Sei sulla pagina 1di 16

HOLISTIK, Tahun XI No.

22 / Juli - Desember 2018

RUMAH ADAT “TONGKONAN” ORANG TORAJA


KABUPATEN TANA TORAJA PROPINSI SULAWESI SELATAN

Oleh :
Marcelina Sanda Lebang Pakan 1

Maria Heny Pratiknjo 2 Welly E. Mamosey 3

ABSTRACT

The Toraja people create a House that is not separated from the State of the
economy apart from the family, but that, too, there are still other factors that
determine the shape of their home i.e. level socio. They know there are three
levels of social layer i.e. the aristocracy occupied a high status in society, the
middle class is called to makaka independent i.e. not controlled by the nobility,
and the earthy i.e. they called kaunan equivalent of slave society. The House
of independence that makes custom homes and occupy Tongkonan.
Custom homes called Tongkonan houses gathered i.e. Regent custom to sit
with military duty. Tongkonan houses there are three kinds in accordance with
its function before entering a new Government system to Tana Toraja by
Netherlands East Indies Government namely Tongkonan Layuk functions as
the center of custom events, and drafting Community rules also place Center
of religious activities, Tongkonan Keparangngesan functions as a Center for
the implementation of customs and customs violations sanctions that occur
in society. Tongkonan Paparuan functions as the central activity of the family
members of the owner's Tongkonan perceived like a wedding ceremony, a
Thanksgiving, as well as the place of execution of the funerals of the dead.
The third function of the Tongkonan above this has undergone a change with
the influx of Netherlands Indies government system so that all the Affairs of
indigenous power diahlikan to the new pemrintahan system. Also the
inclusion of the Gospel by the missionary Agency Zending Netherlands
Netherlands from the land in the early 20th century (1912) concerns the
religious ceremony so that redirected to the belief system of Christianity..

Keywords: tongkonan, House, Toraja

1
Mahasiswa Antropologi Fispol Unsrat
2
Pembimbing Skripsi 1
3
Pembimbing Skripsi 2

1
PENDAHULUAN tidur keluarga, dan ruang depan
Kebutuhan dasar bagi manusia digunakan sebagai tempat me-
dalam keberlanjutan hidupnya nyimpan benda pusaka yang
biasa diungkapkan dengan kata, dimiliki secara turun temurun
sandang, pangan, dan papan. Kata biasanya terbuat dari emas, perak
sandang dapat dipahami dalam dan juga perunggu, selain benda
pengertian yang mengarah pada pusaka dapat juga dipakai untuk
penutup tubuh atau pakaian dan menyimpan harta keluarga yang
pangan yaitu menyangkut maka- mendiami rumah Tongkonan.
nan sedang kata papan menunjuk Dengan sifatnya yang demikian,
pada tempat berlindung atau Tongkonan dapat dilihat dari
rumah. Semenjak manusia tidak beberapa fungsi, antara lain pusat
lagi mengembara dari satu tempat budaya, sebagai tempat tinggal,
ketempat lain, dengan kata lain pembinaan peraturan keluarga,
mereka sudah hidup menetap sehingga fungsi Tongkonan tidak-
dibangunlah tempat untuk lah sekedar sebagai tempat duduk
berlindung yaitu rumah yang bersama. Lebih luas lagi fungsi
terbuat dari kayu. Tongkonan meliputi segala aspek
Tongkonan adalah rumah adat kehidupan masyarakat Toraja.
orang Toraja, yang merupakan Apabila dikaitkan dengan upacara-
tempat tinggal, kekuasaan adat, upacara yang menyangkut dengan
dan perkembangan kehidupan sistem kepercayaan mereka dahulu
sosial budaya orang Toraja. yang disebut Aluk Todolo. Aluk
Tongkonan tidak bisa dimiliki oleh Todolo merupakan sistem keper-
perseorangan, melainkan dimiliki cayaan pada orang Toraja yang
secara komunal dan turun temurun sudah dimiliki secara turun
oleh keluarga atau marga Suku temurun sejak dari nenek moyang
Tana Toraja. Bagi orang Toraja mereka, yang dipahami sebagai
Tongkonan dibagi menjadi tiga aturan-aturan yang sarat dengan
bagian yaitu ruang depan, ruang keagamaan, yang berfungsi me-
tengah dan ruang belakang dan ngatur perjalanan kehidupan
untuk melakukan aktifitas me- seseorang maupun kelompok
masak digunakan ruang tengah masyarakat. Upacara yang me-
sekaligus ruang untuk makan, nyangkut Aluk Todolo dibagi dalam
ruang belakang sebagai tempat dua bagian yaitu aluk rambu tuka’

