Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
1)
Mahasiswa Program studi Teknik Sipil Pasca Sarjana Unsrat
2),3)
Staf Pengajar Program studi Teknik Sipil Pasca Sarjana Unsrat
e-mail: hadi.patkur363@gmail.com
ABSTRACT
The transmission and network project work from one substation to the next substation is the
transmission and electrical network work that will pass through some administrative areas so that: it
will have differences in the customs, culture, language, and geographical location of the
administrative region. This work are very vulnerable and potential to contain the risk of work
accidents, because the location of projects that tend to be in the middle of the forest, through valleys,
mountains and yard residents, and the level of difficulty of the work itself that will lead to
vulnerabilities in occupational safety and health such as erection work and withdrawal cable that must
work on altitude of at least 30 meters. With such a risky background, all personnel involved in this
work, whether directly or indirectly, should be aware of the importance of safety and health (OHS)
implementation procedures that must be used at the time of this work process. All personnel should be
aware and understand that at the time of the project location they must be obedient, ta'at, and
discipline to always comply and implement the procedures of Occupational Safety and Health (OSH).
This study is limited to the implementation of occupational safety and health (OHS)
procedures on the 150 kV Transmission and Network project from Lopana to Teling located in South
Minahasa, Minahasa Induk and Manado.
The aims of this study was to develop a safety and health (OSH) implementation procedure to
motivate employees / workers successfully and successfully to be used or applied to transmission and
network project work. The method used is a survey with correlation approach, to reveal the real state
of things experienced by workers.
Based on the results of the research and discussion above, it can be concluded that the
variables of OSH (X1) equipment, OSH (X2) training, OSH (X3) discipline, and company
management (X4) simultaneously affect the implementation of OSH on transmission and network
project work of 80 , 7% and the remaining 19.3% are other variables not included in this research,
where the effect of OSH equipment on OSH implementation is (0.563) 2 = 31,7%. The effect of OSH
training on OSH implementation is (0.632) 2 = 39.9%. The magnitude of the effect of OSH discipline
on the implementation of OSH is (0.584) 2 = 34.1%. The magnitude of the effect of corporate
management on the implementation of OSH is (0.339) 2 = 11.5%.
Keywords: occupational safety and health, work accident, transmission and network project.
997
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334
999
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334
keputusan, seolah-olah tahapan ini kurang implementasi terlebih dahulu harus diajukan
berpengaruh. Akan tetapi dalam kenyataannya, dua pertanyaan pokok yaitu:
tahapan implementasi menjadi begitu penting a) Apakah yang menjadi prasyarat bagi
karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa- implementasi kebijakan?
apa jika tidak dapat dilaksanakan dengan baik b) Apakah yang menjadi faktor utama dalam
dan benar. Dengan kata lain implementasi keberhasilan implementasi kebijakan?
merupakan tahap dimana suatu kebijakan Guna menjawab pertanyaan tersebut,
dilaksanakan secara maksimal dan dapat Edward mengajukan empat faktor yang
mencapai tujuan kebijakan itu sendiri. berperan penting dalam pencapaian
Implementasi adalah “tindakan-tindakan yang keberhasilan implementasi. Faktor-faktor yang
dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat- mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah implementasi kebijakan yaitu faktor
atau swasta yang diarahkan pada tercapainya communication, resources, disposition, dan
tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam bureucratic structure (Edward dalam Widodo,
keputusan kebijakan” (Wahab, 2008). Hakikat 2010).
utama implementasi kebijakan adalah
memahami apa yang seharusnya terjadi sesudah Komunikasi (Communication)
suatu program dinyatakan berlaku atau Komunikasi merupakan proses
dirumuskan. Pemahaman tersebut mencakup penyampaian informasi dari komunikator
usaha-usaha untuk mengadministrasikannya kepada komunikan. Sementara itu, komunikasi
dan menimbulkan dampak nyata pada kebijakan berarti merupakan proses
masyarakat atau kejadian-kejadian Widodo penyampaian informasi kebijakan dari pembuat
(2010)). kebijakan (policy makers) kepada pelaksana
Berdasarkan beberapa definisi yang kebijakan (policy implementors) (Widodo,
disampaikan para ahli di atas, disimpulkan 2010). Widodo kemudian menambahkan bahwa
bahwa implementasi merupakan suatu kegiatan informasi perlu disampaikan kepada pelaku
atau usaha yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan agar pelaku kebijakan dapat
kebijakan dengan harapan akan memperoleh memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah,
suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau kelompok sasaran (target group) kebijakan,
sasaran dari suatu kebijakan itu sendiri. sehingga pelaku kebijakan dapat
Untuk mengkaji lebih baik suatu mempersiapkan hal-hal apa saja yang
implementasi kebijakan publik maka perlu berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan,
diketahui variabel dan faktor-faktor yang agar proses implementasi kebijakan bisa
mempengaruhinya. Untuk itu, diperlukan suatu berjalan dengan efektif serta sesuai dengan
model kebijakan guna menyederhanakan tujuan kebijakan itu sendiri.
