Sei sulla pagina 1di 8

Volume 1 Nomor 1, Oktober 2017

Editorial Office : Faculty of Law, Andalas University


Kampus Pancasila, Jalan Pancasila Nomor 10 Padang, West Sumatera
Phone/Fax : 0751-27404 / 0751-34605
E-mail : nagarilawreview@gmail.com | Website : jalj.fhuk.unand.ac.id

Pasal Penghinaan Presiden Dan Urgensi Pembaharuan Kitab Undang-


Undang Hukum Pidana
“Oksidelfa Yanto1”

ARTICLE HISTORY A B S T R A C T
Received: 28 October 2017;
Reviewed: 29 October 2017; As a rule of law state, Indonesia highly upholds the legal values
Accepted: 31 October 2017; existing in societies. By upholding the legal values it indicates that
Published: 31 October 2017 Indonesian is a nation which is abiden by the law. One of the laws that
must be obeyed by people is criminal law which is main source is
KEYWORDS Criminal Cod, usually known as KUHP. As a positive law, Criminal
Insulting President; Urgency; Criminal Law Code (KUHP) is prevailing all over the territorial of Republic of
Renewal. Indonesia and shall be a guide for the entire legal apparatus to impose
sanction for those who violated it. However, such Code is assumed no
CORRESPONDENSE longer appropriates with the current development, especially in term
1. Fakultas Hukum Universitas Pamulang, Jln. of democratization and transparency principle. Actually Criminal
Surya Kencana 1 Pamulang Tangerang Selatan, Code as the colonial law product is not relevant any longer with the
Indonesia
condition of the era and ideology of Indonesian. It is impossible that
E-mail: oksidelfay@gmail.com
Indonesia that have been feeling independence for decades but still use
the law product of the nation who had occupied it. Consequently, it is
urgent that the Criminal Code of Indonesian reformed and replace
with the new one which in line with the principle of democracy.

1. Pendahuluan kesejahteraan umum”. Jika bertitik tolak dari


Dalam pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Alinea Keempat pembukaan Undang-Undang
(UUD) Negara Republik Indonesia tahun 1945 Dasar 1945 dapat dipastikan bahwa tujuan
ditegaskan bahwa Indonesia adalah negara negara Republik Indonesia adalah
berdasarkan atas hukum (rechsstaat) dan bukan menyelenggarakan kesejahteraan bagi segenap
berdasarkan atas kekuasaan belaka (machsstaat). bangsa Indonesia (kesejahteraan umum).1
Secara konseptual, negara hukum dalam Pasal Dari pernyataan yang terkandung dalam UUD
1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 adalah 1945 tersebut sangat jelas bahwa hukum
konsepsi negara hukum mutakhir. Kepastian memainkan peran yang sangat penting dalam
mengenai konsepsi (asas) negara hukum suatu negara. Hukum tidak bisa dikalahkan
kesejahteraan yang dianut sistem oleh kekuasaan manapun. Sebab jika hukum
ketatanegaraan Indonesia diketahui dari anak dikalahkan oleh kekuasaan, maka kekuasaan
aklimat Alinea Keempat pembukaaan UUD itu cenderung akan otoriter dan sewena-wena.
1945 yang berkaitan dengan tujuan negara
Republik Indonesia yakni “untuk memajukan 1 Hotma P. Sibuea. (2014). Ilmu Negara. Jakarta: Penerbit
Erlangga, h. 143.

Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017


Hukum yang demikian bukanlah hukum yang Berdasarkan uraian diatas, tulisan ini akan
mencerminkan rasa keadilan bagi seluruh mencoba menguraikan persoalan diseputar
masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai ranah hukum pidana, lebih khusus lagi dalam
persatuan dan bhineka tuggal ika. konteks Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
yang konon berlakunya sudah tidak lagi
Sebagai negara kesatuan masyarakat Indonesia
relevan dengan perkembangan zaman. Tulisan
sangat menjunjung tinggi hukum yang hidup
ini juga mencoba mensisipi pasal penghinaan
ditengah masyarakat untuk menjaga
Presiden sebagai sesuatu yang menarik untuk
keteraturan, keamanan dan kesejahteraan.
disinggung terkait pembaharuan hukum
Hukum pidana menjadi landasan dan pijakan
pidana.
terujudnya ketentraman dan kesejahteraan.
Ketentuan mengenai aturan hukum pidana Namun demikian, tulisan ini jelas tidak akan
tersebut dituangkan dalam Kitab Undang- mampu menjawab semua persoalan yang ada,
Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai khususnya dalam ranah hukum pidana.
bagian dari hukum pidana materil yang Tulisan ini hanya sarana untuk berdialog
berlaku di Indonesia untuk seluruh rakyat dengan banyak pihak secara tidak langsung
Indonesia. Hukum pidana yang berlaku dan juga sebagai sumbang pikir atas kondisi
diseluruh wilayah Indonesia tersebut yang ada.
mengakomodir semua kepentingan publik.
Sementara untuk kepentingan perseorangan 2. Metode Penulisan
diakomodir oleh hukum privat. Dengan Penelitian ini termasuk kategori penelitian
demikian, dalam konteks kepentingan, hukum hukum normatif. Data yang digunakan adalah
dibagi ke dalam hukum publik dan hukum data sekunder yang bersumber dari bahan
privat. hukum primer yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan
Pemisahan hukum ke dalam hukum privat dan
pembaharuan hukum pidana dan bahan
hukum publik sebenarnya tidak ada batas yang
hukum sekunder yang terdiri dari jurnal, buku
tajam. Dalam perkembangannya orang
teks dan hasil penelitian yang mengkaji
kemudian tidak lagi memasukkan bidang-
mengenai pembaharuan hukum pidana. Data
bidang hukum yang lahir kemudian ke dalam
yang telah terkumpul kemudian dianalisis
hukum publik atau hukum privat, melainkan
dengan menggunakan penafsiran hukum dan
langsung menyebut nama dari bidang hukum
penafsiran terhadap asas-asas hukum baku
tersebut, misalnya hukum agraria, hukum
terkait dengan permasalahan penelitian.
perburuhan, hukum lingkungan, hukum bisnis,
hukum perlindungan konsumen, hukum
3. Hasil dan Pembahasan
ketenagakerjaan, hukum kependudukan dan
sebagainya. Pembagian hukum ke dalam
3.1. KUHP sebagai Produk Produk Hukum
hukum publik dan hukum privat hanya
Kolonial
dikenal didalam sistem atau tradisi hukum
Sebagai hukum yang bersifat publik, hukum
Eropah Kontinental. Di Dalam sistem atau
pidana mendapatkan tempat dalam pergaulan
tradisi hukum Anglo Saxon atau Anglo
masyarakat, karena dalam hukum pidana itu
American (Common law), tidak dikenal.
terkandung aturan-aturan yang mampu
Pembagian hukum dalam sistem hukum
mengatur tata tertib kehidupan masyarakat.
commom law adalah dengan cara langsung
Ketika aturan itu dilanggar akan ada sanksi
menyebut bidang hukumnya, tanpa harus
berupa ancaman pidana penjara atau pidana
dimasukkan ke dalam kategori publik atau
kurungan bagi pelanggarnya. Sanksi tersebut
privat.2
dipertegas dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana atau yang kita kenal dengan
2 E.Sundari dan M.G. Endang Sumiarni. (2015). Politik KUHP. KUHP tersebut menjadi lebih lengkap
Hukum & Tata Hukum Indonesia. Yogyakarta: Cahaya Atma
Pustaka, h. 71.
karena menentukan syarat-syarat pidana yang

Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 75


dapat dijatuhkan kepada pelaku kejahatan atau Padahal sebagai makhluk sosial. Manusia
pelanggaran, baik dahulu maupun sekarang. tergantung pada manusia lainnya untuk
memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi
Dengan perkembangan zaman yang ditandai
kebutuhan dan kepentingan tadi, sering
dengan kemajuan teknologi dan ilmu
muncul gesekan dan konflik. Gesekan dan
pengetahuan menjadikan sanksi hukum pidana
konflik harus ada hukum yang membatasinya.
yang tertuang dalam KUHP tidak lagi relevan
Masyarakat harus menjadi target untuk
untuk diterapkan saat ini. Kemajuan zaman
berlakunya hukum yang baik. Hukum yang
dan ilmu pengetahuan telah memunculkan
baik akan menentukan arah dan kesadaran
beragam macam kejahatan. Ketentuan-
hukum masyarakat. Persoalan kesesuaian
ketentuan hukum pidana yang termuat dalam
antara hukum dengan masyarakat akan
KUHP tidak lagi mampu menghukum setiap
menjadi ukuran tegaknya hukum. Salah satu
kejahatan yang terjadi dalam masyarakat.
hukum yang harus ditegakan dalam
Berbagai macam bentuk kejahatan yang secara
masyarakat adalah hukum pidana hasil
eksplisit tidak dapat disentuh oleh KUHP
pembaharuan dan bukan produk hukum
sebagai bagian dari hukum positif.
kolonial. Hukum pidana kedepan harus sesuai
Dengan demikian tepatlah kiranya apa yang dengan kesadaran dan nilai-nilai yang dimiliki
dikatakan oleh Soedjono Dirdjosisworo; masyarakat Indonesia. Hukum pidana
“Seiring dengan perkembangan zaman, dianggap buruk jika tidak sesuai dengan nilai-
kehidupan masyarakat Indonesia sudah nilai dalam masyarakat yang semakin maju dan
semakin maju dan berkembang. Permasalahan- berkembang. Dengan demikian, untuk
permasalahan yang terjadi dalam hukum juga menghasilkan hukum yang baik salah satunya
berkembang seiring dengan perkembangan adalah dengan melakukan pembaharuan
masyarakat Indonesia. Aturan-aturan yang hukum pidana sebagaimana dirumuskan
telah ada sejak dulu sudah tidak sesuai lagi dalam KUHP buatan bangsa Indonesia.
dengan perkembangan kepentingan-
Hal ini sejalan dengan pemikiran Jimly
kepentingan yang ada dalam masyarakat serta
Asshidiqie menyatakan bahwa perumusan
tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.
ketentuan dalam KUHP baru seyogyanya
Namun bagaimana pun kepentingan masing-
merupakan produk kesadaran hukum
masing haruslah ditentukan batas-batasnya dan
masyarakat Indonesia sendiri atau paling tidak
dilindungi. Membatasi dan melindungi
merupakan perumusan yang dekat dengan
kepentingan-kepentingan manusia dalam
kesadaran masyarakat hukum Indonesia.
pergaulan antar manusia adalah tugas
Artinya perumusan ketentuan hukum baru itu
hukum.”3
jangan sampai semata-mata merupakan produk
Tugas hukum tersebut dilaksanakan oleh kesadaran hukum barat sebagaimana tampil
institusi yang memiliki tanggungjawab moral dalam kenyataan KUHP yang merupakan
berdasarkan ketentuan undang-undang yang warisan penjajahan Belanda di Indonesia.4
ada. Apabila tugas tersebut dilaksanakan
Hal yang sama juga disampaikan oleh
dengan menjunjung kepastian dan keadilan
Ariawan, yang mengungkapkan bahwa
hukum, akan tercipta kehidupan hukum yang
pembaharuan hukum pidana hendaknya
baik dalam masyarakat. Namun jika tugas
memperhatikan 4 (empat) spirit yaitu:5 Pertama,
tersebut tidak terlaksana dengan baik, akan
spirit “forward looking” didukung oleh nilai
menimbulkan berbagai persoalan dalam
kehidupan manusia. 4 Jimly Asshidiqie. (1997). Pembaharuan Hukum Pidana
Indonesia. Bandung: Angkasa, h. 3
Manusia yang hidup dalam kelompok 5 I Gusti Ketut Ariawan. (2005). Sistem Pemidanaan
masyarakat akan kacau, sembraut dan Dalam Delik Adat. Makalah disampaikan dalam seminar
semaunya saja karena hukum tidak berjalan. “Delik Adat Lokika Sangraha Dalam Pembentukan KUHP
Nasional (Ide Terhadap Rumusan Dan Sanksi)”
3 Soedjono Dirdjosisworo. (2005). Pengantar Ilmu Hukum, Deselenggarakan oleh KORMAS Fakultas Hukum
Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, h.5. Universitas Warmadewa Tanggal 29 Oktober 2005,
Denpasar, h. 11.

