Sei sulla pagina 1di 72

SOSIOLOGI HUKUM

Oleh
Nurhasan Ismail
KAJIAN HUKUM SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

LAW MUST BE :
 Conceptualist : based on preexisting abstract legal
ORTHODOX JURISPRODENCE principles
NORMALOGI (Law
(Normative Theoritical Study of  General : applied for everyone in all of state territory
as it should be)
Law)  Logic : applied through deductive reasoning
 Apolitical : free from moral + political factors

 Criticism against OJ : (1) artificial + technical processes for


SOCIOLOGICAL JURISPRODENCE domination of state logic; (2) impractical/irrelevant for social
(Normative & Theoritical Study with need
Social Emphasis Roscoe
= Pound)  Law must be : (1) based on society’s actual needs; (2)
oriented to preserve + protect the interests of civilized society
(Soc interests)
 Criticism against OJ : the life of law has not been logic+
SOCIO-LEGAL STUDIES general + apolitical;
(Pragmatic Social Investigation of  Law must be based on practical + changing experience : (1)
consider various competing needs + interests; (2) oriented to
Oliver W.Holmes )
Law in Action= give more useful to a particular society interests in a
particular time
 Reject the Logico-Deductive Syllogism of legal Making-
LEGAL REALISM Implementing
(Study : Reality of Law through  Law must be : (1) in ever-changing process; (2) oriented to
inductive process =Karl N. attain desired actual social ends; (3) developed through
Llewellen ) observation on legal Makers + people do & predict social
impacts of the law
NOMOLOGI
(Law as it is)
 Study about law-in-action from outside of legal life
SOCIOLOGY OF LAW  Study aimed to understands the society life through
(Empirical-Theoritical Study of Law in observing its law
Social Context)  In Short : Study on causal relation between society and
law
● Perilaku Hukum = Respon Aktor Terhadap Sejumlah Faktor Sosiologis
Kondisi Sos-Budaya-Ekonomi –Politik = kontribusi dari bekerjanya hukum

Social
LEGISLASI Forces

PERAT PER
UU-AN

Social
Social Forces
Forces APARAT PE-
LAKSANA MASYARAKAT
HK

Legal conduct = is not only respon of role occupants to legal norm


formerly formulated but also result of taking account to social forces :
economic, politic, and legal culture
Persandingan antara Normalogi dg Nomologi

NORMALOGI NOMOLOGI

Obyek : Norma-Norma hukum Obyek :


Asas-Asas Hukum  Perilaku hukum : Aktual
Tujuan Hukum & Terdokumentasi
 Masyarakat (struktur)
Orientasi : Melakukan Penilaian
Orientasi :
Benar-Salahnya Peri-
laku hukum Membangun Teori
Syaratnya : Syaratnya
 Hukum = bagian sistem
 Memahami hukum
sosial
sec.komprehensif  Perilaku hk = bagian pe-
 Memahami konsis
rilaku sosial
tensi hk
Metode : Metode :
 Preskreptif  Deskriptif
 Deduktif/Sylogisme  Eksplanatif

Teori : Doktrin Hukum Teori : Sosiologi Hukum Klasik


dan Komtemporer
LEGISLATIVE
Basis for interfering &
influencing society’
behavior to achieve
certain goals

INDIVIDU
Basis for conducting & JUDGES
predicting legal conse- Basis for Making Legal
quences of his/her Decision to determinate
behavior certain case

HUKUM

LEGAL COUNSELLOR
JURISTS
Basis for Developing Basis for Giving legal
legal Science or legal advices to his/her
doctrines Clients

MENUNDUKKAN KEHIDUPAN PADA HUKUM


Atau
MENUNDUKKAN HUKUM PADA KEHIDUPAN
HUKUM SEBAGAI OBYEK KAJIAN

 KESENIAN HUKUM
Hukum hanya ditempatkan sebagai“Art of Making dan Implementing Law”. Di dalamnya
mencakup :
a. Teknik :
1). Penyusunan ketentuan Peraturan PerUUan melalui pengubahan ide-ide, keinginan,
dan kepentingan menjadi rumusan norma
2) Penegakan hukum melalui penggunaan logika deduktif dengan Sillogisme untuk
menilai benar tidaknya perilaku
b. Politik Hukum :
1) Menentukan pilihan kepentingan yang menjadi tujuan hukum
2) Menentukan pilihan cara dan prinsip2 pencapaian kepentingan

 FILSAFAT HUKUM
Ini Kajian untuk menjawab hakekat dari hukum, nilai-nilai yang terkandung dalam hukum
(kepastian hukum, keadilan, kemanfaatan, atau moral atau tanpa nilai), dasar kekuatan
mengikat (persetujuan warga, legitimasi pembentuk,), dan pemaksa hukum (aparat negara
+ sumber)

 ILMU PENGETAHUAN
Mengkaji fakta terkait dengan hukum dan lingkungan tempat hukum dibentuk dan
diberlakukan melalui pencatatan dan menerangkan hubungan antara keduanya :
a. Jurisprudence (Ilmu Hukum) : Positive Jurisprudence + Sosiological jurisprudence +
Socio-Legal Approach + Legal Realism
b. Sosiologi hukum
c. Antropologi hukum
d. Sejarah hukum
e. Psikologi hukum
Disinilah Faktor : Doktrin hukum dan Teori Hukum Berperanan
STATUS KEILMUAN SOSIOLOGI HUKUM

SOSIOLOGI HUKUM SEBAGAI CABANG ILMU MUNCUL SEBAGAI RESPON ATAS :


 Penolakan oleh : (1) Sosiologi untuk menjadikan hukum sbg obyek krn hukum bukan
Fakta Sosial; (2) Ilmu Hukum utk menempatkan fakta sosiologis sebagai faktor
berpengaruh krn pola pikir hukum bersifat deduktif, sedang sosiologi bersifat induktif
 Banyaknya persoalan hukum yg memerlukan penjelasan dari struktur masyarakat :
mengapa penegakan hukum kurang efektif atau mengapa terbentuk hukum yg
cenderung menguntungkan kelompok yg mampu
 Banyak persoalan sosial seperti semakin maraknya konflik sosial yang memerlukan
penjelasan dari substansi hukum atau perilaku aparat lembaga hukum

KEMUNCULAN SBG CABANG ILMU


DIILHAMI OLEH TULISAN :
Karl Marx – Max Weber – Emile
Durkheim

DI AMERIKA MULAI DEKADE


1950’an
 Pemikiran dari Sociological DI INDONESIA MULAI
DI EROPAH MULAI BERKEMBANG DEKADE 1950’an
Jurisprodence+Legal Realism+
BERKEMBANG DEKADE 1930’an  Muchtar Kusumaatmaja
Sosio-Legal Studies (awal abad
 Tulisan Eugen Ehrlich (1936) (1957)
20)
 Nicholas S.Timasheff (1939)  Satjipto Rahardjo (1980)
 Penerjemahan tulisan Max
 Georges Gurvitch (1942)  Soerjono Soekanto (1989)
Weber ke dalam bhs Inggeris
 Habermas (1950)  Soetandyo Wignjosoebroto
(1954)
 Philip Selznick (1959)
 William M Evan (1962)
 Donald Black (1972)
 Philippe Nonet (1976)
 Talcott Parson (1977)

OBYEK SOSIOLOGI HUKUM

Ada Kepentingan Bersa ma


dlm kehidupan :
1. Ketertiban Sosial
(Statis)
2. Perubahan Sosial
(Dinamis)
Pengaruh Pola Penge-
lompokan Sosial
MASYARAKAT & Terhadap Hukum : HUKUM
STRUKTUR Horizontal & vertikal
Budaya Hukum Cq. Nilai
Sosial
Pengaruh Perubahan Sosial-
Politik-Ekonomi Terhadap
Hukum
Aspek Sosial Politik
Pemaknaan Hukum
(Soetandyo Wignjosoebroto, 2002,
Hukum : Paradigma,Metode, Dina
mika Masalahnya, Huma, Jkt : 4-8)
ORIENTASI & METODE KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM

