Sei sulla pagina 1di 9

WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373

Volume 2, Nomor 1 Hal: 120-128


Juni 2014

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN OBAT PADA KAWASAN HUTAN


LINDUNG DI DESA TINDOLI KECAMATAN PAMONA TENGGARA
KABUPATEN POSO

Kurniawan Tudjuka1), Sri Ningsih2), Bau Toknok 2)


Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tadulako
Jl. Soekarno Hatta Km.9 Palu, Sulawesi Tengah 94118
1)
Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako
2)
Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako

Abstract
Indonesia is a tropical that has vast forest regions. The existence of the forest region is national
asset must be managed continuously and developed to the better way so that they can be
sustainable utilized. Herbal plant is a kind of forest product non wood which useful for ecology,
social-cultural, or economic that must be managed as long as the utilization rationally to
nowadays generation needs and the fature. The objective of the research was to find out the
difersity of herbal plants located in preserved forest utilised by Tindoli people at Tindoli village
of South East Pamona Sub District Poso Regency. The vegetation analysis method in the field
was multi plots method which purposively done. The vegetation specimen taking was done by
emloying 20 plots specimen located in spread. The size of the observation plots was 20m x 20m
made as 20 plots that the whole wide of observation plots was 0.8 ha. The research result done
in preserved forest at Tindoli Village of South East Pamona Sub District Poso Regency found
that there were 25 kinds of herbal plants including 21 familes. For each of tree vegetation level,
it was obtained the kind of diversity index 1.87, pople vegetation level 1.96, stake vegetation
level 1.76, seedling vegetation level and plants 2.43. based on the index calculation of herbal
plants diversity at the preserved forest in Tindoli Village from herbal plants of seedling level
and underground plants, stake level, pople level, they were generally categorized low.
Keywords: The Diversity of Plants Kind, Preserved Forest

PENDAHULUAN Masyarakat Indonesia sudah mengenal


obat dari jaman dahulu, khususnya obat yang
Latar Belakang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Seiring
Indonesia merupakan negara tropika yang meningkatnya pengetahuan jenis penyakit,
memiliki kawasan hutan yang cukup luas. semakin meningkat juga pengetahuan tentang
Keberadaan kawasan hutan ini merupakan pemanfaatan tumbuhan untuk obat-obatan.
aset nasional yang harus terus dikelola dan Namun demikian, sering terjadi pemanfaatan
dikembangkan kearah lebih baik, agar dapat ini dilakukan secara berlebihan sehingga
dimanfaatkan secara berkelanjutan (Sofia, populasinya di alam semakin menurun
2007). Menurut Nunaki (2007), hutan (Abdiyani, 2008). Kondisi ini disebabkan
merupakan sumberdaya alam yang oleh kegiatan eksploitasi yang dilakukan
mempunyai manfaat besar bagi bangsa secara besar-besaran tanpa memperhatikan as
Indonesia, baik manfaat ekologi, sosial- pek kelestarian lingkungan, khususnya
budaya, maupun ekonomi yang harus dikelola kelestarian tumbuhan obat itu sendiri (Zuhud,
dan dimanfaatkan secara rasional dengan 1999 dalam Herlinawati, 2001). Masyarakat
memperhatikan kebutuhan generasi masa kini juga menganggap bahwa pengobatan
dan masa datang. Hasil yang diperoleh dari tradisional bersifat holistik, sedangkan
hutan berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan pengobatan moderen hanya melihat penyakit
non kayu. Namun demikian, selama ini saja (Susciasti, 2004).
pemanfaatan hasil hutan terkesan lebih Depkes R.I (2007), sumber daya alam
terfokus pada hasil hutan kayu sedangkan bahan obat dan obat tradisional merupakan
hasil hutan non kayu meskipun sebenarnya aset nasional yang perlu terus digali, diteliti,
mempunyai potensi cukup besar kurang dikembangkan dan dioptimalkan
mendapat perhatian. pemanfaatannya. Sebagai suatu wilayah yang

