Sei sulla pagina 1di 14

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.

2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334

Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Proyek-Proyek


Transmisi dan Jaringan 150 kV
(Studi Kasus: Pekerjaan Proyek Transmisi dan Jaringan Lopana-Teling)
Hadi Patkur 1, Debby Wilar 2, R.J.M Mandagi 3

1)
Mahasiswa Program studi Teknik Sipil Pasca Sarjana Unsrat
2),3)
Staf Pengajar Program studi Teknik Sipil Pasca Sarjana Unsrat
e-mail: hadi.patkur363@gmail.com

ABSTRACT
The transmission and network project work from one substation to the next substation is the
transmission and electrical network work that will pass through some administrative areas so that: it
will have differences in the customs, culture, language, and geographical location of the
administrative region. This work are very vulnerable and potential to contain the risk of work
accidents, because the location of projects that tend to be in the middle of the forest, through valleys,
mountains and yard residents, and the level of difficulty of the work itself that will lead to
vulnerabilities in occupational safety and health such as erection work and withdrawal cable that must
work on altitude of at least 30 meters. With such a risky background, all personnel involved in this
work, whether directly or indirectly, should be aware of the importance of safety and health (OHS)
implementation procedures that must be used at the time of this work process. All personnel should be
aware and understand that at the time of the project location they must be obedient, ta'at, and
discipline to always comply and implement the procedures of Occupational Safety and Health (OSH).
This study is limited to the implementation of occupational safety and health (OHS)
procedures on the 150 kV Transmission and Network project from Lopana to Teling located in South
Minahasa, Minahasa Induk and Manado.
The aims of this study was to develop a safety and health (OSH) implementation procedure to
motivate employees / workers successfully and successfully to be used or applied to transmission and
network project work. The method used is a survey with correlation approach, to reveal the real state
of things experienced by workers.
Based on the results of the research and discussion above, it can be concluded that the
variables of OSH (X1) equipment, OSH (X2) training, OSH (X3) discipline, and company
management (X4) simultaneously affect the implementation of OSH on transmission and network
project work of 80 , 7% and the remaining 19.3% are other variables not included in this research,
where the effect of OSH equipment on OSH implementation is (0.563) 2 = 31,7%. The effect of OSH
training on OSH implementation is (0.632) 2 = 39.9%. The magnitude of the effect of OSH discipline
on the implementation of OSH is (0.584) 2 = 34.1%. The magnitude of the effect of corporate
management on the implementation of OSH is (0.339) 2 = 11.5%.

Keywords: occupational safety and health, work accident, transmission and network project.

997
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334

PENDAHULUAN menlaksanakan prosedur pelaksanaan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
Latar Belakang Prosedur pelaksanaan keselamtan dan
Proyek transmisi dan jaringan 150 kV kesehatan kerja (K3) dalam pekerjaan pekerjaan
adalah sebuah pekerjaan jaringan listrik yang proyek transmisi dan jaringan dari gardu induk
berawal dari gardu induk satu menuju ke gardu satu menuju ke gardu induk berikutnya adalah
induk berikutnya, tujuan dari pekerjaan proyek terdiri dari prosedur pelaksanaan keselamatan
transmisi dan jaringan ini adalah sebuah dan kesehatan kerja (K3) untuk pekerjaan
pekerjaan jaringan listrik yang akan survey jalur transmisi dan jaringan, pekerjaan
menyalurkan daya listrik yang berasal dari penyelidikan tanah (sondir), pekerjaan pondasi
gardu induk listrik yang satu menuju ke gardu tower, pekerjaan erection tower, pekerjaan
induk listrik berikutnya. Pekerjaan ini pemasangan insulator dan accesoris tower,
merupakan pekerjaan transmisi dan jaringan pekerjaan penarikan kabel (setringing)
listrik yang terdiri dari pekerjaan survey, konduktor, penarikan kabel OPGW dan
pekerjaan sondir, pekerjaan pondasi tower, penarikan GSW. Prosedur pelaksanaan
pekerjaan erection tower, pekerjaan penarikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus di
kabel (stringing) konduktor, penarikan OPGW dukung dari tingkat pimpinan paling atas (Top
(Optical Ground Wire) dan penarikan GSW Management) pada perusahaan tersebut, karena
(Ground Still Wire). berkaitan erat berkaitan dengan anggaran pada
Pekerjaan proyek transmisi dan jaringan saat pelaksanaan, sampai pada tingkat
dari gardu induk satu menuju ke gardu induk karyawan/pekerja paling bawah yaitu para
berikutnya adalah pekerjaan transmisi dan pekerja lapangan, semua harus memahami dan
jaringan listrik yang akan melewati beberapa menyadari bahwa prosedur pelaksanaan
wilayah administrasi sehingga: akan memiliki keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus
perbedaan pada adat, budaya, bahasa, dan letak selalau dipatuhi dan dilaksanakan saat
geografis daerah administrasi tersebut. melaksanakan pekerjaan dilapangan. Untuk
Pekerjaan proyek transmisi dan jaringan lebih memotivasi dan mengefektifkan prosedur
dari gardu induk satu menuju ke gardu induk pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
berikutnya adalah pekerjaan transmisi dan (K3), bagi para karyawan/pekerja yang terlibat
jaringan listrik yang sangat potensial langsung maupun tidak langsung pada
mengandung resiko kecelakaaan kerja, karena pekerjaan proyek transmisi dan jaringan 150 kV
letak proyek yang cenderung di tengah hutan, ini, maka perlu di buatkan sebuah prosedur
melewati lembah, gunung dan pekarangan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
penduduk, serta tingkat kesulitan dari pekerjaan (K3) yang efektif dan efisien, dengan sebuah
itu sendiri yang akan menimbulkan kerentanan prosedur pelaksanaan keselamatan dan
dalam keselamatan dan kesehatan kerja kesehatan kerja (K3) yang sedemikian rupa
misalnya pekerjaan erection dan penarikan diharapkan akan merangsang para
kabel yang harus bekerja diatas ketinggian karyawan/pekerja untuk selalu patuh dan
minimal 30 meter. disiplin untuk menjalankan prosedur
Berlatar belakang pekerjaan yang penuh Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3).
resiko itu, maka semua personel yang terlibat
dalam pekerjaan ini baik langsung maupun Perumusan Masalah
tidak langsung harus menyadari pentingnya
prosedur pelaksanaan keselamatan dan Berdasarkan uraian diatas dapat
kesehatan kerja (K3) yang harus di pergunakan dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
pada saat proses pekerjaan ini. Semua personel “Mengapa standar keselamatan dan kesehatan
harus menyadari dan memahami bahwa pada kerja (K3) yang sudah ada tidak dapat
saat berada dilokasi proyek mereka harus patuh, memotivasi para pekerja dan kurang berhasil
ta’at, dan disiplin untuk selalau mematuhi dan diterapkan pada pada proyek transmisi dan
jaringan listrik?”
998
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334

