami obesitas pada saat banyak energi yang terpakai (Lowry,
dewasa (Soegih dan Wiramihardja, et al. 2012).
2009). Berdasarkan uraian diatas,
Masa remaja merupakan maka peneliti tertarik melakukan
masa dimana mudah sekali penelitian tentang hubungan
terpengaruh oleh lingkungan dan konsumsi fast food dan aktivitas fisik
teman dekat. Mudah mengikuti alur dengan kejadian overweight. Setelah
zaman seperti mode dan trend yang dilakukan observasi awal di SMAN 2
sedang berkembang di masyarakat Bangkinang Kota pada kelas X dan
khususnya dalam hal makanan. Pola XI yang berjumlah 420 orang siswa
makan remaja akan menentukan diketahui 51 siswa (12,14 %)
jumlah zat-zat gizi yang dikonsumsi mempunyai status gizi lebih
untuk meningkatkan pertumbuhan (overweight).
dan perkembangannya (Proverawati,
2011). METODE PENELITIAN
Kebiasaan makan remaja kini Penelitian ini menggunakan
tergolong tidak sehat seperti suka penelitian observasional dengan
mengkonsumsi fast food (makanan pendekatan cross sectional.
cepat saji). Fast food dipandang Penelitian ini dilaksanakan pada
negatif karena kandungan gizi tanggal 14-16 April 2018, tempat
didalamnya yang tidak seimbang penelitian dilaksanakan di SMAN 2
yaitu lebih banyak mengandung Bangkinang Kota. Populasi dalam
karbohidrat, lemak, kolesterol, dan penelitian ini adalah seluruh siswa
garam. Makanan tersebut umumnya kelas X dan XI IPA dengan jumlah
diproduksi oleh industri pengolahan siswa 420 orang. Teknik

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 10


Volume 2, Nomor 1 April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

pengambilan sampel dalam antropometri diperoleh dengan cara


penelitian ini menggunakan stratified mengukur berat badan dan tinggi
random sampling. Kriteria inklusi badan langsung. Konsumsi fast food
yaitu siswa dan siswi yang terdaftar dikategorikan menjadi dua yaitu
di SMAN 2 Bangkinang Kota kelas sering (jika n= 67-100%) dan jarang
X dan XI IPA tahun ajaran (jika n < 67%). Aktivitas fisik
2017/2018 dan siswa dengan usia dikategorikan menjadi tiga yaitu
15-18 tahun. ringan (jika nilai PAL 1.40-1.69),
Data dalam penelitian ini sedang (jika nilai PAL 1.70-1.99)
meliputi data primer dan data dan berat (jika nilai PAL 2.00-2.40).
sekunder. Data primer yaitu data Pengolahan data dilakukan
konsumsi fast food, aktivitas fisik dengan menggunakan program
dan data antropometri responden. komputer Statistical Programe for
Data sekunder meliputi data Social Sciencis (SPSS) versi 16.0.
gambaran umum sekolah dan data Analisis data menggunakan Chi-
siswi yang diperoleh langsung dari Square dengan bantuan SPSS dan
SMAN 2 Bangkinang Kota. tingkat kepercayaan 90% dari hasil
Data konsumsi fast food perhitungan statistik dengan nilai
diperoleh dengan cara membagikan probabilitas (P) dan taraf nyatanya
lembar food frequency. Data 0.05 (Sugiyono, 2007).

HASIL PENELITIAN
SMAN 2 Bangkinang Kota bangunan sekolah yaitu ± 8.104 .
berlokasi di Jl.Jenderal Sudirman Jumlah siswa pada tahun ajaran
No. 65 Kelurahan Langgini 2017/2018 yaitu sebanyak 987 orang
Kecamatan Bangkinang Kota dengan jumlah 31 ruang kelas.
Kabupaten Kampar dengan luas
Analisa Univariat
a. Karakteriktik Responden
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden
Persentase
Karakteristik Frekuensi
(%)
Umur
15 tahun 19 29.2
16 tahun 38 58.5
17 tahun 8 12.3
Total 65 100
Jenis
kelamin
Laki-laki 22 33.8
Perempuan 43 66.2
Total 65 100
Kelas
X 42 64.6
XI 23 35.4
Total 65 100

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 11


Volume 2, Nomor 1 April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Sumber: Data primer 2018


