Sei sulla pagina 1di 14

Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No.

2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA


BERBASIS INKURI TERBIMBING UNTUK MELATIHKAN
KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PADA TOPIK SUHU DAN
PERUBAHANNYA

Sudiarman1), Soegimin, W.W2) Endang Susantini3)


1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
2), 3)
Dosen Pascasarjana Prodi Pendidikan Sains Univesrtitas Negeri Surabaya
E-mail: sudiarman.arman@gmail.com

Abstract: This reseach aims to develop a physics learning material based on guided inquiry to facilate the students’ science
process skills are valid, practical and effective. Learning material was developed using 3-D models (define, design, develop)
were tested using a one group pretest-posttest design. Learning material was tryouted class VII SMPN 1 Muara Jawa in academic
year 2014/2015. The data collection through observation, tests and questionnaires. The data analysis techniques use qualitative
analysis and descriptive analysis of quantitative. The results obtained demonstrate the validity of the learning material that
includes lesson plans, worksheets, textbooks and students the knowledge and skills assessment sheet of a valid category.
Practicality implementation of learning material that includes lesson plans and students’ activities of a good category. The
learning material developed is effective in terms of achievement learning indicators and learning outcomes of individual
completeness increases, the positive students’ response to learning. Based on these results, it can be conclude that the physics
learning material based on guided inquiry are valid, practical and effective for use in teaching and learning and can to facilate the
science process skills in junior high school students’.

Key words: Learning material, Guided inquiry, Science process skills.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran fisika SMP berbasis inkuiri terbimbing untuk
melatihkan keterampilan proses sains yang valid, praktis dan efektif. Perangkat pembelajaran dikembangkan menggunakan
model 3-D (define, design, develop) yang diujicobakan menggunakan One Group Pretest-Posttest Design. Uji coba perangkat
pembelajaran dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 1 Muara Jawa tahun pelajaran 2014/2015. Pengumpulan data dilakukan
melalui observasi, tes dan angket. Analisis data dilakukan dengan cara analisis kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil yang
diperoleh menunjukkan validitas perangkat yang meliputi RPP, LKS, Buku ajar siswa dan Lembar Penilaian pengetahuan serta
keterampilan berkategori valid. Kepraktisan perangkat pembelajaran yang meliputi keterlaksanaan RPP dan aktivitas siswa
berkategori baik. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah efektif ditinjau dari ketercapaian indikator pembelajaran
serta ketuntasan hasil belajar individual yang meningkat, respon siswa positif terhadap pembelajaran. Berdasarkan hasil tersebut,
dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan berkategori valid,
praktis dan efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar serta dapat melatihkan keterampilan proses sains kepada
siswa SMP.

Kata-kata kunci: Perangkat pembelajaran, Inkuiri terbimbing, Keterampilan proses sains.

I. PENDAHULUAN keilmuan yang telah dikuasai, dengan kata lain learning


Pendidikan sebagai salah satu alat mencerdaskan to know (pembelajaran untuk tahu) dan learning to do
bangsa dan upaya meningkatkan status sosial (pembelajaran untuk berbuat) harus dicapai dalam
masyarakat Indonesia bukanlah sesuatu yang statis kegiatan belajar mengajar (Dewi, dkk., 2013;
melainkan sesuatu yang dinamis sehingga perlu Ambarsari, 2013).
disusun, didesain dan dievaluasi serta dikembangkan Konsep pembelajaran IPA yang dijelaskan sejak
sedemikian rupa agar pendidikan dimasa mendatang KTSP sampai kurikulum 2013 meliputi empat unsur
menjadi lebih baik lagi. Pendidikan tidak hanya utama yaitu: (1) produk, (2) proses, (3) aplikasi dan (4)
ditekankan pada penguasaan materi, tetapi juga sikap. IPA bersifat open ended karena selalu
ditekankan pada penguasaan keterampilan. Peserta berkembang mengikuti pola perubahan dinamika dalam
didik juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat masyarakat. Salah satu dari empat unsur utama pada
sesuatu dengan menggunakan proses dan prinsip konsep pembelajaran IPA yang dijelaskan dalam
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis 658
Inkuri Terbimbing untuk….
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
kurikulum 2013 adalah proses, yaitu prosedur mental maupun fisik yang dapat diterapkan pada
pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode jenjang SMP sebagai sarana untuk mengembangkan
ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, kemampuan siswa dalam pemecahan masalah mulai
perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, dari yang sangat sederhana sampai pada yang lebih
pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, kompleks.
pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Keterampilan- Tingkatan inkuiri dapat disesuaikan dengan
keterampilan tersebut juga merupakan keterampilan tingkat perkembangan mental dan intelektual peserta
proses sains (Kemendikbud, 2013). didik (Kim dan Kellough, 1995). Hal ini dimaksudkan
Pinto dan Boudamoussi (2009) mengungkapkan bahwa intensitas bimbingan dari guru dapat semakin
bahwa keterampilan proses ini juga dijadikan sebagai dikurangi seiring dengan semakin dewasanya anak.
salah satu dimensi penting yang diukur dalam literasi Orlich, et al. (1998) mengemukakan metode
sains oleh Programme for International Student pembelajaran inkuiri dapat dibedakan menjadi inkuiri
Assessmaent (PISA). Dari hasil tes PISA 2009 yang terbimbing dan inkuiri tak terbimbing.
dilakukan oleh PISA, Indonesia masih berada di bawah Peserta didik perlu didorong untuk mengonstruksi
rata-rata Internasional dengan skor 383 dari skor pengetahuan di dalam pikirannya (Schwarz dan
internasional 500 dengan peringkat 60 dari 65 anggota Gwekwerere, 2007). Peserta didik juga perlu didorong
Negara peserta untuk bidang studi sains (Balitbang, untuk bekerja memecahkan masalah serta menemukan
Kemendikbud, 2013). segala sesuatu untuk dirinya, agar dapat memahami dan
Hasil wawancara dan observasi di SMP Negeri 1 menerapkan pengetahuan. Intinya pembelajaran harus
Muara Jawa, ditemukan beberapa penyebab belum bergeser dari “diberi tahu” menuju “aktif mencari
maksimalnya upaya untuk melatihkan keterampilan tahu”.
proses sains dalam pembelajaran fisika, yaitu: 1) Guru Metode pembelajaran inkuri terbimbing
tidak memiliki banyak waktu untuk mengembangkan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
perangkat pembelajaran IPA yang secara khusus untuk berdiskusi dan bekerja sama dalam berbagai bentuk
melatihkan keterampilan proses sains; 2) Belum untuk menyelesaikan tugas peserta didik (Maloney &
tersedianya perangkat pembelajaran fisika yang Simon, 2007). Guru memberikan sejumlah besar
berbasis inkuiri terbimbing untuk melatihkan bantuan kepada peserta didik selama tahap-tahap awal
keterampilan proses sains, khususnya pada topik suhu pembelajaran, selanjutnya peserta didik mengambil alih
dan perubahannya; dan 3) Pembelajaran yang berpusat tanggung-jawab yang semakin besar segera setelah ia
pada guru menyebabkan siswa kurang termotivasi dapat melakukannya (Slavin, 2008).
dalam belajar fisika yang berdampak pada rendahnya Model inkuiri terbimbing terdiri dari enam fase,
hasil belajar fisika. Berdasarkan permasalahan di atas yaitu: 1) Menyajikan pertanyaan atau masalah; 2)
maka diperlukan sebuah perangkat pembelajaran yang Membuat hipotesis; 3) Merancang percobaan; 4)
secara khusus dapat melatihkan keterampilan proses Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi; 5)
sains pada materi suhu dan perubahannya di SMP. Mengumpulkan data; 6) Membuat kesimpulan (Eggen
Keterampilan proses sains dibedakan menjadi 2 dan Kauchak, 1996). Pada pembelajaran inkuiri
kelompok yaitu keterampilan dasar proses sains dan terbimbing guru memfasilitasi peserta didik untuk
keterampilan proses terintegrasi (Dimyati dan berkolaborasi sehingga peserta didik dapat bekerja sama
Mudjiono, 2009). Keterampilan proses dasar sains untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan
terdiri atas mengamati, mengklasifikasi, mengukur, keterampilan proses sains (Ambarsari, 2013; Ibrahim,
mengkomunikasikan, memprediksi, dan menyimpulkan. 2012; Maloney & Simon, 2007).
Keterampilan proses sains terintegrasi meliputi Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, panas dingin suatu benda dan alat yang digunakan
mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel, untuk mengukur suhu adalah termometer. Materi suhu
merancanakan dan melakukan penyelidikan, dan perubahannya akan sangat menarik dan bermakna
memperoleh dan menyajikan data, menganalisis data, apabila disajikan dengan menggunakan metode ilmiah
dan merumuskan kesimpulan. yang dapat dilatihkan melalui keterampilan proses
Keterampilan proses sains pada pembelajaran sains menggunakan metode pembelajaran berbasis
fisika dapat dilatihkan dengan memilih metode inkuri terbimbing. Hal tersebut didasarkan pada
pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang kompetensi inti keterampilan yang mewajibkan siswa
diharapkan dapat melatih peserta didik dalam harus mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah
keterampilan proses sains adalah metode pembelajaran konkret dan abstrak, serta kompetensi dasar
inkuiri (Subagyo, dkk., 2009). Metode pembelajaran keterampilan yang mewajibkan siswa harus dapat
inkuiri adalah metode yang memberikan penekanan melakukan percobaan untuk menyelidiki suhu dan
pada keterlibatan siswa dalam proses belajar baik secara perubahannya (Kemendikbud, 2013).

