Sei sulla pagina 1di 7

UTS Leadership and Managing Human Capital in Organization

Management
BINUS Business School
BINUS University
2019/2020

Ayu Anjarwati
2201744784

CASE STUDY (100%)


THE SPORT LEADER
Peter Roaz’s career as a football coach didn’t start well in the beginning of his career in 20 years
ago at the Sommerset Highschool. Numbers of senior in his team is quit in the first season since
he required them to come to all the workouts. Roaz try to put the team a highly packed schedule
during whole season in order to keep them focus and maintained. However, the result didn’t end
well since the team only won two plays in whole season. The school then changed Roaz with
Joseph Abbey a chemistry teacher who then able to bring the team to win in all plays the whole
seasons. Under Abbey’s lead, the Sommerset’s football team able to become the champion of up
to 35 plays only during two years. In short, Abbey able to exceed Roaz’s performance in winning
the championship.
Joseph Abbey tried to develop various way and attempt to help Sommerset’s team to win. Abbey
tried to create a team effort into the team. This is different with Roaz who more attempted to the
technical skills of the team, focusing more into the individual skills as individual athlete. By this,
Abbey always said that the pivotal thing in team is teamwork, that the heart of a football team is
in how the individual inside the team congruence and harmonize with each other. Abbey always
tried to hear inputs from the team member, He tried to develop the skills continuously through
dynamic schedule. He starts every seasons with a team sleepover, followed by a “Torture week”
with a two-week train of various regimen which sets the teamwork.
In the coaching process, Abbey tried to pass the leadership role towards the team members.
Senior member expected to be mature leaders who able to guide and inform the freshmen about
the team’s goals and expectation. The junior member needs to the role models of the team, while
the sophomores have to serve as quiet leaders who still learning but have foundation in the
culture. Moreover, the freshmen also
have role to pay attention to all other team member for them to learn about what is expected in
the team. Abbey, holds a 20 minutes meeting each Monday to start the week. In this meeting,
each member have their opportunity to grasp and communicate complaints or ideas to boost the
team performance. In this case, Abbey wanted to hear and understand all the problems in the
team when playing the games. This is different with Roaz’s ritual. He often comes with new
ideas every week, and new methods of exercising based on his knowledge. There are no team
meeting to have deep discussion except only hearing about his strategy and new workout regime
task. The team, only have to follow his requirements of task every week with handed logbook
per member. In the coaching process, both Abbey and Roaz are a though coach. They always
seek for perfection. However, Abbey always there when the team needs support and a friend for
discussion. Roaz on the other hands, prefer to put the relationship only between coach and the
coachee.
Question :
1. Please explain what are the leadership trait that influence both Abbey and Roaz’s outcome in
coaching the football team ! (25%)
2. How does each coach include Roaz and Abbey stack up the leadership skills include the
technical, interpersonal and conceptual skills ? (25%)
3. Do you agree if We say both Roaz and Abbey have similar ability to empower the team
member? Explain why! (25%)
4. How both Roaz and Abbey’s coaching skills might have different outcomes for the football
team ? (25%)
Note : The case of “The Sport Leader” is adapted from “King of The Hill”/ Peter Northouse/ 4ed
case with more alteration and changes in the content and questions.

Jawaban
1. Sifat kepemimpinan yang mempengaruhi Abbey dan Roaz dalam memimpin tim sepak bola

a. Abbey
 Emotional Stability and maturity
Kedewasaan emosional mengacu pada kemampuan seseorang untuk memahami
dan mengelola emosinya. Pemimpin dengan kematangan emosi yang tinggi kurang
mementingkan diri sendiri (mereka peduli terhadap orang lain), mereka mampu
mengendalikan diri, mereka memiliki emosi yang lebih stabil (tidak rentan terhadap
perubahan suasana hati yang ekstrem atau ledakan kemarahan), dan mereka kurang
defensif (lebih menerima kritik, lebih bersedia belajar dari kesalahan). Para pemimpin
dengan kematangan emosi yang tinggi mempertahankan hubungan yang lebih kooperatif
dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan. Kestabilan emosi dan kedewasaan dibuktikan
oleh Abbey yang selalu berusaha untuk mendengar masukan dari anggota timnya dan
Abbey selalu ada ketika anggota tim membutuhkan dukungan dan teman untuk
berdiskusi. Abbey mengadakan pertemuan/forum diskusi bersama anggota timnya selama
20 menit setiap hari Senin. Pertemuan ini memberikan kesempatan bagi setiap anggota
tim untuk saling memahami masalah ataupun keluhan yang dialami oleh masing-masing
anggota dan untuk mengkomunikasikan ide dan masukan yang dapat mendorong kinerja
tim.

