Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Oleh :
Marcelina Sanda Lebang Pakan 1
ABSTRACT
The Toraja people create a House that is not separated from the State of the
economy apart from the family, but that, too, there are still other factors that
determine the shape of their home i.e. level socio. They know there are three
levels of social layer i.e. the aristocracy occupied a high status in society, the
middle class is called to makaka independent i.e. not controlled by the nobility,
and the earthy i.e. they called kaunan equivalent of slave society. The House
of independence that makes custom homes and occupy Tongkonan.
Custom homes called Tongkonan houses gathered i.e. Regent custom to sit
with military duty. Tongkonan houses there are three kinds in accordance with
its function before entering a new Government system to Tana Toraja by
Netherlands East Indies Government namely Tongkonan Layuk functions as
the center of custom events, and drafting Community rules also place Center
of religious activities, Tongkonan Keparangngesan functions as a Center for
the implementation of customs and customs violations sanctions that occur
in society. Tongkonan Paparuan functions as the central activity of the family
members of the owner's Tongkonan perceived like a wedding ceremony, a
Thanksgiving, as well as the place of execution of the funerals of the dead.
The third function of the Tongkonan above this has undergone a change with
the influx of Netherlands Indies government system so that all the Affairs of
indigenous power diahlikan to the new pemrintahan system. Also the
inclusion of the Gospel by the missionary Agency Zending Netherlands
Netherlands from the land in the early 20th century (1912) concerns the
religious ceremony so that redirected to the belief system of Christianity..
1
Mahasiswa Antropologi Fispol Unsrat
2
Pembimbing Skripsi 1
3
Pembimbing Skripsi 2
1
PENDAHULUAN tidur keluarga, dan ruang depan
Kebutuhan dasar bagi manusia digunakan sebagai tempat me-
dalam keberlanjutan hidupnya nyimpan benda pusaka yang
biasa diungkapkan dengan kata, dimiliki secara turun temurun
sandang, pangan, dan papan. Kata biasanya terbuat dari emas, perak
sandang dapat dipahami dalam dan juga perunggu, selain benda
pengertian yang mengarah pada pusaka dapat juga dipakai untuk
penutup tubuh atau pakaian dan menyimpan harta keluarga yang
pangan yaitu menyangkut maka- mendiami rumah Tongkonan.
nan sedang kata papan menunjuk Dengan sifatnya yang demikian,
pada tempat berlindung atau Tongkonan dapat dilihat dari
rumah. Semenjak manusia tidak beberapa fungsi, antara lain pusat
lagi mengembara dari satu tempat budaya, sebagai tempat tinggal,
ketempat lain, dengan kata lain pembinaan peraturan keluarga,
mereka sudah hidup menetap sehingga fungsi Tongkonan tidak-
dibangunlah tempat untuk lah sekedar sebagai tempat duduk
berlindung yaitu rumah yang bersama. Lebih luas lagi fungsi
terbuat dari kayu. Tongkonan meliputi segala aspek
Tongkonan adalah rumah adat kehidupan masyarakat Toraja.
orang Toraja, yang merupakan Apabila dikaitkan dengan upacara-
tempat tinggal, kekuasaan adat, upacara yang menyangkut dengan
dan perkembangan kehidupan sistem kepercayaan mereka dahulu
sosial budaya orang Toraja. yang disebut Aluk Todolo. Aluk
Tongkonan tidak bisa dimiliki oleh Todolo merupakan sistem keper-
perseorangan, melainkan dimiliki cayaan pada orang Toraja yang
secara komunal dan turun temurun sudah dimiliki secara turun
oleh keluarga atau marga Suku temurun sejak dari nenek moyang
Tana Toraja. Bagi orang Toraja mereka, yang dipahami sebagai
Tongkonan dibagi menjadi tiga aturan-aturan yang sarat dengan
bagian yaitu ruang depan, ruang keagamaan, yang berfungsi me-
tengah dan ruang belakang dan ngatur perjalanan kehidupan
untuk melakukan aktifitas me- seseorang maupun kelompok
masak digunakan ruang tengah masyarakat. Upacara yang me-
sekaligus ruang untuk makan, nyangkut Aluk Todolo dibagi dalam
ruang belakang sebagai tempat dua bagian yaitu aluk rambu tuka’
2
HOLISTIK, Tahun XI No. 22 / Juli - Desember 2018
3
KONSEP TONGKONAN itu Tongkonan juga berfungsi
Pengertian kata Tongkonan sebagai tempat membicarakan dan
menurut Said (2004:49), kata memutuskan aturan-aturan dalam
Tongkonan terdiri dari kata masyarakat yang mengatur hubu-
“tongkon” yang berarti duduk, ngan interaksi sosial, juga pusat
mendapat akhiran “an” menjadi pembinaan tentang gotong
Tongkonan artinya tempat duduk royong, tolong menolong dan
yang mengandung pengertian lainnya.