 Menemukan penjelasan : (1) peranan yang diberikan oleh hukum terhadap kondisi sosial-
ekonomi-politik dan perkembangannya; (2) kondisi sosial-budaya-ekonomi-politik yang
menjadi faktor penjelas terhadap kondisi substansi & pelaksanaan (penegakan) hukum
 Hakekatnya : Orientasinya adalah “Theory Building ” = pembangunan teori mengenai
pengaruh hukum terhadap kondisi sosial-ekonomi-politik masyarakat atau pengaruh sosial-
budaya-ekonomi-politik terhadap hukum dan perkembangannya.
 Ada 3 (tiga) tingkatan teori yaitu : (1)Small Theory; (2) Middle Theory; (3) Grand Theory

KONSEP Hukum/ KONSEP


Sosiologis Sosiologis/Hukum
(Variabel (Variabel
Berpengaruh) Terpengaruh)

PROPOSISI
Pernyataan ttg hubungan antara kedua
/lebih variabel

METODE
METODE DESKRIPTIF Dukungan TEORI KECIL EKSPLANATIF
Fakta
TEORI-TEORI
SOSIOLOGI HUKUM
SIMBOLISASI KEHIDUPAN SOSIAL MANUSIA

Dalam Mitologi Yunani, ada DEWA JANUS yang bermuka dua

SELALU TERSENYUM SELALU CEMBERUT

 “DWIMUKA” Dewa Janus merupakan simbolisasi dari kehidupan sosial manusia,


yang selalu diwarnai oleh dua kondisi kontradiktif :
 Kondisi harmonis-tertib-berkeseimbangan
 Konflik-ketidaktertiban-ketidakseimbangan
 Kedua kondisi yaitu di satu sisi harmonis dengan sisi lain Konflik saling tarik
menarik untuk saling mendominasi dalam kehidupan sosial manusia sebagai
kelompok.
 Bahkan “Dwimuka” juga menjadi simbol kehidupan individual setiap orang
 Pada saat tertentu, hati nurani manusia merasa aman-tenteram-damai
 Pada saat lainnya, hati nurani dipenuhi amarah+ manusia menakutkan
 Dua kondisi kehidupan sosial manusia inilah melahirkan 2 Teori makro
Sosiologi Hukum yaitu Struktural Fungsionalis dan Teori Konflik
TIPE MASYARAKAT DAN FUNGSI HUKUM

FUNGSI HUKUM
TIPE MASYARAKAT
A. INTEGRASI – KONSENSUS
A. INTEGRASI –KONSENSUS 1.Hk = kerangka kerja yg netral utk “The
1. Adanya Konsensus Nilai Sosial Greatest Total of interests”
2. Memberikan perlindungan thd kepentingan
2. Adanya Kerjasama Mewujudkan yg berbeda dg cara : Pelibatan semua Individu
Kepentingan Seluruh Individu dan /kelompok Dlm Pelaksanaan & Kontrol
kelompok
3.Substansi Hk = Hasil Kesepakatan di antara
3. Konflik Bersifat Sementara Yg Mengarah individu/kelompok
Pada Saling Ketergantungan
B. KONFLIK – PAKSAAN
B. KONFLIK-PAKSAAN 1.Hk = Kerangka kerja dari The Powerful
1. Tidak Ada Konsensus Nilai Sosial 2. Melindungi kepent. yg dikembangkan “the Po
werful” dg cara : Formalisasi kepent. Tsb +
2. Terjadi Persaingan Pemaksimalan pemaksaan ketaatan masy.
Kepentingan Individu atau Kelompok
3.Substansi Hk = Refleksi dari keinginan The
3. Konflik Bersifat Permanen Powerful
TEORI STRUKTURAL-FUNGSIONALIS

 Aliran yang Sangat Mempercayai bahwa kehidupan sosial manusia penuh


diwarnai oleh keharmonisan-ketertiban-keseimbangan sosial
 Konflik-ketegangan-kerusuhan-perilaku menyimpang tetap ada & berlangsung
namun hanya sekedar “kembang” kehidupan sosial manusia
 Fungsi konflik-ketegangan-kerusuhan adalah perangsang bagi perubahan-
kemajuan kehidupan sosial
 Konflik-ketegangan-kerusuhan sosial - perilaku menyimpang menimbulkan
gangguan terhadap keharmonisan sosial social( disorder/disorganization)
 Setiap kelompok/masyarakat/bangsa berupaya mengatasi/mengakhiri
dengan mendorong kreasi-penciptaan :
 Instrumen kelembagaan /teknologi baru;
 Nilai-nilai sosial baru yang lebih sesuai
 Tujuannya : agar tercipta perubahan ke arah terjadinya keharmonisan-
ketertiban-keseimbangan sosial yang baru baik ekonomi-sosial maupun politik
 Peranan yang harus dimainkan oleh hukum + lembaganya
 Menjaga keberlangsungan keharmonisan/ketertiban/keseimbangan sosial
melalui kontrol sosial
 Mengarahkan agar perubahan ke arah kondisi sosial/ekonomi/politik baru
berjalan dengan tertib dan mengarah pada kondisi yang diinginkan
 Mencegah terjadinya kondisi ”anomie” dalam proses terjadinya perubahan
sosial/ekonomi/politik
 Tokoh pendukung dan Varian : Durkheim, Max Weber + Robert K Merton, Talcott
Parson, Friedman>..>>>>>>> Teori Autopoitiesme
TEORI KONFLIK

 Aliran yang tidak mempercayai adanya keharmonisan-ketertiban-keseimbangan


sosial yang sesungguhnya namun meyakini bahwa kehidupan sosial hanya
diwarnai : (1) ketegangan-perseteruan/permusuhan-persaingan antara ”the Haves”
dengan”the Haves-not” , antara yang ”kuat secara sosial-ekonomi-politik” dengan ”
yang lemah”, antara Penguasa dengan yang Dikuasai; (2) perebutan kepentingan
yg menjadi sumber kekuasaan
 Ketegangan-Perseteruan/permusuhan sosial dapat bersifat :
 laten karena masih tersimpan dalam kesadaran individu-individu yang menjadi
anggota/warga kelompok yang berbeda kepentingannya. = Konflik Laten/
Potensial
 manifes ketika ketegangan/perseteruan diujudkan dalam tindakan kongkret
berupa kekerasan terhadap kelompok lain = Konflik Manifes/Aktual
 Keharmonisan-ketertiban-keseimbangan yang tampak hanyalah sebuah ”
Kesemuan”+yang kongkret & abadi adalah Konflik memperebutkan kepentingan yg
mjd sumber kekuasaan baik ekonomi maupun politik
 Kedudukan & Peranan Hukum :
 Hukum hanyalah bagian/produk politik yang menjadi obyek perebutan
 Hukum berisi ketentuan yang menjadi instrumen bagi pemenang perebutan
kekuasaan untuk melindungi kepentingan kelompoknya
 Ungkapan ”the law is only a tool of certain group confidential game designed to
cover up certain group interest”
 Varian : Instrumentalisme hukum, strukturalisme + post modernisme hukum, studi
hukum kritis
PANDANGAN PARA AHLI
SOSIOLOGI HUKUM
KARL MARX