 Kepemimpinan partisipatif
Pemimpin yang partisipatif adalah pemimpin yang mempertimbangkan masukan-
masukan dari bawahannya dalam mengambil sebuah keputusan. Bawahan yang dipimpin
dapat menyuarakan masukan, ide, dan pendapat mereka secara bebas. Pemimpin tidak
membatasi kesempatan bawahan dalam menyalurkan aspirasinya sehingga bawahan
berhak berpendapat semaksimal mungkin. Kepemimpinan partisipatif melahirkan seluruh
keputusan yang dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya kepemimpinan parsitipatif melibatkan hubungan kerja yang tinggi dan
perilaku beriorientasi tugas yang rendah. Seorang bawahan memungkinkan untuk
mengungkapkan ide yang dimilikinya sehingga mereka memperoleh kesempatan untuk
mewujudkan perannya dalam kelompok. Melibatkan orang lain dalam pengambilan
keputusan cenderung meningkatkan kualitas keputusan karena setiap orang dalam
kelompok bersedia bekerja sama menemukan solusi terbaik untuk masalah yang
dihadapi. Selain itu, keputusan yang diambil bersama-sama cenderung meningkatkan
komitmen kelompok dalam melaksanakan hasil keputusan.
Dalam kasus ini, kepemimpinan yang partisipatif terlihat pada kepemimpian
Abbey yang selalu berusaha mendengar masukan dari anggota tim. Abbey mengadakan
pertemuan 20 menit setiap hari Senin. Dalam pertemuan ini, setiap anggota memiliki
kesempatan untuk menyampaikan keluhan atau ide untuk meningkatkan kinerja tim.
Abbey ingin mendengar dan memahami semua masalah dalam tim saat memainkan
permainan.