2
HOLISTIK, Tahun XI No. 22 / Juli - Desember 2018

menyangkut hal yang menggembi- dinding rumah. Keseluruhan atap


rakan atau suka cita, dan aluk dibuat dari bambu, dipotong
rambu solo’ meliputi hal-hal yang sesuai dengan ukuran yang
berduka cita antara lain upacara dibutuhkan kemudian disusun
kematian dilaksanakan di rumah menjadi atap. Dinding rumah
Tongkonan (Tangdilintin:1975). Tongkonan yang sudah sangat tua
Dalam kenyataan sekarang ini ukirannya nampak sederhana,
rumah Tongkonan tidak lagi dinding dan tiang tidak sepenuh-
dijadikan rumah tempat tinggal nya di ukir.
tetapi sudah tidak dihuni lagi oleh Rumah Tongkonan yang di
karena setiap keluarga yang renovasi tetap mengikuti bentuk
mendiami Tongkonan pada umum- asli, namun ada beberapa bagian
nya telah membangun rumah yang sudah mengalami perubahan.
tinggal sendiri. Mereka mem- Atapnya tidak lagi dibuat dari
bangun rumah tinggal di sebelah bambu tetapi sudah diganti
barat Tongkonan jika lokasi masih dengan atap seng. Begitu pula
tersedia. Seiring dengan perkem- dengan dinding rumah tetap
bangan teknologi dan ilmu terbuat dari kayu namun ukirannya
pengetahuan, orang Toraja tidak sudah nampak penuh demikian
lagi mengutamakan membangun juga tiang utama, depan dan
atau mendirikan rumah Tongkonan belakang pun sudah diukir. Di
seperti bentuk rumah asli yang dalam ruang tengah yang dulunya
secara turun temurun mereka ada dapur untuk memasak
miliki. Ada kecenderungan rumah sekarang sudah ditiadakan. Biaya
adat di bangun dengan mengikuti untuk merenovasi rumah Tong-
perkembangan teknologi dewasa konan keseluruhannya membutuh-
ini sehingga bentuk asli mengalami kan uang yang jumlahnya sangat
perubahan. banyak kurang lebih Rp 1 Miliar.
Ada beberapa rumah Tong- Keadaan sekarang sekalipun
konan yang sudah ratusan tahun Tongkonan sudah di renovasi atau
usianya, hingga bahan bangunan- dibangun kembali tetap tidak
nya hampir lapuk dan rusak. digunakan sebagai rumah tinggal
Rumah yang asli, nampaknya oleh keluarga memiliki Tongkonan.
sangat sederhana, dibuat dari Namun hanya sekarang digunakan
bahan kayu untuk tiang, lantai dan untuk menerima tamu.

3
KONSEP TONGKONAN itu Tongkonan juga berfungsi
Pengertian kata Tongkonan sebagai tempat membicarakan dan
menurut Said (2004:49), kata memutuskan aturan-aturan dalam
Tongkonan terdiri dari kata masyarakat yang mengatur hubu-
“tongkon” yang berarti duduk, ngan interaksi sosial, juga pusat
mendapat akhiran “an” menjadi pembinaan tentang gotong
Tongkonan artinya tempat duduk royong, tolong menolong dan
yang mengandung pengertian lainnya.
tempat duduk bersama-sama
KONSEP PERUBAHAN
anggota yang terhimpun untuk KEBUDAYAAN
menjadi suatu kelompok individu Setiap masyarakat pasti
yang berasal dari satu keturunan. mengalami perubahan. Perubahan
Kelompok yang dimaksudkan yang dimaksud dapat berupa
adalah suatu rumpun keluarga perubahan nilai-nilai sosial, pola-
yang di ikat oleh suatu ikatan satu pola perilaku, organisasi, susunan
keturunan atau merasa berasal dari lembaga kemasyarakatan, lapisan-
satu keluarga sehingga rumpun lapisan dalam masyarakat, kekua-
keluarga ini merasa perlu saan dan wewenang, interaksi
membangun rumah yang meru- sosial dan sebagainya. Begitu
pakan simbol kesatuan rumpun luasnya bidang perubahan itu
tersebut dan rumah itu disebut sehingga lebih dahulu harus
“Tongkonan”. dipahami tentang perubahan yang
Menurut St. Hadidjah Sultan, dimaksud yaitu perubahan kebu-
Karina Masya Sari tahun 2014, dayaan. Banyak penyebab peru-
sebuah Tongkonan tidak hanya bahan dalam masyarakat ilmu
sebagai tempat hunian semata tapi pengetahuan (mental manusia)
juga mengandung fungsi dan penyebaran unsur-unsur kebuda-
makna yang bersumber dari filosofi yaan (difusi) melalui kemajuan
orang Toraja, fungsi Tongkonan teknologi serta penggunaannya
bagi orang Toraja sebagai tempat oleh masyarakat, komunikasi dan
rumpun keluarga dalam melak- transportasi, urbanisasi, atau
sanakan upacara-upacara yang peningkatan harapan dan tuntutan
berkaitan dengan sistem keper- manusia. Semua ini mempengaruhi
cayaan, sistem kekerabatan, sistem dan mempunyai akibat dalam
kemasyarakatan dan lainnya selain masyarakat, yaitu perubahan