 Kehidupan masyarakat diwarnai oleh kontradiksi-kontradiksi & konflik kepentingan antara : Pemilik
Modal vs Buruh, Penguasa vs Yang Dikuasai, Kelas Atas vs Kelas Bawah
(SUPRASTRUKTUR=BASIS)
 Keteraturan atau keharmonisan dalam masyarakat hanyalah sebuah Ke-Semu-an karena konflik
antar kelompok atau antar kelas terus berlangsung
 Konflik kepentingan mendorong ke arah terjadinya persaingan untuk menguasai kekuasaan Negara
(INFRASTRUKTUR) sebagai Strategi “melindungi” dan “menjaga keberlangsungan” kepentingannya
kelompok atau kelas yang memenangkan persaingan
 POSISI HUKUM = bagian INFRASTRUKTUR yang berfungsi sebagai “instrumen” & sekaligus obyek
persaingan dari kelompok2 untuk :
 Melindungi kepentingan penguasa beserta kelompok pendukungnya
 Menekan dan mengeksploitasi kepentingan kelompok lain dengan cara kriminalisasi
 Kelompok Dominan Akan menguasai Negara + menjadikan Hukum Sebagai Instrumen melindungi
kepentingan mereka + memberi perlakuan istimewa
 Hukum hanya dilihat dari fungsi negatifnya : (1) larangan/kewajiban menguntungkan kelompok ttt;
(2) sanksi pidana berfungsi sebagai pembenar bagi tujuan tersebut

HUKUM

NEGARA
INFRASTRUKTUR

Persai
ngan

SUPRASTRUKTUR
KELAS KELAS
VS
EMILE DURKHEIM I

HK
MEKANIK REPRESIF

SOLIDARITAS
SOSIAL TERTIB
HARMONIS
(Nilai Penyatu) TERINTEGRASI

HK
ORGANIK RESTITUTIF

 Kehidupan Masyarakat selalu berada dalam kondisi teratur + harmonis, sedangkan konflik hanya
bersifat sementara yang akan membawa pada perubahan atau kemajuan. Keharmonisan/keteraturan
tercipta karena adanya solidaritas sosial yang mengandung nilai penyatu : (1) Mekanik yang
menekankan kebersamaan + perlakuan khusus bagi kelompok tertentu + fungsi menyebar dari setiap
kegiatan + status sosial berperan penting; (2) Organik yang menekankan pada individualisme,
persamaan setiap individu, fungsi khusus dari setiap kegiatan + status sosial tidaklah penting
 Kelompok masyarakat dengan Solidaritas Sosial yang berbeda menuntut karakter Hukum yang berbeda :
(1) Hukum Represif pada masyarakat Mekanik yg menekankan sanksi menjerakan (sekaligus
pembalasan); (2) Hukum Restitutif pada masyarakat Organik yg menekankan sanksi pemulihan
kerugian yang diderita
 Pelanggaran hukum menimbulkan gangguan thd keteraturan & kehamonisan + melalui bentuk sanksi
yang sesuai gangguan akan hilang dan kehidupan kembali normal
 HUKUM AKAN BERFUNGSI EFEKTIF MEMELIHARA KETERTIBAN/KEHARMONISAN KALAU HUKUM
MENGANDUNG KARAKTER YANG SESUAI DENGAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT
EMILE DURKHEIM

 Perubahan Sosial = meninggalkan kondisi yang ada + menuju pada kondisi yang
baru : masyarakat mekanik menuju organik, trandisional menuju modern, otoriter
menuju demokrasi, kehidupan membujang menuju berkeluarga
 Perubahan sosial disebabkan faktor internal dan/atau eksternal + dimulai dari : (1)
ketidakpercayaan atau kerisauan terhadap kehidupan/tatanan sosial yang ada
dalam menjamin keberlangsungan hidup/kepentingan; (2) meninggalkan pola
kehidupan sosial yang lama beserta nilai sosial + asas /norma hukum; (3)
membangun pola kehidupan sosial baru termasuk membangun nilai sosial +
asas/norma hukum baru;
 Setiap perubahan sosial akan melalui suatu titik periode “TRANSISI” = saat ketika
masyarakat sudah meninggalkan pola kehidupan yang lama namun pola
kehidupan baru belum terbentuk :
 Nilai sosial beserta asas/norma hukum lama (tradisional/mekanik) sudah
ditinggalkan namun nilai sosial beserta asas/norma hukum baru yang menata
pola kehidupan baru (modern/organik) belum terbentuk utuh.
 Pola kehidupan era otoriter sudah ditinggalkan, namun pola kehidupan atas
dasar prinsip demokrasi belum terbentuk dan/atau terinternalisasi
 Periode transisi dengan kondisi demikian memunculkan situasi “KRISIS” dan
‘PERILAKU ABNORMAL” karena adanya kekosongan nilai sosial beserta asas/
norma hukum sebagai pedoman berperilaku (ANOMI)
 POSISI HUKUM : harus digunakan sebagai instrumen untuk mempersingkat
periode Transisi dengan membentuk & menginternalisasi nilai sosial beserta
asas/norma hukum serta lembaga yang diperlukan bagi pola kehidupan sosial
baru.
MAX WEBER

PROTESTANIC
ETIQUE  Pemberian otonomi
kpd orang utk mem
bangun hukum via
kebebasan berkontrak

 Pengaturan Peranan
Negara menjamin ke- PEMBANGUNAN
HUKUM berlangsungan pemb
FORMAL EKONOMI
ekonomi
RASIONAL KAPITALIS
 Ada agen di tingkat
negara utk menjamin
pelaksanaan kontrak
SIBERNITIKA PARSON

FUNGSI ADAPTASI
MASYARAKAT : Respon SUB SISTEM
& Tuntutan Publik BUDAYA
Untuk Perubahan
(SUB SISTEM
EKONOMI )
PELEMBAGAAN
HUKUM SEBAGAI HUKUM MENJADI
PENGINTEGRASI NILAI SOSIAL = Dasar
Penjabaran>> SOSIAL = UU Sumber Internalisasi>>
<<Penguatan <<Penguatan  Berperilaku
Daya Alam  Penyusunan Perat
(SUB SISTEM SOSIAL ) Pelaksanaan

FUNGSI PENETAPAN
TUJUAN
( SUB SISTEM POLITIK )

LEGITIMASI KULTURAL
LEGITIMASI POLITIK DAN KONSTITUSIONAL = Jika Norma Hukum Berproses/Tertanam
Jika Ada Kesesuaian Antara Sub Sistem Menjadi Bagian Sikap-Perilaku
Sosial Dengan Sub Sistem Ekonomi + Sub DISINI BELUM BANYAK YANG BERHASIL +
Sistem Politik ADA SIKAP SALING MENUNGGU ANTAR
SEKTOR
ROBERT K MERTON

 Perilaku (tindakan) sosial manusia selalu mempunyai makna = ada tujuan-tujuan yang
hendak dicapai = selalu berorientasi pada kepentingan tertentu baik yang bersifat individu
atau kelompok atau seluruh masyarakat.
 Mengapa ? Karena perilaku sosial warga masyarakat merupakan produk dari nilai sosial/
solidaritas sosial yang terdapat dalam masyarakat.
 Tujuan atau kepentingan dapat dibedakan menjadi 2 :
 Tujuan/Kepentingan Manifes = sesuatu atau kondisi tertentu yang secara tegas
dinyatakan ingin diujudkan
 Tujuan/kepemtingan Laten/Tersembunyi = sesuatu atau kondisi tertentu yang tidak
secara tegas dinyatakan namun sejak semula diinginkan untuk terujud atau karena
kebetulan terujud…………………. Kepentingan ini dapat berdampak positif atau negatif
terhadap kepentingan manifes atau kepentingan bersama.
 Hukum (perilaku hukum yang teramati atau terokumentasi) sebagai produk dari tindakan
sosial warga masyarakat terbuka untuk : :
 difungsikan bagi pencapaian kepentingan manifes dan/atau kepentingan laten tertentu;
 menghasilkan kepentingan laten tertentu baik yang berdampak negatif maupun positif
 Dalam kaitannya dengan kepentingan lain yang berdampak negatif bagi kepentingan
manifes atau masyarakat, ada beberapa makna : (1) Satjipto Rahardjo = itu menunjukkan
adanya batasan kemampuan hukum untuk mewujudkan kepentingan manifes sehingga
yang terujud justeru kepentingan laten; (2) pengikut Marx = itu menunjukkan bahwa hukum
dapat difungsikan sebagai instrumen manipulatif/menyembunyikan kepentingan
sesungguhnya.
 Faktor yang menentukan = kemampuan identifikasi dan mengantisipasi dampak negatif
timbul dari penggunaan hukum atau pemberlakuan hukum. Artinya : (1)Semakin rendah
kemampuan identifikasi kepentingan laten yang dapat terjadi, semakin tinggi kegagalan
hukum mewujudkan kepentingan manifes; (2) semakin hukum ditempatkan sebagai
instrumen manipulatif semakin terbuka terjadinya dampak negatif bagi kepentingan
bersama
ROBERT K. MERTON