120
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 120-128
Juni 2014

mempunyai tingkat keanekaragaman hayati Tumbuhan obat tradisional di Indonesia


yang tinggi, potensi sumber daya tumbuhan mempunyai peran yang sangat penting
yang ada merupakan suatu aset dengan nilai terutama bagi masyarakat di daerah pedesaan
keunggulan kompratif dan sebagai suatu yang fasilitas kesehatannya masih sangat
modal dasar utama dalam upaya pemanfaatan terbatas. Nenek moyang kita mengenal obat-
dan pengembangannya untuk menjadi obatan tradisisonal yang berasal dari
komuditi yang kompetitif. Pengetahuan ini tumbuhan di sekitar pekarangan rumah
merupakan aset nasional dan aset bangsa yang maupun yang tumbuh liar di semak belukar
harus dimanfaatkan dan dikembangkan serta dan hutan-hutan. Masyarakat sekitar kawasan
diselamatkan karena sangat potensial untuk hutan memanfaatkan tumbuhan obat yang ada
dikembangkan dengan melibatkan masyarakat sebagai bahan baku obat-obatan berdasarkan
lokal yang memiliki pengetahuan tersebut pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan
(Rahayu, 2005). obat yang diwariskan secara turun-temurun
Menurut Sari (2010), bagian tumbuhan (Hidayat dan Hardiansyah, 2012). Jadi pada
herba yang digunakan untuk obat-obatan ketika itu peranan tumbuhan obat sangat
adalah akar, umbi, batang, daun, pucuk, terbatas pada sekelompok daerah tertentu dan
bunga, dan buah. Dimana bagian tersebut ada pada keadaan tertentu, serta dipengaruhi pula
yang dapat langsung digunakan sebagai obat oleh kepercayaan tertentu serta mantera-
dan ada pula yang harus melalui proses mantera yang diyakini mempunyai kekuatan
pengolahan. penyembuh bila dikerjakan oleh orang-orang
Tumbuhan obat adalah semua jenis tertentu seperti dukun (Zein, 2005).
tumbuhan tanaman yang menghasilkan satu Desa Tindoli Kecamatan Pamona
atau lebih komponen aktif yang digunakan Tenggara Kabupaten Poso merupakan salah
untuk perawatan kesehatan dan pengobatan satu desa yang memiliki keanekaragaman
atau seluruh spesies tumbuhan yang diketahui flora yang tinggi. Sebagaimana umumnya
atau dipercaya mempunyai khasiat obat (Allo, desa yang berada di Kecamatan Pamona
2010). Tenggara, mayoritas penduduknya adalah
Tradisi dan pengetahuan masyarakat lokal petani dan nelayan danau. Untuk mengatasi
di daerah pedalaman tentang pemanfaatan masalah kesehatan, mereka masih
tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan sehari- mengandalkan pengetahuan tanaman obat
hari telah berlangsug sejak lama. Pengetahuan secara turun temurun dari nenek moyang
ini dimulai dimulai dengan dicobanya mereka dengan memanfaatkan lingkungan
berbagai tumbuhan untuk memenuhi alam berupa penggunaan obat-obat dari
kebutuhan hidup. Tradisi pemanfaatan tumbuhan. Hamparan hutan di sekelilingi
tumbuhan sebagian telah dibuktikan pemukiman penduduk merupakan berkah
kebenarannya secara ilmiah, namun masih tersendiri sebagai apotik hidup warga desa
banyak yang belum tercatat secara ilmiah dan tersebut.
disebarluaskan melalui publikasi-publikasi Informasi mengenai keanekaragaman
(Windadri dkk, 2006). tumbuhan obat di Desa Tindoli ini masih
Menurut Harahap (2007) penggunaan sangat terbatas, sedangkan keanekaragaman
tumbuhan obat sangat banyak macamnya, ada tumbuhan obat di kawasan ini memiliki
yang dipergunakan sebagai obat kuat potensi yang tinggi untuk dikembangkan.
(tonikum), sebagai obat penyakit maupun Rumusan Masalah
tujuan untuk mempercantik diri (kosmetika). Sebagaimana yang diketahui obat
Tetapi pengenalan tentang tanaman obat tradisional adalah salah satu budaya
masih terlalu sedikit, apalagi untuk masyarakat lokal yang sampai saat ini masih
memanfaatkan dalam bentuk segar atau dalam ada, tetapi sebagaimana kita ketahui bersama
bentuk lainnya. Hal ini disebabkan karena obat tradisional dalam segi pemanfaatan
pada saat sekarang ini pengobatan modern masih sangat terbatas. Maka dari itu
sudah semakin mudah dalam segala fasilitas permasalahan yang ingin di angkat dari
dan pelayanannya. Selain itu, layanan penelitian ini adalah sejauh mana masyarakat
pengobatan modern juga hampir tersedia lokal menggunakan jenis tumbuhan obat dan
diseluruh pelosok Indonesia. manfaatnya, serta cara pengolahannya.

