Sei sulla pagina 1di 10

PENDATAAN DAN EVALUASI PEMANFAATAN BAHAN GALIAN

PADA DAERAH BEKAS TAMBANG DAN WILAYAH PETI


DI DAERAH LEBONG UTARA, KAB. REJANG LEBONG
PROVINSI BENGKULU

Oleh:
Zamri Tain
SUBDIT KONSERVASI

ABSTRACT

In order to perform mineral resources management to get optimum and sustainable benefit for
society widely, Mineral usage evaluation and inventory in ex mining and illegal mining area at
Lebong Utara, Lebong Sub-Province, Bengkulu Province was conducted. This activitiy was held by
Conservation Team, Directorate of Mineral Resources Inventory Bandung.
In Lebong Utara, primary gold mining activities have taken place since Dutch colonization
epoch. They conduct mining activities conventionally and these activities have been conducted
hereditary. Processing was conducted by using “gelundung” and mercury as the gold catcher. There
are 3 locations in Lebong Utara that become place to take and process gold an silver ores. Those
areas are :Lebong Tambang, Tambang Sawah, and Ketenong upstream. In Lebong Tambang and
Tambang Sawah, generally the minerworker still continuing take the ore from ore that found by Dutch
colonist while in Ketenong upstream mining activities just newly conducted by mineworker since
1981. After checked by GPS, it is obvious that the area of illegal mining is in Kerinci Seblat National
Park.
For some people in Lebong Utara District, gold mining activity is their main job. Farming itself
is a side job. Therefore, government should policies about Land use based on natural resources they
have considering that people have come to Kerinci Seblat National Park and illegally took its
resources.

SARI

Dalam rangka melaksanakan upaya pengelolaan bahan galian sumber daya mineral serta untuk
mendapatkan manfaat yang optimal dan berkelanjutan bagi kepentingan masyarakat secara luas, telah
dilakukan Pendataan dan Evaluasi Pemanfaatan Bahan Galian Pada daerah Bekas Tambang dan
Wilayah PETI di daerah Lebong Utara, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu. Kegiatan ini
dilaksanakan oleh Tim konservasi Sub Direktorat Konservasi Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral Bandung.
Di daerah Lebong Utara, penambangan emas primer telah berlangsung semenjak zaman
penjajahan Belanda dan masih berlangsung hingga sekarang. Mereka melakukan penambangan secara
konvensional dan telah dilakukan secara turun menurun. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan
tromol/glundung serta air raksa sebagai penangkap emas. Di daerah Lebong Utara ini ada tiga (3)
lokasi tempat pengambilan dan pengolahan bijih yang mengandung emas dan perak yaitu; daerah
Lebong Tambang, daerah Tambang Sawah dan daerah hulu sungai Ketenong. Pada daerah Lebong
Tambang dan Tambang Sawah yang terlebih dahulu ditambang, umumnya para penambang masih
melanjutkan pengambilan bijih dari urat yang ditemukan oleh penjajah Belanda, sedangkan untuk
daerah hulu sungai Ketenong baru ramai dikerjakan oleh para penambang semenjak tahun 1981
hingga sekarang. Setelah dilakukan pengecekan memakai GPS, ternyata daerah yang dikerjakan oleh
penambang ilegal tersebut telah masuk kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Bagi sebagian besar masyarakat di daerah Kecamatan Lebong Utara, pekerjaan penambangan
emas merupakan pekerjaan utama untuk penghidupan sehari hari, pekerjaan pertanian sendiri
merupakan pekerjaan sambilan bagi mereka. Untuk itu, pemerintah perlu melakukan pengaturan
mengenai kegunaan lahan dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya alam yang dimiliki serta
mengingat masyarakat telah masuk dan menyerbu kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat untuk
mengambil hasil hutan, seperti kayu dan bahan galiannya.