 Hukum Sebagai Sistem mempunyai 2 (dua) fungsi kontrol sosial


1. Fungsi Kontrol Sosial Manifes : fungsi yang dinyatakan dengan tegas yaitu
membangun perilaku konformitas masyarakat untuk mewujudkan kepentingan-
kepentingan yang dinyatakan sebagai tujuan
2. Fungsi Kontrol Sosial Laten : fungsi yang tidak dinyatakan namun dpt
membangun perilaku tertentu dan mewujudkan tujuan tertentu.
 Fungsi Manifes
 Substansi : pedoman yang tegas ttg cara berperilaku serta pengarahan,
pengendalian, dan pengawasan perilaku
 Orientasinya : membangun perilaku konformitas
 Hasilnya : hukum menjadi alat yg efektif mewujudkan kepentingan yang
diinginkan
 Fungsi Laten
 Substansi : pedoman berperilaku tidak bersumber dari hukum yang ada namun
dari kebiasaan atau kesepakatan warga masyarakat karenaNorma hukum dinilai
asing atau tidak dipahami oleh masyarakat + sulitnya Kontrol Sosial (terkait dg aspek yang
sakral atau privacy individual ) + hukum dinilai tidak dapat memenuhi kepent sosial
 Orientasi : perilaku non konformitas thd hukum Negara karena lemahnya
penegakan hukum, namun perilaku non konformitas tersebut dapat berfungsi :
a. Negatif karena tidak berkontribusi pada ketertiban/keharmonisan/intergrasi
sosial
b. Positif karena berkontribusi terhadap kepentingan sosial masyarakat tersebut.
 Hasilnya : hukum yang dibangun masyarakat dapat menjadi alat :
a. Tidak efektif untuk mewujudkan kepentingan yang dinyatakan karena tujuan
yang tidak jelas atau saling bertentangan
b. Efektif mewujudkan kepentingan sosial meskipun hukum yang ada tidak
dipatuhi
HUKUM SEBAGAI ALAT KONTROL SOSIAL UNTUK
MEWUJUDKAN KETERTIBAN/KEHARMONISAN
SOSIAL
TEORI “SISTEM HUKUM” FRIEDMAN
 Ada 4 unsur dari “Sistem Hukum” : Tujuan Hukum, Substansi Hukum, Struktur
Hukum, & Budaya Hukum, dengan 3 unsur yang terakhir saling mendukung
 Tujuan Hukum dapat dicapai secara efektif, jika : (1) substansi hukum
dibangun atas dasar nilai sosial dalam Budaya Hukum Masyarakat setempat;
dan (2) jika struktur (lembaga hukum) beserta SDM menginternalisasi nilai
sosial dalam Budaya Hukum Masyarakat setempat

SUBSTANSI
HUKUM TUJUAN
BUDAYA HUKUM
HUKUM
SDM
LEMBAGA
HUKUM

 FENOMENA I :
 Produk Hukum terus meningkat + struktur kelembagaan hukum terus ditata ulang + SDM terus dididik
 Namun tidak menempatkan Budaya Hukum Bangsa/core value lembaga sebagai dasar
 Ada kegagalan karena Substansi + Lembaga Hukum sdh Baru namun Nilai Sosial (Budaya) lama yang
digunakan
 FENOMENA II
 Perubahan Budaya Hukum dilakukan seperti Lelang Jabatan berdasarkan Orientasi + Kapasitas
Mewujudkannya
 Pejabat akan bekerja dan mempengaruhi SDM sesuai dengan Komitmen Orientasi shg Tujuan Hukum
dapat efektif tercapai
 Namun keberlanjutan proses internalisasi budaya hukum baru dapat terhambat jika perubahan budaya
KONTROL SOSIAL DAN KEPENTINGAN SOSIAL

PREVENTIF
 Sosialisasi LEGAL OBEDIENCE
 Internalisasi
COMPLIENCE
Obedience through
Coercion

KONTROL SOCIAL
IDENTIFICATION
SOSIAL INTEREST
Obedience through
 Mengarahkan  Regularity
behavior imitation of  Harmonization
 Mengendalikan others  Productivity
 Memaksa

LEGAL
CONSCIEOUSNESS
REPRESIF Obedience comes out
Penindakan from ones’conscience
atas Perilaku
Menyimpang
 Pendidikan Formal
 Pendidikan Informal
SOSIALISASI  Penyuluhan Hukum
 Pengetahuan
 Media
 Pemahaman
 Sesama Warga
 Keluarga

KONTROL Membangun
SOSIAL Perilaku
PREVENTIF Warga
Masyarakat

 Role Model Group/Figure


 Fungsi Lingkunagn
Sosial
INTERNALISASI  Media via Celaan/Pujian
Membangun  Kelompok Persaudaraan
Sikap + Perilaku  Pendekatan moral/
agama
 Kehadiran Petugas-
Atasan
PENEGAK HUKUM
FORMAL
Pengenaan Sanksi
 Konsisten
 Sesuai
 Segera

MASYARAKAT
PENINDAKAN Pengenaan Sanksi Sosial MENJERAKAN
KONTROL
ATAS PERILAKU  Pengucilan  Mengembalikan
SOSIAL Perilaku Patuh
REPRESIF MENYIMPANG  Kerja sosial
 Membangun rasa malu  Mendidik
Warga lain

LEMBAGA TERKAIT
(Kantor/Perusahaan)
 Disinsentif
 Insentif

Sally F. Moore, 1978, Law as a process : An Anthropological Approach, halaman 300


FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT
PERUBAHAN SOSIAL
PERUBAHAN BERTAHAP +
MENYELURUH
Pemberdayaan
kemampuan +kompetensi
+ insentif pada kelompok
masyarakat di tempat PERUBAHAN
perubahan diinginkan PERILAKU
terjadi  Irrasional–
Rasional
PERUBAHAN BERTAHAP + (Maksimalisasi Kep)
PARSIAL/MENYELURUH
KONDISI
Memanfaatkan kehadiran  Tdk Produktif –
HUKUM SOS+EK+POL
kelompok masy yg sudah Produktif (Penggu-
PERUBAHAN BARU SBG
mempunyai pola perilaku naan teknologi
SOSIAL BENTUK
Baru yg diinginkan untuk baru
PERUBAHAN
mendorong perubahan
perilaku masy lokal  Subsisten – Pasar
(Massal + pasar)
PERUBAHAN CEPAT +
 Kinerja Santai-
PARSIAL
Kinerja Tinggi
Menyerahkan Sepenuhnya
perubahan tersebut
kepada kelompok yang
sudah mempunyai pola
perilaku baru
BUDAYA
HUKUM
BANGSA

STABILITAS
N POLITIK/
O KEAMANAN
 Peningkatan
HUKUM investasi
SEBAGAI •Mengundang investor besar untuk mempercepat dalam skala KEMAJUAN
ALAT RE- perub ekonomi + pemancing perub masy lokal besar PEMBANGUN
•Realitasnya, hukum menyerahkan sepenuhnya  Penggunaan
KAYASA perub ekonomi kpd investor besar (Neg tdk Teknologi
AN EKONOMI
SOSIAL otonom
 Peningkatan
Produksi
Fasilitas/
kemudahan/Insentif
& Perlin-dungan
hukum

• Kesenjangan Sos-ek
Masuk ke dalam
• Kecemburuan Sosial
 Modernity Trap Negative Side Effect Kemiskinan dan
 Transpalantasi Hk Pemiskinan Masy Lokal
Tanpa Uji Konflik Struktural
Kesesuaian
Instabilitas Politik
BAGAIMANA MENJELASKAN DAMPAK NEGATIF

