Sei sulla pagina 1di 11

PENGADAAN TANAH BERDASARKAN UU. NO.

2 TAHUN 2012
TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK
KEPENTINGAN UMUM (STUDI DI KABUPATEN CILACAP)

Budi Irawan
Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT
The issuance of Law No. 2 of 2012 on land acquisition (land procurement law) as a legal basis for the
government to be doing activities that require land development is expected to ensure legal certainty in
land acquisition and sense of fairness to the parties affected by land acquisition. This study aims to
analyze the provision of land for the construction of the public interest in Cilacap district and analyze the
normative constraints encountered in land acquisition in Cilacap district by Act No. 2 of 2012. The method
used is a normative juridical approach uses the method legisme legal positivism, which argues identical
with the norms made written and promulgated by agencies or officials of the state. The acquisition of land
for public purposes under Law No. 2 of 2012 in Cilacap district includes four (4) phases: Procurement
Planning soil; Preparation of the Land Acquisition; Implementation of the Land Acquisition; Submission of
Results. Form of compensation in land acquisition is in the form of money, in land, resettlement, ownership
or other form approved by both parties. Normative constraints faced is the lack of synchronization and
harmonization seen in the regulations implementing the land acquisition law is under preparation that
implementation is set in Central Java governor regulation number 18 of 2013 which is about the team and
the preparation of the study team. The existence of disharmony in the BAL procurement law is seen also
at the time of submission of proof of rights to land at the disposal of land rights can not be contested in
the future (Land Acquisition Act article 42 paragraph (2) and (3)), is not exactly.
Keyword: liability
ABSTRAK
Terbitnya UU No. 2 Tahun 2012 tentang pengadaan tanah (UU pengadaan tanah) sebagai suatu
landasan hukum bagi pemerintah yang akan melakukan kegiatan pembangunan yang memerlukan tanah
diharapkan dapat menjamin kepastian hukum dalam perolehan tanah serta memenuhi rasa keadilan bagi
pihak yang terkena pembebasan tanahnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengadaan tanah untuk
pembangunan bagi kepentingan umum dan menganalisis kendala normatif dalam pengadaan tanah di
Kabupaten Cilacap berdasarkan UU. No. 2 Tahun 2012. Metode pendekatan yang digunakan yuridis
normatif. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum berdasarkan UU. No. 2 tahun 2012 mencakup:
Perencanaan; Persiapan; Pelaksanaan Pengadaan Tanah; Penyerahan Hasil. Bentuk ganti kerugian
dalam pengadaan tanah adalah uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, kepemilikan saham atau
bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak. Kendala normatif adalah tidak adanya sinkronisasi dan
harmonisasi dalam peraturan pelaksanaan UU pengadaan tanah; tahap persiapan yang pelaksanaannya
diatur dalam peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 18 tahun 2013 yaitu tim persiapan dan tim kajian.
Adanya ketidakharmonisan UU pengadaan dengan UUPA terlihat pada waktu penyerahan tanda bukti
hak atas tanah pada saat pelepasan hak atas tanah yang tidak dapat diganggugugat dikemudian hari
(UU pengadaan tanah Pasal 42 ayat (2) dan (3)), merupakan hal tidak tepat.
Kata kunci: pengadaan tanah, kepentingan umum, ganti rugi

PENDAHULUAN perumahan, jalan. Tanah dapat dinilai sebagai


Tanah mempunyai peranan penting dalam benda tetap yang dapat digunakan sebagai ta-
hidup dan kehidupan masyarakat diantaranya bungan masa depan. Tanah merupakan tempat
sebagai prasarana dalam bidang perindustrian, pemukiman dari sebagian besar umat manusia,
135 Jurnal Idea Hukum
Vol. 1 No. 2 Edisi Oktober 2015
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

