Sei sulla pagina 1di 7

Nova Abdillah, Edwyn Saleh, Pengaruh Musik Mozart ...

Pengaruh Musik Mozart terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Dokter Gigi

The Influence of The Mozart’s Music to Level Anxiety of Dentist’s Patient


Nova Abdillah1, Edwyn Saleh2
1
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
2
Bidang Bedah Mulut dan IT Komunikasi Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email: edwin@fk.umy.ac.id

Abstract

The aim of this study was to examine the influence of Mozart’s music as an instrument in
reducing patient’s anxiety while visiting dentist’s clinic. 100 subjects between age of 13 – 70
years and fulfilled the inclusion criteria participated in this study. In this quasi-experimental
study the subjects were questioned about their feeling of anxious before entered and after
went out from the dentist’s practice room, while Mozart’s music playing during the treatment.
Patient’s anxiety score were obtained by Modified Dental Anxiety Scale (MDAS). Data were
evaluated using Wilcoxon Signed Rank Test. This study showed that there’s changes of patient’s
anxiety level after listening Mozart’s music during dental treatment. One patient experienced
increasing of dental anxiety levels, 48 patients didn’t experience of dental anxiety level changes,
and 51 patients experienced decreasing of dental anxiety levels. Result of statistical test showed
p=0,000 (p<0,5) it means that there’s a significant differences of patient’s anxiety levels after
dental treatment with Mozart’s music playing in dentist’s practice room. In conclusion, Mozart’s
music can be used as an alternative instrument to reduce anxiety levels of the patient during
dental treatment at the dentist’s clinic.

Key words: dentist’s patient, instrument, level anxiety, Mozart’s music.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh musik Mozart terhadap tingkat
kecemasan pasien yang berkunjung ke klinik dokter gigi. Penelitian ini dilakukan dengan
metode kuasi-eksperimental pada 100 pasien yang berusia 13 – 70 tahun dan memenuhi kriteria
inklusi subjek penelitian. Pada subjek penelitian dilakukan penilaian terhadap kecemasan
sebelum masuk dan sesudah keluar dari ruang praktek dokter gigi, dimana pada saat perawatan
berlangsung, diputarkan musik Mozart. Skor kecemasan dinilai dengan Modified Dental
Anxiety Scale (MDAS). Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Wilcoxon Signed Rank Test.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan tingkat kecemasan sesudah dilakukan
perawatan dengan mendengarkan musik Mozart. Satu pasien mengalami peningkatan tingkat
kecemasan, 48 pasien tidak mengalami perubahan tingkat kecemasan, dan 51 pasien mengalami
penurunan tingkat kecemasan. Hasil uji statistis menunjukkan hasil p=0,000 (p<0,05) yang
artinya terdapat perbedaan yang sangat bermakna pada perubahan tingkat kecemasan pasien
sesudah diputarkan musik Mozart.Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa musik Mozart
dapat digunakan sebagai alternatif piranti untuk mengurangi kecemasan pasien yang sedang
melakukan perawatan kesehatan gigi di klinik dokter gigi.