b. Roaz
 Achievement Orientation
Achievement orientation atau berorientasi pada pencapaian adalah bagaimana
seorang individu menginterpretasikan dan menetapkan standar kerja yang spesifik dan
secara kontinyu melakukan serangkaian tindakan nyata untuk memenuhi tujuan yang
telah ditetapkan. Pemimpin dengan orientasi pencapaian cenderung memiliki fokus yang
kuat untuk tujuannya; mereka bersedia memikul tanggung jawab untuk menyelesaikan
masalah; mereka lebih cenderung mengambil inisiatif dalam menemukan masalah-
masalah dan bertindak tegas untuk menyelesaikannya; dan mereka lebih suka solusi yang
melibatkan tingkat risiko sedang daripada solusi yang sangat berisiko. Roaz merupakan
pemimpin dengan berorientasi pada pencapaian, hal ini terlihat dari Roaz yang lebih
mendahulukan individual skills, yaitu berfokus pada keterampilan individu sebagai atlet
individu. Upaya pemimpin akan diarahkan pada pencapaian dan kemajuan individualnya
sendiri daripada menuju pencapaian tim yang dipimpin oleh pemimpin. Roaz juga sering
memberikan ide-ide baru dan metode berolahraga baru berdasarkan pengetahuannya
tanpa mendiskusiannya dengan tim. Roaz berusaha menyelesaikan segala masalah
dengan seorang diri, enggan mendelegasikan, dan gagal mengembangkan rasa tanggung
jawab dan komitmen tugas yang kuat di dalam tim.
 Kepemimpinan autocratic
Gaya kepemimpinan autocratic adalah gaya kepemimpinan satu arah. Seorang
pemimpin autocratic akan mengarahkan orang lain untuk mencapai visinya. Gaya
kepemimpinan autocratic menuntut penuh bawahannya untuk patuh kepada pemimpin.
Gaya kepemimpinan ini bersifat absolut dan mengontrol total bawahannya.
Dalam pengambilan keputusan, pemimpin mengambil keputusan sendiri tanpa
campur tangan dari bawahannya. Keputusan yang diambilnya langsung dan final.
Bawahan diharuskan untuk patuh tanpa diberikan penjelasan. Peran serta bawahan
sangan terbatas bahkan tidak ada sama sekali dalam pengambilan keputusan.
Dalam kasus ini, kepemimpinan yang autocratic terlihat pada kepemimpinan Roaz
yang menentukan jadwal latihan berdasarkan pertimbangannya sendiri. Roaz
menempatkan jadwal yang sangat padat bagi tim selama seluruh musim agar mereka
tetap fokus dan terjaga. Namun, jumlah senior di timnya berhenti di musim pertama
karena Roaz mengharuskan mereka menghadiri seluruh latihan. Hasilnya, tim hanya
memenangkan dua pertandingan di seluruh musim.
2. Bagaimana Roaz dan Abbey mengukur keterampilan kepemimpinan termasuk keterampilan
teknis, interpersonal dan konseptual
Abbey adalah pelatih yang mengutamakan keterampilan interpersonal. Keterampilan
interpersonal meliputi pengetahuan tentang perilaku manusia dan proses kelompok, kemampuan
untuk memahami perasaan, sikap, dan motif orang lain, dan kemampuan untuk berkomunikasi
dengan jelas dan persuasif. Keterampilan interpersonal sangat penting untuk mempengaruhi
orang lain. Penguasaan interpersonal skill yang memadai memungkinkan untuk dapat menangani
anggota tim secara lebih efektif, komunikasi yang lancar, tercipta hubungan yang harmonis, dan
adanya saling bergantung dan saling terikat dengan sesama anggota tim sehingga meningkatkan
produktivitas anggota tim dalam klub.
Keterampilan interpersonal merupakan keterampilan untuk mengenali dan merespon
secara layak perasaan, sikap dan perilaku, motivasi serta keinginan orang lain. Keterampilan
interpersonal mencakup bagaimana diri kita mampu membangun hubungan yang harmonis
dengan memahami dan merespon orang lain. Kemampuan interpersonal sangat mempengaruhi
bagaimana pemimpin mempersepsikan diri mereka terhadap orang lain, dan bagaimana
pemimpin mempersepsikan dirinya sendiri. Ketika pemimpin memiliki keterampilan
interpersonal yang tinggi, mereka akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, sehingga mereka
akan dihargai orang lain, dan pada akhirnya mereka akan membangun hubungan yang harmonis
dengan orang lain.
Keterampilan interpersonal Abbey terlihat dari keinginan Abbey untuk mendengar dan
memahami semua masalah dalam tim saat memainkan permainan. Abbey mengadakan
pertemuan 20 menit setiap hari Senin. Dalam pertemuan ini, setiap anggota memiliki kesempatan
untuk memahami dan menyampaikan keluhan atau ide untuk meningkatkan kinerja tim. Dengan
adanya pertemuan ini, Abbey dapat memahami apa saja masalah-masalah yang terjadi yang
dirasakan oleh setiap anggota tim, sehingga Abbey dan tim dapat menemukan solusi terbaik
untuk kemajuan tim.
Setelah keterampilan interpersonal, keterampilan Abbey selanjutnya yaitu keterampilan
konseptual. Keterampilan konseptual (conceptual skill) adalah keterampilan daya pikir yang
dimiliki seorang pemimpin untuk kepentingan dan kegiatan dalam organisasi. Keterampilan
konseptual Abbey terlihat dari bagaimana Abbey mencoba untuk memberikan peran
kepemimpinan kepada anggota tim. Anggota senior diharapkan menjadi pemimpin yang matang
yang dapat membimbing dan memberi tahu mahasiswa baru tentang tujuan dan harapan tim.
Keterampilan Abbey setelah konseptual yaitu keterampilan teknikal. Abbey cenderung
sedikit menggunakan keterampilan teknikal. Hal ini dapat dilihat dari perkataan Abbey yang
selalu mengatakan bahwa hal terpenting dalam tim adalah kerja sama tim. Ia melanjutkan, inti
dari tim sepak bola adalah bagaimana individu di dalam tim bersatu dan selaras satu sama lain.