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 57-1


1. PENDAHULUAN c) Bengkulu kemudian dilanjutkan ke daerah
kegiatan menggunakan kendaraan umum
Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan antar kota dalam provinsi.
bahan galian perlu dilakukan penerapan
konservasi bahan galian yang meliputi
perumusan kebijakan konservasi, pemantauan 2. GEOLOGI DAN MINERALISASI
cadangan, recovery penambangan dan
pengolahan, serta pengawasan konservasi, 2.1. Daerah Tambang Sawah dan Muara
sehingga tidak menyebabkan berbagai Aman
pemborosan atau penyia-nyiaan bahan galian Secara umum geologi daerah Tambang
diberbagai tahap kegiatan. Di samping itu, dalam Sawah dan Muara Aman, Provinsi Bengkulu
pengelolaan sumber daya mineral juga perlu termasuk pada busur magmatik Sunda – Banda
perumusan konservasi bahan galian untuk yang berumur Miosen – Pliosen dan Cekungan
kepentingan penelitian, cagar alam geologi/ Bengkulu (merupakan Busur Depan) berumur
laboratorium alam dan cadangan bagi generasi Tersier.
yang akan datang.
Dalam peta geologi daerah Tambang Sawah
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
dan Muara Aman dengan skala 1:100.000
Mineral mempunyai suatu kegiatan pendataan
(Abdul Soleh dkk,. 1994) jenis batuan berumur
dan evaluasi pemanfaatan bahan galian pada
Miosen Bawah sampai Holosen, berikut urutan
bekas tambang dan wilayah PETI di Kecamatan
dari satuan batuan berumur tua hingga batuan
Lebong Utara, Kabupaten Rejang Lebong,
berumur muda (Gambar. 2).
Provinsi Bengkulu. Daerah ini dikenal sejak
zaman Belanda hingga sekarang sebagai daerah a) Satuan andesit – tufa andesit; Satuan ini
penghasil emas di Kabupaten Rejang Lebong. umumnya telah termalihkan dan terubah,
Sejak 7 Januari tahun 2004 adanya penyebaran di air Kelumbuk sampai di
pemekaran wilayah di lima kecamatan di daerah Tambang Sawah bagian tenggara.
Kabupaten Rejang Lebong, yaitu; Kecamatan Sebagian batuan ini telah diterobos oleh urat
Lebong Selatan, Kecamatan Lebong Tengah, kuarsa dengan ketebalan 3 cm – 1,50 meter
Kecamatan Rimbo Pengadang, Kecamatan (zone urat), arah jurus urat N 329 º E
Lebong Utara dan Kecamatan Lebong Atas dengan kemiringan 65 º. Di bagian tempat
menjadi Kabupaten baru yaitu Kabupaten tersingkap batuan andesit berwarna abu-abu
Lebong dengan Ibukota Kabupaten di Muara kehitaman sampai kecoklatan berumur
Aman, Provinsi Bengkulu. Oligo – Miosen dan termasuk ke dalam
Pada Proposal, daerah kerja Kecamatan Formasi Hulu Simpang.
Lebong Utara termasuk dalam Kabupaten b) Satuan Napal bersisipan Batugamping;
Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Dengan Secara umum didominasi oleh napal,
adanya pemekaran maka di dalam laporan berwarna abu-abu tua sampai kekuningan.
menjadi daerah Kabupaten Lebong ( kabupaten Penyebaran terdapat pada hulu air Batuasam
pemekaran), Provinsi Bengkulu. dan di Pondok Seng (anak Air Ketaun) di
daerah barat daya. Satuan ini termasuk
1.1. Lokasi Daerah Kegiatan dalam Formasi Seblat jari menjari dengan
Secara administratif daerah kegiatan dengan Formasi Hulu Simpang, berumur
pendataan merupakan wilayah Kecamatan Oligosen Akhir – Miosen Awal.
Lebong Utara, Kabupaten Lebong, Provinsi c) Satuan Dasit -Tufa Dasit penyebarannya
Bengkulu, dengan kota terdekat adalah Curup antara lain hulu Air Silikat, hulu Air Semiup
dan Muara Aman (Gambar 1). (barat daya Muara Aman) air Racun dan di
bagian tengah Air Uram/Air Timok. Satuan
1.2. Ketersampaian Daerah ini berumur Miosen Tengah.
