Sei sulla pagina 1di 11

KAJIAN PERBANDINGAN PERFORMANSI ROUTING PROTOCOL RIPNG,

OSPFV3 DAN EIGRPV6 PADA JARINGAN IPV6


1 2
Pauzi Hasan ; Peby Wahyu Purnawan
1,2
FakultasTeknik Universitas Budi Luhur, Jakarta, 12260
Telp: (021) 5853753 ext 255
Email: hasanpauzi@gmail.com
pebywahyupurnawan@budiluhur.ac.id

Abstract

The main purpose of IP next generation version 6 or called IPv6 is to meet the needs of IP addresses for the
long term. With the presence of IPv6 it is also necessary routing protocol that supports IPv6 network. Routing
protocols work to connect between networks, and choose paths or routes to reach other networks. There are
three types of routing protocols that already support IPv6 services. Among other types of distance vector
(RIPng), link-state (OSPFv3) and hybrid (EIGRPv6). This final project is designed to know the performance of
the three types of routing protocols on IPv6 network. Testing is done by analyzing routing update process,
ICMPv6 packet analysis and testing by sending Real-time Transport Protocol (RTP) packet in the form of
audio video stream sent via server and accessed through client. In the simulation and analysis results using
GNS3 (Graphic Network Simulator 3) and wireshark found that the OSPFv3 performance testing is better than
EIGRPv6 and RIPng when performing routing updates or when link down occurs. Then the data analysis of
test results with the delivery of Real-time Transport Protocol package so that it can be concluded that OSPFv3
algorithm better than EIGRPv6 and RIPng in terms of delay, packet loss, throughput and jitter.

Keyword: QoS, Wireshark, RTP, IPv6, Routing Protocol, GNS3, ICMPv6, EIGRPv6, RIPng, OSPFv3

Abstrak

Tujuan utama perkembangan IP next generation versi 6 atau disebut IPv6 adalah untuk memenuhi kebutuhan
alamat IP untuk jangka panjang. Dengan hadirnya IPv6 maka dibutuhkan juga routing protocol yang
mendukung jaringan IPv6. Routing protocol berfungsi untuk menghubungkan antar jaringan, dan memilih jalur
atau rute untuk mencapai jaringan yang lain. Ada tiga jenis routing protocol yang sudah mendukung layanan
IPv6. Diantaranya jenis distance vector (RIPng), link-state (OSPFv3) dan hybrid (EIGRPv6). Tugas akhir ini
disusun untuk mengetahui performansi dari ketiga jenis routing protocol pada jaringan IPv6. Pengujian
dilakukan dengan analisa proses routing update, analisa paket ICMPv6 dan pengujian dengan melakukan
pengiriman paket Real-time Transport Protocol (RTP) berupa audio video stream yang dikirim melalui server
dan diakses melalui client. Dalam hasil simulasi serta analisis dengan menggunakan GNS3 (Graphic Network
Simulator 3) dan wireshark dapat disimpulkan bahwa pada pengujian performansi OSPFv3 lebih baik dari
EIGRPv6 dan RIPng ketika melakukan routing update atau ketika terjadi link down. Kemudian dilakukan
analisa data hasil pengujian dengan pengiriman paket Real-time Transport Protocol sehingga dapat
disimpulkan bahwa algoritma OSPFv3 lebih baik dari EIGRPv6 dan RIPng dalam hal delay, packet loss,
throughput dan jitter.

Kata Kunci: QoS, Wireshark, RTP, IPv6, Routing Protocol, GNS3, ICMPv6, EIGRPv6, RIPng, OSPFv3

1. PENDAHULUAN mengenai perancangan dan analisis kinerja EIGRP


pada jaringan IPv6 (Edi Yusuf, 2016). Penelitian ini
Perkembangan teknologi informasi dan bertujuan untuk merancang dan mensimulasikan
telekomunikasi yang berkembang pesat terutama mengenai routing protocol EIGRP untuk IPv6,
pada teknologi yang menggunakan jaringan internet menganalisis dan menentukan jalur yang dilewati
membuat semakin berkurangnya persediaan IPv4 oleh paket ICMPv6, dalam simulasi ini memakai
sehingga disarankan melakukan perpindahan ke IP masing-masing 4 buah router, PC, dan switch. Hal
next generation atau IPv6 yang memiliki kapasitas yang diamati dari pengujian ini adalah hasil trace
jauh lebih besar. Akan tetapi perpindahan route untuk menentukan jalur yang dilalui oleh paket
penggunaan versi IP ini membutuhkan perubahan data dengan melihat dan menentukan nilai metric
pula dalam sistem routing. Routing merupakan dengan menggunakan perhitungan rumus
proses pencarian path atau alur guna memindahkan kemudian dilakukan dengan mengamati waktu
informasi dari host sumber (source address) ke host konvergensi dari EIGRP IPv6.
tujuan (destinations address) melalui koneksi Telah diteliti tentang analisis kinerja RIP
internetwork. Ada beberapa routing protocol yang (routing information protocol) untuk optimalisasi
sudah mendukung IPv6, diantaranya RIPng, EIGRP jalur routing (Kadek Chandra Tresna Wijaya, 2012).
dan OSPF.Telah dilakukan sebuah penelitian