Kata kunci : pasien dokter gigi, piranti, tingkat kecemasan, musik Mozart

22
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 1:22-28, Januari 2010

Pendahuluan perawatan gigi akan memperburuk keadaan


mulut mereka sendiri, dan nantinya akan
Di dalam literatur kedokteran gigi membutuhkan perawatan yang lebih
istilah yang sering digunakan untuk kompleks.6
menggambarkan kecemasan pasien ketika Masalah lain akibat dental anxiety
berada di klinik dokter gigi adalah dental adalah berkurangnya kepuasan pasien
anxiety, namun demikian beberapa ahli terhadap perawatan yang disediakan.
tidak membedakan penggunaan istilah takut Pasien yang cemas cenderung tidak puas
terhadap perawatan gigi (dental fear) dan dengan penampilan gigi mereka, pasien juga
kecemasan ketika di klinik dokter gigi (dental mempertinggi dugaan bahwa perawatan
anxiety).1 Kecemasan pasien sebelum gigi tidak nyaman. Kebanyakan pasien
perawatan gigi merupakan suatu hal yang yang cemas kurang berpikir positif terhadap
biasa terjadi, diperkirakan 31% dari jumlah dokter gigi, terlebih lagi jika persepsi pasien
orang dewasa takut akan perawatan gigi. terhadap kompetensi dokter gigi berkurang,
Selain itu, beberapa penelitian di seluruh kecemasan mereka akan bertambah.4
dunia melaporkan bahwa kira-kira 10% dari Secara konvensional, dental anxiety
jumlah orang di dunia mengalami dental bisa diatasi dengan teknik farmakologis,2
phobia.2 namun obat-obat tersebut dapat
Kecemasan sendiri didefinisikan menyebabkan ketergantungan psikis
sebagai suatu kekhawatiran atau dan fisik.7 Audio distraction (pengalihan
ketegangan terhadap suatu ancaman yang perhatian terhadap musik) merupakan salah
sumbernya tidak diketahui, bersifat internal, satu teknik yang tidak akan menimbulkan
samar-samar, dan konfliktual.3 keengganan pada pasien, dimana pasien
Beberapa faktor yang menyebabkan didengarkan musik selama prosedur
timbulnya dental anxiety antara lain: faktor perawatan.8
pasien, faktor dokter gigi atau staf dokter Musik sudah sering digunakan untuk
gigi, faktor tempat dan faktor prosedur. terapi gangguan mental, dan musik memiliki
Faktor pasien yang berperan adalah efek untuk perawatan kecemasan dan
perasaan takut akan darah yang mengalir depresi. Pada penelitian terdahulu dikatakan
keluar dari mulut, perasaan takut akan nyeri, bahwa stimulus audio dengan musik dapat
pengalaman menyakitkan dari keluarga atau memberikan efek relaksasi dan analgesia9
kerabat, trauma masa lalu dan karakteristik Musik juga bisa mempengaruhi aktifasi
kepribadian pasien sendiri. Faktor dokter gelombang otak sehingga bisa merubah
gigi atau staf dokter gigi adalah komunikasi kondisi yang ada dalam pikiran manusia.10
dokter pasien yang buruk, perlakuan yang Pada umumnya musik klasik yang
buruk, dokter gigi atau staf yang marah, popular dengan alunan rileks adalah
staf yang tidak simpatik, tim perawatan gigi pilihan yang sering digunakan. Ritme musik
yang tidak bersahabat dan sinis. Faktor klasik yang pelan dapat merubah aktivasi
tempat adalah suara bur, bau, ruang untuk gelombang beta menjadi alfa, dimana
menunggu, lama menunggu, rintihan pasien keadaan dari tegang bisa menjadi lebih
lain. Faktor prosedur yang berperan adalah rileks, musik klasik dengan ritme yang
melihat jarum suntik, sensasi pengeboran, pelan juga bisa mengaktivasi gelombang
pencabutan, perawatan saluran akar, otak yang lebih rendah tingkatannya, yaitu
scalling dan perencanaan akar. Penambalan gelombang teta.11 Gelombang alfa terutama
dan preparasi mahkota gigi dan prosedur sekali berhubungan dengan relaksasi,
yang menyebabkan muntah.4 imajinasi, dan keadaan dimana kita lupa
Perangsangan yang disebabkan oleh akan hal-hal yang terjadi di dunia luar.12
aktivitas kecemasan dapat meningkatkan Wolfgang Amadeus Mozart adalah
aktivitas saraf simpatik dan ketegangan salah satu komposer paling penting dan
otot sehingga menyebabkan rasa nyeri berpengaruh di zaman musik klasik,
tambahan.5 Terlebih lagi dental anxiety akan karya-karyanya banyak disukai dan sering
mengakibatkan terbentuknya lingkaran dipentaskan di atas panggung. Penelitian
terdahulu yang dilakukan dengan memonitor
setan, dimana pasien yang menghindari