Roaz adalah pempimpin yang mengutamakan keterampilan teknikal. Keterampilan


teknikal ini adalah kemampuan untuk menggunakan teknik tertentu dalam melaksanakan tugas
atau pekerjaan tertentu. Keterampilan teknikal merupakan teknik yang digunakan atau dimiliki
untuk membuat sesuatu dapat lebih berguna dan bermanfaat. Keterampilan teknikal biasanya
lebih banyak berhubungan dengan keahlian fisik, namun ada juga beberapa keahlian non-fisik
yang bersifat teknis, seperti keahlian teknis bagi seorang akuntan dan salesman.
Keterampilan teknikal Roaz terlihat dari Roaz yang lebih berusaha untuk keterampilan
teknis tim. Roaz lebih berfokus pada keterampilan individu sebagai atlet individu. Roaz mencoba
menempatkan jadwal yang sangat padat bagi tim selama seluruh musim agar mereka tetap fokus
dan terjaga. Roaz memberikan jadwal yang padat ini untuk mengasah keterampilan teknik setiap
anggota tim.
Setelah keterampilan teknikal, keterampilan Roaz selanjutnya yaitu keterampilan
konseptual. Roaz sering datang dengan ide-ide baru setiap minggunya dan metode berolahraga
baru berdasarkan pengetahuannya. Tidak ada pertemuan tim untuk melakukan diskusi
mendalam kecuali hanya mendengar tentang strategi dan jadwal latihan. Tim hanya mengikuti
persyaratan tugasnya setiap minggu dengan menyerahkan buku catatan per anggota.
Keterampilan Roaz setelah teknikal yaitu keterampilan interpersonal. Roaz cenderung
sedikit mengaplikasikan keterampilan interpersonal. Roaz membuat jadwal dan strategi tanpa
melibatkan anggota dalam tim. Selain itu, Roaz lebih suka menempatkan hubungan hanya antara
pelatih dan orang yang dilatih.

3. Apakah Roaz dan Abbey memiliki kemampuan yang sama untuk memberdayakan tim?
Tidak. Saya tidak setuju jika dikatakan Roaz dan Abbey memiliki kemampuan yang sama
dalam memberdayakan tim. Abbey menunjukkan kemampuan empower yang lebih besar
daripada Roaz. Abbey mampu menangani anggota tim secara lebih efektif dan meningkatkan
produktivitas anggota tim dalam klub. Kemampuan empower Abbey terlihat dari beberapa hal
berikut. Pertama, Abbey berusaha memberikan peran kepemimpinan kepada setiap anggota tim.
Anggota senior diharapkan menjadi pemimpin yang dapat membimbing dan memberi tahu
juniornya mengenai tujuan dan harapan tim. Anggota junior juga memiliki peran untuk
memperhatikan semua anggota tim lainnya agar mereka dapat belajar tentang apa yang
diharapkan dalam tim. Hal ini dapat menciptakan hubungan yang erat antarsesama anggota tim
dan membangun kerja sama tim yang baik. Kedua, Abbey mencoba membuat upaya kerja sama
dalam tim. Abbey berupaya mengedukasi tim bahwa hal terpenting dalam sepak bola adalah
kerja sama tim. Inti dari tim sepak bola adalah bagaimana individu di dalam tim bersatu dan
selaras satu sama lain. Abbey mampu menciptakan kerja sama tim yang kuat yang dapat
membawa tim menuju kemenangan. Ketiga, Abbey selalu berusaha untuk mendengar masukan
dari anggota timnya dan Abbey selalu ada ketika anggota tim membutuhkan dukungan dan
teman untuk berdiskusi. Abbey dapat memahami apa saja masalah-masalah yang terjadi yang
dirasakan oleh setiap anggota tim, sehingga Abbey dan tim dapat menemukan solusi terbaik
untuk kemajuan tim. Abbey membuktikan kemampuan empowernya dengan mencapai 35 kali
kemenangan dalam 2 tahun.

Disisi lain, Roaz kurang mampu memberdayakan tim. Roaz tidak mampu menciptakan
kerja sama yang dibutuhkan oleh tim sepak bola. Roaz hanya mementingan kemampuan individu
sebagai atlet individu. Roaz memberikan jadwal latihan yang padat selama seluruh musim
dengan pertimbangannya sendiri. Roaz menginginkan mereka tetap fokus dan terjaga demi
kemampuan mereka sebagai atlet individu. Namun, jumlah senior di timnya berhenti di musim
pertama karena Roaz mengharuskan mereka menghadiri seluruh latihan. Selain itu, Roaz
menempatkan hubungannya dengan anggota tim hanya sebatas antara pelatih dan orang yang
dilatih. Roaz tidak pernah mencoba mendengarkan apa masalah yang dihadapi oleh anggota tim
selama berada di lapangan. Roaz tidak mengetahui masalah dan solusi apa yang dibutuhkan oleh
anggota timnya. Tidak ada kesempatan bagi anggota tim untuk menyuarakan masukan dan ide-
ide untuk kebaikan tim. Anggota tim hanya mengikuti arahan Roaz mengenai teknik, startegi,
dan metode pelatihan baru yang diberikan oleh Roaz. Hal ini mengakibatkan tidak adanya
kemajuan signifikan dari pertandingan yang dimainkan oleh tim.

