Sei sulla pagina 1di 14

MENELUSURI PARA RAJA MADURA

DARI MASA PRA-ISLAM HINGGA MASA KOLONIAL


Wawan Hernawan
Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. A.H. Nasution 105 Cibiru, Bandung 40614, Indonesia.
E-mail: wanha99@yahoo.com
__________________________
Abstract
The Madurese kings, of Western and Eastern part of Madura, have shown their exsistence in the history of
archipelagic kings. However, their exsistence are less influenced and less famous compared to the kings of Java,
Sunda or Bali origin. The investigation of Madurese kings (of Western and Eastern part of Madura) aims at finding
the authenticity of their existences. This study is important to counter global figures idolisations and to shows the
local people about their local ideals who have given significant contribution to the foundation of Indonesian history.
This study employs historical research method to dig information on the reign of the kingdom. This study shows
that: first, one source informed (the validity is unknown) concerning the genealogy of the story related to princes
Bendoro Gung and Raden Segoro showed the trace of people coming to Madura from the West side through to the
East. Second, in pre-Islamic period, based on several inscription and manuscript (kakawin, serat, kidung, dan
babad), showed that there are more information given to the role of Eastern Madurese than that of Western. The role
of Western Madurese only available in Islamic period by providing the story of Prince Pratanu’s journey to Mataram
and back to West Madura (Bangkalan), then followed by several kings of Western Madura. Meanwhile, Eastern
Madura kingdom (Sumenep) have been governed at least by 35 kings since Arya Wiraraja to Bendoro
Abdurrahman. The journey of Madurese kings continued until the arrival of Vereenigde OostIndische Compagnie
(VOC) and Dutch collonialism.
Keywords:
Colonial; exsistence; kidung; politics; supremacy.
__________________________
Abstrak
Para raja Madura (Barat dan Timur) telah menunjukkan eksistensinya dalam rangkaian sejarah para raja di
Nusantara. Namun demikian, eksistensi mereka masih kalah pengaruh bila dibandingkan dengan para raja yang
berasal dari Jawa, Sunda, dan Bali. Hal yang sama dalam pemberitaan media, meskipun mereka diakui, namun tidak
sesubur informasi mengenai para raja Jawa, Sunda, dan Bali. Penelusuran terhadap para raja Madura (Barat dan
Timur) bermaksud mencari dan mereguk otentisitas eksistensinya. Ini menjadi penting, di tengah pergumulan gaya
hidup yang selalu mengidolakan tokoh global, kita mesti bersikap arif terhadap tokoh lokal yang mempunyai andil
besar dalam upayanya menemukan sejarah bangsa. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah, diperoleh
informasi, bahwa pertama, dari sisi asal-usul, meskipun belum ditemukan sumber bereputasi, keberadaan sumber
tradisi yang mengaitkan peristiwa puteri Bendoro Gung dan Radin Segoro, menunjukkan bahwa perjalanan manusia
menuju Madura berawal dari barat menuju ke daerah paling timur. Kedua, pada masa pra-Islam berdasarkan
sejumlah prasasti dan naskah (kakawin, serat, kidung, dan babad) lebih banyak menempatkan peran orang-orang
Madura timur. Keberadaan Madura barat baru diungkap kembali pada masa Islam, dengan menempatkan perjalanan
pangeran Pratanu ke Mataram yang kemudian kembali ke Madura Barat (Bangkalan) yang dilanjutkan oleh pararaja
lainnya di kerajaan Madura barat. Sementara di kerajaan Madura Timur (Sumenep) telah dipimpin paling tidak
oleh 35 orang raja, sejak Arya Wiraraja hingga Bendoro Abdurrachman. Perjalanan para raja di Madura terus
berlanjut hingga masa Vereenigde OostIndische Compagnie (VOC), dan masa Kolonial Hindia Belanda.
Kata Kunci:
Kolonial; eksistensi; kidung; politik; supremasi.
__________________________
DOI: http://dx.doi.org/10.15575/jw.v1i2.589
Received: March 2016 ; Accepted: October 2016 ; Published: November 2016

ketika peneliti bersama beberapa mahasiswa


A. PENDAHULUAN
Strata 2 dan Strata 3 Bidang Ilmu Sejarah
Minat untuk melakukan penelusuran
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran
dengan judul di atas, sebenarnya dimulai
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial

melakukan Praktek Penelitian Lapangan (PPL) ekonomi maupun sejarah politik orang
untuk dua mata kuliah, yaitu: Metode Sejarah Madura.4
dan Historiografi yang diampu oleh Nina H. Situasi dan kondisi itu, hemat peneliti,
Lubis. Praktek Penelitian Lapangan itu berbanding terbalik dengan suku-suku utama
dilaksanakan pada 18-21 November 2010 lainnya yang bertetangga dengan Jawa, se-
mulai dari situs Trowulan-Mojokerto hingga perti: Sunda dan Bali. Dari studi permulaan5
ke Aros Baya, Blega, dan Sampang (Madura yang dilakukan peneliti, diperoleh informasi,
Barat), serta Pamekasan, Keraton Sumenep, bahwa memang orang Madura tidak mem-
dan Pemakaman Asta Tinggi (Madura Timur). punyai ―sastra‖ (cerita tutur atau tradisi lisan)
Praktek Penelitian Lapangan itu berupaya dalam bahasa sendiri (bahasa Madura) menge-
merekonstruksi Hubungan Kerajaan Sunda nai keberadaan raja-raja Madura pada zaman
dan Majapahit, sekaligus melihat dari dekat pra-Islam. Menurut cerita-cerita Madura yang
tinggalan-tinggalan kerajaan Majapahit, baik masih dapat dijumpai, agaknya sejak jaman
berupa lisan, tulisan, atau benda. Dalam Prak- dahulu yang menjadi penguasa atas daerah-
tek Penelitian Lapangan itu, selain dibimbing daerah Madura kebanyakan berasal dari Jawa
langsung oleh Nina H. Lubis, juga dipandu atau selalu dikaitkan dengan Jawa. Selain itu,
oleh Aminudin Kasdi, dan Ary Sapto (Ketua dijumpai pula informasi, bahwa kerajaan-
dan Sekretaris Masyarakat Sejarawan Indo- kerajaan di Madura selalu berada di bawah
nesia (MSI) Cabang Jawa Timur). supremasi dan hegemoni dari kerajaan yang
Informasi pertama tentang adanya beberapa lebih besar yang kekuasaannya berpusat di
kerajaan dan pararaja di Madura diperoleh dari Jawa.6 Sebut saja misalnya, antara 1100-1700
PusakaDunia.Com.1 Sumber ini menyebutkan, M., berada di bawah supremasi kerajaan
bahwa ―sebelum abad ke-18, Madura terdiri Hindu di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal
dari kerajaan-kerajaan yang saling bersai- itu terus berlanjut sampai berdirinya kerajaan-
ngan‖. Dalam sumber itu disebutkan lebih kerajaan Islam di Pesisir Demak dan Sura-
lanjut, ―akan tetapi sering pula bersatu dengan baya, maupun pada masa kerajaan Mataram
melaksanakan politik perkawinan‖.2 Informasi (Islam).7 Pada pertengahan abad ke-18, juga
selanjutnya yang menggambarkan adanya dijumpai informasi, Madura berada di bawah
persaingan antar kerajaan di Madura dinyata- pengaruh Vereenigde Oost Indische Com-
kan, bahwa ketika nama Madura disebut pagnie (VOC).8 Setelah VOC dibubarkan pada
dalam sastra Jawa, selalu menunjuk kepada akhir abad ke-19, atau tepatnya pada 1879 M.,
Madura Barat. Sementara Madura Timur,
hampir tidak pernah diberitakan.3 Madura
4
Barat yang letaknya berhadapan dengan Aminudin Kasdi, wawancara oleh Wawan
Hernawan.
Surabaya dan Gresik, tampak lebih diuntung- 5
Lihat, H.J De Graaf dan TH. G Pigeaud, Kerajaan-
kan dalam berbagai halnya dibandingkan de- Kerajaan Islam di Jawa Peralihan dari Majapahit ke
ngan Madura Timur. Penyebaran penduduk ke Mataram (Jakarta: Grafiti, 1985). Lihat pula, Zein M.
Jawa yang jauh lebih luas dan makmur diduga Wiryoprawiro, Arsitektur Tradisional Madura Sumenep
merupakan faktor penting dalam bidang dengan Pendekatan Historis dan Deskriptif (Surabaya:
Laboratorium Arsitektur Tradisional FTSP ITS
Surabaya, 1986). Bandingkan dengan, Bendara
Akhmad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Tinggi
1
Beserta Tokoh di Dalamnya (t.k.: Barokah, 2010).
Anonimous, ―Sejarah Asli Kerajaan Madura,‖ 6
Bangkalan Memory, ―Madura Menurut Catatan
diakses pada 18 November 2010, http://dunia- Sejarah,‖ diakses pada 17 November 2010,
pusaka.com/index.php?route=product/product&product http://www.bangkalan-
_id=794. memory.net/content/view/163/147/.
2
Anonimous, ―Sejarah Asli Kerajaan Madura.‖ 7
Memory, ―Madura Menurut Catatan Sejarah.‖.
3 8
Aminudin Kasdi (+ 56 tahun, Ketua MSI Cabang Hamdani Lubis, ―Sejarah Madura,‖ Kabar
Jawa Timur dan Guru Besar Universitas Negeri Madura, diakses pada 10 Januari 2016,
Surabaya/UNESA), wawancara oleh Wawan Hernawan, http://kabarmadura07.blogspot.co.id/2013/01/sejarah-
Madura, 19 November 2010. madura.html.