Batasan Masalah 2. Bagi kontraktor transmisi dan jaringan, PLN,


dan unsur yang terkait pada proyek ini,
Batasan masalah pada penelitian ini penelitian ini adalah untuk memberikan
dibatasi pada masalah prosedur pelaksanaan sebuah rekomendasi tentang
tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) prosedur/pelaksanaan keselamatan dan
pada proyek Transmisi dan Jaringan 150 kV kesehatan kerja (K3) pada proyek transmisi
dari Lopana ke Teling, yang berada pada dan jaringan.
wilayah Minahasa Selatan, Minahasa Induk,
dan Kota Manado. Proyek transmisi dan
jaringan listrik yang menjadi objek penelitian TINJAUAN PUSTAKA
ini adalah pada proyek jaringan dan transmisi
150 kV dari desa Lopana ke desa Teling yang Implementasi
di tinjau dari hal-hal sebagai berikut: Mazmanian dan Sabatier (1979)
menjelaskan makna implementasi dengan
1. Implementasi/pelaksanaan pemakaian mengatakan bahwa : “Memahami apa yang
perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan senyatanya terjadi sesudah suatu program
Kesehatan (K3). dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan
2. Pelaksanaan pelatihan untuk pelaksanaan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni
Keselamatan dan Kesehatan Kesehatan (K3). kejadian-kejadian dan kegiatan kegiatan yang
3. Kedisiplinan para personal yang terlibat pada timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman
pelaksanaan proyek transmisi dan jaringan kebijakan negara, yang mencakup baik usaha-
untuk selalu mematuhi dan menggunakan usaha untuk mengadministrasikannya maupun
peralatan/perlengkapan Keselamatan dan untuk menimbulkan akibat-akibat/dampak
Kesehatan Kerja (K3) pada proyek transmisi nyata pada masyarakat atau kejadian kejadian”
dan jaringan, baik berada di gudang maupun (Wahab, 1997).
di lokasi proyek. Wahab mendefinisikan implementasi
4. Dukungan dari top manajemen pada kebijakan secara umum yaitu : “Implementasi
perusahaan tersebut, karena berkaitan dengan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik
pendanaan, untuk pelaksanaan Keselematan oleh individu-individu, pejabat-pejabat, atau
dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek kelompok - kelompok pemerintah atau swasta
transmisi dan jaringan. yang diarahkan pada tercapainya tujuan - tujuan
yang telah digariskan dalam keputusan
Tujuan Penelitian. kebijakan”. Implementasi kebijakan menurut
Tujuan penelitian ini adalah untuk Tachjan (2006) dalam bukunya Implementasi
“Mengembangkan sebuah prosedur pelaksanaan Kebijakan Publik menyimpulkan bahwa :
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), agar “Implementasi kebijakan publik merupakan
lebih memotivasi para karyawan/pekerja dan proses kegiatan administratif yang dilakukan
berhasil serta sukses untuk digunakan atau setelah kebijakan ditetapkan/ disetujui.
diterapkan pada pekerjaan proyek transmisi dan Kegiatan ini terletak di antara perumusan
jaringan”. kebijakan dan evaluasi kebijakan. Implementasi
Kebijakan mengandung logika yang top-
Manfaat Penelitian down, maksudnya menurunkan / menafsirkan
Manfaat penelitian tentang alternatif – alternatif yang masih abstrak atau
implementasi keselamatan dan kesehatan kerja makro menjadi alternatif yang bersfat konkrit
(K3) pada proyek transmisi dan jaringan 150 atau mikro”.
kV adalah sebagai berikut: Salah satu tahapan penting dalam siklus
1. Bagi peneliti sendiri adalah untuk lebih kebijakan publik adalah implementasi
mengetahui prosedur pelaksanaan kebijakan. Implementasi sering dianggap hanya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), merupakan pelaksanaan dari apa yang telah
pada proyek transmisi dan jaringan. diputuskan oleh legislatif atau para pengambil