121
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 120-128
Juni 2014

Tujuan dan Kegunaan Jenis Data


Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Pengumpulan data pada penelitian ini
keanekaragaman jenis tumbuhan obat yang meliputi pengumpulan data primer dan data
terdapat di Kawasan Hutan Lindung yang sekunder.
dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Tindoli Data Primer
Kecamatan Pamona Tenggara Kabupaten Data primer dikumpulkan berdasarkan
Poso dan sekitarnya. hasil pengamatan langsung di lokasi
Kegunaan penelitian ini diharapkan agar penelitian yakni vegetasi pada plot
dapat digunakan sebagai informasi bagi pengamatan yang meliputi nama jenis, jumlah
masyarakat dan instansi yang terkait serta individu, dan diameter batang. Sedangkan
membantu upaya konservasi keanekaragaman pemanfaatan jenis vegetasi diketahui dengan
hayati. melakukan wawancara langsung terhadap
masyarakat yang mengetahui pasti jenis
MATERI DAN METODE PENELITIAN vegetasi yang menjadi tumbuhan obat.
Data sekunder
Tempat Dan Waktu Data sekunder merupakan data yang
Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bersifat penunjang, data ini diperoleh dari
(tiga) bulan mulai bulan Mei sampai Juli kantor/instansi terkait. Data tersebut meliputi
2013, di Kawasan Hutan Lindung Desa data biofisik lokasi, data tentang keadaan
Tindoli Kecamatan Pamona Tenggara sosial ekonomi masyarakat Desa Tindoli, data
Kabupaten Poso Propinsi Sulawesi Tengah. sarana dan prasarana penghubung/
Bahan dan Alat aksessibilitasi Desa Tindoli.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini Metode Penelitian
yaitu : Penelitian ini dilakukan dengan
a) Peta Kawasan, untuk memudahkan menggunakan metode petak ganda yang
penentuan dan pencarian lokasi dalam diletakan secara sengaja (purposive
penelitian. sampling). Pada metode ini pengambilan
b) Tali rafia untuk membuat petak contoh vegetasi dilakukan dengan
pengamatan . menggunakan 20 petak contoh yang letaknya
c) Tally sheet, untuk mencatat jenis tersebar sehinga luas keseluruhan dari petak
tanaman/tumbuhan obat yang ditemukan pengamatan adalah 0,8 ha.
d) Kertas koran bekas, digunakan untuk Prosedur Penelitian
membungkus spesimen yang akan a. Survei lokasi untuk mendapatkan
diidentifikasi. gambaran secara umum mengenai habitat
e) Label gantung, untuk menandai spesimen tumbuhan obat bersama penduduk yang
yang akan diidentifikasi berpengalaman dan mengetahui jenis
f) Spritus untuk pengawetan bahan spesimen. tumbuhan obat.
g) Kantung plastik, untuk menyimpan b. Penentuan plot pengamatan diletakan di
spesimen yang akan diidentifikasi. mana ditemukan tumbuhan obat itu berada.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, Bentuk dan ukuran petak contoh dapat
yaitu : dilihat pada gambar 1:
a) Kompas, untuk menentukan arah jalur. 20m
b) Parang, untuk membuat jalur rintisan.
c) Meteran, untuk mengukur plot
pengamatan. 10m
d) Kamera untuk mendokumentasikan
karakteristik objek, lokasi penelitian serta 5m 20m
jalannya proses penelitian. 2m 10m
e) Gunting stek, untuk memotong spesimen 5m
2m
yang diidentifikasi.
f) GPS, untuk penentuan posisi atau letak di
lapangan Gambar 1. Skema Petak ukur
g) Alat tulis-menulis.