240 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial

Madura secara berangsur-angsur menjadi interpretasi, dan historiografi.10 Dalam taha-


bagian dari penguasa Kolonial (pemerintah pan heuristik, peneliti mengumpulkan tiga
Hindia Belanda) sampai masa Dai Nippon jenis sumber, yaitu: pertama sumber-sumber
(pemerintah Pendudukan Jepang).9 tertulis berupa buku, dokumen, artikel dalam
Uraian di atas menunjukkan, pertama, di koran, dan artikel dalam web site. Kedua,
Madura telah berdiri beberapa kerajaan. sumber lisan yang diperoleh dari wawancara.
Kerajaan itu terus saling berebut pengaruh Ketiga, sumber benda berupa patung, nisan,
hingga sebelum abad ke-18. Meskipun demi- bangunan, photo, dan gambar. Langkah selan-
kian, terkadang mereka bersatu melalui perka- jutnya menuju ke tahapan kritik. Sumber yang
winan. Kedua, orang Madura tidak mempu- telah ditemukan dalam tahapan heuristik harus
nyai ―sastra‖ (cerita tutur atau tradisi lisan) diuji terlebih dahulu melalui kritik atau
dalam bahasa sendiri (bahasa Madura) menge- ferivikasi yang terdiri dari kritik eksternal dan
nai keberadaan raja-raja mereka pada zaman kritik internal. Melalui kritik ini diharapkan
pra-Islam, sehingga eksistensi mereka kalah otentisitas dan kredibilitas sumber dapat
pengaruh bila dibandingkan dengan para raja ditentukan dan teruji. Selanjutnya, untuk
dari Jawa, Sunda, dan Bali. Hal yang sama menghasilkan fakta sejarah, data yang berasal
dalam pemberitaan media, meskipun eksis- dari sumber teruji tersebut perlu mendapatkan
tensi mereka diakui, namun tidak sesubur pendukungan dari dua atau lebih sumber lain
informasi mengenai pararaja Jawa, Sunda, dan yang merdeka satu sama lain atau koroborasi.
Bali. Ketiga, bertolak dari beberapa masalah Setelah melalui tahapan kritik, kemudian
tersebut, kemudian dijadikan pertanyaan dilakukan interpretasi terhadap fakta dari
penelitian, yaitu: (a) Bagaimana dan mengapa sumber teruji tersebut. Interpretasi dilakukan
Madura? (b) Bagaimana sastra kuno menceri- dalam dua proses, yaitu analisis (mengu-
takan Madura? (c) Bagaimana dan mengapa raikan) dan sintesis (menyatukan). Dalam
pararaja Madura? tahap inilah digunakan teori atau konsep-
Penelitian tentang ―pararaja Madura‖ konsep ilmu sosial untuk membantu menje-
bermaksud mencari dan mereguk otentisitas laskan fakta-fakta sejarah. Dengan demikian,
eksistensinya. Penelitian ini juga diharapkan penelitian ―Menelusuri Para Raja Madura:
memiliki manfaat teoretis (keilmuan) dan Napak Tilas Tinggalan Kerajaan Madura dari
praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharap- Sampang, Aros Baya, Blega, Pamekasan,
kan dapat bermanfaat bagi perkembangan sampai Sumenep‖ di samping berbentuk
studi sejarah, khususnya sejarah politik di deskriptif-naratif sekaligus deskriptif-analitis
Indonesia. Sementara secara praktis, penelitian yang digunakan secara bersamaan.11 Tahapan
ini diharapkan dapat memberi pengetahuan terakhir adalah tahapan historiografi. Tahapan
historis bagi berbagai kalangan yang mem- ini sebagai penyampaian hasil rekonstruksi
butuhkan. Manfaat praktis lainnya, tentu saja imaginatif masa lampau sesuai dengan trace
ikut berpartisipasi dalam mengisi literatur (jejak-jejak) dan fact (fakta). Dalam tahapan
yang mengetengahkan ―para raja Madura‖
mengingat eksistensi mereka merupakan rang- 10
Gilbert J. Garaghan, A Guide to Historical
kaian sejarah para raja di Nusantara. Hasil dari
Method, (New York: Fordham University Press, 1946),
penelitian ini juga diperuntukkan bagi siapa 103-426. Lihat, Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah,
saja untuk mengingat-ingat dan menelaahnya terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta: Yayasan Penerbit
dengan seksama. Universitas Indonesia, 1975), 32. Lihat pula, G.J.
Metode yang digunakan dalam penelitian Renier, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah, terj. A.
ini adalah metode penelitian sejarah yang Muin Umar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 118.
Bandingkan dengan, Nina H. Lubis, Metode Sejarah
meliputi empat tahap, yaitu heuristik, kritik, (Bandung: Satya Historika, 2008), 17-60.
11
Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial
dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1992),
21. Lihat pula, Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah,
9
Lubis, ―Sejarah Madura.‖ terj. S. Aji (Yogyakarta: Ombak, 2007), 158.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252 241
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial

terakhir ini diperlukan kemahiran art of kesetiaan kepada raja. Dalam prasasti
writing (seni menulis).12 Sukamerta juga disebutkan, bahwa Raden
Wijaya menyeberangi lautan menuju Madura.
B. HASIL DAN PEMBAHASAN Setibanya di Madura, ia diterima oleh Arya
1. Asal Usul dan Karakter Orang Madura Wiraraja salah seorang mantan bawahan Raja
Terma Madura yang menunjuk pengertian Kertanagara.16
pulau di sebelah timur laut provinsi Jawa Leluhur orang Madura --orang pertama
Timur disebut pula pulau Madura. Dewasa ini, yang mendiami dan pemukim pertama di
Madura telah memasuki kehidupan masya- pulau Madura-- belum dapat diketahui secara
rakat Indonesia, meliputi: pengertian kebuda- pasti.17 Berita, prasasti, atau tinggalan lainnya
yaan, etnis, geografis, administrasi pemerin- yang memberikan informasi ke arah itu belum
tahan, dan sosial.13 Selain itu, Madura juga ditemukan. Namun demikian, berdasarkan
telah menjadi objek kajian dunia ilmu penge- sumber tradisi, diinformasikan bahwa cikal-
tahuan terutama ilmu-ilmu sosial dan huma- bakal dan pemukim pertama di pulau Madura
niora yang membahas tentang kebudayaan dan sering dikaitkan dengan cerita Radin Segoro
daerah Madura.14 (Kesatria Lautan).18 Menurut sumber ini,
Terdapat informasi, nama Madura telah Radin Segoro adalah anak dari puteri Bendoro
dikenal sejak abad ke-13, atau mungkin Gung yang dihanyutkan ke tengah laut oleh
sebelumnya. Pendapat tersebut berdasar Patih Pranggulang ketika masih dalam kandu-
kepada Prasasti Kudadu yang dikeluarkan oleh ngan ibunya. Puteri Bendoro Gung kelak
Kertarajasa Jayawardhana pada 1216 Ҫ (11 terdampar di sekitar gunung Geger (daerah
September 1294) guna memeringati pembe- Bangkalan sekarang). Daratan itu kemudian
rian anugerah raja kepada para pejabat desa disebut ―Madu Oro, ‖ yaitu pojok di ara-ara
(râma) di Kudadu yang dipandang berjasa atau diartikan pula pojok menuju ke arah yang
kepada negara melalui bantuan mereka ketika luas.19 Terdapat informasi, orang tua puteri
raja dikejar dan terdesak oleh pasukan Kadiri. Bendoro Gung adalah Sanghyang Tunggal
Dalam prasasti itu, disebutkan dari Kudadu seorang raja dari Negeri Medang. Terkait
Raden Wijaya yang masih memimpin pasukan dengan nama Sanghyang Tunggal, Larope dan
--yang tinggal 12 orang-- diantar ke Rembang Soetedjo20 menyebutkan, bahwa diduga yang
untuk kemudian pergi ke Madura bersama istri dimaksud adalah Rakai Panunggalan21 raja
dan pengiringnya.15 Prasasti lain yang ketiga Kerajaan Medang Kamulan di Poh Pitu.
menjelaskan eksistensi Madura adalah Prasasti Masih dalam sumber tradisi, pada suatu ketika
Sukamerta yang berangka tahun 1218 Ҫ (29
Oktober 1296). Prasasti ini pun masih 16
Djafar, ―Kerajaan Majapahit.‖
dikeluarkan oleh Kertarajasa guna memeri- 17
Abdurachman, Sejarah Madura Selayang
ngati penetapan desa Sukamerta sebagai desa Pandang (Sumenep: The Sun, 1971), 1-4. Lihat pula,
swatantra atas permohonan Panji Patipati Pu Wiryoprawiro, Arsitektur Tradisional Madura Sumenep
Kapat yang telah menunjukkan kebaktian dan dengan Pendekatan Historis dan Deskriptif, 23.
18
Wiryoprawiro, Arsitektur Tradisional Madura
Sumenep dengan Pendekatan Historis dan Deskriptif.
12 19
Garaghan, A Guide to Historical Method, 18,143. A. Latif Wiyata, Mencari Madura (Jakarta: Bidik
13
Wiryoprawiro, Arsitektur Tradisional Madura Phronesis Publishing, 2013), 3.
20
Sumenep dengan Pendekatan Historis dan Deskriptif, J. Larope dan R. Soetedjo, Sejarah Indonesia
xv-xviii. (Surabaya: Asia-Afrika, 1975), 18. Lihat pula,
14
Wiryoprawiro, Arsitektur Tradisional Madura Wiryoprawiro, Arsitektur Tradisional Madura Sumenep
Sumenep dengan Pendekatan Historis dan Deskriptif, dengan Pendekatan Historis dan Deskriptif, 24.
21
2-14. Nama Rakai Panunggalan tercantum dalam
15
Hasan Djafar, ―Kerajaan Majapahit,‖ dalam prasasti Mantya>sih yang berisi rahyang ta rumuhun ri
Indonesia dalam Arus Sejarah, Jilid 2 (Jakarta: Ichtiar mdang ri poh pitu (urutan nama-nama raja Medang di
Baru van Hoeve atas kerjasama dengan Kementerian Poh Pitu). Lihat, Marwati Djoened Poesponegoro dan
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia,
2012), 239. Jilid II, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), 118.