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis 659


Inkuri Terbimbing untuk….
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
Pembelajaran inkuri terbimbing mendorong melatihkan keterampilan proses sains dan
peserta didik untuk belajar melalui keterlibatan aktif meningkatkan hasil belajar siswa pada siswa SMPN 1
dengan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep, Muara Jawa. Perangkat pembelajaran yang
dan prinsip-prinsip. Pada pembelajaran inkuri dikembangkan meliputi rencana pelaksanaan
terbimbing guru mendorong peserta didik untuk pembelajaran (RPP), lembar kegiatan siswa (LKS),
mendapatkan pengalaman dan pembelajaran terjadi buku ajar topik suhu dan perubahannya, dan penilaian
apabila peserta didik terlihat secara aktif dalam hasil belajar siswa.
menggunakan keterampilan proses sains siswa yang Penelitian ini dilengkapi dengan instrumen yang
sangat relevan dengan fase model inkuiri terbimbing diperlukan dalam proses pengambilan data yaitu,
misalnya mengamati, menanya dan merumuskan lembar validasi perangkat pembelajaran, lembar
masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi dan pengamatan keterlaksanaan rencana pelaksanaan
mendefinisikan variabel percobaan, merancang dan pembelajaran (RPP), lembar pengamatan aktivitas
melaksanakan eksperimen, mengumpulkan dan siswa, angket respon siswa, lembar penilaian
menganalisis data, menarik kesimpulan, serta kompetensi pengetahuan, lembar penilaian kompetensi
menyajikan hasil kerjanya. keterampilan, lembar penilaian kompetensi sikap siswa.
Perangkat pembelajaran dikembangkan
II. METODE PENELITIAN menggunakan rancangan four-D model yang
Jenis penelitian ini adalah penelitian dikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel
pengembangan yaitu mengembangkan perangkat (1974). Model four-D dipilih karena sistematis dan
pembelajaran fisika SMP dengan model inkuiri cocok untuk mengembangkan perangkat pembelajaran,
terbimbing pada topik suhu dan perubahannya untuk seperti yang terlihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Tahap-tahap pelaksanaan penelitian pengembangan perangkat

Rancangan four-D terdiri atas empat tahap, yaitu model four-D, penelitian ini hanya menggunakan tiga
tahap penetapan (define), tahap merancang (design), tahap saja sampai pada tahap pengembangan (develop)
tahap pengembangan (develop) dan tahap karena keterbatasan tenaga, waktu dan biaya penelitian
menyebarluaskan (disseminate) (Thiagarajan, Semmel, sehingga model pengembangan 4D dipersempit menjadi
dan Semmel, 1974). Pada penelitian ini, tidak model 3D.
sepenuhnya melakukan semua tahap yang ada pada

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis 660


Inkuri Terbimbing untuk….
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
Implementasi perangkat pembelajaran pada digunakan meliputi tes awal yang dilakukan di awal
penelitian ini menggunakan Pre-test and Post-test proses belajar mengajar, digunakan untuk mengukur
Group Design pada satu kelompok subyek (Tuckman, persiapan siswa untuk menerima konsep yang
1999). Pada langkah pertama dilakukan pengukuran diajarkan. Tes hasil belajar yang dilakukan pada akhir
sebagai uji awal, selanjutnya diberi perlakuan dalam proses belajar mengajar bertujuan untuk mengetahui
jangka waktu tertentu (tiga kali pertemuan), kemudian ketuntasan indikator, ketuntasan individual, dan
dilakukan uji akhir. Gambaran implementasi perangkat sensitivitas butir soal.
pembelajaran pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Instrumen penelitian adalah alat untuk
mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam
O1 X O2
penelitian ini adalah:
Keterangan: 1. Instrumen Validasi Perangkat Pembelajaran
O1 = Uji awal (pre test) untuk mengetahui Instrumen validasi perangkat, meliputi: rencana
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran pelaksanaan pembelajaran, buku siswa, LKS dan LP.
sebelum pembelajaran. Perhitungan reliabilitas instrumen penilaian perangkat
X = Perlakuan dengan menerapkan perangkat pembelajaran digunakan rumus sebagai berikut:
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing
untuk melatihkan keterampilan proses sains. 𝐴−𝐵
𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑐𝑒 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 = 100 (1 − )
O2 = Uji akhir (post test) untuk mengetahui 𝐴+𝐵
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Keterangan:
sesudah pembelajaran. R = Reliabilitas instrumen (Percentage of
agreement)
A. Tehnik Pengumpulan Data A = Frekuensi penilaian oleh validator yang
Pengumpulan data dalam penelitian ini memberikan nilai tinggi
menggunakan metode dan teknik sebagai berikut: B = Frekuensi penilaian oleh validator yang
1. Validasi memberikan nilai rendah.
Validasi perangkat dilakukan sebelum perangkat
diterapkan di sekolah, validasi dilakukan untuk Instrumen penilaian perangkat dikatakan reliabel,
mengetahui validitas perangkat pembelajaran yang apabila reliabilitasnya ≥ 75% (Borich, 1994).
dikembangkan. Validasi dilakukan oleh pakar
(validator) dengan menggunakan lembar validasi 2. Instrumen Kepraktisan Perangkat Pembelajaran.
selama kurang lebih satu minggu. a. Lembar keterlaksanaan RPP, Lembar keterlaksanaan
diisi oleh pengamat.
2. Observasi b. Lembar aktivitas siswa saat proses belajar mengajar.
Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data Lembar pengamatan aktivitas siswa diisi oleh orang
penelitian berupa penilaian terhadap keterlaksanaan dua pengamat.
rencana pelaksanaan pembelajaran, aktivitas siswa, dan Koefesien reliabilitas instrument pengamatan
sikap selama proses kegiatan belajar mengajar, yang diperoleh dengan menggunakan teknik Inter
dilakukan oleh dua orang pengamat, dalam melakukan observer agreement, yaitu menghitung persentase
pengamatan, pengamat duduk di tempat yang tidak kesesuaian antara kedua hasil pengamatan dari para
menggangu proses pembelajaran dan memungkinkan pengamat. Rumus yang dianjurkan oleh Emmer dan
untuk dapat melihat seluruh aktivitas di dalam kelas Millet (dalam Borich, 1994), yaitu:
selama proses belajar mengajar berlangsung. Observasi
juga dilakukan untuk mengamati kendala-kendala yang 𝐴−𝐵
𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑐𝑒 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 = 100 (1 − )
terjadi selama proses kegiatan belajar mengajar. 𝐴+𝐵
Keterangan:
3. Angket A = Frekuensi aktivitas siswa yang teramati oleh
Angket digunakan untuk mendapatkan informasi pengamat dengan memberikan frekuensi
tentang respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran tinggi
dan perangkat yang digunakan dalam proses belajar B = Frekuensi aktivitas siswa yang teramati oleh
mengajar. Pengisian angket dilakukan setelah proses pengamat dengan memberikan frekuensi
kegiatan belajar mengajar selesai dilaksanakan. rendah