999
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334

keputusan, seolah-olah tahapan ini kurang implementasi terlebih dahulu harus diajukan
berpengaruh. Akan tetapi dalam kenyataannya, dua pertanyaan pokok yaitu:
tahapan implementasi menjadi begitu penting a) Apakah yang menjadi prasyarat bagi
karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa- implementasi kebijakan?
apa jika tidak dapat dilaksanakan dengan baik b) Apakah yang menjadi faktor utama dalam
dan benar. Dengan kata lain implementasi keberhasilan implementasi kebijakan?
merupakan tahap dimana suatu kebijakan Guna menjawab pertanyaan tersebut,
dilaksanakan secara maksimal dan dapat Edward mengajukan empat faktor yang
mencapai tujuan kebijakan itu sendiri. berperan penting dalam pencapaian
Implementasi adalah “tindakan-tindakan yang keberhasilan implementasi. Faktor-faktor yang
dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat- mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah implementasi kebijakan yaitu faktor
atau swasta yang diarahkan pada tercapainya communication, resources, disposition, dan
tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam bureucratic structure (Edward dalam Widodo,
keputusan kebijakan” (Wahab, 2008). Hakikat 2010).
utama implementasi kebijakan adalah
memahami apa yang seharusnya terjadi sesudah Komunikasi (Communication)
suatu program dinyatakan berlaku atau Komunikasi merupakan proses
dirumuskan. Pemahaman tersebut mencakup penyampaian informasi dari komunikator
usaha-usaha untuk mengadministrasikannya kepada komunikan. Sementara itu, komunikasi
dan menimbulkan dampak nyata pada kebijakan berarti merupakan proses
masyarakat atau kejadian-kejadian Widodo penyampaian informasi kebijakan dari pembuat
(2010)). kebijakan (policy makers) kepada pelaksana
Berdasarkan beberapa definisi yang kebijakan (policy implementors) (Widodo,
disampaikan para ahli di atas, disimpulkan 2010). Widodo kemudian menambahkan bahwa
bahwa implementasi merupakan suatu kegiatan informasi perlu disampaikan kepada pelaku
atau usaha yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan agar pelaku kebijakan dapat
kebijakan dengan harapan akan memperoleh memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah,
suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau kelompok sasaran (target group) kebijakan,
sasaran dari suatu kebijakan itu sendiri. sehingga pelaku kebijakan dapat
Untuk mengkaji lebih baik suatu mempersiapkan hal-hal apa saja yang
implementasi kebijakan publik maka perlu berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan,
diketahui variabel dan faktor-faktor yang agar proses implementasi kebijakan bisa
mempengaruhinya. Untuk itu, diperlukan suatu berjalan dengan efektif serta sesuai dengan
model kebijakan guna menyederhanakan tujuan kebijakan itu sendiri.
pemahaman konsep suatu implementasi Komunikasi dalam implementasi kebijakan
kebijakan. Terdapat banyak model yang dapat mencakup beberapa dimensi penting yaitu
dipakai untuk menganalisis sebuah tranformasi informasi (transimisi), kejelasan
implementasi kebijakan, namun kali ini yang informasi (clarity) dan konsistensi informasi
saya bagikan adalah model implementasi yang (consistency). Dimensi tranformasi
dikemukakan oleh George Edward III. menghendaki agar informasi tidak hanya
Edward III melihat implementasi kebijakan disampaikan kepada pelaksana kebijakan tetapi
sebagai suatu proses yang dinamis, dimana juga kepada kelompok sasaran dan pihak yang
terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi terkait. Dimensi kejelasan menghendaki agar
dan mempengaruhi implementasi kebijakan. informasi yang jelas dan mudah dipahami,
Faktor-faktor tersebut perlu ditampilkan guna selain itu untuk menghindari kesalahan
mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor interpretasi dari pelaksana kebijakan, kelompok
tersebut terhadap implementasi. Oleh karena sasaran maupun pihak yang terkait dalam
itu, Edward menegaskan bahwa dalam studi implementasi kebijakan. Sedangkan dimensi
konsistensi menghendaki agar informasi yang
1000
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334

disampaikan harus konsisten sehingga tidak


menimbulkan kebingungan pelaksana c. Fasilitas (facility)
kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak Fasilitas atau sarana dan prasarana
terkait. merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
dalam implementasi kebijakan. Pengadaan
Sumber Daya (Resources) fasilitas yang layak, seperti gedung, tanah dan
Sumber daya memiliki peranan penting peralatan perkantoran akan menunjang dalam
dalam implementasi kebijakan. Edward III keberhasilan implementasi suatu program atau
dalam Widodo (2010) mengemukakan bahwa: kebijakan.
bagaimanapun jelas dan konsistensinya
ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan serta d. Informasi dan Kewenangan (Information
bagaimanapun akuratnya penyampaian and Authority)
ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan tersebut, Informasi juga menjadi faktor penting
jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung dalam implementasi kebijakan, terutama
jawab untuk melaksanakan kebijakan kurang informasi yang relevan dan cukup terkait
mempunyai sumber-sumber daya untuk bagaimana mengimplementasikan suatu
melaksanakan kebijakan secara efektif maka kebijakan. Sementara wewenang berperan
implementasi kebijakan tersebut tidak akan penting terutama untuk meyakinkan dan
efektif. menjamin bahwa kebijakan yang dilaksanakan
Sumber daya di sini berkaitan dengan sesuai dengan yang dikehendaki.
segala sumber yang dapat digunakan untuk
mendukung keberhasilan implementasi 3. Disposisi (Disposition)
kebijakan. Sumber daya ini mencakup sumber Kecenderungan perilaku atau karakteristik
daya manusia, anggaran, fasilitas, informasi dan dari pelaksana kebijakan berperan penting
kewenangan yang dijelaskan sebagai berikut : untuk mewujudkan implementasi kebijakan
yang sesuai dengan tujuan atau sasaran.
a. Sumber Daya Manusia (Staff) Karakter penting yang harus dimiliki oleh
Implementasi kebijakan tidak akan berhasil pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dan
tanpa adanya dukungan dari sumber daya komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan
manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. implementor untuk tetap berada dalam asa
Kualitas sumber daya manusia berkaitan program yang telah digariskan, sedangkan
dengan keterampilan, dedikas, profesionalitas, komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakn
dan kompetensi di bidangnya, sedangkan akan membuat mereka selalu antusias dalam
kuatitas berkaitan dengan jumlah sumber daya melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan
manusia apakah sudah cukup untuk melingkupi tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang
seluruh kelompok sasaran. Sumber daya telah ditetapkan
manusia sangat berpengaruh terhadap Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat
keberhasilan implementasi, sebab tanpa sumber berpengaruh dalam implementasi kebijakan.
daya manusia yang kehandalan sumber daya Apabila implementator memiliki sikap yang
manusia, implementasi kebijakan akan berjalan baik maka dia akan dapat menjalankan
lambat. kebijakan dengan baik seperti apa yang
diinginkan oleh pembuat kebijakan, sebaliknya
b. Anggaran (Budgetary) apabila sikapnya tidak mendukung maka
Dalam implementasi kebijakan, anggaran implementasi tidak akan terlaksana dengan
berkaitan dengan kecukupan modal atau baik.
investasi atas suatu program atau kebijakan
untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab 4. Struktur Birokrasi (Bureucratic Structure)
tanpa dukungan anggaran yang memadahi, Struktur organisasi memiliki pengaruh yang
kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif signifikan terhadap implementasi kebijakan.
dalam mencapai tujuan dan sasaran. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua
1001
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334

hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu dilayani dengan cara yang tertentu oleh
sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, sejumlah pabrik dan pada gilirannya akan
dalam implementasi kebijakan biasanya sudah mengirimkan pelanggan menurut proses
dibuat standart operation procedur (SOP). SOP tertentu”. Kamaruddin (1992) “Prosedur pada
menjadi pedoman bagi setiap implementator dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari
dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kegiatan yang berhubungan satu sama lainnya
kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan dan prosedur-prosedur yang berkaitan
sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah struktur melaksanakan dan memudahkan kegiatan utama
birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu dari suatu organisasi”. Ismail masya (1994)
panjang dan terfragmentasi akan cenderung mengatakan bahwa “Prosedur adalah suatu
melemahkan pengawasan dan menyebabkan rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan
prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang merupakan urutan-urutan menurut waktu
yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu
organisasi menjadi tidak fleksibel. pekerjaan yang dilaksanakan berulang-ulang”.
Dari uraian referensi diatas dapat
disimpulkan bahwa arti implementasi yang Pekerja
berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) adalah: pelaksanaan atau penerapan Buruh, pekerja, tenaga kerja, atau
tentang K3 yang bermaksud untuk mencari karyawan pada dasarnya adalah manusia yang
bentuk pelaksanaan atau penerapan keselamatan menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk
dan kesehatan kerja (K3) untuk proyek mendapatkan balasan berupa pendapatan baik
transmisi dan jaringan. berupa uang maupun bentuk lainnya kepada
Penerapan bentuk pelaksanaan keselamatan pemberi kerja atau pengusaha atau majikan.
dan kesehatan kerja (K3) transmisi dan jaringan Pada dasarnya buruh, pekerja, tenaga kerja
adalah penerapan tentang metode atau tata cara maupun karyawan adalah sama. Namun dalam
pelaksanaan K3 untuk pekerjaan survey, K3 kultur Indonesia, “buruh” berkonotasi sebagai
untuk pekerjaan sondir, K3 untuk pekerjaan pekerja rendahan, hina, kasar dan sebagainya.
pondasi tower, K3 untuk pekerjaan erection Sedangkan pekerja, tenaga dan karyawan
tower, K3 untuk pekerjaan pemasangan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi,
acsesoris tower, K3 untuk pekerjaan penarikan dan di berikan cenderung kepada buruh yang
konduktor 240 mm2, K3 untuk penarikan tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan
OPGW, K3 untuk penarikan GSW, serta K3 kerja. Akan tetapi pada intinya sebenarnya
untuk pekerjaan testing dan komisioning.
ke empat kata ini memiliki atau mempunyai
Bentuk-bentuk penerapan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) proyek
arti satu atau sama yaitu: Pekerja. Hal ini
transmisi dan jaringan harus tetap mengacu merujuk pada undang-undang
kepada waktu pelaksanaan proyek, mutu atau ketenagakerjaan yang berlaku umum untuk
kualitas proyek, serta biaya yang harus seluruh pekerja maupun pengusaha di
dikeluarkan untuk pelaksanaan keselamatan dan Indonesia. Buruh di bagi atas 2 klasifikasi
kesehatan kerja (K3) proyek transmisi dan besar yaitu:
jaringan. a) Buruh Profesional biasa di sebut buruh
kerah putih, menggunakan tenaga otak
Prosedur.
dalam melakukan pekerjaannya.
Menurut Muhammad Ali (2000 : 325) b) Buruh kasar biasa di sebut buruh kerha
“Prosedur adalah tata cara kerja atau cara biru, menggunakan tenaga otot dalam
menjalankan suatu pekerjaan”. Menurut Amin melakukan pekerjaannya.
Widjaja (1995 : 83) “Prosedur adalah
sekumpulan bagian yang saling berkaitan Definisi Pekerja ada 2 (dua) yaitu :
misalnya : orang, jaringan gudang yang harus Orang yang bekerja dan Orang yang

1002
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334

menerima upah atas hasil kerjanya: buruh, a) Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright
karyawan. menurut Abidin (2014) adalah: (2003:251) mengemukakan, training is
a planned effort to facilitate the
a) Pekerja adalah tenaga kerja yang learning of job-related knowledge,
bekerja di dalam hubungan kerja pada skills, and behavior by employee. Hal
pengusaha dengan menerima upah ( ini berarti bahwa pelatihan merupakan
Pasal 1 angka 3 UU nomor 25 tahun suatu usaha yang terencana untuk
1997 tentang ketenaga kerjaan) memfasilitasi pembelajaran tentang
b) Pekerja adalah setiap orang yang pekerjaan yang berkaitan dengan
bekerja dengan menerima gaji, upah, pengetahuan, keahlian dan perilaku
atau imbalan dalam bentuk lain. (pasal oleh para pegawai.
1 angka 11 UU nomor 40 tahun 2004 b) Menurut Gomes (2003:197), pelatihan
tentang Sistem Jaminan Sosial adalah setiap usaha untuk memperbaiki
Nasional) performansi pekerja pada suatu
c) Pekerja adalah setiap orang yang pekerjaan tertentu yang sedang menjadi
bekerja dengan menerima gaji, upah, tanggung jawabnya, atau satu
atau imbalan dalam bentuk lain. (pasal pekerjaan yang ada kaitannya dengan
1 Angka 8 UU Nomor 24 Tahun 2011 pekerjaannya
Tentang Badan Penyelenggara Jaminan c) Menurut Robbins, Stephen P,
Sosial). (2001:282), Training meant formal
training that’s planned in advanced and
Pelatihan
has a structured format. Ini
Pelatihan adalah proses meningkatkan menunjukkan bahwa pelatihan yang
pengetahuan dan ketrampilan karyawan, dimaksudkan disini adalah pelatihan
pelatihan meliputi pengubahan sikap formal yang direncanakan secara
sehingga karyawan dapat melakukan matang dan mempunyai suatu format
pekerjaannya lebih efektif, pelatihan dapat pelatihan yang terstruktur.
dilakukan pada semua tingkatan organisasi. d) Menurut Bernardin dan Russell
Pelatihan mempersiapkan peserta latihan (1998:172), Training is defined as any
untuk mengambil jalur tindakan tertentu attempt to improve employee
yang dilukiskan oleh teknologi dan performance on a currently held job or
organisasi tempat bekerja, dan membantu one related to it. This usually means
peserta memperbaiki prestasi dalam changes in spesific knowledges, skills,
kegiatannya terutama mengenai pengertian attitudes, or behaviors. To be effective,
dan keterampilan. (Rolf P. Lynton dan Udai training should involve a learning
Pareek--Pelatihan dan Pengembangan experience, be a planned organizational
Tenaga Kerja, Pustaka Binaman Jakarta activity, and be designed in response to
1998) identified needs. Jadi pelatihan
didefinisikan sebagai berbagai usaha
Pengertian Pelatihan dalam Manajemen pengenalan untuk mengembangkan
Sumberdaya Manusia menurut Cut Zurnali kinerja tenaga kerja pada pekerjaan
(2004), mengemukakan beberapa pendapat yang dipikulnya atau juga sesuatu
para ahli mengenai definisi pelatihan berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini
sebagai berikut: biasanya berarti melakukan perubahan
perilaku, sikap, keahlian, dan
pengetahuan yang khusus atau spesifik.
1003
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334

