Sei sulla pagina 1di 11

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK TERHADAP


KECEMASAN PASIEN PRE GENERAL ANESTESI
DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

ICHTIARFI WARYANUARITA
NIM: P07120213020

PRODI D-IV KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
TAHUN 2017
NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK TERHADAP


KECEMASAN PASIEN PRE GENERAL ANESTESI
DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Terapan Keperawatan

ICHTIARFI WARYANUARITA
NIM: P07120213020

PRODI D-IV KEPERAWATAN REGULER


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
TAHUN 2017
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Naskah Publikasi berjudul “ Pengaruh Pemberian Terapi Musik Terhadap


Kecemasan Pasien Pre General Anestesi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta ”
telah mendapat persetujuan oleh pembimbing pada tanggal : Juli 2017.

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Induniasih, S.Kp. M.Kes Yustiana Olfah, APP, M.Kes


NIP. 19571220 198603 2 001 NIP. 19671017 199003 2 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan

Tri Prabowo, S.Kp, M.Sc


NIP 19650519198803.1.001
PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK TERHADAP KECEMASAN
PASIEN PRE GENERAL ANESTESI DI RS PKU MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
Ichtiarfi Waryanuarita, Induniasih 2, Yustiana Olfah3
Email: ichtiarfi15@gmail.com

ABSTRACT
Pre operative anxiety occur in patients that undergoing anesthesia procedure and
elective surgery. Music therapy is one of distraction technique , because music can reduce
physiological pain, stress, and anxiety. Music therapy pushed down sympathy nerve system
that reduce body stress respons. Music cause the brain release endorphine, increase
dopamine level, and help rise up safety feeling. Find out the effect of music therapy to
anxiety in pre general anesthesia patients in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital.
This study uses a quasy experimental which aims to see the difference in pre anesthesia
anxiety before and after given music therapy in intervention and control group. This study
uses quasy experimental design here takes group pre test and post test with control sort
design. Patients is given pre test and post test with APAIS scale, in intervention group with
treatment. Samples in this study amounted to 20 respondents of control group and 20
respondents of intervension group. Data collection is done on May to June 2017. The
result of collected data were processed using Wilcoxon test with significant α = 0,05.
There is a difference of anxiety before and after in the intervention group using music
therapy. Wilcoxon test results obtained Sig. 0,000 (<0.05) so that H1 is accepted or
rejected H0. There is a significant effect of music therapy to anxiety on pre general
anesthesia patients in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hospital.
Keywords : Anxiety, music therapy, and pre general anesthesia.