tempat duduk bersama-sama
KONSEP PERUBAHAN
anggota yang terhimpun untuk KEBUDAYAAN
menjadi suatu kelompok individu Setiap masyarakat pasti
yang berasal dari satu keturunan. mengalami perubahan. Perubahan
Kelompok yang dimaksudkan yang dimaksud dapat berupa
adalah suatu rumpun keluarga perubahan nilai-nilai sosial, pola-
yang di ikat oleh suatu ikatan satu pola perilaku, organisasi, susunan
keturunan atau merasa berasal dari lembaga kemasyarakatan, lapisan-
satu keluarga sehingga rumpun lapisan dalam masyarakat, kekua-
keluarga ini merasa perlu saan dan wewenang, interaksi
membangun rumah yang meru- sosial dan sebagainya. Begitu
pakan simbol kesatuan rumpun luasnya bidang perubahan itu
tersebut dan rumah itu disebut sehingga lebih dahulu harus
“Tongkonan”. dipahami tentang perubahan yang
Menurut St. Hadidjah Sultan, dimaksud yaitu perubahan kebu-
Karina Masya Sari tahun 2014, dayaan. Banyak penyebab peru-
sebuah Tongkonan tidak hanya bahan dalam masyarakat ilmu
sebagai tempat hunian semata tapi pengetahuan (mental manusia)
juga mengandung fungsi dan penyebaran unsur-unsur kebuda-
makna yang bersumber dari filosofi yaan (difusi) melalui kemajuan
orang Toraja, fungsi Tongkonan teknologi serta penggunaannya
bagi orang Toraja sebagai tempat oleh masyarakat, komunikasi dan
rumpun keluarga dalam melak- transportasi, urbanisasi, atau
sanakan upacara-upacara yang peningkatan harapan dan tuntutan
berkaitan dengan sistem keper- manusia. Semua ini mempengaruhi
cayaan, sistem kekerabatan, sistem dan mempunyai akibat dalam
kemasyarakatan dan lainnya selain masyarakat, yaitu perubahan
4
HOLISTIK, Tahun XI No. 22 / Juli - Desember 2018
5
nuansa spiritualistik menuju Tongkonan. Dalam gambaran
masyarakat industrial modern yang mereka Tongkonan sebuah bentuk
materialistik. Oleh karenanya, bangunan rumah yang dindingnya
konsep kebudayaan yang pas diukir dan atapnya berbentuk
untuk digunakan dalam penelitian perahu. Namun pemahaman
ini adalah mendefinisikan kebu- umum tersebut berbeda halnya
dayaan sebagai sistem penge- dikalangan orang Toraja. Ada
tahuan, gagasan, ide yang dimiliki beberapa pemahaman berasal dari
oleh suatu kelompok masyarakat tokoh masyarakat, tokoh adat,
yang berfungsi sebagai landasan tokoh gereja maupun dari anggota
pijak dan pedoman bagi masyarakat antara lain:
masyarakat itu dalam bersikap dan a. Bahwa Tongkonan adalah
berperilaku dalam lingkungan tempat duduk bersama atau
alam dan sosial di tempat mereka kedudukan rumah pusaka
berada. dimiliki secara turun-temurun.
Secara filosofis Tongkonan b. Bahwa Tongkonan adalah
selalu bertolak pada falsafah tempat bermusyawarah atau
kehidupan yang diambil dari ajaran balai pertemuan keluarga yang
Aluk Todolo, dimana bangunan lahir dan berketurunan dari
rumah adat mempunyai makna Tongkonan tersebut sekalipun
dan arti dalam semua proses keturunan mereka berada di
kehidupan masyarakat Toraja. luar Toraja (diperantauan).
Perpaduan teknologi dan kons- c. Bahwa rumah Tongkonan itu
truksi atap berbentuk perahu rumah adat yang atapnya
dengan susunan bambu menjadi berbentuk perahu terbalik,
ciri khas rumah tradisional orang dinding yang terbuat dari kayu
Toraja. yang diukir. Setiap ukiran itu
berorientasi pada simbol-
PEMAHAMAN TENTANG
simbol bentuk alam sekitar dan
TONGKONAN
simbol-simbol tersebut
Bagi masyarakat umum (di luar
mengandung makna yang
Toraja), dan yang ditulis di buku
merupakan doa dan harapan
pelajaran IPS di sekolah memiliki
menjalani hidup berdasarkan
pemahaman sendiri tentang
sistem kepercayaan mereka.
