Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
J. Soenarmo Hatmodjosoewito
Dosen Pasca Sarjana - Universitas Pakuan Bogor
Email: soenarmo_hs@yahoo.com
Abstract: This study aimed to analyze one of the factors affecting the level of teacher
performance, namely empathy. The experiment was conducted in Bogor City Junior
High School three chosen by random. The method used is survey method. Respon-
dents of this study is the Junior High School teacher of 60 people chosen by simple
random technique of multi-stage random sampling method is used for this instrument
instrument performance level teachers, who developed his own and empathy instru-
ments using standardized instruments developed by Albert Mehrabian. The instrument
was validated by using analysis of grain, while the reliability of the total grains was
measured using coefficient alpha (Cronbach Alpha). Data analysis techniques use
a simple correlation, partial correlation and multiple correlation and regression tech-
niques that consist of linear and multiple regression. The results of this paper finds
that (1) there is a positive relationship between empathy (X1) with the level of teacher
performance (Y) with a correlation coefficient ry.1 = 0.31 and regression equation Y =
40.74 + 0.31 X1. Based on these results, the researchers concluded that the level of
teacher performance can be improved through efforts to increase empathy. Increasing
empathy can be done through increased insight, increased interaction of teachers,
improving teacher-pupil relationship closeness, the closeness of cooperation and
empathy with the proficiency and skills training activities, tourism, working meeting,
meeting and awards speech.
Keywords:
PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Tingkat Kinerja Guru suatu sekolah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
kinerja sekolah sebagai organisasi, sekolah yang maju dan berprestasi dicirikan den-
gan tingginya kualitas unsur-unsur organisasi sekolah tersebut. Sehubungan dengan
hal tersebut apakah empati seorang guru mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru,
dalam mencetak siswa yang berkualitas maka proses belajar mengajar peranan guru
adalah utama, sehingga untuk meningkatkan mutu keluaran peserta didik harus dimulai
dari peningkatan mutu dan kinerja guru. Upaya peningkatan kinerja guru antara lain
diselenggarakan melalui program pelatihan secara terjadwal dan pengadaan tugas
belajar dalam rangka mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi, yang
memungkinkan tantangan bagi seorang guru untuk selalu memperbaruhi keahliannya
dalam melaksanakan proses belajar mengajar atau dengan kata lain meningkatkan
kinerja, tugas, peranan dan kompetensinya.
102 Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, Vol. 10, No. 2, Mei 2010: 101 - 114
Pembatasan Masalah.
Untuk mempertajam analisis penelitian maka permasalah dibatasi pada dua
aspek saja yaitu Empati Guru dan Tingkat Kinerja Guru.
Perumusan Masalah.
Berdasarkan uraian tersebut diatas , maka masalah khusus yang akan diteliti
adalah sebagai berikut: ”Apakah terdapat hubungan antara empati dengan tingkat
kinerja guru?
Hakikat Empati
Pengertian tentang empati dalam bahasa Indonesia di terjemahkan sebagai
sambung-rasa, sedangkan dalam bahasa Jawa di terjemahan sebagai tepo-seliro
yaitu kemampuan seseorang untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain
yang tidak mempunyai arti emosional bagi dirinya sendiri. Secara garis besar empati
dapat dikategorikan dalam dua pengertian utama yaitu (1)sebagai suatu ketrampilan
membayangkan peranan diri orang lain dan mengerti dan tepat menduga apa yang
dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh orang tersebut, (Dymond, RF, 1949:145-
152), dan (2) sebagai tanggapan emosi empati seseorang yang akan berbeda satu
dengan dengan lainnya tergantung pada pengalaman dalam menerima emosi orang
lain (Scotland, E, 1969 : 144-149).