242 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial

kerajaan Medang diserang oleh pasukan dari dilayani dengan baik. Orang Madura berani
China. Di dalam peperangan tersebut Kerajaan berkorban untuk menjamu tamunya. Bahkan
Medang berkali-kali menderita kekalahan, jika perlu, mereka akan berusaha memuaskan
hingga pada suatu hari mereka didatangi oleh tamunya dengan jamuan lebih, meskipun
seorang tua. Orang tua itu mengatakan, bahwa dengan cara berhutang.26 Namun demikian hal
di Pulau Madu Oro tinggal seorang anak muda sebaliknya, jika penghargaan yang telah mere-
yang bernama Radin Segoro. Raja Medang ka berikan itu ditolak, seperti enggan mencici-
Kamulan dianjurkan untuk meminta bantuan pi hidangan yang mereka suguhkan, tamu
kepadanya, jika ingin menang dalam perang tersebut dipandang telah menginjak harga diri
melawan pasukan China tersebut. Singkat mereka. Di situlah mulai tumbuh benih-benih
cerita, Radin Segoro22 berangkat menuju Kera- rasa benci dan dendam.27
jaan Medang dengan membawa senjata yang Selain itu, sebagai etnis yang hidup di
diberi nama si Nengolo. Dalam pertempuran daerah kepulauan, orang Madura masa lalu ku-
yang dipimpinnya banyak tentara China yang rang mendapat kesempatan dalam berinteraksi
tewas, sehingga kerajaan Medang terbebas dengan dunia luar. Situasi dan kondisi ini pun
dari kekuasaan dan pengaruh mereka.23 diduga kuat ikut membentuk karakter dan
Dilihat dari bentangan sejarahnya, Madura kepribadian mereka. Orang Madura menjadi
dicatat sebagai etnis yang terlalu lama dan sangat berhati-hati. Sesuatu yang datang dari
bahkan sering berada di bawah supremasi luar bagi mereka adalah ancaman terhadap
etnis dan bangsa lain. Kondisi itulah yang dirinya.28 Pada sisi ini mereka akan berusaha
diduga membentuk karakter dan kepribadian memelihara dan menjamin nilai-nilai yang me-
mereka menjadi teguh pada prinsip. Salah ngakar dalam dirinya. Namun demikian, pada
satu prinsip orang Madura, sebut saja misal- orang Madura kekinian, meskipun menun-
nya, mereka mampu mengambil dan menarik jukkan naluri yang kuat dalam menjamin dan
manfaat yang dilakukan dari hasil budi orang bertahan hidup, mereka pun didorong untuk
lain, tanpa mengorbankan kepribadiannya sen- menerima dan memanfaatkan nilai-nilai yang
diri.24 Mereka pada umumnya sangat meng- terserap dari luar.29
hargai dan menjunjung tinggi solidaritas
kepada orang lain. Karakter dan kepribadian 2. Madura dalam Sastra Jawa Kuno
seperti itu, menjadikan orang-orang Madura di Keunggulan seni menulis para pujangga
luar pulau Madura mudah dikenal. Mereka pulau Jawa masa lalu --puisi, kakawin, serat,
lebih supel dalam bergaul dan menunjukkan atau kidung-- yang dinamakan kalangon atau
sikap toleran terhadap sesamanya.25 Karakter kalangwan, telah diakui dunia. Berdasarkan
dan kepribadian lainnya, jika mereka keda- hasil penelitian para ahli, diinformasikan,
tangan tamu --apalagi tamu yang datang dari bahwa sebagian besar karya sastra Jawa Kuno
jauh-- dapat dipastikan tamu tersebut akan berhasil diselamatkan dalam keadaan lebih
baik daripada monumen-monumen yang
22 berbahan dasar batu (candi, prasasti, patung,
Cerita yang hampir sama dengan kisah ini diulas
oleh Soewito Santoso dalam Babad Tanah Jawi
lingga, dan lainnya).30 Dari hasil temuan para
(Galuh-Mataram) dengan tokoh Jaka Sengara. Lihat, ahli itu, beberapa di antaranya menyebut
Soewito Santoso, Babad Tanah Jawi (Galuh-Mataram) tentang eksistensi orang Madura dalam hubu-
(Delanggu: t.p., 1970), 189-193.
23
ngannya dengan kerajaan-kerajaan yang ada di
Lubis, ―Sejarah Madura.‖
24
Syaf Anton, ―Adat dan Kepribadian Orang 26
Madura,‖ Lomatar Madura, diakses pada 15 September Anton, ―Adat dan Kepribadian Orang Madura.‖
27
2016, http://www.lontarmadura.com/adat-dan- Anton, ―Adat dan Kepribadian Orang Madura.‖
28
kepribadian-orang-madura-2/. Anton, ―Adat dan Kepribadian Orang Madura.‖
29
25
Famela Fitria Scharlita, ―Adat dan Kepribadian Anton, ―Adat dan Kepribadian Orang Madura.‖
30
Orang Madura,‖ 2013, http://famelasfitriascharlita. P.J. Zoetmulder, Kalangwan Sastra Jawa Kuno
blogspot.co.id/2013/02/adat-dan-kepribadian-orang- Selayang Pandang, terj. Dick Hartoko Sj (Jakarta:
madura.html. Djambatan, 1974), XI.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252 243
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial

Jawa. Sebut saja misalnya, Kitab Pararaton, penelitian Kitab Nāgarakrtāgama adalah
Kitab Nāgarakrtāgama (Kakawin Désawar- Kern, Krom, Pigeaud, dan P.J. Zoetmulder.35
nana), Kidung Rangga Lawe, Kidung Panji Kidung Rangga Lawe, Kidung Panji Wija-
Wijayakrama, dan Kidung Harsawijaya.31 yakrama, dan Kidung Harsawijaya menurut
Kitab Pararaton atau kadang disebut Serat Zoetmulder mempunyai ciri umum yang sama,
Pararaton atau ada yang menyebut pula yaitu bersumber dari tradisi historis Kerajaan
Katuturanira Ken Angrok. Kitab ini ditulis Majapahit.36 Karya sastra Jawa Kuno dalam
pada abad ke XV dalam bentuk prosa bentuk kidung ini mulai mendapat perhatian
(gancaran).32 Karena itu, berdasarkan perki- setelah Berg secara khusus menulis tesisnya
raan tahun penulisannya, kitab ini dapat mengenai tradisi historis Jawa Pertengahan
dikelompokkan ke dalam naskah sastra Jawa pada 1926. Melalui upayanya itu, Kidung
masa Pertengahan yang digubah ke dalam Rangga Lawe pernah diedisi pada 1931,
bahasa Kawi. Kitab ini sangat ringkas, yaitu Kidung Harsawijaya pada 1932, dan Kidung
hanya 32 halaman seukuran kertas folio seka- Panji Wijayakrama atau ada yang menyebut
rang dan terdiri dari 1126 baris. Isi kitab ini Kidung Sorandaka pada 1938.37
secara umum mengetengahkan tentang para Madura dalam hubungannya dengan kera-
raja yang memerintah di Kerajaan Singhasari jaan-kerajaan yang ada di Jawa dimulai dari
dan Majapahit. Kitab ini juga dikenal dengan informasi Kitab Nāgarakrtāgama mengenai
nama Kitab Pustaka Raja atau dalam bahasa masuknya Madura di bawah supremasi
Sanskerta berarti kitab raja-raja. Suatu yang Kèrtanāgara.38 Pada waktu yang lain, Kitab
agak disesalkan dari kitab ini, tidak terdapat Pararaton menginformasikan mengenai pe-
catatan yang menunjukkan penulisnya.33 mecatan Arya Wiraraja dari dari jabatannya
Kitab Nāgarakrtāgama atau ada yang sebagai Demung (Rakryan Demung) Kerajaan
menyebut Kakawin Désawarnana disebut pula Singhasari menjadi seorang Adipati di
Kakawin Pujasastra Negarakretagama. Karya Sumenep.39 Selanjutnya, sebagai Adipati di
sastra Jawa Kuno yang disusun oleh Mpu Sumenep, berita tentang Arya Wiraraja tidak
Prapanca ini diperkirakan ditulis antara tahun banyak diketahui, kecuali hubungannya
1359-1365 ini terdiri dari 98 pupuh yang dengan Jayakatwang (Jayakatong), raja dari
dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama Gelang-gelang dalam pemberontakannya
terdiri dari pupuh 1- 49, sedangkan bagian terhadap Kèrtanāgara, dan hubungan dengan
kedua dimulai dari pupuh 50 - 98. Orang yang Wijaya ketika mengusir pasukan China
berjasa menemukan kembali kitab ini adalah J. (Tartar), serta pembangunan hutan Tarik
L. A. Brandes pada 1894 dalam sebuah ekspe- (Wilwatikta). Setelah menobatkan dirinya
disi ke Lombok dan menerbitkannya pada sebagai raja Majapahit, Wijaya kemudian
1902.34 Kitab ini pada masa selanjutnya ter- bergelar Srï Kèrtarājasa Jāyawarddhāna.
masuk karya yang paling banyak diteliti. Di Informasi itu terdapat dalam Kitab Pararaton,
antara para ahli yang pernah melakukan Kidung Harsawijaya, dan Kidung Panji
Wijayakrama dengan sedikit perbedaan di