4
HOLISTIK, Tahun XI No. 22 / Juli - Desember 2018

masyarakat melalui kejutan hubungan sosial. Misalnya sistem


karenanya terjadilah perubahan kekerabatan, sistem politik, ke-
masyarakat yang biasa disebut kuatan dan lain-lain. Perubahan
rapid social change (Astrid S. tersebut terjadi karena akibat
Susanto, 1983:157). adanya pembangunan dalam
Orang Toraja menyadari bahwa berbagai bidang. Adapun konsep
adat istiadat yang dimilikinya perubahan kebudayaan menurut
merupakan perwujudan diri dari Sjafri Sairin (2002:6-7), bahwa
masyarakat, sekaligus menghadapi kebudayaan selalu mengalami
perubahan yang sedang terjadi. perubahan dari waktu ke waktu.
Koentjaraningrat (2000:2) menge- Lambat atau cepatnya perubahan
mukakan bahwa perubahan yang itu tergantung dari dinamika
dialami oleh suatu masyarakat masyarakat itu sendiri. Oleh karena
dipengaruhi oleh sistem nilai itu, berubah adalah sifat utama dari
budaya, karena nilai budaya kebudayaan. Kebudayaan selalu
berfungsi sebagai pedoman berubah menyesuaikan diri dengan
tertinggi bagi kelakuan manusia. munculnya gagasan baru pada
Sistem nilai budaya terdiri dari masyarakat pendukung kebuda-
konsep-konsep yang dalam alam yaan itu. Munculnya perubahan
pikiran sebagian besar warga dapat terjadi akibat pengaruh
masyarakat, mengenai hal-hal faktor internal yang muncul dari
yang dianggap berguna dalam dinamika yang tumbuh dalam
hidupnya. kehidupan masyarakat pendukung
Selanjutnya Suparlan dalam kebudayaan itu sendiri, atau akibat
Manorek, dkk (1999) menyebut pengaruh yang berasal dari luar
bahwa perubahan kebudayaan masyarakat.
adalah perubahan yang terjadi Selanjutnya menurut Sairin
dalam sistem ide yang dimiliki (2002), umumnya para ahli sepakat
bersama oleh sejumlah warga untuk mengkategorikan
masyarakat, misalnya aturan- masyarakat Indonesia sebagai
aturan, adat-istiadat, rasa, keinda- masyarakat yang sedang berada
han, bahasa termasuk juga upacara dalam keadaan transisional.
tradisional, sedangkan perubahan Masyarakat Indonesia sekarang
dalam sosial adalah perubahan bergerak dari masyarakat agraris
dalam struktur sosial dan pola-pola tradisional yang penuh dengan

5
nuansa spiritualistik menuju Tongkonan. Dalam gambaran
masyarakat industrial modern yang mereka Tongkonan sebuah bentuk
materialistik. Oleh karenanya, bangunan rumah yang dindingnya
konsep kebudayaan yang pas diukir dan atapnya berbentuk
untuk digunakan dalam penelitian perahu. Namun pemahaman
ini adalah mendefinisikan kebu- umum tersebut berbeda halnya
dayaan sebagai sistem penge- dikalangan orang Toraja. Ada
tahuan, gagasan, ide yang dimiliki beberapa pemahaman berasal dari
oleh suatu kelompok masyarakat tokoh masyarakat, tokoh adat,
yang berfungsi sebagai landasan tokoh gereja maupun dari anggota
pijak dan pedoman bagi masyarakat antara lain:
masyarakat itu dalam bersikap dan a. Bahwa Tongkonan adalah
berperilaku dalam lingkungan tempat duduk bersama atau
alam dan sosial di tempat mereka kedudukan rumah pusaka
berada. dimiliki secara turun-temurun.
Secara filosofis Tongkonan b. Bahwa Tongkonan adalah
selalu bertolak pada falsafah tempat bermusyawarah atau
kehidupan yang diambil dari ajaran balai pertemuan keluarga yang
Aluk Todolo, dimana bangunan lahir dan berketurunan dari
rumah adat mempunyai makna Tongkonan tersebut sekalipun
dan arti dalam semua proses keturunan mereka berada di
kehidupan masyarakat Toraja. luar Toraja (diperantauan).
Perpaduan teknologi dan kons- c. Bahwa rumah Tongkonan itu
truksi atap berbentuk perahu rumah adat yang atapnya
dengan susunan bambu menjadi berbentuk perahu terbalik,
ciri khas rumah tradisional orang dinding yang terbuat dari kayu
Toraja. yang diukir. Setiap ukiran itu
berorientasi pada simbol-
PEMAHAMAN TENTANG
simbol bentuk alam sekitar dan
TONGKONAN
simbol-simbol tersebut
Bagi masyarakat umum (di luar
mengandung makna yang
Toraja), dan yang ditulis di buku
merupakan doa dan harapan
pelajaran IPS di sekolah memiliki
menjalani hidup berdasarkan
pemahaman sendiri tentang
sistem kepercayaan mereka.
Rumah Adat Toraja yang disebut