4. Tes Kreteria penilaian instrumen dikatakan memiliki


Tes hasil belajar kompetensi pengetahuan, tingkat reliabilitas yang baik jika diperoleh
kompetensi keterampilan dan kompetensi sikap yang koefesien reliabilitas ≥ 75% (Borich, 1994).
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis 661
Inkuri Terbimbing untuk….
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
3. Instrumen Kefektifan Perangkat Pembelajaran. Keterangan:
a. Lembar Penilaian (LP) meliputi, LP pengetahuan, P = Persentase keterlaksanaan RPP
LP keterampilan proses sains, LP sikap yang ∑K = Jumlah skor rata-rata seluruh aspek yang
dikembangkan berdasarkan kurikulum 2013. LP terlaksana
digunakan untuk mengetahui ketuntasan indikator ∑N = Jumlah skor maksimum seluruh aspek yang
pembelajaran, individual. diamati
b. Angket respon siswa. Angket respon siswa
digunakan untuk memperoleh respon siswa terhadap Persentase keterlaksanaan RPP menggunakan kriteria
proses belajar mengajar dengan inkuiri terbimbing sebagai berikut:
untuk melatihkan keterampilan proses sains. Tabel 3. Kriteria pengkategorian keterlaksanaan RPP
Interval persentase Kategori keterlaksanaan
Perangkat meliputi, RPP, buku siswa, LKS dan LP 75% - 100% Terlaksana sangat baik
yang dikembangkan selanjutnya dilakukan validasi oleh
pakar dalam bidang pendidikan. Data hasil penelitian 50% - 74% Terlaksana dengan baik
dianalisis secara deskriptif. Passing grade atau skor 25% - 49% Kurang terlaksana
rerata (P) dari hasil penilaian para pakar disesuaikan
0% - 24% Tidak terlaksana
dengan kriteria penilaian perangkat pembelajaran
sebagai berikut:
Tabel 1. Kriteria pengkategorian penilaian validasi Sedangkan untuk penilaian keterlaksanaan RPP
RPP, buku siswa, dan LKS pada setiap fase, ditentukan dengan membandingkan
rata-rata skala penilaian yang diberikan dua pengamat
Interval Kategori dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
Keterangan
Skor Penilaian
Tabel 4. Kriteria penilaian keterlaksanaan RPP
Dapat digunakan tanpa
3,6 ≤ P ≤ 4 Sangat valid Interval Penilaian Keterlaksanaan
revisi
Dapat digunakan 3,50 – 4,00 Sangat baik
2,6 ≤ P ≤ 3,5 Valid
dengan sedikit revisi 2,50 – 3,49 Baik
Dapat digunakan
1,6 ≤ P ≤ 2,5 Kurang valid 1,50 – 2,49 Cukup baik
dengan banyak revisi
Belum dapat 1,00 – 1,49 Tidak baik
digunakan dan masih
1 ≤ P ≤ 1,5 Tidak Valid Diadaptasi dari (Ratumanan dan Laurens, 2011)
memerlukan
konsultasi
diadaptasi dari (Ratumanan dan Laurens, 2006) C. Analisis Aktivitas Siswa
Analisis aktivitas siswa adalah segala kegiatan
Tabel 2. Kriteria pengkategorian penilaian LP yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar
Interval Skor Kategori Penilaian berlangsung dan diamati oleh dua orang pengamat
X > 4,65 Sangat baik dengan menggunakan instrumen pengamatan aktivitas
siswa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara
3,45 < X ≤ 4,64 Baik
deskrptif dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1,15 < X ≤ 3,45 Cukup
∑𝐴
0,35 < X ≤ 1,15 Jelek 𝑃= ∑𝑁
𝑥 100% (Arifin, 2010)

X ≤ 0,35 Sangat jelek


Keterangan:
(Arikunto, 2006) P = Persentase
∑A = Jumlah frekuensi tiap aktivitas yang
B. Analisis Keterlaksanaan RPP muncul
Pengamatan keterlaksanaan RPP dilakukan oleh ∑N = Jumlah total frekuensi aktivitas.
pengamat yang telah dilatih memberikan penilaian yang
tepat pada instrumen yang disediakan. Kriteria setiap D. Analisis Hasil Belajar
fase pembelajaran dinilai dengan memberikan tanda (√) Analisis hasil belajar dilakukan berdasarkan data
pada kolom penilaian (4: sangat baik, 3: baik, 2: cukup hasil belajar pretest dan posttest tes kognitif
baik, 2: kurang baik). Data dianalisis secara deskriptif (pengetahuan dan keterampilan proses sains) dan sikap
kualitatif dengan teknik persentase sebagai berikut: yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif yang terdiri
∑𝐾
𝑃= 𝑥 100% dari:
∑𝑁