31
Moh. Imam Farisi, ―Raja-Raja Sumenep Masa Pra
35
Islam (1271 – 1527 M),‖ Lontar Madura, diakses pada Zoetmulder, Kalangwan Sastra Jawa Kuno
1 Oktober 2016, http://www.lontarmadura.com/raja- Selayang Pandang, 444.
36
raja-sumenep-masa-pra-islam-1271-1527- Zoetmulder, Kalangwan Sastra Jawa Kuno
m/#ixzz4LlaEnn6s. Selayang Pandang, 512.
32 37
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Zoetmulder, Kalangwan Sastra Jawa Kuno
Indonesia, Jilid II, 397. Selayang Pandang.
33 38
R. Pitono Hardjowardojo, Pararaton (Djakarta: Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional
Bhratara, 1975). Indonesia, Jilid II, 412.
34 39
Lihat, Zoetmulder, Kalangwan Sastra Jawa Kuno Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional
Selayang Pandang, 693. Indonesia, Jilid II, 418.

244 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial

sana-sini.40 Nama-nama tokoh Madura lainnya 3. Eksistensi Para Raja Madura


yang disebutkan pada kakawin dan kidung- a. Para Raja Madura Barat
kidung tersebut adalah Pu Sora dan Pu Nambi. Sejarah Madura Barat yang berbentuk
Sementara Kidung Rangga Lawe memulai legenda dimulai dengan hadirnya seorang raja
kisahnya dengan menyebutkan, bahwa Rang- di Gili Mandangin (Sampang sekarang),
galawe merupakan salah seorang pengikut bernama Lembu Peteng. Ia diduga masih ketu-
Wijaya yang berjasa dalam perjuangan runan raja Brawijaya46 --salah seorang
mendirikan Kerajaan Majapahit. Namun demi- penguasa Majapahit-- melalui perkawinannya
kian, ia meninggal sebagai ―pemberontak‖ dengan puteri Campa. Nama Lembu Peteng
pertama dalam sejarah kerajaan itu. Meskipun sendiri menjadi petunjuk mengenai hubungan
demikian, nama besarnya oleh masyarakat Madura dengan Jawa.47 Sedangkan Gili Man-
Tuban sampai saat ini dikenang sebagai pahla- dangin yang menunjuk pulau kecil di Selat
wan.41 Dalam Kidung Rangga Lawe disebut- Madura merupakan pentas bagi balada Madu-
kan, pada 1292, ia diminta untuk membantu ra tentang sang Bangsacara. Menurut sumber
Wijaya membuka hutan di sebelah barat Tarik tradisi, balada itu mengetengahkan cerita dua
(daerah Sidoarjo sekarang).42 Dijumpai infor- insan yang dipersatukan dalam kematian. 48
masi, nama Ranggalawe sendiri merupakan Dalam Sadjarah Dalem, disebutkan, puteri
pemberian Wijaya. Lawe merupakan sinonim Lembu Peteng dari Sampang diperisteri oleh
dari wenang, berarti ―benang‖, atau dapat juga putera Maulana Iskak.49 Informasi serupa juga
bermakna ―kekuasaan‖. Sedangkan Ranggga diperoleh dalam tradisi lisan tentang kebera-
berarti kecerdasan dan kebijaksanaan dalam daan orang-orang suci di Blambangan.50 Dise-
menjalankan politik, sehingga tahu apa yang butkan, Maulana Iskak adalah ayah Sunan
harus dilakukan. Maksudnya ialah, Rangga- Giri. Ia menikahkan salah seorang putranya
lawe diberi kekuasaan oleh Wijaya untuk dengan puteri Lembu Peteng dari Gili Manda-
memimpin pembukaan hutan itu.43 Atas jasa- ngin. Dengan demikian, pada paruh kedua
jasanya, Rangga Lawe kemudian diangkat abad XV di Madura (Barat) para penguasa
menjadi Adipati Tuban yang waktu itu Jawa dan orang-orang Islam dari Campa
merupakan pelabuhan utama di tanah Jawa mengadakan kontak. Kontak itu bahkan
bagian timur.44 Kitab Pararaton mengisahkan melalui perkawinan.51
Rangga Lawe memberontak terhadap Kera-
jaan Majapahit, karena terlebih dahulu dihasut
oleh seorang pejabat licik bernama Mahapati. 46
Disebutkan pula, pemberontakan Ranggalawe Hemat peneliti, nama Brawijaya bukan nama
sebenarnya. Sebab nama itu tidak ditemukan dalam
tersebut terjadi pada 1295.45
silsilah pararaja Majapahit. Bhra adalah singkatan dari
Bhatara yang berarti baginda. Dalam hubungan ini,
nama Brawijaya yang dimaksud adalah Dyah
Ranawijaya berdasar prasasti Jiyu (1486). Dalam
40
prasasti itu disebutkan, Ranawijaya adalah penguasa
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Majapahit, Janggala dan Kadiri yang berpusat di Daha.
Indonesia, Jilid II, 418-421. Kuat dugaan, Daha waktu itu merupakan ibukota
41
Slamet Muljana, Menuju Puncak Kemegahan Majapahit.
47
(Sejarah Kerajaan Majapahit) (Yogyakarta: LKiS, H.J De Graaf dan TH. G Pigeaud, Kerajaan-
1985), 217-218. Kerajaan Islam di Jawa Peralihan dari Majapahit ke
42
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Mataram (Jakarta: Grafiti, 1985), 211.
48
Indonesia, Jilid II, 428-430. De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam
43
Zoetmulder, Kalangwan Sastra Jawa Kuno di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram.
49
Selayang Pandang, 520-521. De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam
44
Slamet Mulyana, Nāgarakrtāgama dan Tafsir di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram,
50
Sejarahnya (Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1979), Ary Sapto (49 tahun), Sekretaris MSI Cabang
103-104. Jawa Timur, wawancara tanggal 20 November 2010.
45 51
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam
Indonesia, Jilid II, 429. di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram, 212.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252 245
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial

Menurut catatan Tome Pires, pada interpretasi mengenai apakah dalam penyera-
permulaan abad XVI, raja Madura masih ngan terhadap Pasuruan --yang menurut sum-
belum memeluk Islam. Namun mereka dapat ber Portugis disebut Panarukan-- orang-orang
hidup berdampingan dengan para penguasa di Madura telah berjuang untuk pihak Kerajaan
Gresik. Dalam Daftar Tahun Peristiwa Demak Demak seperti yang dilakukan oleh orang-
yang menyebutkan daerah-daerah yang orang Surabaya? Untuk itu, muncul beberapa
berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Demak, dugaan, di antaranya bahwa Panembahan
nama Madura juga tidak disebut. Terdapat Lemah Duwur yang sepanjang hidupnya telah
dugaan, berdasarkan cerita Madura, pada menyibukan diri untuk memperluas kekuasaan
waktu itu meskipun raja belum memeluk atas daerah-daerah kecil merupakan bagian
Islam, namun putera mahkota mereka (Madura dari upayanya dalam membantu Kerajaan
Barat) telah memeluk Islam pada 1528. Demak. Dugaan tersebut dikuatkan oleh
Karena itu, Demak tidak melakukan ekspansi sumber tradisi yang berasal dari Madura Barat,
ke Madura.52 bahwa Panembahan Lemah Duwur telah
Masih dalam Daftar Tahun Peristiwa meluaskan kekuasaannya hingga ke wilayah
Demak, disebutkan, bahwa pada 1527 raja Balega dan Sampang.55 Hal itu disamping se-
Tuban tunduk kepada Penguasa Demak. bagai upaya membantu perluasan wilayah
Menurut sumber tradisi, keturunan raja Tuban, kekuasaan Demak, sekaligus sebagai upaya
seperti juga keturunan raja Madura Barat bakti karena ibunya berasal dari Pamandegan,
masih memiliki hubungan kekerabatan Sampang. Panembahan Lemah Duwur me-
dengan keluarga Majapahit. Kuat dugaan pula, ninggal pada 1590.56 Menurut Sadjarah
sikap Tuban pada 1527, telah memengaruhi Dalem, setelah Pangeran Lemah Duwur
sikap Madura Barat. Munculnya pahlawan meninggal, kepemimpinan di Aros Baya dilan-
yang menaklukkan Kerajaan Majapahit yang jutkan oleh salah seorang anaknya bernama
kelak bergelar Sunan Kudus53 dalam riwayat Panembahan Tengah.57
itu, dimungkinkan mengandung kebenaran, Pada perjalanannya, Kerajaan Madura
bahwa keluarga raja Madura Barat --yang Barat kemudian ditundukkan oleh Mataram
sebagian besar karena pertimbangan-pertimba- pada 1624.58 Ketika menjelang keruntuhannya,
ngan politik kekeluargaan-- mengambil sikap Pangeran Mas melarikan diri ke Giri, sedang-
damai dengan Kerajaan Demak. Seiring kan Prasena (putera ketiga Pangeran Tengah)
dengan riwayat itu, putera mahkota yang dibawa oleh Juru Kitting ke Mataram. Prasena
memeluk Islam dari Madura Barat adalah kemudian dijadikan anak angkat oleh Sultan
Pratanu. Ia sebelumnya akrab dipanggil Agung. Setelah dewasa ia dilantik menjadi
Pangeran Pragalba di istana Plakaran. Pada penguasa untuk seluruh Madura. Guna
masa selanjutnya, Pratanu mendapat julukan menguatkan posisinya ia digelari Tjakraning-
Pangeran Ongguq atau Panembahan Lemah rat I.59 Ia kemudian memindahkan pusat Kera-
Duwur di Aros Baya.54
Suatu yang agak disesalkan, dalam sumber 55
De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam
tradisi itu tidak dimuat pemberitaan tentang
di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram.
bantuan Raja Madura Barat kepada Kerajaan 56
De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam
Demak dalam peperangan melawan para di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram, 214.
57
penguasa Jawa yang sebelumnya menjadi raja Aminudin Kasdi, wawancara oleh Wawan
bawahan Majapahit. Karena itu, sulit diberi Hernawan.
58
Lihat, De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan
Islam di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram,
52
De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam 215. Lihat pula, Muhammad Syamsu As, Ulama
di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, (Jakarta:
53
De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam Lentera, 1996), 91.
59
di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram,13. Nama Cakraningrat diberikan pada tahun 1678
54
De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam sebagai hadiah Mangkurat II kepada anak Prasena dari
di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Sampang ketika diangkat menjadi Patih. Mengikuti

246 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial

jaan Madura Barat dari Arosbaya ke Sampang. lan kemudian dirobohkan dan diganti dengan
Setelah meninggal, para keturunannya me- bangunan biasa.65 Hal tersebut sangat memi-
ngembangkan kerajaan baru di Madura, ter- lukan bagi masyarakat setempat yang menya-
masuk Bangkalan. Tjakraningrat I menikah dari nilai penting suatu peninggalan sejarah.
dengan adik Sultan Agung,60 namun tidak Sedangkan pihak pemerintah berusaha meng-
mempunyai keturunan. Baru dari pernikahan- hilangkan ingatan (memory colective) menge-
nya dengan Ratu Ibu (Syarifah Ambani, nai kebesaran kerajaannya pada tempo dulu.66
keturunan Sunan Giri), ia memperoleh tiga Hingga di sini, sekalipun kerajaan Madura
orang putra. Ia pun mendapatkan beberapa Barat telah dihapuskan oleh pemerintah Belan-
orang anak dari beberapa selir.61 da, namun sejak berdiri pada 1531-1882, telah
Pada 1743, Vereenigde Oost-Indische dipimpin oleh beberapa raja, sebagai berikut:
Compagnie (VOC) mengadakan pembatasan (1) Pangeran Pratanu (Panembahan Lemah
serta penindasan terhadap kekuasaan raja dan Duwur, 1531 - 1592), (2) Raden Koro (Pange-
rakyat Madura. Karena itu, di Madura Barat ran Tengah, 1592 - 1620), (3) Pangeran Mas
terjadi perlawanan yang dipimpin oleh (1621 - 1624), (4) Raden Prasena (Pangeran
Cakraningrat IV.62 Pada akhir 1744, ekspedisi Cakraningrat I, 1621 - 1624), (5) Raden
di bawah von Hohendorff berhasil merebut Oendakan (Pangeran Cakraningrat II, 1648 -
daerah-daerah yang dikuasai Madura. Para 1707), (6) Raden Toemenggoeng Soeroa-
raja di daerah itu mulai tunduk kepada VOC, diningrat (Pangeran Cakraningrat III, 1707 -
termasuk putra Cakraningrat IV dari Sedayu. 63 1718), (7) Pangeran Sidengkap (Pangeran
Cakraningrat IV sendiri menyingkir ke Ban- Cakraningrat IV, 1718 - 1745), (8) Pangeran
jarmasin,64 meskipun akhirnya dapat ditangkap Sidomoekti (Pangeran Cakraningrat V, 1745 -
di sana. Cakraningrat IV kemudian diasingkan 1770), (9) Raden Toemenggoeng
ke Kaap de Goede Hoop. Ia meninggal di Mangkoediningrat (Panembahan Adipati
tempat pengasingannya pada 1759. Atas dasar Pangeran Cakraadiningrat VI, 1770 - 1780),
itu, orang Madura memberinya nama Pange- (10) Soelthan Abdoe/Soelthan Bangkalan I
ran Sidengkap. (P.A.P. Cakraadiningrat VII, 1780 - 1815),
Pada 1891, keraton Bangkalan telah diang- (11) Soelthan Abdoel Kadiroen (Soelthan
gap bouwvalling (tidak layak dihuni) oleh Bangkalan II, 1815 - 1847), (12) Raden
pemerintah Hindia Belanda. Keraton Bangka- Yoesoef (Panembahan Cakraadiningrat VII,
1847 - 1862), dan Raden Isma’il (Panembahan
Cakraadiningrat VIII, 1862 - 1882).67
nama anaknya ini, ayahnya pun sesudah meninggal juga
disebut dengan nama Cakraningrat. Lihat, De Graaf dan
Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa Peralihan
b. Para Raja Madura Timur
dari Majapahit ke Mataram. Sebagaimana telah disebutkan pada
60
Menurut Sadjarah Dalem, adik Sultan Agung pembahasan terdahulu, terdapat riwayat pen-
dimaksud adalah putri Pajang. Dari perkawinannya ini ting yang berasal dari masa pra-Islam tentang
melahirkan seorang putra bernama Panembahan Sumenep. Saat itu Sumenep merupakan dae-
Tengah. Lihat, De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-
rah kekuasaan Wiraraja atau Banyak Wide,
Kerajaan Islam di Jawa Peralihan dari Majapahit ke
Mataram, 214. seorang Adipati Singhasari. Wiraradja berna-
61
Keturunan Tjakraningrat dengan Ratu Ibu atau ma lengkap Arya Adhikara Wiraraja. Ia
Syarifah Ambani dapat dilihat pada silsilah yang memerintah di Sumenep pada 1269-1292.
terdapat di Asta Aer Mata Ibu, Madura.
62
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia
65
Baru: 1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium, Syamsu As., Ulama Pembawa Islam di Indonesia
Jilid I (Jakarta: Pustaka Utama, 1992), 237. dan Sekitarnya, 92.
63 66
Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Nina Herlina Lubis (54 tahun, Ketua MSI Cabang
1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium, jilid I, Jawa Barat, Guru Besar Universitas Padjadjaran),
237-238. wawancara oleh Wawan Hernawan, Madura, 20
64
Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: November 2010.
67
1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium, 238. Memory, ―Madura Menurut Catatan Sejarah.‖