56 | JURNAL KILAT VOL. 7 NO.1, APRIL 2018 


Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan menggunakan alamat link-local untuk malakukan
kinerja router dalam melakukan pertukaran advertisements bukan alamat globalnya. Pada
informasi serta menjawab permasalah didalam OSPF terdapat beberapa paket LSP (Link-State
komunikasi seperti time-out, data yang dikirimkan Packets), masing-masing paket dibutuhkan dalam
lambat atau rusak. pengujian dibagi menjadi 2 proses routing pada OSPF. Berikut paket- paket
tahap, tahap pertama pengujian dilakukan tanpa LSP pada OSPFv3:
memutuskan link jaringan yang terhubung, dan a. Hello Paket Hello digunakan untuk memulai
yang kedua dengan link terputus. Dalam penelitian dan menjaga keterhubungan informasi dengan
dapat disimpulkan RIP mampu mengoptimalkan router OSPF yang lain.
kinerja jaringan dengan kecepatan waktu b. DBD (Paket Database Description) DBD
konvergensi rata-rata dibawah 30 detik. Telah untuk memeriksa dan melakukan sinkronisasi
dilakukan penelitian tentang analisa proses routing database antar router.
RIPv1, RIPv2, dan RIPng antara model IPv4 c. LSR (Link-State Request) LSR digunakan
dengan IPv6 pada jaringan data PT. Pertamina untuk menarik informasi dari router lain.
(Irsan Fitrah Adhil, 2016). Penelitian ini bertujuan d. LSU (Link-State Update) Paket ini digunakan
untuk mengetahui serta mengoptimalisasi jaringan untuk menjawab LSR
data pada PT. Pertamina, dimana sebelumnya e. LSAck (Link-State Acknowledgment)
routing protocol yang digunakan adalah RIPv1 pada Paket ini digunakan untuk konfirmasi paket
IPv4. Perhitungan dari node ke node dilakukan LSU yang diterima oleh router.
untuk mengetahui kinerja protocol tersebut Masing-masing router OSPF menjaga
menggunakan wireshark. Dalam penelitian ini bisa database LSA yang diterima dari router lain. Ketika
disimpulkan bahwa routing protocol RIPng lebih LSA dari semua router telah diterima maka router
baik dari RIPv1 dan RIPv2, dibuktikan dari nilai akan membangun sebuah local link-state database.
delay average, packet loss, dan througput, OSPF menggunakan algoritma Dijkstra’s shortest
penambahan perangkat router tidak berpengaruh path first (SPF) untuk membangun sebuah SPF
secara signifikan terhadap kinerja routing protocol. tree. SPF tree ini yang kemudian digunakan untuk
membangun sebuah routing table dengan jalur
2. METODE PENELITIAN terbaik guna mencapai jaringan yang lain.
Berikut merupakan proses terjadinya
2.1 Routing Protocol konvergensi pada link-state routing protocol:
Routing adalah suatu protocol yang digunakan a. Masing-masing router mempelajari koneksinya
untuk mendapatkan rute atau petunjuk dari satu yang terhubung ke jaringan secara langsung.
jaringan ke jaringan yang lain, routing merupakan b. Tiap router bertanggung jawab untuk “Hello”
proses dimana suatu router akan memilih jalur atau ke router tetangga yang terhubung langsung.
rute untuk mengirimkan atau meneruskan suatu c. Router membangun Link-State Packet (LSP)
paket ke jaringan yang dituju. Router menggunakan yang berisi mengenai informasi link yang
IP address tujuan untuk mengirimkan paket, dan terhubung langsung.
agar router mengetahui rute mana yang harus d. Masing-masing router akan mengirimkan LSP
digunakan untuk meneruskan paket ke alamat kesemua tetangganya, yang kemudian
tujuan, router harus belajar atau bertukar informasi disimpan pada database.
sesama router yang saling terhubung untuk e. Tiap router menggunakan database untuk
mengetahui jalur atau rute yang terbaik. Routing membangun sebuah peta topologi lengkap
protocol digunakan untuk memfasilitasi pertukaran dari jaringan dan gambaran jalur atau rute
informasi routing antar router. Dengan routing yang dapat digunakan untuk mencapai
protocol, router dapat berbagi informasi routing jaringan tujuan yang ingin dicapai.
table, yaitu informasi mengenai jaringan lain yang
saling terhubung. Ada beberapa routing protocol 2.3 EIGRP
yang mendukung IPv6, yaitu RIPng, OSPFv3, 2.3.1 IPv4 EIGRP
EIGRP untuk IPv6 (Cisco properiarity), IS-IS for EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing
IPv6, BGP IPv6, dan lainnya. Protocol) adalah routing protocol yang hanya di
adopsi oleh router cisco atau sering disebut sebagai
2.2 OSPFv3 proprietary protocol pada cisco. EIGRP ini sangat
Open Shortest Path First (OSPF) adalah cocok digunakan untuk midsize dan large company.
routing protocol kelas link-state yang dikembangkan EIGRP sering disebut juga Hybrid routing protocol,
untuk memperbaiki kinerja dari routing protocol RIP. karena pada EIGRPv6 terdapat dua tipe routing
OSPF adalah routing protocol yang menggunakan protocol yang digunakan, yaitu distance vector dan
konsep area. Kelebihan dari OSPF dibandingkan link state.
dengan RIP adalah kecepatan dalam melakukan EIGRP ini pengembangan dari routing protocol
konvergensi dan lebih luasnya jaringan yang bisa IGRP (distance vector). Yang juga proprietary cisco.
dijangkau. Pada dasarnya OSPFv3 menggunakan Perbandingan antara IGRP dan EIGRP dibagi
jenis paket yang sama pada OSPFv2. Perbedaan menjadi beberapa kategori, yaitu compability mode,
yang paling jelas ialah OSPFv3 mendukung metric colocation, hop count, automatic protocol
pengalamatan 128-bit. OSPFv2 menggunakan redistribution dan route tagging.
alamat 224.0.0.5 dan 224.0.0.6, OSPFv3 EIGRP dan IGRP dapat dikombinasikan satu
menggunakan alamat multicast IPv6 yaitu FF02::5 sama lain karena EIGRP adalah hanya
dan alamat FF02::6 untuk router DR (designated pengembangan dari IGRP. Dalam perhitungan
routers) dan BDR (Backup DRs). OSPFv3 untuk menentukan jalurnya, EIGRP menggunakan

