Sei sulla pagina 1di 11

THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 6, No.

1 , Desember 2015

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA


RETURN OF SPONTANEOUS CIRCULATION PADA PASIEN HENTI
JANTUNG DI IGD RSUD Dr ISKAK TULUNGAGUNG

Winanda Rizki Bagus Santosa*, Titin Andri Wihastuti**, Ali Haedar***

*
Staff Pengajar STIKEs Ganesha Husada Kediri
**
Staff Pengajar Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
***
Program Studi Ilmu Kedokteran Emergensi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

ABSTRACT
The incidence of cardiac arrest in the world rise. Someone who is being
treated in hospital emergency room has particular on the risk of cardiac arrest.
The average number of patients presenting to the emergency room RSUD Dr
Iskak Tulungagung a year is 32.140 patients, the average patient in the
emergency room a day reached 89 patients. Patients emergency are said to be as
many as 18.176 patients. Within a week from 13 patient happens ROSC after
cardiac arrest as many as 6 patients (46%), 7 patients (54%) died. This study
aimed to determine the factor associated with the occurrence of ROSC in patients
with cardiac arrest. This study is a type of quantitative study. The design used in
this study is correlational with cross sectional approach. Samples were collected
by filling out a registry of PAROS. The sample by using accidental sampling with
a sample obtained 45 patients. The results showed that the factor most associated
with the ROSC on cardiac arrest is a heart rhythm (p 0.112), use of advanced
airway before ROSC (p 0.062), and the use of mechanical CPR (p 0.000).Factor
associated with the occurrence of ROSC in cardiac arrest is a heart rhythm, the
use of advanced airway before ROSC, the use of mechanical CPR. The number of
patients with cardiac arrest in the RSUD Dr Iskak Tulungagung happened ROSC
smaller than the patients who did not happen ROSC

Keywords: CHD, factors of age, gender, myocardial infarction wide

PENDAHULUAN
memberikan dampak yang baik
Henti jantung menyebabkan (Perbady et al, 2010). Henti jantung
kematian mendadak ketika sistim merupakan masalah kesehatan
kelistrikan jantung tidak dapat masyarakat yang besar dan penyebab
berfungsi dan menghasilkan irama utama kematian di dunia. Sebagian
yang tidak normal (Sandroni et al, besar korban henti jantung adalah
2007). Pada seseorang yang terjadi orang dewasa (Lenjani et al, 2014).
henti jantung waktu kejadiannya Kejadian henti jantung di
tidak bisa diperkirakan, karena dunia cukup meningkat. Seseorang
kejadiannya sangat cepat begitu yang sedang dirawat dirumah sakit
gejalanya tampak. Apabila terjadi khususnya pada ruang gawat darurat
henti jantung bila tidak ditangani mempunyai risiko terjadinya henti
dengan segera maka akan terjadi jantung. Amerika Serikat dan
gawat darurat medis. Apabila Kanada mengalami henti jantung
ditangani secepat mungkin akan setiap tahunnya mencapai 350.000

