Sei sulla pagina 1di 10

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------ Volume ... Nomor ...

, Oktober 2020
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

DOI: http://dx.doi.org/10.33846/sf11101
Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pasien Yang Menjalani Hemodialisa Tahun 2020

Nimsi Melati
Prodi Sarjana Keperawatan, STIKES Bethesda YAKKUM Yogyakrta; nimsi@stikesbethesda.ac.id
Agnes Candra Mita
Prodi Pendidikan Profesi Ners, STIKES Bethesda YAKKUM Yogyakarta; agnescandra97@gmail.com
Kartika Yulianti
Prodi Pendidikan Profesi Ners, STIKES Bethesda YAKKUM Yogyakarta; yuliantikartika@gmail.com
Maria Septi Nirmala
Prodi Pendidikan Profesi Ners, STIKES Bethesda YAKKUM Yogyakarta; mariaseptinirmalairma@gmail.com
Ni Wayan Gari Suandewi
Prodi Pendidikan Profesi Ners, STIKES Bethesda YAKKUM Yogyakarta; garisuandewi99@gmail.com
Oshin Marsella
Prodi Pendidikan Profesi Ners, STIKES Bethesda YAKKUM Yogyakarta; oshinmarsella@gmail.com
Yendri Prisska Hardyanti
Prodi Pendidikan Profesi Ners, STIKES Bethesda YAKKUM Yogyakarta; yendriprisskah@gmail.com
Yogi Natanael
Prodi Pendidikan Profesi Ners, STIKES Bethesda YAKKUM Yogyakarta; yogi.natanael94@gmail.com

ABSTRACT

Background: Patients with Kidney Failure in 2013 were 2% or 2 per 100 population, increasing to 3.8% in
2018. The report of Indonesia Register (2017) states that the number of new patients undergoing hemodialysis
in 2017 is 30,831 and active patients is 77,892. The spread of disease caused by the COVID-19 virus which has
been declared a pandemi by WHO on March 12, 2020. According to a survey conducted by the online system to
a patient who routinely undergoes hemodialisia has a high mobilization to the hospital during the pandemic
and the patient realizes that the immune system is not like a healthy person but still has to come to the hospital
for dialysis. Objective: This study aims to determine the impact of the COVID-19 pandemic on patients
undergoing hemodialysis in 2020 Method: Research uses qualitative with a case study approach. The subjects
of this study were five hemodilysis patients in the provinces of Yogyakarta and Central Java. The research
stage was in the form of interviews which were conducted in September 2020. Data analysis used thematic
content analysis on the case study approach. Results: The identification found eight main themes: 1) Patients'
understanding of COVID-19; 2) Patients, families, nurses and hospitals adopt new habitual adaptations as an
effort to prevent COVID-19; 3) Changes in nurse and patient interactions are limited by the use of PPE; 4)
Changes in patient-patient interaction for the application of new adaptations; 5) Response to the adoption of
new habit adaptations; 6) The role and attention of the nurse make it easier for the patient to adapt; 7)
Challenges faced by patients and hospitals in the process of adapting to new habits during the pandemic; 8)
The expectations of patients during a pandemic and seventeen categories: 1) COVID 19 is a dangerous virus
that can attack anyone, especially vulnerable groups; 2) The impact of the patient's understanding of COVID
19; 3) The mode of transmission of COVID 19 according to the patient through air and fission contact; 4)
Patients adopt new habitual adaptations to prevent COVID 19; 5) The patient's family supports prevention
efforts by adopting the adaptation of new habits; 6) Nurses adopt new habitual adaptations to prevent COVID
19; 7) The hospital is adapting new habits during the COVID 19 pandemic; 8) The interaction between nurses
from the old adaptation process to the new adaptation using PPE; 9) Changes in patient-patient interaction for
the application of new adaptations; 10) Impact arising from the adaptation process; 11) Positive response from
patients and families to the adaptation process during the pandemic; 12) The nurse's attention makes the
patient comfortable and adaptable; 13) The role of nurses towards patients in implementing HD during the
pandemic; 14) Challenges faced by patients and hospitals in the process of adapting to new habits during the
pandemic; 15) Patient response to nurses on duty during the pandemic; 16) The patient hopes that the
pandemic will end soon and return to the way it used to be; 17) Patients' expectations of HD in the process of
adapting to new habits. Conclusion: The COVID-19 pandemic has caused anxiety for hemodialysis patients
who are a vulnerable group so they must always be vigilant and careful. Support from all parties is needed so
that patients are able to adapt to new habits. Providing support is carried out by limited interaction with the use
of personal protective equipment and minimizing physical contact.
Keywords: Impact, Patient, Hemodyalisis

1 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------ Volume ... Nomor ..., Oktober 2020
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