JURNAL KILAT VOL. 7 NO.1, APRIL 2018 | 57 


algoritma DUAL (Diffusing-Update algorithm) dalam 2.4.1 RIP versi 1
menentukannya. EIGRP mempunyai 3 table dalam Menggunakan classful routing. Pembaruan
menyimpan informasi networknya, yaitu Neighbor routing periodik tidak membawa subnet informasi,
table, topology table, dan routing table. dukungan kurang untuk subnet mask panjang
Neighbor table adalah tabel yang menyimpan variabel (VLSM). Keterbatasan ini tidak
list tentang router-router tetangganya. Setiap ada memungkinkan untuk memiliki ukuran yang berbeda
router baru yang dipasang, address dan interface subnet yang sama dalam kelas jaringan. Dengan
dicatat di tabel ini. DUAL mengambil informasi dari kata lain, semua subnet dalam jaringan kelas harus
“neighbor tabel” dan “topology table” untuk memiliki ukuran yang sama. Juga tidak ada
melakukan kalkulasi “lowest cost routes to each dukungan untuk autentikasi router, membuat RIP
destination”. Setelah melakukan kalkulasi akan rentan terhadap berbagai versi RIP attacks. RIP
dibuat “successor route” yang disimpan di tabel ini. versi 1 hanya ada jumlah hop 16 (0-15). Jika ada
Routing table berfungsi menyimpan rute terbaik lebih dari 16 hop antara dua router itu gagal untuk
untuk ke tujuan. Informasi tersebut diambil dari mengirim paket data ke alamat tujuan.
“topology table”. Untuk mudahnya dapat dilihat
pada Gambar 1. 2.4.2 RIP versi 2
Karena kekurangan dari spesifikasi asli RIP,
maka RIP versi 2 (RIPv2) di ciptakan, kemampuan
yang di miliki untuk membawa informasi subnet,
sehingga mendukung classless inter-domain routing
(CIDR). Untuk menjaga kompatibilitas ke belakang,
jumlah hop limit 15 tetap. RIPv2 memiliki fasilitas
untuk sepenuhnya interoperate dengan spesifikasi
awal jika semua protokol bidang harus Zero dalam
pesan RIPv1 yang benar ditentukan. Dalam upaya
untuk menghindari beban yang tidak perlu di host
yang tidak berpartisipasi dalam routing, multicast
RIPv2 routing table seluruh untuk semua router
berdekatan di alamat 224.0.0.9, sebagai lawan
Gambar.1 Alur Tabel pada EIGRP
RIPv1 yang menggunakan siaran. Pengalamatan
unicast masih diperbolehkan untuk aplikasi khusus.
Jumlah di mana EIGRP mengirimkan paket
hello disebut hello Interval, dan dapat disesuaikan 2.4.3 RIPng
per antarmuka dengan perintah ip hello-interval
Routing Information Protocol Next Generation
eigrp. Waktu tunggu adalah jumlah waktu yang adalah routing protocol yang berdasarkan routing
router butuhkan untuk mempertimbangkan router protocol RIP di IPv4 yang sudah mendukung IPv6.
tetangga hidup tanpa menerima paket halo. Waktu RIPng ini digunakan untuk internal routing protocol
tunggu biasanya tiga kali hello Interval, secara dan menggunakan protokol UDP sebagai transport.
default, 15 detik dan 180 detik. Dan dapat terus Tidak seperti RIPv1/v2 yang berjalan pada port
menyesuaikan waktu dengan perintah ip hold-time UDP 520, RIPng ini menggunakan port 521 sebagai
eigrp. komunikasi antar RIPng.
Metode yang dipakai RIPng adalah distance
2.3.2 IPv6 EIGRP vector (vektor jarak), yaitu:
Pada IPv6 EIGRP semua fitur dan konfigurasi a. Jarak local network dihitung 0
hampir sama seperti pada IPv4. Hanya sedikit b. Kemudian mencari neighbour sekitar dan
perbedaan pada IPv6, yaitu keadaan default dihitung jaraknya dan cost.
jaringan berada dalam posisi “shutdown”, filter c. Dibandingkan jarak dan cost antar neighbour.
routing menggunakan perintah “distribute-list prefix- d. Dilakukan perhitungan secara continue.
list”, pada IPv6 tidak ada konsep classfull, dan e. Menggunakan algoritma Ballman-Ford.
membutuhkan router-id.
Command pada RIPng Header berisi:
2.4 RIP a. Request, meminta daftar routing table pada
RIP adalah sebuah routing protocol jenis RIPng yang lain.
distance-vector. RIP mengirimkan routing table b. Response, membalas request dari RIPng yang
yang lengkap ke semua interface yang aktif setiap lain dan memberikan daftar routing.
30 detik. RIP hanya menggunakan jumlah hop
untuk menentukan cara terbaik ke sebuah Protokol RIPng ini memiliki beberapa kelemahan
network remote, tetapi RIP secara default memiliki a. Hanya bisa sampai 15 HOP.
sebuah nilai jumlah hop maksimum yang diizinkan b. Lambat dalam memproses routing, dikarena
yaitu 15, yang berarti nilai 16 dianggap tidak melakukan pengecekan terus menerus.
terjangkau (unreachable). RIP bekerja dengan baik c. Bersifat Classful.
di network-network yang kecil, tetapi RIP tidak RIPng menggunakan timer, prosedur, dan tipe
efisien pada network-network besar atau pada message yang sama dengan RIPv2. Misalnya,
network-network yang memiliki banyak router RIPv2 menggunakan update timer 30 detik yang
terpasang. telah ditambahi sedikit untuk mencegah
sinkronisasi, periode timeout 180-detik, dan timer
untuk garbage- collection 120 detik, dan holddown