Pencapaian daerah kegiatan dapat d) Satuan breksi polimik; terdiri dari batuan
dilakukan dengan cara : breksi dengan fragmen dan jenis batuan
a) Perjalanan menggunakan pesawat terbang bervariasi, tersingkap pada Air Macak anak
reguler Bandung – Jakarta – Bengkulu, yang Air Ketaun. Satuan ini Satuan ini telah
dilanjutkan dengan kendaraan darat mengalami kloritisasi dan propilitisasi,
Bengkulu – Curup – Muara Aman -daerah mengandung pirit dan di beberapa tempat
kegiatan. telah terpotong oleh urat kuarsa tipis. Umur
b) Perjalanan darat menggunakan kendaraan satuan breksi polimik ini adalah Pliosen.
umum antar kota antar provinsi Bandung – e) Satuan Lava Andesit; Satuan ini terdiri dari
Jakarta lava andesit ditemukan berupa bongkah –
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 57-2
bongkah dan memberikan lapukan tanah hidrothermal yang mengisi pola retakan
berwarna coklat. Penyebaran satuan ini atau rekahan antara lain urat-urat kuarsa;
hanya pada air Uram. Berumur Plio- dan
Plistosen. c) Ditemukan batuan ubahan karena pengaruh
f) Satuan Serpih ; Satuan ini terdiri dari serpih larutan hidrothermal seperti; kloritisasi,
berselang selih dengan batu Lumpur dan propilitisasi, silisifikasi dan piritisasi.
tufa batuapung di bagian atasnya.
Penyebaran satuan ini pada Air Ketaun Asosiasi mineral yang umum ditemukan
bagian hilir dan barat daya Muara Aman. pada batuan berupa mineral pirit, baik secara
Satuan ini di beberapa tempat terdapat tersebar maupun secara pengisian
fragmen kayu terkersikan. Satuan ini rakahan/retakan. Di samping itu sering
berumur Plio-Plistosen. ditemukan variasi kuarsa seperti; kalsedon, agat
g) Satuan gunungapi andesit – basal; satuan ini atau silika sinter pada aliran sungai dan dekat
meliputi lava andesit, lava basal, tuf dan lubang penggalian emas. Ini mendukung salah
breksi gunungapi. Penyebarannya sangat satu ciri khas asosiasi sistem mineralisasi
luas meliputi Air Ketaun, Bukit Parunglupu epithermal (epithermal system).
dan Bukit Lakat. Satuan ini berumur Berdasarkan hasil pengamatan serta
Holosen Bawah atau Plistosen Atas dan keadaan urat kuarsa, terlihat bahwa sistem urat
bersumber dari Bukit Lumut. kuarsa yang mengandung emas dan perak
h) Satuan Aluvial merupakan satuan termuda tersebut dikontrol oleh sesar, dan beberapa
(Holosen) di daerah ini, menempati daerah tempat urat berasosiasi dengan karbonat
pedataran dan pinggiran sungai besar seperti (rhodochrosite, mangan dan pirit) serta
Air Ketaun. Umumnya daerah ini dijadikan beberapa jenis kuarsa ditemukan dalam beberapa
daerah tempat tinggal dan persawahan bentuk antara lain;
penduduk. a) Breksi silika (porous) dengan bentuk tidak
teratur / stock work.
Sedangkan batuan terobosan atau intrusi b) Urat kuarsa padat dan berongga, biasanya
berupa batuan Dasit dan Granodiorit. Batuan disertai pirit.
Granodiorit ini tersingkap pada hulu Air Putih, c) Batuan dinding andesit yang terubah dengan
hulu Air Uram dan Semiup, berumur Miosen urat-urat halus.
Tengah. Untuk batuan Dasit hanya tersingkap
pada Air Kelumbuk bagian hulu, berumur Hasil kegiatan menunjukkan bahwa
Miosen Atas. pengaruh serta peranan larutan hidrothermal
Struktur umum yang dijumpai berupa sesar. pada batuan-batuan seperti; andesit dan tuf, dasit
Sesar ini merupakan bagian zone sesar Sumatera –tufa dasit, breksi dan granodiorit jelas terlihat.
yang mengarah barat laut – tenggara. Adapun Batuan ini merupakan lingkungan geologi yang
ciri-ciri nya berupa tebing – tebing dan lembah- cukup baik untuk tempat mineralisasi dari