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis 662


Inkuri Terbimbing untuk….
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
1. Hasil belajar kognitif (pengetahuan dan Rumus yang digunakan yaitu:
keterampilan proses sains). 𝑅𝐴 −𝑅𝐵
a. Ketercapaian Indikator Pembelajaran 𝑆=
𝑇
Ketercapaian Indikator pembelajaran dihitung (Gronlund, 1982)
dengan menggunakan rumus: Keterangan:
S = Indeks sensitivitas butir soal
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 T = Jumlah siswa yang mengikuti tes
∑ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 RA = Jumlah siswa yang menjawab benar pada
= 𝑥 100%
∑ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
tes akhir (posttest)
RB = Jumlah siswa yang menjawab benar pada
Indikator pembelajaran dikatakan tercapai
tes awal (pretest).
apabila persentase ketercapaian indikator
1) Hasil belajar sikap (sikap ilmiah)
pembelajaran ≥ 75%.
Untuk menganalisis hasil belajar sikap siswa
b. Ketuntasan Individual
dilakukan dengan menggunakan rumus:
Siswa telah tuntas secara individual, apabila
rata-rata ketercapaian indikator memenuhi 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘
ketuntasan minimal untuk seluruh kompetensi dasar 𝑃= 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘
pada kompetensi pengetahuan dan kompetensi
keterampilan yaitu 3,01 dengan predikat B+. Data Tabel 6 Kriteria penilaian sikap siswa
hasil pretest dan posttest kompetensi pengetahuan No Persentase (%) Kategori
siswa dilakukan analisis N-Gain. Gain menunjukkan
perbedaan kompetensi pengetahuan siswa sebelum 1 ≥ 89 Sangat Baik
dan setelah diberi perlakuan. 2 67 ≤ P < 89 Baik
Spost  Spre 3 34 ≤ P < 67 Cukup
 g 
S max  Spre
4 P < 34 Kurang
Dengan :
g  = Nilai gain a. Analisis Respon Siswa
Spost = Nilai post-test Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui
Spre = Nilai pre-test pendapat siswa terhadap penerapan perangkat
Smax = Nilai maksimal pembelajaran yang dikembangkan. Respon siswa
dianalisis secara deskriptif dengan persentase sebagai
Selanjutnya dari hasil perhitungan N-gain berikut:
tersebut kemudian dikonversi dengan kriteria
∑𝑅
sebagai berikut: 𝑃= 𝑥 100%
Tabel 5 Kriteria normalized gain ∑𝑁
Keterangan:
Kriteria Normalized
Skor N-Gain
Gain P = Persentase
∑ R = Jumlah respon positif
0.70 < N-Gain Tinggi
∑ N = Jumlah keseluruhan respon.
0.30 ≤ N-Gain ≤ 0.70 Sedang
N-Gain < 0.30 Rendah Persentase respon siswa dikonversi dengan kriteria
sebagai berikut:
(Hake,1999)
Tabel 7. Kriteria respon siswa berdasarkan persentase
respon siswa
c. Sensitivitas
Indeks sensitivitas dari suatu butir soal Angka Persentase Kategori
merupakan ukuran seberapa baik butir soal 81% - 100% Sangat kuat
membedakan antara siswa yang telah menerima
61% - 80% Kuat
pembelajaran dengan siswa yang belum menerima
pembelajaran. Indeks sensitifitas yang efektif berada 41% - 60% Cukup
antara 0,00 – 1,00 (0,00<S< 1,00) semakin 21% - 40% Lemah
mendekati angka 1,00 menunjukkan kepekaan butir
0% - 20% Sangat Lemah
soal dengan efek pembelajaran semakin besar
(Gronlund, 1982). Butir soal dikatakan peka apabila (Ridwan, 2010)
sensitifitas setiap butir soal ≥ 0,30 (Aiken, 1997).
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis 663
Inkuri Terbimbing untuk….
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
III. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI klasifikasi sangat valid (Ratumanan dan Laurens, 2006).
Penelitian ini menghasilkan perangkat Hasil penilaian RPP meliputi aspek format, isi dan
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan bahasa berkategori sangat valid dengan rata-rata 3,7 dan
pembelajaran (RPP), buku siswa, lembar kegiatan siswa reliabilitas 91,56%. Hasil penilaian buku siswa yang
(LKS), dan lembar penilaian untuk aspek pengetahuan, terdiri dari aspek kelayakan isi bahasa dan penyajian
keterampilan dan sikap yang telah divalidasi oleh tiga juga berkategori sangat valid dengan rata-rata 3,8 dan
orang validator dan telah dilakukan penelitian di SMP reliabilitas 91,69%. Hasil penilaian untuk LKS juga
Negeri 1 Muara Jawa Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki kategori sangat baik yaitu dengan rata-rata 3,7
Provinsi Kalimantan Timur pada siswa kelas VII. dan reliabilitas 91,83%. Pada lembar penilaian untuk
Deskripsi mengenai hasil pengembangan perangkat validitas isi soal berkategori baik, sebab berada pada
pembelajaran dan hasil implementasi perangkat rentang 3,45<X≤4,64, pada bahasa dan penulisan soal
pembelajaran akan diuraikan di bawah ini. berkategori sangat baik, sebab berada pada rentang
X>4,65 dengan rata-rata reliabilitas 91,47%. Jadi
A. Deskripsi Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran seluruh perangkat yang pembelajaran yang
Validasi perangkat pembelajaran dilakukan untuk dikembangkan secara keseluruhan termasuk dalam
mendeskripsikan validitas perangkat pembelajaran yang kategori reliabel sebab memiliki nilai reliabilitas ≥ 75
dibuat dalam sebuah penelitian. Deskripsi validasi (Borich, 1994).
perangkat pembelajaran diperoleh dengan mengacu
pada penilaian dan saran dari pakar. Penilaian dan B. Deskripsi Hasil Analisis Kepraktisan Perangkat
saran dari validator juga digunakan sebagai dasar untuk Pembelajaran
merevisi perangkat pembelajaran. Validasi perangkat Deskripsi hasil dan analisis data pengamatan
pembelajaran dilakukan oleh pakar yang berkompeten pelaksanaan pembelajaran fisika berbasis inkuiri
dibidanganya. Perangkat pembelajaran yang divalidasi terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains
mencakup RPP, buku siswa, LKS dan lembar penilaian. pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hasil validasi yang dilakukan oleh beberapa pakar 1. Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
menunjukkan bahwa perangkat yang dikembangkan (RPP)
memiliki kriteria baik dan sangat baik, sehingga dapat Rata-rata penilaian hasil pengamatan
dikategorikan valid untuk digunakan dalam penelitian. keterlaksanaan RPP disajikan pada Tabel 9.
Hasil analisis secara umum dapat dilihat pada Tabel 8 Tabel 9. Hasil pengamatan keterlaksanaan RPP
di bawah ini. Keterlaks
Tabel 8. Hasil penilaian perangkat oleh validator anaan
N Aspek yang
RPP Kategori
Validitas Reliabilitas o dinilai
Perce Nilai
N Jenis ntage 1 Kegiatan
o Perangkat Kateg of Katego 3.76 Sangat Baik
Nilai Pendahuluan
ori Agree ri
2 Kegiatan Inti 3.62 Sangat Baik
ment
(%) 3 Kegiatan Penutup 3.94 Sangat Baik
Rencana 4 Pengelolaan
3.83 Sangat Baik
Pelaksanaa waktu
Sangat 5 Pengamatan
1 n 3.71 91,56 Reliabel 3.92 Sangat Baik
valid Suasana Kelas
Pembelajar
an (RPP) Rata-rata nilai
3.81 Sangat Baik
Buku Ajar keterlaksanaan RPP
Sangat
2 Siswa 3.76 91,69 Reliabel Persentase
Valid 93,29 Sangat Baik
(MAS) keterlaksanaan RPP
Lembar
Kerja Sangat Tabel 9 menunjukkan bahwa pada penelitian ini,
3 3.67 91,83 Reliabel
Siswa Valid
(LKS) rata-rata persentase keterlaksanan RPP adalah 93,29%,
Lembar hal ini berarti RPP terlaksana dengan kriteria sangat
Sangat
4 Penilaian 4,67 91,47 Reliabel baik dan dapat digunakan dalam kegiatan pengamatan
baik
(LP) keterlaksanaan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dinyatakan juga dengan
Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa rata-rata nilai skor rata-rata tiap aspek. Tabel di atas menunjukkan
dari ketiga validator tiap komponen maupun seluruh bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran fisika
komponen adalah 3,6 ≤ P ≤ 4 untuk RPP, buku siswa berbasis inkuiri terbimbing untuk melatihkan
dan LKS, sehingga kategori tiap komponen memiliki keterampilan proses sains telah melaksanakan aspek
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis 664
Inkuri Terbimbing untuk….
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
pendahuluan, kegiatan inti, penutup, pengelolaan waktu Rata-rata
dan pengelolaan suasana kelas memiliki rata-rata No. Aspek Yang Diamati aktivitas
penilaian di atas 3,81 dengan ketegori sangat baik siswa (%)
(Ratumanan dan Laurens, 2011), pada kegiatan inti Mempresentasikan hasil
terlihat guru dinilai masih kurang dalam meminta siswa 5 1,0
percobaan
mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan Memperhatikan hasil presentasi
6 11,5
permasalahan, membimbing dan meminta siswa tepat teman
waktu (melatih disiplin) dalam melakukan percobaan 7 Mendengarkan penjelasan guru 24,5
dengan ketelitian dan kehati-hatian, serta memberikan 8 Bertanya kepada guru 4,7
penjelasan dalam merumuskan dan menyusun 9 Bertanya kepada teman 1,6
10 Perilaku tidak relevan 0,6
kesimpulan hasil percobaan dengan penuh jujur dan
JUMLAH 100
tanggung jawab, hal ini dikarenakan belum terbiasanya
siswa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing,
sehingga hal ini juga berimbas pada kesulitan siswa
dalam melakukan keterampilan proses sains.
Rekapitulasi hasil pengamatan keterlaksanaan
rencana pelaksanaan pembelajaran berupa rata-rata skor
pada aspek pendahuluan, kegiatan inti, penutup,
pengelolaan waktu dan pengelolaan kelas ditunjukkan
pada Gambar 2 berikut:

Gambar. 3 Grafik rata-rata persentase aktivitas siswa


per pertemuan.

Keterangan:
1. Merumuskan hipotesis
2. Mengidentifikasi variabel dan merancang
percobaan
3. Melakukan percobaan
4. Menganalisis data hasil percobaan dan
Gambar 2. Grafik rata-rata skor pengamatan
menuliskan kesimpulan
keterlaksanaan RPP tiap aspek
5. Mempresentasikan hasil percobaan
6. Memperhatikan hasil presentasi teman
2. Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran
7. Mendengarkan penjelasan guru
Pengamatan aktivitas siswa dalam kegiatan
8. Bertanya kepada guru
pembelajaran dilakukan oleh dua orang pengamat
9. Bertanya kepada teman
menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa. Rata-
10. Perilaku tidak relevan.
rata hasil pengamatan aktivitas siswa pada penelitian ini
disajikan pada Tabel 10 di bawah ini.
Aktivitas siswa yang terlihat pada Tabel 10 dan
Tabel 10. Pengamatan aktivitas siswa
Gambar 3 menunjukkan bahwa aktivitas siswa yang
Rata-rata jarang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan
No. Aspek Yang Diamati aktivitas pembelajaran fisika berbasis inkuiri adalah berperilaku
siswa (%)
tidak relevan kegiatan mempresentasikan hasil
1 Merumuskan hipotesis 5,3 percobaan hal ini dikarenakan waktu pembelajaran yang
Mengidentifikasi variabel dan tidak memungkinkan untuk seluruh kelompok atau
2 5,3
merancang percobaan
anggota kelompok mempresentasikan hasil percobaan
3 Melakukan percobaan 30,5
mereka, hal yang lain juga terjadi pada kegiatan
Menganalisis data hasil
4 percobaan dan menuliskan 15,0 bertanya kepada guru dan teman, hal ini dikarenakan
kesimpulan pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing masih

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis 665


Inkuri Terbimbing untuk….
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
baru bagi siswa dan siswa belum terbiasa dengan model tes awal dan akhir meliputi ketuntasan individu dan
pembelajaran inkuiri. sensitivitas soal.
a. Ketuntasan Individual
3. Kendala-kendala yang dialami Selama Proses 1) Kompetensi Pengetahuan
Penelitian Hasil analisis ketuntasan individu pada
Kendala-kendala yang dihadapi selama proses kompetensi pengetahuan disajikan pada Tabel 12
pembelajaran dengan menerapkan perangkat berikut:
pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing untuk
melatihkan keterampilan proses sains yang telah Tabel. 12. Hasil analisis ketuntasan individual
dikembangkan beserta solusi yang dapat digunakan kompetensi pengetahuan
untuk memperbaiki kendala- kendala tersebut Pre Pre
Kode K
ditunjukkan pada Tabel 11 berikut: No NK dik Ket NK dik
Siswa et
Tabel 11. Kendala-kendala selama proses belajar at at
1 S1 1,60 C- BT 3,33 B+ T
mengajar
2 S2 2,00 C BT 3,47 A- T
No Jenis Kendala Alternatif Solusi 3 S3 0,53 D BT 3,20 B+ T
Siswa pada pertemuan Mengorganisir 4 S4 1,33 D+ BT 3,47 A- T
pertama belum terbiasa alokasi waktu agar 5 S5 1,20 D+ BT 3,33 B+ T
dan merasa asing seluruh kegiatan 6 S6 0,53 D BT 3,33 B+ T
melakukan eksperimen pembelajaran 7 S7 1,87 C BT 3,20 B+ T
dengan menggunakan dilaksanakan dengan 8 S8 1,60 C- BT 3,47 A- T
keterampilan proses tepat serta 9 S9 0,93 D BT 3,47 A- T
1
sains, alokasi waktu melakukan kegiatan 10 S10 2,27 C+ BT 3,60 A- T
yang digunakan dalam tambahan untuk 11 S11 1,33 D+ BT 3,47 A- T
PBM membutuhkan menjelaskan 12 S12 0,53 D BT 3,60 A- T
waktu lama. komponen 13 S13 1,60 C- BT 3,47 A- T
keterampilan proses 14 S14 1,87 C BT 3,60 A- T
sains 15 S15 0,80 D BT 3,47 A- T
Masih ada siswa yang Memberi motivasi 16 S16 1,33 D+ BT 3,47 A- T
merasa agak kesulitan kepada siswa pada 17 S17 1,87 C BT 3,47 A- T
dalam mengikuti saat kegiatan 18 S18 0,53 D BT 3,47 A- T
proses belajar mengajar tambahan agar siswa 19 S19 0,80 D BT 3,20 B+ T
fisika berbasis inkuiri tidak merasa 20 S20 1,73 C BT 3,47 A- T
2
terbimbing untuk kesulitan untuk 21 S21 1,47 C- BT 3,47 A- T
melatihkan mengikuti proses 22 S22 1,33 D+ BT 3,47 A- T
keterampilan proses belajar mengajar 23 S23 1,60 C- BT 3,60 A- T
sains fisika berbasis inkuiri 24 S24 1,60 C- BT 3,47 A- T
terbimbing 25 S25 1,07 D+ BT 3,60 A- T
Masih ada siswa yang Mengawasi dan 26 S26 1,73 C BT 3,60 A- T
bermain-main dengan mengingatkan 27 S27 1,20 D+ BT 3,47 A- T
alat praktikum yang kembali siswa 28 S28 1,47 C- BT 3,33 B+ T
3 terbuat dari kaca dan tentang petunjuk 29 S29 1,60 C- BT 3,47 A- T
bahan yang digunakan keselamatan dalam 30 S30 1,20 D+ BT 3,73 A T
saat percobaan melakukan 31 S31 1,60 C- BT 3,20 B+ T
percobaan 32 S32 1,47 C- BT 3,47 A- T
Rata-rata 1,36 3,50
B. Deskripsi Hasil Analisis Keefektifan Perangkat Keterangan:
Pembelajaran T : Tuntas apabila nilai ≥ 3,01
1. Analisis Nilai Hasil Belajar BT : Belum tuntas apabila nilai < 3,01
Sebelum diberikan pembelajaran fisika berbasis NK : Nilai Konversi
inkuiri terbimbing untuk melatihkan keterampilan
proses sains, siswa diberikan tes awal untuk mengetahui Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa pada
kemampuan awal siswa. Setelah mengikuti seluruh penelitian ini tidak ada siswa yang tuntas saat dilakukan
kegiatan pembelajaran, siswa mengerjakan tes akhir tes awal, kemudian setelah dilakukan kegiatan belajar
untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti mengajar berbasis inkuri terbimbing untuk melatihkan
kegiatan pembelajaran fisika berbasis inkuiri keterampilan proses sains pada topik suhu dan
terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains. perubahannya sebanyak 32 siswa mencapai ketuntasan
Nilai yang diperoleh dari tes awal dan akhir digunakan individu pada kompetensi pengetahuan. Rata-rata hasil
untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa. belajar kompetensi pengetahuan setelah dilakukan
Analisis dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar meningkat dari 1,36 menjadi
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis 666
Inkuri Terbimbing untuk….
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
3,50. Hasil belajar kompetensi pengetahuan juga dapat Nilai N-Gain
Kode Ketera
dilihat pada Gambar 4. Score
Siswa Preetest Posttest ngan
(g)
S29 40,0 86,7 0,78 tinggi
S30 30,0 93,3 0,90 tinggi
S31 40,0 80,0 0,67 sedang
S32 36,7 86,7 0,79 tinggi
Rata-rata N-Gain Score 0,79 Tinggi