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252 247
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial

Sebelumnya ia menjabat Demung atau Kerajaan Singhasari, kemudian dipromosikan


Nayapati Singhasari pada masa pemerintahan oleh Kèrtanāgara (Raja Singhasari) menjadi
Visnű Wardhāna (1248-1268). Setelah Visnű Adipati Sumenep. Setelah itu, Wiraraja
Wardhāna mangkat, ia dipromosikan oleh dipromosikan oleh Raden Wijaya (Wijaya
Kèrtanāgara menjadi Adipati Sumenep.68 Di Nalaraja) menjadi Rakean Menteri di Kerajaan
sini ia mulai merintis berdirinya kerajaan Majapahit dan bertugas di Lumajang.72 Seiring
Sumenep. Meskipun statusnya sebagai kera- tugas barunya, Wiraraja meninggalkan Sume-
jaan bawahan, Sumenep kemudian berkem- nep dan posisi adipati diserahkan kepada
bang cukup signifikan. Wiraraja dikenal saudaranya, bernama Arya Bangah. Setelah
sebagai ahli strategi militer. Dijumpai infor- Wiraraja pindah ke Lumajang, kerajaan di
masi, karena kemahirannya itu, raja Majapahit ujung Timur Madura mengalami kemunduran.
pertama dapat naik tahta berkat bantuan Meskipun masih berada di Sumenep, keraton
Sumenep.69 yang asalnya bertempat di Batuputih kemu-
dian dipindahkan oleh Bangah ke Banasare.
Arya Wiraraja Selanjutnya penguasa Sumenep diganti oleh
Arya Wiraraja dilantik sebagai Adipati anak Arya Bangah, yaitu Arya Danoerwendo.
pertama Sumenep pada 31 Oktober 1269.70 Pada masa pemerintahannya, keraton Sume-
Selama dipimpin Wiraraja, banyak kemajuan nep dipindahkan lagi ke Desa Tanjung. Arya
yang dialami Sumenep. Dari silsilah ketu- Danurwendo selanjutnya diganti oleh anak-
runan, Wiraraja adalah seorang pria yang nya, bernama Arya Asparati. Asparati kemu-
berasal dari Nangka, Jawa Timur. Setelah dian diganti pula oleh anaknya, bernama
dewasa tumbuh menjadi seorang yang Panembahan Joharsari.
memiliki pribadi dan kecakapan yang baik. Setelah Panembahan Joharsari, pemerin-
Wiraraja secara umum dikenal sebagai tahan Sumenep dilanjutkan oleh putranya
seorang ahli dalam ilmu strategi militer dan bernama Panembahan Mandaraja. Panem-
penasihat militer. Analisisnya tajam dan bahan Mandaraja mempunyai 2 (dua) orang
terarah, sehingga banyak musuh yang kalah putra bernama Pangeran Bukabu dan Pangeran
ketika berperang melawan pasukannya. Baragung. Pangeran Bukabu kemudian meng-
Namun, dibalik kegemilangannya terdapat gantikan ayahnya sebagai penguasa Sumenep.
orang yang mau menyingkirkannya. Wiraraja Pada masa pemerintahan Bukabu, keraton
sering disebut dukun (penasehat spiritual) yang semula berada di desa Tanjung kemudian
bagi raja.71 dipindah lagi ke Bukabu (sekarang termasuk
Pada usianya yang diperkirakan menginjak wilayah Kecamatan Ambunten). Pada masa
35 Tahun, karier Wiraraja cepat menanjak. Ia selanjutnya, Pangeran Baragung naik tahta
meniti karir mulai dari sebagai Demung menggantikan kakaknya. Pada masa peme-
rintahannya, keraton dipindah lagi dari
Bukabu ke desa Baragung (sekarang termasuk
68
Abdurachman, Pengantar Sejarah Jawa Timur, wilayah Kecamatan Gulukguluk).
43. Lihat pula, Wiryoprawiro, Arsitektur Tradisional
Madura Sumenep dengan Pendekatan Historis dan
Deskriptif, 23-24. Raden Ayu Tirtonegoro dan Bendoro Sa’ud
69
De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam Raden Ayu Tirtonegoro73 merupakan satu-
di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram,216. satunya pemimpin wanita dalam sejarah
Lihat pula, Wiryoprawiro, Arsitektur Tradisional kerajaan Sumenep sebagai kepala pemerin-
Madura Sumenep dengan Pendekatan Historis dan
tahan yang ke-30. Menurut hikayat, pada suatu
Deskriptif, 23.
70
Berdasarkan informasi itu, pada perkembangannya malam Ratu --Raden Ayu Tirtonegoro--
sekarang tanggal 31 Oktober kemudian disepakati dan
72
ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Sumenep. Lihat, Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho
Akhmad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Tinggi Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, Jilid II, 424.
73
Beserta Tokoh di Dalamnya, 5. Akhmad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta
71
Memory, ―Madura Menurut Catatan Sejarah.‖ Tinggi beserta Tokoh di Dalamnya, 33.