6
HOLISTIK, Tahun XI No. 22 / Juli - Desember 2018

d. Bahwa Tongkonan merupakan disebut kale banua. Dahulu Sulluk


pusat kebudayaan orang Toraja Banua ini berfungsi sebagai
yang ada kemiripan seperti kandang kerbau, yaitu kerbau
keraton di Jawa atau istana pilihan memiliki tipe yang dinilai
kerajaan. oleh masyarakat menunjuk pada
e. Bahwa Tongkonan yang status derajat sosial yang tinggi.
merupakan lembaga yang Sekarang Sulluk Banua Tongkonan
mengatur kehidupan masya- tidak lagi digunakan sebagai
rakat yang di dalamnya ada kandang kerbau karena orang
yang mereka sebut Aluk dan Toraja sudah memahami mengenai
pemali yang artinya aturan dan kebersihan lingkungan akibat
pantangan, atau larangan. Aluk kotoran kerbau sehingga kolong
adalah segala tata tertib rumah tidak lagi berfungsi sebagai
kebiasaan-kebiasaan, tradisi kandang kerbau.
dan ketentuan adat yang b. Badan rumah (kale banua)
berdasarkan ketentuan dari Badan rumah (kale Banua) yang
langit aluk sanda pitunna di topang oleh tiang-tiang meru-
beserta sanksinya (Kobong T. pakan pusat kegiatan menyangkut
2008), juga selanjutnya Aluk aspek mata pencaharian hidup
adalah pandangan hidup yang menyangkut aktivitas sehari-hari,
holistik bagi orang Toraja yang penyelenggaraan upacara-upacara
memanifestasikan diri didalam dalam sistem kepercayaan, tempat
adat sebagai cara hidup. musyawarah keluarga besar
pemilik Tongkonan. Kale banua
BENTUK RUMAH ADAT
TONGKONAN DAN KEGUNAAN- tersebut terbagi atas tiga bagian
NYA yaitu Tangdo’ yang merupakan
Berdasarkan pandangan agama ruang depan, dulunya berfungsi
leluhur orang Toraja yaitu Aluk sebagai tempat istirahat, menya-
Todolo struktur Tongkonan terbagi jikan kurban persembahan kepada
atas tiga bagian utama yaitu: leluhur, sali adalah bagian bilik
a. Bagian bawah(sulluk banua) tengah yang lebih rendah dari
Bagian bawah disebut Sulluk tangdo’ yang berfungsi sebagai
Banua merupakan kolong rumah tempat tidur keluarga dan dapur,
yang di kelilingi oleh tiang-tiang tempat pertemuan keluarga, dan
menopang badan rumah yang ruang makan, sumbung adalah

7
bagian bilik belakang yang sebagai tempat menyimpan benda
lantainya juga lebih tinggi dari sali pusaka berupa pedang, keris,
dan tangdo’ yang berfungsi tombak dan lain sebagainya.
sebagai tempat tidur keluarga inti. Dinding rumah Tongkonan di
Sekarang keluarga yang menghuni buat dari kayu yang telah diolah
Tongkonan membangun rumah menjadi papan. dinding papan
tinggal dengan mengikuti model tersebut diberi ukiran yang pada
rumah yang ada sekarang. Semua dasarnya terdiri dari empat ukiran
aktivitas sehari-hari dilaksanakan utama dalam budaya Toraja.
di rumah tinggal yang baru Ukiran pada dinding rumah disebut
dibangun, kemudian ritual yang passura’ yang memadati seluruh
menyangkut Aluk Todolo semua badan atau dinding rumah. Ukiran
sudah ditinggalkan sebab mereka pada rumah adat Toraja
menganut ajaran Aluk Ba’ru dalam (tongkonan) masing-masing mem-
hal ini ajaran Agama Kristen yang punyai arti dan penempatannya
berpusat di rumah ibadah yaitu yang mempunyai aturan-aturan
Gereja. Fungsi tempat musyawarah yang tetap. Empat bentuk dasar
keluarga besar pemilik Tongkonan utama ukiran rumah tongkonan:
telah diahlikan ke musyawarah a. Passura’ pa’ manuk Londang;
oleh pemerintah setempat di balai yaitu ukiran yang berbentuk
desa. ayam jantan, biasanya terdapat
c. Bagian Atas (rattiang banua) pada bagian muka dan
Bagian atas (rattiang banua) belakang rumah adat Toraja
merupakan atap rumah yang pada papan atas berbentuk
menutupi seluruh rumah (loteng) segitiga menutupi Rattiang
yang dulunya terbuat dari bambu banua. Biasanya ukiran ayam
dan mempunyai bentuk khas jantan diletakkan di atas ukiran
seperti perahu memanjang dan pa’ barre allo. Makna dari ukiran
kedua ujungnya membentuk ini adalah melambangkan
lengkungan yang mempunyai kepemimpinan yang arif dan
kesamaan dengan garis lengkung bijaksana, dapat dipercaya oleh
lunas perahu. Bagi orang Toraja karena memiliki kemampuan
rattiang banua difungsikan sebagai dalam kebajikan, pemahaman
tempat menyimpan kain, selain dan intuisinya tepat serta selalu
tangdo’ rattiang juga di fungsikan mengatakan apa yang benar.