Dan agar pelatihan menjadi efektif manajemen (kaitannya dengan biaya)


maka di dalam pelatihan harus terhadap penggunaan K3.
mencakup suatu pembelajaraan atas b. Kekuatan hubungan antara : peralatan,
pengalaman-pengalaman, pelatihan Pelatihan, kedisiplinan, dan dukungan
harus menjadi kegiatan keorganisasian manajemen terhadap penggunaan
yang direncanakan dan dirancang peralatan keselamatan dan kesehatan
didalam menanggapi kebutuhan- kerja (K3) dengan implementasi
kebutuhan yang teridentifikasi. keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
e) Menurut Gomez-Mejia, Balkin, dan
Cardy (2001:259), training is usually HASIL DAN PEMBAHASAN
conducted when employees have a skill Analisis Data Inferensial
deficit or when an organization
changes a system and employees need 1. Uji Normalitas
to learn new skill. Ini berarti bahwa Berdasarkan teori statistika hanya residu
pelatihan biasanya dilaksanakan pada dari variabel dependent Y yang wajib diuji
saat para pekerja memiliki keahlian normalitasnya, sedangkan variabel lain
yang kurang atau pada saat suatu diasumsikan bukan fungsi distribusi. Jadi tidak
organisasi mengubah suatu system dan perlu diuji normalitasnya. Hasil output SPSS
para perlu belajar tentang keahlian dari pengujian normalitas dengan Kolmogorov-
Smirnov adalah sebagai berikut.
baru.
f) Menurut DeCenzo dan Robin (1999:227),
Tabel 1 Uji normalitas data
Training is a learning experience in that it
seeks a relatively permanent change in an
individual that will improve the ability to One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
perform on the job. Ini berarti bahwa Unstandardized
pelatihan adalah suatu pengalaman
Residual
pembelajaran didalam mencari perubahan
permanen secara relatif pada suatu N 150
individu yang akan memperbaiki Normal Mean .0000000
kemampuan dalam melaksanakan Parameters a,b
Std. Deviation .15792208
pekerjaannya itu.
g) Menurut Never Ending Transfusing - Absolute .055
Most Extreme
Application Training (NET-at), Pelatihan Positive .046
Differences
adalah kegiatan belajar dan praktek untuk Negative -.055
sesuatu tujuan baik, dilakukan secara
Kolmogorov-Smirnov Z .676
berulang-ulang dan terus-menerus untuk
meningkatkan kemampuan (continuously Asymp. Sig. (2-tailed) .751
and never end) manusia, dan fitrahnya. a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
METODOLOGI PENELITIAN
Analisis data hasil Output :
Metode yang dipakai adalah survey  Uji normalitas data digunakan hipotesis
dengan pendekatan korelasi, untuk sebagai berikut :
mengungkap keadaan nyata hal-hal dialami H0: Data berdistribusi normal
sampel penelitian antara lain: H1: Data tidak berdistribusi normal
a. Kekuatan hubungan antara Implementasi  Kriteria penerimaan H0
K3 dengan: peralatan K3, Pelatihan K3, H0diterima jika nilai sig (2-tailed) > 5%.
kedisiplinan K3, dan dukungan
1004
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334

Dari tabel diperoleh nilai sig = 0,751 = 1 (Constant) -.769 .172


75,1% > 5% , maka H0 diterima. Artinya -4.480 .000
variabel penelitian tersebut berdistribusi X1 .306 .037 .338 8.208
normal. Uji normalitas juga dapat dilihat .000 .760 1.316
X2 .381 .039 .391 9.818
pada grafik Normal P-Plot sebagai berikut.
.000 .815 1.228
X3 .321 .037 .346 8.656
.000 .808 1.238
X4 .172 .040 .182 4.342
.000 .735 1.361
a. Dependent Variable: Y

Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics

Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta Toleranc VIF

(Constant - .172 - .000


Gambar 1 Grafik Normal PP-Plot
) .769 4.480

X1 .306 .037 .338 8.208 .000 .760 1.316


Pada grafik P-Plot terlihat data menyebar di 1
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis X2 .381 .039 .391 9.818 .000 .815 1.228

histograf menuju pola distribusi normal maka X3 .321 .037 .346 8.656 .000 .808 1.238
variabel dependen Y memenuhi asumsi
normalitas. X4 .172 .040 .182 4.342 .000 .735 1.361

a. Dependent Variable: Y
2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi ditemukan Dari tabel diatas terlihat setiap variabel
adanya korelasi antar variabel bebas. Model bebas mempunyai nilai tolerance > 0,1 dan nilai
regresi yang baik tidak terjadi korelasi antar VIF < 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam
multikolonearitas di dalam model regresi adalah model regresi ini.
dengan melihat nilai toleransi dan Variance
Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance > 3. Uji Heterokedastisitas
10% dan nilai VIF < 10, maka dapat Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji
disimpulkan tidak ada multikolinieritas antar apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan
variabel bebas dalam model regresi. Berikut variance dari residual suatu pengamatan ke
hasil perhitungan menggunakan program SPSS pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas
16. menunjukkan penyebaran variabel bebas.
Penyebaran yang acak menunjukkan model
regresi yang baik.
Tabel 2 Coefficients Dengan kata lain tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk menguji
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
Model Unstandardized Coefficients mengamati grafik scatterplot dengan pola titik-
Standardized Coefficients t Sig. titik yang menyebar di atas dan di bawah sumbu
Collinearity Statistics Y. Berikut hasil pengolahan menggunakan
B Std. Error Beta program SPSS 16.
Tolerance VIF