1
yang mana setengahnya meninggal Berdasarkan American Heart
dirumah sakit. Suatu penelitian Association (AHA) 2010 tentang
menerangkan bahwa 81% henti henti jantung menjelaskan bahwa
jantung disebabkan oleh penyakit tindakan untuk dapat bertahan hidup
jantung koroner. Orang yang pada henti jantung adalah aktifkan
memiliki penyakit jantung akan chain of survival yaitu tindakan saat
meningkatkan risiko untuk terjadinya pertama terjadi henti jantung sampai
henti jantung (Vanden et al, 2010). perawatan setelah terjadi henti
Lima dari 1000 pasien yang dirawat jantung. Basic Life Support (BLS)
dirumah sakit di Negara maju seperti merupakan bantuan hidup dasar dan
Australia diperkirakan mengalami Advanced Cardiovascular Life
henti jantung, sebagian besar pasien Support (ACLS) merupakan bantuan
henti jantung tidak mampu bertahan hidup lanjut pada pasien henti
hidup hingga keluar rumah sakit jantung (Neumar et al, 2010).
(Goldbelger, 2012). Negara Pan Asian Resuscitation
Indonesia tidak ada data statistik Outcomes Study (PAROS)
yang pasti mengenai jumlah kejadian merupakan suatu registry yang
henti jantung di rumah sakit setiap dibuat pada tahun 2009 dan
tahunnya (Suharsono & Ningsih, diresmikan tahun 2010. Tujuan dari
2012). PAROS adalah untuk menyediakan
Berdasarkan studi bench- marking dan menghasilkan
pendahuluan di IGD RSUD Dr Iskak Emergency medical Services (EMS)
Tulungagung jumlah rata-rata pasien sistim gawat darurat menjadi lebih
pada tahun 2013 yang datang ke IGD baik sehingga meningkatkan kelang-
dari bulan januari sampai Desember sungan hidup pada pasien henti
adalah 32.140 pasien, rata-rata jantung yang berada didalam dan
pasien perhari di IGD mencapai 89 luar rumah sakit (Ong et al, 2011).
pasien. Pasien yang dikatakan gawat Penelitian ini menggunakan
darurat sebanyak 18.176 pasien. registry PAROS kejadian henti
Kejadian henti jantung pada tanggal jantung didalam rumah sakit yang
1-7 maret 2015 sebanyak 13 pasien. meliputi riwayat penyakit yang
Pasien yang terjadi ROSC setelah menyebabkan risiko henti jantung,
terjadi henti jantung sebanyak 6 irama jantung, alat mekanik yang
pasien (46%), 7 pasien (54%) digunakan saat melakukan RJP,
meninggal dunia sebelum terjadi penggunaan advanced airway
ROSC. sebelum terjadi ROSC yang dibantu
Pasien henti jantung jika oleh enumerator penelitian yaitu
sudah teraba nadi selama 10 menit perawat IGD RSUD Dr Iskak
dan tanda sirkulasi bertahan atau Tulungagung untuk pengambilan
berkelanjutan disebut dengan Return data pasien henti jantung.
of Spontaneous Circulation (ROSC). Tujuan Penelitian ini adalah
Tanda terjadinya ROSC adalah untuk mengetahui faktor yang
adanya nadi karotis teraba dan berhubungan dengan terjadinya
tekanan darah terukur. Pasien tidak ROSC pada pasien henti jantung di
bisa dikatakan terjadi ROSC jika IGD RSUD Dr Iskak Tulungagung.
tidak disertai bukti sirkulasi terjadi
dengan baik yaitu nadi teraba selama METODE PENELITIAN
10 menit (Salcido et al, 2010).
Penelitian ini bersifat kuantitatif. pasien (57,8%) memiliki jenis
Desain yang digunakan dalam penelitian kelamin laki-laki. Berdasarkan
ini adalah korelasional dengan karakteristik umur pasien dari total
pendekatan cross sectional yaitu suatu 45 pasien, 31 pasien (68,9%)
model penelitian yang bertujuan untuk memiliki umur 45-75 tahun.
mengetahui hubungan antar variabel Penelitian ini menggunakan
yang menekankan pada waktu uji analisis bivariat dengan uji
pengukuran hanya satu kali saja dengan koefisien phi, dan analisis uji
cara pengumpulan data dilakukan secara multivariat menggunakan uji regresi
simultan pada suatu saat sehingga tidak logistik.
ada tindak lanjut. Tidak semua subjek
penelitian harus diteliti pada hari atau HASIL DAN PEMBAHASAN
waktu yang sama tetapi penilaiannya
hanya satu kali saja berhubungan dengan Hasil Penelitian
terjadinya ROSC pada pasien henti
Karakteristik Subyek Penelitian
jantung di IGD RSUD Dr Iskak
Tulungagung.