Berdasarkan Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa


skor peningkatan (gain score) pada hasil belajar
kompetensi pengetahuan siswa dikategorikan sebagai g-
tinggi dengan rata-rata 0,79 atau 79%.

2) Kompetensi Keterampilan Proses Sains


Hasil analisis ketuntasan individual pada aspek
keterampilan disajikan pada Tabel 14 berikut:
Tabel 14. Hasil analisis ketuntasan individual
kompetensi keterampilan
Gambar 4. Grafik hasil analisis ketuntasan belajar Pre
Kode Pred K
No NK Ket NK dik
kompetensi pengetahuan Siswa ikat et
at
1 S1 1,33 D+ BT 3,41 A- T
Perhitungan skor peningkatan (gain score) hasil 2 S2 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
belajar kompetensi pengetahuan siswa dapat dilihat 3 S3 1,33 D+ BT 3,41 A- T
pada Tabel 13 berikut: 4 S4 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
5 S5 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
Tabel 13. Perhitungan N-Gain Score hasil belajar
6 S6 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
kompetensi pengetahuan siswa 7 S7 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
Nilai N-Gain 8 S8 1,33 D+ BT 3,41 A- T
Kode Ketera
Score 9 S9 1,33 D+ BT 3,41 A- T
Siswa Preetest Posttest ngan
(g) 10 S10 1,33 D+ BT 3,41 A- T
S1 40,0 83,3 0,72 tinggi 11 S11 1,33 D+ BT 3,41 A- T
S2 50,0 86,7 0,73 tinggi 12 S12 1,33 D+ BT 3,41 A- T
S3 13,3 80,0 0,77 tinggi 13 S13 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
S4 33,3 86,7 0,80 tinggi 14 S14 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
S5 30,0 83,3 0,76 tinggi 15 S15 1,33 D+ BT 3,41 A- T
S6 13,3 83,3 0,81 tinggi 16 S16 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
S7 46,7 80,0 0,63 sedang 17 S17 1,33 D+ BT 3,41 A- T
S8 40,0 86,7 0,78 tinggi 18 S18 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
S9 23,3 86,7 0,83 tinggi 19 S19 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
S10 56,7 90,0 0,77 tinggi 20 S20 1,33 D+ BT 3,41 A- T
S11 33,3 86,7 0,80 tinggi 21 S21 1,33 D+ BT 3,41 A- T
S12 13,3 90,0 0,88 tinggi 22 S22 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
23 S23 1,33 D+ BT 3,41 A- T
S13 40,0 86,7 0,78 tinggi
24 S24 1,33 D+ BT 3,41 A- T
S14 46,7 90,0 0,81 tinggi
25 S25 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
S15 20,0 86,7 0,83 tinggi
26 S26 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
S16 33,3 86,7 0,80 tinggi 27 S27 1,33 D+ BT 3,41 A- T
S17 46,7 86,7 0,75 tinggi 28 S28 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
S18 13,3 86,7 0,85 tinggi 29 S29 1,33 D+ BT 3,41 A- T
S19 20,0 80,0 0,75 tinggi 30 S30 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
S20 43,3 86,7 0,76 tinggi 31 S31 1,33 D+ BT 3,26 B+ T
S21 36,7 86,7 0,79 tinggi 32 S32 1,33 D+ BT 3,11 B+ T
S22 33,3 86,7 0,80 tinggi Rata-rata
S23 40,0 90,0 0,83 tinggi Keterangan:
S24 40,0 86,7 0,78 tinggi T : Tuntas apabila nilai ≥ 3,01
S25 26,7 90,0 0,86 tinggi BT : Belum tuntas apabila nilai < 3,01
S26 43,3 90,0 0,82 tinggi NK : Nilai Konversi
S27 30,0 86,7 0,81 tinggi
S28 36,7 83,3 0,74 tinggi

