Sei sulla pagina 1di 20

ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI TINGKEBAN PADA

MASYARAKAT JAWA DI DESA CENDANA KECAMATAN


MUARA SUGIHAN KABUPATEN BANYUASIN

Khaerani, Alfiandra, Emil El Faisal


FKIP, Universitas Sriwijaya
Email:
khaerani887@gmail.com

Abstract: This study aimed to determine the value of the tingkeban tradition in the
Javanese community in Cendana Village, Muara Sugihan District, Banyuasin Regency.
This study used descriptive method with a qualitative approach, the social situation in this
study was “the values in tingkeban tradition in the Javanese community in Cendana
Village, Muara Sugihan Subdistrict, banyuasin District” with details: Cendana Village as
the place under study, Javanese Cendana Village as a perpetrator, and attitudes/habits of
the people in tingkeban tradition that contained values as examined activits. Sample in this
study used non-probability sampling techniques with characteristics with five informants.
The validity test of the data in this study was the credibility test, transferability test,
debendability test, and comfirmability test. Data collection techniques used were
documentation, interviews and observation. Data analysis techniques used were data
reduction, data presentation, and conclusion drawing. Based on the result of
documentation data analysis, interviews, and observations it could be seen that values in
the tingkeban tradition of the Javanese community in the Cendana Village, Muara Sugihan
Subdistrict, Banyuasin Regency were religius values, social values, economic values, and
aesthetic value.
Key words: values in tingkeban tradition, society Cendana Muara Sugihan

Abstrak: Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi
tingkeban pada masyarakat Jawa di Desa Cendana Kecamatan Muara Sugihan kabupaten
Banyuasin, penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif,
yang menjadi situasi sosial dalam penelitian ini adalah “nilai-nilai dalam tradisi tingkeban
pada masyarakat Jawa di Desa Cendana Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin”
dengan rincian: Desa Cendana sebagai tempat yang diteliti, masyarakat Jawa di Desa
Cendana sebagai pelaku, dan sikap/kebiasaan masyarakat dalam tradisi tingkeban yang
mengandung nilai-nilai sebagai aktivitas yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan tekhnik non-probability sampling dengan sifat purposive dengan informan
lima orang. Uji keabsahan data dalam penelitian ini adalah uji credibility, uji
transferability, uji debendability, dan uji comfirmabilyty. Tekhnik pengumpulan data yang
digunakan adalah dokumentasi, wawancara, dan observasi. Tekhnik analisis data yang
digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan
hasil analisis data dokumentasi, wawancara, dan observasi dapat diketahui bahwa nilai-nilai
dalam tradisi tingkeban pada masyarakat Jawa di Desa Cendana Kecamatan Muara Sugihan
Kabupaten Banyuasin yaitu nilai religius, nilai sosial, nilai ekonomi, dan nilai estetika.

Kata-kata kunci: Nilai-nilai dalam tradisi tingkeban, Masyarakat Jawa Desa Cendana
Kecamatan Muara Sugihan

PENDAHULUAN dilaksanakan oleh suatu masyarakat. Salah


satu bentuk dari kebudayaan yang sering
Budaya daerah sangat penting
berkembang di masyarakat adalah tradisi-
untuk berlangsungnya kebudayaan
tradisi.
nasional, untuk itulah budaya daerah harus
terus dilestarikan dan dijaga agar tetap