INTISARI

Kecemasan pre operatif terjadi pada pasien yang akan menjalani prosedur
pembiusan dan pembedahan elektif. Terapi musik salah satu teknik distraksi, karena dapat
menurunkan nyeri fisiologis, stres, dan kecemasan. Terapi musik menekan sistem saraf
simpatik yang terlibat dengan penurunan respon stres tubuh. Musik memicu otak
melepaskan endorfin, meningkatkan kadar dopamin, dan membantu meningkatkan rasa
kesejahteraan. Tujuan penelitian ini diketahuinya pengaruh pemberian terapi musik pada
pasien pre general anestesi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian
ini menggunakan quasi eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat
kecemasan pasien pre general anestesi sebelum dan sesudah pemberian terapi musik pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan Desain Quasi
eksperimental pada penelitian ini mengambil jenis group pre test and post test with
control. Pasien diberikan pretest dan posttest menggunakan skala ukur APAIS, pada
kelompok perlakuan dilakukan treatment. Sampel pada penelitian ini berjumlah 20
responden kelompok intervensi dan 20 responden kelompok kontrol. Pengumpulan data
pada bulan Mei sampai bulan Juni 2017. Hasil pengumpulan data diolah menggunakan uji
Wilcoxon dengan signifikan α = 0,05. ada perbedaan kecemasan sebelum dan sesudah
pada kelompok intervensi yaitu dengan terapi musik. Hasil uji Wilcoxon didapatkan Sig.
0,000 (< 0,05) sehingga H1 diterima atau H0 ditolak. Kesimpulannya, ada pengaruh
pemberian terapi musik terhadap kecemasan pada pasien pre general anestesi di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
Kata kunci : Kecemasan, , pre general anestesi dan terapi musik.
PENDAHULUAN (20 %) sama sekali tidak mengalami
Operasi atau tindakan pembedahan kecemasan(7).
menjadi stressor tersendiri bagi pasien Data dari RS PKU Muhammadiyah
yang dapat membangkitkan reaksi Yogyakarta menunjukkan bahwa rata-
stress baik secara fisiologis maupun rata per bulan terdapat 118 pasien yang
psikologis. Kecemasan pre operatif menjalani tindakan operasi dengan
secara umum terjadi pada pasien yang general anestesi.
akan menjalani prosedur pembiusan Hasil wawancara dengan salah satu
dan pembedahan elektif(1). Kecemasan perawat kamar operasi RS PKU
yang timbul menjelang tindakan Muhammadiyah Yogyakarta
anestesi akan mengganggu jalannya mengatakan bahwa puncak kecemasan
proses operasi. Kecemasan dapat berdasarkan pengamatan oleh perawat
mengakibatkan frekuensi jantung yang bangsal maupun perawat kamar operasi
dapat berpengaruh pada tekanan darah yaitu 2 jam sebelum pasien menjalani
dan pernafasan pasien. Kecemasan operasi di bangsal atau sekitar 30-150
dapat pula mempengaruhi dosis obat menit pre operasi. Gejala sering tampak
anestesi, kenaikan laju metabolisme pada pasien yang mengalami cemas pre
basal pre anestesi dan meningkatkan operasi yaitu tampak gelisah, sering
kepekaan terhadap rasa sakit(2). Terapi menarik napas dalam, nadi dan tekanan
musik merupakan salah satu teknik darah meningkat 20 % hingga 30 %.
distraksi yang dapat digunakan, karena
musik dapat menurunkan nyeri METODE PENELITIAN
fisiologis, stress, dan kecemasan Jenis penelitian yang digunakan
dengan mengalihkan perhatian adalah penelitian eksperimental semu
seseorang dari nyeri(3). Terapi musik (quasy eksperimen). Desain yang
dapat menekan sistem saraf simpatik digunakan adalah jenis “Non-
yang terlibat dengan penurunan respon randomized pre test - post test with