Berdasarkan hasil kelamin perempuan yaitu
penelitian Tabel 4.1 sebanyak 43 orang (66.2%).
karakteristik responden Sedangkan karakteristik
menurut umur yang paling responden berdasarkan kelas,
banyak yaitu umur 16 tahun mayoritas adalah kelas X
(58,5%). Untuk jenis kelamin, sebanyak 42 orang (64.6%).
sebagian besar berjenis
b. Distribusi Responden
1. Konsumsi fast food
Tabel 4.2 Distribusi konsumsi fast food
Konsumsi Frekuen Persenta
fast food si se (%)
Sering (≥ 44 66.7
3x/minggu
)
Jarang (< 21 32.3
3x/minggu
)
Total 65 100
Sumber: Data primer 2018
Berdasarkan tabel 4.2 tergolong sering
diketahui bahwa dari 65 mengonsumsi fast food
responden yang diteliti, yaitu sebanyak 44 orang
sebagian responden (66.7%).
2. Aktivitas Fisik
Tabel 4.3 Distribusi aktivitas fisik
Aktivitas Frekuensi Persentase
fisik (%)
Ringan 56 86.2
Sedang 9 13.8
Berat 0 0
Total 65 100
Sumber: Data primer 2018
berat tidak ditemukan.
Berdasarkan Tabel 4.3
Mayoritas aktivitas fisik
diketahui bahwa dari 65
responden yaitu tergolong
responden yang diteliti,
kedalam aktivitas fisik
diperoleh hasil 2 jenis
ringan sebanyak 56 orang
tingkat aktivitas fisik yaitu
(86.2%)
ringan dan sedang,
sedangkan aktivitas fisik

3. Kejadian overweight

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 12


Volume 2, Nomor 1 April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Pada penelitian ini IMT/U dan dirujuk


status gizi overweight berdasarkan standar yang
responden diukur telah ditetapkan oleh WHO
menggunakan pengukuran sebagai parameter untuk
berat badan dan tinggi menetapkan overweight atau
badan untuk memperoleh tidak overweight.
Tabel 4.4 Distribusi kejadian overweight
Overweight Frekuensi Persentase
(%)
Ya 43 66.2
Tidak 22 33.8
Total 65 100%
Sumber: Data primer 2018
Berdasarkan (Tabel sebagian besar responden
4.4) distribusi kejadian mengalami overweight yaitu
overweight diketahui bahwa sebanyak 43 orang (66.2%).
Analisa Bivarat
a. Hubungan konsumsi fast food dengan kejadian overweight
Tabel 4.5 Hubungan konsumsi fast food dengan kejadian overweight
Kejadian Tota P
Konsum overweight l valu
N e
si fast
o
food Y
Tidak
a
n % n % n %
1 Sering 3 5 7 10. 44 67.7 0.
7 7 8 00
2 Jarang 6 9 1 23. 21 32.3
5 1
Total 4 6 2 33. 65 100
3 6 1 9
Sumber: Hasil Uji Chi Square
Berdasarkan Tabel 4.5 sering mengonsumsi fast food
dapat dilihat bahwa jumlah yaitu sebesar 56.9%.
responden yang sering Dari hasil analisa uji
mengonsumsi fast food dan statistik Chi-Square diperoleh
mengalami overweight adalah 2.5 nilai yang signifikan (p<0.05)
kali jumlah responden yang jarang dimana terdapat hubungan yang
mengonsumsi fas food dan tidak signifikan antara konsumsi fast
mengalami overweight. Prevalensi food dengan kejadian overweight
overweight paling banyak di SMAN 2 Bangkinang Kota
ditemukan pada responden yang
.
a. Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian overweight

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 13


Volume 2, Nomor 1 April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Tabel 4.6 Hubungan aktivitas fisik dengan kejadian overweight