76 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017


bahwa penggunaan hukum pidana hendaknya hukum khususnya hukum pidana. Mereka
jangan semata-mata sebagai sarana balas seperti Andi Hamzah, Mulyatno dan R. Susilo.
dendam. Kedua, spirit “Restoratif justice” di
Dengan demikian, jika merujuk kepada teks
dukung oleh sistem nilai yang menegaskan
yang ada, tidak ada teks resmi terjemahan
bahwa kerugian yang ditimbulkan sebagai
Wetboek van Strafrecht yang dikeluarkan oleh
akibat penggunaan hukum pidana haruslah
negara Indonesia. KUHP yang selama ini ada
lebih kecil dari akibat tindak pidana. Ketiga,
menjadi senjata bagi aparat hukum untuk
spirit “natural crime” dibenarkan sistem nilai
menghukum orang yang melakukan kejahatan
bahwa, baik ‘law making’ maupun ‘law
dan pelanggaran.
enforcement’ harus didukung oleh masyarakat.
Keempat, spirit “integratif” didukung oleh fungsi Menurut Jimly Asshiddiqie penegakan hukum
hukum pidana yang harus mencakup dalam arti luas mencakup kegiatan untuk
pengaturan yang serasi tentang perbuatan yang melaksanakan dan menerapkan hukum serta
bersifat melawan hukum, pertanggungjawaban melakukan tindakan hukum terhadap setiap
pidana pelaku, pidana dan tindakan serta pelanggaran atau penyimpangan hukum yang
perhatian terhadap korban tindak pidana. dilakukan oleh subjek hukum, baik melalui
prosedur pengadilan ataupun melalui prosedur
Dari apa yang diuraikan diatas, maka jelaslah
arbitrase dan mekanisme penyelesaian
bahwa pembaharuan hukum pidana menjadi
sengketa lainnya (alternative desputes or conflicts
sesuatu yang sangat penting sifatnya. Karena
resolution).6
KUHP sebagai pelaksana dari hukum pidana
memiliki peran yang sangat strategis dalam Sementara Moelyatno mengatakan hukum
menciptakan keteraturan masyarakat. Sejatinya pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum
agar masyarakat teratur maka disitu harus ada yang berlaku di suatu negara, yang
hukum. Hukum dan masyarakat tidak dapat mengadakan dasar-dasar dan aturan untuk:7 1)
dipisahkan. Hal ini sesuai dengan adagium Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang
yang dicetuskan oleh Cicero mengenai Ubi tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dan
societes ibi ius. Adagium ini muncul karena disertai ancaman atau sanksi yang berupa
hukum ada disebabkan adanya masyarakat. pidana tertentu bagi barangsiapa yang
Masyarakat satu dengan yang lainnya saling melanggar larangan tersebut. 2). Menentukan
berhubungan. Jadi salah satu hukum yang kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka
hidup dalam masyarakat terdapat diantaranya yang telah melanggar larangan-larangan itu
hukum pidana yang segala aturannya dapat dikenakan atau dijatuhi pidana
dituangkan dalam KUHP sebagai produk sebagaimana yang telah diancamkan. 3)
hukum Belanda, dan yang pastinya produk Menentukan dengan cara bagaimana mengenai
tersebut sudah digilas oleh perkembangan pidana itu dapat dilksanakan apabila ada orang
zaman. Dengan demikian ketentuan-ketentuan yang disangka telah melanggar larangan
pidana yang dirumuskan dalam KUHP tersebut.
mendesak untuk segera diselesaikan menjadi Kemudian hukum pidana menjadi dasar aturan
KUHP buatan bangsa Indonesia yang baru, yang utama untuk menghukum seseorang
bukan lagi KUHP produk hukum kolonial yang menuju tegaknya hukum, mengapa Wetboek van
sudah usang dan ketinggalan zaman. Strafrecht yang merupakan hukum asli pidana
Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun Indonesia dan kemudian di terjemahkan dalam
1946, Wetboek van Strafrecht merupakan hukum KUHP masih juga digunakan untuk
asli pidana Indonesia. Hukum pidana tersebut menerapkan hukum di Indonesia.
biasa disebut dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP). Dalam naskahnya, 6Jimly Asshiddiqie. (2015). Konstitusi Bernegara Praktis
wujud asli KUHP adalah berbahasa Belanda. Kenegaraan Bermartabat dan Berdemokrastis, Malang: Setara
Press, h. 138.
KUHP tersebut merupakan terjemahan dari 7Ariawan I Gusti Ketut, Op. Cit.
bahasa Belanda oleh mereka yang ahli dalam

Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 77


Bahwa sebenarnya teks yang tertulis dalam 3.2. KUHP dan Pasal Penghinaan Presiden
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana disusun Berdasarkan Pasal 4 Ayat (1) Undang-undang
oleh beberapa ahli hukum sebagaimana Dasar (UUD) 1945 Presiden Republik Indonesia
disebutkan diatas, maka banyak pihak memegang kekuasaan pemerintahan. Pasal
kemudian menilai bahwa terjemahan tersebut itulah yang menjadi dasar Presiden dalam
tidaklah terjemahan resmi sesuai dengan menyelenggarakan pemerintahan. Presiden
Undang-undang yang ada. Dari itulah, adalah pimpinan tertinggi penyelenggaraan
dikarenakan Indonesia sudah sangat lama administrasi negara. Sebagai penyelenggara
merdeka, sudah seharusnya terjemahan KUHP administrasi negara, maka Presiden memiliki
yang sekarang masih diberlakukan cakupan tugas dan wewenang yang sangat
diterjemahkan kembali sebagai bagian dari luas. Seperti misalnya, wewenang administrasi
hukum nasional. Diterjemahkan secara baik di bidang keamanan dan ketertiban umum.
oleh orang yang mengerti bahasa Belanda Tugas dan wewenang dalam
dengan baik. Karena hukum memerlukan menyelenggarakan tata usaha pemerintahan.
bahasa sebagai bentuk artikulasinya, hukum Serta masih banyak tugas dan wewenang yang
tidak mungkin ada tanpa bahasa. Oleh karena lainnya, baik bidang politik, hukum, ekonomi
itu bahasa menjadi suatu hal yang sangat dan budaya.
penting bagi hukum. Peraturan perundang-
Dari beberapa tugas Presiden diatas, sudah
undangan diujudkan dalam bentuk bahasa
jelas akan sangat mungkin ketika Presiden
tertulis, putusan pengadilan disusun dalam
mengeluarkan kebijakan sesuai dengan
bahasa yang logis sistematis, untuk
kewenangannya mendapat penolakan dari
mengadakan perjanjian pun diperlukan bahasa.
rakyat. Hal ini menjadi biasa dalam negara
8
demokrasi. Terkadang kebijakan Presiden
Meskipun sebenarnya hal ini agak sulit, karena kadang dianggap tidak pro-rakyat, sehingga
orang yang mengerti bahasa Belanda dan munculah penolakan atas kebijakan tersebut.
paham sejarah bangsa Indonesia sudah tidak Ketika ada kebijakan Presiden yang tidak pro
ada lagi. Atau kalaupun ada mungkin tidaklah rakyat dalam kenyataannya banyak disikapi
terlalu banyak. Karena jika ingin dengan melakukan unjuk rasa atau demontrasi.
menerjemahkan KUHP maka haruslah dengan Karena memang negara memberikan
orang yang mengerti bahasa Belanda. Sehingga kesempatan tersebut kepada warga negara, asal
KUHP kita menjadi produk nasional. dilakukan dengan cara-cara yang santun dan
tertib serta tidak melakukan keonaran dan
Dalam sejarah berlakunya KUHP, bagi yang
perusakan apalagi kerusuhan.
belajar ilmu hukum di Fakultas Hukum sudah
pasti sangat memahami bahwa sesungguhnya Dalam sistem pemerintahan Republik
teks asli KUHP itu sendiri adalah Wetboek van Indonesia jabatan kepala negara dan kepala
Shafrecht. Sampai detik inipun, teks tersebut pemerintahannya hanyalah dijabat oleh satu
masih digunakan oleh mahasiswa yang belajar orang yang sama, yaitu Presiden. Hal ini
hukum. Memang sudah terdapat beberapa dikarenalan bentuk negara Indonesia adalah
perubahan dari bahasa Belanda menjadi bahasa kesatuan dan bentuk pemerintahannya adalah
Indonesia. Oleh sebab itulah, tidak salah republik. Dalam tataran ini, yang memegang
kemudian, para penegak hukum seperti polisi, kekuasaan sebagai kepala negara sekaligus
jaksa dan hakim serta pengacara sekalipun kepala pemerintahan ialah Presiden.
dalam menjalankan tugas masih berpedoman
Masih ingat dalam memori kita sekitar tahun
kepada yang namanya KUHP dengan teks
2010 lalu saat perayaan 100 hari kepemimpinan
bahasa Belanda dan sedikit ada perubahan ke
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Para
dalam bahasa Indonesia oleh para ahli.
demonstran turun ke jalan menyampaikan
aspirasi kepada Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono. Para demonstran memenuhi
8H.Muchsin. (2006). Ikhtisar Ilmu Hukum. Jakarta: Badan bundaran Hotel Indonesia dengan membawa
Penerbit Iblam, h. 121.