lembah curam dan lurus, serta dapat dilihat dari larutan hidrothermal temperatur rendah.
kelurusan sungai dan sebagainya. Kadang–
kadang terdapat zone batuan terbreksikan dan 2.2. Kondisi Pertambangan
sumber mata air panas. Di daerah Air Putih Pertambangan emas didaerah Muara Aman
sesar utama mengembang menjadi dua buah ini telah berlangsung sejak zaman penjajahan
sesar yang hampir sejajar, dan satu lagi berarah Belanda beberapa ratus tahun lalu. Kemudian
Timur – Barat. dilanjutkan zaman setelah merdeka. Hal ini
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa berlangsung sampai sekarang, dengan beberapa
pengaruh serta peranan larutan hidrothermal pasang surut dan ini terus berlangsung
pada batuan-batuan seperti; andesit dan tuf, mengingat kehidupan sebagian besar rakyat pada
dasit–tufa dasit, breksi dan granodiorit jelas daerah ini menggantungkan pada usaha
terlihat. Batuan ini merupakan lingkungan pertambangan emas ini. Masyarakat beberapa
geologi yang cukup baik untuk tempat desa malah menjadikan usaha pertanian sebagai
mineralisasi dari larutan hidrothermal temperatur usaha sampingan.
rendah (epithermal mineralization system). Menurut informasi, pada daerah Lebong
Pengaruh aktivitas larutan hidrothermal Tambang rakyat telah mendapat izin sebagai
yang dijumpai antara lain; penambang dengan dikeluarkanya WPR oleh
a) Adanya sumber mata air panas di sepanjang Dinas terkait. Tetapi sebagian besar penambang
Air Putih; di daerah Tambang Sawah dan daerah Hulu
b) Dari beberapa singkapan dan batuan Ketenong umumnya merupakan penambang
hanyutan (floot) mengandung larutan illegal atau dikenal juga sebagai PETI.
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 57-3
Jumlah penambang mengikuti naik atau 4. PEMBAHASAN
turunnya harga emas di pasaran, kadang-kadang
jumlah mereka bertambah dengan adanya Mineralisasi emas, perak, pirit dan sedikit
masyarakat luar daerah datang untuk melakukan tembaga ditemukan terutama pada Formasi Hulu
penambangan di sana. Perlu disyukuri bahwa Simpang yang ditafsirkan ada hubungan dengan
walaupun mereka bercampur bermacam suku batuan pluton diorit kuarsa tak tersingkap
yang mengusahakan usaha tambang di daerah berumur Miosen yang menerobosnya (S.Gafoer,
ini, belum pernah terjadi keributan, bentrokan R Pardede, 1992). Untuk sumber daya dan
dan pertengkaran antara mereka, mereka sangat cadangan logam emas di daerah ini belum ada
menyadari bahwa usaha mereka membutuhkan data yang akurat mengingat daerah ini sejak
kerjasama yang baik dan akan menghasilkan lama (zaman penjajahan Belanda) telah
hasil yang baik pula untuk keluarga mereka. diusahakan termasuk oleh rakyat hingga
Hanya saja sering terjadi kecelakaan di lubang sekarang.
tambang atau hanyut karena banjir.
Di daerah Kecamatan Lebong Utara ini
Menurut catatan dari pengawas hutan
terdapat 3 (tiga) daerah tempat penambangan
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) telah
emas yang diusahakan oleh rakyat yaitu;
terjadi kecelakaan antara lain; Tahun 1998
terjadi kecelakaan meninggal sebanyak 5 orang A. Daerah Lebong Tambang (bagian barat
karena hanyut dan tahun 2001 juga terjadi kota Muara Aman), pada daerah ini ada 7
kecelakaan meninggal sebanyak 11 orang karena (tujuh) buah lubang penggalian dengan
hanyut. Hal ini terjadi umumnya karena mereka dedalaman maksimum sampai 50 meter.
membuat pondok dan tempat glundung di atas Tetapi, sekarang ini hanya ada 3 (tiga) buah