Sedangkan perbedaan pengertian antara empati dan simpati adalah sebagai
berikut (1) empati sebagai memikirkan perasaan sesuatu yang ada pada diri orang
lain, pada saat memikirkan apa yang ada dalam diri orang lain tersebut pengamat
tidak pernah kehilangan identitas dirinya atau mengikuti identitas orang yang diamati
sehingga pengamat tetap bertindak netral terhadap sesuatu yang ada tersebut, (2)
sedang simpati sebagai memikirkan perasaan dengan atau bersama diri orang lain,
pada saat memikirkan diri orang lain tersebut pengemat sudah melebur dalam diri
orang lain tersebut, sehingga identitas dirinya sudah berkurang dan dilebur dalam diri
identitas orang lain dengan kata lain pengamat sudah tidak netral kembali (Allison
Barnes & Paul Thagard, 1999 : 3-9).
Pengaruh empati dalam interaksi sosial adalah sebagai kemampuan perorangan
untuk dapat atau mampu memanifestasikan dirinya kedalam atau didalam peranan
orang lain, yang disebabkan adanya hubungan atau interaksi antara 2 (dua) orang atau
lebih dimana dalam interaksi tersebut kedua individu tersebut mempunyai kedekatan
hubungan, kedekatan kerjasama (Everett M. Rogers, 1995: 272)
Dalam memanifestasikan dirinya pada diri orang lain kecenderungan emo-
sional empati seseorang sangat beragam yang disebabkan oleh berbagai perbedaan
pengalaman dimana seseorang yang mempunyai pengalaman yang lama dan luas
biasanya mempunyai tanggapan yang lebih rendah ekspresi emosinya dan empatinya
dibandingkan dengan lainnya dengan ciri-ciri yaitu (1) tanggapan physiologis dalam
bentuk meningkatnya denyut jantung, bulu roma berdiri dan kulit terasa dingin, menarik
napas dalam-dalam atau bernapas lebih cepat (2) tanggapan dalam bentuk ekspresi
wajah dari keadaan normal pada tidak normal berupa mengkerutkan dahi, meme-
jamkan mata dan (3) reaksi emosional berupa kegembiraan, kesedihan, kejengkelan,
104 Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, Vol. 10, No. 2, Mei 2010: 101 - 114
untuk berproduksi dengan melihat penggunaan sumberdaya yang efisien (karyawan/
buruh, modal, tanah, material, energi, dan informasi) untuk menghasilkan suatu
produksi dalam bentuk barang maupun jasa. yang dipengaruhi oleh (1) faktor internal
berupa perangkat keras (2) faktor eksternal berupa pencocokan struktur yang ada
anggota kelompok secara perorangan dan keseluruhan anggota kelompok ( Joseph
Prokopenko 1987: 9-21).
Kinerja guru juga dipengaruhi oleh kepuasan kerja yaitu suatu perasaan ses-
eorang terhadap pekerjaannya khususnya mengenai seberapa jauh pekerjaannya
secara keseluruan mampu memuaskan kebutuhannya, berupa cerminan perasaan
individu terhadap pekerjaannya, karena seorang guru yang bekerja pada suatu organ-
isasi sekolahan atau organisasi kemasyarakatan membawa sekumpulan harapan,
keinginan, dan kebutuhan, sehingga kepuasan kerja akan tercapai keseluhan atau
sebahagian. (Stephen P. Robbin, 2001 : 45-56)
Kinerja seseorang juga dipengaruhi oleh tiga hal yaitu kemampuan, keinginan
dan lingkungan, oleh karena itu agar seorang guru mempunyai kinerja yang baik, se-
orang guru harus mengetahui bagaimana cara melakukan pekerjaan itu dengan benar,
mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakannya serta mengetahui seluruh
faktor-faktor utama yang mempengaruhi pekerjaannya. Hal tersebut karena konsep
kinerja dikatakan sebagai kumpulan total dari perilaku kerja yang ada pada guru, se-
hingga peningkatan kinerja seorang guru tidak hanya ditekankan pada produktivitas
tetapi lebih diutamakan upaya peningkatan perilakunya, sehingga seorang guru yang
baik adalah seorang yang mempunyai produktivitas yang tinggi dan perilaku yang baik
(Ricky W.Griffin dan Gregory Moorhead, 1986:85-89).