Tabel 1. Data Demografi Jenis Kelamin, Pendidikan, Usia, dan Pekerjaan Pasien
Henti Jantung Di IGD RSUD Dr Iskak Tulungagung Per Agustus 2015
Variabel n % Total n Total %
Jenis kelamin
Laki-laki 26 57,8
Perempun 19 42,2
45 100
Umur
< 45 tahun 11 24,4
45 - 75 31 68,9
>75 3 6,7
45 100 Commented [u1]:
Pendidikan
SD 16 35,6
SMP 16 35,6
SMA 9 20,0
PT 4 8,9
45 100
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 4 8,9
Petani 16 35,6
Swasta 21 46,7
PNS 4 8,9
Berdasarkan Tabel 1 jenis 45 100
kelamin dari total 45 pasien, 26
Berdasarkan karakteristik tingkat
pendidikan dari 45 pasien, memiliki
lulusan SD 16 (35,6%) dan SMP 16
(35,6%). Berdasarkan karakteristik
pekerjaan dari 45 pasien mayoritas
pasien bekerja swasta 21 (46,7%).
Tabel 2. Data ROSC, Riwayat Penyakit Yang Menyebabkan Risiko Henti
Jantung, Irama Jantung, RJP Mekanik, Advanced Airway Sebelum
Terjadi ROSC Pada Pasien Henti Jantung Di IGD RSUD Dr Iskak
Tulungagung Per Agustus 2015
Variabel n % Total n Total %
Ya 22 48,9
ROSC Tidak 23 51,1
45 100
Riwayat Ya 24 53,3
Penyakit Tidak 21 46,7
45 100
Shockable 27 60,0
Irama Jantung Non Shockable 18 40,0
45 100
Ya 5 11,1
RJP Mekanik Tidak 40 88,9
45 100
advanced Ya 29 64,4
airway Tidak 16 35,6
45 100

Berdasarkan Tabel 2 data


Data pasien henti jantung
khusus faktor yang berhubungan
berjumlah 45 pasien sebagian besar
dengan terjadinya ROSC pada henti
tidak menggunakan RJP mekanik
jantung di IGD RSUD Dr Iskak
saat dilakukan RJP sebanyak 40
Tulungagung yang berjumlah 45
pasien (88,9%). Data pasien
pasien sebagian besar tidak terjadi
pemasangan advanced airway
ROSC sebanyak 23 pasien (51,1%).
sebelum ROSC sejumlah 45 pasien,
Dari data pasien yang memiliki
sebagian besar pasien dipasang
riwayat penyakit yang menyebabkan
advanced airway sebelum ROSC
risiko henti jantung berjumlah 45
sebanyak 29 pasien (64,4%).
pasien sebagian besar pasien
memiliki riwayat penyakit yang
menyebabkan risiko henti jantung
sebanyak 24 pasien (53,3%). Dari
data pasien irama jantung berjumlah
45 pasien sebagian besar pasien
memiliki irama jantung shockable
sebanyak 27 (60,0%).
berjumlah 45 pasien didapatkan nilai
signifikansi 0,000 kurang dari alpha
5%. Sehingga

Tabel 3. Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya ROSC Pada Pasien


Henti Jantung Di IGD RSUD Dr Iskak Tulungagung
Tidak
ROSC Total
Variabel bebas ROSC P-Value
n % n % n %
Riwatyat Ya 9 37,5 15 62,5 24 100
Tidak 13 61,9 8 38,1 21 100 0,102
penyakit
Irama Shock 20 74,1 7 25,9 27 100
Non Shock 2 11,1 16 88,9 18 100 0,000
Jantung
Ya 5 100 0 0 5 100
RJP Mekanik Tidak 17 42,5 23 57,5 40 100 0,015
Advanced Ya 21 72,4 8 27,6 29 100
Tidak 1 6,3 15 93,8 16 100 0,000
Airway