ABSTRAK

Latar belakang: Penderita Gagal Ginjal tahun 2013 sebesar 2% atau 2 per 100 penduduk meningkat menjadi
3,8% pada tahun 2018. Report of Indonesia Register (2017) (1) menyatakan jumlah pasien baru menjalani
hemodialiasa tahun 2017 yaitu 30.831 dan pasien aktif yaitu 77.892. Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh
virus COVID-19 yang telah ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO pada tanggal 12 Maret 2020. Berdasarkan
survey yang dilakukan dengan sistem online kepada seorang pasien yang rutin menjalani hemodialisia memiliki
mobilisasi tinggi ke rumah sakit pada masa pandemi dan pasien menyadari kalau sistem imun tidak seperti
orang sehat tetapi tetap harus datang ke Rumah Sakit untuk cuci darah. Tujuan: Penelitian ini bertujuan
mengetahui Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pasien Yang Menjalani Hemodialisa Tahun 2020. Metode:
Penelitian menggunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek dari penelitian ini adalah pasien
hemodilisa yang berada di provinsi Yogyakarta dan Jawa tengah sejumlah lima partisipan. Tahap penelitian
berupa wawancara yang dilaksanakan bulan September 2020. Analisis data menggunakan thematic content
analisis tentang pendekatan case study. Hasil: Identifikasi menemukan delapan tema utama: 1) Pemahaman
pasien tentang COVID-19; 2) Pasien, keluarga, perawat dan Rumah Sakit menerapkan adaptasi kebiasaan baru s
ebagai upaya pencegahan COVID-19; 3) Perubahan interaksi perawat dan pasien dibatasi dengan penggunaan
APD; 4) Perubahan interaksi pasien dengan pasien untuk penerapan adaptasi baru; 5) Respon terhadap
penerapan adaptasi kebiasaan baru; 6) Peran dan perhatian perawat memudahkan pasien untuk beradaptasi; 7)
Tantangan yang dihadapi pasien dan RS dalam proses adaptasi kebiasaan baru dimasa pandemi; 8) Harapan
pasien di masa pandemi dan tujuh belas kategori: 1) COVID 19 adalah virus berbahaya yang dapat menyerang si
apa saja terutama kelompok rentan; 2) Dampak pemahaman pasien tentang COVID 19; 3) Cara penularan
COVID 19 menurut pasien melalui udara dan kontak fisi; 4) Pasien menerapkan adaptasi kebiasaan baru untuk
mencegah COVID 19; 5) Keluarga pasien mendukung upaya pencegahan dengan turut menerapkan adaptasi keb
iasaan baru; 6) Perawat menerapkan adaptasi kebiasaan baru untuk mencegah COVID 19; 7) Rumah sakit
menerapkan adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi COVID 19; 8) Interaksi antara perawat dari proses
adaptasi lama ke adaptasi baru menggunakan APD; 9) Perubahan interaksi pasien dengan pasien untuk
penerapan adaptasi baru; 10) Dampak yang ditimbulkan akibat proses adaptasi; 11) Respon positif dari pasien
dan keluarga terhadap proses adaptasi dimasa pandemi; 12) Perhatian perawat membuat pasien nyaman dan
mudah beradaptasi; 13) Peran perawat terhadap pasien dalam pelaksanaan HD dimasa pandemi; 14) Tantangan
yang dihadapi pasien dan RS dalam proses adaptasi kebiasaan baru dimasa pandemi; 15) Respon pasien
terhadap perawat yang bertugas dimasa pandemi; 16) Pasien berharap semoga pandemi segera selesai dan
kembali seperti dulu; 17) Harapan pasien terhadap HD dalam proses adaptasi kebiasaan baru. Kesimpulan:
Pandemi COVID-19 menimbulkan rasa cemas bagi pasien hemodialisa yang merupakan kelompok rentan
sehingga harus selalu waspada dan berhati-hati. Dukungan dari semua pihak sangat diperlukan agar pasien
mampu beradaptasi dengan kebiasaan baru. Pemberian dukungan dilakukan dengan melakukan interaksi yang
dibatasi dengan penggunaan alat pelindung diri dan meminimalkan kontak fisik.
Kata kunci: Dampak, Pasien, Hemodialisa

PENDAHULUAN

Latar Belakang (Opsional)

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan
dengan Glomerulus Filtration Rate (GFR) kurang dari 60 mL per menit (Himmelfarb & Ikizler, 2019) (2).
Penderita gagal ginjal terbanyak berada pada kelompok usia 45-54 tahun sebanyak 31% dan usia 55-64 tahun
sebanyak 31% dengan jenis kelamin terbanyak yaitu laki-laki sedangkan peluang hidup pasien 1 bulan orang
hemodialisa adalah 87.3% lebih tinggi dibandingkan peluang hidup 1 tahun yaitu sebesar 46.7%. jumlah
penderita yang menjalani hemodialisa secara rutin meningkat setiap tahun (IRR, 2014) (3).
Hemodialisa merupakan suatu metode pengobatan untuk gagal ginjal akut maupun kronik yang dilakukan
melalui proses pengoreksian dan pembuangan sisa metabolisme tubuh melalui mesin dialisis bagi pasien gagal
ginjal terminal (Sulistyaningrum & Noer’aini, 2020) (4). Report of Indonesia Register (2017) (1) menyatakan
bahwa jumlah pasien baru menjalani hemodialiasa tahun 2017 yaitu 30.831 dan pasien aktif yaitu 77.892. Data
Riset Kesehatan Dasar tahun (2018) (5) menunjukkan pravelensi penderitta Gagal Ginjal tahun 2013 sebesar 2%
atau 2 per 100 penduduk meningkat menjadi 3,8% pada tahun 2018, DIY menempati urutan ketiga setelah
provinsi DKI dan Bali.
Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus COVID-19 yang telah ditetapkan sebagai pandemi oleh
WHO pada tanggal 12 Maret 2020. Tanda gejala umumnya infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan
pernafasan akut seperti demam, batuk dan sesak nafas. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia,
syndrome pernafasan akut, gagal ginjal sampai kematian (Kemenkes RI, 2020) (6). Data secara Global sebanyak
20.837.913 orang diantara jumlah tersebut dinyatakan berhasil sembuh, 924.799 jiwa meninggal dunia, dan