122
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 120-128
Juni 2014

Keterangan: Indeks Keanekaragaman Jenis (H’)


1) Plot pengamatan tingkat pohon (20m x Keanekaragaman jenis (species diversity)
20m), yaitu pohon dengan diameter > dihitung dengan rumus indeks Shannon-
20cm. Wiener (H’) berdasarkan Ludwig and
2) Plot pemgamatan tingkat tiang (10m x Reynolds (1988) dalam Wardah (2008):
10m), pohon yang berdiameter 10-20cm. 𝒏𝒊
H' = - 𝒊=𝟏 𝒑𝒊 𝐥𝐧 𝒑𝒊 , pi = 𝑵
3) Plot pengamatan tingkat pancang (5 m x
Keterangan:
5 m), yaitu permudaan yang tingginya
H' = Indeks Keanekaragaman Shannon-
>1,5 m dengan diameter < 10cm.
Wienner
4) Plot pengamatan tingkat semai dan
pi = Proporsi nilai penting jenis yang
tumbuhan bawah (2m x2 m), permudaan
ditemukan dalam jenis yang ke-i
pohon berkecambah sampai setinggi
ln = logaritma natural
1,5m, (Fahrul 2007).
ni = Jumlah individu dari jenis i
c. Mengidentifikasi semua jenis vegetasi,
N = Jumlah total individu seluruh jenis
jumlah individu dan mengukur diameter di
Berdasarkan indeks keanekaragaman jenis
dalam petak pengamatan pada tingkat
menurut Shannon-Wiener didefinisikan
pohon, tiang dan pancang. Sedangkan
sebagai berikut.
tumbuhan pada tingkat semai dan
a. Nilai H’>3 menunjukan bahwa
tumbuhan bawah diidentifikasi jenis dan
keanekaragaman spesies pada suatu plot
jumlahnya. Jenis yang menjadi tumbuhan
adalah tinggi.
obat diketahui dengan wawancara non
b. Nilai menunjukan bahwa 1 < H’ < 3
formal terhadap pemandu lapangan,
menunjukan bahwa kenekaragaman
penguna tumbuhan obat, bidan setempat,
spesies pada suatu plot adalah sedang.
dukun terlatih dan studi literatur.
c. Nilai H’<1 menunjukan bahwa
d. Apabila ada jenis yang tidak diketahui
keanekaragaman spesies pada suatu plot
dilakukan pengambilan sampel yaitu
adalah sedikit atau rendah.
dengan mengambil pucuk daun, bunga
atau buah dari tanaman atau tumbuhan
HASIL DAN PEMBAHASAN
obat. Setelah pengambilan sampel
Hasil penelitian yang dilaksanakan di
dilakukan akan dibuat menjadi herbarium
Hutan Lindung Desa Tindoli Kecamatan
basah dengan menggunakan spritus dan
Pamona Tenggara Kabupaten Poso ditemukan
nantinya akan diidentifikasi di
tumbuhan obat sebanyak 25 jenis yang
Laboratorium Herbarium Celebence.
termasuk dalam 21 famili, disajikan pada
Analisis Data
Tabel 1 di bawah.
Data yang terkumpul dari hasil
pengamatan di lapangan selanjutnya dikaji
menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:

Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan obat dan tingkat pertumbuhan

Tingkat Pertumbuhan
No Spesies Family Semai dan
Pohon Tiang Pancang Tumbuhan
Bawah
1 Arenga pinnata Mer Arecaceae √ √ √ √
2 Lantana camara L Arecaceae √ √
3 Schismatoglatis sp Araceae √
4 Ficus benjamina Moraceae √ √
5 Pinanga sp Palmae √ √
6 Calotropis gigantea Asclepiadaceae √