Pemberlakuan Hukum
Modern Sec Penuh Pada
Masy Majemuk
 Uniformitas : Berlaku satu
sistem hk yg sama bagi
HUKUM semua kelompok/wilayah
Akibatnya: tersingkirnya • Kesenj Penguasaan SD
SEBAGAI • Kemiskinan masy lokal
peranan hk lokal
ALAT RE- • Konflik Struktural
KAYASA  Transaksional: hasil persai- • Mrjinalnya usaha kecil
SOSIAL ngan kepentingan antar kel • Eksploitasi Pekerja
Akibat: ada penundukan
kelomp yg kalah pd kepenti
ngan kelompok yg menang
 Universalitas: semua orang
dianggap sama
kedudukan/ kemampuan
Akibatnya: orang yg
benar2 tdk mampu tertutup
akses
Bagaimana Cara Keluar dari jebakan
Hukum Modern dan Mengakhiri
Dampak Negatis

● Pengalaman Dlm Sejarah Negara Maju


Kebijakan Affirmatif via“Hukum Responsif”
untuk membantu yang lemah/korban dari
berlakunya Hukum Modern
Kebijakan Pemberdayaan via“Hukum Reflektif”
untuk meningkatkan Kemampuan kelompok
yang lemah/korban melalui peranan kelompok
POLA PENGELOMPOKAN SOSIAL
DAN HUKUM
KARL MARX

AKOMODATIF
PADA KELAS KEPATUHAN
DOMINAN REAL

KETERTIBAN/
HUKUM SEBAGAI Hukum hanya menjadi alat kontrol untuk KEHARMONI
ALAT KONTROL membenarkan dominasi dan eksploitasi SAN SEMU
SOSIAL BERSIFAT oleh kelas dominan terhadap kaum Yg ada hanya
DIKHOTOMIS proletar
Konflik
EKSPLOITATIF +
REPRESIF PADA KEPATUHAN
KAUM PROLETAR SEMU

THE GERMAN FORESTAL THIEFT ACT OF 1837


 Tujuan UU ini untuk kepentingan publik : alat kontrol untuk konservasi hutan, mencegah
pengambilan kayu yg illegal dan tidak terencana, mencegah pengurangan kesuburan tanah.
 Realitasnya : UU itu mengandung kontradiksi-kontradiksi
 Warga masyarakat dipaksa untuk tidak mengambil kayu di hutan dengan kriminalisasi thd
pengambilan kayu tanpa ijin penguasa atau pihak yang diberi ijin……………..Padahal
mengambil kayu dan kekayaan alam lainnya bersumber dari Common Use Right
 Pemilik Ijin yang terdiri dari Kelompok Dominan diuntungkan karena dengan bebas
mengambil kayu, menghukum setiap pencuri kayu dan kekayaan hutan lainnya, termasuk
menerima dendanya.
 Kondisi inilah yang dinilai oleh Marx : Masyarakat selalu berada dalam Konflik dan
keharmonisan /ketertiban yang semu
ALIRAN INSTRUMENTALIS
(Lembaga Hukum Tidak Pernah Netral krn sekedar alat Kelompok Dominan )
Law and Law Implementation =
 Nothing more thandominant group confidential game designed solely to
cover uptheir interest through subordination of state institutions
 Product of competation process among two (groups of) actor(s) or
more and the most powerful actor(s) will be winner and its interest will
dominate the Law Maker or Legal Enforcer
Catt: Publik dpt mjd aktor yg
mendorong Peneg Hk (Hakim dll
utk bertindak tdk netral
(menghukum) meski dari sisi hk
tdk bersalah = kasus korupsi ttt
AKTOR 1 Upaya
Langsung

Tunduk pada Kemauan Penegak


Aktor Dominan Hukum

AKTOR 2 Upaya Ti-


dak lang
sung

SUPRASTRUKTUR INFRASTRUKTUR
ALIRAN HEGELIAN MARXIS
(Lembaga Hukum Tidak Pernah Netral)

Hk & Lembaga Hukum = alat yg mengandung mistifikasi (membingungkan


& manipulatif) yg mendatangkan dampak yg berbeda bagi kelompok-
kelompok yg berbeda

AKTOR 1 Upaya
Langsung

Membangun konsep yg tampak adil


namun Dampaknya berberda Antara Penegak
thd Aktor Dominan & bukan Hukum

Upaya Ti-
AKTOR 2 dak lang
sung
ALIRAN STRUKTURALIS
(Hukum/Lembaga Hk Punya Kemandirian Relatif)

 Hk/Lembaga Hukum = alat negara utk mewujudkan kepentingan Ekonomi


(Politik) tertentu dg cara membangun kondisi sosial-ekonomi yg kondusif dan
mencegah konflik sosial + mendorong kontrol publik
 Ada 2 variabel pendorong netralitas : Kepentingan Lembaga (?) + Kel
Pengontrol
 Kepentingan Lembaga dpt berkesesuaian dg kepent kelompok aktor tertentu
Sesuai/tidak dg kepent
kelomp aktor tertentu

AKTOR 1 Upaya Proses


Langsung Selek- si
Berdasar Sama
Penegak
Kesesuaian TUJUAN
Upaya Ti- Hukum
dg Pilihan Ke Tdk HUKUM
dak lang pentingan sam
sung Lembaga a
AKTOR 2

KELOMPOK PENGONTROL
(Siapa????)
BENTUK KONTROL SOSIAL YG EFEKTIF

Paguyuban TINGKATAN
Informal
KEPATUHAN HK

BENTUK
COMPLIENCE
Self • Patuh tanpa kesadaran
MASYA Control tuj
RAKAT • Didorong Ortu/Guru/Pim
pinan/petugas
Patembayan formal IDENTIFICATION
• Kesadaran utk
menyesuai kan dg
lingkungan
• Didorong/dipaksa lingk
Besar+Luas formal komunitasnya

BESARNYA LEGAL
KEANGG Self CONSCIEOUSNESS
KOMUNITAS Control • Kesadaran tujuan patuh
hk
• Didorong hati nuraninya
Kecil+Terbatas Informal
MAX WEBER I

BENTUK CIRI-CIRI KARAKTER CIRI-CIRI


KEKUASAAN HUKUM
 hukum dibangun secara personal
 Dilakukan secara Indi HUKUM oleh penguasa
vidual /Kolegial  Dasar : Oracle ( sabda dewa /
FORMAL
 Dasar : tradisi dan ke peramal), orang bijak/wahyu
IRASIONAL  Tidak ada standar penegakan
turunan/kemampuan hukum
TRADISIONAL  Tidak ada prosedur
pelaksanaan  hukum dibangun secara personal
HUKUM oleh penguasa
kekuasaan yg baku
 Dasar : Campuran dari moral,
SUBSTANSI
politik, ideologi, pandangan
IRASIONAL emosional
 Tidak ada standar penegakan
hukum
 Hukum dibangun dalam norma
HUKUM yang bersifat umum
 Dilakukan oleh orang  Dasar : norma/spirit agama, nilai
SUBSTANSI
terdidik & profesional kearifan, pameo/jargon politik
RASIONAL  Standar penegakan hk (Precedence)
MODERN  Dasar : peraturan per
& memberikan Prediktabilitas
(Rational-Legal ) undang2an yg
rasional  Hukum dibangun dalam norma
 Ada prosedur pelak- HUKUM yang bersifat umum
 Dasar : Peraturan Perundangan yg
sanaan kekuasaan yg FORMAL
disusun sec deduktif/ rasional
baku RASIONAL  Standar penegakan hk (Precedence)
& memberikan kepastian
(Kalkulitas Prediktabilitas
KARL MARX I

BASE SUPRA
(Hubungan STRUKTUR HUKUM
Ekonomi) (Negara)