Dari berbagai teori tersebut maka kesimpulan tingkat kinerja guru adalah peri-
laku yang diperlihatkan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan pada seseorang,
ataupun kelompok, berupa gambaran semua tahapan dan semua unsur yang diper-
lukan untuk melaksanakan tugas dengan baik dan hasil yang memuaskan dengan
indikator kemampuan, hasil tugas, dan perilaku seorang guru.
KERANGKA BERPIKIR
106 Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, Vol. 10, No. 2, Mei 2010: 101 - 114
PERUMUSAN HIPOTESIS
METODOLOGI PENELITIAN
Hasil Analisis
Setelah dilakukan pengujian hipotesis maka diperoleh hasil penelitian seba-
gai berikut:
Pertama terdapat hubungan yang positif antara tingkat kinerja guru dengan
empati guru, dengan koefisien korelasi sederhana 0,31 dan koefisien korelasi parsial
sebesar 0,15^ serta koefisien determinasi sebesar 6,7% Persamaan regresi Y atas
X1 adalah Y = 40,74 + 0,31 X1 adalah signifikan dan linier. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa setiap ada kenaikan satu point perkembangan empati diikuti kenaikan tingkat
kinerja guru sebesar 0,31 point pada konstanta 40,74. Dengan analisis varians
sebagai berikut:
TABEL 1: TABEL ANOVA UNTUK UJI DAN LINEARITAS
REGRESI TINGKAT KINERJA GURU(Y)
ATAS EMPATI (X1)
108 Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, Vol. 10, No. 2, Mei 2010: 101 - 114
INTERPRETASI
Kesimpulan
Pertama terdapat hubungan positif antara empati dengan tingkat kinerja Guru
(r y.1 = 0,31) pada taraf α = 0,05 , hal ini menunjukkan bahwa jika empati Guru dit-
ingkatkan maka meningkat pula tingkat kerjanya, demikian pula semakin rendah
empatinya maka semakin menurun pula tingkat kerjanya. Hasil Koefisien determinasi
(r2 = 0,067) dapat diartikan bahwa 6,7% varians tingkat kinerja Guru ditentukan oleh
empati Guru.
Implikasi
Memperhatikan kesimpulan hasil penelitian sebagaimana diuraikan seperti
tersebut di atas, terbukti bahwa tingkat kinerja Guru dipengaruhi oleh empati Guru,
melihat kenyataan tersebut maka tingkat kinerja Guru dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan empatinya, dengan upaya sebagai berikut:
Empati yaitu kemampuan perseorangan untuk menempatkan diri pada situasi
orang lain atau upaya memahami perasaan orang lain yang tidak mempunyai
arti emosional bagi dirinya, karena adanya interaksi dua orang atau lebih.
110 Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, Vol. 10, No. 2, Mei 2010: 101 - 114
upaya pemeliharaan berbagai pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki, untuk
dapat tetap menjaga kesinambungan kehidupan organisasi dan profesinya.
8. Peningkatan empati seorang Guru akan langsung berpengaruh terhadap tingkat
kinerja, perilaku, sikap dan penampilan individu-individu siswanya, dengan empati
yang tinggi setiap siswa akan merasakan bahwa persoalan atau keberhasilan
mereka adalah keberhasilan Guru dan Murid, sehingga apa yang dirasakan ang-
gota akan terasa pula oleh Guru,, akibatnya norma yang sudah tertanam pada
diri murid tersebut akan diupayakan untuk dapat dipatuhi bersama. Empati Guru
yang tinggi tersebut perlu diwujudkan dalam keseharian kegiatan belajar men-
gajar dalam sekolah, disamping itu dalam interaksi sosial maupun tingkah-laku
kesehariannya dalam bentuk kooperasi dan gotong royong baik antar guru, dan
anggota warga masyarakat.