Berdasarkan Tabel 3
merupakan pengujian antara riwayat
penyakit yang menyebabkan risiko
dapat di disimpulkan Ho ditolak
henti jantung dengan terjadinya
dan dapat dikatakan bahwa
ROSC pada pasien henti jantung di
terdapat hubungan antara irama
IGD RSUD Dr Iskak Tulungagung.
jantung dengan terjadinya ROSC
Dengan Uji Koefisien Phy yang
pada pasien henti jantung di IGD
berjumlah 45 pasien didapatkan nilai
RSUD Dr Iskak Tulungagung.
p-value 0,102 lebih dari alpha 5%.
Pengujian antara penggunaan
Sehingga dapat disimpulkan Ho
RJP mekanik dengan terjadinya
diterima dan dikatakan bahwa tidak
ROSC pada pasien henti jantung di
terdapat hubungan antara riwayat
IGD RSUD Dr Iskak Tulungagung
penyakit yang menyebabkan risiko
dengan Uji Koefisien Phy yang
henti jantung dengan terjadinya
berjumlah 45 pasien didapatkan nilai
ROSC pada pasien henti jantung di
signifikansi 0,015 kurang dari alpha
IGD RSUD Dr Iskak Tulungagung.
5%. Sehingga dapat disimpulkan Ho
Riwayat penyakit yang berhubungan
ditolak dan dapat dikatakan bahwa
dengan terjadinya ROSC pada henti
terdapat hubungan antara
jantung adalah diabetes militus,
penggunaan RJP mekanik dengan
penyakit ginjal, stroke, penyakit
terjadinya ROSC pada pasien henti
jantung, hipertensi, hiperlipidemia,
jantung di IGD RSUD Dr Iskak
dan lain-lain.
Tulungagung.
Pengujian antara irama
Pengujian antara penggunaan
jantung dengan terjadinya ROSC
advanced airway sebelum ROSC
pada pasien henti jantung di IGD
dengan terjadinya ROSC pada pasien
RSUD Dr Iskak Tulungagung
henti jantung dengan Uji Koefisien
dengan Uji Koefisien Phy yang
Phy yang berjumlah 45 pasien
didapatkan nilai signifikansi 0,000 henti jantung dengan terjadinya
kurang dari alpha 5%. Sehingga dapat di ROSC pada henti jantung.
disimpulkan Ho ditolak dan dapat Sebagian besar pasien
dikatakan bahwa terdapat hubungan memiliki riwayat penyakit yang
antara pemasangan advanced airway menyebabkan risiko henti jantung
sebelum ROSC dengan terjadinya ROSC (53,5%). Riwayat penyakit yang
pada pasien henti jantung. menyebabkan risiko henti jantung di
IGD RSUD Dr Iskak Tulungagung
seperti penyakit jantung, stroke,
hipertensi, penyakit ginjal, diabetes
militus, hiperlipidemia, dan penyakit
lain.
Tabel 4. Faktor Yang Paling Berhubungan Dengan Terjadinya ROSC Pada
Pasien Henti Jantung Di IGD RSUD Dr Iskak Tulungagung
95,0 C.I.for EXP (B)
B Sig Exp Lower Upper
(B)
Irama Jantung -2.187 .026 .112 .016 .773
RJP Mekanik -19.859 .999 .000 .000 .
Advaced Airway -2.775 .20 .062 .006 .645
Constant 3.462 31.895 31.895
Berdasarkan tabel 4 dapat
dilihat bahwa variabel yang
berhubungan dengan terjadinya
ROSC pada henti jantung adalah Penelitian yang dilakukan di
irama jantung, advanced airway, India menyatakan bahwa jumlah
penggunaan RJP mekanik. Urutan pasien yang paling banyak selamat
kekuatan hubungan dari ketiga dari henti jantung adalah pasien yang
variabel ini dapat dilihat dari nilai mendapatkan pertolongan RJP sedini
Odds Ratio (OR) nilai Exp (B). mungkin. Selain itu tidak memiliki
Sedangkan variabel yang mempunyai riwayat penyakit yang menyebabkan
hubungan paling kuat adalah irama risiko henti jantung (Fredrikson et al,
jantung dengan OR 0,112. 2003).
Berdasarkan hasil analisis dari
Pembahasan 45 pasien didapatkan bahwa irama
jantung yang berhubungan dengan
Berdasarkan hasil analisis 45 terjadinya ROSC pada henti jantung
pasien didapatkan bahwa riwayat di IGD RSUD Dr Iskak Tulungagung
penyakit yang menyebabkan risiko p 0,000 < 0,05 dapat disimpulkan
henti jantung yang berhubungan bahwa terdapat hubungan signifikan
dengan terjadinya ROSC pada henti antara irama jantung dengan
jantung di IGD RSUD Dr Iskak terjadinya ROSC pada henti jantung.
Tulungagung p 0,102 > 0,05 dapat Sebagian besar pasien
disimpulkan bahwa tidak didapatkan memiliki irama jantung shockable
hubungan signifikan antara riwayat (VT/VF) adalah 60%. Pasien yang
penyakit yang menyebabkan risiko memiliki irama jantung shockable
(VT/VF) yang terjadi ROSC