disamping sebagai sumber penghidupan bagi kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas
manusia yang mencari nafkah melalui usaha tanah tersebut dapat dicabut, dengan memberi
pertanian dan perkebunan, yang akhirnya tanah ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang
juga yang dijadikan persemayaman terakhir bagi diatur oleh undang-undang. Hal-hal tentang pen-
se-orang yang meninggal dunia.1 cabutan hak juga ditegaskan di dalam Pasal 1
Semakin bertambahnya jumlah penduduk, Undang-undang nomor 20 tahun 1961 tentang
akan bertambah pula kebutuhan akan tanah, te- pen-cabutan hak hak atas tanah dan benda-
tapi hal ini tidak berbanding lurus dengan luasan benda yang ada diatasnya.
tanah yang bersifat tetap. Akibatnya akan sema- Bila melihat Pasal 1 UU Nomor 20 Tahun
kin sulit pula pengadaan tanah untuk pemba- 1961 dan Pasal 18 UUPA dapat diartikan pen-
ngunan proyek pemerintah, karena setiap jeng- cabutan hak atas tanah merupakan jalan terakhir
kal tanah sudah ada yang menguasai dan meng- untuk memperoleh tanah dan benda-benda lain-
gunakannya, disamping itu harga tanahpun se- nya yang diperlukan untuk kepentingan umum.
makin tinggi. Untuk itu diperlukan hukum tanah Dalam melakukan pencabutan hak-hak atas
nasional yang dapat mengatur penyelenggaraan tanah tersebut kepentingan pemilik tidak boleh
penggunaan tanah agar tercipta ketertiban dan diabaikan. Selain kewenangan pemerintah un-
menjamin kepastian hukum bagi setiap orang tuk melakukan pencabutan hak diberikan pula
yang mempunyai hubungan hukum dengan jaminan ganti kerugian yang layak.
tanah. Pengadaan tanah untuk kepentingan um-
Pasal 33 Undang-undang Dasar Negara um merupakan kepentingan pembangunan juga
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) haruslah memperhatikan suatu lokasi yang
khususnya ayat (3). Pengertian “dikuasai” diurai- tentunya akan berimplikasi kepada pengadaan
kan lebih rinci dalam pasal 2 ayat (1) UUPA untuk tanah itu sendiri, di sisi lain tanah harus
dinyatakan bahwa: Atas dasar ketentuan dalam dipergunakan dan dimanfaatkan sebesar-besar-
Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan hal-hal se- nya untuk kesejahteraan rakyat secara adil dan
bagaimana dimaksud Pasal 1, bumi, air dan merata, juga harus dijaga kelestariannya.2 Ta-
ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang nah merupakan salah satu sarana kebutuhan
terkandung di dalamnya itu pada tingkatan yang amat penting dalam pengadaan tanah
tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai orga- untuk kepentingan umum tidaklah mudah untuk
nisasi kekuasaan seluruh rakyat. dipecahkan.3
Pasal 18 UUPA seakan mengingat-kan Tuntutan masyarakat akan perlakuan yang
akan fungsi tanah yaitu fungsi sosial artinya lebih adil mengenai tanah makin bertambah
apabila diperlukan untuk kepentingan umum, besar seiring dengan berakhirnya era orde baru
termasuk kepentingan bangsa dan negara serta yang berganti dengan era reformasi. Selama

1 3
Abdurrahman, 1983, Masalah Hak-Hak Atas Tanah dan I Wayan Suandra, 1994, Hukum Pertanahan Indonesia,
Pembebasan Tanah di Indonesia, cet. 2, Alumni, cet.1, PT.Rineke Cipta, Jakarta, hal.11
Bandung, hal. 1.
2
Achmad Rubai, 2007, Hukum Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum, Bayumedia Publishing, Malang,
hal. 1.
Pengadaan Tanah Berdasarkan Undang-Undang… 136

kurang lebih dari enam belas tahun era reformasi luhur bangsa Indonesia, untuk itu diperlukan
berjalan di Indonesia segala bentuk pelang- komitmen pembuat peraturan perundang-un-
garan-pelanggaran terhadap hukum dan hak dangan yang sungguh-sungguh untuk memberi-
asasi manusia terus diperbaiki. Munculnya Pe- kan dasar dan arah yang adil dalam pengelolaan
raturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang sumber daya alam berkelanjutan dan ramah
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pem- lingkungan dengan tidak menyengsarakan ma-
bangunan untuk Kepentingan Umum dan Pera- syarakat, sehingga adanya keseimbangan an-
turan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang tara kepentingan pemerintah dan kebutuhan
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 masyarakat.
Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Dari sekian banyak asas haruslah asas
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan keadilan diutamakan karena asas ini telah
Umum, masih dianggap belum sesuai dengan ditegaskan dua kali pada ketentuan umum pasal
prinsip yang ada di dalam Undang-undang Dasar 1 angka 2 dan angka 10 Undang-undang ini.
Negara Republik Indonesia khususnya Pasal Metode pendekatan yang digunakan adalah yu-
28H ayat (4), Pasal 33 ayat (3) dan hukum tanah ridis normatif. Spesifikasi penelitian ini adalah
nasional. Disatu sisi, negara menjamin kepe- deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggam-
milikan sah individu sebagaimana diamanatkan barkan keadaan obyek yang akan diteliti.5 Bahan
oleh UUD 1945 dan UUPA, disisi lain pelaksana hukum yang digunakan dalam penelitian ini
kekuasaan negara yakni pemerintah berke- terdiri dari bahan hukum primer dan bahan
wajiban menjalankan agenda pembangunan in- hukum sekunder. Bahan Hukum yang diperoleh
frakstruktur fisik yang kerap kali mengorbankan akan dianalisis secara normatif yang dilakukan
nilai kepentingan individu artinya saat dibutuhkan konstruksi hukum untuk menjawab suatu isu
demi kepentingan umum, kepentingan individu hukum dengan proses analogi, argument a con-
bisa dikompromikan, bahkan dikalahkan dan hak trario, penyempitan makna hukum (recht ver-
milik atas tanah harus dilepaskan. fijning)6
Salah satu upaya untuk mencapai tujuan
tersebut adalah melalui pembangunan oleh ne- PEMBAHASAN
gara atau pemerintah. Pembangunan yang dila- Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
kukan pemerintah dewasa ini antara lain berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
pemenuhan kebutuhan pengadaan tanah untuk 2012 di Kabupaten Cilacap.
kepentingan umum, yang harus didukung oleh Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, menentukan
peraturan perundang-undangannya. Pembentu- bahwa penggunaan tanah bumi, air, dan ke-
kan peraturan perundangun-dangan memerlu- kayaan alam yang terkandung di dalamnya oleh
kan pendekatan yang mencerminkan pola pikir negara dipersyaratkan untuk dipergunakan bagi
yang proaktif yang dilandasi sikap kritis dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Secara
4
obyektif. Hal ini guna mewujudkan cita-cita yang yuridis, kepentingan mencapai sebesar-besar-