58 | JURNAL KILAT VOL. 7 NO.1, APRIL 2018 


timer 180 detik. RIPng juga menggunakan metric Delay adalah waktu tunda suatu paket yang
hop-count, dengan 16 menunjukkan nilai diakibatkan oleh proses transmisi dari suatu node
unreachable. Dan juga menggunakan Request dan ke node lain yang menjadi tujuannya. Penundaan
Response messages dengan cara yang sama dapat menyebabkan masalah yang signifikan pada
seperti RIPv2. Serta pesan Request dan Response QoS aplikasi pada suara dan video, dan aplikasi
dikirim secara multicast dengan sedikit seperti SNA dan transmisi faks yang gagal dalam
pengecualian untuk unicast yang digunakan RIPv1 kondisi penundaan yang berlebihan. Beberapa
dan v2. Address multicast Ipv6 yang digunakan aplikasi dapat mengimbangi sejumlah kecil
RIPng adalah FF02::9. penundaan tetapi jumlah yang telah terlampaui,
RIPng menentukan address next-hop dengan QoS menjadi terganggu. Sebagai contoh, gateway
cara yang sama seperti RIPv2. Dengan kata lain, VoIP dan telepon menyediakan beberapa
address next-hop non-zero yang valid menentukan penyangga lokal untuk mengkompensasi delay
router next-hop selain dari pengirim dari message jaringan. Delay terdiri dari delay tetap ataupun delay
Response dan address next-hop 0:0:0:0:0:0:0:0 variabel. Contoh delay tetap adalah:
menentukan pengirim dari message Response itu a. Aplikasi berbasis delay, Delay yang
sendiri sebagai address next-hop. Bedanya, RIPng disebabkan oleh waktu yang diperlukan untuk
menentukan bahwa address next-hop pada entri proses pembuatan paket pada sisi sumber
route spesial kemudian mengelompokkan semua informasi atau pengirim.
entri route yang menggunakan address next-hop b. Transmisi data, (delay antrian) atas media
setelahnya. jaringan fisik pada setiap jaringan
c. Propagasi delay waktu proses dari seluruh
2.5 Quality of Service (QoS) jaringan berdasarkan jarak transmisi
Quality of Service adalah kemampuan untuk Contoh delay variabel adalah:
memberikan prioritas yang berbeda untuk berbagai a. Ingress queuing delay, untuk trafik yang
aplikasi, pengguna, atau aliran data, atau untuk memasuki node jaringan
menjamin tingkat kinerja pada aliran data. QoS b. Contention, hubungan dengan trafik lainnya
bertujuan untuk menyediakan kualitas layanan yang pada setiap node jaringan
berbeda-beda untuk beragam kebutuhan akan c. Egress queuing delay, untuk lalu lintas keluar
layanan di dalam jaringan IP, sebagai contoh untuk node jaringan
menyediakan bandwidth yang khusus, menurunkan
hilangnya paket- paket, menurunkan waktu tunda Tabel.2 Tingkat Kualitas Delay
dan variasi waktu tunda di dalam proses
transmisinya Parameter-parameter dalam QoS Kategori Latensi Besar Delay Indeks
antara lain: Throughput, delay, jitter, packet loss.
Sangat Bagus < 150% ms 4
2.5.1 Throughput Bagus 150 s/d 300 ms 3
Throughput adalah kecepatan rata-rata data
yang diterima oleh suatu suatu node dalam selang Sedang 300 s/d 450 ms 2
waktu pengamatan tertentu. Karena sejumlah Jelek > 450 ms 1
faktor, Throughput biasanya tidak sesuai dengan
bandwidth yang ditentukan dalam implementasi
2.5.3 Jitter
lapisan fisik seperti Ethernet. Banyak faktor yang
Jitter adalah ukuran variasi delay antar paket
mempengaruhi Throughput. Diantara faktor-faktor
yang berturut-turut untuk arus trafik tertentu. Jitter
tersebut jumlah lalu lintas, jenis lalu lintas, dan
memiliki efek pada real-time, aplikasi yang
jumlah perangkat jaringan ditemui pada jaringan
mempunyai delay-sensitif seperti suara dan video.
yang diukur. GPON menggunakan TDMA sebagai
aplikasi real-time ini mengharapkan untuk
teknik multiple access upstream dengan data rate
menerima paket pada tingkat yang konstan dengan
sebesar 1.2 Gbps dan menggunakan broadcast
delay tetap antara paket yang berturut-turut.
kearah downstream dengan data rate sebesar 2.5
Sebagai tingkat kedatangan bervariasi, jitter
Gbps. Model paketisasi data menggunakan GEM
berdampak pada kinerja aplikasi. Jumlah minimal
(GPON Encapsulation Methode) atau ATM cell
sebuah jitter dapat diterima, tetapi meningkatnya
untuk membawa layanan TDM dan packet based.
jitter dapat menyebabkan aplikasi tidak bisa
GPON jadi memiliki efisiensi bandwidth yang lebih
digunakan. Semua jaringan memiliki beberapa jitter
baik dari BPON (70 %), yaitu 93 %.
karena variabilitas dalam delay dimiliki oleh setiap
node jaringan sebagai paket antrian. Namun,
Tabel.1 Tingkat Kualitas Throughput
selama jitter dapat dibatasi, QoS dapat
dipertahankan.
Kategori Throughput Throughput Indeks
Sangat bagus 100% 4 Tabel.3 Tingkat kualitas jitter

Bagus 75% 3
Kategori penilaian Jitter
Sedang 50% 2
Baik 0-25 ms
Jelek < 25% 1
Bisa diterima 25-50 ms
Tidak bisa diterima > 50 ms
2.5.2 Delay

JURNAL KILAT VOL. 7 NO.1, APRIL 2018 | 59 


2.5.4 Packet Loss
Packet loss didefinisikan sebagai kegagalan
transmisi paket mencapai tujuannya. Kegagalan
paket tersebut mencapai tujuan dapat disebabkan
oleh beberapa kemungkinan antara lain:
a. Terjadinya overload trafik di dalam jaringan
b. Tabrakan (congestion) dalam jaringan
c. Error yang terjadi pada media fisik
d. Kegagalan yang terjadi pada sisi penerima,
antara lain dapat disebabkan karena overflow
yang terjadi pada buffer
e. Di dalam Implementasi jaringan IP (Internet
Protocol), nilai packet loss ini diharapkan
mempunyai nilai yang minimum.