123
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 120-128
Juni 2014

7 Tinospora cripta L Cucurbitaceae √


Melastoma
8 Melastomataceae √ √
malabathricum
9 Sida acuta Burm Malvaceae √
10 Bischofia javamica Phyllanthaceae √ √ √
11 Trema orientalis Ulmaceae √ √ √ √
12 Cinnamomun sp. Lauraceae √ √ √
13 Ficus sp. Moraceae √ √ √
Cheilocostus
14 Commelinaceae √ √
specious
Scurrula
15 Loranthaceae √
atropurpurea
16 Hyptis capitata Lamiaceae √
17 Hyptis brevipes Lamiaceae √
18 Piper bettle Piperaceae √
19 Cibotium barometz Aspleniaceae √
20 Mimosa invisa Leguminosae √
Ageratum
21 Asteraceae √
conyzoides
22 Saurauia sp Anticinidiaceae √ √
23 Spermacoce exilis Rubbiaceae √
24 Alpinia monepleura Zingiberaceae √
25 Senna alata Leguminosae √ √

Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa jumlah kawasan di kawasan penelitian ini
jenis tumbuhan obat tingkat semai dan menguntungkan bagi tumbuhan tingkat semai
tumbuhan bawah yang dapat tumbuh pada dan tumbuhan bawah sehingga jumlah jenis
daerah ini lebih banyak dibandingkan dengan yang ditemukan lebih banyak jika
tingkat pancang, tiang dan pohon. Menurut dibandingkan dengan tingkatan pohon, tiang
Vickery, (1984) dalam Indriyanto, (2006) dan pancang.
jarak antar tumbuhan merupakan hal yang Pemanfaatan tumbuhan obat di Hutan
sangat penting dalam persaingan, terutama Lindung Desa Tindoli Kecamatan Pamona
tumbuhan pada tingkat (fase) anakan. Tenggara Kabupaten Poso disajikan pada
Persaingan yang paling keras itu terjadi antar Tabel 2. Tabel tersebut menunjukkan bagian-
tetumbuhan yang berspesies sama, sehingga bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai
tegakan besar dari spesies tunggal sangat obat tradisional terdiri dari akar, batang, kulit,
jarang ditemukan di alam. Kondisi habitat di buah, daun dan rimpang.

Tabel 2. Pemanfanfaatan jenis tumbuhan obat dan bagian tumbuhan yang digunakan
Bagian tumbuhan yang
No Spesies Kegunaan
digunakan
Peluruh haid, sakit perut, demam, Akar
1 Arenga pinnata Mer
kencing batu
Obat luka, obat maag, diare , Daun
2 Lantana camara L
kencing nanah
3 Schismatoglatis sp Kangker Semua bagian tumbuhan
Amandel, bronkhitis kronis, Akar, daun
4 Ficus benjamina
disentri
5 Pinanga sp Obat gatal, disentri Buah
6 Calotropis gigantea Obat batuk, asma Daun

124
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 120-128
Juni 2014

Obat malaria, demam, hepatitis Daun, batang


7 Tinospora cripta L
dan diabetes
Obat hepatitis, keputihan,
Melastoma
8 disentri, haid, sariawan, wasir Daun
malabathricum
darah
9 Sida acuta Burm Obat luka dalam, tetanus Daun, akar
10 Bischofia javamica Obat disentri, diare Daun
11 Trema orientalis Obat keseleo Kulit
12 Cinnamomun sp. Obat rabies Kulit
13 Ficus sp. Obat penurun panas Daun
14 Cheilocostus specious Obat asma, penurun panas Batang
15 Scurrula atropurpurea Obat penyakit kuning Daun, batang
16 Hyptis capitata Obat flu, diare Semua bagian tumbuhan
17 Hyptis brevipes Obat keputihan, obat pilek Semua bagian tumbuhan
18 Piper bettle Obat bisul, obat mata *) Daun
19 Cibotium barometz Obat sakit pinggang, rematik Batang, daun
20 Mimosa invisa Obat susah tidur Semua bagian tumbuhan
Obat pembersih kandungan pada
21 Ageratum conyzoides wanita yang melahirkan, obat Semua bagian tumbuhan
luka
Obat panu, mengeringkan
22 Senna alata Daun
kandungan
23 Spermacoce exilis Obat patah tulang Semua bagian tumbuhan
24 Alpinia monepleura Obat panas dalam Rimpang
25 Saurauia sp Obat radang lambung Daun
Sumber: *) Hamzari (2008)