sebanyak (71,4%) dan pasien yang
memiliki irama jantung non dibandingkan dengan RJP manual.
shockable (PEA/asistole) yang tidak Autopulse juga meminimalkan ada
terjadi ROSC sebanyak (88,9%). aliran waktu. Pada saat
Irama jantung yang terjadi di IGD menggunakan autopulse irama dan
RSUD Dr Iskak Tulungagung pada kedalaman tekanan sudah ditentukan
pasien henti jantung seperti dengan baik (Oudin et al, 2006).
shockable (VT/VF) dan non Berdasarkan hasil analisis
shockable (PEA/asistole). dari 45 pasien didapatkan bahwa
Pasien yang memiliki irama hubungan pemasangan advanced
shockable memiliki harapan hidup airway sebelum ROSC dengan
lebih tinggi dari pada non shockable. terjadinya ROSC pada pasien henti
Pasien yang memiliki irama jantung jantung di IGD RSUD Dr Iskak
shockable akan mudah terjadi ROSC Tulungagung didapatkan p 0,000
dibandingkan pasien yang memiliki < 0,05 artinya terdapat hubungan
irama jantung non shockable antara pemasangan advanced airway
(Neumar et al, 2010). sebelum ROSC dengan terjadinya
Berdasarkan hasil analisis ROSC pada pasien henti jantung.
dari 45 pasien didapatkan bahwa Pasien yang menggunakan advanced
hubungan RJP mekanik dengan airway yang terjadi ROSC
terjadinya ROSC pada pasien henti sebanyak 72,4% dan pasien yang
jantung di IGD RSUD Dr Iskak tidak menggunakan advanced airway
Tulungagung didapatkan p 0,015 yang terjadi ROSC sebanyak 6,3%.
< 0,05 artinya terdapat hubungan Alat yang sering digunakan sebagai
antara penggunaan RJP mekanik advanced airway di IGD RSUD Dr
dengan terjadinya ROSC pada henti Iskak Tulungagung adalah ETT.
jantung. Pasien yang diberikan RJP Pasien dengan kekurangan
mekanik yang terjadi ROSC oksigen memerlukan pertolongan
sebanyak (100%) dan pasien yang segera (Dorges et al, 2003).
tidak diberikan RJP mekanik yang Penggunaan advanced airway
terjadi ROSC sebanyak 42,5%. RJP sebaiknya dipasang pada saat pasien
mekanik yang digunakan di RSUD terjadi henti jantung karena dapat
Dr Iskak Tulungagung adalah meningkatkan kehidupan pasien
autopulse. lebih tinggi saat membutuhkan
National Center for oksigen dibandingkan setelah terjadi
Biotechnology Information (NCBI) ROSC. Pembebasan jalan nafas
di Amerika Serikat melakukan dilakukan bila penggunaan tanpa alat
penelitian lebih lanjut tentang tidak berhasil dengan sempurna atau
pengaruh autopulse dalam antisipasi pasien memerlukan bantuan untuk
serangan jantung. Hasilnya setelah mempertahankan jalan nafas dalam
melibatkan 29 pasien, yang mana jangka waktu yang lama (Robert,
semuanya adalah pasien penyakit 2005).
jantung, NCBI menyimpulkan bahwa Faktor yang berhubungan
autopulse mampu meningkatkan dengan terjadinya ROSC pada henti
tekanan darah diastolik lebih besar jantung di IGD adalah riwayat
dibandingkan melakukan kompresi penyakit penyebab risiko henti
manual pada dada (Ornato et al, jantung, irama jantung saat tiba di
2005). Autopulse meningkatkan IGD (shockable atau non shockable),
terjadinya ROSC lebih cepat 35%
RJP mekanik, pemasangan advanced ROSC dari pada irama non
airway. shockable (PEA/asistole).
Hasil analisis didapatkan Kondisi irama jantung dalam
bahwa secara berurutan dari yang keadaan shockable jika tidak
paling tinggi ke yang paling rendah dilakukan pertolongan dengan
faktor yang berhubungan dengan segera maka akan jatuh pada
terjadinya ROSC pada henti jantung kondisi asistole.
di IGD RSUD Dr Iskak Tulungagung 3. Penggunaan RJP mekanik sangat
dari 45 pasien adalah irama jantung diperlukan pada pasien henti
(OR 0,112), pemasangan advanced jantung, karena pada pasien
airway sebelum ROSC (OR 0,062), yang dilakukan RJP mekanik
dan penggunaan RJP mekanik (OR memiliki harapan terjadi ROSC
0,000). Sedangkan faktor yang lebih tinggi dari pada RJP
paling berhubungan dengan manual. Penggunaan RJP
terjadinya ROSC pada henti jantung Mekanik (auto pulse)
adalah irama jantung. meningkatkan terjadinya ROSC
Dari hasil penelitian dapat lebih cepat 35% dibandingkan