Tabel.4 Tingkat kualitas packet loss

Kategori penilaian packet loss Gambar.2 Routing table IPv6 pada R2

Baik 0-5 % Perintah “trace route” atau “tracert”


Masih dapat diterima 5-25% digunakan untuk mengetahui jalur yang akan dilalui
paket data. Tracert menggunakan protokol ICMP
Tidak dapat diterima >25% (Internet Control Messaging Protocol), protokol ini
bekerja dengan mengirimkan ICMP echo request ke
2.6 Metode Pengujian alamat tujuan. Rute yang dilalui dan ditampilkan
2.6.1 Metode Pengujian Pemilihan Jalur oleh adalah daftar interface router yang digunakan pada
Routing Protocol jalur antara host dan tujuan. Pada pengujian
Pengujian pada penelitian ini dilakukan dilakukan perintah tracert dari cloud 2 ke cloud 1,
dengan menentukan trace route yang akan dilewati hal ini dilakukan untuk mengetahui jalur atau router
paket data dari masing-masing routing protocol. mana saja yang dilalui oleh paket untuk menuju
Routing table menyimpan informasi rute-rute atau cloud 1.
jalur untuk mencapai jaringan yang lain, dan routing
table juga menyimpan metric dari rute-rute yang 2.6.2 Metode Pengujian Update Routing Table
ada. Untuk melihat routing table dari router dapat dan Kecepatan Waktu
dilakukan dengan mengetikan perintah pada CLI Capture pada paket data, untuk mengetahui
command line interface “show ip route” untuk paket dari masing-masing routing protocol, proses
router cisco, atau perintah “show ipv6 route” update routing table pada routing protocol, dan
untuk menampilkan infomasi routing table IPv6 kecepatan masing-masing routing protocol dalam
pada router. pada masing-masing router dilakukan melakukan update table. Berikut gambar 3 adalah
perintah untuk menampilkan routing table baik gambar titik-titik pengujian dengan capture paket
dalam topologi RIPng, topologi EIGRPv6 atau data pada jaringan.
topologi OSPFv3.

Gambar.3 pengujian dengan capture paket data

60 | JURNAL KILAT VOL. 7 NO.1, APRIL 2018 


Pengujian yang dilakukan adalah dengan Setelah semua router, server dan client
melakukan pengiriman paket berupa audio video dikonfigurasi. Topologi jaringan sudah konvergensi.
stream local area network sebagai trafik dari server Lalu dilakukan analisa routing table pada masing-
(cloud 1) menuju client (cloud 2), lalu dilakukan masing router. Dari routing table terlihat jaringan-
capture pada paket data yang melintas jaringan yang bisa dijangkau dan jalur-jalur yang
menggunakan wireshark. Capture dilakukan pada dipilih oleh tiap routing protocol (OSPFv3, EIGRPv6
interface local area connection 2 dan virtualbox dan RIPng).
host-only networ Lalu untuk menguji jalur yang Lalu untuk menguji jalur yang dipilih routing
dipilih routing table dilakukan dengan trace route table dilakukan dengan trace route pada server
pada server menuju client yaitu dengan perintah menuju client yaitu dengan perintah “tracert
“tracert 2017:10::2”. Dengan perintah trace route 2017:10::2”. Dengan perintah trace route dapat
dapat diketahui interface-interface dan router yang diketahui interface-interface dan router yang dilalui
dilalui paket untuk mencapai tujuan.k. paket untuk mencapai tujuan.
Pada masing – masing routing protocol,
3 HASIL DAN PERANCANGAN memiliki cara sendiri dalam memilih jalur untuk
membangun suatu jaringan. Pada semua topologi
3.1 Pengujian Pemilihan Rute Jaringan routing protocol media sebagai trafik yang dikirim
pada masing – masing link adalah sama.

Gambar.4 Pemilihan jalur

Dapat dilihat pada gambar 3 dan 4 pemilihan menjadi jalur aktif paket data diputus maka paket
topologi menggunakan topologi mesh, semua data yang dikirim akan mencari jalur alternatif lain
perangkat router saling terhubung satu sama lain. untuk mencapai tujuan yaitu menuju client. Pada
Sehingga paket data yang dikirim akan mencari pengujian routing update pada routing protocol
jalur tercepat untuk mencapai tujuan. Yaitu dari RIPng memiliki hasil rata-rata 44.2 ms saat tidak
videotransmitter menuju R2 kemudian ke R5 dan ada pemutusan jalur. Namun pada saat terjadinya
terakhir melalui videoreceiver. link down RIPng sangat lambat dalam proses
update routing, bahkan bisa dibilang buruk karena
3.1.1 Pengujian Routing Update mendapatkan pesan “destination has unreachable”
Pada penelitian routing ini, dilihat dari router dan “request time out” yang berarti tidak bisa
yang dilewati oleh paket data dari server menuju mengenali interface alternatif. Sehingga dibutuhkan
client di GNS3. Untuk melihat jalur yang dilewati pengecekan terus menerus untuk mendaftarkan
menggunakan command tracert seperti yang sudah interface alternatif yang akan menjadi jalur
dilakukan pada Gambar 3. Lama routing update alternatifnya. Pada pengujian EIGRPv6 dalam
ketika salah satu router yang menjadi jalur aktif melakukan routing update. EIGRPv6 mampu
diputus, yaitu perubahan table yang dilewati. membaca interface tetangga tanpa perlu melakukan
Dengan router yang diputus adalah router R2 pemindai terus menerus akan tetapi EIGRPv6
interface fastethernet 2/1, karena semua routing memiliki nilai latency yang lebih tinggi dari RIPng
protocol memilih jalur yang sama sebagai jalur aktif yaitu memiliki rata-rata 117 ms. Sedangkan pada
seperti yang ditunjukan pada gambar 3 dan 4. pengujian routing update pada OSPFv3 lebih baik
Ketiga routing protocol menggunakan jalur dalam melakukan routing update dan nilai latency
yang sama untuk dijadikan jalur aktif pengiriman nya stabil dengan rata-rata 42.2 ms. Hal tersebut
paket data. Ketika salah satu interface yang

JURNAL KILAT VOL. 7 NO.1, APRIL 2018 | 61 


karena OSPFv3 mempunyai neighbor table yang
menyimpan list tentang router-router tetangganya.