2 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------ Volume ... Nomor ..., Oktober 2020
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

28.3956.694 pasien terkonfirmasi. Berdasarkan data Kementerian kesehatan Republik Indonesia tahun 2020
bahwa jumlah kasus terkonfirmasi postif COVID-19 di Indonesia sampai pada tanggal 13 September 2020
menjadi 214.757 kasus dengan 152.458 sembuh dan 8.650 meninggal
Pasien yang menjalani pengobatan hemodialisa harus menjalani dan beradaptasi dengan kebijakan era
new normal COVID-19.. Berdasarkan survey yang dilakukan dengan sistem online kepada seorang pasien yang
rutin menjalani hemodialisis pada tanggal 12 September 2020 mengatakan bahwa memiliki mobilisasi tinggi ke
rumah sakit pada masa pandemi dan pasien menyadari kalau sistem imun tidak seperti orang sehat tetapi tetap
harus datang ke Rumah Sakit untuk cuci darah dan protokol saat pasien datang ke rumah sakit sudah memakai
masker tetapi selama proses hemodialisa dilakukan, masker yang digunakan dilepas dan pasien hemodialisa
melakukan percakapan dengan pasien lain tanpa menggunakan masker. Berdasarkan fenomena yang di
temukan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang dampak pandemi COVID-19 terhadap
pasien yang menjalani hemodialisa tahun 2020.

Tujuan Penelitian (Opsional)

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pasien Yang Menjalani
Hemodialisa Tahun 2020.

METODE

Metode penelitian menggunakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Subjek dari penelitian ini adalah
pasien yang menjalani hemodialisa yang berada di provinsi Yogyakarta dan Jawa tengah dengan jumlah
partisipan mencapai saturasi data (kejenuhan data), sebagai sampel penelitian dengan kriteria inklusi sampel
sebagai berikut: 1) Pasien hemodialisa; 2) Bersedia menjadi responden. Berdasakan tingkat kejenuhan data,
maka didapatkan jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 5 pasien hemodialisa. Selain manusia sebagai
instrumen penelitian, alat pengumpulan data lain yang menunjang proses penelitian adalah pedoman wawancara
mendalam (indepth interview), inform consent, catatan lapangan (fields notes), dan alat perekam. Tahap
penelitian berupa wawancara yang dilaksanakan pada bulan September 2020. Analisis data menggunakan
thematic content analisis tentang pendekatan case study. Tahap uji etika penelitian dengan mendapatkan lolos
etik penelitian dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Keperawatan Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta dengan
nomer surat: 1344/KEP-UNISA/IX/2020 yang terbit pada tanggal 29 September 2020

3 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------ Volume ... Nomor ..., Oktober 2020
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

HASIL
Pelaksanaan pengambilan data telah dilakukan oleh peneliti, yakni wawancara dengan subjek. Untuk
melakukan deskripsi hasil wawancara, peneliti sebelumnya membuat transkip dari rekaman wawancara dengan
subjek yang setelah itu dilakukan pengkodingan dan analisis. Hasil tematik menemukan delapan tema dan tujuh
belas kategori yaitu:
1. Pemahaman pasien tentang COVID-19
a. COVID-19 adalah virus berbahaya yang dapat menyerang siapa saja terutama kelompok rentan
Partisipan mengatakan bahwa COVID-19 merupakan virus berbahaya yang dapat menyerang siapa saj
a terutama kelompok rentan

“…ya menurut saya sih virus yang berbahaya…” “…siapa saja mbak terutama orang yang sudah
sakit itu kan lebih rentan to, lebih rentan kenanya…”(3)

b. Dampak pemahaman pasien tentang COVID-19


Partisipan mengatakan bahwa COVID-19 menimbulkan rasa takut dan cemas sehingga harus selalu w
aspada dan berhati-hati.

“...tapi semua pasti beresiko dan harus selalu waspada ya mbak, kalau untuk pasien HD itu harus
melakukan rapid…” “…pasien HD yang tanda kutip ada penyakit dalam rentan terkena, ya harus
ekstra hati-hati karna virus ini tidak kelihatan…” “…karena organ-organ sudah tidak bisa berfungsi
dengan baik…”(4)

c. Cara penularan COVID-19 menurut pasien melalui udara dan kontak fisik
Partisipan mengatakan bahwa COVID-19 bisa menular melalui udara dan kontak fisik dengan orang at
au benda yang terkontaminasi oleh COVID-19.

