Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
7 (2), Halaman 71 - 77
Abstract
Mining activities is commonly to work with the problem of stability of rock mass, then befor
desaining mine’s slope should know rock shear strength parameters, such as cohesion (c) and
internal friction angle value ( . Beside those parameters, also needed to know the impact of
water content to the rocks. The water content will effect rock’s shear strength, proof by the rock
condition which is ductile when it is dry and soft when it is wet. Based on test results was done
using sandstone with laboratory scale of direct shear test were analyzed using mohr – coulomb
and patton criteria (1966). It is known that the cohesion (c) of sandstone decreased from 510,35
kPa at natural condition down to 133,75 kPa at wet condition. The internal friction angle ( ) also
decreased from 54,56° at natural condition down to 48,45° at wet condition. The reduction of the
shear strength is caused by fragments and clay minerals characteristics which are so reactive
and very easy to absorb water so that the cohesion of the sandstone reduce the active normal
stress so that working the shear stress required to cause the shear failure become
weaker. From the results, it is also known that the shear surface roughness had a lot of
influence on the shear strength the normal stresses applied on the direct shear tests were
very low under 20% of UCS.
Keywords : Shear strength test, cohesion, internal friction angle, sandstone, failure criteria
1. PENDAHULUAN
Lereng merupakan permukaan tanah Potensi ketidakstabilan yang terjadi
(material) terbuka yang membentuk sudut pada lereng tambang terbuka biasanya akan
tertentu dengan bidang datar (horizontal). selalu berkaitan khusus terutama atas dua
Lereng dapat terjadi secara alamiah atau hal, yaitu batuan utuh (intact rock) dan massa
buatan yang direkayasa oleh manusia. batuan (rock mass). Disamping itu, akibat dari
Deformasi merupakan bentuk perubahan kondisi lemah pada batuan yang diakibatkan
yang diakibatkan proses keseimbangan adanya perubahan kandungan airtanah atau
dalam batuan, sehingga akan menjadi potensi resapan air limpasan (run off) menyebabkan
ketidakstabilan baik pengaruh adanya struktur batuan berpotensi longsor. Untuk menjamin
geologi, pengaruh air dan tekanan airtanah, lereng tambang tetap dalam keadaan stabil,
dan adanya proses pelapukan (weathering). diperlukan suatu analisis yang dapat
menangani hal ini. Analisis ini berfungsi untuk
* Korespodensi Penulis: (Novandri Kusuma menganalisis kekuatan geser (shear strength)
Wardana) Program Studi Teknik Pertambangan, dari massa batuan sebagai bahan dasar
Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi
dalam analisis kestabilan lereng selanjutnya.
Nasional Yogyakarta (ITNY)
E-mail : novandri.kusuma@itny.ac.id
71
PROMINE, Desember 2019, Vol. 7 (2), Halaman 71 - 77
Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan sample adalah Tuhup, Kabupaten Murung Raya, Provinsi
berasal dari PT. MARUNDA Kalimantan Tengah.