batuan yang ada pada batang sungai dan pada lubang masih aktif, yaitu;
pinggiran sungai Ketenong. a). Lubang Lapan (sisa buangan
Mineralisasi emas yang terdapat di daerah kegiatan penambangan Belanda);
ini merupakan sistem urat/vein bersama kuarsa, b). Lubang Kacamata; dan
maka penambangan dilakukan dengan menggali c). Lubang Dalam (di daerah Saringan)
serta membuat lubang/terowongan menyusur
sepanjang urat. Pengolahan dengan cara Mineralisasi di daerah ini tampak
menumbuk dan glundung dengan sistem berupa urat-urat kwarsa dengan tebal
amalgamasi serta air raksa (Hg) dipakai sebagai beberapa mm sampai lebih 4 meter,
penangkap emas sehingga menghasilkan bulion. menunjukan arah barat laut – tenggara
Hasilnya dijual kepada penampung yang datang dengan kemiringan 85°, sedangkan di
dari kota yang umumnya sudah memiliki sekitarnya dapat diamati pola penyebaran
jaringan saling menguntungkan. urat kwarsa yang tidak beraturan disebut
Pembeli atau touke menyediakan bahan “network / stockwork” yang membawa
makanan, minuman serta kebutuhan harian dan emas dan perak. Tetapi, pada fragmen
air raksa di lokasi penambangan, kadang–kadang breksi kadang-kadang terdapat dalam
mereka berhutang terlebih dahulu. Kemudian kwarsa, atau juga kwarsa sendiri mengisi
nanti setelah hasil dan mendapatkan emas, baru celah-celah antar fragmen breksi (Herman,
hutang tersebut dipotongkan. Malah mereka Z.D dan Rusman,.1984).
seperti telah diijonkan oleh para touke tersebut. Menurut pengukuran, panjang urat
Itulah keadaan mereka sehingga mereka telah dimulai dari hulu sungai Racun hingga
terjerat dan tidak lagi memiliki kesempatan daerah Kamar Bola daerah sawah di
untuk usaha lain, merubah nasib atau keluar dari lubang bekas buangan Belanda berjarak
lingkungan keterikatan tersebut kurang lebih 380 meter, dilakukan
Pemerintah terkait perlu menangani para penyontohan urat mengandung logam emas
penambang ilegal ini, serta masyarakat sekitar dan perak /termineralisasi pada 3 (tiga)
daerah tambang untuk diberikan pengetahuan titik lokasi / lubang untuk dilakukan
mengenai ; peraturan yang harus mereka patuhi, analisis kadar pada batuan asli (LT/01 R,
kewajiban serta bimbingan dan pengarahan agar LT/03 R, LT/04 R).
mereka bisa berusaha dengan baik, tanpa ada Dari pendataan di lapangan didapatkan
keterikatan dengan para pengijon tersebut yang data sebagai berikut; jumlah penambang
membuat mereka menjadi tidak menentu masa sebanyak 50 orang, alat pengolahan 65
depannya. buah glundung, para penambang umumnya
berasal dari desa Lebong Tambang dan
desa Loka Sari. Pengolahan umumnya
mereka lakukan secara amalgamasi dengan
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 57-4
air raksa sebagai penangkap emas dengan pendataan yang dilakukan oleh tim adalah
alat glundung pakai kincir air dan sebagian sebagai berikut;
di daerah desa Loka Sari memakai
1. Daerah lubang IV/Kompoy; jumlah
dinamo/listrik sebagai penggerak.
lubang yang aktif saat ini hanya ada 5
Umumnya mereka menghasilkan 0,50 gr
buah, kedalaman lubang berkisar 15 m
sampai 1,0 gr emas/hari dengan kadar
sampai 20 m dan maksimal ada lubang
berkisar 10 sampai 50 %. Sehingga rata-
yang mempunyai kedalaman sampai
rata penghasilan para penambang adalah Rp
100 meter. Jumlah penambang 20 orang
12.500,-/glundung/hari.
dengan glundung 20 buah terdiri dari 8
Pengolahan tailing olah para
kelompok. Pada daerah ini glundung
penambang sebagian sudah memakai
yang mereka miliki berukuran relatif
kolam penampung. Tetapi, sebagian besar