pemahaman konsep suatu implementasi Komunikasi dalam implementasi kebijakan
kebijakan. Terdapat banyak model yang dapat mencakup beberapa dimensi penting yaitu
dipakai untuk menganalisis sebuah tranformasi informasi (transimisi), kejelasan
implementasi kebijakan, namun kali ini yang informasi (clarity) dan konsistensi informasi
saya bagikan adalah model implementasi yang (consistency). Dimensi tranformasi
dikemukakan oleh George Edward III. menghendaki agar informasi tidak hanya
Edward III melihat implementasi kebijakan disampaikan kepada pelaksana kebijakan tetapi
sebagai suatu proses yang dinamis, dimana juga kepada kelompok sasaran dan pihak yang
terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi terkait. Dimensi kejelasan menghendaki agar
dan mempengaruhi implementasi kebijakan. informasi yang jelas dan mudah dipahami,
Faktor-faktor tersebut perlu ditampilkan guna selain itu untuk menghindari kesalahan
mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor interpretasi dari pelaksana kebijakan, kelompok
tersebut terhadap implementasi. Oleh karena sasaran maupun pihak yang terkait dalam
itu, Edward menegaskan bahwa dalam studi implementasi kebijakan. Sedangkan dimensi
konsistensi menghendaki agar informasi yang
1000
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334
hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu dilayani dengan cara yang tertentu oleh
sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, sejumlah pabrik dan pada gilirannya akan
dalam implementasi kebijakan biasanya sudah mengirimkan pelanggan menurut proses
dibuat standart operation procedur (SOP). SOP tertentu”. Kamaruddin (1992) “Prosedur pada
menjadi pedoman bagi setiap implementator dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari
dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kegiatan yang berhubungan satu sama lainnya
kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan dan prosedur-prosedur yang berkaitan
sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah struktur melaksanakan dan memudahkan kegiatan utama
birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu dari suatu organisasi”. Ismail masya (1994)
panjang dan terfragmentasi akan cenderung mengatakan bahwa “Prosedur adalah suatu
melemahkan pengawasan dan menyebabkan rangkaian tugas-tugas yang saling berhubungan
prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang merupakan urutan-urutan menurut waktu
yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas dan tata cara tertentu untuk melaksanakan suatu
organisasi menjadi tidak fleksibel. pekerjaan yang dilaksanakan berulang-ulang”.
Dari uraian referensi diatas dapat
disimpulkan bahwa arti implementasi yang Pekerja
berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) adalah: pelaksanaan atau penerapan Buruh, pekerja, tenaga kerja, atau
tentang K3 yang bermaksud untuk mencari karyawan pada dasarnya adalah manusia yang
bentuk pelaksanaan atau penerapan keselamatan menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk
dan kesehatan kerja (K3) untuk proyek mendapatkan balasan berupa pendapatan baik
transmisi dan jaringan. berupa uang maupun bentuk lainnya kepada
Penerapan bentuk pelaksanaan keselamatan pemberi kerja atau pengusaha atau majikan.
dan kesehatan kerja (K3) transmisi dan jaringan Pada dasarnya buruh, pekerja, tenaga kerja
adalah penerapan tentang metode atau tata cara maupun karyawan adalah sama. Namun dalam
pelaksanaan K3 untuk pekerjaan survey, K3 kultur Indonesia, “buruh” berkonotasi sebagai
untuk pekerjaan sondir, K3 untuk pekerjaan pekerja rendahan, hina, kasar dan sebagainya.
pondasi tower, K3 untuk pekerjaan erection Sedangkan pekerja, tenaga dan karyawan
tower, K3 untuk pekerjaan pemasangan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi,
acsesoris tower, K3 untuk pekerjaan penarikan dan di berikan cenderung kepada buruh yang
konduktor 240 mm2, K3 untuk penarikan tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan
OPGW, K3 untuk penarikan GSW, serta K3 kerja. Akan tetapi pada intinya sebenarnya
untuk pekerjaan testing dan komisioning.