4 5
Maria S.W.Sumardjono, 2001, Kebijakan Pertanahan Ronny Hanintijo Sumitro, 1988, Metodologi Penelitian
Antara Regulasi Dan Implementasi, Penerbit Buku Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal.16.
6
Kompas, hal 1 Suratman dan H.Philips Dillah, Op cit., hal. 86.

136
137 Jurnal Idea Hukum
Vol. 1 No. 2 Edisi Oktober 2015
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

nya kemakmuran rakyat merupakan dasar di- Adapun fungsi sosial hak-hak atas tanah
kuasainya tanah oleh negara. Negara memiliki berarti, bahwa tanah juga bukan komoditi perda-
kekuasaan atas tanah dalam arti negara mem- gangan, biarpun dimungkinkan tanah yang di-
punyai kewenangan untuk mengatur semua punyai dijual, jika ada keperluan. Penyediaan
hubungan hukum atas tanah agar berbagai tanah oleh perusahaan Kawasan Industri menu-
dimensi kebutuhan masyarakat secara pero- rut Keputusan Presiden No. 53 Tahun 1989
rangan maupun kelompok terpenuhi. tentang “Kawasan Industri” dan penyediaan
Pasal 6 UUPA dimuat suatu pernyataan tanah oleh apa yang disebut Kawasan Siap Ba-
penting mengenai hak-hak atas tanah, yang ngun, menurut UU No. 4 Tahun 1992 tentang
merumuskan secara singkat sifat kebersamaan “Perumahan dan Pemukiman”, bukan kegiatan
atau kemasyarakatan hak-hak atas tanah menu- perdagangan tanah, melainkan usaha untuk
rut konsepsi yang mendasari hukum tanah na- mempermudah perusahaan-perusahaan industri
sional. Pasal 6 tersebut bunyinya sebagai beri- dan perusahaan-perusahaan pembangunan pe-
kut: Semua hak atas tanah mempunyai fungsi rumahan dalam memperoleh tanah yang diper-
sosial. lukan, termasuk prasarana dan sarana.
Fungsi sosial hak-hak atas tanah mewa- Kepentingan umum harus diutamakan
jibkan pada yang mempunyai hak untuk mem- daripada kepentingan pribadi, sesuai dengan
pergunakan tanah yang bersangkutan sesuai asas hukum yang berlaku bagi terselenggaranya
dengan keadaannya, artinya: keadaan tanahnya, berkehidupan bersama dalam masyarakat. Teta-
serta sifat dan tujuan pemberian haknya. Jika pi biarpun demikian ke-pentingan individu juga
kewajiban itu sengaja diabaikan maka hal tidak diabaikan, karena seperti yang telah di-
tersebut dapat mengakibatkan hapusnya atau kemukakan di atas, hak individu atas tanah
batalnya hak yang bersangkutan. Dalam hal dihormati dan dilindungi oleh hukum. Maka jika
yang demikian tanah termasuk golongan yang kepentingan umum menghendaki didesaknya
“ditelantarkan” (Penjelasan Pasal 27 UUPA). kepentingan individu, hingga yang terakhir ini
Jika tanah hak milik, hak guna usaha, mengalami kerugian, maka kepadanya harus
tanah hak guna bangunan ditelantarkan, haknya diberikan pengganti kerugian. UU No. 26 Tahun
akan hapus dan tanah yang bersangkutan jatuh 2007 tentang Penataan Ruang, LN 200768 ada
pada negara, artinya menjadi tanah negara ketentuan dalam Pasal 61a, bahwa “Setiap orang
kembali (pasal 27 ayat 3, pasal 34 huruf e dan berkewajiban menaati rencana tata ruang yang
pasal 40 huruf e UUPA). Ketentuan ini sesuai telah ditetapkan”. Tetapi kalau kegiatan pem-
dengan peraturan yang berlaku dalam hukum bangunan yang dilaksanakan sesuai dengan
adat. Sifat dan tujuan pemberian Hak guna ba- rencana tata ruang yang telah ditetapkan itu,
ngunan adalah, bahwa yang empunya hak akan mengakibatkan kerugian bagi seseorang yang
membangun rumah atau bangunan lain di atas mempunyai tanah, ia berhak memperoleh peng-
tanahnya. Kalau tanahnya dibiarkan kosong tan- gantian yang layak sesuai ketentuan Pasal 60c.
pa alasan, maka yang de-mikian itu termasuk Menurut Pasal 18 Undang-Undang Pokok Agra-
dalam pengerti-an “ditelantarkan”. ria maka untuk kepentingan umum, termasuk
untuk kepentingan bangsa dan negara serta ke-
Pengadaan Tanah Berdasarkan Undang-Undang… 138

pentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas Menurut Abdulrachman untuk terlak-
tanah dapat dicabut dengan memberikan ganti sananya suatu pencabutan hak atas tanah untuk
rugi yang layak dan menurut cara yang diatur kepentingan umum harus dipenuhi adanya be-
oleh undang-undang yaitu Undang-undang No- berapa persyaratan yaitu:
mor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak- 1. Pencabutan hak hanya dapat dilakukan
bilamana kepentingan umum benarbenar
hak Atas Tanah dan Benda-benda yang Ada di
menghendakinya. Unsur kepentingan um-
Atasnya. um harus tegas menjadi dasar dalam
pencabutan hak ini. Termasuk dalam pe-
Berdasarkan prinsip Hak Menguasai Ne-
ngertian kepentingan umum ini adalah
gara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 33 kepentingan bangsa, negara, kepentingan
bersama dari rakyat, serta kepentingan
ayat (3) UUD 1945 jo Pasal 2 UUPA UUPA dan
pembangunan.
prinsp fungsi hak atas tanah sebagaimana yang 2. Pencabutan hak hanya dapat dilakukan
oleh pihak yang berwenang menurut tata
ditentukan dala Pasal 6 UUPA, maka pengadaan
cara yang ditentu dalam ketentuan perun-
tanah bagi pembangunan untuk kepentingan dangan yang berlaku. Untuk keperluan itu
Pemerintah telah menetapakan Undang-
umum dapat dilaksanakan asalkan sesuai de-
undang Nomor 20 tahun 1961 dan ber-
ngan prinsip dasar pembangunan yaitu untuk bagai ketentuan pelaksanaannya guna
mengatur acara pencabutan hak atas ta-
mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan
nah tersebut.
sejahtera. Hal tersebut penerapannya melalui 3. Pencabutan hak atas tanah harus disertai
dengan ganti kerugian yang layak. Si-
UU pengadaan tanah yaitu UU No. 2 tahun 2012
empunya hak atas tanah berhak atas
tentang pengadaan tanah bagi pembangunan pembayaran sejumlah ganti kerugian yang
layak berdasarkan atas harga yang pan-
untuk kepentingan umum. Mekanisme penga-
tas.7
daan tanah bagi pembangunan untuk kepen-
Bilamana pencabutan hak tersebut
tingan umum yang dahulu diatur melalui Kepu-
tanpa mengindahkan, persyaratan-persyaratan
tusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang
dimaksud, maka perbuatan yang dilakukan oleh
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pem-
pihak pemerintah dapat dinilai sebagai suatu
bangunan untuk Kepentingan Umum yang dike-
perbuatan pemerintah yang melanggar hukum
mudian diubah dengan Peraturan Presiden 36
(onrechmatigeoverheidsdaad atau sebagai
Tahun 2005 jo Peraturan Presiden Nomor 65
penyalahgunaan wewenang).
Tahun 2006 yang salah satu pasalnya mene-
Syarat pertama yang harus diindahkan
rapkan “pencabutan hak” sudah tidak berlaku
dalam melaksanakan pencabutan hak harus
lagi. Mekanisme pengadaan tanah untuk ke-
dilakukan benar-benar untuk kepentingan umum.
pentingan umum saat ini mengacu pada UU
Pasal 18 UUPA yang merupakan dasar untuk
pengadaan tanah dengan menghilangkan pasal
mengadakan tindakan ini menyebutkan adanya
“pencabutan hak”, karena pencabutan hak pun
kepentingan umum sebagai dasar mengadakan
telah diatur tersendiri dalam undang-undang
pencabutan hak dan memasukkan ke dalamnya
nomor 20 tahun 1961 yaitu tentang pencabutan
kepentingan bangsa dan negara serta
hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada
kepentingan bersama dari rakyat, kemudian oleh
di atasnya.