23
Nova Abdillah, Edwyn Saleh, Pengaruh Musik Mozart ...

elektroensefalogram pada penderita (MDAS), yaitu sebuah instrumen yang berisi


epilepsi, ditemukan adanya penurunan lima pertanyaan mengenai hal-hal yang
yang siginifikan secara statistik aktifitas mendasari kecemasan pasien terhadap
listrik yang abnormal di dalam cortex ketika prosedur perawatan gigi, setiap pertanyaan
mendengarkan Sonata in D Mayor for terdapat lima jawaban pilihan.14 MDAS
Two Pianos (K.448) karya Mozart. Dalam merupakan modifikasi dari Corah’s Dental
gambar rekaman aktivitas gelombang otak Anxiety Scale, dengan menambahkan satu
ketika musik Mozart diputar, menunjukkan pertanyaan tentang anestesi lokal. Validitas
berkurangnya aktivitas gelombang alfa dan dan reliabilitas Dental Anxiety Scale dari
tetha di bagian pusat cortex, sementara Corah telah dibuktikan pada beberapa
terjadi peningkatan aktivitas gelombang penelitian sebelumnya.15
delta di daerah midline.13 Gelombang delta Tiap pertanyaan dalam MDAS
sendiri terjadi pada saat tidur nyenyak, pada memiliki skor satu (not anxious) sampai lima
bayi, dan pada penyakit organik otak yang (extremely anxious). Dengan menjawab
parah.12 semua pertanyaan yang tersedia, akan
Tujuan penelitian ini adalah untuk didapatkan kemungkinan hasil terendah
mengetahui pengaruh musik Mozart adalah lima, yang berarti pasien tidak cemas
terhadap tingkat kecemasan pasien yang dan kemungkinan skor tertinggi yaitu 25,
berkunjung untuk mendapatkan perawatan yang menandakan pasien teramat sangat
kesehatan gigi di klinik dokter gigi. cemas. Penemu MDAS telah menetapkan
bahwa pasien dengan skor 16 atau lebih
Bahan dan Cara dapat diartikan sangat cemas terhadap
hal-hal yang terkait dengan klinik gigi,
Penelitian ini dilaksanakan di Balai sedangkan pasien dengan skor lebih dari
Pengobatan BKM Pondok Pesantren 19 atau dengan skor 20-25 dapat diartikan
Krapyak, Yogyakarta. Penelitian yang fobia terhadap hal-hal yang terkait dengan
dilaksanakan pada tanggal 24 Juni – 23 klinik dokter gigi.15
Agustus 2008 ini merupakan penelitian Penelitian dimulai dengan
kuasi eksperimental. Penelitian dilakukan memberikan lembar informasi penelitian dan
pada 100 pasien yang berkunjung untuk lembar persetujuan untuk ikut serta dalam
perawatan gigi. Pengambilan sampel penelitian kepada pasien yang datang
sebanyak 100 mengacu pada jurnal-jurnal ketika berada di ruang tunggu, jika pasien
sebelumnya yang melakukan penelitian memenuhi kriteria inklusi maka dilanjutkan
dengan teknik kuisioner sejenis. Kriteria mengisi lembar pre-kuisioner MDAS untuk
subjek inklusi penelitian adalah semua mendapatkan skor tingkat kecemasan
pasien yang datang untuk mendapatkan sebelum masuk ke ruang praktek dokter
perawatan kesehatan gigi, meliputi pasien gigi dan dilakukan perawatan. Musik Mozart
baru yang berusia 13 – 70 tahun, pasien baru (Sonata in D mayor for two pianos) diputar
dengan pengalaman pernah ke klinik dokter ketika subjek sudah berada di dalam ruang
gigi lain sebelumnya, pasien lama dengan praktek dokter gigi, dan duduk di kursi gigi.
rentang waktu kunjungan terakhir satu tahun Setelah pelayanan selesai dan keluar dari
yang lalu, dan pasien dengan kunjungan ruang praktek, subyek diminta untuk mengisi
maksimal ke BKM dua kali. Kriteria subjek lembar post-kuisioner MDAS yang sama
penelitian yang lain adalah pasien bersedia dengan kuisioner sebelum masuk ke ruang
menjadi subjek penelitian dengan mengisi praktek. Kedua data yang telah didapatkan,
inform consent, tidak terpengaruh obat- yaitu data pre-kuisioner dan post-kuisioner
obat psikotik dan alkohol, serta pasien tidak diukur selisihnya untuk mengetahui apakah
memiliki riwayat gangguan jiwa. tingkat kecemasan pasien sebelum masuk
Alat yang digunakan untuk mengukur dan setelah keluar dari ruang praktek dokter
tingkat kecemasan pasien dalam penelitian gigi yang diputar musik Mozart berkurang,
ini adalah Modified Dental Anxiety Scale tetap, atau bertambah.