4. Perbedaan keterampilan melatih Abbey dan Roaz yang memberikan perbedaan hasil pada tim
sepak bola

Joseph Abbey mencoba mengembangkan berbagai cara dan upaya untuk membuat tim
Sommerset memenangkan pertandingan. Abbey mencoba membuat upaya kerja sama dalam tim.
Abbey selalu mengatakan bahwa hal terpenting dalam tim adalah kerja sama tim. Ia melanjutkan,
inti dari tim sepak bola adalah bagaimana individu di dalam tim bersatu dan selaras satu sama
lain.
Abbey juga memberikan peran kepemimpinan bagi setiap anggota tim. Anggota senior
diharapkan menjadi pemimpin yang dapat membimbing dan memberi tahu juniornya mengenai
tujuan dan harapan tim. Anggota junior juga memiliki peran untuk memperhatikan semua
anggota tim lainnya agar mereka dapat belajar tentang apa yang diharapkan dalam tim. Hal ini
dapat menciptakan hubungan yang erat antarsesama anggota tim.
Sebagai pemimpin yang demokratis, Abbey selalu berusaha mendengar masukan dari
anggota tim. Ia berusaha mengembangkan keterampilan secara terus menerus melalui jadwal
yang dinamis. Abbey memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk menyampaikan
keluhan atau ide untuk meningkatkan kinerja tim. Abbey dapat memahami apa saja masalah-
masalah yang terjadi yang dirasakan oleh setiap anggota tim, sehingga Abbey dan tim dapat
menemukan solusi terbaik untuk kemajuan tim.
Abbey selalu ada ketika tim membutuhkan dukungan dan teman untuk berdiskusi.
Hasilnya, tim sepak bola Sommerset dapat menjadi juara hingga 35 pertandingan hanya selama
dua tahun. Gaya kepemimpinan Abbey ini membangun kepercayaan diri anggota tim untuk
memenangkan pertandingan. Selain itu, hubungan yang erat antaranggota tim membangkitkan
semangat tim dalam bertanding.

Sebagai perbandingan, Roaz merupakan tipe pemimpin yang autocratic. Roaz tidak
pernah memberikan pertemuan tim untuk melakukan diskusi tim. Tim hanya mendengar
mengenai strategi dan tugas latihan yang di buat oleh Roaz. Roaz tidak memberikan kesempatan
untuk anggota tim menyampaikan pendapat, ide, dan masalah mereka. Tim hanya harus
mengikuti persyaratan tugasnya setiap minggu dengan menyerahkan buku catatan per anggota.
Roaz yang menentukan jadwal latihan yang padat berdasarkan pertimbangannya sendiri. Roaz
menempatkan jadwal yang sangat padat bagi tim selama seluruh musim agar mereka tetap fokus
dan terjaga. Namun, jumlah senior di timnya berhenti di musim pertama karena Roaz
mengharuskan mereka menghadiri seluruh latihan. Hasilnya, tim hanya memenangkan dua
pertandingan di seluruh musim.
Anggota tim cenderung tidak mengikuti arahan Roaz karena beberapa hal. Pertama,
anggota tim tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan, sehingga mereka tidak mendapatkan
perannya dalam anggota tim. Kedua, mereka tidak mendapat penjelasan mengenai keputusan
yang di buat Roaz, mereka hanya diperintahkan untuk mengikuti arahan tanpa tahu mengapa
harus melakukan hal tersebut. Ketiga, Roaz lebih suka menempatkan hubungan hanya antara
pelatih dan orang yang dibimbing, sehingga tidak terciptanya hubungan yang erat untuk
mendukung kerja sama dalam tim.

Potrebbero piacerti anche