7
Abdurrahman, Op. Cit, hal.39

138
139 Jurnal Idea Hukum
Vol. 1 No. 2 Edisi Oktober 2015
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

UU No. 20 Tahun 1961 ditambahkan pula basan tanah yang tidak dengan ketentuan hukum
dengan memasukkan kedalamnya adanya dan lain sebagainya.9
kepentingan pembangunan. Oleh karena itu Dari hasil penelitian dapat dideskripsikan
maka pencabutan hak atas tanah tetap bahwa untuk mendapatkan tanah dalam
diberlakukan walaupun di dalam UU pengadaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
tanah pencambutan hak tidak dicantumkan. kepentingan umum melalui 4 (empat) tahapan
Ada tiga prinsip suatu kegiatan pem- yang diatur di dalam Pasal 13 UU pengadaan
bangunan dapat dikatakan kepentingan umum,
tanah.Pengadaan tanah bagi pembangunan
yaitu:
1. Kegiatan tersebut benar-benar dimiliki untuk kepentingan umum oleh Pemerintah,
pemerintah
Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara
Prinsip ini mengandung batasan bahwa
kegiatan kepentingan umum tidak dapat dan Badan Usaha Milik Daerah dilaksanakan
dimiliki oleh perorangan ataupun swas-ta.
dengan beberapa tahapan: perencanaan: Pe-
Dengan kata lain perorang-an dan swasta
tidak dapat memiliki jenis-jenis kegiatan rsiapan; pelaksanaan; penyerahan hasil.
ke-pentingan umum yang membutuhkan
Dalam melaksanakan kegiatan apapun
pembebasan tanah-tanah hak maupun
swasta. diperlukan suatu perencanaan yang matang dan
2. Kegiatan pembangunan terkait dilakukan
komprehensif serta berkelanjutan, begitu pula
oleh pemerintah
Prinsip ini memberikan batasan bahwa dengan pemerintah, pemerintah daerah, badan
proses pelaksanaan dan pengelolaan
usaha milik negara dan badan usaha milik
suatu kegiatan untuk kepentingan umum
hanya dapat diperankan oleh pemerintah. daerah dalam instansi yang memerlukan tanah
Tetapi dalam praktiknya pengelolaan ke-
untuk pembangunan untuk kepentingan umum.
giatan untuk kepentingan umum tersebut
ditenderkan oleh pihak swasta, contohnya Mengingat konsep pembangunan Indonesia
kegiatan pembangunan waduk kedung
pada dasarnya menggunakan konsep pem-
ombo.
3. Kegiatan tersebut tidak mencari keun- bangunan berkelanjutan. Pembangunan yang
tungan
berkelanjutan merupakan standar yang tidak
Prinsip ini membatasi tentang fungsi suatu
kegiatan untuk kepentingan umum sehing- hanya ditujukan bagi perlindungan ling-
ga benar-benar berbeda dengan ke- 10
kungan, melainkan juga bagi kebijakan pemba-
pentingan swasta yang bertujuan untuk
mencari keuntungan.8 ngunan artinya dalam penyediaan, penggunaan,
peningkatan kemampuan sumber daya alam dan
Pada zaman Orde Baru banyak dilakukan
peningkatan taraf ekonomi, perlu menyadari
pembebasan hak atas tanah, karena lebih
pentingnya pelestarian fungsi lingkungan hidup,
mengutamakan pembangunan ekonomi untuk
kesamaan derajat antar generasi, kesadaran
pertumbuhan dan merangsang investasi. Agar
akan hak dan kewajiban masyarakat, pence-
semuanya itu terwujud, sering diambil kebijaksa-
gahan terhadap pembangunan yang merusak
naan yang kadang-kadang bertentangan de-
dan tidak bertanggung jawab terhadap ling-
ngan hukum yang berlaku. Misal: terjadinya pe-
kungan serta kewajiban untuk turut serta dalam
nguasaan tanah secara besar-besaran, pembe-

8 10
Op cit., hal. 76 Koesnadi Hardjasoemantri, 1999, Hukum Tata
9
Eddy Ruchiyat, 1999, Politik Pertanahan Nasional Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta,
Sampai Orde Reformasi. Penerbit PT. Alumni. Bandung, hal 18-19.
hal.110
Pengadaan Tanah Berdasarkan Undang-Undang… 140