9. Empati seorang Guru juga akan berpengaruh terhadap peningkatan dan
pengembangan sekolahan sendiri baik dari segi norma sekolahan, kesatuan
sekolahan dan tujuan serta sasaran sekolahan yang ingin dicapai, secara lang-
sung dengan empati yang tinggi maka sekolahan tersebut akan didukung oleh
seluruh Masyarakat, Dewan Sekolah, Murid dan Guru, jarang timbul friksi antar
Guru dan Murid, tidak ada saling mencurigai karena antara satu dengan lainnya
mempunyai empati yang tinggi sehingga apabila salah satu anggota terjadi per-
masalahan maka dengan cara menempatkan diri pada diri orang tersebut akan
diurai permasalahan tersebut secara kekeluargaan, sehingga setiap Guru harus
menyadari bahwa apabila saya berbuat salah maka masalah ini menjadi masalah
sekolahan bukan masalah saya saja. Sehingga setiap individu yang berada dalam
kelompok sekolahan tersebut akan mencoba dan berusaha untuk tetap menaati
norma dan etika yang ada dalam kerangka menjaga kesatuan dan kelestarian
Institusi Sekolah.
10. Dengan diketahuinya bahwa empati tersebut berpengaruh terhadap tingkat kinerja
Guru, maka khususnya untuk program-program serta kegiatan pemberdayaan dan
pengembangan profesionalisme Guru, perlu berbagai materi yang menyangkut
peningkatan empati ini untuk dapat dimasukkan dalam kurikulum maupun materi
pelatihan, kursus dan kegiatan peningkatan dan pengembangan profesionalisme
guru.
DAFTAR RUJUKAN
Barnes, Allison., & Paul Thagard. Empathy and Analogy. Waterlo: University of
Waterlo, 1999
Baron, Robert A., et. al. Social Psychology Understanding Human Interaction
6th. Massachusets: Nedhams Heights, 1975
Berliner, David C., Robert C. Calfee. Hand Book of Educational Psychology. New
York: Prentice Hall Internasional, 1996
Burns, RB. Konsep Diri, Teori Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku. Jakarta:
Penerbit Arcan, 1993
Dymond, RF. A Scale for Measurement of Emphaty Ability, Los Anggeles: Journal
of Consulting Psychology, No. 46., 1949. Gay, L.R. Educational Research
Competencies for Analysis and Aplication. Columbus : Charles E Merrele
Company, 1976
Hjelle, Larry A., and Ziegler J. Daniel. Personality Theories 3rd. Singapore: Mc Graw-
Hill, 1992
Kahler, Alan A., et. Al. Methods in Adult Education 4th, Danville: The Interstate
Prinsters & Publishers, Inc, 1985
Lewis, Aiken R. Rating Scales & Checlists Evaluating Behaviour Personality and
Attitude. New York: John Wiley & Sons Inc, 1996
Lyman, Ott. An Introduction to Statistical Methods and Data Analysis 2nd. Boston:
PWS Publishers, 1984
Mehrabian Albert., Andrew L. Young and Sharon Tato. Emotional Empathy and
Associated Individual Differences. Los Angeles: University of California,
1988
Mehrabian Albert. Manual for Balanced Emotional Empathy Scale (BEES). Los
Angeles: University of California, 1996
Rogers, Everett M. Diffusion of Inovations 4th . New York: The Free Press, 1992
112 Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, Vol. 10, No. 2, Mei 2010: 101 - 114
Scotland, E. Advanced in Experimental Social Psychology. New York: Academic
Press, 1969
Steers, Richard M., Porter W. Lyman. Motivation and Work Behaviour 5th ed.
Singapore: Mc Graw-Hill International Inc, 1975
Vaughan, Graham., & Michael Hogg. Introduction Social Psychology. New York:
Prentice Hall Inc, 1995