Rumah Adat Toraja yang disebut
6
HOLISTIK, Tahun XI No. 22 / Juli - Desember 2018
7
bagian bilik belakang yang sebagai tempat menyimpan benda
lantainya juga lebih tinggi dari sali pusaka berupa pedang, keris,
dan tangdo’ yang berfungsi tombak dan lain sebagainya.
sebagai tempat tidur keluarga inti. Dinding rumah Tongkonan di
Sekarang keluarga yang menghuni buat dari kayu yang telah diolah
Tongkonan membangun rumah menjadi papan. dinding papan
tinggal dengan mengikuti model tersebut diberi ukiran yang pada
rumah yang ada sekarang. Semua dasarnya terdiri dari empat ukiran
aktivitas sehari-hari dilaksanakan utama dalam budaya Toraja.
di rumah tinggal yang baru Ukiran pada dinding rumah disebut
dibangun, kemudian ritual yang passura’ yang memadati seluruh
menyangkut Aluk Todolo semua badan atau dinding rumah. Ukiran
sudah ditinggalkan sebab mereka pada rumah adat Toraja
menganut ajaran Aluk Ba’ru dalam (tongkonan) masing-masing mem-
hal ini ajaran Agama Kristen yang punyai arti dan penempatannya
berpusat di rumah ibadah yaitu yang mempunyai aturan-aturan
Gereja. Fungsi tempat musyawarah yang tetap. Empat bentuk dasar
keluarga besar pemilik Tongkonan utama ukiran rumah tongkonan:
telah diahlikan ke musyawarah a. Passura’ pa’ manuk Londang;
oleh pemerintah setempat di balai yaitu ukiran yang berbentuk
desa. ayam jantan, biasanya terdapat
c. Bagian Atas (rattiang banua) pada bagian muka dan
Bagian atas (rattiang banua) belakang rumah adat Toraja
merupakan atap rumah yang pada papan atas berbentuk
menutupi seluruh rumah (loteng) segitiga menutupi Rattiang
yang dulunya terbuat dari bambu banua. Biasanya ukiran ayam
dan mempunyai bentuk khas jantan diletakkan di atas ukiran
seperti perahu memanjang dan pa’ barre allo. Makna dari ukiran
kedua ujungnya membentuk ini adalah melambangkan
lengkungan yang mempunyai kepemimpinan yang arif dan
kesamaan dengan garis lengkung bijaksana, dapat dipercaya oleh
lunas perahu. Bagi orang Toraja karena memiliki kemampuan
rattiang banua difungsikan sebagai dalam kebajikan, pemahaman
tempat menyimpan kain, selain dan intuisinya tepat serta selalu
tangdo’ rattiang juga di fungsikan mengatakan apa yang benar.
8
HOLISTIK, Tahun XI No. 22 / Juli - Desember 2018
9
menunjang, mengatur, serta nanyakan Tongkonan asalnya
membina persatuan keluarga Selanjutnya dikemukakan bahwa
dan warisan. seseorang dalam pola hidup yang
artinya pola pikir diwujudkan
MAKNA RUMAH ADAT
dalam perilaku harus di tempatkan
TONGKONAN
di dalam kerangka dan struktur
Menurut Geertz kebudayaan
yang sudah melembaga di dalam
adalah suatu sistem makna dan
adat, sebab orang adalah bagian
simbol yang disusun dalam
dalam persekutuan komunitas
pengertian-pengertian individu-
yang berakar dalam Tongkonan
individu mendefinisikan dunianya
(Kobong T., 2008).
mengatakan perasaannya menilai
dan menyambungkan sikap PERUBAHAN DAN MAKNA
perilaku menghadapi permasa- RUMAH ADAT TONGKONAN
lahan hidupnya. Disebut juga Perjalanan waktu yang panjang
bahwa kebudayaan menjadi suatu membawa pengaruh besar bagi
pola makna yang diteruskan secara perkembangan kebudayaan dan
historis terwujud dalam simbol- berdampak pada terjadinya
perubahan. Kebudayaan yang
simbol. Demikian pula rumah adat
menjadi pedoman hidup tidak
Togkonan bagi orang Toraja
dapat bertahan seutuhnya pada
memiliki makna yang meng-
saat harus berhadapan dengan
gambarkan nilai-nilai kehidupan
derasnya arus globalisasi oleh
dalam masyarakat Toraja, melalui adanya kemajuan ilmu penge-
ukiran yang mengitari rumah. tahuan dan teknologi masa kini.