78 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017


binatang kerbau. Kerbau ditempeli gambar seseorang. Dalam hukum pidana dimasukkan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai suatu bentuk delik yang diatur di
(SBY). Foto Presiden SBY dibakar. Presiden dalam buku ke II KUHP tentang kejahatan.
SBY tersinggung dengan aksi tersebut dan
Pasca putusan MK tahun 2006 sampai saat ini
mengkritik para demonstran yang dinilai
tidak heran, orang dengan mudahnya
bertindak tidak sesuai dengan negara yang
menghina Presiden, meskipun itu dilakukan
berdasarkan Pancasila, memiliki budaya, dan
sebagai alasan mengkritisi kebijakan dan
nilai peradaban yang baik.
kinerja pemerintah.
Sebagai sebuah negara demokrasi,
Dengan berbagai pengalaman sejarah diatas,
mengkritik adalah sesuatu hal yang
muncul wacana pasal penghinaan Presiden
diperbolehkan selama bertujuan untuk
untuk dihidupkan lagi dalam Rancangan Kitab
kebaikan. Namun tentu harus dillakukan
Undang-Undang Hukum Pidana. Meskipun
sesuai dengan koridor hukum yang ada, penuh
sebetulnya, draff Pasal penghinaan terhadap
santun dan etika serta menjaga martabat
Presiden yang dimasukkan para perancang
Presiden. Ketika pasal-pasal tentang
Undang-Undang (legal drafting) dalam
penghinaan Presiden masih ada, maka
Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-
pelakunya dapat dijerat dengan pasal tersebut,
Undang Hukum Pidana (RUU-KUHP) sudah
misalnya pasal 134, 136 bis dan 137 Kitab
diusulkan sejak pemerintahan Presiden SBY.
Undang-Undang Hukum Pidana. Tapi pasal
tersebut sudah dihapus melalui putusan Adapun Pasal yang disodorkan untuk
Mahkamah Konstitusi (MK). Dengan demikian, diusulkan adalah Pasal 263 ayat 1 RUU KUHP.
apabila ada delik yang berhubungan dengan Pasal tersebut berbunyi; “Setiap orang yang
penghinaan terhadap Presiden atau wakil dimuka umum menghina Presiden atau Wakil
Presiden, maka pelakunya dapat dijerat dengan Presiden, dipidana dengan pidana penjara
pasal 310 KUHP dan juga pasal 312 KUHP. paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
Pasal ini berhubungan dengan delik yang paling banyak kategori IV. Bahkan kemudian
menyerang kualitas pribadi sang Presiden. jeratan terhadap penghina Presiden diperluas
Namun pelakunya akan dikenakan pasal 207 lewat RUU KUHP Pasal 264-nya. Pasal
KUHP jika penghinaan ditujukan selaku penghinaan Presiden yang sebelumnya
pejabat. dihapus Mahkamah Kosntitusi melalui Putusan
Nomor 013-022/PUU-IV/2006 tercantum pada
Di banyak negara, kepala negara itu sangat
Pasal 134, 136 bis dan Pasal 137 KUHP.
dihormati. Bahkan di negara Indonesia sendiri
kepala negara asing yang berkunjung ke Penghidupan kembali Pasal penghinaan
Indonesia kemudian dihina oleh orang Presiden tentu bukan berarti bangsa ini tidak
Indonesia, maka orang tersebut akan menghormati demokrasi. Semangat demokrasi
mendapatkan sanksi hukum sebagaimana yang sudah dibangun tidak boleh surut.
dijelaskan dalam Pasal 142 KUHP. Kemudian Adalah suatu keharusan bahwa membangun
dalam Pasal 144 KUHP dijelaskan juga pilar demokrasi dan penegakan hukum tidak
mengenai ancaman pidana bagi yang boleh represif terhadap kritik atau pendapat
melakukan penghinaan kepada kepala negara publik. Hanya saja mungkin perlu dipahami
asing yang ada di Indonesia. bahwa cara-cara berdemokrasi harus
disampaikan dengan penuh etika dan tidak
Apabila penghinaan dilakukan atas kepala
bertentangan dengan kaidah hukum yang
negara asing yang kebetulan berada di
berlaku.
Indonesia, bisa ditindaklanjuti kepihak yang
berwajib. Sementara kalau itu terjadi pada Apalagi menyampaikan pendapat atas suatu
Presiden Indonesia, maka pengaduan atas kebijakan yang dibuat oleh Presiden pada
penghinaan tidak bisa ditindaklanjuti. Padahal dasarnya bisa diajukan kritik. Karena hal
penghinaan kepada Presiden tersebut tersebut dijamin oleh Undang-Undang Dasar
merupakan kejahatan atas kehormatan yang merupakan bagian dari hak asasi
manusia. Salah satu hak asasi manusia yang

Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 79


diberikan kepada manusia sejak manusia itu pembaharuan hukum pidana, atau lebih sering
lahir adalah hak untuk mengeluarkan pendapat disebut dengan penal reform.9
atau hak untuk berbicara.
Hakikat pembaharuan hukum pidana meliputi
Dengan demikian maka, kebebasan pembaharuan terhadap substansi hukum
menyampaikan pendapat tidak boleh pidana, pembaharuan terhadap struktur
semaunya saja dengan kebablasan, akan tetapi hukum pidana, pembaharuan terhadap budaya
ada koridor yang mesti kita patuhi. Seorang hukum pidana. Kesemuanya ini melingkupi
Presiden-pun dalam alam demokrasi yang aturan umum dan aturan khusus. Dalam
terbuka seperti saat ini pasti akan terbuka aturan umum dan khusus tersebut terdapat
dengan kritik. Karena dapat dipahami bahwa sanksi. Sanksi dalam pembaruan hukum
sebagai pejabat publik, seorang Presiden tentu pidana menjadi alat terbaik untuk mengatasi
harus berani menerima kritik tajam dari berbagai bentuk kejahatan.
masyarakat. Hanya saja kritik harus
Menyimak persoalan diatas, maka
membangun dan tidak dilakukan dengan
pembaharuan hukum pidana mendesak
menyerang wibawa dan martabat seorang
dilakukan. Sebab hukum pidana menyangkut
Presiden yang mestinya harus dihormati.
pemberian sanksi bagi pelaku kejahatan.
Dengan adanya Pasal Penghinaan Presiden,
justru akan membuat masyarakat untuk lebih Masalah pembaharuan hukum (termasuk di
berhati-hati dan santun dan penuh etika dalam bidang hukum pidana) merupakan "masalah
mengkritisi serta menyampaikan pendapat besar" yang dihadapi bangsa Indonesia sejak
kepada pemerintah sesuai rambu-rambu yang awal kemerdekaan sampai saat ini. Di bidang
dijadikan pedoman. hukum pidana materil, masalah besar yang
dihadapi ialah bagaimana merubah,
3.3. Urgensi Pembaharuan KUHP
memperbaharui dan mengganti produk-
Salah satu upaya konkrit dalam mewujudkan
produk kolonial di bidang hukum pidana,
program legislasi nasional adalah melakukan
khususnya KUHP (WvS) yang merupakan
pembaharuan atau rekonstruksi terhadap
induk dari keseluruhan sistem hukum pidana.10
hukum pidana, atau yang dalam hal ini
dinamakan pembaharuan KUHP. Banyak Kita tahu bahwa saat ini kondisi Pembaharuan
alasan mengapa perlu adanya pembaharuan Hukum Pidana Nasional yang dilakukan masih
hukum pidana karena pada perkembangannya sangat lamban, tidak berkelanjutan, bersifat
KUHP dipandang tidak mampu menampung parsial dan bahkan terkesan tidak berpola atau
berbagai masalah dan dimensi perkembangan tidak konsisten. Padahal dalam upaya
bentuk- bentuk tindak pidana baru. Selain itu pembaharuan hukum pidana terdapat banyak
KUHP dianggap kurang sesuai dengan permasalahan yuridis baik di dalam
perkembangan pemikiran atau ide dan aspirasi penysusunan produk legislatif atau dalam
tuntutan atau kebutuhan masyarakat baik melakukan perubahan atau amandemen
nasional maupun internasional. undang-undang.11
Rekonstruksi mengandung makna membangun Mengenai perlunya pembaharuan ini, Sudarto
kembali. Dalam kaitannya dengan hukum menyampaikan 3 (tiga) alasan: Pertama, politis,
pidana nasional, maka rekonstruksi hukum alasan ini terkait kebangaan kita jika
pidana nasional adalah menata ulang mempunyai hukum pidana nasional sendiri
bangunan sistem hukum pidana Indonesia.
9Barda Nawawi Arief. (2008). RUU KUHP Baru Sebuah
Rekonstruksi hukum pidana nasional pada
Restrukturisasi/Rekonstruksi Sistem Hukum Pidana Indonesia,
hakekatnya sangat berkaitan dengan masalah
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, h.1.
10Barda Nawawi Arief. (2007). Beberapa Aspek
Pengembangan Ilmu Hukum Pidana. Pidato Pengukuhan
Guru Besar UNDIP. Semarang: Badan Penerbit UNDIP, h.
11.
11 Barda Nawawi Arief , Op.cit, h.5.