3.1.2 Pengujian Paket ICMPv6 Berdasarkan perhitungan didapatkan rata-rata


Pada pengujian ini dilakukan pengiriman delay dari ketiga metode routing yaitu 34.814 ms
ICMPv6 (Internet Control Message Protocol IPv6). untuk OSPFv3, 80.158 ms untuk EIGRPv6 dan
Adalah protokol jaringan yang berfungsi untuk 30.471 ms untuk RIPng. Sedangkan untuk mencari
memberikan pesan-pesan ke dalam sebuah delay dari 1 paket ICMPv6 di wireshark digunakan
jaringan, mulai dari pesan error, pesan diterima, rumus.
dan connection lost. Pengambilan data ICMPv6
berupa parameter delay dan jitter saja. Paket ……(2)
ICMPv6 tidak ada packet loss karna pengujian
dilakukan dengan 10 buat paket yang dikirim dan Perhitungan terhadap delay OSPFv3 paket no. 1
paket tersebut terkirim semua tanpa adanya paket
yang hilang. Seperti yang ditunjukan pada Gambar
5.
 Pengujian jitter paket ICMPv6

Grafi k jitter ICMPv6
80
70
)s 60
 (m
y 50
a
eld 40
 i
s
iar 30
a
V20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
nomor variasi
Gambar.5 Paket ICMPv6
OSPFv3 EIGRPv6 RIP ng
Tidak adanya paket loss pada paket ICMPv6
membuktikan bahwa konfigurasi perangkat router
Gambar.7 Grafik jitter ICMPv6
dan host pada topologi yang dirancang sudah saling
terhubung satu sama lain. Lalu diamati delay dan
jitter paket tersebut. Kemudian untuk mengetahui jitter pada paket
ICMPv6 digunakan rumus yang berlaku bagi ketiga
 Pengujian delay paket ICMPv6
metode routing (OSPFv3, EIGRPv6 dan RIPng),
Grafik delay ICMPv6 yaitu:
160 ……(3)
140
120
s) 100
m
( Perhitungan pencarian jitter menggunakan
y a 80
le
D
60 rumus hanya dilakukan sebagai sample terhadap 1
40 routing protocol OSPFv3 yaitu didapatkan:
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
nomor pa ket

OSPFv3 EIGR Pv6 R IPn g


Setelah dilakukan pencarian dengan
menggunakan rumus jitter didapatkan hasil jitter
Gambar.6 Grafik delay ICMPv6 dari pengujian dengan pengiriman paket ICMPv6
pada ketiga metode routing yaitu sebesar 6.33 ms
Pada Tabel.2 untuk mencari rata-rata delay untuk OSPFv3, 19.012 ms untuk EIGRPv6 dan
digunakan rumus sebagai acuan dalam mengetahui RIPng sebesar 0.66 ms. Pada pengujian jitter paket
berapa besarnya rata-rata delay dari total paket ICMPv6 nilai jitter pada RIPng memiliki nilai yang
yang dikirim pada masing-masing routing protocol, paling kecil dibandingkan OSPFv3 dan EIGRPv6.
rumus yang digunakan untuk ketiga metode routing
tersebut adalah sama, yaitu: 3.2 Pengujian performa dengan pengiriman
paket RTP (Audio Video Stream)
Pada pengujian ini digunakan perhitungan
data menggunakan RTP. paket data RTP didapat
…. (1) dari pengiriman audio dan video yang dikirim dari
server menuju client. Karena pada network analyzer
Perhitungan menggunakan rumus diambil 1 paket data yang ditangkap berupa UDP, maka
sample metode routing saja untuk dilakukan diubah terlebih dahulu atau decode menjadi paket
perhitungan dengan rumus pada metode routing RTP, guna mendapatkan hasil parameter QoS.
OSPFv3 yaitu : Penelitian dilakukan dengan 5 kali pengujian. Pada

62 | JURNAL KILAT VOL. 7 NO.1, APRIL 2018 


saat mencapai 8000 packet dan 8000 displayed ditampilkan saat paket data dikirim. Serta dapat
(100%) yang di capture network analyzer wireshark, menyebabkan kehilangan paket atau packet loss.
lalu dilakukan pemberhentian capture pada masing- Sedangkan nilai delay dari 10 paket pertama yang
masing routing protocol. Kemudian didapat hasil dikirim pada OSPFv3 dan EIGRPv6 cenderung
rata-rata delay, packet loss, throughput dan jitter. stabil. Perlu diketahui bahwa nilai delay tidak
Dari pengukuran bersadarkan analisis data dari absolute karena dipengaruhi banyak faktor dan
software network analyzer wireshark didapatkan kondisi jaringan pada saat pengiriman paket data.
statistik.
Pada pengujian ini digunakan perhitungan 3.2.2 Pengukuran Jitter Paket RTP
data menggunakan RTP. paket data RTP didapat Jitter adalah suatu parameter yang
dari pengiriman audio dan video yang dikirim dari menunjukan variasi delay antar paket dalam
server menuju client. Karena pada network analyzer pengiriman yang sama. Jaringan yang baik adalah
paket data yang ditangkap berupa UDP, maka jaringan yang memiliki nilai jitter yang kecil. Jitter
diubah terlebih dahulu atau decode menjadi paket memiliki efek pada real-time, aplikasi yang
RTP, guna mendapatkan hasil parameter QoS. mempunyai delay sensitif seperti suara dan video.
Penelitian dilakukan dengan 5 kali pengujian. Pada Jitter dapat menyebabkan packet loss terutama
saat mencapai 8000 packet dan 8000 displayed pada kecepatan transmisi yang tinggi. Pengujian
(100%) yang di capture network analyzer wireshark, jitter ini diperoleh dari 10 paket pertama dari 8000
lalu dilakukan pemberhentian capture pada masing- paket yang diamati.
masing routing protocol. Kemudian didapat hasil
rata-rata delay, packet loss, throughput dan jitter. Hasil peng ujian jitter RTP
Dari pengukuran bersadarkan analisis data dari
software network analyzer wireshark didapatkan 300