1005
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334

Tabel 3 Uji Heterokesdasitas. Jika variabel manajemen perusahaan


mengalami kenaikan sebesar satu poin,
Coefficientsa maka akan menyebabkan kenaikan
implementasi K3 sebesar 0.172.
Model Unstandardized Standardized t Sig.

Coefficients Coefficients 2. Pengujian Hipotesis Secara Simultan


(Uji F)
B Std. Error Beta
Uji F dilakukan untuk melihat keberartian
(Constant) .099 .098 1.010 .314 pengaruh variabel independent secara simultan
X1 .033 .021 .145 1.558 .121
terhadap variabel dependent atau sering disebut
uji kelinieran persamaan regresi.
-.038 .022 -.154 - .088
1 X2
Hipotesis:
1.716 H0 :   0 (Variabel dependent secara
X3 .031 .021 .133 1.473 .143 simultan tidak berpengaruh terhadap variabel
X4 -.018 .023
dependent)
-.074 -.779 .437
H1 :   0 (Variabel dependent secara
a. Dependent Variable: RES2
simultan berpengaruh terhadap variabel
Hasil tampilan output SPSS dengan jelas dependent)
menunjukkan semua variabel independent Pengambilan keputusan:
mempunyai nilai sig ≥ 0,05. Jadi tidak ada Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel atau sig ≥ 5%.
variabel independent yang signifikan secara H1 diterima jika Fhitung> Ftabel dan sig < 5%.
statistik mempengaruhi variabel dependent Dengan n = 33 k = 3 diperoleh Ftabel = 1,82.
Abs_res. Jadi dapat disimpulkan model regresi Dari tabel diperoleh nilai F = 157.25 dan sig
tidak mengandung adanya heterokedastisitas. = 0,000 < 5 % ini berarti variable independent
perlengkapan K3, pelatihan K3, kedisiplinan
1. Analisis Regresi Berganda menggunakan K3 dan manajemen perusahaan
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diperoleh secara simultan berpengaruh signifikan
persamaan regresi berganda sebagai berikut: terhadap implementasi K3 pada pekerjaan
Y = -0.769 + 0.306 X1 + 0.381 X2 + 0.321 X3 proyek transmisi dan jaringan listrik.
+ 0.172 X4. Persamaan regresi tersebut
mempunyai makna sebagai berikut: 3. Determinasi Ganda
a) Koefisien perlengkapan K3 = 0.306
Jika variabel perlengkapan K3 mengalami
kenaikan sebesar satu poin, maka akan Model Summaryb
menyebabkan kenaikan implementasi K3 Model R R Adjusted R Std. Error
sebesar 0.306
b) Koefisien Pelatihan K3 = 0.381 Square Square of the
Jika variabel pelaatihan K3 mengalami Estimate
kenaikan sebesar satu poin, maka akan .901a .813 .807 .160085494
menyebabkan kenaikan implementasi K3 1
279242
sebesar 0.381.
c) Koefisien kedisiplinan menggunakan K3 = a. Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1
0.321 b. Dependent Variable: Y
Jika variabel kedisiplinan menggunakan
K3 mengalami kenaikan sebesar satu poin, Untuk mengetahui besarnya pengaruh
maka akan menyebabkan kenaikan variabel bebas terhadap variabel dependen
implementasi K3 sebesar 0.321. berdasarkan tabel 4.5 diatas yang merupakan
d) Koefisien manajemen perusahaan = 0.172 output SPSS diperoleh nilai Adjusted R2 =
0.807 = 80.7%, ini berarti variabel
1006
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334

perlengkapan K3 (X1), Pelatihan K3 (X2), tersebut secara simultan berpengaruh terhadap


Kedisiplinan menggunakan K3 (X3), dan implementasi pelaksanaan K3, besarnya
Manajemen perusahaan (X4) secara simultan pengaruh keempat variabel tersebut terhadap
berpengaruh terhadap implementasi K3 pada implementasi pelaksanaan K3 adalah 80,7%.
pekerjaan proyek transmisi dan jaringan sebesar Besarnya pengaruh keempat variabel
80,7 % dan sisanya 19,3% merupakan variabel tersebut secara parsial terhadap implementasi
lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. K3 dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini
berdasarkan perhitungan pada program SPSS.
4. Koefisien Determinasi Parsial
Uji determinasi parsial digunakan untuk
mengetahui seberapa besar sumbangan dari
masing-masing variabel bebas terhadap variabel
terikat. Secara parsial kontribusi variabel
independent terhadap variabel dependent bisa
dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6 Uji determinasi parsial