“…air ludah misalnya saat berbicara…” “…bersentuhan dengan yang positif covid…” (4)

“…kalau menurut saya itu bahaya sih kak, karna virus ini kan kak tidak kelihatan…” “…kalau yang s
aya tahu sih dari kontak fisik, kalau kayak berjabat tangan, ga pakai masker…” “…jangan berdekat-
dekatan gitu kak…” “…bisa menyerang siapa saja ya kak apalagi yg sudah lanjut usia ya kak, orang
yang sudah punya penyakit bawaan kan rentan kak…” (5)

2. Pasien, keluarga, perawat dan rumah sakit menerapkan adaptasi kebiasaan baru sebagai upaya pencegahan
COVID-19
a. Pasien menerapkan adaptasi kebiasaan baru untuk mencegah COVID-19
Partisipan mengatakan bahwa upaya pencegahan yang dilakukan yaitu dengan mencuci tangan, mema
kai masker, menjaga jarak, dan mengurangi aktivitas diluar rumah..

“...pencegahan itu kita harus sering cuci tangan, harus pake masker, kalo ada juga pake kaca mata
lebih bagus, dan itu sama jaga jarak…”(1)

b. Keluarga pasien mendukung upaya pencegahan dengan turut menerapkan adaptasi kebiasaan baru
Pastisipan mengatakan keluarga mendukung terhadap penerapan adaptasi kebiasaan baru.

“…selalu pake masker, cuci tangan sebelum masuk rumah kalau mau ke tempat tempat yang banyak
orang selalu cuci tangan pake sabun, selalu pake maskeri, dirumah sakit saja itu tidur pake masker
kok mbak…” “…jaga jarak ndak boleh salaman dulu kan…” (3)

c. Perawat menerapkan adaptasi kebiasaan baru untuk mencegah COVID-19


Partisipan mengatakan bahwa sebagai upaya menerapkan kebiasaan baru perawat dengan meningkatka
n penggunaan APD, wajib menerapkan protocol kesehatan, dan melakukan penyuluhan kesehatan yan
g berkaitang dengan COVID-19.

“…sangat-sangat didukung gitu…” “…kemarin tu sempet dikasi ini kayak edukasi penunggunya itu
dipanggil berapa berapa gitu , ho’o terus ini kayaknya mau memang perlu ada rapid test gitu tapi
gimana keluarga? Yaaa kita mau…” (2)

4 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------ Volume ... Nomor ..., Oktober 2020
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

d. Rumah sakit menerapkan adaptasi kebiasaan baru di masa pandemi COVID-19


Partisipan mengatakan rumah sakit telah menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melakukan peng
ukuran suhu, pengisian form, pembatasan pengunjung atau penunggu pasien.

“…contohnya sarung tangan ya, sekarang bisa pakai rangkap tiga untuk sarung tangan, memakai
seragam juga begitu, memakai penutup kepala dan face shield…” (4)

“…paling yaa sebelum masuk ke ruang HD di ukur suhu, terus wajib cuci tangan nanti selesai HD cu
ci tangan lagi sama wajib pakai masker…” (5)

3. Perubahan interaksi perawat dan pasien dibatasi dengan penggunaan APD


a. Interaksi antara perawat dari proses adaptasi lama ke adaptasi baru menggunakan APD
Partisipan mengatakan interaksi antara perawat dan pasien di batasi dengan penggunaan APD, memini
mal kan kontak fisik dengan pasien dan durasi komunikasi terbatas.

“...skarang memang ya itu dibatasi itu kalau memang pasiennya nggak kenapa-kenapa gitu nggak
manggil kaya gitu…” “…Berubah, jadi biasanya kan eeee kalau kita itu dateng kalau udah kenal
banget salaman, kalau ini kan nggak, ngobrol mesti salim, ini memang ya ada perubahan gitu loh…”
(2)

4. Perubahan interaksi pasien dengan pasien untuk penerapan adaptasi baru


a. Perubahan interaksi pasien dengan pasien untuk penerapan adaptasi baru
Partisipan mengatakan interaksi tetap dilakukan dengan penerapan adaptasi baru.

“.…tadinya pasien itu sering bagi bagi apa makanan sama yang lain sekarang beda, yang kedua yang
tadinya ee biasa yahh tuker tuker apa gitu sekarang nggak jadi tetap jaga jarak, jadi ngobrolnya
yahh lebih berkurang juga…”(1)

5. Respon terhadap penerapan adaptasi kebiasaan baru


a. Dampak yang ditimbulkan akibat proses adaptasi
Partisipan mengatakan bahwa dampak yang ditimbulkan dari proses adaptasi baru yaitu pengetahuan y
ang baik dapat mengurangi rasa takut.

“…dari diri sendiripun eeee dari gizi pun juga harus ini harus lebih ditingkatkan gitu kan ya, jadi
nggak nggak yang terus takut bangettt gitu juga enggak…”(1)

b. Respon positif dari pasien dan keluarga terhadap proses adaptasi di masa pandemi
Partisipan mengatakan bahwa adaptasi baru dapat dijalani dengan mudah apabila dijalani dengan baik
dan adaptasi dilakukan demi kebaikan bersama.