statistik. 250

s)
m 200
 (y
3.2.1 Pengukuran Delay Paket RTP a
le
150
Delay adalah waktu tunda suatu paket yang  d
sia
ir 100
diakibatkan oleh proses transmisi dari suatu node a
V
ke node lain yang menjadi tujuannya. Pengukuran 50
delay ini diambil sample diperoleh 10 paket pertama 0
dari 8000 paket yang dikirim. Lalu didapatkan rata- 1 2 3 4 5 6 7 8 9

rata delay pada masing-masing pengujian yang no mor variasi delay

telah diamati.
OSPFv3 EIGRPv6 RIPng

Hasi l pengujian delay RTP Gambar.9 Hasil pengujian jitter RTP


300

Nilai jitter yang didapat memiliki nilai yang


250
fluktuatif pada tiap-tiap routing protocol. Dengan
200 routing protocol RIPng memiliki nilai rata-rata jitter
s)
m
 (y
150
yang lebih besar yaitu 31.47 ms dibandingkan jitter
al
e
D
dengan EIGRPv6 sebesar 28.41 ms dan OSPFv3
100 sebesar 5.56 ms. Secara umum nilai jitter
50
meningkat dengan nilai besaran yang fluktuatif. Hal
ini terjadi karena semakin banyak data yang dikirim
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
maka semakin besar kemungkinan terjadinya
nomor paket tabrakan (congestion) pada jaringan. Sama seperti
OSP Fv3 EIGRPv6 RIP ng
pengujian delay, dalam jitter EIGRPv6 dan RIPng
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan metode
Gambar.8 Hasil pengujian delay RTP routing OSPFv3. Kemudian nilai rata-rata jitter
untuk metode routing OSPFv3 lebih kecil dari
Hasil pengujian delay dari paket RTP yang EIGRPv6 dan RIPng, hal ini menunjukan kestabilan
diambil 10 paket pertama dengan menggunakan dalam pengiriman paket data pada metode routing
network analyzer wireshark, diperoleh nilai rata-rata OSPFv3. Karena metode routing OSPFv3 mampu
yaitu 14.16 ms untuk OSPFv3, 47.237 ms untuk beradaptasi dengan kegagalan jaringan.
EIGRPv6 dan 28.22 ms untuk RIPng. Dari
Gambar.8 terlihat perbedaan nilai rata-rata delay 3.2.3 Pengukuran Packet Loss Paket RTP
dari 10 paket pertama yang dikirim pada masing- Packet loss didefinisikan sebagai kegagalan
masing routing protocol sangat sedikit karena transmisi paket dari sumber mencapai tujuannya.
ketiganya di implementasikan pada jaringan dengan Pada pengujian packet loss ini dilakukan dengan 5
topologi yang sama yaitu mesh. Nilai rata-rata delay kali pengujian dan pengiriman paket data sebanyak
dari 10 paket pada RIPng lebih kecil dibandingkan 8000 paket yang ditangkap oleh wireshark pada
OSPFv3 dan EIGRPv6. Namun pada routing masing-masing routing protocol.
protocol RIPng dengan nomor paket 10 mengalami Berdasarkan kelima pengujian didapatkan nilai
kenaikan sebesar 280.20 ms. Dalam parameter packet loss EIGRP sedikit lebih baik dari RIPng
delay kenaikan nilai yang sangat tinggi dari paket dengan nilai rata-rata packet loss sebesar 47.80%.
sebelumnya dapat menggangu visual yang Dan pada pengujian OSPFv3 memiliki nilai packet

JURNAL KILAT VOL. 7 NO.1, APRIL 2018 | 63 


loss yang lebih baik dibanding RIPng dan EIGRPv6, 4. KESIMPULAN
yaitu 22.77%
Dari hasil pengujian simulasi dan analisis yang
3.2.3 Pengukuran Throughput Paket RTP sudah dilakukan, dapat diambil kesimpulan ialah
Throughput adalah parameter yang sebagai berikut:
menunjukan jumlah bit rata-rata data yang dapat 1. Routing protocol RIPng tidak cocok
ditransfer dari satu node ke node yang lain diimplementasikan pada network IPv6
perdetiknya. Pengujian throughput dengan paket berskala besar. Karena berdasarkan
RTP diamati dari 5 kali pengujian dan 8000 paket pengujian routing update, RIPng sangat
yang ditangkap oleh network analyzer wireshark. lambat dalam merespon interface R3 atau R4
dalam perubahan topologi. Sementara yang
Hasil pengujian throughput RTP lebih baik dalam pengujian routing update ini
adalah OSPFv3 dan mampu dengan cepat
0,9
membaca interface R3 atau R4 jika ada
0,8
perubahan topologi. OSPFv3 memiliki nilai
)s 0,7
p
rata-rata latency sebesar 52.4 ms, lebih stabil
b 0,6
M

dibandingkan dengan EIGRPv6 mencapai
taa 0,5
d
 
160.2 ms dan RIPng mengalami kegagalan
n
taa
0,4 update sejumlah 6 paket dari 10 kali
p
ec 0,3 pengulangan.
ke
0,2