64
65 | JURNAL BHINNEKA TUNGGAL IKA, VOLUME 6, NOMOR 1, MEI 2019

Pada masyarakat yang kental akan dan batin. Berbagai macam upacara adat
budaya akan tetap menjaga tradisi yang pada masyarakat Jawa dilakukan sejak
diwariskan secara turun temurun dari sebelum manusia lahir sampai meninggal
nenek moyang yang dianggap dunia. Salah satu adat dan tradisi tersebut
memberikan manfaat bagi masyarakat adalah upacara tingkeban, tedak siten,
tersebut. Gibran (2015) tradisi adalah ruwatan, perkawinan dan sebagainya.
kebiasaan sosial yang diturunkan dari Tradisi pada masyarakat Jawa yang
suatu generasi ke generasi lainnya melalui sampai sekarang masih dilakukan yaitu
proses sosialisi. Kemudian pendapat dari tradisi pada saat pada masa kehamilan
Sztompa (2014: 70) yang mengatakan yaitu disebut dengan tradisi tingkeban.
tradisi adalah bagian-bagian dari warisan
sosial khusus yang memenuhi syarat yang Tingkeban berasal dari kata
tetap bertahan hidup di masa kini, dan tingkeb yang berarti tutup. Istilah
yang masih kuat ikatannya dengan tingkeban juga disebut dengan mitoni
kehidupan masa kini. Jadi tradisi berasal dari kata pitu (tujuh). “Tujuh
merupakan warisan nenek moyang dari dalam Bahasa Jawa adalah pitu, maka
zaman dahulu yang masih dilaksanakan jadilah mitoni” (Sholikin, 2010: 79).
sampai sekarang dan mempunyai manfaat “Upacara adat Jawa ini dilakukan ketika
bagi masyarakat tertentu. calon ibu mengandung bayi pertama di
usia tujuh bulan” (Bayuadhy, 2015: 23).
Salah satu dari kebudayaan daerah Menurut Bratawidjaja (1988: 1) “Upacara
yang terdapat di Indonesia adalah yang tingkeban adalah salah satu tradisi
dilakukan oleh masyarakat Jawa atau suku masyarakat jawa”. Hakikat dari tingkeban
Jawa. Siswanto (2009) masyarakat Jawa adalah mendoakan calon bayi dan calon
adalah kesatuan hidup orang-orang Jawa ibu yang mengandungnya agar selamat
yang berinteraksi menurut suatu sistem sampai saat kelahirannya nanti
adat-istiadat sistem norma, dan sistem (Bayuadhy, 2015: 23). Berdasarkan
budaya Jawa yang bersifat kontinyu, dan pendapat di atas dapat disimpulkan, tradisi
yang terikat oleh suatu rasa identitas tingkeban merupakan tradisi yang sudah
bersama yaitu orang Jawa. Masyarakat dilakukan secara turun temurun sejak
Jawa mempunyai beragam tradisi yang dahulu untuk menyelamati bayi yang
merupakan warisan nenek moyang. masih dalam kandungan waktu berumur
Tradisi itu sendiri dilakukan sebagai suatu tujuh bulan pada kehamilan pertama calon
perencanaan, tindakan, dan perbuatan ibu. Tradisi ini dilakukan bertujuan untuk
yang sudah menjadi tata nilai luhur. Tata mendoakan agar bayi yang dikandung ibu
nilai luhur tersebut sudah menjadi warisan selalu selamat dalam kandungan dan kelak
secara turun-temurun. Nilai luhur tersebut bisa lahir secara normal dan juga ibu
dilakukan oleh masyarakat Jawa sebagai dapat melahirkan dengan selamat dan
bentuk kehati-hatian dalam melaksanakan terhindar dari bahaya.
pekerjaan agar dapat selamat secara lahir
Setelah mengetahui tentang Banyuasin. Sedangkan secara praktis
pengertian dari tradisi tingkeban, disini khususnya masyarakat Jawa Desa
peneliti ingin mengetahui tentang nilai- Cendana penelitian ini diharapkan dapat
nilai yang terdapat dalam tradisi memberikan masukan kepada masyarakat
tingkeban pada masyarakat Jawa di Desa Desa agar tradisi tingkeban dapat terus
Cendana. Nilai adalah sesuatu yang dilestarikan karena sudah menjadi tradisi
berguna, berharga, indah, yang dapat turun temurun. Untuk peneliti sendiri
memperkaya harkat dan martabat manusia diharapkan hasil penelitian ini dapat
(Syarbaini, 2014: 43). Dan nilai menurut menambah wawasan dan pengetahuan
Allport peneliti mengenai nilai-nilai yang terdapat
(dalam Syarbaini, 2014: 44) meliputi nilai dalam tradisi tingkeban pada masyarakat
ekonomi, nilai religius, nilai teori, nilai jawa di Desa Cendana Kecamatan Muara
sosial, nilai estetika, dan nilai politik. Sugihan Kabupaten Banyuasin.
Namun, nilai-nilai yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nilai religius, nilai METODE PENELITIAN
sosial, dan nilai ekonomi yang terdapat
dalam tradisi tingkeban pada masyarakat Moteode dalam penelitian ini
Jawa di Desa Cendana Kecamatan Muara adalah metode penelitian kualitatif
Sugihan Kabupaten Banyuasin. deskriptif.
Berdasarkan pernyataan tersebut Metode kualitatif merupakan penelitian
bahwa dapat disimpulkan bahwa tradisi yang dipergunakan dalam meneliti suatu
tingkeban pada Masyarakat Jawa kondisi obyek yang natural (alamiah) dan
merupakan salah satu tradisi yang sudah juga merupakan penelitian yang
dilakukan secara turun-temurun dari berdasarkan asas filsafat postpositvisme.
zaman dahulu sampai sekarang yang Dalam penelitian ini peneliti merupakan
mempunyai nilai-nilai dan menjadi ciri instrumen kunci, teknik pengumpulan data
khas dari masyarakat Jawa. Berdasarkan dengan menggunakan triangulasi
penjelasan tersebut maka peneliti akan (gabungan), analisis datanya bersifat
membahasnya dalam penelitian ini yang induktif/kualitatif. Penelitian ini lebih
berjudul: Analisis Nilai-nilai dalam memfokuskan pada maknanya
Tradisi Tingkeban pada Masyarakat Jawa dibandingkan generalisasi. (Sugiyono,
di Desa Cendana Kecamatan Muara 2016: 09). Situasi sosial dalam penelitian
Sugihan Kabupaten Banyuasin. ini adalah Desa Cendana Kecamatan
Selanjutnya dengan adanya Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tempat yang diteliti (place),
secara teoritis maupun praktis. Secara masyarakat Jawa di Desa Cendana sebagai
teoritis diharapkan dapat memberikan pelaku (actors), dan sikap/kebiasaan
pengetahuan dan pemahaman mengenai masyarakat Jawa yang masih menjalankan
nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi nilai-nilai dalam tradisi tingkeban sebagai
tingkeban yang masih dilaksanakan oleh
masyarakat Jawa di Kabupaten
aktivitas yang diteliti oleh peneliti dokumentasi, wawancara, dan observasi.
(activity). Kemudian untuk menganalisis data
Variabel dalam penelitian ini menggunakan reduksi data (data
adalah variabel tunggal yakni analisis reduction), penyajian data (data display),
nilai-nilai dalam tradisi tingkeban pada dan penarikan kesimpulan (conclusion
masyarakat Jawa di Desa Cendana drawing verivacation). Serta uji
Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten keabsahan data dengan menggunakan uji
Banyuasin. Kemudian yang menjadi credibility (validitas interval),
indikator dalam penelitian ini adalah nilai- transferability (validitas eksternal),
nilai dari Alport (dalam Syarbaini, 2014: debendability (reliabilitas), dan
44) yang terdiri dari nilai teori, nilai comfirmabily (obyektivitas).
ekonomi, nilai estetika, nilai sosial, nilai
politik, dan nilai religi. Tetapi, nilai yang
akan digunakan dalam penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN
hanya empat saja yaitu nilai religi, nilai Hasil Penelitian
sosial, nilai ekonomi, dan nilai estetika.
Sehingga keempat nilai-nilai inilah yang Berdasarkan hasil penelitian yang
akan dijadikan indikator untuk dilakukan peneliti melalui tekhnik
menganalisis nilai-nilai dalam tradisi dokumentasi yaitu didapatkan data bahwa
tingkeban pada masyarakat Jawa di Desa data hasil dokumentasi peneliti peroleh
Cendana Kecamatan Muara Sugihan dari profil Desa Cendana yang peneliti
Kabupaten Banyuasin. dapatkan dari Sekretaris Desa Cendana,
Tekhnik pengambilan sampling dan data wanita hamil untuk mengetahui
yang digunakan yaitu purposive sampling wanita yang pernah melakukan tradisi
“tekhnik pengambilan sampel dengan tingkeban kurang dari setahun dapatkan
pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2016: dari Bidan Desa Cendana.
218-219) maksudnya yaitu orang yang Kemudian melalui tekhnik
akan dijadikan sampel dianggap paling wawancara yang dilakukan kepada
tahu mengenai tradisi tingkeban di Desa narasumber yang dilakukan sejak tanggal
Cendana Kecamatan Muara Sugihan 06-10 September 2018 diperoleh data
Kabupaten Banyuasin secara mendalam. wawancara. Berikut deskripsi hasil
Adapun narasumber atau informan dalam wawancara dari kesimpulan mencangkup
penelitian ini ada 5 orang yaitu Tetua semua informan sebagai berikut:
Adat Desa Cendana, Dukun Bayi, dua
orang wanita yang melakukan tradisi
tingkeban, dan satu orang wanita yang
pernah melakukan tradisi tingkeban dalam
kurun waktu kurang dari setahun.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan tekhnik
Analisis Nilai-Nilai….Khaerani, Alfiandra, Emil El Faisal | 68

Tabel. 1 Rekapitulasi Hasil Wawancara Mencangkup Semua Informan

No. Daftar Pertanyaan Jawaban

1. Apakah Bapak/Ibu dapat Tahapan dalam melakukan tradisi tingkeban


menjelaskan tahapan dalam tradisi yang pertama yaitu melakukan siraman atau
tingkeban? memandikan calon ibu yang dilakukan oleh
tujuh orang sesepuh termasuk bapak, ibu,
nenek, bapak, ibu mertua dan keluarga
terdekat, tahap kedua memecahkan telor yang
dimasukan kedalam kain, ketiga memecahkan
kelapa yang sudah digambari dengan
Kamajaya dan Ratih. Keempat pada malam
harinya dilakukan selamatan dengan
pembacaan ayat suci Al-Qur’an, do’a dan
pemberian sedekah dari tuan rumah. Ada juga
masyarakat yang melakukan tradisi tingkeban
secara lebih sederhana seperti acara selamatan
saja pada malam hari dengan pembacaan surat
Yasin dan do’a lalu memberikan makanan
kepada para tamu yang datang.