24
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 1:22-28, Januari 2010

Hasil kecemasannya tidak berubah atau tetap, 51


pasien yang mengalami penurunan tingkat
Dari 100 subjek penelitian yang kecemasan, dan 1 pasien yang mengalami
diputarkan musik Mozart di ruang praktek peningkatan tingkat kecemasan.
dokter gigi, terdapat 48 pasien yang tingkat

Tabel 1. Penilaian Skor MDAS14


Skor Tingkat kecemasan
0-5 Santai
6-10 Agak tegang
11-15 Tegang
16-19 Cemas
20-25 Sangat cemas

Tabel 2. Skor Pasien yang Tidak Mengalami Perubahan Tingkat Kecemasan di Ruang
Praktek Dokter Gigi.
Jumlah Skor MDAS
Pasien Sebelum Sesudah
28 5 5
5 6 6
3 7 7
5 8 8
3 9 9
4 10 10
Total = 48

Tabel 3. Skor Pasien yang Mengalami Penurunan Tingkat Kecemasan di Ruang


Praktek Dokter Gigi.
Skor MDAS
Jumlah Pasien
Sebelum Sesudah
11 6 5
6 7 5
6 8 5
5 9 5
3 10 5
6 11 5
2 14 5
2 15 5
1 8 6
1 10 7
1 11 7
1 15 7
1 17 7
2 19 7
1 14 8
1 20 8
1 16 9
Total = 51

25
Nova Abdillah, Edwyn Saleh, Pengaruh Musik Mozart ...

Tabel 4. Perubahan Tingkat Kecemasan Pasien setelah Diputarkan Musik Mozart


dengan Uji Wilcoxon Signed Rank Test

Kecemasan
Jumlah Total Z p
Berkurang tetap bertambah
Pasien
n (%) n (%) n (%)
100 51 48 1 -6,232 0,000