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis 667


Inkuri Terbimbing untuk….
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
Tabel 14 di atas diperoleh informasi bahwa pada Nilai N-
penelitian ini seluruh siswa tidak tuntas pada saat Kode Preetest Posttest Gain
Keterangan
dilakukan tes awal, hal ini disebabkan siswa belum Siswa Score
terbiasa mengerjakan tes hasil belajar kompetensi (g)
S9 33,33 85,19 0,78 Tinggi
keterampilan berupa tes kinerja, kemudian setelah
dilakukan kegiatan belajar mengajar berbasis inkuri S10 33,33 85,19 0,78 Tinggi
terbimbing untuk melatihkan keterampilan proses sains, S11 33,33 85,19 0,78 Tinggi
seluruh siswa mencapai ketuntasan individual untuk
S12 33,33 85,19 0,78 Tinggi
kompetensi keterampilan dengan nilai kompetensi di
atas 3,01 (urusan kurikulum SMPN 1 Muara Jawa) hal S13 33,33 81,48 0,72 Tinggi
ini menunjukkan bahwa penerapan perangkat S14 33,33 81,48 0,72 Tinggi
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dapat
S15 33,33 85,19 0,78 Tinggi
melatihkan keterampilan proses sains siswa, hasil
belajar kompetensi keterampilan juga dapat dilihat pada S16 33,33 81,48 0,72 Tinggi
Gambar 5. S17 33,33 85,19 0,78 Tinggi
S18 33,33 81,48 0,72 Tinggi
S19 33,33 81,48 0,72 Tinggi
S20 33,33 85,19 0,78 Tinggi
S21 33,33 85,19 0,78 Tinggi
S22 33,33 81,48 0,72 Tinggi
S23 33,33 85,19 0,78 Tinggi
S24 33,33 85,19 0,78 Tinggi
S25 33,33 81,48 0,72 Tinggi
S26 33,33 81,48 0,72 Tinggi
S27 33,33 85,19 0,78 Tinggi
S28 33,33 81,48 0,72 Tinggi
Gambar 5. Grafik hasil analisis ketuntasan belajar S29 33,33 85,19 0,78 Tinggi
kompetensi keterampilan S30 33,33 81,48 0,72 Tinggi
S31 33,33 81,48 0,72 Tinggi
Perhitungan skor peningkatan (gain score) hasil
belajar kompetensi keterampilan siswa dapat dilihat S32 33,33 77,78 0,67 Sedang
pada Tabel 15 berikut: Rata-rata N-Gain Score 0,75 Tinggi
Tabel 15. Perhitungan N-Gain Score hasil belajar
kompetensi keterampilan siswa
Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat dilihat bahwa
Nilai N-
Kode Preetest Posttest Gain skor peningkatan (gain score) pada hasil belajar
Keterangan kompetensi keterampilan siswa dikategorikan sebagai
Siswa Score
(g) g-tinggi dengan rata-rata 0,75 atau 75%.
S1 33,33 85,19 0,78 Tinggi
S2 33,33 81,48 0,72 Tinggi 3) Kompetensi Sikap
Penilaian sikap yang dilakukan pada penelitian ini
S3 33,33 85,19 0,78 Tinggi adalah penilaian pada sikap siswa yang penilaiannya
S4 33,33 81,48 0,72 Tinggi dilakukan saat proses belajar mengajar dilakukan
S5 33,33 81,48 0,72 Tinggi dengan melihat rata-rata perkembangan sikap siswa per
aspek mulai dari pertemuan pertama sampai pertemuan
S6 33,33 81,48 0,72 Tinggi ketiga yang secara rinci disajikan pada Tabel 16
S7 33,33 81,48 0,72 Tinggi berikut:
S8 33,33 85,19 0,78 Tinggi

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis 668


Inkuri Terbimbing untuk….
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
Tabel 16. Hasil analisis penilaian sikap ilmiah siswa
Aspek Sikap Siswa
Ko. Siswa 1 2 3 4 5
R PR R PR R PR R PR R PR
S1 4,0 SB 3,0 B 3,3 B 3,7 SB 3,7 SB
S2 4,0 SB 3,3 B 3,7 SB 3,3 B 3,3 B
S3 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,0 B
S4 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,0 B
S5 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,0 B
S6 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,0 B
S7 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,0 B
S8 4,0 SB 3,0 B 3,3 B 3,7 SB 3,3 B
S9 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,3 B 3,7 SB
S10 4,0 SB 3,7 SB 4,0 SB 4,0 SB 4,0 SB
S11 4,0 SB 3,3 B 3,3 B 3,3 B 3,3 B
S12 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,0 B
S13 4,0 SB 3,3 B 3,3 B 3,7 SB 3,3 B
S14 4,0 SB 3,3 B 3,3 B 3,3 B 3,3 B
S15 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,3 B
S16 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,0 B
S17 4,0 SB 3,7 SB 4,0 SB 4,0 SB 4,0 SB
S18 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,0 B
S19 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,0 B
S20 4,0 SB 3,7 SB 3,7 SB 4,0 SB 4,0 SB
S21 4,0 SB 3,7 SB 3,7 SB 3,7 SB 4,0 SB
S22 4,0 SB 3,3 B 3,3 B 3,3 B 3,7 SB
S23 4,0 SB 3,7 SB 3,7 SB 3,7 SB 4,0 SB
S24 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,0 B
S25 4,0 SB 3,3 B 3,3 B 3,7 SB 3,7 SB
S26 4,0 SB 3,7 SB 3,7 SB 3,7 SB 4,0 SB
S27 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,0 B
S28 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,0 B
S29 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,0 B
S30 4,0 SB 3,3 B 3,3 B 3,3 B 3,7 SB
S31 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,0 B
S32 4,0 SB 3,0 B 3,0 B 3,0 B 3,0 B

Keterangan: b. Sensitivitas
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama Tabel 17 menunjukkan sentitivitas butir soal pada
yang dianutnya aspek pengetahuan yang menyatakan kepekaan butir
2. Rasa ingin tahu soal terhadap pengaruh proses kegiatan belajar
3. Hati-hati mengajar, Butir soal dikatakan memiliki kepekaan
4. Tanggung Jawab terhadap proses kegiatan belajar mengajar apabila
5. Sikap dalam berkomunikasi memiliki sensitivitas ≥ 0,3 (Gronlund, 1982; Aiken,
R = Rata-rata 1997). Semakin tinggi nilai sensitivitas yang dimiliki
PR = Predikat oleh butir soal, maka butir soal tersebut memiliki
P = Pertemuan/Tatap muka kepekaan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan.
Tabel 17. Sensitivitas butir soal kompetensi
Sikap siswa terlihat pada Tabel 16 dan Gambar 6,
pengetahuan
Butir
Pretest Postest Sensitivitas Kategori
Soal
1 18 32 0,4 Sensitif
2 16 32 0,5 Sensitif
3 14 29 0,5 Sensitif
4 20 32 0,4 Sensitif
5 21 31 0,3 Sensitif
6 7 25 0,6 Sensitif
7 3 24 0,7 Sensitif
Gambar 6. Grafik hasil analisis ketuntasan belajar 8 6 26 0,6 Sensitif
kompetensi sikap.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis 669
Inkuri Terbimbing untuk….
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
Butir Respon Perse
Pretest Postest Sensitivitas Kategori No Pertanyaan
Soal Siswa ntase
9 7 24 0,5 Sensitif belajar, dan cara guru
mengajar.
10 13 32 0,6 Sensitif
Minat siswa terhadap
11 5 25 0,6 Sensitif 4 pembelajaran inkuiri Berminat 100%
12 10 30 0,6 Sensitif terbimbing
13 15 26 0,3 Sensitif Kejelasan pada kegiatan
5 Jelas 100%
14 12 29 0,5 Sensitif belajar mengajar
15 3 24 0,7 Sensitif Ketertarikan pada
6 keterampilan proses Tertarik 99%
16 6 29 0,7 Sensitif
sains
17 13 27 0,4 Sensitif Kemudahan menjawab
18 6 24 0,6 Sensitif 7 Mudah 100%
soal
19 21 31 0,3 Sensitif
20 4 24 0,6 Sensitif Tabel 18 menunjukkan bahwa respon positif
21 18 32 0,4 Sensitif siswa pada pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing
22 5 24 0,6 Sensitif untuk melatihkan keterampilan proses sains berkategori
23 0 24 0,8 Sensitif sangat kuat sebab 98% siswa tertarik, 100% siswa
24 16 31 0,5 Sensitif merasa baru dengan komponen pembelajaran inkuiri
25 10 25 0,5 Sensitif terbimbing, 99% siswa merasa mudah dalam
26 8 24 0,5 Sensitif memahami komponen pembelajaran hal ini berarti
27 13 30 0,5 Sensitif hanya 1 persen siswa yang merasa tidak mudah
28 17 30 0,4 Sensitif memahami komponen pembelajaran menggunakan
model inkuiri terbimbing, 100% siswa berminat
29 9 24 0,5 Sensitif
terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing, 100% siswa
30 11 28 0,5 Sensitif
merasa jelas terhadap penjelasan guru, 99% siswa
Rata-rata 0,5 Sensitif
tertarik dengan keterampilan proses sains, dan 100%
siswa merasa mudah menjawab soal.
Tabel 17 menunjukkan bahwa seluruh soal yang
berjumlah 30 butir soal pada kompetensi pengetahuan
IV. KESIMPULAN
memiliki sensitivitas di atas 0,3 dengan rata-rata
A. Simpulan
sensitivitas 0,5, berdasarkan data tersebut maka seluruh
Berdasarkan hasil analisis, diskusi dan
soal dikatakan sensitif sehingga butir soal secara umum
pembahasan, maka diperoleh simpulan secara umum
dinyatakan peka terhadap proses pembelajaran.
bahwa perangkat pembelajaran fisika berbasis inkuiri
terbimbing yang dikembangkan berkategori sangat
2. Respon Siswa
valid, praktis serta efektif untuk melatihkan
Hasil analisis respon siswa terhadap perangkat
keterampilan proses sains siswa SMP dan
pembelajaran, suasana belajar, cara guru mengajar, dan
meningkatkan hasil belajar siswa.
tes hasil belajar secara lengkap disajikan pada Tabel 18
berikut:
B. Saran
Tabel 18. Hasil analisis respon siswa
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah
Respon Perse
No Pertanyaan dilakukan, ada beberapa saran yang dapat dikemukakan
Siswa ntase
Ketertarikan siswa peneliti, sebagai berikut:
terhadap komponen: 1. Pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing
materi, buku siswa, untuk melatihkan keterampilan proses sains
1 Tertarik 98%
LKS, suasana belajar, memerlukan waktu lama, sehingga disarankan perlu
dan cara guru mengajar. waktu sebanyak satu kali pertemuan sebelum
pembelajaran untuk memperkenalkan kepada siswa
Keterbaruan siswa
tentang keterampilan proses sains,
terhadap komponen:
2 materi, buku siswa, Baru 100% 2. Pemberian motivasi kepada siswa sangat diperlukan
LKS, suasana belajar, agar tidak merasa kesulitan dalam mengikuti proses
dan cara guru mengajar. pembelajaran yang berbasis inkuiri terbimbing
Kemudahan siswa untuk melatihkan keterampilan proses sains,
dalam memahami 3. Pengawasan dan mengingatkan siswa tentang
3 Mudah 99%
komponen: materi, buku petunjuk keselamatan kerja dalam melakukan
siswa, LKS, suasana