stres tubuh. Musik juga memicu otak control group design”.
untuk melepaskan endorfin, Tabel 1. Desain Penelitian
meningkatkan kadar dopamin, dan SUBYEK PRE PERLAKU PASCA-
memblokir jalur nyeri, semua yang AN TEST
K-A O I O1-A
dapat membantu untuk meningkatkan K-B O - O1-B
rasa kesejahteraan(4)(5). Time 1 Time 2 Time 3
Di RSUP Soeradji Tirtonegoro
didapatkan 8 pasien pre anestesi
mengalami kecemasan, 3 diantara 8 Keterangan:
pasien mengalami peningkatan tekanan K-A : kelompok perlakuan
darah, dan diperoleh hasil penelitian K-B : kelompok kontrol
bahwa pasien mengalami kecemasan O1-A: Observasi kelompok eksperimen
ringan 64,5 %, dan 35,5 % pasien O1-B: Observasi kelompok kontrol
mengalami kecemasan sedang(6).
Sedangkan dari 30 pasien yang akan
dilakukan anestesi dan operasi, 4 Sampel penelitian yaitu pasien pre
orang (13,3 %) menunjukkan tingkat general anestesi di RS PKU
kecemasan sedang, 20 orang (66,7 %) Muhammadiyah Yogyakarta. Sampel
tingkat kecemasan ringan, dan 6 orang diambil secara purposive sampling
dengan krteria inklusi: beruasia 17-55 HASIL PENELITIAN
tahun, bersedia menjadi responden, 1. Karakteristik Responden
berstatus fisik ASA I dan II, muslim, Tabel 3. Distribusi Frekuensi
dan pasien dapat membaca serta Karakteristik Responden
dengan kriteria eksklusi: pasien Intervensi Kontrol
emergency/ cito responden dan Karakteristik f % f %
memiliki gangguan pendengaran. Besar 1.Umur
sampel sebanyak 40 dengan masing- a. 17-25 tahun 5 25 6 30
masing 20 setiap kelompok yang b. 26-35 tahun 2 10 4 20
diperoleh dari rumus penghitungan c. 36-45 tahun 3 15 7 35
d. 46-55 tahun 10 50 3 15
sampel untuk uji hipotesis
2.Jenis kelamin
menggunakan skala ordinal. Data hasil a. Laki-laki 11 55 10 50
penelitian kemudian diuji dengan b. Prempuan 9 45 10 50
analisis Wilcoxon matched pairs. 3. ASA
Penelitian dilakukan di bangsal a. ASA I 13 65 17 85
perawatan seahri sebelum operasi b. ASA II 7 35 3 15
dilaksanakan dilakukan pengkajian 4. Pengalaman
pasien. Apabila pasien memenuhi Operasi 2 10 2 10
kriteria inklusi dan eksklusi, maka a. Ada 18 90 18 90
pasien diberikan penjelasan sebelum b. Tidak Ada
penelitian (PSP). Peneliti menanyakan 5.Tingkat
musik apa yang disenangi responden Pendidikan 0 0 0 0
dan menjelaskan bahwa responden a) SD 2 10 3 15
b) SMP 16 80 12 60
akan diperdengarkan musik keesokan
c) SMA 2 10 5 25
harinya 2 jam sebelum dibawa ke ruang d) Perguruan
operasi. Setelah diberikan penjelasan, Tinggi
peneliti/ enumerator mengisi identitas Total 20 100 20 100
responden kemudian responden akan
diminta mengisi pre-test dengan Berdasarkan tabel 2, rata- rata
menggunakan kuesioner APAIS. kelompok intervensi berumur 46-55
Responden mendengarkan musik yang tahun 10 orang (50%), sebagian besar
disukai (musik klasik instrumental laki-laki 11 orang (55%), sebagian
Yiruma yang berjudul River Flow in besar responden dengan status fisik
You dan Destiny of love dan musik ASA I 13 orang (65%), dan sebagian
religi nasyid Hafiz Hamidun yang besar responden berpendidikan SMA
berjudul Allah dan Astaghfirullah) yaitu 16 orang (80%). Sedangkan pada
dengan durasi musik klasik kelompok kontrol rata-rata berumur 36
instrumental 8 menit 7 detik sedangkan - 45 tahun 7 orang (35%), responden
musik religi berdurasi 7 menit 37 detik laki-laki 10 orang (50%) sama dengan
dengan menggunakan headphone dan perempuan 10 orang (50%), sebagian
MP3 serta menganjurkan responden besar responden dengan status fisik