Kejadian overweight
N Aktivitas
Tidak Total α
o fisik Ya, overweight
overweight

f % f % N %

1 Ringan 36 55.4 20 30.8 56 86.2 0.71

2 Sedang 7 10.8 2 3.1 9 13.8

Total 43 66.2 22 33.8 65 100

Sumber: Hasil Uji Chi Square

Berdasarkan tabel 4.6 Chi-Square ditemukan satu sel


dapat dilihat bahwa mayoritas dengan nilai expected kurang dari
responden melakukan aktivitas 5, artinya nilai P-value pada uji
fisik ringan yaitu sebesar 86.2%. Chi-Square tidak dapat
Pada tingkat aktivitas fisik ringan digunakan. Dengan demikian,
maupun sedang prevalensi dilakukan uji alternatif
kejadian overweight lebih menggunakan uji Fisher exact.
dominan dibandingkan dengan Diperoleh nilai P-value = 0.71,
yang tidak overweight yaitu artinya hipotesa yang ditegakkan
55.4% dan 10.8%. ditolak (P-value > 0.05) atau tidak
Setelah dilakukan uji ada hubungan antara aktivitas
statistik dengan menggunakan uji fisik dengan kejadian overweight.

PEMBAHASAN
Analisa Univariat
a. Konsumsi fast food Lorna K. Fraser, et al.
Berdasarkan hasil penelitian (2010) mengatakan, salah satu
(Tabel 4.2) dapat dilihat bahwa faktor yang terlibat dalam
dari 65 orang yang diteliti, epidemi overweight yaitu
diperoleh responden yang sering ketersediaan makanan yang
mengonsumsi fast food sebanyak murah, cepat tetapi tidak sehat.
44 orang (67.7%) dan jarang Makanan cepat saji atau fast food
sebanyak 21 orang (32.3%). Dari sudah ada di Southern California
hasil di atas dapat disimpulkan pada tahun 1940-an dan sekarang
bahwa responden yang sering jumlah outlet makanan cepat saji
mengonsumsi fast food tersebut telah meningkat drastis.
persentasenya lebih tinggi Selain itu, fakta lain yang
dibandingkan dengan responden diuraikan dalam penelitian
yang jarang mengonsumsi fast tersebut bahwa anak-anak dan
food. remaja makan 300% lebih
banyak makanan dari restoran

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 14


Volume 2, Nomor 1 April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

dan outlet fast food. Hal ini style dan kemajuan teknologi
mungkin disebabkan oleh yang menyebabkan responden
beberapa perubahan misalnya menggemari permainan yang
orang tua yang sibuk bekerja kurang menggunakan energi
sehingga memiliki lebih sedikit seperti bermain gadget, komputer
waktu memasak untuk keluarga. dan kebiasaan menonton TV.
Dari hasil analisis diketahui c. Overweight
bahwa sebagian besar responden Berdasarkan hasil penelitian
sering mengonsumsi fast food. dapat dilihat bahwa dari 65 orang
Hal ini disebabkan oleh akses responden yang diteliti, sebagian
responden untuk membeli besar responden mengalami
makanan fast food sangat mudah. overweight yaitu sebanyak 43
Fast food mudah diperoleh di orang (66.2%) dan tidak
kantin-kantin sekolah dan juga overweight sebanyak 22 orang
outlet-outlet fast food yang (33.8%).
berdekatan dengan sekolah. Overweight terjadi karena
b. Aktivitas fisik interaksi dari faktor genetik dan
Berdasarkan hasil penelitian lingkungan. Hal ini bukan
dapat dilihat bahwa dari 65 orang semata-mata terjadi karena
responden yang diteliti, peningkatan pemasukan kalori
mayoritas mempunyai tingkat dan kurangnya latihan, tetapi
aktivitas fisik ringan sebanyak overweight terjadi karena
86.2%. Adapun tingkat aktivitas mengonsumsi lebih banyak kalori
fisik berat tidak ditemukan (0%). daripada pembakaran melalui
Menurut Agoes (2003) aktivitas fisik. Saat ini,
dengan meningkatnya overweight pada remaja sudah
mekanisme dan mudahnya sarana menjadi hal yang umum karena
transportasi, orang cenderung muncul dari perilaku yang
sedikit menggunakan tenaga tertanam dari praktik sosial yang
untuk aktivitas sehari-hari. sulit untuk dibatasi (WHO,
Ditambah lagi dengan dampak 2013).
kemajuan teknologi
menyebabkan anak-anak dan Analisa Bivariat
remaja cenderung menggemari a. Hubungan konsumsi fast food
permainan yang kurang dengan kejadian overweight
menggunakan energi, seperti Berdasarkan hasil Uji Chi-
menonton televisi, play station, Square maka diperoleh nilai
atau game di komputer. Selain signifikan (p<0.05) yang
itu, kebiasaan menonton TV menunjukkan bahwa terdapat
berjam-jam dengan menyediakan hubungan yang signifikan antara
berbagai macam cemilan. konsumsi fast foosd dengan
Hasil penelitian ini sejalan kejadian overweight. Dari
dengan pendapat yang analisis juga diperoleh
dikemukakan oleh Agoes (2003), Prevalence Ratio = 13.21 artinya
bahwa sebagian besar responden responden yang sering
melakukan aktivitas fisik ringan mengonsumsi fast food akan
disebabkan oleh sedentary life berpeluang 13.21 kali berisiko