8
HOLISTIK, Tahun XI No. 22 / Juli - Desember 2018

b. Passura’ pa’ Barre Allo; yaitu Selain ukiran-ukiran pada


ukiran yang menyerupai dinding depan rumah dihiasi oleh
bulatan matahari. Jenis ukiran kepala kerbau yang dibuat dari
ini banyak di temukan pada kayu dengan memakai tanduk
rattiang banua bagian muka kerbau asli. Hiasan ini disebut
dan bagian belakang rumah. kabongo’. Diatas kabongo’
Makna dari ukiran adalah diletakkan hiasan berbentuk kepala
percaya bahwa sumber sampai di leher seekor ayam jantan
kehidupan dan segala sesuatu seolah-olah bertengger di atas
yang ada di dunia ini berasal kabongo’. Hiasan ini di beri nama
dari Puang Matua (Tuhan Yang seekor ayam jantan yang disebut
Maha Esa), selain itu pemilik katik.
Tongkonan mempunyai kedu- Selain rumah adat, orang Toraja
dukan yang memiliki status mengenal tiga jenis Tongkonan
yang tinggi dalam lapisan sosial dan fungsinya menurut peran
di masyarakat Toraja. adatnya, walaupun bentuknya
c. Passura pa’ Tedong; yaitu ukiran sama yakni:
yang berbentuk kepala kerbau a. Tongkonan Layuk (Pesio’ Aluk)
di ukir pada dinding penyangga yang kegunaannya sebagai
badan rumah. Makna dari pusat kekuasaan adat, dan
ukiran ini adalah kerbau yang tempat untuk bermusyawarah,
merupakan hewan yang paling menyusun aluk sola pemali
tinggi nilai sosial yang (aturan dan larangan) dihuni
menunjuk pada status sosial. oleh kepala Adat.
Untuk itu bagi orang Toraja b. Tongkonan kaparengngesan
kerbau dijadikan standar atau (pekaindoran/pekanberan)
ukuran dari semua harta kegunaannya sebagai tempat
kekayaan melaksanakan pemerintahan
d. Passura pa’ sussu’; yaitu ukiran adat berdasarkan aturan dari
garis vertikal dan horisontal Tongkonan layuk (pesio’ aluk),
bentuk ukiran tidak diberi juga tempat mengadili
warna pada galian ujung pisau seseorang jika melanggar
ukir dan tidak diberi warna. peraturan dan larangan.
c. Tongkonan Parapuan yang
kegunaannya sebagai tempat

9
menunjang, mengatur, serta nanyakan Tongkonan asalnya
membina persatuan keluarga Selanjutnya dikemukakan bahwa
dan warisan. seseorang dalam pola hidup yang
artinya pola pikir diwujudkan
MAKNA RUMAH ADAT
dalam perilaku harus di tempatkan
TONGKONAN
di dalam kerangka dan struktur
Menurut Geertz kebudayaan
yang sudah melembaga di dalam
adalah suatu sistem makna dan
adat, sebab orang adalah bagian
simbol yang disusun dalam
dalam persekutuan komunitas
pengertian-pengertian individu-
yang berakar dalam Tongkonan
individu mendefinisikan dunianya
(Kobong T., 2008).
mengatakan perasaannya menilai
dan menyambungkan sikap PERUBAHAN DAN MAKNA
perilaku menghadapi permasa- RUMAH ADAT TONGKONAN
lahan hidupnya. Disebut juga Perjalanan waktu yang panjang
bahwa kebudayaan menjadi suatu membawa pengaruh besar bagi
pola makna yang diteruskan secara perkembangan kebudayaan dan
historis terwujud dalam simbol- berdampak pada terjadinya
perubahan. Kebudayaan yang
simbol. Demikian pula rumah adat
menjadi pedoman hidup tidak
Togkonan bagi orang Toraja
dapat bertahan seutuhnya pada
memiliki makna yang meng-
saat harus berhadapan dengan
gambarkan nilai-nilai kehidupan
derasnya arus globalisasi oleh
dalam masyarakat Toraja, melalui adanya kemajuan ilmu penge-
ukiran yang mengitari rumah. tahuan dan teknologi masa kini.
Rumah Tongkonan dianggap Semakin hari teknologi semakin
sebagai pusaka warisan dan hak berkembang membuat komunikasi
milik turun temurun. semakin mudah sehingga dapat
Rumah adat Tongkonan yang berpengaruh pada setiap unsur-
sarat dengan ukiran mengandung unsur kehidupan di dunia ini.
Terjadinya hubungan komunikasi
makna yaitu melambangkan status
yang gampang dengan waktu yang
sosial pemilik Tongkonan menem-
cepat menjadi saran terjadinya
pati lapisan atas, seperti untuk
kontak kebudayaan (culture
mengenal latar belakang atau
contact) antara etnis. Kontak
status sosial serta nama marga kebudayaan bukan lagi bukan lagi
seseorang hanya dengan me- hal yang terlalu sulit untuk

