Sei sulla pagina 1di 6

Volume 4 No.

1, Juli 2003 (1 ± 6)

Konsep Perencanaan Permukiman Tepi Sungai


Yang Berwawasan Ekologi

Bambang Daryanto1, Rudi Hartono 2

Abstract - The concept of sustainable development is how a development can be conducted without
going beyond the capacity of natural support for current and future life. Environmentally-aware
residential planning and occupancy-worthy should support the hygiene and comfort of the environment,
supporting environmental preservation. All are shown in the case study on a residential area along Kuin
river, Banjarmasin. The problem is how the concept of residential planning that involves the preservation
of the function and balance of the living environment inside an ecosystem should be established. The
planning objective is to establish a residential development which involves spatial planning which
considers ecological concept. The target of the residential planning is to use the land in accordance with
support capacity, area, avoiding environmental degradation, creating a balance living environment,
comfortable environment, interesting and processing identity.
The approach and planning strategy being used are planning concept with ecological consideration based
on relationship between living creatures and their environment, and planning concept based on cultural
and natural resource management. The residential planning concept is directed to the concept of natural
resource ecosystem and built environtment that is site planning and environmental consideration of the
site. The conclusions of research are that rivers in urban scale is included in urban open space, the river
banks are lack of vegetation, residential housing along river banks to increase river pollution level,
alternatives on new building material are necessary due due to the scarce availability of local timber.

Keywords - residential, ecology, sustainable development

PENDAHULUAN mutu lingkungan hidup masyarakat masih belum


Latar Belakang baik, karena itu pembangunan masih terus berlanjut.
Dalam usaha untuk meningkatkan mutu hidup ini,
Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan harus dijaga agar kemampuan lingkungan untuk
kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. Pembangunan mendukung kehidupan yang lebih baik ini tidak
dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi menjadi rusak. Sesuai dengan konsep pembangunan
kebutuhan dasar hidup rakyat dengan lebih baik. berkelanjutan yatu bagaimana pembangunan dapat
Kebutuhan dasar hidup merupakan kebutuhan yang berjalan tanpa melampaui ambang atas daya dukung
essensial untuk kebutuhan hidup kita. Kebutuhan lingkungan untuk keperluan hidup generasi masa
dasar ini terdiri atas tiga bagian, yaitu kebutuhan kini dan masa mendatang. Permukiman merupakan
dasar untuk kelangsungan hidup hayati, kebutuhan salah satu bagian dari kebutuhan dasar yang
dasar untuk kelangsungan hidup manusiawi dan dibutuhkan oleh banyak anggota masyarakat. Dalam
derajat kebebasan untuk memilih. perkembangan waktu dan akibat pertambahan
Beberapa jenis kebutuhan dasar ini masih belum jumlah penduduk kebutuhan akan permukiman
terpenuhi dengan baik, misalnya pangan, papan air sepertinya tidak pernah selesai.
bersih, pendidikan, dan pekerjaan, masih belum Permukiman atau perumahan merupakan bagian
tersedia dengan cukup. Dengan kata lain bahwa dari struktur kota. Didalam rencana tata ruang kota
dengan belum terpenuhinya kebutuhan dasar ini, pengaturan struktur kota haruslah dapat mewujudkan

1
Staff pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
2
Staff pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin

1
2 INFO TEKNIK, Volume 4 No. 1, Juli 2003

keseimbangan dan keserasian entar elemen-elemen Perencanaan berwawasan ekologi didasarkan pada
di dalam wilayah kota serta penggunaan intensitas pandangan adanya hubungan timbal baik antara
tanahnya. Elemen wisma (permukiman) merupakan makhluk hidup dengan lingkungannya, tentang
bagian yang terpenting dari elemen-elemen lainnya, makhluk hidup dalam habitatnya, tentang struktur
yaitu marga (transportasi), karya (lapangan kerja), dan fungsi ekosistem. Pengertian konsep ekosistem
suka (fasilitas pelayanan umum/sosial), dan utilitas adalah lingkungan yang terdiri atas komponen hayati
(fasilitas penunjang kegiatan kota). Elemen dan nir-hayati yang tak terpisahkan membentuk
permukiman juga merupakan salah satu pusat sistem kehidupan yang menjalin hubungan timbal
pembangkit pergerakan kegiatan kota. balik yang dinamis antar komponennya. Dalam
Seperti permukiman di banyak kota, permukiman perencanaan lingkungan yang berwawasan ekologi,
di sepanjang sungai Kuin Banjarmasin, masalah secara prinsip dapat dijabarkan sebagai berikut :
yang dihadapi dalam penanganan tata ruang kota x menghindari terjadinya pencemaran lingkungan
yang bersifat umum maupun khusus/spesifik, dapat x mengembalikan suatu fungsi ekosistem
diuraikan sebagai berikut : x membangun tanpa merusak dengan
x kualitas lingkungan permukiman yang buruk memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan
x struktur jaringan jalan yang tidak teratur hidup
x kurangnya fasilitas umum dan fasilitas sosial x pendayagunaan sumber data alam secara
x drainase dan persampahan yang buruk terencana, rasional, optimal, bertanggung-jawab,
x kurang/sulitnya penyediaan air bersih dan sesuai dengan daya dukungnya.
x tingkat kepadatan penduduk yang tinggi
x tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi Perencanaan pendayagunaan sumber daya alam
Dalam perencanaan suatu lingkungan misalnya
Bertitik tolak dari pembangunan berkelanjutan permukiman, menuntut pengetahuan yang seksama
berwawasan lingkungan, permukiman yang layak akan sistem sumber daya alam, ciri budaya, dan data
huni haruslah : lainnya yang relevan. Beberapa faktor yang dapat
x menunjang kesehatan dan kenyamanan dipertimbangkan berdasarkan suatu kerangka kerja
lingkungan struktur sumber daya alam dan budaya adalah
x menunjang kelestarian lingkungan sebagai berikut :
x dapat menjadi contoh sebagai lingkungan x Tanah : Selain dari kemampuan rekayasa, juga
permukiman yang ideal kaitannya dengan sumber daya yang lain.
Kondisi tanah suatu tapak menentukan
Permasalahan kesesuaian tapak dalam menunjang bangunan
Permasalahan yang timbul dalam kaitannya dengan atau jalan, demikian juga dengan komunitas
perencanaan permukiman dalam pembangunan yang tanaman dan habitat satwa yang berkaitan
berkelanjutan adalah : dengannya.
bagaimana konsep perencanaan permukiman yang x Vegetasi : Jenis vegetasi berkaitan erat dengan
memperhatikan pelestarian fungsi dan tanah, mikro-iklim, hidrologi dan topografi. Pola
keseimbangan lingkungan hidup dalam suatu fungsi vegetasi merupakan sumber daya rekreasi,
ekosistem dan perencanaan perkotaan. visual, dan rekreasi.
x Hidrologi : Jenis dan kualitas air pada suatu
Tujuan dan sasaran tapak merupakan sumber daya visual dan
Tujuan dari perencanaan adalah pembangunan rekreasi yang penting. Air permukaan dan pola
permukiman yang mempunyai tatanan ruang drainase akan mempengaruhi vegetasi,
berwawasan ekologi. Sedangkan sasaran dari kehidupan satwa, bahkan sistem iklim.
perencanaan kawasan permukiman ini adalah : x Iklim : Perubahan iklim pada tapak dipengaruhi
x pemanfaatan lahan sesuai dengan daya dukung atau berkaitan dengan perubahan pada topografi,
lahan orientasi lereng, dan vegetasi.
x menghindari kadar pencemaran lingkungan x Topografi : Bentuk dasar permukaan tanah atau
struktur topografi suatu tapak merupakan
x tercipta keseimbangan lingkungan hidup
sumber daya visual dan estetika.
x Estetika : Sumber daya estetika sangat berperan
dalam penentuan tapak untuk rekreasi. Ciri
estetika ini dapat disebutkan sebagai penentu
KAJIAN TEORITIS spasial utama, sebagai vista.
Perencanaan berwawasan ekologi
Bambang dan Rudi, Konsep Perencanaan Permukiman« 3