Hanya terdapat satu pasien yang norepinephrine dan dopamine serta


mengalami kenaikan tingkat kecemasan epinephrine. Neurotransimitter yang
di ruang praktek dokter gigi yaitu dari skor dilepaskan oleh sistem Neurohormonal
MDAS 7 sebelum dan 8 sesudah pemutaran tersebut yang menyebabkan konstriksi
Musik Mozart. seluruh pembuluh darah tubuh. Hal ini
Berdasarkan ketiga tabel di atas, menyebabkan peningkatan aktivitas jantung,
skor tertinggi tingkat kecemasan pasien penghambatan saluran gastrointestinal,
sebelum pasien masuk ke ruang praktek pelebaran pupil mata dan sebagainya.12
dokter gigi dan sebelum diputarkan musik Pasien yang tegang dan cemas lebih
Mozart adalah 20 yang dapat diartikan banyak merasakan nyeri selama perawatan
fobia terhadap hal-hal yang terkait dengan berlangsung dibanding pasien yang rileks,
klinik dokter gigi dan skor terendah adalah karena kecemasan menciptakan harapan
5, yang berarti pasien tidak cemas. Skor akan rasa nyeri.16 Pernyataan lain yang
tertinggi tingkat kecemasan pasien setelah sependapat adalah bahwa perangsangan
keluar dari ruang praktek dokter gigi dan yang disebabkan oleh kecemasan dapat
diputarkan musik Mozart adalah 10, yang meningkatkan aktifitas saraf simpatik dan
dapat diartikan pasien memiliki tingkat ketegangan otot yang berlebihan sehingga
kecemasan rendah atau agak tegang, menyebabkan rasa nyeri tambahan.5
sedangkan skor terendah adalah lima, yang Alunan musik Mozart, Sonata in D
berarti pasien tidak cemas. mayor yang bertempo lambat, dengan
Setelah dilakukan uji Wilcoxon ketukan dasar yang tetap dan tenang, serta
Signed Rank Test terhadap data-data melodi yang berlarut-larut, memberikan
yang diperoleh, didapatkan hasil p=0,000. pengaruh yang kuat bagi pasien sehingga
Hipotesis yang diterima jika hasil p<0,05. tercipta suatu keadaan relaksasi dimana
Pada Tabel 4. terlihat adanya perbedaan pasien merasa lebih nyaman dan
yang sangat bermakna pada perubahan tenang. Keadaan relaksasi akan memicu
tingkat kecemasan pasien sebelum dan teraktivasinya sistem saraf parasimpatis
sesudah diputarkan musik Mozart di ruang yang berfungsi sebagai penyeimbang dari
praktek dokter gigi (Z=-6,232, p=0,000). fungsi sistem saraf simpatis.
Sebagai ejektor dari rasa rileks dan
Diskusi ketenangan yang timbul, midbrain (otak
tengah) mengeluarkan gamma amino
Seseorang yang sedang cemas, butyric acid (GABA) yang berfungsi sebagai
sistem saraf simpatisnya akan teraktivasi penghambat dihantarkannya impuls-impuls
dan mengakibatkan tersekresinya substansi listrik dari satu neuron ke neuron yang lain
neurotransmiter seperti serotonin dan oleh neurotransmitter di dalam sinaps, selain
asetilkolin oleh batang otak ke dalam itu juga midbrain mengeluarkan enkephlain,
aliran darah dan ruang interselular sistem dan beta endorphin.11 Zat tersebut dapat
saraf. Ketika aliran darah tadi melewati menimbulkan efek analgesia yang akhirnya
ginjal, glandula adrenal mensekresi mengeliminasi neurotransmitter rasa