10
HOLISTIK, Tahun XI No. 22 / Juli - Desember 2018

dilaksanakan dan tidak lagi ke barat dan upacara seperti ini


menggunakan waktu yang lama dilakukan di rumah adat
terjadi penyebaran unsur-unsur Tongkonan. Upacara keaga-
kebudayaan dari satu etnis ke etnis maan tersebut tidak lagi
yang lain, dari tempat ke tempat dilaksanakan semenjak masuk-
yang lain. Hampir semua nya agama Kristen ke Tana
kebudayaan di dunia ini telah Toraja oleh para penginjil sebab
mengalami perubahan dari bentuk hal seperti itu bertentangan
aslinya. dengan ajaran dalam agama
Fungsi dan makna Tongkonan Kristen dan upacara yang
dengan berjalannya waktu telah dulunya dilaksanakan di atas
telah terjadi perubahan pada pada rumah Tongkonan sekarang
beberapa unsur: dilaksanakan di halaman rumah
a. Fungsi rumah Tongkonan dalam bentuk ajaran agama
sebagai tempat hunian telah Kristen.
ditinggalkan dan pindah meng- c. Kekuatan aturan dan pan-
huni rumah yang dibangun di tangan yang diatur di rumah
sebelah barat Tongkonan. adat Tongkonan sekarang ini
Alasan untuk tidak lagi meng- tidak lagi dilaksanakan sebab
huni rumah adat Tongkonan sudah diatur dalam hukum
diperoleh melalui beberapa yang berlaku di Indonesia.
informan bahwa ruangan dalam d. Peraturan yang menyangkut
rumah adat Tongkonan tidak perkawinan yang tidak lagi
lagi dapat memenuhi kebu- mengikat, seperti kesepakatan
tuhan keluarga karena semakin yang diatur dari rumah
bertambah jumlah anggota Tongkonan untuk menetapkan
keluarga. sangsi terhadap pelaku per-
b. Upacara keagamaan yang ceraian.
dilaksanakan di rumah adat e. Mengenai pelaksanaan aturan
Tongkonan, mereka menyem- yang menyangkut pertanian
bah kepada Dewa di Langit seperti menanam harus
dengan memberi sesajen di- serentak setiap musim me-
lakukan oleh imam yang nanam, menuai dilanjutkan
disebut Tominaa dengan dengan upacara syukuran oleh
menghadap ke timur sedang- kelompok masyarakat di rumah
kan penyembahan kepada Tongkonan disebut makurinni
arwah leluhur mereka dengan yaitu memasak nasi bersama di
memberi sesajen menghadap halaman rumah Tongkonan

11
meletakkan sesajen kepada mengikuti perkembangan yang
Dewa yang disembah. Hal ada sekarang.
seperti ini tidak lagi dilak- FAKTOR PENYEBAB TERJADI-
sanakan di Tongkonan tapi NYA PERUBAHAN FUNGSI DAN
masing-masing memulai MAKNA RUMAH ADAT
ibadah seperti Gereja. TONGKONAN
f. Dalam proses penyebaran Dalam uraian pada sub
unsur-unsur kebudayaan dari sebelumnya mengenai Culture
satu kelompok ke kelompok Contact merupakan salah satu
yang lain atau dari satu tempat penyebab mempengaruhi terja-
ketempat lainnya yang biasa dinya perubahan dalam fungsi dan
disebut difusi tidak dapat makna rumah adat Tongkonan
dibendung melanda masya- pada orang Toraja, selain itu tentu
rakat dapat berpengaruh masih ada beberapa penyebab
membentuk cara berfikir lainnya terutama dengan adanya
kemudian timbul adanya suatu perubahan sistem kepercayaan
bahwa pengakuan bahwa unsur
akibat masuknya agama Kristen ke
baru mempunyai kegunaan dan Tana Toraja. Seperti telah
hidup yang lebih praktis bagi dikemukakan dalam uraian sebe-
mereka (Astrid S. Susanto lumnya bahwa orang Toraja sangat
1983:157). Seperti Injil masuk ke menghormati bahkan meng-
Tana Toraja sehingga bentuk anggap Aluk Todolo sebagai pan-
rumah Tongkonan yang dibuat dangan hidup. Sistem kepercayaan
sejak tahun 2000-an hingga yaitu Aluk Todolo inilah yang
sekarang, mereka membuat dianggap di bawa oleh nenek
rumah dengan dua susun pada
moyang mereka turun dari langit
bagian lantai pertama dengan datang ke bumi dan membangun
mengikuti bentuk sehingga rumah adat seperti yang sudah ada
dibuat dengan beton, beberapa di tempat asalnya di langit.
kamar dilengkapi dengan ruang Aturan serta larangan yang
tamu dan pada bagian diatur melalui musyawarah di
belakang dapur dan toilet. rumah adat Tongkonan yang oleh
Hanya bagian lantai dua yang leluhur orang Toraja disebut Aluk
dibuat dinding rumah dan kayu Todolo. Kepercayaan Aluk Todolo
diukir serta atap berbentuk sangat kental mewarnai kehidupan
perahu dengan atap dari seng. orang Toraja bahkan dianggap
Bentuk rumah Tongkonan sebagai aturan yang harus ditaati,
sehingga apabila terjadi pelang-