80 Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017


sebagai negara yang merdeka dan tentunya Barda Nawawi Arief. (2008). RUU KUHP Baru
hukum tersebut berdasarkan pada Sebuah Restrukturisasi/Rekonstruksi
pancasila. Kedua, sosiologis, alasan ini menitik Sistem Hukum Pidana Indonesia,
beratkan pada nilai-nilai budaya kita yang Semarang: Badan Penerbit
tidak sesuai dengan belanda. Ketiga, praktis, Universitas Diponegoro.
alasan ini terkait dengan kendala kebahasaan E.Sundari dan M.G. Endang Sumiarni. (2015).
yang mana penguasaan bahasa Belanda setiap Politik Hukum & Tata Hukum
orang berbeda-beda ketika menerjemahkan Indonesia. Yogyakarta: Cahaya Atma
WvS, sehingga akan menimbulkan tafsiran Pustaka.
yang berbeda-beda.12
H. Muchsin. (2006). Ikhtisar Ilmu Hukum.
Jakarta: Badan Penerbit Iblam.
4. Kesimpulan
Negara harus bisa menciptakan hukum Hotma P. Sibuea. (2014). Ilmu Negara. Jakarta:
pidananya sendiri. Karena merupakan suatu Penerbit Erlangga.
kebanggaan tersendiri mempunyai KUHP Jimly Asshiddiqie. (2015). Konstitusi Bernegara
nasional yang berasal dari bangsa kita sendiri. Praktis Kenegaraan Bermartabat dan
Pembaharuan hukum pidana Indonesia Berdemokrastis, Malang: Setara Press.
menjadi sebuah keharusan yang tidak bisa
Jimly Asshidiqie. (1997). Pembaharuan Hukum
ditawar-tawar lagi. Masih di gunakannya
Pidana Indonesia. Bandung: Angkasa.
KUHP produk Belanda yang kemudian
diterjemahkan oleh beberapa ahli menjadi tidak Soedjono Dirdjosisworo. (2005). Pengantar Ilmu
relevan lagi dengan kondisi terkini bangsa Hukum, Jakarta: PT Raja Gravindo
Indonesia. Apalagi dengan adanya kemajuan Persada.
yang begitu pesat diberbagai bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan
perkembangan yang ada memunculkan Pidato Pegukuhan dan Makalah
berbagai macam problematika dalam Barda Nawawi Arief. (2007). Beberapa Aspek
kehidupan masyarakat. Problematika tersebut Pengembangan Ilmu Hukum Pidana.
terkadang menjurus kepada kejahatan yang Pidato Pengukuhan Guru Besar UNDIP.
sangat luar biasa. Adanya kejahatan tersebut Semarang: Badan Penerbit UNDIP,
pada akhirnya mendorong perlunya KUHP h. 11.
sebagai pelaksanaan dari hukum pidana
diadakan pembaharuan. Sekali lagi negara I Gusti Ketut Ariawan. (2005). Sistem
harus dapat merealisasikan pembaharuan Pemidanaan Dalam Delik Adat.
hukum pidana yang bersifat nasional sebagai Makalah disampaikan dalam seminar
hasil jerih payah dan pemikiran bangsa “Delik Adat Lokika Sangraha Dalam
Indonesia sendiri. Bukan lagi KUHP yang Pembentukan KUHP Nasional (Ide
usang buatan bangsa kolonial sebagai suatu Terhadap Rumusan Dan Sanksi)”
peninggalan akibat adanya penjajahan di bumi Deselenggarakan oleh KORMAS
Indonesia beberapa abad tahun lalu. Fakultas Hukum Universitas
Warmadewa Tanggal 29 Oktober
DAFTAR PUSTAKA 2005, Denpasar, h. 11.

Buku
Ahmad Bahiej. (2008). Hukum Pidana.
Yogyakarta: Bidang Akademik UIN
Sunan Kalijaga.

12Ahmad Bahiej. (2008). Hukum Pidana.


Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, h.187.

Nagari Law Review • Volume 1 Nomor 1, October 2017 81

Potrebbero piacerti anche