lebih besar yaitu berukuran 15 inci
masih membuang langsung ka dalam
sedangkan di daerah lain umumnya 10
sungai. Untuk yang melakukan
inci seperti yang ada didaerah Lebong
penampungan tailing, umumnya mereka
Tambang dan daerah hulu Ketenong.
melakukan proses ulang sampai dua kali.
Pengolahan umumnya dilakukan di
Sedangkan hasilnya dengan kadar emas
pinggir sungai dan sisa pengolahan di
seperti berikut; 1). 10 % dan ke 2). hanya 5
buang ke dalam sungai. Hanya sedikit
%.
saja penambang yang mempunyai
kolam penampungan dan biasanya
B. Daerah Tambang Sawah merupakan mereka mengulangi proses tailing
daerah tempat pengolahan emas perusahaan sampai 2 kali, sedangkan hasilnya
Belanda yang ada di daerah Lebong Utara hanya berkisar 5 % sampai 10 % saja.
pada zaman penjajahan Belanda dahulu.
Pada desa Tambang Sawah masih ada bekas 2. Daerah Air Payau; pada daerah ini
bangunan untuk proses/pengolahan emas masih ada 3 buah lubang yang aktif
serta kolam penampungan sisa proses dikerjakan oleh para penambang.
pengolahan tersebut. Saat ini kegiatan Umumnya mereka melanjutkan lubang
penambang rakyat masih berlangsung bekas Perusahaan Belanda dengan
dengan mengambil urat/bijih pada daerah jumlah penambang 30 orang, jumlah
bekas galian zaman penjajah dahulu, dan kelompok 10 buah kelompok glundung
sebagian mereka membuat lubang baru dan dengan jumlah glundung 30 buah. Pada
biasanya lubang tersebut dinamai sesuai saat pendataan, sebanyak 22 buah
dengan nama penemu lubang tersebut. glundung masih aktif, umumnya
Di daerah Tambang Sawah ini dahulu mereka melakukan proses pengolahan
ada 4 (empat) buah tempat untuk di sepanjang sungai Payau dan juga
pengambilan urat/bijih tersebut yaitu : membuang hasil sisa pengolahan ke
Daerah Lubang IV/Kompoy, Daerah Air badan sungai. Umumnya di daerah Air
Bambu, Daerah Air Payau dan Daerah Payau ini ukuran glundung yang
Gunung Bubung. mereka pergunakan juga berukuran
Untuk daerah Air Bambu dan daerah besar yaitu dengan diameter 15 inci
Gunung Bubung saat ini tidak ada lagi dengan kincir air sebagai penggerak
kegiatan para penambang, sedangkan glundung. Untuk daerah Air Bambu ada
daerah Gunung Bubung telah temasuk 3 buah glundung, yang aktif hanya 2
dalam kawasan Taman Nasional Kerinci buah dengan batuan bijih yang diambil
Seblat (TNKS). Pada daerah Gunung dari daerah Lubang Kompoy.
Bubung ini para penambang (terdiri dari 3 Penambang berjumlah 3 orang saja.
kelompok) baru mencoba-coba apakah
daerah ini dapat menghasilkan seperti yang C. Daerah Hulu Ketenung, daerah ini
mereka harapkan. Tetapi, daerah ini merupakan daerah paling ujung di utara
ternyata tidak menghasilkan seperti dengan desa terdekat yaitu Desa Ketenong I.
informasi yang mereka dapatkan Lokasi pengambilan bijih dan pengolahan
sebelumnya. yang dilakukan oleh para penambang pada
tempat sehingga menjadi perkampungan
Pada saat pendataan dilakukan, para tambang hulu Ketenung.
penambang mengambil bijih hanya pada Hasil pengecekan lokasi dengan
dua (2) tempat yaitu: pada daerah Lubang mempergunakan GPS menunjukkan daerah
IV/Kompoy dan daerah Air Payau. Hasil pertambangan tersebut telah termasuk
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 57-5
dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Utara terdapat pada 3 (tiga) desa yaitu; Desa
Seblat (lihat peta lokasi pada gambar 2). Lebong Tambang, Desa Tambang Sawah
Kegiatan PETI di daerah ini telah dan Desa Ketenong I. Daerah Lebong
berlangsung sejak tahun 1981, dan pada Tambang dan daerah Tambang Sawah