26
Mutiara Medika
Vol. 10 No. 1:22-28, Januari 2010

nyeri pada pusat persepsi dan interpretasi suasana juga menjadi lebih akrab. Dengan
sensorik somatik otak.17 Kecemasan demikian, meskipun tidak terjadi perubahan
yang berkurang juga akan menyebabkan atau penurunan skor tingkat kecemasan
teraktivasinya gelombang alfa dalam otak secara statistik, musik Mozart terbukti
pasien, atau berubahnya aktivasi gelombang bisa meningkatkan tingkat kenyamanan
beta menjadi gelombang alfa. Gelombang dan ketenangan bagi pasien yang sedang
alfa terutama sekali berhubungan dengan menjalani perawatan di ruang praktek
suatu keadaan relaksasi, imajinasi, dan dokter gigi.
tidak memikirkan atau lupa akan hal-hal Faktor yang menyebabkan
yang berhubungan dengan dunia luar. meningkatnya kecemasan pasien adalah
Dalam kondisi ini pasien yang tadinya ketakutan pasien terhadap alat-alat gigi
tegang menjadi lebih rileks. atau rasa sakit yang berlebih ketika sedang
Berkurangnya kecemasan pada saat dilakukan perawatan, sehingga pasien tidak
perawatan gigi di dalam ruang praktek, memperhatikan adanya musik Mozart yang
disebabkan juga oleh kemampuan distraksi sedang diputar. Fakta tersebut didukung oleh
dari musik tersebut. Dengan distraksi musik sebuah pendapat yang menyatakan bahwa
Mozart yang terus menerus, maka perhatian penyebab utama timbulnya kecemasan
pasien mau tidak mau akan beralih ke musik adalah ketakutan pasien akan adanya rasa
tersebut, sehingga konsentrasi pasien akan sakit atau nyeri pada saat perawatan gigi
terpecah dan tanpa disadari, ketegangan berlangsung.18 Telah dilaporkan bahwa
ataupun kecemasan pasien menjadi ketika seseorang mendengarkan Sonata in
berkurang. D mayor, meningkatnya spektrum alfa juga
Tingkat kecemasan yang tidak ditemani dengan meningkatnya spektrum
berubah pada pasien setelah diputarkan beta dalam EEG di bagian temporal kanan,
musik Mozart disebabkan oleh dua faktor, temporal kiri, dan bagian depan otak
yaitu: 1) rasa sakit yang berlebih saat manusia.19 Gelombang beta akan muncul
perawatan berlangsung, misalnya ketika jika seseorang sedang fokus terhadap
pasien mendapatkan suntikan anestesi sesuatu, dalam hal ini adalah perawatan
dari dokter gigi untuk pencabutan atau yang sedang berlangsung atau rasa sakit
perawatan scalling, 2) pasien phobia yang dirasakan ketika prosedur perawatan
terhadap alat-alat kedokteran gigi, misalnya berjalan. Kemunculan atau menghilangnya
jarum suntik, sehingga meskipun diputarkan spektrum beta di dalam otak, juga
musik Mozart, tingkat kecemasannya tidak dipengaruhi oleh pemikiran pasien ketika
berubah, 3) pasien yang pada dasarnya sedang dilakukan perawatan gigi. Jika
tidak mempunyai ketertarikan terhadap pasien berusaha mengalihkan perhatiannya
musik klasik. Pasien tipe ini cenderung tidak dari rasa takut ketika sedang dirawat ke
mempedulikan adanya alunan musik, dan alunan musik Mozart yang sedang diputar
lebih fokus terhadap prosedur perawatan maka gelombang beta akan menghilang
yang sedang dilakukan oleh dokter gigi, digantikan dengan munculnya gelombang
sehingga ketika pasien masuk ke ruang alfa, namun jika pasien tetap fokus terhadap
praktek dalam keadaan tegang atau cemas, rasa sakitnya maka aktifasi gelombang beta
keadaan tersebut akan bertahan sampai akan meningkat.
prosedur perawatan selesai.
Beberapa pasien yang datang Kesimpulan
dalam keadaan tidak cemas atau sudah
pernah berkunjung ke klinik dokter gigi Tingkat kecemasan pada pasien
lain sebelumnya, merasakan bahwa mengalami perubahan setelah diputarkan
dengan diputarkanya alunan musik Mozart musik Mozart ketika sedang mendapatkan
Sonata in D Mayor for Two Pianos dalam perawatan kesehatan gigi di ruang praktek
ruang praktek dokter gigi akan membuat dokter gigi.
suasana di dalam ruangan lebih santai, Musik Mozart berpengaruh pada
tidak menyeramkan, terasa tidak asing, dan penurunan kecemasan pasien ketika