x Ciri sejarah : Suatu daerah tertentu sedikit


banyak memiliki ciri sejarah berupa landmark.
Daerah ini mempunyai keunikan atau
NDUDNWHULVWLN ³WHPSDW´ \DQJ PHPEHGDkan HASIL DAN PEMBAHASAN
secara signifikan dengan tempat lain. Analisis kondisi eksisting kawasan
x Tata guna tanah : Tata guna tanah akan Kawasan permukimann tepi sungai Kuin di
memberikan gambaran peruntukan tanah, Banjarmasin, sebagai studi kasus studi dalam
misalnya : untuk perumahan, perkantoran, jasa pembangunan berkelanjutan dipilih dengan
& komersial, rekreasi, industri, fasilitas umum, pertimbangan sebagai berikut :
fasillitas sosial, transportasi, dan ruang terbuka. x merupakan pemukiman tertua di Banjarmasin
dengan mayoritas penduduk asli suku Banjar
Pengertian tempat dan makna tempat sebagai x merupakan kawasan yang berpotensi sebagai
identitas asset pariwisata (pasar terapung di mmuara
Pengertian tempat (place) adalah suatu ruang yang sungai)
mempunyai karakter yang tegas, sedang makna x merupakan daerah yang mengalami penyusutan
tempat adalah yang menjadikan arti atau identitas sumber daya alam dan peningkatan beban
dari tempat tersebut. Schulz (1980:6-22), pencemaran
menguraikan tentang tempat (place) adalah sebagai
fenomena tempat, struktur/susunan tempat dan Kawasan sepanjang sungai Kuin ini potensial untuk
jiwa/makna tempat. berkembang, karena peran ini sangat besar sebagai
penghubung antara daerah hinterland (pedalaman)
Pembangunan berkelanjutan (sustainable dengan pusat kota. Perkembangan permukiman yang
development) terjadi pada saat ini disepanjang tepi sungai adalah
Konsep pembangunan permukiman berkelanjutan tidak terkendali. Dengan bertambahnya jumlah
artinya proses pembangunan dapat bergulir dan penduduk, terjadi perkembangan intensitas
dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang permukiman. Karena terbatasnya lahan, mereka
diharapkan. Konsep pembangunan berkelanjutan ini mengembangkan rumahnya ke arah tengah sungai.
dapat dijabarkan sebagai berikut : Akibatnya sungai sebagai jalur transportasi menjadi
x secara ekonomi sanggup/mampu untuk dapat sempit dan intensitas kendaraan air menjadi cukup
dilaksanakan (affordable) padat. Dampak terhadap lingkungan adalah terjadi
x secara sosial dapat diterima oleh masyarakat pencemaran lingkungan dari sampah yang
(acceptable) tersangkut pada kolong bangunan, longsornya tebing
x secara ekologi ada perbaikan dan dapat menjadi sungai karena gelombang perahu yang lewat dan
lebik baik (soundable) berakibat pendangkalan sungai. Secara ekologi
terjadi pencemaran terhadap sungai, sehingga mutu
lingkungan kawasan tidak baik.
Sedang sungai sebagai sumber daya alam perlu
METODE PENELITIAN dilestarikan. Kondisi yang demikian memberi kesan
sebagai lingkungan yang kumuh dan tidak terencana
Secara garis besar pembahasan dibagi atas 4 dengan baik. Hal ini terlihat dari pemanfaatan lahan
(empat) tahap, yaitu : yang tidak terkendali. Tidak terdapat suatu
1. Tahap pendahuluan; mengkaji fenomena yang penzoningan tataguna lahan yang jelas, sehingga
terjadi pada kawasan studi, mengidentifikasi menyulitkan dalam penataan dan pengendaliannya.
masalah dan kemudian merumuskan masalah, Dari segi tata bangunan terlihat penataan yang tidak
menentukan tujuan dan sasaran studi. terkendali, sehingga dari segi keindahan dan
2. Tahap pengumpulan data; meliputi kegiatan kenyamanan berkurang. Misalnya sirkulasi udara,
pekerjaan persiapan, pelaksanaan survey dan pencahayaan alami dan sirkulasi antar bangunan
kompilasi data. Pekerjaan persiapan dilakukan untuk pejalan kaki. Dari segi utilitasnyapun masih
dengan kegiatan studi pustaka, undang-undang kurang memadai, misalnya penyediaan sarana air
dan peraturan-peraturan yang ada. bersih, pembuangan limbah yang dibuang ke sungai.
3. Tahap hasil dan pembahasan; dilakukan dengan Hal ini menjadi beban bagi sungai untuk berfungsi
menganalisis kondisi eksisting kawasan, dan sebagai bagian dari ekosistem. Secara ekologis,
pembahasan untuk menghasilkan konsep sungai sebagai potensi kawasan tidak berfungsi
perencanaan. sebagai bagian dari ekosistem alam dan buatan.
4. Tahap kesimpulan yang merupakan rangkuman
secara ringkas dari hasil pembahasan.
4 INFO TEKNIK, Volume 4 No. 1, Juli 2003