0,1
2. Dalam pengujian paket ICMPv6 RIPng
0,0
memiliki hasil rata-rata sekitar 30.471 ms
1 2 3 4 5 untuk delay dan 0.66 ms untuk jitter. Hasil
Pe ngujian tersebut membuat routing RIPng lebih baik
dari routing OSPFv3 34.814 ms untuk delay,
RIPng OSPFv3 EIGRPv6
6.33 ms untuk jitter dan EIGRPv6 yang
memiliki hasil 80.158 ms delay, 80.158 ms
Gambar.10 Hasil pengujian throughput RTP untuk jitter.
3. Pada percobaan delay paket RTP, OSPFv3
Pada Gambar.10 dapat dilihat bahwa nilai membutuhkan waktu delay sebesar 14.16 ms,
throughput pada routing protocol OSPFv3 memiliki daripada EIGRPv6 dengan delay 47.237 ms
rata-rata nilai atau kecepatan akses data sebesar dan RIPng dengan 28.22 ms pada
0.595 Mbit/s, lalu pada routing protocol RIPng pengukuran 10 paket pertama yang ditangkap
memiliki nilai rata-rata 0.182 Mbit/s, sedangkan menggunakan wireshark. Hal ini membuat
pada EIGRPv6 memiliki nilai rata-rata yang lebih
routing protocol OSPFv3 unggul dalam hal
kecil dibanding RIPng dan OSPFv3 yang hanya
delay
0.149 Mbit/s.
4. Untuk pengujian jitter paket RTP, OSPFv3
3.3 Analisa Quality of Service (QoS) masih memiliki jitter lebih baik sekitar 5.56 ms
Pada pengujian layanan RTP (real-time daripada EIGRPv6 dengan jitter 28.41 ms.
transport protocol) yaitu dengan mengirimkan video Sedangkan RIPng memiliki nilai jitter tertinggi
secara stream pada masing-masing routing protocol yaitu 31.47 ms.
(OSPFv3, EIGRPv6 dan RIPng) yang sudah
dilakukan. Dapat disimpulkan bahwa routing 5. Hasil pengujian packet loss paket RTP dari
protocol jenis link-state yaitu OSPFv3 yang lebih lima kali pengujian pada RIPng memiliki hasil
optimal dalam menampilkan visual yang dikirimkan, yang paling tinggi yaitu sekitar 69.06% paket
dibandingkan dengan EIGRPv6 dan RIPng. yang hilang. Sedangkan pada EIGRPv6
Dibuktikan dengan nilai QoS yang sudah diuji. Nilai memiliki hasil sekitar 48.15%. Lalu pada
QoS pada OSPFv3 memiliki nilai yang lebih baik OSPFv3 mendapatkan hasil lebih baik dari
dari EIGRPv6 dan RIPng. Seperti terlihat pada RIPng dan EIGRPv6. Jika dirata-rata hanya
Tabel.5. 13.03% paket yang hilang.
6. Untuk nilai Throughput paket RTP pada
Tabel.5 Quality of Service OSPFv3 masih memiliki hasil yang baik 0.595
Mbit/s dari EIGRPv6 dengan 0.149 Mbit/s dan
Rata-rata OSPFv3 EIGRPv6 RIPng RIPng 0.182 Mbit/s
Delay (ms) 14.16 47.237 28.22 7. Berdasarkan kesimpulan point nomor 3
Jitter (ms) 5.56 28.41 31.47 sampai dengan point nomor 6. Dapat
disimpulkan bahwa performansi routing
Packet Loss (%) 9.65 50.44 70.08
protocol OSPFv3 pada jaringan IPv6 dengan
Throughput Mbit/s 0.595 0.149 0.182 pengujian Real-time Transport Protocol yang
telah dilakukan memiliki nilai QoS lebih baik
dari EIGRPv6 dan RIPng.

64 | JURNAL KILAT VOL. 7 NO.1, APRIL 2018 


DAFTAR PUSTAKA
[1]. Budiyanto, Setyo “Analisa Kinerja Protokol IS-
IS dan OSPF v3 untuk Layanan Video
Streaming”, Jurnal Tugas Akhir, Teknik Elektro
Fakultas Teknik Elektro Universitas Mercu
Buana, Jakarta 2014.
[2]. Dwi Aryanta, Arsyad Ramadhan Darlis, Dimas
Priyambodho, “Analisis Kinerja EIGRP dan
OSPF Pada Topologi Ring dan Mesh”, Jurnal
ELKOMIKA, Teknik Elektro Institut Teknologi
Nasional Bandung, Volume 2, Nomor 1, Juni
2014.
[3]. Edi Yusuf, Dwi Aryanta, Lita Lidyawati,
“Perancangan dan Analisis Kinerja EIGRP
pada Jaringan IPv6”, Jurnal Online Institut
Teknologi Nasional Volume 4, Nomor 2, Juli
2016.
[4]. Irsan Fitrah Adhil, Linna Oktaviana Sari,
“Analisa Proses Routing RIPv1, RIPv2 dan
RIPng Antara Model IPv4 Dengan IPv6 Pada
Jaringan Data PT. Pertamina RU II Dumai”,
Jurnal FTEKNIK Elektro Universitas Riau,
Volume 3 No 2, Oktober 2016.
[5]. Iwan Sofana, Cisco CCNA-CCNP ROUTING
DAN SWITCHING, Januari 2017, Informatika
Bandung, 2017.
[6]. Rahmadita, Ayu, Dwi, “Analisa Aplikasi VoIP
Pada Jaringan Berbasis MPLS” Jurnal Tugas
Akhir, Program Studi Teknik Telekomunikasi,
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
2014.

JURNAL KILAT VOL. 7 NO.1, APRIL 2018 | 65 

Potrebbero piacerti anche