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 15


Volume 2, Nomor 1 April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

menjadi overweight goreng, sate, mie instan,


dibandingkan dengan responden gorengan dan kue. Selain itu,
yang jarang mengonsumsi fast kebiasaan remaja yang
food. berkumpul dengan teman-teman
Hasil penelitian ini sejalan di restorant fast food
dengan penelitian yang dilakukan menyebabkan mereka lebih
oleh Wahyuni (2014) di Akademi memilih makanan cepat saji.
Kebidanan Muhammadiyah Jenis fast food yang paling
Banda Aceh yang menunjukkan digemari oleh responden adalah
bahwa adanya hubungan yang nasi goreng, ayam goreng dan
signifikan antara konsumsi fast gorengan dengan frekuensi 3-7
food dengan kejadian overweight. kali/minggu.
Begitu juga dengan penelitian b. Hubungan aktivitas fisik dengan
yang dilakukan oleh Dwi, dkk kejadian overweight
(2012) di SMAN 9 Semarang Berdasarkan hasil Uji Chi-
yang menunjukkan bahwa Square maka diperoleh nilai
terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) yang
signifikan antara kebiasaan menunjukkan bahwa tidak
konsumsi fast food dengan terdapat hubungan yang
Indeks Massa Tubuh (IMT) signifikan antara aktivitas fisik
dengan p-value=0,04. dengan kejadian overweight.
Adanya hubungan tersebut Meskipun penelitian ini tidak
sesuai dengan pendapat memiliki hubungan yang
Soetjiningsih (2007) bahwa bermakna, akan tetapi persentasi
overweight dapat terjadi kalau responden yang mengalami
asupan kalori berlebihan. overweight dengan aktivitas fisik
Ditambah lagi gaya hidup masa ringan cukup tinggi yaitu sebesar
kini yang suka mengonsumsi fast 55.4%.
food yang berkalori tinggi seperti Tidak adanya hubungan
berbagai jenis olahan ayam dan antara aktivitas fisik dengan
aneka makanan mie. kejadian overweight ini
Menurut asumsi peneliti dikarenakan banyak faktor-faktor
dengan melihat hasil penelitian lain yang mempengaruhi yaitu
dapat disimpulkan bahwa faktor genetik, hormonal, asupan
responden yang sering makanan dan obat-obatan
mengonsumsi fast food akan (Misnadierly, 2007).
mengalami overweight, hal ini Penelitian ini sejalan dengan
dikarenakan fast food yang dilakukan oleh Herizko
mengandung kalori dan lemak Silvano (2013) pada siswa SMA
yang tinggi. Kebiasaan Kolese Loyala Semarang
responden yang sering menunjukkan bahwa tidak ada
mengonsumsi fast food hubungan antara aktivitas fisik
disebabkan oleh sebagian dengan kejadian overweight.
responden tidak sarapan pagi Dimana, mayoritas responden
sehingga menjelang siang mereka melakukan aktivitas fisik sedang
jajan di kantin dan koperasi yang sebesar 57%.
menyediakan nasi goreng, mie