2. Apakah Bapak/Ibu dapat Bahan dalam tradisi tingkeban tersebut yaitu


menyebutkan bahan apa saja yang ada nasi tumpeng dengan lauk pauk, ayam
digunakan dalam tradisi tingkeban? ingkung, tumpeng kuat (dibuat dengan satu
tumpeng besar dan enam tumpeng kecil yang
mengelilingi satu tumpeng besar), jajan pasar
yang syaratnya harus dibeli di pasar misalnya
kue cucur, kue lapis, kue bolu dan lain
sebagainya. Keleman yaitu secamam ubi-ubian
yang perlu disediakan sebanyak 7 macam
misalnya ubi jalar, ketela, kentang, dan lain
sebagainya. Rujakan yang terdiri dari berbagai
macam buah-buahan, dawet, bubur merah
putih, dan kupat, lepet dan kurapan

3. Apakah Bapak/Ibu dapat Tadisi tingkeban tidak dibutuhkan


menyebutkan peralatan apa saja yang perlengkapan yang khusus. Apabila ada proses
digunakan dalam tradisi tingkeban? siraman maka peralatan yang digunakan
seperti bokor, tempurung, sekar setaman,
boreh, dan kendi.

4. Menurut Bapak/Ibu kapan Tradisi tingkeban dilakukan pada usia


pelaksanaan tradisi tingkeban kehamilan enam bulan setengah dan pada
No. Daftar Pertanyaan Jawaban
dilaksanakan? hitungan Jawa pada tanggal 14 dan 15 pada
hari rabu atau hari sabtu. Ada juga berdasarkan
hitungan dari ibu bidan desa, apabila sudah
memasuki usia kehamilan enam bulan
setengah berarti sudah boleh melakukan
tingkeban, tidak berdasarkan pada hitungan
tanggal Jawa.

5. Menurut Bapak/Ibu, adakah nilai- Iya ada nilai-nilainya. Seperti nilai agama pada
nilai yang terdapat dalam tradisi saat pelaksaaan selamatan karna didalamnya
tingkeban? terdapat pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan
pembacaan do’a serta adanya pemberian
sedekah.

6. Bagaimana pelaksanaan dari Pelaksanaan dari selamatan tersebut yaitu


selamatan tersebut? diadakan pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang
dipimpin oleh seorang ustad dan pembacaan
do’a yang dilakukan oleh semua orang yang
hadir, selanjutnya tamu dipersilahkan untuk
makan. Dan terakhir apabila acara sudah
selesai diberikan sedekah oleh tuan rumah.
Ada yang berupa uang dan berupa makanan.

7. Pada saat acara selamatan, adakah Iya ada pembacaan ayat suci Al-Qur’an seperti
pembacaan ayat suci Al-Qur’an? surat Maryam, surat Yunus, surat Luqman,
surat Yasin, dan pembacaan do’a

8. Apakah tujuan dari pembacaan ayat Tujuan dari pembacaan ayat suci Al-Qur’an
suci Al-Quran dalam acara selamatan adalah agar anak yang lahir kelak selalu
tersebut? menggunakan Al-Qur’an sebagai pedoman
hidup. Pembacaan ayat suci Al-Qur’an seperti
surat Maryam, surat Yunus, surat Luqman,
surat Yasin, dan pembacaan do’a. Tujuan
pembacaan surat Yusuf yaitu agar anak yang
dilahirkan apabila laki-laki dapat memiliki
ketampanan dan keteladanan seperti nabi
Yusuf as, pembacaan surat Luqman
diharapkan agar anak yang dilahirkan dapat
berilmu pengetahuan dan selalu bersyukur atas
nikmat Allah SWT, pembacaan surat Al-
Waqiah diharapkan agar anak yang dilahirkan
selalu dicintai Allah SWT, dicintai sesama
No. Daftar Pertanyaan Jawaban
manusia dan terhindar dari kesengsaraan dan
kefakiran selamanya, pembacaan surat
Maryam adalah apabila anak yang dilahirkan
perempuan dapat menjaga kesuciannya seperti
Maryam,. Dan pembacaan surat Yasin adalah
agar bayi yang dilahirkan selamat dan proses
kelahirannya lancar tanpa halangan apapun.

9. Pada saat acara selamatan, adakah Iya ada pemberian sedekah yaitu pada saat
pemberian sedekah yang dilakukan acara selamatan selesai, tamu undangan
oleh tuan rumah? dipersilahkan untuk makan, setelah seselai
para tamu undangan diberikan bingkisan oleh
tuan rumah yang berupa makanan dengan lauk
pauk sesuai dengan kemampuan tuan rumah
ataupun berupa uang.

10. Apakah tujuan dari pemberian Tujuan dari sedekah yaitu untuk berbagi rezeki
sedekah yang dilakukan oleh tuan kepada para tetangga dan keluarga dan untuk
rumah kepada para tamu yang mempererat tali silaturahmi.
datang?

11. Pada saat acara selamatan, tuan Untuk melakukan do’a bersama dan untuk
rumah mengundang para tetangga memperat tali silaturahmi antar tetangga dan
untuk datang kerumah. Mengapa hal keluarga.
tersebut dilakukan?

12. Dalam pelaksanaan tradisi tingkeban, Iya dalam pelaksanaan tradisi tingkeban
apakah dibantu oleh para tetangga dibantu oleh saudara, tetangga terdekat agar
dan saudara? mempererat tali persaudaraan dan juga sebagai
ajang silaturahmi antar anggota keluarga.

13. Dalam pelaksanaannya para tetangga Saudara dan tetangga biasanya membantu
dan saudara biasanya membantu dalam hal memasak makanan untuk acara
dalam hal apa? selamatan, ikut membantu menyiapkan
makanan untuk selamatan, membantu mencari
bahan-bahan yang digunakan untuk tingkeban.

14. Apa tanggapan Bapak/Ibu apabila Iya saya akan membantu, karena hal tersebut
ada tetangga yang akan sudah biasa kita lakukan. Apabila ada tetangga
melaksanakan tradisi tingkeban? yang akan melakukan tradisi tingkeban ikut
datang membantu pelaksanaannya apabila itu
tetangga dekat. Dan apabila tetangga jauh kita
akan datang untuk menyumbang kepada tuan
71 | JURNAL BHINNEKA TUNGGAL IKA, VOLUME 6, NOMOR 1, MEI 2019

No. Daftar Pertanyaan Jawaban


rumah yang berupa memberikan beras atau
bahan makanan lain sesuai dengan kemampuan
masing-masing orang.

15. Apakah ada sikap gotong royong Tetangga dan saudara biasa membantu dalam
yang dilakukan oleh tetangga apabila hal memasak makanan untuk selamatan,
ada yang melakukan tradisi menyajikan makanan untuk selamatan,
tingkeban? Misalnya gotong royong menyiapkan peralatan dan bahan untuk
dalam hal apa? tahapan tingkeban, membantu mengundang
para tetangga untuk datang melakukan do’a
bersama.

16. Apakah tujuan dari dilaksanakannya Tujuan dari gotong royong tersebut adalah
gotong royong tersebut? untuk mempererat tali persaudaraan, untuk
menjaga kerukunan antar sesama anggota
masyarakat.

17. Apakah perlu melakukan Iya perlu, karena tradisi ini membutuhkan
pertimbangan biaya saat akan banyak biaya.
melakukan tradisi tingkeban?

18. Mengapa pertimbangan biaya perlu Agar uang yang digunakan bisa cukup
dilakukan dalam tradisi tingkeban? memebeli barang-barang yang dibutuhkan dan
tradisi tingkeban dapat tetap dilaksanakan.