melaksanakan pembangunan berkelanjutan pa- badan hukum sosial, badan keagamaan atau
da setiap lapisan masyarakat. instansi pemerintah yang memiliki cukup bukti
Dokumen Perencanaan pengadaan tanah adanya penguasaannya. Pembuktian pemilikan
yang disusun oleh instansi yang memerlukan tersebut dibuktikan dengan alat bukti:
tanah, dapat pula disusun secara bersama-sama a. Izin mendirikan bangunan dan bukti fisik
oleh instansi tekhnis terkait atau dapat pula bangunan
dibantu oleh lembaga professsional yang ditun- b. Surat pernyataan penguasaan fisik
juk oleh instansi yang memerlukan tanah. Do- c. Bukti tagihan atau pembayaran listrik,
kumen perencanaan ini haruslah ditetapkan telepon atau perusahaan air minum
terlebih dahulu sebelum diserahkan kepada dalam 1 (satu) bulan terakhir.
pemerintah provinsi atau gubernur (Pasal 15 ayat Dalam hal pembuktian dari para pihak atas
(3) UU pengadaan tanah). obyek pengadaan tanah tidak ada, pembuktian
Untuk pihak yang berhak dan obyek pemilikan atau penguasaan dapat dilakukan
pengadaan tanah merupakan masyarakat hukum dengan bukti lain berupa pernyataan tertulis dari
disamping keberadaannya diakui setelah yang bersangkutan dan keterangan yang dapat
dilaksanakan penelitian dan ditetapkan dengan dipercaya dari 2 (dua) orang saksi dari ling-
peraturan daerah setempat, juga harus meme- kungan setempat yang tidak mempunyai hu-
nuhi persyaratan sebagai berikut: bungan keluarga dengan yang bersangkutan
a. Terdapat sekelompok orang yang masih sampai derajat kedua, baik dalam kekerabatan
terikat hukum adatnya sebagai warga
vertikal maupun horizontal, yang menyatakan
bersama suatu persekutuan hukum adat
tertentu, yang mengakui dan mene- bahwa yang bersangkutan adalah benar sebagai
rapkan ketentuan persekutuan tersebut
pemilik atau menguasai sebidang tanah tersebut.
dalam kehidupannya seharihari
b. Terdapat tanah ulayat tertentu yang Kegiatan persiapan pengadaan tanah
menjadi lingkungan hidup para warga
berupa konsultasi publik adalah suatu kegiatan
persekutuan hukum adat tersebut dan
tempatnya mengambil keperluan hidup- yang sangat menentukan apakah rencana pem-
nya sehari-hari
bangunan kepentingan umum oleh instansi yang
c. Terdapat tatanan hukum adat mengenai
pengurusan, penguasaan dan penggu- membutuhkan diterima atau ditolak oleh masya-
naan tanah ulayat yang berlaku dan
rakat, apabila dalam konsultasi publik ditolak
ditaati oleh para warga persekutuan hu-
kum adat tersebut. oleh masyarakat ataupun masih adanya pihak-
pihak yang keberatan atas lokasi ren-cana pem-
Ganti kerugian di dalam pengadaan tanah
bangunan, instansi yang memerlukan tanah
bukan saja berupa kepada pemegang atas tanah
melaporkan segera keberatan dimaksud kepada
pihak yang berhak tetapi juga kepada pemilik
Gubernur setempat. Gubernur selaku pemangku
bangunan, tanaman atau benda lain yang ber-
wilayah yang akan menetapkan penetapan lokasi
kaitan dengan tanah (pasal 17 ayat (2) huruf h
membentuk tim untuk melakukan kajian atas
Perpres nomor 71 tahun 2012). Pihak yang
keberatan oleh masyarakat atas lokasi rencana
berhak atas obyek pengadaan tanah berupa ba-
pembangunan untuk kepentingan umum.
ngunan, tanaman atau benda lain yang berkaitan
Kantor Pertanahan Kabupaten Cilacap
dengan tanah bisa perorangan, badan hukum,
dalam melaksanakan tahapan pelaksanaan

140
141 Jurnal Idea Hukum
Vol. 1 No. 2 Edisi Oktober 2015
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk ketentuan peraturan perundang-un-


dangan”.
kepentingan umum yaitu pengadaan tanah pem-
bangunan sutet di wilayah Kabupaten Cilacap Pengadaan jasa penilai dilakukan secara
oleh PT. PLN (persero), mendapat mandat dari sederhana atau seleksi umum dengan jangka
Kepala kantor wilayah badan pertanahan na- waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.
sional provinsi jawa tengah dengan surat Apabila dalam jangka waktu yang telah
keputusan tanggal 9 Juli 2013 nomor 3394 / ditentukan, seleksi penilai gagal atau tidak dapat
KEP33 /VII / 2013. Sebelum melaksanakan terlaksana, ketua pelaksana menunjuk penilai
tugasnya, kepala kantor pertanahan kabupaten publik yang merupakan penilai pemerintah yang
cilacap membentuk susunan pelaksana tugas sudah ditetapkan dan memperoleh izin dari
pengadaan tanah untuk pembangunan sutet menteri keuangan untuk memberikan jasa
dengan surat keputusan kepala kantor perta- penilaian (Pasal 21 Perkaban Nomor 5 Tahun
nahan kabupaten cilacap tanggal 12 September 2012).
2013 Nomor 4806 / Kep.33.01 / IX / 2013
Kendala Normatif Yang Dihadapi Dalam Pe-
Dalam tahap persiapan pelaksanaan, ke-
ngadaan Tanah berdasarkan Undang-undang
pala kantor pertanahan kabupaten cilacap selaku
Nomor 2 Tahun 2012 di Kabupaten Cilacap
ketua pelaksana pengadaan tanah membentuk
Ketentuan Umum angka 2 dan angka 10
satuan tugas A dan satuan tugas B. Satuan tugas
undangundang ini. Kalimat: “Ganti kerugian ada-
A membidangi inventarisasi dan identifikasi data
lah penggantian layak dan adil” belum pernah
fisik penguasaan tanah, pemilikan, penggunaan
muncul pada peraturan perundang-undangan
dan pemanfaatan tanah. Satuan tugas B
yang mengatur tentang pengadaan tanah se-
membidangi inventtarisasi dan identifikasi data
belumnya. Dengan mengatasnamakan pem-
yuridis yang berhak dan obyek pengadaan tanah
bangunan dan kepentingan umum maka setiap
(Pasal 7 Perkaban nomor 5 Tahun 2012). Sebe-
warga negara siap-siap untuk berpindah dari
lum inventarisasi dan identifikasi dilaksanakan
tanah yang ditempatinya. Padahal ganti kerugian
ketua pelaksana pengadaan tanah dan satgas A
dapat disebut adil, apabila keadaan setelah
dan satgas B melakukan pemberitahuan kepada
adanya pengambilalihan paling tidak setara
yang berhak melalui lurah/kepala desa atau
dengan keadaan sebelumnya, di samping itu ada
nama lain. Pemberitahuan disampaikan secara
jaminan terhadap kelangsungan hidup mereka
langsung dengan cara sosialisasi, tatap muka
yang tergusur.11
atau surat pemberitahuan (Pasal 9 Perkaban
Pihak yang berhak lebih memilih bentuk
Nomor 5 Tahun 2012).
ganti kerugian berupa uang dibandingkan
Tahapan selanjutnya dalam pelaksanaan
dengan bentuk ganti kerugian lainnya seperti
adalah menetapkan penilai harga kerugian ta-
pemukiman kembali, saham dan lain-lain. Hal
nah. Pasal 20 ayat (1) Perkaban Nomor 5 Tahun
tersebut dikarenakan besarnya ganti kerugian
2012 menentukan:
berupa uang sejumlah Rp 300.000,- per meter
“Ketua pelaksana pengadaan tanah
menetapkan penilai sesuai dengan