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa jenis tumbuhan obat untuk setiap tingkat
diperoleh 25 jenis tumbuhan dimanfaatkan vegetasi tersebut dapat disajikan pada tabel 3
oleh masyarakat Desa Tindoli di Hutan berikut.
Lindung sebagai obat. Jenis tumbuhan ini Tabel 3. Indeks keanekaragaman jenis
diambil secara langsung ke dalam hutan, tidak tumbuhan obat
ditanam di pekarangan atau di kebun. Tingkat
No H’ Kategori
Penggunaan tumbuhan sebagai obat ada yang Vegetasi
dalam bentuk tunggal dan ada dalam bentuk 1 Pohon 1,87 Sedang
racikan. Bagian tumbuhan banyak 2 Tiang 1,96 Sedang
dimanfaatkan sebagai obat adalah daun. Hal 3 Pancang 1,76 Sedang
ini diduga karena pada daun banyak Semai dan
terakumulasi senyawa metabolit sekunder 4 tumbuhan 2,43 Sedang
yang berguna sebagai obat, seperti tannin, Bawah
alkaloid, minyak atsiri dan senyawa organik
lainnya yang tersimpan di vakuola ataupun Tabel 3. menunjukan bahwa nilai Indeks
pada jaringan tambahan pada daun seperti keanekaragaman (H') tingkatan pohon
trikoma (Patimah, 2010). diperoleh sebesar 1,87. Hal ini menunjukkan
Keanekaragaman Jenis bahwa komunitas pohon termasuk dalam
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kondisi sedang. Indeks keanekaragaman (H')
keanekaragaman jenis untuk tingkat pohon, pada tingkatan tiang diperoleh nilai sebesar
tiang, pancang dan semai serta tumbuhan 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa komunitas
bawah diperoleh tingkat keanekaragaman tiang termasuk dalam kondisi sedang. Indeks