ke empat kata ini memiliki atau mempunyai
Bentuk-bentuk penerapan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) proyek
arti satu atau sama yaitu: Pekerja. Hal ini
transmisi dan jaringan harus tetap mengacu merujuk pada undang-undang
kepada waktu pelaksanaan proyek, mutu atau ketenagakerjaan yang berlaku umum untuk
kualitas proyek, serta biaya yang harus seluruh pekerja maupun pengusaha di
dikeluarkan untuk pelaksanaan keselamatan dan Indonesia. Buruh di bagi atas 2 klasifikasi
kesehatan kerja (K3) proyek transmisi dan besar yaitu:
jaringan. a) Buruh Profesional biasa di sebut buruh
kerah putih, menggunakan tenaga otak
Prosedur.
dalam melakukan pekerjaannya.
Menurut Muhammad Ali (2000 : 325) b) Buruh kasar biasa di sebut buruh kerha
“Prosedur adalah tata cara kerja atau cara biru, menggunakan tenaga otot dalam
menjalankan suatu pekerjaan”. Menurut Amin melakukan pekerjaannya.
Widjaja (1995 : 83) “Prosedur adalah
sekumpulan bagian yang saling berkaitan Definisi Pekerja ada 2 (dua) yaitu :
misalnya : orang, jaringan gudang yang harus Orang yang bekerja dan Orang yang
1002
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334
menerima upah atas hasil kerjanya: buruh, a) Noe, Hollenbeck, Gerhart & Wright
karyawan. menurut Abidin (2014) adalah: (2003:251) mengemukakan, training is
a planned effort to facilitate the
a) Pekerja adalah tenaga kerja yang learning of job-related knowledge,
bekerja di dalam hubungan kerja pada skills, and behavior by employee. Hal
pengusaha dengan menerima upah ( ini berarti bahwa pelatihan merupakan
Pasal 1 angka 3 UU nomor 25 tahun suatu usaha yang terencana untuk
1997 tentang ketenaga kerjaan) memfasilitasi pembelajaran tentang
b) Pekerja adalah setiap orang yang pekerjaan yang berkaitan dengan
bekerja dengan menerima gaji, upah, pengetahuan, keahlian dan perilaku
atau imbalan dalam bentuk lain. (pasal oleh para pegawai.
1 angka 11 UU nomor 40 tahun 2004 b) Menurut Gomes (2003:197), pelatihan
tentang Sistem Jaminan Sosial adalah setiap usaha untuk memperbaiki
Nasional) performansi pekerja pada suatu
c) Pekerja adalah setiap orang yang pekerjaan tertentu yang sedang menjadi
bekerja dengan menerima gaji, upah, tanggung jawabnya, atau satu
atau imbalan dalam bentuk lain. (pasal pekerjaan yang ada kaitannya dengan
1 Angka 8 UU Nomor 24 Tahun 2011 pekerjaannya
Tentang Badan Penyelenggara Jaminan c) Menurut Robbins, Stephen P,
Sosial). (2001:282), Training meant formal
training that’s planned in advanced and
Pelatihan
has a structured format. Ini
Pelatihan adalah proses meningkatkan menunjukkan bahwa pelatihan yang
pengetahuan dan ketrampilan karyawan, dimaksudkan disini adalah pelatihan
pelatihan meliputi pengubahan sikap formal yang direncanakan secara
sehingga karyawan dapat melakukan matang dan mempunyai suatu format
pekerjaannya lebih efektif, pelatihan dapat pelatihan yang terstruktur.
dilakukan pada semua tingkatan organisasi. d) Menurut Bernardin dan Russell
Pelatihan mempersiapkan peserta latihan (1998:172), Training is defined as any
untuk mengambil jalur tindakan tertentu attempt to improve employee
yang dilukiskan oleh teknologi dan performance on a currently held job or
organisasi tempat bekerja, dan membantu one related to it. This usually means
peserta memperbaiki prestasi dalam changes in spesific knowledges, skills,
kegiatannya terutama mengenai pengertian attitudes, or behaviors. To be effective,
dan keterampilan. (Rolf P. Lynton dan Udai training should involve a learning
Pareek--Pelatihan dan Pengembangan experience, be a planned organizational
Tenaga Kerja, Pustaka Binaman Jakarta activity, and be designed in response to
1998) identified needs. Jadi pelatihan
didefinisikan sebagai berbagai usaha
Pengertian Pelatihan dalam Manajemen pengenalan untuk mengembangkan
Sumberdaya Manusia menurut Cut Zurnali kinerja tenaga kerja pada pekerjaan
(2004), mengemukakan beberapa pendapat yang dipikulnya atau juga sesuatu
para ahli mengenai definisi pelatihan berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini
sebagai berikut: biasanya berarti melakukan perubahan
perilaku, sikap, keahlian, dan
pengetahuan yang khusus atau spesifik.