Rumah Tongkonan dianggap Semakin hari teknologi semakin
sebagai pusaka warisan dan hak berkembang membuat komunikasi
milik turun temurun. semakin mudah sehingga dapat
Rumah adat Tongkonan yang berpengaruh pada setiap unsur-
sarat dengan ukiran mengandung unsur kehidupan di dunia ini.
Terjadinya hubungan komunikasi
makna yaitu melambangkan status
yang gampang dengan waktu yang
sosial pemilik Tongkonan menem-
cepat menjadi saran terjadinya
pati lapisan atas, seperti untuk
kontak kebudayaan (culture
mengenal latar belakang atau
contact) antara etnis. Kontak
status sosial serta nama marga kebudayaan bukan lagi bukan lagi
seseorang hanya dengan me- hal yang terlalu sulit untuk
10
HOLISTIK, Tahun XI No. 22 / Juli - Desember 2018
11
meletakkan sesajen kepada mengikuti perkembangan yang
Dewa yang disembah. Hal ada sekarang.
seperti ini tidak lagi dilak- FAKTOR PENYEBAB TERJADI-
sanakan di Tongkonan tapi NYA PERUBAHAN FUNGSI DAN
masing-masing memulai MAKNA RUMAH ADAT
ibadah seperti Gereja. TONGKONAN
f. Dalam proses penyebaran Dalam uraian pada sub
unsur-unsur kebudayaan dari sebelumnya mengenai Culture
satu kelompok ke kelompok Contact merupakan salah satu
yang lain atau dari satu tempat penyebab mempengaruhi terja-
ketempat lainnya yang biasa dinya perubahan dalam fungsi dan
disebut difusi tidak dapat makna rumah adat Tongkonan
dibendung melanda masya- pada orang Toraja, selain itu tentu
rakat dapat berpengaruh masih ada beberapa penyebab
membentuk cara berfikir lainnya terutama dengan adanya
kemudian timbul adanya suatu perubahan sistem kepercayaan
bahwa pengakuan bahwa unsur
akibat masuknya agama Kristen ke
baru mempunyai kegunaan dan Tana Toraja. Seperti telah
hidup yang lebih praktis bagi dikemukakan dalam uraian sebe-
mereka (Astrid S. Susanto lumnya bahwa orang Toraja sangat
1983:157). Seperti Injil masuk ke menghormati bahkan meng-
Tana Toraja sehingga bentuk anggap Aluk Todolo sebagai pan-
rumah Tongkonan yang dibuat dangan hidup. Sistem kepercayaan
sejak tahun 2000-an hingga yaitu Aluk Todolo inilah yang
sekarang, mereka membuat dianggap di bawa oleh nenek
rumah dengan dua susun pada
moyang mereka turun dari langit
bagian lantai pertama dengan datang ke bumi dan membangun
mengikuti bentuk sehingga rumah adat seperti yang sudah ada
dibuat dengan beton, beberapa di tempat asalnya di langit.
kamar dilengkapi dengan ruang Aturan serta larangan yang
tamu dan pada bagian diatur melalui musyawarah di
belakang dapur dan toilet. rumah adat Tongkonan yang oleh
Hanya bagian lantai dua yang leluhur orang Toraja disebut Aluk
dibuat dinding rumah dan kayu Todolo. Kepercayaan Aluk Todolo
diukir serta atap berbentuk sangat kental mewarnai kehidupan
perahu dengan atap dari seng. orang Toraja bahkan dianggap
Bentuk rumah Tongkonan sebagai aturan yang harus ditaati,
sehingga apabila terjadi pelang-
12
HOLISTIK, Tahun XI No. 22 / Juli - Desember 2018
garan harus dikenakan sangsi adat hilang. Hal ini disebabkan aturan
yang dijunjung tinggi agar tidak dan larangan dalam ajaran Aluk
terjadi malapetaka dalam sebuah Todolo sangat berbeda atau
masyarakat. Fungsi rumah adat bertolak belakang dengan ajaran
Tongkonan orang Toraja telah dalam Aluk Ba’ru yaitu agama
mengalami perubahan disebabkan Kristen.