19. Dalam melakukan tradisi tingkeban Karena apabila uang dimiliki tidak cukup tidak
dilakukan persiapan terlebih dahulu, akan melakukan tradisi tingkeban secara
misalnya dalam pembelian alat dan sederhana.
bahan untuk tradisi tingkeban.
Mengapa hal tersebut perlu dilakukan
terlebih dahulu?

20.
Di dalam tahapan tingkeban kelapa Apabila kelapa gading yang dipilih dan
gading digambari dengan Kamanjaya dipecahkan oleh calon ayah gambar Kamajaya
dan Ratih, apa tujuan dari gambar atau Harjuna maka bayi akan lahir laki-laki,
tersebut? sebaliknya jika kelapa gading yang dipilih dan
dipecahi gambar Ratih atau Srikandi, maka
bayi yang lahir adalah perempuan. Hal ini
merupakan sebuah pengharapan bukan
merupakan kesungguhan.
(Sumber: Data Primer, diolah Tahun 2018)

Berdasarkan uraian diatas, bahwa 1. Nilai Religius


dalam penelitian ini peneliti melakukan
wawancara kepada lima orang informan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Dimana dari kelima informan yang semua informan mempunyai pendapat
diwawancarai tersebut diperoleh data yang yang sama bahwa sesuai dengan
bervariasi namun juga ada data yang sama pertanyaan nomor tujuh, sepuluh, dan
antar informan yang diteliti. sebelas yaitu adanya
pelaksanaanselamatan. Pelaksanaannya
Reduksi Data yaitu apabila para tamu undangan sudah
datang tuan rumah memberikan sambutan
Data pertama yang didapatkan dalam bentuk menyerahkan upacara
oleh peneliti dan sekaligus yang menjadi kepada ulama atau sesepuh (yang
patokan dalam wawancara yaitu data dari dituakan) setempat dengan menyebutkan
Ibu MT selaku dukun bayi dan Bapak U apa yang menjadi kepentingan dari acara
selaku Tetua Adat Desa Cendana. Data selamatan tersebut dan juga meminta
dari ibu MT dan Bapak U ini mempunyai maaf, jika ada kekurangan dalam acara
kesamaan dengan data-data yang peneliti selamatan tersebut. Kemudian setelah itu
peroleh dari informan lainnya mengenai pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan
nilai-nilai dalam tradisi tingkeban pada pembacaan doa dipimpin oleh pemuka
masyarakat Jawa di Desa Cendana agama (ustadz). Tujuan dari pembacaan
Kecamatan Muara Sugihan. Semua Al-Qur’an diharapkan Al-Qur’an dengan
informan menjawab sama seperti Ibu MT harapan agar anak yang akan dilahirkan
dan Bapak U seperti nilai religius, nilai kelak selalu mengguanakan Al-Qur’an
sosial, dan nilai ekonomi. sebagai pedoman hidup. Biasanya dalam
pembacaan ayat suci Al-Qur’aan dipimpin
Penyajian Data oleh pemuka agama dan yang lain
mendengarkannya. Surat yang dibacakan
Penyajian data dalam penelitian ini yaitu surat Yusuf, Luqman, Al-Waqiah,
akan disajikan dalam bentuk deskriptif Maryam, Annisa dan surat Yasin. Tujuan
kualitatif. Berdasarkan hasil wawancara dari pembacaan ayat suci Al-Qur’an pada
yang peneliti peroleh, didapatkanlah surat Yusuf yaitu agar anak yang
informasi mengenai nilai-nilai dalam dilahirkan apabila laki-laki dapat memiliki
tradisi tingkeban pada masyarakat Jawa di ketampanan dan sifat tauladan seperti nabi
Desa Cendana Kecamatan Muara Sugihan Yusuf as, pembacaan surat Luqman
Kabupaten Banyuasin. diharapkan agar anak yang dilahirkan
dapat berilmu pengetahuan dan selalu
bersyukur atas nikmat yang telah
diberikan Allah SWT dan nantinya setelah
dewasa akan menjadi orang tua yang permohonan (do’a) kebaikan kepada
mendidik anak-anaknya seperti yang Allah, disertai dengan memberikan
sudah dicontohkan oleh Luqman, sesuatu berupa makanan sebagai sedekah
kemudian hikmah dari pembacaan surat kepada orang lain. Tujuan dari sedekah itu
Al-Wakiah adalah agar anak yang sendiri adalah untuk berbagi rezeki
dilahirkan selalu dicintai Allah SWT, kepada para saudara dan tetangga dekat
dicintai sesama manusia dan terhindar dari karena seseorang telah memperoleh
kesengsaraan dan kefakiran selamanya anugerah atau kesuksesan sesuai dengan
seperti sisi kandungan surat Al-Wakiah itu apa yang dicita-citakan dan juga untuk
sendiri. Pembacaan surat Maryam memperkokoh tali silaturahmi. Nilai yang
diharapkan agar anak yang dilahirkan dapat informan dapatkan dari tradisi ini
apabila perempuan dapat menjaga adalah agar orang tua atau suami yang
kesuciannya seperti Maryam, dan istrinya sedang mengandung senantiasa
pembacaan Surat Annisa adalah apabila selalu mendekatkan diri kepada Allah
yang dilahirkan anak perempuan SWT, serta berdo’a demi kesehatan dan
diharapkan agar anaknya dapat dilindungi keselamatan ibu dan anak.
dan dijaga hak-haknya seperti makna yang
terkandung dalam surat Annisa. Dan 2. Nilai Sosial
pembacaan surat Yasin adalah agar bayi
yang dilahirkan selamat dan proses Berdasarkan item pertanyaan
kelahirannya lancar tanpa halangan nomor tiga belas dan empat belas
apapun. didapatkan hasil wawancara dari semua
Selanjutnya setelah selesai informan bahwa nilai sosial dalam
membaca ayat suci Al-Qur’an dilakukan penelitian ini, yaitu saat kegiatan tolong
pembacaan do’a, sebagaimana yang menolong yang dibantu oleh saudara dan
diinginkan oleh tuan rumah. Tujuan dari tetangga dalam hal memasak makanan
pembacaan do’a ini yaitu dengan harapan untuk acara selamatan. Karena memasak
si bayi dalam kandungan diberikan dalam tradisi ini jumlahnya tidak sedikit
keselamatan serta ditakdirkan selalu sehingga memerlukan bantuan dari
dalam kebaikan kelak setelah saudara dan tetangga terdekat agar dapat
kelahirannya di dunia. Setelah do’a selesai cepat selesai. Tujuan dari kegiatan ini
kemudian tuan rumah mempersilahkan adalah untuk membantu memperingan
para tamu untuk menikmati makanan dan pekerjaan dari tuan rumah yang harus
minuman yang telah disediakan. memasak makanan yang banyak,
Kemudian para tamu yang datang akan kemudian ikut membantu menyiapkan
diberikan bingkisan yang berupa makanan makanan untuk selamatan seperti
dengan lauk pauknya atau uang sesuai menyiapkan bubur, membungkus aneka
dengan kemampuan tuan rumah. Tujuan jajan pasar, dan membungkus dawet,
dari adanya selamatan adalah bersyukur tetangga juga membantu mencari bahan-
kepada Allah SWT, dan menyampaikan bahan yang digunakan untuk tingkeban
misalnya ikut membantu mencari aneka 3. Nilai Ekonomi
umbi-umbian tujuh macam yang berada di
kebun. Berdasarkan item pertanyaan
nomor delapan belas dan sembilan belas
Kemudian mengundang para tamu didapatkan data dari seluruh informan itu
yang terdiri dari kerabat dan tetangga sama bahwa dalam pelaksanaan tradisi
untuk datang menghadiri selamatan dan tingkeban masyarakat Jawa di Desa
do’a bersama yaitu mendatangi satu Cendana nilai ekonomi terlihat pada saat
rumah ke rumah lainnya, hal ini terdapat saudara dan tetangga memberikan
nilai-nilai saling menghargai. Pada saat sumbangan kepada tuan rumah yang
selamatan juga terdapat nilai sosial yaitu berupa beras ataupun makanan lainnya.
ketika menunggu acara dimulai mereka Saudara biasanya dimintai bantuan oleh
berkumpul dan saling berinteraksi satu tuan rumah berupa uang ataupun beras,
sama lain hal ini dapat mempererat tali dan nantinya aoabila saudara tersebut
silaturahmi antar saudara dan tetangga. mempunyai acara selamatan akan dibantu
Setelah para tamu undangan sudah hadir juga oleh tuan rumah tadi. Saudara juga
tuan rumah memberikan hidangan ada yang memberikan buah-buahan yang
makanan dan minuman ringan kepada digunakan untuk membuat rujak dalam
para tamu dan pada saat acara selamatan tradisi tingkeban secara cuma-cuma tanpa
akan dimulai tuan rumah memberikan mengharapkan untuk dikembalikan lagi.
sambutan dalam bentuk menyerahkan Tetangga dalam hal ini juga membantu
upacara kepada ulama atau sesepuh (yang atau memberikan sumbangan kepada tuan
dituakan) setempat, sambil menyebutkan rumah pada saat tradisi tingkeban mereka
apa yang yang menjadi kepentingan dari membawa dalam bentuk beras atau sesuai
selamatan tersebut. Selain itu tuan rumah dengan kemampuan masing-masing
juga meminta maaf jika ada kekurangan tetangga.
dalam dan juga sambutan yang kurang
memadai. Hal tersebut dapat dilihat bahwa Kemudian pemberian bingkisan
adanya sikap saling menghargai tuan kepada para tamu yang datang sebagai
rumah kepada para tamu. Setelah acara ucapan terimakasih karena telah
selamatan selesai sebagai ucapan melakukan do’a bersama, memberikan
terimaksih tuan rumah kepada para tamu makanan kepada para saudara dan
yang sudah datang untuk mendo’akan tetangga yang telah datang membantu,
calon ibu dan bayi dengan memberikan terakhir pertimbangan dalam pembelian
makanan dan lauk pauknya. Tujuan dari barang-barang yang diperlukan sesuai
hal ini adalah untuk memperkokoh tali dengan keadaan ekonomi keluarga.
silaturahmi antara para tetangga dan
saudara. 4. Nilai Estetika