1003
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334
Coefficients Coefficients
histograf menuju pola distribusi normal maka X3 .321 .037 .346 8.656 .000 .808 1.238
variabel dependen Y memenuhi asumsi
normalitas. X4 .172 .040 .182 4.342 .000 .735 1.361
a. Dependent Variable: Y
2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi ditemukan Dari tabel diatas terlihat setiap variabel
adanya korelasi antar variabel bebas. Model bebas mempunyai nilai tolerance > 0,1 dan nilai
regresi yang baik tidak terjadi korelasi antar VIF < 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam
multikolonearitas di dalam model regresi adalah model regresi ini.
dengan melihat nilai toleransi dan Variance
Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance > 3. Uji Heterokedastisitas
10% dan nilai VIF < 10, maka dapat Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji
disimpulkan tidak ada multikolinieritas antar apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan
variabel bebas dalam model regresi. Berikut variance dari residual suatu pengamatan ke
hasil perhitungan menggunakan program SPSS pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas
16. menunjukkan penyebaran variabel bebas.
Penyebaran yang acak menunjukkan model
regresi yang baik.
Tabel 2 Coefficients Dengan kata lain tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk menguji
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
Model Unstandardized Coefficients mengamati grafik scatterplot dengan pola titik-
Standardized Coefficients t Sig. titik yang menyebar di atas dan di bawah sumbu
Collinearity Statistics Y. Berikut hasil pengolahan menggunakan
B Std. Error Beta program SPSS 16.
Tolerance VIF
1005
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334
Correlations
Model
Zero-order Partial Part
(Constant)
X1 0.652 0.563 0.295
1 X2 0.674 0.632 0.353
X3 0.642 0.584 0.311 Gambar 4.2 Hubungan Variabel Independent
(X) dan Variabel Dependent (Y)
X4 0.582 0.339 0.156
a.
Dependent 1. Pengaruh perlengkapan K3 (X1)
Variable: terhadap implementasi K3 (Y).
Y Berdasarkan gambar 4.2 hasil
penelitian diperoleh keterangan perlengkapan
Berdasarkan tabel di atas, diketahui besarnya K3 berpengaruh signifikan terhadap
pengaruh perlengkapan K3 terhadap implementasi K3 pada proyek transmisi dan
implementasi K3 adalah (0.563)2 = 31,7%. jaringan dari Lopana ke Teling yang berada
Besarnya pengaruh pelatihan K3 terhadap pada wilayah Minahasa Selatan, Minahasa
implementasi K3 adalah (0.632)2 = 39.9%. Induk, dan Kota Manado adalah 31.7%.
Besarnya pengaruh kedisiplinan K3 terhadap a) Prosedur perlengkapan K3 yang perlu di
implementasi K3 adalah (0.584)2 = 34,1%. perhatikan dalam perlengkapan K3 adalah
Besarnya pengaruh manajeman perusahaan sebagai berikut.
terhadap implementasi K3 adalah (0.339)2 = 1) Menetapkan standar K3 sesuai dengan
11,5%. SOP
2) Menetapkan tata tertip yang harus
Pembahasasn dipatuhi
3) Menetapkan peraturan-peraturan K3
Berdasarkan hasil penelitian tentang 4) Mensosialisasikan peraturan dan
pengaruh perlengkapan K3, pelatihan K3, perundang-undangan K3 ini kepada
kedisiplinan dalam menggunakan K3 dan seluruh tenaga kerja
kemampuan manajerial terhadap implementasi 5) Memonitor pelaksanaan peraturan-
penggunaan K3 di pada proyek transmisi dan peraturan K3
jaringan diperoleh keterangan keempat variabel
1007
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334
pada wilayah Minahasa Selatan, Minahasa pekerjaan proyek transmisi dan jaringan sebesar
Induk, dan Kota Manado adalah 31.7%. 80,7 % dan sisanya 19,3% merupakan variabel
a) Prosedur manajemen pengurus K3 yang lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini,
perlu di perhatikan dalam perlengkapan K3 dimana besarnya pengaruh perlengkapan K3
adalah sebagai berikut. terhadap implementasi K3 adalah (0.563)2 =
1) Menetapkan dan menjelaskan standar 31,7%. Besarnya pengaruh pelatihan K3
K3 sesuai dengan SOP terhadap implementasi K3 adalah (0.632)2 =
2) Menetapkan dan menerapkan tata 39.9%. Besarnya pengaruh kedisiplinan K3
tertip yang harus dipatuhi dengan terhadap implementasi K3 adalah (0.584)2 =
aman dan tertib. 34,1%. Besarnya pengaruh manajeman
3) Menetapkan dan Mensosialisasikan perusahaan terhadap implementasi K3 adalah
peraturan dan perundang-undangan K3 (0.339)2 = 11,5%.
