Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Darti Satyani*), Jacques Slembrouck **), Siti Subandiyah *), dan Marc Legendre**)
ABSTRAK
*)
Peneliti pada Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok
**)
Institut de Recherche pour le Development (IRD), Perancis
135
J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No.2 Tahun 2007: ..-..
136
Peningkatan teknik pembenihan buatan ikan hias botia (Darti Satyani)
yang lentur. Contoh telur diambil dan pada bulan yang sama hujan sudah turun,
dimasukkan kedalam cawan petri yang telah keadaan teduh (sinar matahari mulai berkurang)
diberi media larutan garam fisiologis, untuk dan suhu telah turun sekitar 29°C (Satyani et
kemudian diamati atau diukur diameternya di al., 2006a). Penelitian Satyani & Komarudin
bawah mikroskop binokuler. (1995) tentang pematangan telur botia terbatas
pada suhu 29°C di mana pada suhu yang lebih
Jumlah telur ovulasi merupakan banyaknya
tinggi vitellogenesis akan menjadi lambat.
telur yang dikeluarkan saat stripping.
Walaupun sudah diusahakan tempat
Sementara daya tetas telur dihitung sebagai
pemeliharaan induk dengan tutup bak agar
persentase dari larva hasil tetasan telur yang
teduh dan fotoperiod rendah tetapi tampaknya
diinkubasikan. Sintasan serta pertumbuhan
musim masih berpengaruh sehingga suhu
larva (dua perlakuan dan tiga ulangan)
masih relatif tinggi.
merupakan banyaknya larva yang hidup dan
panjang total dari larva pada awal dan akhir Ikan jantan hanya 4 (empat) ekor yang
penelitian. Kualitas air yang diamati adalah matang gonad, tetapi semuanya dapat
parameter baku yaitu suhu, pH, CO 2, O2, memproduksi sperma. Hasil pengamatan
amonia, dan nitrit. terhadap kualitas sperma yang dinilai dari
gerakannya menunjukkan 100% sperma
HASIL DAN BAHASAN bergerak aktif dan kondisinya normal/tidak ada
yang cacat.
Jumlah Induk yang Matang Gonad
Fertilisasi dan Inkubasi Telur
Selama pemeliharaan ada kematian induk
di bak II (dua) sebanyak 6 (enam) ekor pada Telur yang sudah dibuahi menetas sekitar
masa adaptasi, sehingga tinggal 14 ekor. 18—19 jam setelah ditebar. Hasil dari
Sampai akhir penelitian yaitu pada bulan penetasan telur terlihat pada Tabel 2. Pada
November sekitar 44% (15 ekor dari 34 ekor) corong ukuran 3 (tiga) liter ternyata daya tetas
induk terlihat matang gonad. Hasil ini sedikit telurnya nyata (P<0,01) lebih tinggi daripada
lebih tinggi dari penelitian Satyani et al. yang di dalam corong 5 (lima) liter. Hal ini agak
(2006a) yang hanya 40%. sulit diterangkan sebabnya, karena corong-
Bak I ada 9 (sembilan) ekor induk yang corong berada di dalam bak yang sama
matang gonad (7 betina dan 2 jantan) sehingga kualitas air adalah sama. Yang
sementara dari bak II ada 6 ekor yang matang mungkin beda adalah ketinggian air dalam
gonad (4 betina dan 2 jantan). Dari semua ikan corong di mana corong ukuran 5 (lima) liter
yang matang gonad ini dilakukan penyuntikan sedikit lebih tinggi (sekitar 2—3 cm). Arus air
dengan ovaprim. Kemudian dilakukan dalam corong juga mungkin berbeda karena
stripping dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel pompa yang digunakan kapasitasnya adalah
1. sama. Tidak dilakukan pengukuran kecepatan
arus pada kedua jenis corong. Masih
Ada 3 (tiga) ekor induk yang disuntik tidak memerlukan penelitian dalam hal ketinggian
mau ovulasi yaitu induk dengan telur yang dan arus air untuk menetaskan telur botia ini.
tidak homogen atau ukuran telurnya tidak
merata ada yang kecil dan ada yang besar. Secara keseluruhan daya tetas telur dalam
Telur yang berukuran besar yaitu lebih dari percobaan ini masih rendah dibandingkan
1,10 mm masih kurang dari 50%. Beberapa yang dengan hasil yang dikerjakan Satyani et al.