Nilai estetika terlihat dalam acara


memecah kelapa gading, dimana kelapa
tersebut digambari dengan Kamanjaya dan terhindar dari kesengsaraan dan kefakiran
ratih atau Harjuna dan Wara Subrada atau selamanya, pembacaan surat Maryam
Srikandi. Kedua kelapa tersebut diletakan adalah apabila anak yang dilahirkan
dalam posisi terbalik agar calon ayah tidak perempuan dapat menjaga kesuciannya
dapat melihat gambar tersebut. Apabila seperti Maryam, dan pembacaan Surat
gambar kelapa gading yang dipecahkan Annisa adalah apabila yang dilahirkan
ayah bergambar Kamajaya atau Harjuna, anak perempuan diharapkan agar anaknya
maka bayi akan dilahirkan laki-laki, dapat dilindungi dan dijaga hak-haknya
apabila kelapa yang dipecahkan seperti yang terkamndung dalam surat
bergambar Ratih atau Srikandi, maka bayi Annisa. Dan pembacaan surat Yasin
yang akan dilahirkan adalah perempuan. adalah agar bayi yang dilahirkan selamat
dan proses kelahirannya lancar tanpa
Verifikasi Data halangan apapun. Selanjutnya setelah
selesai membaca ayat suci Al-Qur’an
Kemudian setelah data disajikan,
dilakukan pembacaan do’a selamat
langkah terakhir yaitu menyimpulkan
dengan harapan bayi dalam kandungan
data/verifikasi. Dari semua data yang
diberikan keselamatan serta ditakdirkan
diperoleh dapat disimpulkan bahwa dari
selalu dalam kebaikan kelak setelah
ketiga nilai-nilai yang terdapat dalam
kelahiran di dunia. Setelah pembacaan
tradisi tingkeban yaitu sebagai berikut:
doa’a selesai diadakan tausiyah yang
Pertama, nilai religius yang dipimpin oleh Pak Ustad, setelah selesai
terdapat dalam tradisi tingkeban pada tausiyah tamu disajikan makanan oleh
masyarakat Jawa yaitu pada saat kegiatan tuan rumah. Kemudian para tamu yang
pembacaan ayat suci Al-Qur’an.biasanya datang akan diberikan bingkisan yang
dalam pembacaan ayat suci Al-Qur’aan berupa makanan dengan lauk pauknya
dipimpin oleh pemuka agama dan yang atau uang sesuai dengan kemampuan tuan
lain mendengarkannya. Surat yang dibaca rumah. Tujuan dari pemberian sedekah ini
yaitu surat Yusuf, Luqman, Al-Waqiah, yaitu untuk berbagi rezeki kepada para
Maryam, Annisa dan surat Yasin. Tujuan saudara dan tetangga dekat.
dari pembacaan ayat suci Al-Qur’an pada
Kedua, nilai sosial dalam
surat Yusuf yaitu agar anak yang
penelitian ini yaitu saudara dan tetangga
dilahirkan apabila laki-laki dapat memiliki
membantu dalam mempersiapkan acara
ketampanan dan keteladanan seperti nabi
tujuh bulanan dari mencari bahan-bahan
Yusuf as, pembacaan surat Luqman
untuk selamatan dan membantu dalam
diharapkan agar anak yang dilahirkan
melakukan tahapan tingkeban, tolong
dapat berilmu pengetahuan dan selalu
menolong yang dibantu oleh saudara dan
bersyukur atas nikmat Allah SWT,
tetangga dalam hal memasak makanan
pembacaan surat Al-Waqiah diharapkan
untuk acara selamatan, mengundang para
agar anak yang dilahirkan selalu dicintai
para tetangga dan saudara untuk datang
Allah SWT, dicintai sesame manusia dan
menghadiri selamatan dan do’a bersama. analisis nilai-nilai dalam tradisi tingkeban
Menghargai tamu yang datang kerumah pada masyarakat Jawa di Desa Cendana
dengan memberikan makanan dan Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten
minuman. Tujuan dari tolong menolong Banyuasin. Penelitian ini menggunakan
ini adalah untuk memperetat tali tekhnik dokumentasi, wawancara, dan
silaturahmi, menambah kerukunan antar observasi dalam pengumpulan datanya.
tetangga dan saudara. Berdasarkan hasil dari data yang diperoleh
yang peneliti analisis maka nilai-nilai
Ketiga, nilai ekonomi dalam
yang terdapat dalam tradisi tingkeban ada
tradisi tingkeban masyarakat Jawa di Desa
empat nilai yang akan dijabarkan sebagai
Cendana yaitu adanya sumbangan dari
berikut: Pertama, nilai religius atau nilai
saudara dan tetangga yang diberikan
agama yaitu dimana nilai tersebut
kepada tuan rumah sesuai dengan
berkaitan dengan penilaian manusia
kemampuan masing-masing, pemberian
mengenai alam disekitarnya sebagai
bingkisan kepada para tamu yang datang
wujud dari rahasia kehidupan serta alam
sebagai ucapan terimakasih, memberikan
disekitarnya serta nilai religi ini
makanan kepada para saudara dan
dipersepsikan sebagai sesuatu yang
tetangga yang telah datang membantu,
nilainya suci (Alport dalam Syairbaini,
terakhir pertimbangan dalam pembelian
2014: 44). Kedua, nilai sosial yaitu yang
barang-barang yang diperlukan sesuai
berorientasi kepada hubungan antar
dengan keadaan ekonomi keluarga.
manusia dan menekankan pada segi
Keempat, Nilai estetika terlihat kemanusiaan yang luhur (Alport dalam
dalam acara memecah kelapa gading, Syarbaini, 2014: 44). Ketiga, nilai
dimana kelapa tersebut digambari dengan ekonomi yaitu kegunaan dari berbagai
Kamanjaya dan ratih atau Harjuna dan benda dalam memenuhi kebutuhan
Wara Subrada atau Srikandi. Kedua manusia (Alport dalam Syarbaini, 2014:
kelapa tersebut diletakan dalam posisi 44). Keempat, nilai estetika yaitu nilai
terbalik agar calon ayah tidak dapat yang bukan hanya menyangkut keindahan
melihat gambar tersebut. Apabila gambar yang dapat memperkaya batin, tetapi juga
kelapa gading yang dipecahkan ayah berfungsi sebagai media yang
bergambar Kamajaya atau Harjuna, maka memperhalus budi pekerti (Alport dalam