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 16


Volume 2, Nomor 1 April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

Perubahan gaya hidup, 4. Ada hubungan antara


yakni dari traditional life style konsumsi fast food dengan
berubah menjadi sedentary life kejadian overweight pada
style yaitu kehidupan dengan siswa di SMAN 2
aktivitas fisik sangat kurang serta Bangkinang Kota Tahun
penyimpangan pola makan 2018
dimana asupan cenderung tinggi 5. Tidak Ada hubungan antara
energi (lemak, protein dan aktivitas fisik dengan
karbohidrat) dan rendah serat. kejadian overweight pada
Semua itu dianggap bertanggung siswa di SMAN 2
jawab atas kejadian overweight Bangkinang Kota Tahun
(Proverawati, 2010). 2018
Menurut asumsi peneliti
berdasarkan hasil penelitian SARAN
adalah mayoritas responden Diharapkan untuk peneliti
tergolong pada aktivitas fisik selanjutnya untuk meneliti lebih
yang ringan, baik pada siswa kompleks dengan menggunakan
yang mengalami overweight desain penelitian yang berbeda,
maupun pada siswa yang tidak menentukan status overweight
mengalami overweight. Dari menggunakan pengukuran
hasil rekap kuesioner, didapatkan antropometri yang lebih valid,
aktivitas yang sering dilakukan merinci semua aktivitas fisik dan
adalah kebiasaan menonton lamanya aktivitas dilakukan selama
televisi, tidur dengan durasi yang 24 jam kemudian dicocokkan dengan
cukup lama yaitu 7-8 jam, main tabel pengeluaran energi dan
komputer, kebiasaan duduk yang membandingkan konsumsi fast food
lama, bahkan menggunakan pada remaja perkotaan dengan
media komunikasi telepon remaja di pedesaan. Sehingga hasil
genggam yang cukup lama. penelitian jauh lebih sempurna.
Kegiatan tersebut membuat Bagi petugas kesehatan agar
responden cenderung tergolong dapat melakukan melakukan upaya
pada tingkat aktivitas fisik promotif dan preventif terhadap
ringan. masalah overweight, dengan langkah
mengundang ahli gizi untuk
KESIMPULAN memberikan informasi dan edukasi
1. Sebagian besar siswa di khususnya mengenai overweight dan
SMAN 2 Bangkinang Kota menyediakan buku bacaan yang
mengalami overweight. lebih spesifik tentang overweight di
2. Lebih dari separuh siswa di Perpustakaan, serta meningkatkan
SMAN 2 Bangkinang Kota program penanggulangan gizi lebih
tergolong sering pada remaja dengan memberikan
mengonsumsi fast food. pendidikan tentang gizi , khususnya
3. Sebagian besar siswa di tentang efek dari konsumsi fast food,
SMAN 2 Bangkinang Kota dengan menugaskan ahli gizi untuk
melakukan aktivitas fisik memberikan penyuluhan kepada
ringan. remaja di sekolah secara rutin.

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 17


Volume 2, Nomor 1 April 2018 ISSN 2623-1573 (Online)
ISSN 2623-1581 (Print)

DAFTAR PUSTAKA pada Remaja. Nuha Medika.


Agoes, D. (2003). Mencegah dan Yogyakarta.
Mengatasi Kegemukan pada Proverawati dan Kusuma, (2011).
Balita. Jakarta: Penerbit Ilmu Gizi untuk Keperawatan
Puspa Swara. dan Gizi Kesehatan. Nuha
Hadi, H. (2006). Beban Ganda Medika. Yogyakarta.
Masalah Gizi dan Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Implikasinya terhadap Kuantitatif Kualitatif dan
Kebijakan Pembangunan R&B. Bandung: Alfabeta.
Kesehatan Nasional. Diakses Soegih dan Wiramiharja. (2009).
: 2 Januari 2016 Obesitas Permasalahan dan
Kementrian Kesehatan RI Riset Terapi Praktis.
Kesehatan Dasar [Riskesdas] Tarwoto, dkk. (2010). Kesehatan
2013 Remaja Problem dan
Lorna, K.F. et al. The Geography of Solusinya. Jakarta: Salemba
Fast Food Outlets: A Review. Medika.
J Environ Res Public Health. Wahyuni. (2014). Hubungan
2010 Konsumsi Fast Food dengan
Lowry, R. et al. (2012) Association Obesitas pada Remaja di
of Sleep Duration with Akamedi Kebinadan
Obesity among US High Muhammadiyah Banda Aceh.
School Students. Journal of [Skripsi]
Obesity. WHO. World Health Organization.
Misnadiarly, (2007). Obesitas 2010. Phisical Status: The
Sebagai Faktor Risiko Use and Interpretation of
Berbagai Penyakit. Jakarta. Antropometry. World Health
Pustaka Obor Populer. Organization. Geneva.
Proverawati, A. (2010). Obesitas dan
Gangguan Perilaku Makan

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 18

Potrebbero piacerti anche