disimpulkan bahwa dari 45 pasien dengan RJP manual. Pada saat
terdapat hubungan signifikan antara penggunaan RJP mekanik irama
irama jantung, pemasangan dan kedalaman sudah ditentukan
advanced airway sebelum ROSC, dengan baik sehingga tidak
dan RJP mekanik dengan terjadinya menurunkan kualitas RJP.
ROSC pada henti jantung. 4. Pemasangan advanced airway
Berdasarkan penelitian ini variabel sebelum terjadi ROSC
yang paling berhubungan adalah meningkatkan kehidupan pasien
irama jantung, dapat diartikan bahwa lebih tinggi dari pada setelah
dengan adanya irama jantung maka terjadi ROSC atau tidak dipasang
semakin banyak tindakan yang bisa advanced airway. Rantai
dilakukan untuk meningkatkan kehidupan pada pasien henti
terjadinya ROSC. jantung mengindikasikan
dipasang advanced airway
KESIMPULAN DAN SARAN sebelum terjadi ROSC dengan
segera untuk membebaskan jalan
Kesimpulan nafas agar adekuat dalam jangka
1. Pasien yang memiliki riwayat waktu lama.
penyakit penyebab risiko henti 5. Irama jantung merupakan
jantung akan sulit terjadi ROSC. variabel yang paling
Pasien yang tidak memiliki berhubungan dengan terjadinya
riwayat penyakit yang ROSC, karena irama jantung
menyebabkan risiko henti shockable atau non shockable
jantung sebagian besar terjadi saat terjadi henti jantung
ROSC. mempengaruhi tindakan yang
2. Irama jantung mempengaruhi akan dilakukan seperti RJP,
terhadap terjadinya ROSC pada pemasangan advanced airway,
henti jantung. Pasien yang dan tindakan lainnya.
memiliki irama jantung
shockable (VT/VF) memiliki Saran
harapan lebih tinggi terjadi
Berikut ini adalah saran - Association Circulation; 122:
saran yang dapat digunakan untuk 685-705.
memperkuat dan memperbaiki hasil
penelitian ini: Dorgoes, V., Steffy, L., Marry, A.,
1. Memberikan pertolongan dengan Rhogen, G., Jan, H. 2013.
segera ketika mengetahui pasien Tidal Volumes With Room-Air
terjadi henti jantung dapat Are Not Sufficient to Ensure
meminimalkan kondisi irama Adequate Oxygenation During
jantung shockable menjadi asistole. Bag Valve Mask Ventilation.
2. Pada saat terjadi henti jantung Resuscitation; 44: 37-41.
gunakan RJP mekanik. RJP
mekanik di buat high quality RJP, Fredrikson, M., Herlit, J., Nichol, G.
sehingga meminimalkan 2003. Variation in Outcome in
kelelahan saat menolong pasien Studies of-Out Hospital
henti jantung. Cardiac Arrest: a Review of
3. Ketika terjadi henti jantung segera Studies Conforming to the
pasang advanced airway karena Utstein Guidelines. Am J
dengan memasang advanced Emerg Med; 21: 276–281.
airway mencegah terjadinya
penyumbatan jalan nafas. Goldbelger. 2012. Duration of
4. Hindari konsumsi makanan Resuscitation Efforts and
yang tidak sehat dan pola Survival After in Hospital
hidup yang tidak baik yang Cardiac Arrest. An
dilakukan pasien seperti Observational Study. 320; 76-
merokok, konsumsi alkohol 84.
yang menyebabkan risiko
penyakit penyebab terjadinya Lenjani, B., Kuntz, S., Pamela, F.,
henti jantung. Kristine, Q., Linda, S. 2014.
Cardiac Arrest-
Cardiopulmonary
DAFTAR PUSTAKA Resuscitation. Journal of Acute
Aehlert, B., Catharine, J., Rita. 2007. Desease; 14: 2221-6189.
The Benefits and Use of
Shock Advisory Defibrillators Meaney, P.A, Lavigne, F., Thouret,
in Hospital. International J., Voight, B. 2010. Rhytms
Journal of Nursing Practice; and Outcomes of Adult in
10: 86-92. Hospital Cardiac Arrest. Crit
Care Med; 38: 101-108.
Berg, R., Hemphill, R., Abella, B.,
Aufderheide, T., Mary Fran, H. Neumar, R.W., Charles, W., Mark,
2010. American Heart S., Steven, L., Michael, S.
Association Guidelines for 2010. Part 8 Adult Advanced
Cardiopulmonary Cardiovascular Life Support
Resuscitation and Emergency 2010 American Heart
Cardiovascular Care. Journal Association Guidelines for
of the American Heart Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care. Journal
of the American Heart possible measures to improve
Circulation; (110.770913): survival. Intensive Care Med;
S729-S767. 33: 237-245.