bayi akan dilahirkan laki-laki, apabila Syarbaini, 2014: 44).
kelapa yang dipecahkan bergambar Ratih Tradisi tingkeban adalah tradisi
atau Srikandi, maka bayi yang akan yang sudah dilakukan secara turun
dilahirkan adalah perempuan. temurun sejak dahulu untuk menyelamati
bayi yang masih dalam kandungan waktu
Pembahasan berumur tujuh bulan pada kehamilan
pertama calon ibu. Hal ini sesuai dengan
Peneliti membahas hasil penelitian pendapat dari Bayuadhy (2015: 23) yang
yang didasarkan pada judul penelitian menyatakan bahwa hakikat dari tingkeban
adalah mendoakan calon bayi dan calon apabila kelapa yang dipecahkan
ibu yang mengandungnya agar selamat bergambar Harjuna atau Kamajaya maka
sampai saat kelahirannya nanti. Tradisi bayi yang dilahirkan laki-laki dan apabila
tingkeban berasal dari kata tingkeb yang kelapa gading yang dipecahkan bergambar
berarti tutup. Istilah tingkeban juga Ratih atau Srikandi maka anak yang
disebut dengan mitoni berasal dari kata dilahirkan perempuan. Terakhir yaitu
pitu (tujuh). “Tujuh dalam Bahasa Jawa adanya selamatan yang didalamnya
adalah pitu, maka jadilah mitoni” terdapat pembacaan ayat suci Al-Qur’an
(Sholikin, 2010: 79). “Upacara adat Jawa yang dipimpin oleh pemuka agama,
ini dilakukan ketika calon ibu pembacaan do’a dan pemberian sedekah.
mengandung bayi pertama di usia tujuh Selanjutnya dari hasil analisis data
bulan” (Bayuadhy, 2015: 23). Menurut wawancara untuk mengetahui nilai-nilai
Bratawidjaja (1988: 1) “Upacara yang terdapat dalam tradisi tingkeban
tingkeban adalah salah satu tradisi dengan indikator didapatkan bahwa yang
masyarakat jawa”. Pertama, nilai religius yang terdapat
Berdasarkan hasil analisis data dalam tradisi tingkeban pada masyarakat
dokumentasi, wawancara, dan observasi Jawa yaitu pada saat kegiatan pembacaan
didapatkan bahwa tradisi tingkeban di ayat suci Al-Qur’an.yang dipimpin oleh
desa Cendana mempunyai tahapan- pemuka agama dan yang lain
tahapan dalam pelaksanaannya dan mendengarkannya. Surat yang dibaca
berbeda dengan masyarakat Jawa pada yaitu surat Yusuf, Luqman, Al-Waqiah,
umumnya, didalam tradisi tingkeban Maryam, Annisa dan surat Yasin. Tujuan
terdapat nilai-nilai yang masih dari pembacaan Al-Qur’an adalah agar
dilaksanakan oleh masyarakat Jawa di anak yang akan lahir kelak selalu
Desa Cendana. Berdasarkan observasi menggunakan Al-Qur’an sebagai
didapatkan data bahwa tahapan dalam pedoman hidup. Selanjutnya pembacaan
tradisi tingkeban yaitu yang pertama do’a selamat dengan harapan bayi dalam
melakukan siraman atau memandikan kandungan diberikan keselamatan serta
calon ibu yang dilakukan oleh tujuh orang ditakdirkan selalu dalam kebaikan kelak
sesepuh termasuk ayah, ibu, nenek ayah, setelah kelahiran di dunia. Kemudian
ibu mertua dan keluarga terdekat, kedua pemberian sedekah yang dilakukan para
memecahkan telor yang dimasukan tamu yang berupa makanan dengan lauk
kedalam kain calon ibu oleh suami pauknya atau uang sesuai dengan
melalui perut sampai pecah. Hal ini kemampuan tuan rumah.
sebagai simbol dan mengharapkan semoga
bayi akan lahir dengan mudah tanpa ada Kedua, nilai sosial dalam
hambatan, ketiga memecahkan kelapa penelitian ini yaitu saudara dan tetangga
yang sudah digambari dengan Kamajaya membantu dalam mempersiapkan acara
dan Ratih atau Harjuna dan Srikandi oleh tujuh bulanan dari mencari bahan-bahan
suami dengan posisi kelapa terbalik, untuk selamatan dan membantu dalam
melakukan tahapan tingkeban, tolong Berdasarkan nilai-nilai yang
menolong yang dibantu oleh saudara dan terdapat dalam tradisi tingkeban di atas,
tetangga dalam hal memasak makanan didapatkan juga nilai negatif yang terdapat
untuk acara selamatan, mengundang para di nilai ekonomi yaitu pada saat tuan
para tetangga dan saudara untuk datang rumah harus mempersipkan biaya untuk
menghadiri selamatan dan do’a bersama. tradisi tingkeban yaitu membeli bahan-
Menghargai tamu yang datang kerumah bahan yang dibutukan untuk tradisi
dengan memberikan makanan dan tersebut, karena biaya yang dibutuhkan
minuman. Tujuan dari tolong menolong tidak sedikit. Kemudian memberikan
ini adalah untuk memperetat tali bingkisan atau nasi beserta lauk pauknya
silaturahmi, menambah kerukunan antar kepada para tetangga dan saudara yang
tetangga dan saudara. datang sebagai ucapan terimakasih telah
membantu.
Ketiga, nilai ekonomi dalam
Nilai-nilai yang sudah diuraikan
tradisi tingkeban masyarakat Jawa di Desa
diatas masih dilakukan oleh masyarakat
Cendana yaitu adanya sumbangan dari
Jawa di Desa Cendana. Karena mereka
saudara dan tetangga yang diberikan
perbendapat selama tradisi tersebut tidak
kepada tuan rumah sesuai dengan
menyimpang dari hukum agama Islam dan
kemampuan masing-masing, pemberian
lebih banyak nilai positive dibandingkan
bingkisan kepada para tamu yang datang
dengan nilai negative maka nilai tersebut
sebagai ucapan terimakasih, memberikan
akan tetap dipertahankan dan
makanan kepada para saudara dan
dilaksanakan karena sudah menjadi
tetangga yang telah datang membantu,
kebiasaan masyarakat sejak lama serta
terakhir pertimbangan dalam pembelian
sudah menjadi tradisi yang dilakukan
barang-barang yang diperlukan sesuai
secara turun-temurun.