dapat ovulasi adalah induk dengan telur yang (2006a) yang dapat mencapai 60% pada suhu
sudah lebih dari 60%-nya mencapai ukuran 24°C—26°C. Suhu memang sangat memegang
diameter 1,16 mm. Satu induk (induk 93 g dari peranan dalam inkubasi telur. Menurut Billard
bak II) jelas mengalami ovulasi partial terlihat (1992), suhu yang terlalu tinggi dapat
dari sedikitnya telur yang keluar dibandingkan menyebabkan embrio prematur dan tak mau
dengan besarnya induk. Telur yang dihasilkan menetas atau mungkin abnormal dan bila
tidak dapat menetas. Keadaan ini diduga menetaspun larvanya menjadi tidak lama
karena saat penelitian masih berada pada hidupnya. Downing & Litvak (2002)
musim kemarau. Selain sinar matahari, masih menganjurkan suhu optimal harus dijaga saat
panjang fotoperiodnya (hujan belum turun), inkubasi telur agar perkembangan embrio
pada bulan September tahun 2006 suhu air normal. Pada penelitian ini suhu 25,5°C—27°C
juga masih panas sekitar 30°C. Tidak seperti tampaknya masih agak tinggi untuk inkubasi
yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, telur, apabila dibandingkan dengan hasil yang
lebih baik pada suhu 24°C—26°C.
137
J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No.2 Tahun 2007: ..-..
138
Peningkatan teknik pembenihan buatan ikan hias botia (Darti Satyani)
Tabel 2. Daya tetas telur/produksi larva, larva normal, dan abnormal yang dihasilkan setelah
inkubasi telur dalam corong 3 dan 5 liter dengan kepadatan 100 butir per liter
(suhu 25,5°C—27,0°C)
Table 2. Hatching rate/larvae production and proportion of normal and deformed larvae
obtained after incubation in funnel of 3 or 5 liter water volume at a stocking
densityof 100 eggs per liter (temperature 25.5°C—27.0°C)
Produksi larva dalam c orong 3 lit er Produksi larva dalam corong 5 lit er
Larvae product ion in 3 lit er Funnel’ s Larvae product ion in 5 lit er Funnel’ s
32. 17± 16. 25* 88. 74 ± 10. 13 11. 39 ± 9. 34 14. 22 ± 3. 83* 88, 26 ± 9. 59 12, 87± 9. 41
* Beda nyata (Significantly different means) (P<0.01)
Jumlah larva yang abnormal yaitu larva yang biasanya sudah tidak dijumpai larva abnormal
tidak lengkap (tidak ada ekor), bengkok atau lagi. Hasil pengamatan terhadap sintasan larva
yang berenangnya berputar tidak berbeda selama 15 hari pemeliharaan disajikan pada
nyata (P<0,01) antara dua perlakuan corong. Tabel 3.
Larva ini akan mati sesudah 3—4 hari,
Pemeliharaan larva dengan panjang awal
walaupun ada tetapi amat sedikit yang hidup
sekitar 4—5 mm di dalam hapa yang terletak
dan tumbuh menjadi normal yaitu apabila
dalam bak-bak fiberglass dengan kepadatan 3
kecacatannya tidak begitu parah (Satyani et
dan 5 ekor/liter hasilnya cukup baik. Tidak ada
al., 2006b).
beda yang nyata (P<0,05) dalam sintasan dari
Sintasan dan Pertumbuhan Larva kedua kepadatan sampai umur 15 hari
pemeliharaan. Demikian pula dilihat dari
Larva botia yang baru menetas adalah pertumbuhannya tidak pula berbeda nyata
transparan dengan kuning telur oval dan cukup (P<0,05).
besar sebagai cadangan energi. Sirip, mulut,
Sintasan di atas lebih bagus dari
gelembung renang, dan anus belum terbentuk
pemeliharaan larva hasil pemijahan buatan
hanya detak jantung yang menandakan mereka
yang dilakukan Slembrouck et al. (2006).
hidup, sehingga berenangnya masih
Pemeliharaan di dalam akuarium dengan
mengikuti aliran air. Dengan bertambahnya
kepadatan yang sama yaitu sekitar 3 ekor/liter
umur maka organ-organ akan terbentuk seiring
hanya menghasilkan sintasan 66%, namun
dengan habisnya kuning telur. Pada larva botia
pemeliharaan lebih lama yaitu sekitar 30 hari.
kuning telur akan habis setelah berumur 4
(empat) hari, dan pada waktu itu organ Larva di bak 3 (tiga) tumbuh baik dan cepat,
pencernaan sudah sempurna. Biasanya pada tetapi yang bak lain agak lambat. Larva yang
hari ke-3 (tiga) larva mulai diberikan pakan lebih cepat besar, sintasannya tampak lebih
berupa nauplii Artemia tetasan 24—36 jam. tinggi dibandingkan dengan yang kecil.