“…bagi penunggu itu menunggu pasiennya itu kan juga harus gimana ya, kasihan gitu mungkin ya,
udah sakit, nanti kalau kena juga gimana gitu, jadi ya semua itu dapet respon baik…” “…He’eh,
sangat-sangat didukung gitu…” “…karena itu juga buat kebaikan bersama gitu loh, ho’oh, kalau aku
nyaman gitu yaudah ya dijalani wae kayak gitu…” “…sadar kalau orang sakit itu harus lebih yang
hati-hati...” (2)

6. Peran dan perhatian perawat memudahkan pasien untuk beradaptasi


a. Perhatian perawat membuat pasien nyaman dan mudah beradaptasi
Partisipan mengatakan perhatian perawat sangat diperlukan dalam proses adaptasi kebiasaan baru.

“…jadi setiap mau nusuk mau ini gitu kan ditanya dulu, kayak gitu gitu, lebih enak ya, nyaman aja
kalau perawat perhatian kayak gitu…” “…He’eh, kalau buat aku sendiri sih kayak gitu, jadi kadang
kayak sama, terus nanti pasien lain gitu ikut ohh iyo , nah kayak gitu kan tambah seneng aja, nggak
bosen…” (2)

5 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------ Volume ... Nomor ..., Oktober 2020
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

b. Peran perawat terhadap pasien dalam pelaksanaan HD dimasa pandemi


Partisipan mengatakan perawat berperan didalam penerapan adaptasi kebiasaan baru selama melakuk
an HD

“….perawat HD jadi punya tanggung jawab sendiri ketika dia memegang saya bersih di pake saya
diaa yang memberihkan sekarang seperti itu…” “…Yahh yahh gitu dari nol sampe akhir, jadi itu
tanggung jawab sihh suster tersebut..” (1)

7. Tantangan yang dihadapi pasien dan Rumah Sakit dalam proses adaptasi kebiasaan baru dimasa pandemi
a. Tantangan yang dihadapi pasien dan RS dalam proses adaptasi kebiasaan baru dimasa pandemi
Partisipan mengatakan dalam proses adaptasi kebiasaan baru perawat, pasien dan rumah sakit memilik
i tantangan untuk harus berkerja lebih ekstra dan tetap menjaga kesehatan di masa pandemi COVID-1
9.

“….Yahh ini semua kan sebenarnya yahh resiko dari pandemi ini yahh semua exstra yang exstra
bukan Cuma perawatnya saja yang kita pun yang menjalani juga exstra…” “…yahh kerja ekstra
karena malam yang seharusnya pagi dan siang…”“…tetep menjaga kesehatan jangan sampe mm
teledor yahh istilahnya…” (1)

b. Respon pasien terhadap perawat yang bertugas dimasa pandemi


Partisipan mengatakan senang melihat perawat tetap menjaga kesehatan dengan menggunakan APD.

“…seneng dan dan kasihan, kadang kan hehhh panas banget mbak, kayak gitu, heheheh, tapi kan
memang ya itu harus dilakukan kan yaa, jadi yo seneng juga maksudnya perawatnya itu juga ini sih
apa, ho’oh menjaga diri juga gitu loh dengan berpakaian seperti panas-panas, masih nusuk, ya sok
kadang diguyoni kayak gitu loh, ho’oh…” “…jadi ya perawat itu memang harus strong…” (2)

8. Harapan pasien di masa pandemi


a. Pasien berharap semoga pandemi segera selesai dan kembali seperti dahulu
Partsisipan mengatakan harapan sekarang ingin pandemi COVID-19 cepat selesai.

“…Ee harapanya yahh pandemi cepat selesai..” “…harapannya cepat berlalu aja lahh...” “…
kegiatannya yang positif gitu yang tidak ee banyak mendengar social media yahh banyak hal lahh
kalo yang negative-negatif itu nanti oo ada berita gini gini kan jadi takut apa langsung nanti aa itu
juga melemahkan imun jadi kalo ini yang ku serap itu selama ini yang positif positif aja jadi misalnya
ada ini yahh itu oke lah dapat berita tapi ngk usah terlalu panjang panjang, cukup tau aja tapi kalo
yang positif itu oke kita lanjutkan kegiatan kegiatan positif itu…” (1)

b. Harapan pasien terhadap HD dalam proses adaptasi kebiasaan baru


Partisipan mengatakan dalam proses adaptasi kebiasaan baru pasien yang rutin menjalani HD harus tet
ap mematuhi protocol kesehatan dan selalu berpikir positif.

“…harus tetep itu tadi, semangat, nggak papa walaupun pandemi harus gini gini gini tapi yang
penting HD tetep lancar ya kan…” “…yang kuat, semangat, terus pokoke tetep seneng, heheheh,,
happy…” (2)

“…yang pasti eee tidak menjadikan HD itu sebuah momok, jadi bawaan kami kan harus ceria, harus
gembira…” (4)

PEMBAHASAN
Hasil penelitian didapatkan delapan tema yaitu yang pertama Pemahaman pasien tentang COVID-19.
COVID-19 adalah virus berbahaya yang dapat menyerang siapa saja terutama kelompok rentan seperti pasien
yang menderita gagal ginjal kronis. Corona virus adalah keluarga virus yang diketahui menyebabkan penyakit
mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) (WHO, 2020) (7). Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi,
anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui (Rothan, 2020) (8). Cara penularan COVID-
19 dapat melalui udara dan kontak fisik. Pendapat ini sejalan dengan (Kemenkes RI, 2020) (6) yang menyatakan
bahwa cara penularan COVID-19 melalui kontak dengan droplet saluran napas penderita. Bagi pasien yang