11
Loc. cit Maria S.W Sumardjono hal.89
Pengadaan Tanah Berdasarkan Undang-Undang… 142

persegi adalah bukan merupakan ganti kerugian Pemerintah yang menerbitkan sertifikat
tetapi merupakan ganti keuntungan bila dilihat hak atas tanah tidak pernah menjamin se-
dari harga nilai jual obyek pajak yang hanya Rp penuhnya bahwa sertipikat itu tidak dapat di-
20.000,- per meter persegi atau dengan nilai gugat di kemudian hari, bagaimana mungkin
pasar yang hanya Rp 150.000,- per meter pemilik tanah yang tanahnya terkena pengadaan
persegi. tanah dan wajib diserahkan bagi pembangunan
Bersamaan dengan pembayaran ganti untuk kepentingan umum menjamin sertifikat
kerugian dalam pengadaan tanah yang dilak- yang diserahkan itu tidak dapat diganggu gugat
sanakan langsung oleh PT. PLN kepada yang di kemudian hari.
berhak, dibuatkan pelepasan hak atas tanah dan Kendala normatif lainnya Pasal 43 UU
pemutusan hubungan hukum antara pihak yang pengadaan tanah menyatakan: Pada saat
berhak terhadap tanahnya. Di dalam Pasal 5 UU pelaksanaan pemberian ganti kerugian dan
pengadaan tanah menegaskan pihak yang pelepasan hak sebagaimana dimaksud dalam
berhak wajib melepaskan tanahnya pada saat Pasal 41 ayat (2) huruf a telah dilaksanakan atau
pelaksanaan Pengadaan Tanah untuk Kepen- pemberian Ganti Kerugian sudah dititipkan di
tingan Umum setelah pemberian Ganti Kerugian pengadilan negeri sebagaimana dimaksud dalam
atau berdasarkan putusan pengadilan yang telah Pasal 42 ayat (1), kepemilikan atau Hak Atas
memperoleh kekuatan hukum tetap. Kata wajib Tanah dari Pihak yang Berhak menjadi hapus
ditegaskan pada undang-gundang ini. Seharus- dan alat bukti haknya dinyatakan tidak berlaku
nya ada keseimbangan hukum yaitu bahwa wajib dan tanahnya menjadi tanah yang dikuasai
setelah pemberian ganti kerugian dirasakan adil langsung oleh negara.
dan layak oleh pihak yang berhak.12 Adanya beberapa perubahan yang positif
Bila dilihat Pasal 41 ayat (2) dan ayat (3) dalam ganti kerugian dalam pengadaan tanah
tersebut di atas yang menyatakan bahwa pihak bagi pembangunan untuk kepentingan umum
yang berhak harus menyerahkan bukti pengu- yang diatur dalam UU pengadaan tanah dengan
asaan atau kepemilikan yang merupakan satu- peraturan-peraturan sebelumnya. Perubahan
satunya bukti yang sah menurut hukum dan tidak lainya adalah mekanisme musyawarah dalam
dapat diganggu gugat di kemudian hari, hal ini pengadaan tanah bukan terhadap nilai ganti
dapat menjadi kendala dan mencerminkan kerugian tetapi yang ditawarkan adalah bentuk
Undang-undang ini represif. Kendala tersebut ganti kerugiannya. Perubahan ini diharapkan
terdapat dalam kalimat “tidak dapat diganggu mampu melindungi hak-hak dari pemegang hak
gugat di kemudian hari“ ini bertentangan dengan atas tanah yang tanahnya akan diperuntukan
fakta hukum yang sedang berlangsung di bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepen-
Indonesia yaitu dalam hal ini Pasal 19 ayat 2 tingan umum. Pemerintah tidak dapat melakukan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang pemaksaan dengan mengatas-namakan kepen-
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. tingan umum terhadap pemegang hak atas tanah
agar bersedia melepaskan haknya suka atau