Konsep ekosistem sumber daya alam dan Konsep perancangan perkotaan


lingkungan binaan. Selain dari konsep-konsep di atas, ada konsep-
Konsep perencanaan permukiman yang diarahkan konsep perencanaan yang harus dipertimbangkan.
pada konsep ekosistem sumber daya alam dan
lingkungan binaan adalah : a. Konsep tata guna lahan.
Teknik tata guna lahan adalah penzoningan, zoning
1. Tata letak bangunan dapat menjamin pada pengaturan tataguna lahan dan
Penempatan bangunan pada tapaknya atau kaitannya intensitas atau kepadatan. Tataguna lahan
terhadap bangunan lain sangat penting. Apabila merupakan pengendalian terhadap kepadatan fisik
diletakkan dengan baik, maka bangunan akan bangunan dengan KDB, KLB, dan tinggi bangunan.
mencapai keserasian dengan topografinya, masalah
drainase dapat diperkecil dan efisiensi fungsional b. Konsep sirkulasi .
bangunan ditingkatkan. Konsep sirkulasi ini meliputi pola jalan, klasifikasi
a. Orientasi bangunan terhadap matahari. jalan. Sirkulasi dibedakan dengan pemisahan
Dalam banyak keadaan kita ingin berlindung sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki.
dari sinar matahari yang panas. Keadaan yang
ideal adalah apabila sebagian sinar matahari c. Konsep bentuk dan massa bangunan.
cukup masuk ke dalam ruangan untuk beberapa Konsep utama dalam bentuk dan massa bangunan
saat. Hal ini dapat dicapai dengan meletakkan adalah untuk mencapai kesan psikologis, yang dapat
bangunan yang ideal terhadap lintasan matahari menciptakan kenyamanan visual dan kenyamanan
dan membuat bukaan yang cukup untuk psikologis. Dalam hal ini meliputi :
masuknya sinar matahari. x ketinggian bangunan.
b. Orientasi bangunan terhadap angin. x koefisien dasar bangunan (KDB).
Pemanfaatan angin sejuk sepoi pada daerah x garis sempadan bangunan (GSB).
tropis dengan pengendalian angin oleh vegetasi. x amplop bangunan (ketinggian dan kepejalan
Penghalangan dengan pohon akan mengurangi yang diijinkan).
kecepatan angin dan mempengaruhi gerakan
angin. d. Konsep tata ruang terbuka dan tata hijau.
c. Terhadap topografi. Ruang terbuka merupakan elemen perancangan yang
Penataan bangunan yang sesuai topografi akan didefinisikan sebagai seluruh landskap : jalan,
mengurangi pekerjaan pelandaian, memperkecil taman, trotoir dan ruang terbuka lainnya di area
biaya konstruksi awal dan meniadakan masalah perkotaan. Ruang terbuka dapat berfungsi sebagai
drainase yang berlanjut. taman bermain, tempat olah raga, rekreasi, tempat
d. Terhadap kebisingan. bersantai, tempat berkomunikasi sosial dan secara
Penataan bangunan terhadap kebisingan lalu ekologis berfungsi sebagai penyegaran udara,
lintas kendaraan, pengendalian kebisingan dapat penyerapan air hujan, pengendalian banjir,
diatasi dengan topografi, kombinasi pepohonan, memelihara ekosistem dan pelembut arsitektur.
unsur lanskap.
e. Konsep utilitas.
2. Pertimbangan lingkungan pada tapak. Perlu perencanaan sistem utilitas yang memenuhi
Pertimbangan lingkungan pada tapak selalu menjadi persyaratan-persyaratan pengadaan, pemeliharaan
aspek yang penting dalam proses perancangan tapak. dan operasional.
Pertimbangan ini mencakup analisis mikro dan x jaringan air bersih.
makro iklim, berbagai ekosistem dan keterkaitannya, x jaringan air kotor.
hidrologi permukaan dan bawah permukaan, x jaringan listrik.
vegetasi, serta kondisi tanah bawah permukaan.
x jaringan telekomunikasi.
Pemilihan tapak untuk pembangunan permukiman
sebaiknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut : x jaringan pembuangan sampah.
x kondisi bawah tanah mempunyai daya dukung
yang baik untuk penghematan konstruksi.
x muka air tanah yang relatif rendah untuk KESIMPULAN DAN SARAN
melindungi bangunan dari gangguan air selokan.
Kesimpulan
x keterbebasan dari air banjir permukaan.
x ketersediaan utilitas : saluran air bersih, drainase Dari uraian pembahasan diatas dapat disimpulkan
yang baik, listrik, pembuangan sampah. hal-hal sebagai berikut :
Bambang dan Rudi, Konsep Perencanaan Permukiman« 5