125
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 120-128
Juni 2014

keanekaragaman (H') pada tingkatan pancang jenis tersebut dipengaruhi oleh beberapa
diperoleh nilai sebesar 1,76. Hal ini faktor yaitu:
menunjukkan bahwa komunitas pancang 1. Stres lingkungan
termasuk dalam kondisi sedang. Indeks Lingkungan yang ekstrem, seperti sumber
keanekaragaman (H') pada tingkatan semai air panas, daerah beragam, puncak gunung,
diperoleh sebesar 2,43. Hal ini menunjukkan merupakan habitat yang penuh dengan stress.
bahwa komunitas semai pada Kawasan Hatan Hanya beberapa jenis tumbuhan yang mampu
Lindung di Desa Tindoli termasuk dalam bertahan di habitat tersebut.
kondisi sedang. Hal ini menunjukan bahwa 2. Luas areal
ketersediaan tumbuhan obat di lokasi Semakin luas areal, biasanya
penelitian cukup baik (sedang). keanekaragaman jenis yang ada semakin
Keanekaragaman jenis tumbuhan obat tinggi. Secara umum hubungan antara luas
berdasarkan familinya, jenis-jenis tumbuhan dan kekayaan jenis dapat digambarkan dengan
obat dapat dikelompokan ke dalam 21 famili. rumus.
Jenis yang paling banyak ditemukan adalah 3. Heterogenitas habitat
dari famili Arecaceae yaitu sebanyak 2 jenis, Habitat yang heterogan mempunyai
Moraceae 2 jenis, Lamiaceae 2 jenis, banyak habitat mikro di dalamnya yang
Leguminosae 2 jenis. Hal ini menujukan masing-masing dikuasai jenis tumbuhan
bahwa famili Arecaceae, Moraceae, tertentu. Oleh karena itu semakin heterogen
Lamiaceae, Leguminosae memiliki habitat semakin banyak jenis yang mampu
keanekaragaman jenis yang tertinggi hidup di dalamnya.
dibandingkan dengan dengan famili lainnya. 4. Ketinggian dan garis lintang (altitude dan
Hal ini diduga dari karakteristik biologis dari latiude)
hutan ini yang senantiasa mengalami Secara umum keanekaragaman jenis
pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu menurun dengan meningkatnya ketinggian
perubahan kondisi keanekaragaman jenis (atitude) dan garis lintang (latitude).
dapat pula terjadi dan dalam tempo yang lebih 5. Produktivitas
cepat sebagai akibat dari aktifitas manusia dan Produktivitas diduga berkolerasi dengan
gejala alam lain yang mempengaruhi vegetasi keanekaragaman jenis. Dari tropik ke kutub
dan kondisi lahan secara keseluruhan. Daftar produktivitas komunitas menurun,
nama famili dan jumlah spesies tumbuhan sebagaimana keanekaragaman jenisnya.
obat berdasarkan familinya secara lebih rinci Semakin tinggi produktivitas suatu komunitas
disajikan pada Tabel 1. berarti semakin banyak tersedia energi untuk
Indeks keanekaragaman jenis ini juga dibagi di antara populasi.
menunjukkan besar kecilnya variasi jenis 6. Umur komunitas
tumbuhan pada suatu tempat. Pada tingkat Ada dugaan bahwa daerah tropis
semai dan tumbuhan bawah ditemukan jenis- mempunyai keanekaragaman yang lebih
jenis tumbuhan obat yang lebih beragam tinggi karena daerah tropik tidak mengalami
dibanding dengan tingkat vegetasi lainnya. zaman es sementara daerah iklim sedang
Hasil analisa data ini juga menunjukan bahwa beberapa kali mengalami glasasi (tertutup
masyarakat lebih banyak menggunakan oleh es yang tebal selama beberapa abad).
tumbuhan obat sebagai bahan baku obat- Akibatnya, iklim di daerah tropis relatif lebih
obatan tradisional yaitu pada tingkat semai stabil dan komunitasnya relatif lebih tua,
dan tumbuhan bawah. sementara di daerah iklim sedang sedang
Keanekaragaman akan tinggi apabila mengalami fluktusi yang sangat besar dan usia
perlindungan mutlak terhadap kawasan tetap komunitas lebih mudah.
terjaga dengan mengurangi tekanan-tekanan 7. Gangguan
fisik dari manusia terhadap kawasan sehingga Dalam ekologi yang disebut gangguan
proses ekologi tetap bertahan tanpa campur adalah suatu kejadian yang tiba-tiba
tangan manusia secara langsung (Odum, mengubah komunitas, misalnya menebang
1993. dalam Fatmasari, 2003). hutan, kebakaran dan angin topan.
Wiryono (2009), menyatakan bahwa
adanya perbedaan tingkat keanekaragaman