12
Op.cit

142
143 Jurnal Idea Hukum
Vol. 1 No. 2 Edisi Oktober 2015
Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

tidak suka karena prinsip yang dipergunakan tanah tidak akan diganggu gugat oleh pihak lain.
dalam UU pengadaan tanah yaitu kegiatan Keempat adalah mekanisme penitipan ganti
menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian ke pengadilan negeri yang belum diatur
kerugian yang layak dan adil kepada yang dalam undang-undang pengadaan tanah yaitu
berhak serta penghormatan terhadap hak atas dalam hal masih adanya pihak yang berhak
tanah. Oleh karena itu, pemerintah mengadakan belum sepakat dengan bentuk ganti kerugian
perubahan-perubahan yang dianggap lebih yang ditawarkan oleh instansi yang
memenuhi rasa keadilan dan lebih mencer- membutuhkan tanah, maka ganti kerugian
minkan penghormatan terhadap hak asasi dititipkan ke pengadilan negeri dan bersamaan
manusia. dengan itu maka kepemilikan atau hak atas
tanah dari pihak yang berhak menjadi hapus dan
PENUTUP alat bukti haknya dinyatakan tidak berlaku dan
Simpulan
tanahnya menjadi tanah yang dikuasai langsung
Jangka waktu tanggal penetapan lokasi oleh negara.
dengan tanggal pengumuman yang berselang 13
(tiga belas) hari kerja, sehingga tidak sesuai Saran
dengan UU pengadaan tanah, padahal menurut Sebaiknya pemerintah perlu merevisi UU
UU pengadaan tanah adalah 3 (tiga) hari kerja Pengadaan Tanah dan peraturan pelaksa-
setelah tanggal penetapan lokasi harus sudah naannya. Revisi tersebut meliputi:
diumumkan. Pengajuan pelaksanaan penga- a. Memasukan nilai ganti kerugian
daan tanah oleh PT. PLN kepada Kantor wilayah immateril.
BPN Provinsi Jawa Tengah yang belum habis b. Memasukan mekanisme penitipan
jangka waktu pengumumannya. Hal tersebut ganti kerugian di pengadilan negeri.
disamping belum dipatuhinya jadwal waktu yang
sesuai denga UU pengadaan tanah jo Perpres DAFTAR PUSTAKA
nomor 71 tahun 2012 juga berdampak pada Abdurrahman. 1983. Masalah Hak-Hak Atas
jangka waktu kegiatan pelaksanaan lainnya di Tanah dan Pembebasan Tanah di Indo-
nesia. cet. 2. Alumni. Bandung.;
dalam pengadaan tanah untuk kepentingan
Hanintejo Sumitro,Ronny, 1988. Metode
umum di Kabupaten Cilacap. Penelitian Hukum. PT. Alumni, Bandung;
Kendala normatif yang dihadapi adalah Hardjosoemantri, Koesnadi. 1999. Hukum Tata
pertama belum diaturnya nilai ganti kerugian Lingkungan. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta;
secara immateril. Kedua adalah jangka waktu
Harsono. Boedi, 1994. Hukum Tanah, Djam-
bentuk ganti kerugian selain berupa uang yaitu
batan, Jakarta;
tanah pengganti, pemukiman kembali yang
Rubaie, Achmad. 2007. Hukum Pengadaan
begitu lama yaitu 6 (enam) sampai dengan 12 Tanah untuk Kepentingan Umum, Bayu-
media Publishing, Malang;
(dua belas) bulan. Ketiga adalah harus adanya
Ruchiyat, Eddy. 1999. Politik Pertanahan
jaminan dari pemilik tanah bahwa sertipikat atau
Nasional sampai Orde Reformasi, PT.
tanda bukti hak yang diserahkan kepada instansi Alumni, Bandung;
yang membutuhkan tanah dalam pengadaan
Pengadaan Tanah Berdasarkan Undang-Undang… 144

Suratman dan Dillah Philips, 2013. Metode


Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandun;
S.W. Sumarjono, Maria.2001. Kebijakan Perta-
nahan antara Regulasi dan Implementasi,
Buku Kompas, Jakarta;
Sutedi, Adrian, 2008, Implementasi Prinsip
Kepentingan Umum dalam Pengadaan
Tanah Untuk Pembangunan, Sinar Grafi-
ka, Jakarta;
Wayan, Suandra, I. 1994. Hukum Pertanahan
Indonesia, PT.Rineke Cipta, Jakarta .

144

Potrebbero piacerti anche