oleh beberapa hal seperti: b. Masuknya Sistem
a. Masuknya agama baru ke Pemerintahan Baru
Tana Toraja Sebelum masuk sistem
Agama baru yaitu sistem pemerintahan baru segala sesuatu
kepercayaan yang di bawa oleh yang menyangkut aturan-aturan,
para misionaris suatu Badan bahkan tata pemerintahan, pelak-
Zending di negeri Belanda di awal sanaannya berpusat pada Tong-
abad ke-20 ( tahun 1912), badan konan dalam hal ini Tongkonan
Zending yang dimaksud yaitu Layuk dan dikendalikan oleh
Gereformeerde Zendings Bond penguasa yang menghuni Tong-
(GZB) suatu badan penginjilan konan. Akan tetapi dengan
agama Kristen melakukan pengin- masuknya sistem pemerintahan
jilan ke daerah pedalaman Sulawesi yang baru mengharuskan aturan
Selatan pada penduduknya yang pemerintahan bukan lagi ditangani
belum menganut agama Islam oleh penguasa adat tetapi oleh
pada waktu itu. Salah satu daerah pemerintah yang resmi yang
Tujuan GZB yaitu ke Kabupaten meliputi seluruh wilayah peme-
Tana Toraja untuk menyebarkan rintahan. Demikian juga tentang
agama Kristen disertai dengan tempat duduk bersama untuk
usaha-usaha di bidang pendidikan bermusyawarah dalam melak-
dan kesehatan bagi penduduk. sanakan aturan-aturan pemerinta-
Agama Kristen dan agama lainnya han tidak lagi di Tongkonan tetapi
orang Toraja menyebutnya Aluk sudah beralih ke kantor dan balai
Ba’ru dalam pengertian sebagai desa sampai sekarang.
agama baru yaitu agama yang c. Masuknya teknologi baru
datang dari luar, bukan sebagai sebagai unsur kebudayaan
warisan dari pendahulu mereka. Akibat adanya penyebaran
Aluk Ba’ru masuk ke Tana Toraja unsur-unsur kebudayaan yang
berpengaruh terhadap keper- sangat pesat dapat mempengaruhi
cayaan lama dalam Aluk Todolo terjadinya perubahan bentuk fisik
yang berpusat di rumah adat rumah adat Tongkonan. perubahan
Tongkonan yang berangsur-angsur bentuk yang di maksudkan yaitu
13
terdiri dari dua lantai, pada bagian badan rumah tiang dan atapnya
atas tetap seperti Tongkonan tidak menggunakan paku.
terbuat dari kayu dihiasi ukiran Bentuk rumah adat Tongkonan
merupakan lantai atas. Sedangkan sekarang, masih mengikuti
pada bagian bawa tidak lagi bentuk asli akan tetapi di
berupa kolong rumah tetapi di bagian atap tidak lagi
buat dari beton di dalamnya ada menggunakan bambu tetapi
ruang tamu, kamar tidur, ruang dengan menggunakan atap
makan, dan dapur paling belakang. seng.
Pada bagian bawa ini merupakan Selain itu, ada bentuk fisik
lantai satu yang merupakan tempat rumah adat Tongkonan diba-
hunian. ngun dengan dipengaruhi oleh
Perubahan yang lain yaitu di bentuk rumah yang dibuat dari
lokasi bagian barat Tongkonan beton yang konstruksinya
didirikan rumah dengan konstruksi menjadi 2 susun yaitu pada
beton. Rumah tersebut dibuat bagian bawah bentuk rumah
ruangan yang memenuhi kebu- sekarang dilengkapi dengan
tuhan sebagai rumah hunian. Hal ruangan atau kamar-kamar
inilah yang menjadikan perubahan sedangkan bagian atas dengan
fungsi hunian dari rumah adat bentuk rumah adat Tongkonan
Tongkonan beralih ke rumah beton dindingnya dari kayu diukir dan
yang baru di bangun. atapnya berbentuk perahu
ditutupi dengan atap seng.
KESIMPULAN
b. perubahan bentuk non fisik
Rumah adat Tongkonan
yaitu perubahan yang terjadi
berubah dalam bentuk fisik
pada fungsi dan makna sebagai
maupun non fisik. Perubahan yang
berikut:
terjadi seperti:
1. Perubahan non fisik yang
a. perubahan bentuk fisik: bentuk
dimaksudkan yaitu peru-
asli rumah adat Tongkonan
bahan pada fungsi rumah
mulai dari tiang sampai badan
adat Tongkonan dahulu
rumah dibuat dari bahan kayu
merupakan rumah hunian
dan atapnya berbentuk perahu
atau ditempati sebagai
ditutupi dengan menggunakan
tempat tinggal namun
bahan bambu yang dipotong-
sekarang pada umumnya
potong sesuai dengan kebu-
sudah di tinggalkan. Mereka
tuhan kemudian dibelah dua
sudah membangun rumah
setiap potongan tersebut
dengan mengikuti bentuk
disusun menjadi atap. Seluruh
14
HOLISTIK, Tahun XI No. 22 / Juli - Desember 2018
15
DAFTAR PUSTAKA
Kobong, Th., 2008, Injil dan Tongkonan. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta.
16