GRAHAMINERALS, Kecamatan Laung
Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian PT. MARUNDA GRAHAMINERALS, Kec. Laung
Tuhup, Kab. Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah
Secara administrasi wilayah PKP2B PT. Lokasi tambang dapat ditempuh dari kota
MARUNDA GRAHAMINERAL terletak pada Palangka Raya menuju Muara Teweh dengan
0°17’31 LS sampai 0°35’12” LS dan perjalanan darat selama 10 jam. Daerah
114°43’27” BT sampai 114°47’23” BT. sungai Menyango dan sekitarnya termasuk
72
PROMINE, Desember 2019, Vol. 7 (2), Halaman 71 - 77
dalam cekungan Barito Utara bagian tepi dari batuan sedimen. Formasi Batu Ayau
pengendapan Tersier di Cekungan Barito. merupakan penyusun utama stratigrafi daerah
Stratigrafi regional daerah penelitian sungai Laung dan sekitarnya, dan juga
dan sekitarnya terdiri dari formasi batuan merupakan formasi pembawa seam batubara
sedimen dan dua formasi batuan beku, (coal bearing formation). Formasi Batu Ayau
diantaranya adalah Formasi Tanjung yaitu tersusun oleh batupasir, batulempung dan
formasi batuan sedimen tertua di cekungan batulanau, umumnya terdapat sisipan tufa
barito diendapkan pada Eosen Bawah, dan batubara. Formasi Warukin diendapkan
Formasi Tanjung merupakan persilangan tidak selaras di atas Formasi Karamuan dan
batupasir, batulempung dan batulanau sisipan Formasi Purukcahu, berumur Miosen Tengah
batubara, batugamping dan konglomerat. dan pada umumnya tersebar di bagian timur
Struktur geologi yang dijumpai di daerah daerah penelitian. Formasi ini dicirikan oleh
penelitian berupa sesar dan perlipatan secara batupasir kuarsa berbutir halus – sedang,
umum arah Barat Daya – Barat Laut – bersisipan batulempung di atas diterobos oleh
Tenggara. Sesar terdiri dari sesar normal, intrusi batuan beku andesit – diorit dan batuan
sesar geser dan sesar naik yang melibatkan gunung api Bondang (Andesit dan basalt).
2. METODE
Untuk mengetahui perilaku serta laboratorium. Pengujian yang dilakukan
memperkirakan kekuatan massa batuan yang adalah uji sifat fisik dan uji sifat mekanik, yaitu
akan digunakan untuk mendesain suatu Kuat Tekan Uniaksial (UCS) dan Uji Kuat
lereng tambang, perlu dilakukan pengujian Geser Langsung (direct shear test).
terlebih dahulu dapat berupa pengujian
a. Uji Sifat Fisik panjang diameternya adalah (L/D) antara 2 –
Uji sifat fisik dilakukan untuk 2,5.
mendapatkan sifat – sifat fisik batuan yaitu c. Uji Kuat Geser
bobot isi asli (natural density), bobot isi kering Pengujian Kuat geser langsung
(dry density), bobot isi jenuh (saturated dilakukan untuk mendapatkan nilai kohesi (c)
density), kandungan air asli (natural water dan sudut gesek dalam ( ) batuan baik
content), derajat kejenuhan (degree of puncak maupun sisa, kemudian akan
saturation), porositas (porosity) dan angka dilakukan perbandingan terhadap kedua
pori (void ratio). parameter tersebut pada kondisi natural dan
b. Uji Kuat Tekan (Uniaxial Compressive jenuh. Selain itu, parameter – parameter
Strength) tersebut juga digunakan dalam menganalisis
Melalui pengujian kuat tekan uniaksial kestabilan lereng pada kondisi masing –
kita dapat memperoleh nilai kuat tekan masing. Uji sample ini dilakukan pada enam
uniaksial batuan. Uji kuat tekan dilakukan contoh batuan masing – masing yang terdiri
pada contoh untuk mengetahui kuat tekan dari dua kondisi yaitu natural dan jenuh.
( , Modulus Elastisitas (E), Poisson’s ratio Pengujian dilakukan dengan tegangan normal
(v) serta deformasi lateral dan aksial hingga ( ) yang berbeda – beda yaitu 0,2 kN ; 0,4
mengalami failure. Contoh akan diuji kN dan 0,6 kN.
berbentuk tabung dengan perbandingan
73
PROMINE, Desember 2019, Vol. 7 (2), Halaman 71 - 77
3
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa batupasir sekitar 0,27 gr/cm . Jika batuan tersusun dari
memiliki nilai porositas antara 19,86 – 27,33 ukuran butiran yang kecil mempunyai
% dimana semakin besar nilai porositas, kecenderungan ikatan antar butirnya sangat
berarti jumlah rongga yang ada dalam batuan rapat, sehingga nilai kohesinya relatif lebih
akan semakin besar, sehingga porositas akan tinggi dibanding butiran besar. Hal ini
berpengaruh pada kekuatan batuannya. Dari menyebabkan batuan berbutir relatif besar
tabel tersebut juga dilihat kenaikan rata – rata adalah memiliki sudut gesek dalam besar
bobot isi batuan dari kondisi kering ke jenuh (Bandis,dkk., 1981).