Larva yang abnormal akan mati pada umur 3— Menurut Legendre et al. (2005), yang
4 hari yaitu saat kuning telur habis dan mengamati perkembangan larva botia ini
umumnya karena organ pencernaan tak dengan saksama mendapatkan bahwa memang
berkembang sehingga tidak bisa makan. Oleh perkembangan organ (ontogeni) larva ini amat
karena itu, pada larva umur 4 (empat) hari erat hubungannya dengan pertumbuhan
139
J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No.2 Tahun 2007: ..-..
Panjang total (mm) 9.7±0.65 10.05±1.10 11.15±1.20 9.6 ± 0.55 11.60±0.75 11.85±0.67
Total length (mm)
badannya. Artinya bahwa larva yang cepat dalam pemeliharaan dibutuhkan induk dua kali
tumbuhnya, perkembangan organnya juga jumlah perkiraan untuk produksi.
lebih cepat lengkap daripada larva yang
Parameter kualitas air yang diamati secara
tumbuh lambat atau kecil pada umur yang
periodik menunjukkan nilai yang tidak
sama. Dengan demikian larva yang cepat besar
mengkhawatirkan untuk kehidupan ikan botia.
akan lebih cepat makan sehingga lebih sehat
Utamanya suhu cukup stabil dengan adanya
dan sintasannya jadi lebih tinggi dari yang
teknik penutupan bak induk, penutupan
tumbuh kecil.
hatcheri untuk penetasan telur dan
Dari pengamatan Satyani et al. (2006b) dan pemeliharaan larva. Nilai oksigen di beberapa
Legendre et al. (2005) didapatkan informasi tempat terlihat ada yang turun walaupun masih
bahwa organ-organ dari larva botia termasuk dalam batas-batas toleransi, tetapi
sirip akan tumbuh lengkap pada umur 12—13 kemungkinan pula hal ini memberikan dampak
hari. Oleh karena itu, pada umur 15 hari saat terhadap sintasan dari ikan yang memang
dilakukan pengamatan akhir larva sudah sedikit lebih kecil. Penurunan kualitas air ini
berupa botia kecil atau benih botia. Pada terutama oksigen dan karbondioksida
waktu ini ikan sudah melewati masa kritis dan diakibatkan aerasi yang sedikit turun akibat
sudah lebih kuat. Dilihat dari sintasan yang dari listrik yang tidak stabil, dapat pula
cukup tinggi maka masih mungkin dilakukan disebabkan dari pompa air untuk membuat
pemeliharaan dalam kepadatan yang lebih dari aliran air yang digunakan yang kurang bagus.
5 (lima) ekor/liter. Kualitas air selama pemeliharaan baik induk
Apabila dihitung dari induk yang dapat maupun larva dapat dilihat pada Tabel 4.
ovulasi dan telurnya dapat menetas maka Dari penelitian yang dikerjakan ini ternyata
setiap gram induk akan menghasilkan sekitar untuk mendapatkan produksi massal ikan botia
72,33 butir telur. Dengan asumsi daya tetas yang diharapkan belum tercapai. Induk dengan
telur 32,17% dan sintasan larva 86,99% maka kualitas telur yang bagus dan daya tetas telur
akan diperoleh larva atau benih sekitar 20,24 yang rendah (kurang dari 60%) masih
ekor dari tiap gram induk. Dengan demikian merupakan kendala, walaupun sintasan larva
apabila akan memproduksi 10.000 ekor benih sudah cukup baik. Kemungkinan musim masih
dibutuhkan sekitar 500 gram induk botia. Bobot merupakan faktor yang amat berpengaruh
induk botia yang dapat digunakan adalah yang dalam pembenihan botia ini.
berukuran lebih dari 70 gram, sehingga
dengan 6 (enam) ekor induk betina produktif KESIMPULAN DAN SARAN
sudah mencukupi untuk produksi 10.000 ekor
Peningkatan teknik pembenihan ikan botia
benih. Tetapi karena umumnya induk produktif
yang dilakukan dengan pemeliharaan induk
ini hanya sekitar 50% dari yang dipelihara maka
140
Peningkatan teknik pembenihan buatan ikan hias botia (Darti Satyani)
Tabel 4. Kisaran parameter kualitas air dari setiap sistem pemeliharaan selama penelitian
Table 4. Variation of water quality parameters in different rearing systems during
experiment
Suhu
Bak CO2 O2 NH 3 NO2-N
Tem perat ure pH
Tank (mg/L) ( mg/L) (mg/L) ( mg/L)
(° C)
141
J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No.2 Tahun 2007: ..-..
142