tahun 1991-1992 penambang berjumlah merupakan daerah penambangan emas yang
mencapai (1.000) seribu orang. Tetapi, berlangsung sejak zaman Belanda dan
hasil pendataan yang dilakukan oleh tim sampai sekarang kegiatan tersebut masih
konservasi pada bulan Agustus 2004 dilanjutkan rakyat .
menunjukkan hasil sebagai berikut;
1. Jumlah lubang 13 buah, 6 buah masih 2) Mengingat sebagian besar penduduk di desa
aktif dikerjakan sampai saat ini dengan Lebong Tambang dan desa Tambang Sawah
kedalaman maksimal 50 meter.(lubang serta desa Hulu Ketenong I merupakan
Kamit, lubang Brewok, lubang Ijo, pekerja tambang yang turun temurun dari
lubang Adi, lubang Her dan lubang kakek mereka dahulu, maka usaha pertanian
Min). oleh mereka dianggap sebagai kerja
2. Arah urat N 330°-240°E kemiringan sambilan. Untuk itu, perlu penelitian lanjut
urat 65 -70°NW, tebal urat kuarsa 2 cm untuk keberadaan emas didaerah ini dan
sampai 1,50 meter. diusahakan usaha pertambangan ini sebagai
3. Panjang kampung sepanjang 700 m usaha yang legal dan terorganisasi baik,
dengan jumlah pondok 42 buah /KK sehingga mudah mengontrol dan
dengan jumlah glundung 80 buah mengarahkan serta memberi bimbingan
terdapat dalam 23 buah titik. dalam usaha tersebut.
4. Para penambang berasal dari Desa
Ketenong I, juga para pendatang dari 3) Perlu diberikan arahan dan bimbingan
desa sekitar termasuk dari kota Muara tentang pengolahan dan konservasi bahan
Aman, dengan bermacam suku yaitu: galian, berupa bantuan teknik dan kursus-
suku Jawa/Jawa Barat, suku Rejang dan kursus kepada pejabat terkait serta para
suku Minang. penambang rakyat agar optimalisasi serta
5. Penghasilan tiap glundung berkisar 1 efisiensi diperhatikan dalam mengelola
gram / hari dengan kadar 5-30 %, atau bahan galian tambang yang ada di daerah
Rp 15.000 sampai Rp 30.000,-perhari. Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu ini.
6. Kejadian kecelakaan sering terjadi pada
daerah kegiatan tambang illegal ini dan 4) Daerah Kabupaten Lebong, Provinsi
kecelakaan sampai mengakibatkan Bengkulu baru diresmikan sejak 7 Januari
meninggal dunia. Seperti pada tahun 2004. Untuk menunjang kelangsungan serta
1998, meninggal dunia karena hanyut keberadaan kabupaten ini perlu dukungan
sebanyak 5 orang dan tahun 2001 juga data dan sumber daya termasuk sumber
meninggal dunia karena hanyut daya mineral yang ada pada daerah ini, juga
sebanyak 11 orang (informasi dari termasuk yang berada dalam Taman
Kepala Resort Kehutanan TNKS di Pos Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Tambang Sawah).
5) Maka pemerintah daerah dapat
Bahan galian lain yang juga terdapat pada mengusulkan agar sebagian Taman Nasional
daerah Lebong Utara ini terutama di Desa Loka Kerinci Seblat yang termasuk dalam daerah
Sari, daerah Air Putih adalah bahan galian non Kabupaten Lebong agar dipertimbangkan
logam berupa; batu belah dan sirtu. Kedua bahan untuk bisa dikelola untuk membuka
galian ini tidak diusahakan secara mekanik, kemungkinan pemanfaatan bahan galian
tetapi diusahakan secara konvensional dengan yang ada. Batas TNKS dirubah untuk
alat sederhana. Hasilnya digunakan untuk kepentingan sumber pendapatan asli daerah.
pengerasan jalan dan bahan bangunan di sekitar Mengingat sebagian besar mata pencarian
lokasi terdapat bahan galian tersebut. dari masyarakat desa yang berdekatan
dengan daerah terdapatnya urat tersebut
adalah sebagai penambang turunan dari
5. KESIMPULAN kakek-nenek mereka dahulu.