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis 670


Inkuri Terbimbing untuk….
Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya Vol. 4, No. 2, Mei 2015
ISSN : 2089-1776
percobaan sangat diperlukan agar tidak terjadi hal- Indonesia No. 54 Tahun 2013. Yang diundangkan
hal yang tidak diinginkan selama kegiatan di Jakarta tanggal 17 Mei 2013 oleh
percobaan berlangsung. Kemenkumham RI Pada berita acara RI tahun
2013 No. 712. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
REFERENSI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Aiken, L. (1997). Psychological testting and Indonesia. (2013). Salinan lampiran peraturan
assessment 9th edition. USA: Allyn and Bacon. Menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik
Ambarsari, W., Santosa, S., & Maridi. (2013). Indonesia No. 81A Tahun 2013.. Jakarta:
“Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
terhadap keterampilan proses sains dasar pada Kim, E.C., & Kellough, R.D. (1995). A resource guide
pelajaran biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 7 for secondary school teaching: planning for
Surakarta”. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol. 5 No. competence 6Th. USA: Prentice-Hall, Inc.
1. Januari 2013. pp 81-95. Maloney, J., & Simon, S. (2007). Mapping children’s
Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran. Bandung: discussions of evidence in science to assess
PT Remaja Rosda Karya. collaboration and argumentation. Journal
Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. International of Science Education, 28 (15): 1817-
edisi revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 1841.
Borich. G.D. (1994). Observation skill for effective Orlich D.C., Harder, R.J., Callahan, R.C., Trevisan,
teaching. Second Edition. New York: Macmillan M.S., & Brown, A.H. (2010). Teaching strategies
Publishing Company. a guide to effective instruction: ninth edition.
Dewi, K., Sadia, I.W., & Ristiati, N.P. (2013). USA: Wadsworth, Cengage Learning.
“Pengembangan perangkat pembelajaran IPA Pinto, R., & Boudamoussi, S.E. (2009). “Scientific
terpadu dengan setting inkuiri terbimbing untuk processes in PISA test observed for science
meningkatkan pemahaman konsep dan kinerja teacher”. International Jurnal of Science
ilmiah”. E-journal PPs Universitas Pendidikan Education. Vol. 31, No. 16, November 2009, pp.
Ganesha. Vol.3 2013. pdf. Diakses 10 Maret 2131-2159.
2014. Ratumanan, G.T., & Laurens, T. (2011). Evaluasi hasil
Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan belajar pada tingkat satuan pendidikan.
pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Surabaya: Unesa Unversity Press.
Eggen, P., & Kauchak, D. (1996). Strategies for Ridwan. (2010). Skala pengukuran variabel-variabel
teacher; teaching content and thinking skills. penelitian. Bandung: Alfabeta.
USA: Allyn and Bacon. Schwarz, C., & Gwekwerere, Y. (2007). “Using a
Gronlund, N.E. (1982). Constructing achievement test. guided inquiry and modeling instructional
third edition. USA. Prentice Hall Inc. framework (EIMA) to support pre-service K-8
Hake. (1999). Analyzing change/gain scores. (Online). science teaching”. Science Education Journal,
Tersedia http://www. 91(1), 158-186.
physicsindiana.edu/sdi/Analyzing-Change-Gain. Slavin, R.E. (2008). Psikologi pendidikan, teori dan
pdf. Diakses 15 November 2013. praktik edisi kedelapan jilid 1. Jakarta: PT.
Ibrahim, M.H. (2012). Pembelajaran inkuiri (Makalah Indeks.
disajikan pada Diklat Nasional, Surabaya). Subagyo, Y., Wiyanto., & Marwoto, P. (2009).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik “Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan
Indonesia. (2013). Ilmu pengetahuan alam: Buku proses sains untuk meningkatkan penguasaan
Guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. konsep suhu dan pemuaian”. Jurnal Pendidikan
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Fisika Indonesia. Vol 5, Januari 2009. pp 42-46.
Kebudayaan. Thiagarajan, S., Semmel, D.S., & Semmel, M.I. (1974)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Instructional development for training teacher of
Indonesia. (2013). Modul pelatihan implementasi exceptional children: a sourcebook. Washington,
kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan D.C: National Center for Improvement of
dan Kebudayaan. Educational System (DHEW/OE).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Tuckman, B.W. (1999). Conducting educational
Indonesia. (2013). Salinan lampiran peraturan research; fifth edition. USA: Harcourt Brace &
Menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik College Publisher.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Berbasis 671


Inkuri Terbimbing untuk….

Potrebbero piacerti anche