6 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------ Volume ... Nomor ..., Oktober 2020
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

menjalani hemodialisa pemahaman tentang COVID-19 menimbulkan dampak berupa perasaan cemas dan harus
waspada karena pasien hemodialisa merupakan kelompok yang rentan terpapar virus COVID-19.
Tema kedua yaitu Pasien, keluarga, perawat dan rumah sakit menerapkan adaptasi kebiasaan baru sebagai
upaya pencegahan COVID-19. Pasien, keluarga, perawat dan RS mendukung dan menerapkan adaptasi
kebiasaan baru sebagai upaya pencegahan penularan virus COVID-19. Pada kenormalan baru ini masyarakat
wajib untuk mematuhi anjuran yang diberikan oleh pemerintah. Pada pelaksanaannya kebiasaan yang harus ada
pada masyarakat yaitu: menggunakan masker dalam segala aktivitas, pengecekan suhu tubuh, penyemprotan
desinfektan, mencuci tangan, menjaga jarak, memanfaatkan layanan online dan menerapkan pola hidup sehat
(Rosyidha, 2020) (9). Kewaspadaan standar yang harus diterapkan disemua fasilitas pelayanan kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi semua pasien dan mengurangi resiko infeksi lebih lanjut.
Kewaspadaan standar meliputi kebersihan tangan, penggunaan APD sesuai resiko, pengelolaan limbah yang
aman, pembersihan lingkungan, sterilisasi linen dan peralatan perawatan pasien, membatasi jumlah petugas
kesehatan memasuki kamar pasien COVID-19 jika tidak terlibat perawatan langsung, batasi jumlah pengunjung
dengan suspek atau konfirmasi terinfeksi COVID-19, tempatkan pasien COVID-19 pada ruang isolasi, hindari
membawa dan memindahkan pasien keluar dari ruang isolasi kecuali diperlukan secara medis, membersihkan
dan desinfeksi permukaan peralatan misalnya tempat tidur yang bersentuhan dengan pasien setelah digunakan,
semua orang yang masuk ruang pasien harus dicatat untuk tujuan penelusuran kontak (Kemenkes RI, 2020) (6).
Adaptasi kebiasaan baru ini juga harus dilakukan oleh pasien yang menjalani hemodialisa sebagai upaya
pencegahan COVID-19, selain pasien adaptasi kebiasaan baru juga dilakukan oleh keluarga, perawat dan pihak
rumah sakit.
Tema ketiga yaitu perubahan interaksi perawat dan pasien dibatasi dengan penggunaan APD. Interaksi
antara perawat dan pasien terjadi dalam proses keperawatan, dimana diperlukan kompetensi tertentu bagi
seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan. Unit kompetensi yang banyak harus dikuasai bagi
perawat adalah bagaimana melakukan asuhan keperawatan dengan caring dan memiliki kemampuan
komunikasi yang baik pada pasien. Kompetensi perawat yang utama harus diperhatikan adalah mendapatkan
kembali kesehatan mereka melalui proses penyembuhan dengan interaksi didalamnya (Kartika IR, 2018) (10). Hal
ini sejalan dengan Berman, Shirlee & Geralyn (2016) (11) menyatakan bahwa salah satu kompetensi perawat
yakni fokus pada kebutuhan keperawatan kesehatan pasien secara keseluruhan, termasuk upaya mengembalikan
kesehatan emosional, spiritual, dan sosial. Interaksi perawat dan pasien di unit hemodialisa mengalami
perubahan pada masa pandemi COVID-19 salah satunya yaitu interaksi yang dilakukan dengan menggunakan
APD sesuai standar operasional prosedur (SOP) perawatan pasien dimasa pandemi COVID-19, selain itu juga
mengalami perubahan dari segi durasi yang dikurangi dan harus meminimalkan kontak fisik dengan pasiennya.
Tema keempat yaitu perubahan interaksi pasien dengan pasien untuk penerapan adaptasi baru. Interaksi
sosial merupakan hubungan antara individu atau lebih, dimana individu yang satu mempengaruhi, mengubah,
atau memperbaiki individu yang lain atau sebaliknya. Interaksi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
menentukan interaksi tersebut dapat berjalan dengan baik atau buruk. Faktor yang dapat mempengaruhi
interaksi sosial yaitu situasi sosial, memberi bentuk tingkah laku terhadap individu yang berada dalam situasi
tersebut (Ahmad, 2009 dalam Pribadi Teguh, 2019) (12). Perubahan interaksi juga antara pasien dan pasien di unit
hemodialisa. Perubahan interaksi ini dianggap pasien sebagai kebiasaan baru yang harus dijalani dan merasa
nyaman dengan perubahan yang ada.
Tema kelima yaitu respon terhadap penerapan adaptasi kebiasaan baru. Kesiapan masyarakat menghadapi
tatanan baru dalam kebiasaan normal baik secara fisik, mental dan sosial perlu dilakukan terhadap keluarga,
masyarakat dan komunitas (Kemenkes RI, 2020) (13). Perubahan paradigma dan perubahan perilaku sehat dapat
menjadikan masyarakat sebagai pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan, dengan perubahan perilaku
sehat ini dapat membuat masyarakat menjadi mandiri dalam mengusahakan dan menjalankan upaya
kesehatannya (Shane, 1969 dalam Ngadiran, 2020) (14). Hal ini didukung oleh (Zandifar & Badrfam, 2020) (15)
yang menyatakan bahwa adaptasi merupakan kemampuan individu agar dapat melakukan penyesuaian diri pada
suatu tempat atau lingkungan yang dipandang sebagai suatu hal yang baru, karena kehidupan tetap berjalan
maka langkah awal yang dilakukan adalah penerimaan (acceptance). Banyak faktor yang mempengaruhi
kecepatan dan cara seseorang beradaptasi seperti kepribadian, usia, pengalaman, proses belajar, kondisi fisik dan
lingkungan. Kemampuan adaptasi setiap individu berbeda-beda. Pasien sudah menyadari bahwa perubahan
perilaku perlu dilakukan untuk membantu pencegahan penularan virus COVID-19. Kesadaran ini juga diikuti