27
Nova Abdillah, Edwyn Saleh, Pengaruh Musik Mozart ...

sedang dilakukan perawatan gigi. Jumlah 8. Marwah, N., Prabakhar, A.R., Raju, O.S.
subyek yang mengalami penurunan tingkat 2005. Music Distraction-its Efficacy
kecemasan lebih banyak dibandingkan in Management of Anxious Pediatric
dengan yang mengalami peningkatan Dental Patients. J Indian Soc. Pedod
kecemasan atau yang tidak mengalami Prev Dent; 168-170.
perubahan tingkat kecemasan. 9. Latifa, W., Soemartono, S.H., Sutadi,
Musik Mozart dapat digunakan H. 2006 Pengaruh Musik terhadap
sebagai alternatif piranti untuk mengurangi Perubahan Kecemasan dalam
kecemasan pasien yang berkunjung ke Perawatan Gigi pada Anak Usia 8-10
klinik dokter gigi. Tahun. JITEKGI; 3(3): 125-128.
10. Grzesiak-Janas, G., Jans A.. Muzyka.
Daftar Pustaka 2002. Mag. Stomat; nr10(132): 60.
11. Prasetyo, E.P. 2005. Peran musik
1. Widayati. 2000. Pengaruh Pengetahuan Sebagai Fasilitas dalam Praktek Dokter
terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Gigi untuk Mengurangi Kecemasan
pada Saat Perawatan Gigi. Skripsi Pasien. Maj. Ked. Gigi. (Dent. J.); 41–
Strata Satu, Universitas Gadjah Mada, 44.
Yogyakarta;. 12. Guyton, A.C, Hall, J.E. 2005. Buku Ajar
2. Karst, M., Winterhalter, M., Munte, et al. Fisiologi Kedokteran. (9th ed), (Irawati
2007. Auricular Acupuncture for Dental Setiawan, dkk). Jakarta: EGC.
Anxiety: A Randomized Controlled Trial. 13. Habe, K., Jausavec, N. 2003. Mozart
International Anesthesia Research effect-reality or science fiction?.
Society; 104(2): 295-300. Horizons of Psychology; 12(4): 23-32.
3. Kaplan, H.I, Sadock, J.B, Grebb, J.A. 14. Dailey, Y.M., Humphris, G.M., Lennon,
1997. Sinopsis Psikiatri edisi 7 (Widjaja M.A. 2002. Reducing Patients’ State
K, Trans.). Jakarta: Binarupa Aksara;. Anxiety in General Dental Practice: A
4. Hmud, R., Walsh, L. 2007. J. Dental Randomized Controlled Trial. J Dent
Anxiety: Causes, Complications and Res; 81(5):319-322.
Management Approaches. International 15. Kanegane, K., Penha, S.S., Borsatti,
Dentistry SA; 9(5): 6-14. M.A., Rocha, R.G. 2003. Dental Anxiety
5. Haun, M. 2001. Effect of Music on in an Emergency Dental Service. Rev
Anxiety of Women Awaiting Breast Saúde Pública; 37(6).
Biopsy. Behavioral Medicine; 3: 1–8. 16. Bergenholtz, G. 2003. Textbook of
6. Rodríguez-Vázquez, L.M., Rubiños- Endodontology. Copenhagen: Blackwell
López, E, Varela-Centelles A, et al. Pub Professional.
2008. Stress Amongst Primary Dental 17. Ganong, W.F. 1998. Buku Ajar Fisiologi
care Patients. Med Oral Patol Oral Cir Kedokteran. (17th ed), (Widjajakusumah
Bucal; 13(4): E253-6. M Djauhari, dkk). Jakarta: EGC.
7. Junaidi. 2008. Efek Terapi Musik 18. Bare, L.C. Dundes, L. 2004. Strategies
Langgam Jawa terhadap Penurunan for Combating Dental Anxiety. Journal
Tingkat Kecemasan pada Lanjut Usia. of Dental Education; 68(11): 1172-1177.
Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas 19. Jenkins, J.S. 2001. The Mozart Effect.
Muhammadiyah Yogyakarta. In press. Journal of the Royal Society of Medicine;
94: 70-172.

28

Potrebbero piacerti anche