126
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 120-128
Juni 2014

8. Herbivori Fakultas Pertanian Universitas Sumatera


Herbivori mempunyai pengaruh pada Utara Medan.
keragaman jenis tumbuhan, tetapi polanya Herlina, E. 2001. Studi Status Asosiasi
bervariasi. Cendawan Mikorosa Arbuskula Pada
Tumbuhan Obat. Karya Ilmiah. Jurusan
KESIMPULAN Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
Berdasarkan hasil penelitian di Kawasan Hidayat, D dan G. Hardiansyah, 2012. Studi
Hutan Lindung Desa Tindoli, dapat Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat
disimpulkan sebagai berikut : di Kawasan IUPHHK PT. Sari Bumi
1. Ditemukan 25 jenis tumbuhan obat yang Kusuma Camp Tontang Kabupaten
termasuk dalam 21 famili. Sintang. Vokasi 8 (2): 61-68.
2. Keanekaragaman jenis tumbuhan obat di Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan.Bumi Aksara
Desa Tindoli mulai dari tumbuhan obat Nunaki, J. H. 2007. Analisis Vegetasi Dan
tingkat semai dan tumbuhan bawah, Pemanfaatannya Oleh Masyarakat
tingkat pancang, tingkat tiang, tingkat Wondama di Sekitar Kawasan Cagar
pohon secara umum tergolong sedang. Alam Pegunungan Wondiboy Tanah
Papua. Tesis. Sekolah Pascasarjana
DAFTAR PUSTAKA Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sari, N. I. 2010. Studi Etnobotani Tumbuhan
Abdiyani, S. 2008. Keanekaragaman Jenis Herba Oleh Masyarkat Karo di Kawasan
Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat di Taman Nasional Gunung Leuser. (Studi
Dataran Tinggi Dieng. Jurnal Penelitian Kasus di Desa Telagah Kecamatan Sei
Hutan dan Konservasi Alam 5 (1) 79-92. Bingai Kabupaten Langkat). Skripsi.
Allo, M. K. 2010. Kajian Keragaman Departemen Biologi Fakultas
Tumbuhan Hutan Berkhasiat Obat Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Berdasarkan Etnobotani dan Fitokimia Universitas Sumatra Utara Medan.
di Taman Nasional Lore Lindu. Laporan Sofia, D. 2007. Keanekaragaman Jenis
Hasil Penelitian Insentif TA. 2010 Flora Anakan Tingkat Semai Dan Pancang Di
Fauna dan Mikroorganisme. Balai Hutan Alam. Karya Tulis. Fakultas
Penelitian Kehutanan Makassar. Pertanian Universitas Sumatra Utara.
Depkes, R.I. 2007. Keputusan Menteri Susciasti, R. 2004. Perencanaan Program
Kesehatan Republik Indonesia No Konservasi Tumbuhan Obat Di Taman
381/MENKES/SK/III/2007 tentang Hutan Kampus Leuwikopo Kampus IPB
Kebijakan Obat Tradisional Nasional. Darmaga. Karya Ilmiah. Departemen
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas
Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta. Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Fatmasari, M. 2003. Studi Potensi Tumbuhan Wardah. 2008. Keragaan Ekosistem Kebun
Obat di Kawasan Hutan Pendidikan Hutan (Forest Garden) di Sekitar
Gunung Walat. Karya Ilmiah. Jurusan Kawasan Hutan Konservasi: Studi Kasus
Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas di Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi
Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Tengah. Disertasi. Sekolah Pascasarjana
Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Hamzari, 2008. Identifikasi Tanaman Obat- Windadri, F. H., M. Rahayu, T. Uji, H.
Obatan Yang Dimanfaatkan Oleh Rustiami. 2006. Pemanfaatan Tumbuhan
Masyarakat Sekitar Hutan Tabo-Tabo. Sebagai Bahan Obat Oleh Masyarakat
Jurnal Hutan Dan Masyarakat 3(2) 111- Lokal Suku Muna di Kecamatan
234. Wakarumba, Kabupaten Muna, Sulawesi
Harahap, F. R. 2007. Pemanfaatan Utara. Biodiversitas 7 (4) 333-339.
Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Wiryono, 2009. Ekologi Hutan. UNIB Pres.
Sekitar Taman Nasional Batang Gadis Patimah, 2010. Keanekaragaman Tumbuhan
(TNBG), Skripsi. Departemen Kehutanan Obat di Kawasan Hutan Gunung
Sinabung Kabupaten Karo Sumatera

127
WARTA RIMBA ISSN: 2406-8373
Volume 2, Nomor 1 Hal: 120-128
Juni 2014

Utara. Skripsi. Departemen Biologi Jurnal Bahan Alam Indonesia 4 (1) 1412-
Fakultas Matematika dan Ilmu 2855.
Pengetahuan Alam Universitas Sumetera Zein, U. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat
Utara. Medan. Dalam Upaya Pemeliharaan Kesehatan.
Rahayu, M. (2005). Pengetahuan dan Devisi Penyakit Tropik Dan Infeksi
Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Bagian Ilmuh Penyakit Dalam Fakultas
Masyarakat kaili Sekitar Taman Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
Nasional Lore Lind, Sulawesi Tengah.

128

Potrebbero piacerti anche