Correlations
Model
Zero-order Partial Part

(Constant)
X1 0.652 0.563 0.295
1 X2 0.674 0.632 0.353
X3 0.642 0.584 0.311 Gambar 4.2 Hubungan Variabel Independent
(X) dan Variabel Dependent (Y)
X4 0.582 0.339 0.156
a.
Dependent 1. Pengaruh perlengkapan K3 (X1)
Variable: terhadap implementasi K3 (Y).
Y Berdasarkan gambar 4.2 hasil
penelitian diperoleh keterangan perlengkapan
Berdasarkan tabel di atas, diketahui besarnya K3 berpengaruh signifikan terhadap
pengaruh perlengkapan K3 terhadap implementasi K3 pada proyek transmisi dan
implementasi K3 adalah (0.563)2 = 31,7%. jaringan dari Lopana ke Teling yang berada
Besarnya pengaruh pelatihan K3 terhadap pada wilayah Minahasa Selatan, Minahasa
implementasi K3 adalah (0.632)2 = 39.9%. Induk, dan Kota Manado adalah 31.7%.
Besarnya pengaruh kedisiplinan K3 terhadap a) Prosedur perlengkapan K3 yang perlu di
implementasi K3 adalah (0.584)2 = 34,1%. perhatikan dalam perlengkapan K3 adalah
Besarnya pengaruh manajeman perusahaan sebagai berikut.
terhadap implementasi K3 adalah (0.339)2 = 1) Menetapkan standar K3 sesuai dengan
11,5%. SOP
2) Menetapkan tata tertip yang harus
Pembahasasn dipatuhi
3) Menetapkan peraturan-peraturan K3
Berdasarkan hasil penelitian tentang 4) Mensosialisasikan peraturan dan
pengaruh perlengkapan K3, pelatihan K3, perundang-undangan K3 ini kepada
kedisiplinan dalam menggunakan K3 dan seluruh tenaga kerja
kemampuan manajerial terhadap implementasi 5) Memonitor pelaksanaan peraturan-
penggunaan K3 di pada proyek transmisi dan peraturan K3
jaringan diperoleh keterangan keempat variabel
1007
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334

b) Strategi perlengkapan K3 yang perlu di terjadi. Program pendidikan dan pelatihan


implementasikan pada proyek transmisi akan dilaksanakan selama kegiatan
dan jaringan adalah meningkatkan tambang berlangsung.
perawatan peralatan kerja guna mencegah
terjadinya kecelakaan, maka perlu
dilakukan perawatan secara berkala 3. Pengaruh kedisiplinan menggunakan
terhadap semua peralatan yang K3 terhadap implementasi K3.
dipergunakan. Peralatan pelindung diri, Berdasarkan gambar 4.2 hasil
sebaiknya diberikan secara berkala dan penelitian diperoleh keterangan kedisiplinan K3
dibatasi waktu pemakaiannya, untuk berpengaruh signifikan terhadap implementasi
menjamin keefektifan alat ketika K3 pada proyek transmisi dan jaringan dari
dipergunakan. Lopana ke Teling yang berada pada wilayah
Minahasa Selatan, Minahasa Induk, dan Kota
2. Pengaruh pelatihan K3 terhadap Manado adalah 31.7%.
implementasi K3. a) Prosedur kedisiplinan menggunakan K3
Berdasarkan gambar 4.2 hasil yang perlu di perhatikan dalam
penelitian diperoleh keterangan pelatihan K3 perlengkapan K3 adalah sebagai berikut.
berpengaruh signifikan terhadap implementasi 1) Menetapkan dan menjelaskan standar
K3 pada proyek transmisi dan jaringan dari K3 sesuai dengan SOP
Lopana ke Teling yang berada pada wilayah 2) Menetapkan tata tertip yang harus
Minahasa Selatan, Minahasa Induk, dan Kota dipatuhi
Manado adalah 31.7%. 3) Menetapkan peraturan-peraturan K3
a) Prosedur pelatihan K3 yang perlu di 4) Mensosialisasikan peraturan dan
perhatikan dalam perlengkapan K3 adalah perundang-undangan K3 ini kepada
sebagai berikut. seluruh tenaga kerja
1) Menetapkan dan menjelaskan standar 5) Melaporkan kejadian yang
K3 sesuai dengan SOP mencurigakan secara tertulis/lisan
2) Menetapkan tata tertip yang harus b) Strategi kedisiplinan menggunakan K3
dipatuhi yang perlu di implementasikan pada
3) Mensosialisasikan peraturan dan proyek transmisi dan jaringan adalah
perundang-undangan K3 ini kepada Pengawasan dilakukan secara aktif dan
seluruh tenaga kerja berjenjang mulai dari pekerja di lapangan
b) Strategi pelatihan K3 yang perlu di sampai manajer sehingga efektif dan
implementasikan pada proyek transmisi kondisi aman dari suatu kegiatan akan
dan jaringan adalah meningkatkan program terjaga terus. Selain itu juga dilakukan
pendidikan dan pelatihan, agar pekerja pengawasan silang, karena sering terjadi
dapat memahami bagaimana dan pengawas dan pekerja disuatu bagian
pentingnya untuk melakukan pekerjaannya tertentu menjadi terbiasa dan tidak
dengan aman. Program pendidikan atau menyadari akan adanya suatu potensi
pelatihan, adalah untuk pekerja baru, bahaya. Pengawasan silang diharapkan
pelatihan untuk pekerja dengan tugas baru akan dapat menemukan hal-hal seperti ini
dan pelatihan penyegaran untuk pekerja dan harus segera dikoreksi.
lama. Materi-materi yang biasa
disampaikan dalam pelatihan ini adalah: 4. Pengaruh manajemen pengurus
membuat tata cara yang aman untuk terhadap implementasi K3.
melakukan pekerjaan, mengidentifikasi Berdasarkan gambar 4.2 hasil
potensi bahaya yang ada dalam lingkungan penelitian diperoleh keterangan manajemen
kerja dan bagaimana cara pencegahan dan pengurus K3 berpengaruh signifikan terhadap
tindakan yang harus dilakukan untuk implementasi K3 pada proyek transmisi dan
menghindari apabila bahaya tersebut jaringan dari Lopana ke Teling yang berada
1008
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334