ini kepada seluruh tenaga kerja
4) Menjelaskan isu-isu yang harus DAFTAR PUSTAKA
diperhatikan pihak
pengusaha/perusahaan dengan tenaga Abdul Wahab, Solichin. 1997. Evaluasi
kerja Kebijakan Publik. Malang: Penerbit FIA.
5) Meginformasikan laporan kepada Universitas Brawijaya dan IKIP. Malang.
pihak yang terkait dengan segera jika
timbul masalah Abdul Wahab, Solichin. 2008. Analisis
6) Melaporkan kejadian yang Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi
mencurigakan secara tertulis/lisan Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara,
7) Memonitor pelaksanaan peraturan- Jakarta
peraturan K3
Ali, Muhammad, 2000. Penelitian
b) Strategi manajemen pengurus K3 yang
Kependidikan Prosedur dan Strategi,
perlu di implementasikan pada proyek
Bandung: Angkasa
transmisi dan jaringan adalah
meningkatkan dukungan manajemen Anwar Prabu Mangkunegara. 2002. Manajemen
terhadap keberhasilan dari pengelolaan Sumber Daya Manusia Perusahaan.
keselamatan dan kesehatan kerja sangat Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
menentukan, karena bagaimanapun
baiknya suatu organisasi dengan program Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. PPSDM.
keselamatan kerja yang baik pula, tidak Bandung : Refika Aditama
akan berhasil tanpa dukungan dari
manajemen. Dukungan dari manajemen Anonimous. 1970. UURI Tahun 1970 tentang
dapat dibuat dengan tertulis bahwa Keselamatan Kerja, Jakarta.
manajemen mempunyai komitmen
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, Anonimous. 1980. Peraturan Menteri Tenaga
dan dukungan tersebut harus diikuti Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-
dengan penyediaan dana dan perhatian 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan
yang cukup. Kesehatan Kerja pada Konstruksi
Bangunan, Jakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN Anonimous. 1986. Surat Keputusan Bersama
Berdasarkan hasil penelitian dan Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri
pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan Tenaga Kerja No. KEP.174/MEN/1986-
variabel perlengkapan K3 (X1), Pelatihan K3 104/KPTS/1986 tentang Pedoman
(X2), Kedisiplinan menggunakan K3 (X3), dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Manajemen perusahaan (X4) secara simultan Tempat Kegiatan Konstruksi, Jakarta.
berpengaruh terhadap implementasi K3 pada
1009
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.8 No.2, Mei 2018 (997-1010) ISSN: 2087-9334
Anonimous. 1992. UURI Nomor 23 Tahun Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright, 2003,
1992 tentang Kesehatan, Jakarta Human Resource Management,
International Edition, The McGraw-hill
Bennet Silalahi. 1995. Manajemen Keselamatan Companies, Inc. New York
dan Kesehatan Kerja Jakarta: Bina Rupa
Aksara Ridley J. 2004. Kesehatan dan Keselamatan
Kerja, Penerbit Erlangga, Jakarta
Bernardin And Russell, 1998, Human Resource
Management, Second Edition, Singapore, Rolf P. Lynton dan Udai Pareek, 1998.
McGraw-Hill Book Co Pelatihan dan Pengembangan Tenaga
Kerja. Jakarta : Pustaka Binaman.
Cut Zurnali, 2004, Pengaruh Pelatihan dan
Motivasi Terhadap Perilaku Produktif Schuler, Randall S. dan Susan E. Jackson. 1999.
Karyawan pada Divisi Long Distance PT Manajemen Sumber Daya Manusia
Telkom Indonesia, Tbk, Tesis, Program Menghadapi Abad Ke-21. Jakarta :
Pascasarjana Unpad, Bandung Erlangga