12
HOLISTIK, Tahun XI No. 22 / Juli - Desember 2018

garan harus dikenakan sangsi adat hilang. Hal ini disebabkan aturan
yang dijunjung tinggi agar tidak dan larangan dalam ajaran Aluk
terjadi malapetaka dalam sebuah Todolo sangat berbeda atau
masyarakat. Fungsi rumah adat bertolak belakang dengan ajaran
Tongkonan orang Toraja telah dalam Aluk Ba’ru yaitu agama
mengalami perubahan disebabkan Kristen.
oleh beberapa hal seperti: b. Masuknya Sistem
a. Masuknya agama baru ke Pemerintahan Baru
Tana Toraja Sebelum masuk sistem
Agama baru yaitu sistem pemerintahan baru segala sesuatu
kepercayaan yang di bawa oleh yang menyangkut aturan-aturan,
para misionaris suatu Badan bahkan tata pemerintahan, pelak-
Zending di negeri Belanda di awal sanaannya berpusat pada Tong-
abad ke-20 ( tahun 1912), badan konan dalam hal ini Tongkonan
Zending yang dimaksud yaitu Layuk dan dikendalikan oleh
Gereformeerde Zendings Bond penguasa yang menghuni Tong-
(GZB) suatu badan penginjilan konan. Akan tetapi dengan
agama Kristen melakukan pengin- masuknya sistem pemerintahan
jilan ke daerah pedalaman Sulawesi yang baru mengharuskan aturan
Selatan pada penduduknya yang pemerintahan bukan lagi ditangani
belum menganut agama Islam oleh penguasa adat tetapi oleh
pada waktu itu. Salah satu daerah pemerintah yang resmi yang
Tujuan GZB yaitu ke Kabupaten meliputi seluruh wilayah peme-
Tana Toraja untuk menyebarkan rintahan. Demikian juga tentang
agama Kristen disertai dengan tempat duduk bersama untuk
usaha-usaha di bidang pendidikan bermusyawarah dalam melak-
dan kesehatan bagi penduduk. sanakan aturan-aturan pemerinta-
Agama Kristen dan agama lainnya han tidak lagi di Tongkonan tetapi
orang Toraja menyebutnya Aluk sudah beralih ke kantor dan balai
Ba’ru dalam pengertian sebagai desa sampai sekarang.
agama baru yaitu agama yang c. Masuknya teknologi baru
datang dari luar, bukan sebagai sebagai unsur kebudayaan
warisan dari pendahulu mereka. Akibat adanya penyebaran
Aluk Ba’ru masuk ke Tana Toraja unsur-unsur kebudayaan yang
berpengaruh terhadap keper- sangat pesat dapat mempengaruhi
cayaan lama dalam Aluk Todolo terjadinya perubahan bentuk fisik
yang berpusat di rumah adat rumah adat Tongkonan. perubahan
Tongkonan yang berangsur-angsur bentuk yang di maksudkan yaitu