1) Kegiatan penambangan emas rakyat yang 6) Perlu ditanamkan kepada para penambang
dilakukan di daerah Kecamatan Lebong tersebut bahwa; selama ini rasa solidaritas
dan kesetiakawanan serta rasa saling
Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 57-6
menghormati di antara mereka harus terjaga Sunarto, Tugas Konservasi Bahan Galian,
betul, karena pada daerah lain diluar daerah DJPU, 1995.
Lebong ini sering terjadi bentrokan dan
permusuhan dalam rangka perebutan lahan, S.Gafoer.,T.C. Amin dan R. Pardede.,1992.
sampai mereka ada yang meninggal Geologi Lembar Bengkulu, Sumatera.
ditempat lokasi pertambangan tersebut. Skala 1: 250.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi (P3G).

DAFTAR PUSTAKA

Bimbingan Teknis, inventarisasi, eksplorasi dan


evaluasi Sumber Daya Mineral dan
batubara dalam rangka pengembangan
sumberdaya manusia di daerah, DIM,
DJGSM, 2001

Bappeda Kab. Rejang Lebong,.2002.


Perencanaan Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi
Bengkulu.

Danny Z.Herman dan Rusman., 1984. Laporan


Pendahuluan Eksplorasi Mineral Logam
Terperinci Tingkat I daerah Lebong
Tambang, Muara Aman. Kecamatan
Lebong Utara, Kabupaten Rejang Lebong,
Bengkulu.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral,


Provinsi Bengkulu,.2003. Laporan Kegiatan
TP3 PETI Provinsi Bengkulu tahun 2002.

Kepmen. No 150/2001 dan No 1915/2001,


Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral

Kepmen. No. 1453 K/29/MEM/2000,


Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral.

Konsep Pedoman Teknis Tata Cara Penetapan


dan Pengawasan Sumber Daya dan
Cadangan, DIM, DJGSM, 2001

Konsep Pedoman Teknis Tata Cara


Pengawasan Recovery Penambangan dalam
rangka Konservasi Bahan Galian, DIM,
2002

Operating Mines (CoW and KP), 1999, Asian


Journal Mining, Indonesia Mineral
Exploration and Mining, Directory
1999/2000.

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang


Konservasi Bahan Galian, DIM, DJGSM,
2001.

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 57-7


101 102 103 104 105

-2 SUNGAIPENUH BANGKO -2
% %

SEKAYU
%
PELEMBANG
-3 % -3

N
LUBUKLINGGAU
%
KAYUAGUNG
ARGAMAKMUR %
%
% CURUP
MUARAENIM
60 0 60 %
BENGKULU LAHAT
% %

Kilometers
-4 -4
BATURAJA
%

MANNA
% Ibukota %

Sungai

KOTABUMI
Rejang Lebong %

-5 -5
%
LIWA
101 102 103 104 105

Gambar. 1
Peta Lokasi Pemantauan dan Evaluasi di Daerah Kecamatan
Lebong Utara, Kab. Lebong, Provinsi Bengkulu.

Foto. 1
Singkapan urat kuarsa mengandung emas pada batuan
Vulkanik, di daerah hulu sungai Ketenong, Kecamatan
Lebong Utara, Kab.Lebong, Prov. Bengkulu.

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 57-8


Gambar. 2
Peta Geologi Daerah Muara Aman Sekitarnya, Kabupaten Lebong
Provinsi Bengkulu.

Foto. 2
Tempat pemprosesan emas dengan glundung serta
Amalgamasi dengan air raksa di daerah Air Payau Desa Tambang Sawah, Bengkulu

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 57-9


Gambar. 3
Peta Penyebaran Kegiatan PETI di daerah Kecamatan Lebong Utara,
Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu.

Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005 57-10


57-10

Potrebbero piacerti anche