7 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------ Volume ... Nomor ..., Oktober 2020
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

dengan tindakan yang aplikatif. Pasien dan keluarga pasien yang menjalani hemodialisa menunjukkan respon
yang positif terhadap proses adaptasi kebiasaan baru dimasa pandemi COVID-19. Pasien dan keluarga mudah
untuk beradaptasi karena pasien dan keluarga memiliki pemahaman dan respon yang baik.
Tema keenam yaitu peran dan perhatian perawat memudahkan pasien untuk beradaptasi. Keselamatan
pasien (patient safety) adalah permasalahan yang sangat penting dalam setiap pelayanan kesehatan. Keselamatan
merupakan tanggung jawab dari pemberi jasa pelayanan kesehatan terutama pelayanan keperawatan disetiap
unit perawatan, baik akut maupun kronis harus berfokus pada keselamatan pasien dalam tatanan rumah sakit
(Harefa, 2019) (16). Dukungan perawat ditunjukkan dengan perawat memberikan informasi tentang kondisi
pasien. Dukungan ini sangat dibutuhkan oleh keluarga dan pasien karena dengan pemberian dukungan informasi
yang baik sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan yang sulit. Dukungan perawat juga ditunjukkan
dengan perawat memberikan dukungan emosional. Dukungan emosional ditunjukkan dengan perawat
menunjukkan sikap siap membantu kapan saja saat dibutuhkan. Bentuk dukungan ini melibatkan rasa empati,
selalu mendampingi, adanya suasana kehangatan dan rasa diperhatikan akan membuat individu memiliki
perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat
menghadapi masalah dengan baik. Pentingnya peran dan perhatian perawat membuat pasien yang rutin
menjalani hemodialisa merasa nyaman dan mudah untuk beradaptasi dimasa pandemi COVID 19. Peran,
perhatian dan tanggung jawab perawat dimasa pandemi sangat diperlukan sehingga antara pasien dan perawat
bisa melakukan kerjasama dengan baik untuk menerapkan adaptasi kebiasaan baru.
Tema ketujuh yaitu tantangan yang dihadapi pasien dan rumah sakit dalam proses adaptasi kebiasaan baru
dimasa pandemi. Para profesional perawatan kesehatan, terutama perawat yang berada di garis terdepan di masa
pandemi COVID-19 beresiko lebih tinggi terinfeksi, berkerja di bawah tekanan ekstrem, terpapar stress tinggi,
waktu kerja lama, beban kerja berlebihan, tanpa pelatihan dan peralatan yang memadai dan kemungkinan
didiskriminasi (Kang Lijun et al, 2020) (17). Banyak rumah sakit saat ini memiliki struktur pendukung untuk
tenaga kesehatan yang terkena dampak gangguan emosional dengan peran perawat. Kelompok pendukung
teman sebaya juga bermanfaat bagi kesejahteraan psikologis emosional perawat dan dokter. Dukungan kasih
sayang diantara tenaga kesehatan dan pasien menjadi target intervensi terbukti efektif meningkatkan
kesejahteraan emosional dan psikologis tenaga kesehatan. Dimasa pandemi tenaga kesehatan memiliki
tantangan yang besar dalam merawat pasien di rumah sakit. Tenaga kesehatan dituntut untuk selalu memberikan
pelayanan yang profesional khususnya pada unit hemodialisa, tenaga kesehatan harus bekerja ekstra dalam
memnuhi kebutuhan pasien karena adanya pambatasan pengunjung/ penunggu pasien. Dalam hal ini tenaga
kesehatan memerluka dukungan psikologis baik dari anggota tim maupun keluarga. tantangan yang dihadapi
pasien dan rumah sakit dalam proses menerapkan adaptasi kebiasaan baru. Proses adaptasi dimasa pandemi
COVID 19 menjadi tantangan yang dihadapi oleh pasien, perawat dan rumah sakit dimana perawat harus
berkerja ekstra, tidak boleh keluar ruangan, harus prokatif, menjaga kesehatan dan menggunakan APD ekstra.
Tema kedelapan yaitu harapan pasien di masa pandemi. Harapan yang positif sangat diperlukan bagi
pasien hemodialisa di masa pandemi COVID-19. Hal ini dapat membantu pasien untuk meningkatkan kesehatan
mental dan fisik dengan tetap melakukan hemodialisa secara rutin dan tetap mematuhi protokol kesehatan,
pasien yang memiliki harapan lebih berkompeten untuk mencapai tujuan mereka, membantu mereka
mengahadapi tantangan, kesulitan dan selalu berfokus pada strategi penanggulangan masalah serta membawa
banyak hasil positif dalam kesehatan mental dan fisik (Shorey et al, 2003 dalam Permatasari, 2017) (18) Hal ini
sejalan dengan pendapat Banerjee (2020) (19) yang menyatakan bahwa mencari informasi terkait kesehatan
mental di masa pandemi di berbagai sumber online yang valid dan terpercaya juga suatu langkah positif.