Oudin, A., Aria, F., Salem. 2006. Shin, D., Cho, J., Ong, M.E.H.,
"Use of an Automated, Load- Tanaka, H., Nishiuci, T. 2013.
Distributing Band Chest Comparison Of Emergency
Compression Device for Out- Medical Service Systems in the
of-Hospital Cardiac Arrest Pan Asian Resuscitation
Resuscitation. JAMA; 295: Outcomes Study (PAROS)
2629-2637. countries: Report from a
Literature Review and Survey.
Ong, M.E.H., Sang, D.S, Tanaka, H., Emergency Medicine
Matthew, H., Khruekarnchana, Australasia; 25: 56-65.
P. 2011. Pan Asian
Resuscitation Outcomes Study Song, V., Cruz, G., Acosta, P.,
(PAROS): Rationale, Huerta, L. 2009. Basic Cardiac
Methodology, and Life Support Education for non
Implementation. Academic Medical Hospital Employess.
Emergency Medicine; 18: 890- Emergency Medical Journal;
897. 26: 327-330.

Ornato, J., Lyon, R., Robertson, C., Suharsono, T., & Ningsih, D. 2012.
Clegg, G. 2005. Improvement Penatalaksanaan Henti
in Field Return of Spontaneous Jantung di Luar Rumah Sakit.
Circulation Using Malang: UMM Press.
Circumferential Chest
Compression Travers, A.H., Thomas, D., Bobrow,
Cardiopulmonary B., Edelson, D., Berg, R.,
Resuscitation. Prehospital Sayre, M. 2010. Part 4:
Emergency Care; 9: 109-120. Cardiopulmonary
Resuscitation Overview :
Robert, K. 2005. The American Heart Association
Nasopharyngeal Airway: Guidelines for
Dispelling Myths and Cardiopulmonary
Establishing the Facts. Resuscitation and Emergency
Emergency Med Journal; 6: Cardiovascular Care. Journal
94-120. of the American Heart
Circulation: S686-S674.
Salcido, M., Stephenson, A., Condle,
J. 2010. Predictors of ROSC in Vanden, H., Morrison, L., Shuster,
Witnessed Aeromedical M., Donnino, M,, Sinz, M.,
Cardiac Arrest. 30: 156-167. Lavonas, E. 2010. Part 12
Cardiac Arrest in Special
Sandroni, C., Nolan, J., Cavallaro, Situation 2010 American Heart
F., Antonelli, M. 2007. In- Association Guidelines for
hospital cardiac arrest: Cardiopulmonary
incidence, prognosis and Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care. Journal
of the American Heart
Circulation (110.971069):
S829-S861.

Potrebbero piacerti anche