 Kelompok yang Dominan dalam Hubungan Ekonomi


akan menguasai Suprastruktur

 Siapa yang Menguasai Negara akan dapat mendekte


substansi hukum untuk melindungi kepentingannya

Alan Stone : “Law is just a tool of certain groups


confidential game designed to cover up their interest or to
give legitimation to exploitation of other people”
KARL MARX II

Kemiskinan

HUKUM
ALAT LEGITIMASI
NEGARA

Hubungan
Ekonomi
Eksploitatif

 Negara Menyerahkan Kewenangan Kpd Setiap orang utk


memperjoangkan kepantingan melalui “Kontrak/
Perjanjian”
• Mendapatkan keuntungan sesuai kemampuannya
• Memaksa orang bekerja secara maksimal dg upah
minimal
 Negara Menjamin agar Kontrak dapat Terlaksana
 Negara Memaksa jika salah satu pihak Wanprestasi
INSTRUMENTALIS

 Negara tidak punya


kepentingan sendiri  Perlakuan Tebang Pilih
 Negara arena persaingan  Kejam pd yg lemah namun
kepent antar kelompok lembut pd yg kuat
 Kepent Negara = kepent  Fasilitas mewah bagi yg kuat
kelompok yg kuat  Kriminalisasi thd perilaku yg
lemah
KETIDAK KEBERPIHAKAN
MANDIRIAN HUKUM
NEGARA
• Pembelian Pasal
• Penciptaan persepsi
ekonomi akan ambruk
jika tdk ada fasilitas bagi
investor
• Asing berperanan
penting

PENGEMBANGAN KELOMPOK PENGONTROL


Mengontrol/Mendorong Pembentuk/Penegak Hukum berorientasi
pada keadilan + kemanfaatan
STRUKTURALIS

 Perlakuan Tebang Pilih


 Cenderung lembut pada yg kuat
 Fasilitas bagi yg kuat
 Kriminalisasi thd perilaku yg
Untuk Mewujudkan lemah
Kepentingan Negara
NEGARA dihadapkan pada Kendala KEBERPIHAKAN
RELATIF Struktural :
HUKUM
 Pemenuhan kepent
MANDIRI tergantung pd kelompok yg kuat
 Negara hrs mencegah konflik
antar yg kuat atau antara yg
kuat dg yg lemah
 Negara bergerak antara
represif atau akomodatif thd yg
lemah

NEGARA PUNYA KEPENTINGAN


 Menjaga Keberlangsungan
Pembangunan Ekonomi
 Akumulasi Pendapatan
HEGELIAN-MARXIST

 Perlakuan Tebang Pilih


 Cenderung lembut pada yg kuat
 Fasilitas bagi yg kuat
 Kriminalisasi thd perilaku yg
lemah
NEGARA MEMBANGUN HUKUM YG
KEBERPIHAKAN
RELATIF MANIPULATIF
 Penggunaan Konsep yang HUKUM
MANDIRI Tampak Adil namun sebenarnya
Tidak
 Hukum Dirancang punya
dampak berbeda terhadap
kelompok yang berbeda

NEGARA PUNYA KEPENTINGAN


 Menjaga Keberlangsungan
Pembangunan Ekonomi
 Akumulasi Pendapatan
PERUBAHAN SOS-EKO-POL DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PERUBAHAN HUKUM
EMILE DURKHEIM II

TRANSISI
 Dari Katolik ke Protestan
 Desa ke Pusat Industri Bunuh Diri
 Keluarga Besar ke Keluarga Inti

Ada Apa Dg
Transisi?

MASA Tidak Adanya PERILAKU


TRANSISI Pedoman (HUKUM)
PERUBAHAN (Hukum)
ABNORMAL
Perilaku Yg
Disepakati

ANOMI
(Tanpa Norma)
PERUBAHAN HUKUM & FAKTOR SOSIOLOGIS

BENTUK2 PERUBAHAN HUKUM

 Pemberian makna baru/Interpretasi

 Pergantian=penambahan/pengurangan
rumusan konsep/ketentuan

 Penafian = tidak memberlakukan


ketentuan tertentu (secara resmi/diam2)

 Perubahan semangat/orientasi/strategi
Tanpa Perubahan Norma dasarnya

 Penciptaan Hukum Baru Utk Mengatur


Kondisi yg sudah ada
Pemberian makna Baru Penafian / Pembiaran
 Keuangan Negara :  Tidak Terjabarkannya ketentuan
• semula hanya pengelolaan BPK selama Orde Baru
uang/ aset yg digunakan  Penempatan ayat (1) Pasal 33 UUD
langsung oleh lembaga di Menara Gading
perlengkapan negara  Pemati-surian Program Landreform
• Mencakup uang/aset negara yg
ditanamkan dalam kegiatan Perubahan Semangat (yg mendasari
usaha pelaksanaan hukum
 Perbuatan Melawan Hk  Semangat Populis ke Elitis
• Semula bermakna formal  Semangat Statesasi ke Privatisasi
• Diperluas = materiil Konsekuensinya : jabaran ketentuan
 Berkedudukan di Indonesia hukum mengalami Perubahan
• Semula bermakna domisili
• Diperluas = berada di Ind
Pergantian Ketentuan
 Penambahan ayat (4) + (5) UUD 45,
yg semula hanya 3 ayat
 Pengurangan isi Pasal 2 UUD =
MPR tdk menyusun GBHN
BENTUK PERUBAHAN HUKUM
 Tidak Terjadi Perubahan Pada
Norma Hukum namun terjadi : (1)
perubahan makna/interpretasi;
KEBUTUHAN (2) penafian thd hukum yg ada +
INTERNAL penggunaan nilai + norma hukum
baru
 Penambahan substansi hukum
FAKTOR yg bersifat : (1) Melengkapi yg
PENYEBAB sudah ada; (2) pengecualian thd
hukum yg ada sebagai strategi
transisi.
ADANYA  Penghapusan substansi hukum
PERUBAHAN yg ada krn dinilai tidak sesuai
SOSPOLEK  Penggantian norma hukum yang
bersifat : (1) parsial dg revisi; (2)
total
HUBUNGAN PERUBAHAN HK DG FAKTOR SOSIOLOGIS

● Aliran Legalisme
Lembaga Hk = sistem yg
● Instrumentalisme
Lembaga Hk = instrumen
● Autopoietisme
Lembaga hk = sistem yg
otonom & tertutup dg dari institusi sosial, poli- moderat dg unsur2
unsur : tik, & ekonomi shg : Tujuannya sendiri
Norma perat perUU yg tdk otonom Nilai dasarnya sendiri
komprehensif terbuka menerima Aparat pemb/ penegak
Aparat pembentuk hk pengaruh Doktrin hukum
Aparat pelaksana hk Namun terbuka thd ling-
Ahli hk dg doktrin hk kungan sos-ek-pol
Konsekuensinya :
Konsekuensinya :  Perubahan yg terjadi Konsekuensinya :
Dg unsur2 tsb, lembaga dlm struktur/sistem sos-  Hk merespon thd
hk dpt bekerja menyele- pol-ek selalu diikuti oleh perubahan sos-ek-pol &
saikan permasalahan yg perubahan hukum membuka diri bagi ke-
muncul termasuk yg  Arah perubahan mungkinan perubahan
diakibatkan oleh peru- hukum sejalan dg  Perubahan dinilai
bahan sos-ek-pol tanpa perubahan kepentingan/ ada-tidaknya dukungan
terpengaruh oleh peru- tujuan dr kelompok thd tujuan & nilai dasar
bahan itu sendiri dominan hk itu sendiri
PERUBAHAN HUKUM & FAKTOR SOSIOLOGIS