untuk menikmati musik yang ASA I 17 orang (85%), sebagian besar
didengarkan. Setelah diberikan terapi responden berpendidikan SMA yaitu
musik, pasien diminta mengisi 12 orang (60%).
kuesioner post test. 2. Tingkat Kecemasan Pasien Pre
General Anestesi Sebelum Perlakuan
Tabel 4. Tingkat kecemasan pasien pre Kelompok Me Z P
general anestesi sebelum perlakuan an Value
No Kecemasan Kelp Kelp Interve Sebelum 3,15
Intervensi Kontrol -4,472 0,000
nsi Sesudah 2,15
f % f % Kontrol Sebelum 3,35
-2,646 0,008
1 Tidak 0 0 0 0 Sesudah 3,00
Cemas
2 Cemas 5 25 1 5 Berdasarkan tabel 7, menunjukkan
Ringan hasil uji statistik sampel Wilcoxon
3 Cemas 7 35 11 55 didapatkan hasil nilai p-value pada uji
Sedang Wilcoxon lebih kecil dari 0,05 sehingga
4 Cemas 8 40 8 40 Ho di tolak dan Ha diterima maka ada
Berat pengaruh yang signifikan antara
5 Panik 0 0 0 0 pemberian terapi musik terhadap
Jumlah 20 100 20 100 penurunan kecemasan pada pasien pre
anestesi dengan tindakan general
Berdasarkan tabel 3, didapatkan
anestesi di Rumah Sakit PKU
bahwa mayoritas responden pada
Muhammadiyah Yogyakarta.
kelompok intervensi mengalami cemas
berat sebanyak 8 responden (40%), PEMBAHASAN
sedangkan pada kelompok kontrol 1. Kecemasan pada pasien pre general
didapatkan bahwa mayoritas responden anestesi
mengalami cemas berat sebanyak 11 Tabel 7. memperlihatkan hasil uji
responden (55%). wilcoxon didapatkan jika nilai p 0,000
3. Tingkat Kecemasan Pasien Pre maka nilai p < 0,05 maka Ha diterima
General Anestesi Setelah Perlakuan atau Ho ditolak. Dapat disimpulkan ada
Tabel 5. Tingkat kecemasan pasien pre perbedaan skor kecemasan sebelum
general anestesi sebelum perlakuan dan sesudah pada kelompok intervensi
No Kecemasan Kelp Kelp dan kelompok kontrol pada pasien pre
Intervensi Kontrol
general anestesi di Rumah Sakit PKU
f % f %
Muhammadiyah Yogyakarta.
1 Tidak 5 25 0 0
Cemas Sebagian manusia yang
2 Cemas 7 35 5 25 menunjukkan kecemasan, riwayat
Ringan hidup dan riwayat keluarga merupakan
3 Cemas 8 40 10 50 predisposisi untuk berperilaku cemas,
Sedang kecemasan sebagai suatu respon
4 Cemas 0 0 5 25 terhadap stressor lingkungan, seperti
Berat pengalaman-pengalaman hidup yang
5 Panik 0 0 0 0 penuh dengan ketegangan, kecemasan
Jumlah 20 100 20 100 dapat dipandang sebagai sesuatu yang
dikondisikan oleh ketakutan terhadap
4. Uji Wilcoxon rangsangan lingkungan yang spesifik.
Tabel 7. Uji Wilcoxon Pengaruh Responden laki-laki memiliki beban
Terapi Musik Terhadap Kecemasan hidup atau stressor yang lebih berat
Pasien Pre General Anestesi pada dibandingkan dengan perempuan,
Kelompok Intervensi dan Kelompok sehingga mereka merasa kehilangan
Kontrol beberapa kemampuan sebagai kepala
keluarga pada saat terbaring di rumah ikut bernyanyi akan membawa suasana
sakit(8). hati ke dalam lagu atau membawa
Kecemasan yang berlebihan akan pasien mengenang kepada suatu
menyebabkan pasien tidak tenang keadaan/pengalaman yang
dalam menghadapi tindakan, sehingga menyenangkan. Terapi musik akan
bisa meningkatkan dosis beberapa jenis mengalihkan perhatian terhadap cemas
obat-obat anestesi yang dipakai, hal ini (distraksi) dan memberikan rasa rileks.
akan menyebabkan peningkatan pada Terapi musik juga mempunyai tujuan
biaya pasien, adapun beberapa faktor membentu mengekspresikan perasaan,
yang mempengaruhi tingkat kecemasan membantu rehabilitasi fisik, memberi
pasien yang akan dilakukan tindakan pengaruh positif terhadap kondisi