1. bahwa sungai dalam skala kota merupakan Soeriaatmadja. R.E., (1977), Ilmu Lingkungan, ITB,
ruang terbuka kota untuk interaksi sosial Bandung.
masyarakatnya, sebagai pasar terapung, hal ini
perlu penataan lebih lanjut sebagai identitas dan Sumarwoto dan Otto (1994) Ekologi, Llingkungan Hidup
dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta.
karakter kawasan maupun kota.
2. bahwa kawasan pasang surut miskin akan
vegetasi karena tanahnya yang asam, vegetasi
dapat mengendalikan panas dan sinar matahari LAMPIRAN
langsung.
3. bahwa permukiman tepi sungai cenderung untuk Peta dan foto lapangan
meningkatkan pencemaran sungai dan sulit
pengendaliannya.
4. Saran yang diusulkan untuk perencanaan
kawasan permukiman di tepi sungai Kuin yang
berwawasan lingkungan dalam pembangunan
berkelanjutan ini adalah :
5. perlu alternatip penggunaan bahan bangunan
baru, karena kelangkaan bahan baku kayu
setempat yang tahan air, untuk keseimbangan
ekologis.
6. mempertahankan kondisi yang ada dengan
membatasi hanya sampai dengan batas tepi
sungai (tidak termasuk permukaan air), disertai
pemasangan talud dan siring/pagar batas tepi
sungai. Gambar 1.
7. penghapusan secara selektif dalam arti Peta lokasi kawasan permukiman
penelitian kembali status pemilikan tanah tepi di tepi sungai Kuin Banjarmasin.
sungai, bagi status ilegal berupa penghapusan
total, bagi status legal berupa penghapusan
bagian yang tidak sesuai dengan perijinan.
8. Renewal/pembangunan kembali secara bertahap
dengan konsep-konsep perencanaan pemukiman
di atas.

Lebih lanjut dalam penataan permukiman ini adalah


memenuhi prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :
Menciptakan lingkungan permukiman yang
mencerminkan suatu ekosistem dimana didalamnya
terdapat ruang-ruang yang berfungsi ekologis dan
mencerminkan budaya dan karakter setempat.

Gambar 2.
WC Umum terapung di sepanjang
DAFTAR PUSTAKA sungai yang mencemari air sungai.

Budiharhardjo, E. (1991), Arsitektur dan Kota di


Indonesia, Alumni, Bandung

Budihardjo, E. (1993) Kota Berwawasan Lingkungan,


Alumni., Bandung.

Chiara, J.D. dan Koppelman, L.E. (1989), Standar


Perencanaan Tapak, Erlangga , Jakarta.

Schulz dan Norberg, C. (1980) Genius Loci, Towards a


phenomenology of architecture, Academy
Editions London, London, Great Britain :.
6 INFO TEKNIK, Volume 4 No. 1, Juli 2003

Gambar 3. Gambar 5
Perkembangan bangunan yang Sungai sebagai ruang terbuka kota
berakibat mempersempit sungai. yang miskin vegetasi.

Gambar 4
Struktur bangunan dari bahan kayu
setempat yang makin langka.

Potrebbero piacerti anche