PERUB. TERGANTUNG BENTUK PERUBAHAN HUKUM


EKONOMI KEPENTINGAN NEGARA  Tidak Terjadi Perubahan Pada
Norma Hukum namun terjadi : (1)
perubahan makna/interpretasi;
(2) penafian thd hukum yg ada +
penggunaan nilai + norma hukum
STATE AS baru
 Penambahan substansi hukum
PERUB. AGENT OF yg bersifat : (1) Melengkapi yg
POLITIK CHANGE sudah ada; (2) pengecualian thd
hukum yg ada sebagai strategi
transisi.
 Penghapusan substansi hukum
yg ada krn dinilai tidak sesuai
PERUB.  Penggantian norma hukum yang
KONTROL + DESAKAN
bersifat : (1) parsial dg revisi; (2)
SOSIAL/ KELOMPOK
total
KEPENTINGAN
BUDAYA
PERUBAHAN SOSIAL, DISORGANISASI SOSIAL,
& PERUBAHAN HUKUM

Perub. sosial Dukungan


Ekonomi Doktrin Hk
Politik
Budaya

NEGARA
Disorganisasi SBG
Sosial krn PERUBAHAN
Tiadanya Agent Of HUKUM
Kepastian Hk Legal (Mendasar)
Change

Ketentuan
Hukum yg
Ada
PERUBAHAN EKONOMI DAN HUKUM

PERUBAHAN EKONOMI PERUBAHAN NILAI SOS. PERUBAHAN HUKUM

Orientasi Kebijakan Nilai Sos Paguyuban : Hukum Populis : Pemberian


Pembangunan Ekonomi :  Kolektivistik Peluang
Pemerataan Pemilikan  Partikularistik  Kelompok Lemah
Sumber Daya Ekonomi  Askriptif Sec. Sosial Ekonomi
 Pemarginalan
Peranan Kelompok
Kuat

Orientasi Kebijakan Nilai Sos Patembayan Hukum Elitis : Pemberian


Pembangunan Ekonomi :  Individualistik Peluang
Pertumbuhan Ekonomi  Universalistik  Kelompok Kuat Sec
 Achievement Sosial Ekonomi
 Pemarginalan
Kelompok Lemah
TEORI SIBERNITIKA TALCOTT PARSON
(Teori Tindakan Sosial)

FUNGSI PELEMBAGAAN
 Internalisasi Pedoman (hk)
mjd sikap + Perilaku SUB SISTEM BUDAYA
 Pembentukan nilai sosial BUDAYA HUKUM
baru

FUNGSI PENGINTEGRASI
 Pengarahan +
Pengendalian Perilaku SUB SISTEM PERILAKU
Warga Masy SOSIAL HUKUM
 Penyusunan Pedoman
Pe-rilaku (HUKUM)

FUNGSI PEMBERIAN
LEGITIMASI PEMBENT
Proses Penentuan + SUB SISTEM
KEBIJAKAN/
Peneta-pan Pilihan : (a) POLITIK
HUKUM
Tujuan; (b) Prinsip; (c)
Cara

FUNGSI ADAPTASI
 Lingkungan Fisik SUB SISTEM PERLAKUAN
 Lingkungan Sosial LINGKUNG-
 Perubahan Sos.ek.pol
EKONOMI
AN
Jarak Jarak Tambahan Batas Tinggi
Mendatar Mendatar Batas yg
Tambahan Hasil Ketinggian Diperbolehk
Penjumlahan an
- 2.230 M - + 45 M
1.700 M 3.930 M (+45 M) 90 M
1.180 M 5.110 M (+13 M) 103 M
7.520 M 12.630 M 150 M

Diolah dari Pasal 12 Kepmenhub No. KM 5 Tahun 2004 dan Fakta Letak
Lokasi Bangunan ”City of Tomorrow”

Jarak Jarak Tambaha Batas


Mendatar Mendatar n Batas Tinggi
Tambahan Hasil Ketinggia Diperbolehk
Penjumlahan n an
- 2.230 M - + 45 M
1.700 M 3.930 M (+45 M) 90 M
1.180 M 5.110 M (+13 M) 103 M
1.180 M 6.290 M (+13 M) 116 M
7.520 M 12.630 M - 150 M
SYLLOGISME

PREMIS MAYOR PREMIS MINOR KONKLUSI


Setiap orang yg melakukan : X melakukan perbuatan yg :
# perbuatan melawan @ menyalahi prosedur yg
hukum/ ditentukan X
penyalahgunaan Melakukan
kewenangan @ memperkaya suatu yayasan Korupsi ?
# untuk memperkaya diri/or
lain @ hilangnya uang Neg Rp 40 M
/korporasi
# dg merugikan keuangan/
pere-
konomian negara
Dinyatakan sbg melak.
korupsi

Z (Dir.Bank Neg) melak. Z


perbuatan Melakukan
Idem @ pemberian kredit dg Korupsi ?
menyimpangi
prosedur sbg upaya percepatan
STUFENBEAU THEORY “HANS KELSEN

HIRARKHI PEMBENTUK Ada Pembagian HIRARKHI PERATURAN PER-


HUKUM kewena ngan : UU-AN
Pembentuk Hk yg lebih
 Semakin Ke Bawah tinggi hanya mengatur  Semakin Operasional Perat
Semakin Banyak NILAI/ASAS yg hrs PerUUan Semakin Banyak
Jumlahnya (Ke Atas dijabarkan pd NORMA Jumlahnya
dlm perat
Semakin Sedikit) pelaksanaannya

Parlemen UUD

Kementerian UU-UU
PP
Ditjen-Ditjen PERPRES

Pemda Prov-Kab/Kota PERDA PROVINSI


PERDA KAB/KOTA

 Ada Kepentingan/
 Ada Koordinasi / Nilai, & Asas yang  Ada Konsistensi Vertikal/
Keterpadu an Vertikal/ sama sbg Pedoman Horisontal Substansi
Horisontal Antar  Ada sikap saling Hukum
Pembentuk Hukum kontrol & akomodasi
Bagaimana Menjelaskan Inkonsistensi
AntarPeraturan PerUUan

Pasal 18 B (2) UUD


“Pengakuan dan Penghor-
matan thd MHA+HU sbg
Lembaga Pemerintahan”

Pasal 3 UUPA Pasal 34 UU 41/1999


Pasal 18 UU 27/2007
“Pengakuan Sbg Pe- “Menyamakan MHA dg
“Menyamakan MHA dg
merintahan terba- Lembaga Pendidikan/
individu/badan hukum”
wah pd MHA+ HU penelitian/Keagamaan”

??????????
Hirarkhi Pembentuk o Perbedaan Kepent/ Nilai
Hk yg Eksklusif/Egois dan Asas Hirarkhi Perat PerUUan
(Tidak ada o Sikap Saling Menafikan yang inkonsisten/
Keterpaduan/ o Perbedaan Pemahaman kontradiktif
Koordinasi Semu) thd Konstitusi

Parlemen UUD

Presiden UU UU
Kement Kement PP PP
Kement Kement
Perpres - Perpres
Ditjen Ditjen

Daerah-Daerah Perda Perda

Struktur Hirarkhi Pembentuk Hk dan Peraturan PerUUan


Menyerupai BANGUNAN KUBAH yg Tersekat
LEMBAGA SOSIAL PERILAKU HUKUM

Pengutamanaan
SEKTORALISME
kepent sektor sendiri
PEMBANGUNAN
& mengabaikan
PERAT PER-UU
sektor lain
INKONSISTENSI
SUBSTANSI
HUKUM (Horisontal
& Vertikal)
Instrumentasi perat
MATERIALISASI per UU
PEMBANGUNAN memaksimal-kan
PERAT PER-UU kepentingan diri
kelompok
KELOMPOK
KEPENTINGAN
PENGARUH MASA TRANSISI SOSIAL TERHADAP
PERILAKU HK ABNORMAL

PERILAKU HUKUM
ABNORMAL YG KHAS
 KORUPSI BERJAMAAH
DI KALANGAN
MASA TRANSISI  KONFLIK INSTITUSI HK
Belun Adanya pedoman
Berperilaku yg sama BARU DG YG LAMA
Politik Otoriter
ke Dlm Menjalankan Peranan  PENEMPATAN SATU
Demokrasi
BIDANG HK sbg “LEX
SUPER SPECIALIS”
 PENEGAKAN HK YG BLM
SISTEMIK
TANAH HUTAN
LONGSOR GUNDUL/
& BANJIR MIN KAW
HIJAU