KESIMPULAN
Pandemi COVID-19 menimbulkan rasa cemas bagi pasien hemodialisa yang merupakan kelompok rentan
sehingga harus selalu waspada dan berhati-hati. Dukungan dari semua pihak sangat diperlukan agar pasien
mampu beradaptasi dengan kebiasaan baru. Pemberian dukungan dilakukan dengan melakukan interaksi yang
dibatasi dengan penggunaan alat pelindung diri dan meminimalkan kontak fisik.

8 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------ Volume ... Nomor ..., Oktober 2020
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

DAFTAR PUSTAKA
1. Report of Indonesia Register. Program Indonesia Renal Registry (IRR). 2017;1-40

2. Himmelfarb J., Ikizler TA. Hemodyalisis. N Engl J Med. 2019;363(1):1833-1845

3. Indonesiaan Renal Registry. Program Indonesian Renal Registry (IRR). 2015:1-45

4. Sulistyaningrum DP., Noer’aini I’ien. Hemodialisa PP. Journal Homepage :


http://jurnal.itkeswhs.ac.id/index.php/medika Pengaruh Range Of Motion Intraradialis Terhadap Urea
Reduction Ratio Pada Pasien Hemodialisa. 2020;5

5. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI tahun
2018. 2018

6. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat COVID-19 di
Indonesia. 2020

7. World Health Organitation (WHO). Penyakit Infeksi Emerging Akibat Virus, Termasuk COVID-19:
Metode Deteksi, Pencegahan, Respons dan Pengendalian. 2020. [cited 13 September 2020]

8. Rothan HA., Byrareddy SN. The Epidemiology and Pathogenesis of Corona Virus Desease (COVID-19)
Outbreak. J Autoimun. 2020 [cited 13 September 2020]. Available from:
https://doi.org/100.1016/j.jaut.2020.102433

9. Rosyidha D. Kebiasaan Baru Masyarakat Ketika Masuk Era New Normal. 2020 [cited 3 October 2020].
Available from: https://jatimplus.id/kebiasaan-baru-masyarakat-ketika-masuk-era-new-normal

10. Kartika IR.. Kompetensi Perawat dan Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan Di Rawat Jalan.
Ners: Jurnal Keperawatan Volume 14 No.2. 2018:46-54

11. Berman AT., Shirlee S., Geralyn F. Kozier & Xerb’s Fundamental Of Nursing (10th Ed) St. Louis: Pearson.
2018:463-546

12. Pribadi T., Karyanto., Yansuri. Hubungan Gambaran Diri Dalam Berinteraksi Sosial pada Penderita TB
Paru Di Negeri Agung Lampung Indonesia. Holistik Jurnal Kesehatan Volume 13 No.2. 2019:184-193

13. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Kesiapan Menghadapi COVID-19 In Pedoman Kesiapan Menghadapi
COVID-19. 2020

14. Ngadiran., et al. Peningkatan Kemandirian Keluarga dalam Adaptasi Menghadapi Kehidupan New
Normal. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia (JPKMI). Vol 1 No 3. 2020:

15. Zandifar A., Badrfam R. Iranian Mental Health During the COVID-19 Epidemic. Asian J Psychiatr. 2020.
Available from: https://doi.org/10.1016/j.ajp.2020.101990

16. Harefa EIJ. Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawat dalam Menerapkan Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit [skripsi]. 2019. Available from: https://osf.io/preprints/inarxiv/exby5

17. Kang Lijun., Yi Li., Shaohua Hu., et al. The Mental Health Of Medical Workers In Wuhan, China Dealing
With 2019 Novel Coronavirus The lancet. Psyhiatry 7(3) e14-e14. 2020; [published March 01 2020] .
Availabe from: https://doi.org/10.1016/S2215-0366(20)30047-X

18. Permatasari D. Hubungan Dukungan Orangtua Dan Harga Diri Dengan Harapan Sebagai Variabel
Mediator [skripsi]. Psikodimensia Vol.16 No.1. 2017:20-30. Available from:
https://doi.org/10.24167/psiko.v16i1.918

19. Banarjee D. The Covid-19 Outbreak Crucial Role The Psyhiatrists Can Play. Asian J Psyhiatry. 2020:
[published March 20 2020]. Available from: https://doi.org/10/1016/j.ajp.2020.102014

9 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------ Volume ... Nomor ..., Oktober 2020
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

10 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF

Potrebbero piacerti anche