operasi dan anestesi : faktor genetik, suasana hati dan emosi, meningkatkan
demografi, psikologis, pencetus, memori serta menyediakan kesempatan
perentan, dan faktor pembentuk yang unik untuk berinteraksi dan
gejala(9). Persiapan mental merupakan membangun kedekatan emosional.
hal yang harus dipersiapkan dalam Dengan demikian, terapi musik juga
tahap pre operasi karena mental pasien dapat membentu mengatasi stres dan
yang tidak siap dapat mempengaruhi kekhawatiran seseorang dan
kondisi fisik pasien yang akan meringankan rasa sakit.
menjalani tindakan anestesi dan
pembedahan. Masalah yang biasa 2. Tingkat kecemasan pada pasien pre
muncul pada pasien pre operasi adalah general anestesi sebelum dan sesudah
kecemasan. Maka diperlukan langkah mendapatkan perlakuan
pre anestesi yang baik untuk a. Kelompok Intervensi
menurunkan kecemasan. Berdasarkan tabel 5. Sebelum
Upaya untuk menurunkan diberikan perlakuan sebagian besar
kecemasan pre anestesi dapat dilakukan responden mengalami cemas berat
oleh seorang perawat anestesi pada saat yaitu sebanyak 8 orang (40%) dan
melakukan kunjungan pre anestesi. minimal mengalami cemas ringan .
Ada beberapa cara yang dapat Setelah diberikan terapi musik,
dilakukan untuk menurunkan responden pada kelompok
kecemasan pre anestesi yaitu terapi intervensi tidak ada yang
farmakologis dan non farmakologis mengalami cemas berat. Setelah
(psikologis). Terapi musik merupakan diberikan perlakuan, kecemasan
salah satu terapi non farmakologis yang responden menurun menjadi cemas
efektif, karena musik dapat sedang, cemas ringan, hingga tidak
menurunkan nyeri fisiologis, stress, dan cemas. Penelitian ini menunjukkan
kecemasan dengan mengalihkan pada kelompok intervensi
perhatian seseorang dari nyeri(3). mengalami penurunan tingkat
Pasien yang mengalami cemas kecemasan pre general anestesi
membutuhkan dukungan psikologis(10). setelah diberikan terapi musik
Mendengarkan musik yang disukai, sesuai keinginan responden (musik
pasien merasa senang dan nyaman. instrumental klasik dan musik
Pasien mengikuti lagu dan bernyanyi religi). Penurunan kecemasan yang
mengikuti irama yang didengarkan dialami responden disebabkan
menggunakan headphone. Pasien yang karena keberhasilan dari pemberian
terapi musik pada pasien pre (p-value) 0,019. Persamaan dari kedua
general anestesi sehingga penelitian tersebut adalah terapi
responden menjadi lebih nyaman komplementer yang diberikan berhasil
dan rileks. menurunkan tingkat kecemasan pasien.
b. Kelompok Kontrol
Pada kelompok kontrol sebelum KESIMPULAN DAN SARAN
diberikan perlakuan sebagian A. Kesimpulan
responden mengalami cemas 1. Kecemasan sebelum dilakukan
sedang yaitu sebanyak 11 orang perlakuan berupa pemberian terapi
(55%), dan cemas berat 8 orang musik kepada kelompok intervensi
(40%). Setelah perlakuan (post- mayoritas adalah cemas berat,
test), pada kelompok kontrol sedangkan pada kelompok kontrol
didapatkan masih terdapat mayoritas adalah cemas sedang.
responden yang mengalami cemas 2. Kecemasan setelah dilakukan
berat atau tidak mengalami perlakuan berupa pemberian terapi
penutunan kecemasan. musik kepada kelompok intervensi
mayoritas adalah cemas sedang,
3. Pengaruh Terapi Musik dalam sedangkan pada kelompok kontrol
Menurunkan Kecemasan pada Pasien mayoritas adalah cemas sedang
Pre General anestesi (tidak mengalami penurunan
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon tingkat kecemasan.