LINGK PEMANF
KOTA RUANG
KUMUH PUBLIK CERMIN PERILAKU TDK
TERTIB/PATUH HUKUM

LALU LIN PEMAKAI


TAS SEM JALAN SE
RAWUT MAU GUE

ASET NEG PENYALAH


HILANG GUNAAN
Hubungan Kontrol Sosial dg Tingkat Kepatuhan

Formal
Social Control
(Fungsi Pene-
gak Hk)
● TINGKAT
KEPATUHAN HK
Complience
POLITIK BIAYA (Unsur Dipaksa)
TINGGI Informal
 BIROKRASI BIA- Soc.Control Identification
YA TINGGI (Lingkungan (Takut Teralinasi dr
KONDISI SOSEK Sosial) Lingkungan Sosial)
(Kemiskinan)
Legal Consciousness
(Dorongan dr dalam
Self-Control dirinya)
(Socialization
& Internalization)
FORMAL SOCIAL CONTROL (Institusi Negara)

SANKSI
Pilihan Bentuk & Cara
Pelaksanaan (Konsisten/
Sesuai/Segera)
• Menjerakan bagi ybs CATATAN
• Efek jera secara Sosial PELIBATAN SECARA
SINIRGIS SEMUA
INSTITUSI DALAM
PEMBERIAN REWARD

● REWARD
Financial/ Non Financial
& SANKSI
(Sbg Kondite di Semua
Institusi/Termasuk
Di Tempat Kerja)

Ada Perbedaan atr Patuh


Hk/Berprestasi Dg Tidak
Mendorong Yg lain Ber-
prestasi via patuh hk
INFORMAL SOCIAL CONTROL

Membangun Sikap Peduli Masyarakat


Utk Mencegah Pelanggaran


Keterlibatan Seluruh Warga
Masyarakat Melakukan
●Kontrol Via Kelompok
Informal
● Pelibatan Media Massa
Melalui
Kontrol
Pecalang Di Bali Pembentukan Opini
Pengasingan Pelanggar dr
Neighbourhood Kritik Terbuka Thd
Pergaulan
Committee di Cina Penyimpangan
Pergunjingan thd Peri-laku
yg Menyimpang
Papan Peringatan : Ngebut
Benjot
Pemasangan Polisi Tidur CATATAN
Lebih Efektif dilaksanakan Di
lingkunganTerbatas Melalui
Pemberdayaan Peran Kelompok
Kecil
SELF-CONTROL

NORMA Sosialisasi & Internalisasi


MASYARAKAT
PERAT.PERUU

● KEMUNGKINAN
Diterima Secara penuh
Diterima parsial & Pembauran dg norma masy
Ditolak secara penuh

TERGANTUNG
(1) Sinergi dg Norma Sosial lain
(2) Memberi perlindungan kepentingan
masyarakat;
KEMANDIRIAN /NETRALITAS
PEMBENTUK/PELAKSANA/PENEGAK HUKUM

NETRALITAS
 Mampu Bekerja Secara Profesional :
Orientasi pd tujuan (keadilan & Kemanfaatan)
 Mampu Membebaskan Diri dari Pengaruh
Kekuatan Eksternal & Internal

EKSTERNAL INTERNAL
 Tarik Menarik Kepentingan  Pengaruh Kepentingan Lembaga yg
Politik bertent dg publik, mis dana strategis +
 Tarik Menarik Kepentingan instit image building (tarjet pkr)
Ekonomi/Kapital  Budaya (Nilai keadilan) Lem-baga
yg bertent dg publik : koruptif/KKN

Mandiri
Kekuatan Terpengaruh
 Eksternal atau
 Internal Menjadi Instrumen
Terbebas
Kekuatan Sosial
ALIRAN FUNGSIONALIS
 Hukum merupakan produk darilegal culture yang ada dalam setiap
masy
 Pembentuk/Penegak Hk = Lembaga yg Punya Kemandirian jika
bekerja atas dasar solidaritas sosialLegal
( Culture/Soc Value ) yg
berkembang dlm masy.
 Solidaritas Sosial = kekuatan (nilai tertentu) yg menyatukan warga
masy dlm satu ikatan sosial
a. Mekanik : kolektivitas, partikularitas, status sosial, dan fungsi
menyebar
b. Organik : individualitas, universalitas, prestasi, dan fungsi khusus
 Netralitas (adil/bermanfaat) penegak hk tergantung pada
kemampuannya menjabarkan bentuk solidaritas sosial yg ada dlm
masy ke dalam isi peraturan atau putusannya.
Masy dg Solida- Pembentuk/ Produk Hk Mencerminkan
ritas Mekanik Penegak Hukum Nilai2 Solidaritas Mekanik

Masy Dg Solida- Pembentuk/Penegak Produk Hk Mencerminkan


ritas Organik Hukum Nilai2 Solidaritas Organik
Netralitas berpotensi Hilang ketika Pembentuk/Penegak Hk Dalam
Masy Organik Menerapkan Solidaritas Mekanik

Lembaga
Pembent/Pene
gak Hk Pd
Masy Organik  Rentan thd munculnya Nepotisme &
Kolu si yg mendorong Produk Hknya
berpihak pd kepentingan kelompok NETRALITAS
tertentu LEMBAGA
MELEMAH/
 Berkemb budaya paternalistik yg mendo- HILANG
Mengadopsi Nilai rong sikap hormat berlebih2an/Sungkan
Solidaritas thd mereka yang berstatus sosial
Mekanik ekonomi tinggi
Netralitas juga berpotensi Hilang ketika Pembentuk/Penegak Hk Dalam
Masy Mekanik Menerapkan Solidaritas Organik

Lembaga
Pembent/Pene-
gak Hk pada  Pembentuk/Penegak Hk telah mjd aktor
Masy Mekanik penciptaCultural Lag yg mjd sumber ke-
tidakadilan pd masyarakat NETRALITAS
 Produk hukumnya meningkatkan intensi LEMBAGA
tas konflik horisontal/vertikal MELEMAH/
 Hilangnya akses masy thd sumberdaya HILANG
tertentu
Mengadopsi Nilai
Solidaritas Organik
APAKAH HUKUM DAPAT
BERPERANAN LANGSUNG
PADA TERJADINYA
PERUBAHAN SOSIAL?

PANDANGAN POSITIVISME PANDANGAN HUKUM KRITIS


 Hukum Tidak Punya Peranan  Hukum sebagai instrumen
Langsung Pada Terjadinya kehidupan punya peranan
Perubahan langsung pada perubahan baik
 Hukum hanyalah pedoman yang positif maupun negatif
yang bersifat Pasif = mengha-  Komponen Hukum : substansi/
ruskan perilaku tertentu normanya, kelembagaan
 Aktivitas Hk tergantung pada pelak-sana, dan Budaya
kekuasaan pelaksananya Hukum memegang peranan pd
 Perubahan yang terjadi bukan terjadinya perubahan
akibat langsung dari hukum
namun akibat dari aktivitas
pelaksana Hk
FUNGSI HUKUM

ASPEK FUNGSI KONTROL FUNGSI REKAYASA SOSIAL

Tujuannya Memelihara/Menjaga Menciptakan perubahan dari


keteratu- ran/ketertiban kondisi sosial-ekonomi- politik
pola hub sosial lama ke arah yang baru

Obyek  Perilaku agar sesuai Norma Perubahan perilaku


 Tidak ada Sengketa+ masyarakat yg sejalan dg
pelanggaran tujuan

Mengarahkan Perilaku Mendorong meninggalkan pola


Mekanisme Mengadili/Menilai perilaku perilaku lama
me-nyimpang/melanggar Terbentuknya perilau baru
dengan berpatokan norma melalui:
yg berlaku  pelayanan yg optimal;
Pemberian sanksi  insentif/fasilitas/kemudahan
 mengurangi pengenaan sanksi

Potrebbero piacerti anche