dengan keadaan ekonomi keluarga.
Hal tersebut sejalan dengan
Keempat, nilai estetika terlihat
pendapat dari Sztompka (2014:70) bahwa
dalam acara memecah kelapa gading,
“Tradisi merupakan segala sesuatu yang
dimana kelapa tersebut digambari dengan
disalurkan dari masa lalu ke masa kini”.
Kamanjaya dan ratih atau Harjuna dan
Budaya daerah atau tradisi memegang
Wara Subrada atau Srikandi. Kedua
peranan penting bagi kelangsungan
kelapa tersebut diletakan dalam posisi
kebudayaan nasional. Oleh karena itu,
terbalik agar calon ayah tidak dapat
tradisi sudah seharusnya dipelihara dan
melihat gambar tersebut. Apabila gambar
dijaga dalam kehidupan masyarakat
kelapa gading yang dipecahkan ayah
Indonesia. Salah satunya dengan
bergambar Kamajaya atau Harjuna, maka
mengangkat budaya daerah dan
bayi akan dilahirkan laki-laki, apabila
mempelajari secara mendalam, sehingga
kelapa yang dipecahkan bergambar Ratih
keberadaan kebudayaan atau budaya
atau Srikandi, maka bayi yang akan
daerah tersebut dapat dikenali dan
dilahirkan adalah perempuan.
diteruskan oleh generasi penerus bangsa
serta menerapkan nilai-nilai yang nilai religius, sosial, dan terakhir ekonomi.
terkandung dalam budaya tersebut dalam Hasil penelitian terhadap masyarakat Jawa
berbagai aspek kehidupan. Salah satu di Desa Cendana ini memperkuat
bentuk dari kebudayaan yang berkembang pendapat sebelumnya oleh Basyari
di masyarakat adalah tradisi-tradisi bahwasannya nilai-nilai dalam tradisi
(Utami, 2016). Pada masyarakat yang tingkeban masih dapat ditemukan di
kental budayanya akan terus melakukan kehidupan masyarakat Jawa seperti di
suatu tradisi-tradisi yang dianggap sebagai Desa Cendana Kecamatan Muara Sugihan
hal yang memberi manfaat dan Kabupten Banyuasin.
kesejahteraan bagi masyarakat itu sendiri
dan sebagai warisan dari leluhurnya. Oleh KESIMPULAN DAN SARAN
karena itu, masyarakat akan tetap
mempertahankan tradisi tersebut. Simpulan
“Masyarakat pada dasarnya tidak dapat
Berdasarkan hasil analisis yang
dilepaskan dari nilai-nilai tradisi dan
peneliti lakukan dari data dokumentasi,
budaya yang turun dari generasi satu ke
wawancara, dan observasi dapat
generasi seterusnya” (Basyari, 2014).
disimpulkan bahwa masyarakat Jawa Desa
Sebelum penelitian ini
Cendana Kecamatan Muara Sugihan
dilaksanakan, telah ada penelitian
Kabupaten Banyuasin masih melakukan
terdahulu yang dilakukan oleh Basyari
nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi
(2014) yang berjudul Nilai-nilai Kearifan
tingkeban. Adapun nilai nilai-nilai
Lokal (Local Wisdom) Tradisi Memitu
tersebut diantaranya sebagai berikut:
pada Masyarakat Cirebon Penelitian ini
menfokuskan bahwa tradisi memitu Pertama, nilai religius yang
merupakan salah satu bagian dari budi terdapat dalam tradisi tingkeban pada
pekerti adat jawa yang didalamnya masyarakat Jawa yaitu pada saat kegiatan
terdapat akulturasi antara budaya lokal pembacaan ayat suci Al-Qur’an.yang
dan islam, selain itu nilai-nilai yang dipimpin oleh pemuka agama dan yang
terdapat didalam tradisi memitu meliputi lain mendengarkannya. Surat yang dibaca
nilai religi, nilai sosial, psikologis, yaitu surat Yusuf, Luqman, Al-Waqiah,
kesehatan, dan budaya dalam Maryam, Annisa dan surat Yasin. Tujuan
(http://id.portalgaruda.org/?ref dari pembacaan Al-Qur’an adalah agar
=search&mod anak yang akan lahir kelak selalu
=document&select=title&q=tradisi+tingke menggunakan Al-Qur’an sebagai
ban&button=Search+ Do cument). pedoman hidup. Selanjutnya pembacaan
Berdasarkan hasil pembahasan do’a selamat dengan harapan bayi dalam
tersebut maka nilai-nilai yang terdapat kandungan diberikan keselamatan serta
dalam tradisi tingkeban yaitu nilai ditakdirkan selalu dalam kebaikan kelak
religius, sosial, dan ekonomi. Setelah setelah kelahiran di dunia. Kemudian
dianalisis maka nilai yang dominan adalah pemberian sedekah yang dilakukan para
tamu yang berupa makanan dengan lauk terbalik agar calon ayah tidak dapat
pauknya atau uang sesuai dengan melihat gambar tersebut. Apabila gambar
kemampuan tuan rumah. kelapa gading yang dipecahkan ayah
bergambar Kamajaya atau Harjuna, maka
Kedua, nilai sosial dalam
bayi akan dilahirkan laki-laki, apabila
penelitian ini yaitu saudara dan tetangga
kelapa yang dipecahkan bergambar Ratih
membantu dalam mempersiapkan acara
atau Srikandi, maka bayi yang akan
tujuh bulanan dari mencari bahan-bahan
dilahirkan adalah perempuan.
untuk selamatan dan membantu dalam
melakukan tahapan tingkeban, tolong
Saran
menolong yang dibantu oleh saudara dan
Berdasarkan simpulan di atas,
tetangga dalam hal memasak makanan
maka peneliti menyarankan kepada pihak
untuk acara selamatan, mengundang para
terkait berikut ini:
para tetangga dan saudara untuk datang
Bagi Masyarakat Jawa Desa Cendana
menghadiri selamatan dan do’a bersama.
Menghargai tamu yang datang kerumah Diharapkan masyarakat Jawa Desa
dengan memberikan makanan dan Cendana Kecamatan Muara Sugihan
minuman. Tujuan dari tolong menolong Kabupaten Banyuasin tetap menjaga dan
ini adalah untuk memperetat tali melestarikan nilai-nilai yang terkandung
silaturahmi, menambah kerukunan antar dalam tradisi tingkeban sebagai tradisi
tetangga dan saudara. yang khas Jawa dari masyarakat tersebut.