menujukkan perbedaan yang bermakna 3. Terdapat pengaruh pemberian
antara kelompok kontrol dan kelompok terapi musik terhadap kecemasan
intervensi, yaitu p=0,000 (p < 0,05). pasien pre general anestesi.
Dalam kolom mean rank kelompok B. Saran
intervensi lebih tinggi (10,50) 1. Bagi Profesi Keperawatan
dibanding kelompok kontrol (4,00). Anestesi
Hal ini berarti kelompok intervensi Untuk menurunkan kecemasan
dengan terapi musik sesuai keinginan supaya diberikan teknik distraksi
responden (musik klasik instrumental dengan memberikan terapi musik
dan musik religi) lebih efektif yang disukai oleh pasien pre
menurunkan kecemasan pre general general anestesi.
anestesi dibandingkan dengan 2. Bagi Rumah Sakit PKU
kelompok kontrol yang tidak diberi Muhammadiyah Yogyakarta
terapi musik. a. Pembuat kebijakan supaya
Penelitian ini sesuai dengan dibuatkan standar operating
penelitian yang dilakukan peneliti prosedur (SOP) pemberian
sebelumnya yang menyimpulkan terapi komplementer dengan
terdapat perbedaan signifikan pada musik yang disukai pasien pre
tingkat kecemasan pasien sebelum dan anestesi.
sesudah diberikan terapi musik klasik b. Perawat anestesi supaya
dengan p=0,000 (p < 0,05) (11). Adanya memberikan terapi musik yang
penurunan kecemasan pada pasien disukai pasien menggunakan
setelah diberikan relaksasi dan headphone untuk menurunkan
aromterapi. Hasil uji t-test didapatkan kecemasan.
nilai t 2,500 dengan nilai sig-nifikansi
3. Bagi Peneliti Selanjutnya 7. Nurmala. (2009). Keefektivitasan
Pemberian terapi musik dengan Intervensi Komunikasi Terapeutik
menggunakan musik klasik lebih Dalam Menurunkan Kecemasan
banyak disukai oleh responden Pasien Pre Anestesi di RSUD
untuk menurunkan kecemasan Muntilan. Jawa Yogyakarta:
pasien pre general anestesi. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
8. Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan
DAFTAR PUSTAKA Grebb, J.A. (2010). Sinopsis
1. Jawaid, M., Musthtaq, A., Psikiatri Psikiatri Ilmu
Mukhtar, S., and Khan, Z . Pengetahuan Perilaku Psikiatri
(2007). Preoperative Anxiety Klinis Jilid 1. Jakarta: Binarupa
before elective surgery. 12(2): Aksara.
145-148. Neuroscience Journal. 9. Hawari, D. (2006). Managemen
2. Masdin, I. (2010). Pengaruh Stress, Cemas dan Depresi.
Terapi Musik Terhadap Jakarta: Fakultas Kedokteran
Perubahan Tingkat Kecemasan Universitas Indonesia.
pada Pasien Pre Anestesi di 10. Djohan. (2009). Psikologi Musik.
Ruang IBS RSUD Wates. Jurnal Yogyakarta: Buku Baik.
Keperawatan hal. 1-2. Poltekkes 11. Savitri, W. (2016). Terapi Musik
Kemenkes Yogyakarta. dan Tingkat Kecemasan Pasien
3. Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Preoperasi. Media Ilmu
Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: Kesehatan. Vol. 5(1).
EGC.
4. Lin, Y., Chu H., Yang C. Y.,
Chen C. H., and Chen H. J.
(2011). Effectiveness of group
music intervention against
agitated behavior in elderly
persons with dementia.
International Journal of
Geriatry Psychiatry Vol. 26: 670-
678. UK
5. Guetin, S. (2009). Impact of
Music Therapy On Anxiety And
Depression For Patients with
Alzheimer’s Disease and an The
Burden Felt By The Main
Caregiver (feasibility study).
Enchephale journal Vol. 35: 57-
65. French.
6. Pratiwi, N.P.M. (2009). Pengaruh
Terapi Musik Klasik Terhadap
Tingkat Kecemasan pada Pasien
Pre Operasi di RSUP Dr Soeradji
Tirtonegoro Klaten. Jurnal
Penelitian Keperawatan.

Potrebbero piacerti anche