pada wilayah Minahasa Selatan, Minahasa pekerjaan proyek transmisi dan jaringan sebesar
Induk, dan Kota Manado adalah 31.7%. 80,7 % dan sisanya 19,3% merupakan variabel
a) Prosedur manajemen pengurus K3 yang lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini,
perlu di perhatikan dalam perlengkapan K3 dimana besarnya pengaruh perlengkapan K3
adalah sebagai berikut. terhadap implementasi K3 adalah (0.563)2 =
1) Menetapkan dan menjelaskan standar 31,7%. Besarnya pengaruh pelatihan K3
K3 sesuai dengan SOP terhadap implementasi K3 adalah (0.632)2 =
2) Menetapkan dan menerapkan tata 39.9%. Besarnya pengaruh kedisiplinan K3
tertip yang harus dipatuhi dengan terhadap implementasi K3 adalah (0.584)2 =
aman dan tertib. 34,1%. Besarnya pengaruh manajeman
3) Menetapkan dan Mensosialisasikan perusahaan terhadap implementasi K3 adalah
peraturan dan perundang-undangan K3 (0.339)2 = 11,5%.
ini kepada seluruh tenaga kerja
4) Menjelaskan isu-isu yang harus DAFTAR PUSTAKA
diperhatikan pihak
pengusaha/perusahaan dengan tenaga Abdul Wahab, Solichin. 1997. Evaluasi
kerja Kebijakan Publik. Malang: Penerbit FIA.
5) Meginformasikan laporan kepada Universitas Brawijaya dan IKIP. Malang.
pihak yang terkait dengan segera jika
timbul masalah Abdul Wahab, Solichin. 2008. Analisis
6) Melaporkan kejadian yang Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi
mencurigakan secara tertulis/lisan Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara,
7) Memonitor pelaksanaan peraturan- Jakarta
peraturan K3
Ali, Muhammad, 2000. Penelitian
b) Strategi manajemen pengurus K3 yang
Kependidikan Prosedur dan Strategi,
perlu di implementasikan pada proyek
Bandung: Angkasa
transmisi dan jaringan adalah
meningkatkan dukungan manajemen Anwar Prabu Mangkunegara. 2002. Manajemen
terhadap keberhasilan dari pengelolaan Sumber Daya Manusia Perusahaan.
keselamatan dan kesehatan kerja sangat Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
menentukan, karena bagaimanapun
baiknya suatu organisasi dengan program Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. PPSDM.
keselamatan kerja yang baik pula, tidak Bandung : Refika Aditama
akan berhasil tanpa dukungan dari
manajemen. Dukungan dari manajemen Anonimous. 1970. UURI Tahun 1970 tentang
dapat dibuat dengan tertulis bahwa Keselamatan Kerja, Jakarta.
manajemen mempunyai komitmen
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, Anonimous. 1980. Peraturan Menteri Tenaga
dan dukungan tersebut harus diikuti Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-
dengan penyediaan dana dan perhatian 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan
yang cukup. Kesehatan Kerja pada Konstruksi
Bangunan, Jakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN Anonimous. 1986. Surat Keputusan Bersama
Berdasarkan hasil penelitian dan Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan Tenaga Kerja No. KEP.174/MEN/1986-
variabel perlengkapan K3 (X1), Pelatihan K3 104/KPTS/1986 tentang Pedoman
(X2), Kedisiplinan menggunakan K3 (X3), dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Manajemen perusahaan (X4) secara simultan Tempat Kegiatan Konstruksi, Jakarta.
berpengaruh terhadap implementasi K3 pada

1009
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334

Anonimous. 1992. UURI Nomor 23 Tahun Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright, 2003,
1992 tentang Kesehatan, Jakarta Human Resource Management,
International Edition, The McGraw-hill
Bennet Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan Companies, Inc. New York
dan Kesehatan Kerja Jakarta: Bina Rupa
Aksara Ridley J. 2004. Kesehatan dan Keselamatan
Kerja, Penerbit Erlangga, Jakarta
Bernardin And Russell, 1998, Human Resource
Management, Second Edition, Singapore, Rolf P. Lynton dan Udai Pareek, 1998.
McGraw-Hill Book Co Pelatihan dan Pengembangan Tenaga
Kerja. Jakarta : Pustaka Binaman.
Cut Zurnali, 2004, Pengaruh Pelatihan dan
Motivasi Terhadap Perilaku Produktif Schuler, Randall S. dan Susan E. Jackson. 1999.
Karyawan pada Divisi Long Distance PT Manajemen Sumber Daya Manusia
Telkom Indonesia, Tbk, Tesis, Program Menghadapi Abad Ke-21. Jakarta :
Pascasarjana Unpad, Bandung Erlangga

DeCenzo and Robbins, 1999, Human Resource Simanjuntak, P. J. (1994). Manajemen


Management, Sixth Edition, New York, Keselamatan Kerja. Jakarta: Himpunan
John Wiley & Sons, Inc. Pembina Sumberdaya Manusia Indonesia
(HIPSMI).
Dessler, Gary, 1997, Human Resource Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan
Management, Seventh Edition, Prentice Evaluasi Kerja. Lembaga Penerbit FEUI,
Hall, Inc.,New Jersey Jakarta.
Soekidjo Notoatmodjo, 1991, Pengembangan
Dessler, Gary. 2009. Manajemen SDM buku 1. Sumberdaya Manusia, Rineka Cipta,
Jakarta : Indeks Jakarta
Edwards III, George C. 1980. Implementing Suma’mur. 2001. Keselamatan Kerja dan
Public Policy. Washington, D.C: Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV Haji
Congressional Quarterly Press. Masagung.
Gomes, Faustino Cardoso, 2003, Manajemen Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik.
Sumber Daya Manusia, Penerbit Andi, Bandung: Penerbit AIPI Bandung – Puslit
Yogyakarta KP2W Lemlit Unpad.
Gomez-Mejia, Balkin, Cardy, 2001, Managing Tarore, Huibert, dan Mandagi. Robert J M.
Human Resources, International Edition, 2006. Sistem Manajemen Proyek
Prentice Hall, Inc.,New Jersey Konstruksi (SIMPROKON), Tim Penerbit
JTS Fakultas Teknik Universitas Sam
Ismail, Masya. 1994. Teori Prosedur. Jakarta: Ratulangi, Manado.
Grasindo.
Tunggal, Amin Widjaja. 1995. Activity Based
Ivancevich, John. M, dkk. 2008. Perilaku dan Costing : Untuk Manufacturing dan
Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga Pemasaran. Harvarindo. Jakarta.
Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. 2002. Widodo. 2010. Analisis Kebijakan Publik:
Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Konsep dan Aplikasi Analisis Proses
Pertama Salemba Empat, Jakarta Kebijakan Publik. Bayu Media. Malang.
Mazmanian, Daniel H., dan Paul A. Sabatier.
1983. Implementation and Public Policy,
New York: HarperCollins.
1010

Potrebbero piacerti anche