Ketiga, nilai ekonomi dalam Bagi Peneliti
tradisi tingkeban masyarakat Jawa di Desa
Cendana yaitu adanya sumbangan dari Diharapkan peneliti dapat
saudara dan tetangga yang diberikan menjadikan hasil penelitian ini sebagai
kepada tuan rumah sesuai dengan sebuah pengalaman dan pengetahuan yang
kemampuan masing-masing, pemberian baru sehingga nantinya peneliti juga ikut
bingkisan kepada para tamu yang datang dalam mempertahankan serta melestarikan
sebagai ucapan terimakasih, memberikan nilai-nilai tersebut.
makanan kepada para saudara dan
tetangga yang telah datang membantu, DAFTAR PUSTAKA
terakhir pertimbangan dalam pembelian
Arikunto, Suharsimi. (2014). Prosedur
barang-barang yang diperlukan sesuai
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
dengan keadaan ekonomi keluarga.
Keempat, Nilai estetika terlihat Alfan, Muhammad. (2014). Pengantar
dalam acara memecah kelapa gading, Filsafat Nilai. Bandung: Pustaka
dimana kelapa tersebut digambari dengan Setia.
Kamanjaya dan ratih atau Harjuna dan
Wara Subrada atau Srikandi. Kedua Basyari, Iin. W. (2014). Nilai-Nilai
kelapa tersebut diletakan dalam posisi Kearifan Lokal (Lokal Wisdom)
Tradisi Memitu pada Mayarakat http://download.portalgaruda.org/a
Cirebon (Studi masyarakat Desa rticle.php?article=337005& val=
Setupatok Kecamatan Mundu). 6444&title=TRADISI%20TABUI
Edunomic. 2(1): 1-55. http://id. K%20DI%20KOTA%20
portalgaruda.org/?ref=search&mod PARIAMAN data diakses pada
= document&select=title&q= tanggal 30 Maret 2018 Pukul
tradisi+ 19:41 Wib.
tingkeban&button=Search+Docum
ent. diakses pada tanggal 24 Hunaifi, dkk. (2014). Karakteristik
Agustus 2017 pukul 17.45 WIB. Masyarakat Jawa di Jawa Timur
dalam Mengungkapkan Emosi dan
Bayuadhy, Gesta. (2015). Tradisi-tradisi Daya Pikir (Sebagai Refleksi
Adiluhung Para Leluhur Jawa. Pengajaran Bahasa). Terampil.
Yogyakarta: Dipta. 3(3): 17-33.
http://download.portalgaruda.org/a
Bratawidjaja, Thomas. W. (1988).
rticle. php?
Upacara Tradisional Masyarakat
article=298576&val=5993&ti
Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar
tle=KARAKTERISTIK%20MAS
Harapan.
YARAKAT%20JAWA%20DI%2
Fardayanti, Y & Nurman. (2013). 0JAWA%20TIMUR%20DALAM
Eksitensi Tradisi Juadah dalam %20MENGUNGKAPKAN%20E
Melestarikan Solidaritas dalam MOSI%20DAN%20KONDISI%2
Upacara Perkawinan. Humanus. 0PIKIR%20%20(SEBAGAI%20R
12(1): 43-50. EFLEKSI%20PENGAJARAN%2
http://download.portalgaruda.org/a 0BAHASA) diakses pada hari
rticle.php?article=144977&val=15 Jum’at, 30 Maret 2018 Pukul
43&title=EKSISTENSI%20TRAD 20:11 WIB.
ISI%20JUADAH%20DALAM%2
Kaelan. (2017). Pendidikan Pancasila.
0MELESTARIKAN%20SOLIDA
Yogyakarta: Paradigma.
RITAS%20DALAM%20UPACA
RA%20PERKAWINAN%20(Stud Khuzaimah, Siti. (2015). Tradisi
i%20di%20Korong%20Kampung Tingkeban dalan Pandangan dan
%20Ladang%20Kabupaten%20Pa fungsinya Bagi Warga
dang%20Pariaman) diakses pada Muhammadiyah dan Nu di Desa
tanggal 30 Maret 2018 Pukul Karang Rejo Karanggeneng
15:11 WIB. Lamongan. Skripsi. Yogyakarta:
Fakultas Ussuludin dan Pemikiran
Gibran, Maezan. K. (2015). Tradisi
Islam UIN Sunan Kalijaga.
Tabuik di Kota Pariaman. Jom
http://digilib.uin-
Fisip. 2(2): 1-13.
suka.ac.id/17369/1/BAB
%20I,%20V,%20 DAFTAR%20 http://download.portalgaruda.org/a
PUSTAKA. pdf data diakses pada rticle. php?
hari jumat, 25 Agustus 2017 pukul article=295135&val=6444
14.29 WIB). &title=KOMUNIKASI%20RITU
AL%20TRADISI%20TUJUH%20
Koentjaraningrat. (2015). Pengantar Ilmu
BULANAN%20 data diakses pada
Antropologi. Jakarta: Rineka
hari jumat, 25 Agustus 2017 pukul
Cipta.
14.03 WIB.
Macmudah, Umi. (2016). Budaya Mitoni:
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Analisis Nilai-Nilai Islam dalam
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Membangun Semangat Ekonomi.
Bandung: Alfabeta.
18(2): 186-197.
https://media.neliti.com/media/pub Suriasumantri, Jujun.S. (2003). Filsafat Ilmu
lications/60277-ID-none.pdf Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
diakses pada tanggal 24 Maret Pustaka Sinar Harapan.
2018 Pukul 21:04 WIB.
Syarbaini, Syahrial. (2014). Pendidikan
Sholikhin, Muhammad. (2010). Ritual Pancasila. Bogor: Ghalia Indonesia.
&Tradisi Islam Jawa. Yogyakarta:
Sztompka, Piotr. (2014). Sosiologi Perubahan
Narasi.
Sosial. Jakarta: Prenada.
Siswanto, Dwi. (2010). Pengaruh
Utami, dkk. (2016). Peran Tradisi Seren Taun
Pandangan hidup Masyarakat Jawa dalam Upaya Meningkatkan
terhadap Model Kepemimpinan. Pewarisan Nilai-Nilai Sosial dan
Filsafat. 20(3): 197-2014. Budaya di Kalangan Remaja
https://media.neliti.com/media/pub Kelurahan Cigugur Kecamatan
lications/78750-ID-pengaruh- Cigugur Kabupaten Kuningan.
pandangan-hidup-masyarakat- Edueksos. 5(1): 99-111.
jawa.pdf data diakses pada tanggal http://download.portalgaruda.org/artic
24 Maret 2018 Pukul 19:32 WIB. le.php?article=135889&val=5651
diakes pada tanggal 24 Maret 2018
Susanti, Elvi. (2015). Komunikasi Ritual Pukul 09:13 WIB.
Tradisi Tujuh Bulanan (Studi
Yunus, Rasid. (2014). Nilai-nilai Kearifan
Etnografi Komunikasi Bagi Etnis Lokal (Local Genius) Sebagai
Jawa di Desa Pengarungan Penguat Karakter Bangsa
Kecamatan Torgamba Kabupaten Studi Empiris Tentang Huyula.
Labuhanbatu Selatan). Jom FISIP. Yogyakarta
2(2): 2-11.

Potrebbero piacerti anche