Penurunan yang cukup besar terhadap nilai elastisitas batuan karena pengaruh air atau
Modulus Young dari kondisi natural ke kondisi tekanan pori dan menunjukkan perubahan
jenuh yang cukup besar yaitu 0,23 GPa perilaku deformasi yang cukup signifikan
menjadi 0,13 GPa memperlihatkan turunnya dimana batuan cenderung brittle
ketika natural dan plastis ketika kondisi jenuh.
(a) (b)
(c)
Gambar 2. Kurva Fs – u kondisi natural (2,2 – 2,3 % kandungan air; (a) pada sampel
batupasir 1; (b) sampel batupasir 2; (c) sampel batupasir 3
74
PROMINE, Desember 2019, Vol. 7 (2), Halaman 71 - 77
(a) (b)
(c)
Gambar 3. Kurva Fs – u kondisi jenuh (12,40 – 16,24 % kandungan air); (a) pada
sampel batupasir 1; (b) sampel batupasir 2; (c) sampel batupasir 3
Gaya geser batuan tidak besar bahwa banyaknya bidang geser yang tidak
pada kondisi natural, hal ini dikarenakan datar (Gambar 3c). Uji geser langsung
pengaruh air dalam batuan sehingga adanya dilakukan terhadap sampel batupasir pada
air menyebabkan kekuatan geser batuan kondisi natural dan jenuh. Masing – masing
menjadi jauh lebih berkurang (Gambar 3a). set pengujian dilakukan dengan
nilai gaya geser sisa lebih besar daripada nilai menggunakan tiga sampel sample batuan dan
puncaknya, hal ini disebabkan karena batuan penerapan gaya normal masing – masing
terlalu cepat mengalami patahan. Sedangkan adalah 0,2 kN ; 0,4 kN dan 0,6 kN.
pada pergeseran residual mungkin masih Berdasarkan kurva kekuatan geser
terjadi proses patahan berikutnya (Gambar pada kondisi natural dan jenuh, diperoleh
3b). Kondisi puncak keadaan kurva beberapa parameter kuat geser batuan
mengalami kenaikan kemudian turun dan seperti pada Tabel 3 berikut.
selanjutnya naik kembali, hal ini menjelaskan
75
PROMINE, Desember 2019, Vol. 7 (2), Halaman 71 - 77
Dari Tabel 3 dapat dibentuk orde satu. Untuk mendapatkan nilai sudut
persamaan hubungan tegangan geser geser dalam batuan yang sebenarnya perlu
dengan tegangan normal : dilakukan pengurangan nilai rata – rata
sudut kemiringan geser (i) terhadap
Kondisi natural : masing–masing nilai sudut gesek dalam
yang diperoleh hasil pengujian geser
langsung. Kekuatan geser batuan
berdasarkan kondisi bidang diskontinyu
yang mempertimbangkan kondisi batuan
Kondisi jenuh : disturb/undisturb. Semua massa batuan
memiliki bidang – bidang diskontinu seperti
kekar, bidang perlapisan, dan sesar. Pada
kedalaman yang dangkal dimana tegangan
– tegangan yang bekerja sangat rendah
Nilai sudut gesek dalam yang atau dapat diabaikan, runtuhan yang terjadi
diperoleh dari hasil pengujian geser massa batuan lebih banyak dikendalikan
langsung pada tabel 1.3 merupakan nilai oleh luncuran pada bidang diskontinu
sudut geser dalam ( dan dalam hal (Wardana, 2017).
ini, i merupakan nilai sudut kemiringan
permukaan geser dengan proyeksi sudut
76
PROMINE, Desember 2019, Vol. 7 (2), Halaman 71 - 77
77