13
terdiri dari dua lantai, pada bagian badan rumah tiang dan atapnya
atas tetap seperti Tongkonan tidak menggunakan paku.
terbuat dari kayu dihiasi ukiran Bentuk rumah adat Tongkonan
merupakan lantai atas. Sedangkan sekarang, masih mengikuti
pada bagian bawa tidak lagi bentuk asli akan tetapi di
berupa kolong rumah tetapi di bagian atap tidak lagi
buat dari beton di dalamnya ada menggunakan bambu tetapi
ruang tamu, kamar tidur, ruang dengan menggunakan atap
makan, dan dapur paling belakang. seng.
Pada bagian bawa ini merupakan Selain itu, ada bentuk fisik
lantai satu yang merupakan tempat rumah adat Tongkonan diba-
hunian. ngun dengan dipengaruhi oleh
Perubahan yang lain yaitu di bentuk rumah yang dibuat dari
lokasi bagian barat Tongkonan beton yang konstruksinya
didirikan rumah dengan konstruksi menjadi 2 susun yaitu pada
beton. Rumah tersebut dibuat bagian bawah bentuk rumah
ruangan yang memenuhi kebu- sekarang dilengkapi dengan
tuhan sebagai rumah hunian. Hal ruangan atau kamar-kamar
inilah yang menjadikan perubahan sedangkan bagian atas dengan
fungsi hunian dari rumah adat bentuk rumah adat Tongkonan
Tongkonan beralih ke rumah beton dindingnya dari kayu diukir dan
yang baru di bangun. atapnya berbentuk perahu
ditutupi dengan atap seng.
KESIMPULAN
b. perubahan bentuk non fisik
Rumah adat Tongkonan
yaitu perubahan yang terjadi
berubah dalam bentuk fisik
pada fungsi dan makna sebagai
maupun non fisik. Perubahan yang
berikut:
terjadi seperti:
1. Perubahan non fisik yang
a. perubahan bentuk fisik: bentuk
dimaksudkan yaitu peru-
asli rumah adat Tongkonan
bahan pada fungsi rumah
mulai dari tiang sampai badan
adat Tongkonan dahulu
rumah dibuat dari bahan kayu
merupakan rumah hunian
dan atapnya berbentuk perahu
atau ditempati sebagai
ditutupi dengan menggunakan
tempat tinggal namun
bahan bambu yang dipotong-
sekarang pada umumnya
potong sesuai dengan kebu-
sudah di tinggalkan. Mereka
tuhan kemudian dibelah dua
sudah membangun rumah
setiap potongan tersebut
dengan mengikuti bentuk
disusun menjadi atap. Seluruh

14
HOLISTIK, Tahun XI No. 22 / Juli - Desember 2018

sekarang yang dilengkapi yaitu tempat melaksanakan


dengan ruangan untuk upacara keagamaan dengan
memenuhi kebutuhan memberi sesajen kepada
sebagai rumah tinggal. Dewa atau kepada arwah
2. Fungsi rumah adat Tong- leluhur mereka sekarang ini
konan yang merupakan tidak lagi dilaksanakan.
tempat duduk bersama c. Penyebab perubahan dalam
untuk membicarakan semua rumah adat Tongkonan
program kerja dan berbagai Terjadi perubahan pada setiap
hal yang ada hubungannya hal tentu ada penyebabnya.
dengan aktifitas kebersa- Demikian pula perubahan yang
maan dalam lingkungan terjadi pada rumah adat
mereka tidak lagi dilakukan Tongkonan di Toraja disebab-
di rumah adat Tongkonan kan oleh faktor internal dan
tetapi dilaksanakan di balai eksternal pada masyarakat itu
desa. Hal seperti ini sendiri. Faktor internal yaitu
disebabkan oleh masuknya adanya perubahan pada pola
sistem pemerintahan kolo- pikir manusia yang mengarah
nial Belanda pada waktu pada pola pikir praktis demi
masih zaman penjajahan. pemenuhan kebutuhan mereka.
3. Diterimanya ajaran agama Sehingga mereka berupaya
Kristen dibawah oleh para membangun rumah tinggal
misionaris masuk ke Tana dengan bentuk rumah sekarang
Toraja pada tahun 1912 oleh disamping rumah Tongkonan.
Badan Zending dari Belanda. faktor eksternal yaitu adanya
Ajaran agama Kristen penyebaran unsur-unsur kebu-
bertolak belakang dengan dayaan (difusi) seperti
cara-cara atau ritual di masuknya ajaran agama Kristen
dalam Aluk Todolo yang dan sistem pemerintahan
berpusat pada Tongkonan. kolonial Belanda.
Hal ini telah mempengaruhi
salah satu fungsi Tongkonan

15
DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, K. 2004 Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya

Geertz. C, 1973, The Interpretation of Culture, Basic Books, New York.

_________,1992, Kebudayaan dan Agama, Kanisius Yogyakarta.

Koentjaraningrat, 1972, Beberapa Pokok Antroplogi Sosial, Penerbit Dian


Rakyat, Jakarta.

Koentjaraningrat, 1985, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan,


Gramedia, Jakarta.

_____________, 2000, Pengantar Antropology, PT Rhineka Cipta, Jakarta.

_____________, 2002, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jembatan,


Jakarta.

Kobong, Th., 2008, Injil dan Tongkonan. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Pakan, L., 1961, Kebudayaan Orang Toraja, Badan Lembaga dan


Kebudayaan, Makassar.

__________, 1959, Tonna di Tulak Buntunna Bone, Sulawesi V, Rantepao.

Suparlan, P., 1982, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan, Lembaga


Penelitian Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.

Sugiyono, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, BPFE, Yogyakarta.

Tangdilintin, L.T., (1975). Toraja dan Kebudayaannya. Yayasan Lepongan


Bulan. Rantepao.

16

Potrebbero piacerti anche