248 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial

bermimipi agar ia menikah dengan Bendoro Kedua, kelompok yang tidak setuju kepada
Sa’ud. Setelah Bendoro Sa’ud dipanggil, ketentuan tersebut, mereka dianjurkan untuk
diceritakanlah mimpi itu. Bendoro Sa’ud pun segera meninggalkan Kerajaan Sumenep dan
setuju. Tidak lama setelah itu pernikahan Ratu kembali ke Pamekasan, Sampang, atau
dan Bendoro Sa’ud dilaksanakan. Bendoro Bangkalan.77
Sa’ud yang menjadi suami Raden Ayu
Tirtonegoro kemudian bergelar Tumenggung Panembahan Semolo (Pangeran ‘Asirudin
Tirtonegoro.74 bergelar Notokusumo I)
Pada perkembangannya, masih pada Bendoro Sa’ud dengan isteri pertamanya
pemerintahan Ratu Tirtonegoro terjadi peris- (sebelum menikah dengan Ratu Tirtonegoro)
tiwa memilukan sekaligus tragis dalam di Batu Ampar mempunyai 2 (dua) orang
Kerajaan Sumenep. Raden Purwonegoro, putra. Pada saat kedua anak Bendoro Sa’ud
Patih Kerajaan jatuh hati kepada sang Ratu. datang ke keraton untuk memenuhi panggilan
Akibatnya, ia sangat membenci Bendoro Ratu Tirtonegoro, anak kedua yang bernama
Sa’ud, bahkan merencanakan untuk membu- Semolo terlebih dahulu ―nyungkem‖ kepada
nuhnya. Sampai pada suatu kesempatan, Ratu. Sedangkan kakaknya mendahulukan me-
Raden Purwonegoro datang ke keraton sambil nyungkem kepada ayahnya (Bendoro Sa’ud).
menghunus pedang. Ketika tiba di hadapan Saat itu pula keluar wasiat sang ratu yang
Bendoro Sa’ud, ia mengayunkan pedangnya. dicatat oleh sektretaris kerajaan. Isi wasiat
Hanya saja sabetan itu tidak mengenai sasaran, menyatakan, bahwa kelak di kemudian hari
yang terjadi malah pedang Raden Purwo- apabila Bendoro Sa’ud meninggal, yang diper-
negoro tertancap dalam di tiang pendopo. Pada kenankan untuk mengganti menjadi raja
peristiwa itu, kejadian justeru sebaliknya, Sumenep adalah Semolo. Selanjutnya, setelah
Raden Purwonegoro tewas di tangan Manteri Bendoro Sa’ud wafat 8 hari, Ratu Tirtonegoro
Sawunggaling dan Kyai Sanggatarona yang menyusul ikut wafat. Peristiwa itu terjadi pada
saat itu berada di lokasi kejadian.75 1762.78 Dengan demikian, sesuai wasiat Ratu
Terdapat informasi, berdasarkan silsilah yang berhak menjadi Raja Sumenep adalah
para raja Sumenep, bahwa Ratu Tirtonegoro Semolo dengan gelar Panembahan Noto-
dan Purwonegoro adalah sama-sama ketu- kusumo I.
runan dari Tumenggung Yudonegoro, Raja Beberapa peristiwa penting pada masa
Sumenep ke-23. Karena itu, jika hubungan pemerintahan Semolo, di antaranya: Pertama,
mereka dilanjutkan, maka akan berdampak ia melakukan penyerangan terhadap Negeri
luas dan menyalahi tradisi turun-temurun Blambangan dan berhasil memenangkan
Kerajaan Sumenep. Selanjutnya, sebagai pertempuran, sehingga Blambangan dan selan-
akibat dari peristiwa tersebut, keluarga Kera- jutnya Panarukan (Pasuruan) menjadi wilayah
jaan Sumenep terbagi menjadi dua kelompok. kekuasaan Panembahan Notokusumo I. Ke-
Pertama, kelompok yang berpihak kepada dua, ia membangun Keraton Sumenep yang
Ratu Tirtonegoro. Mereka diperbolehkan tetap sekarang berfungsi sebagai Pendopo Kabu-
tinggal di Sumenep dengan beberapa peratu- paten. Ketiga, ia membangun Masjid Jami’
ran, di antaranya: (1) diwajibkan mengubah
gelar kebangsawanan mereka dengan sebutan
kyai; dan (2) berjanji untuk tidak akan menen-
tang Bendoro Sa’ud sampai tujuh turunan.76 77
Anonimous, ―Selayang Pandang Sejarah
Sumenep.‖
78
Panembahan Semolo dilantik dan dinobatkan oleh
74
Akhmad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Gubernur Jenderal Petrus Albertus Vander Parra.
Tinggi beserta Tokoh di Dalamnya, 34. Upacara pelantikan dilaksanakan di Semarang
75
Anonimous, ―Selayang Pandang Sejarah bersamaan dengan adipati Bangkalan Pangeran
Sumenep,‖ Madura Studies, t.t. Setiadiningrat (Pangeran Cakraningrat V). Akhmad,
76
Anonimous, ―Selayang Pandang Sejarah Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Tinggi beserta
Sumenep.‖ Tokoh di Dalamnya, 38.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252 249
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial

pada tahun 1778-1787.79 Keempat, ia mem- C. SIMPULAN


bangun Kompleks Asta Tinggi (tempat pema- Madura telah menunjukkan eksistensinya
kaman para raja Sumenep dan keluarganya). 80 dalam rangkaian sejarah para raja di Nusan-
Hingga sekarang bangunan tinggalan Panem- tara. Meskipun seperti terdapat pemisahan
bahan Notokoesoemo I yang berupa Keraton secara diametral dengan harus menyebut
Sumenep, Masjid Jami’, dan Kompleks Asta Madura Barat dan Timur, pada peristiwa per-
Tinggi masih dapat dijumpai dan kondisinya jalanannya memang ditemukan fakta
terawat dengan baik. demikian. Dari sisi asal-usul, meskipun belum
ditemukan sumber bereputasi, keberadaan
Abdurrahman Pakunataningrat sumber tradisi yang mengaitkan peristiwa pu-
Abdurrachman Pakunataningrat, bernama teri Bendoro Gung dan Radin Segoro, menun-
asli Notonegoro putra Panembahan Notoku- jukkan bahwa perjalanan manusia menuju
sumo I. Ia mendapat gelar doktor kehormatan Madura berawal dari barat menuju ke daerah
dalam bidang Kesusastraan dari Pemerintah paling timur. Pada kesempatan lainnya,
Kerajaan Inggris, karena pernah membantu sejumlah prasasti dan naskah (kakawin, serat,
Gubernur Jenderal Thomas Stanford Raffles 81 kidung, dan babad) lebih banyak menem-
untuk menerjemahkan tulisan-tulisan kuno patkan peran orang-orang Madura timur.
pada batu ke dalam Bahasa Melayu. Ab- Keberadaan Madura barat baru terungkap
durrachman Pakunataningrat memang megua- kembali pada masa Islam, dengan menem-
sai berbagai bahasa, seperti: bahasa Sank- patkan perjalanan pangeran Pratanu ke Mata-
skerta, Kawi, dan sebagainya. Atas kemam- ram yang kemudian kembali ke Madura Barat
puannya itu, ia menguasai beberapa ilmu (Bangkalan). Perjalanan pemerintahan kera-
pengetahuan dan Agama. Selain itu, Ab- jaan di Madura Barat dimulai dari Pangeran
durrachman Pakunataningrat mahir membuat Pratanu (Panembahan Lemah Duwur) di Aros
senjata keris. Sepanjang hidupnya, ia dikenal Baya naik tahta pada 1531–1592, hingga
sangat bijaksana dan memperhatikan rakyat Raden Isma’il (Panembahan Tjakraadiningrat
Sumenep.82 Karena itu, ia sangat disegani dan VIII tahun 1862–1882, telah silih berganti
dijunjung tinggi oleh rakyat Sumenep sampai sebanyak 13 raja. Sementara di kerajaan
sekarang. Madura Timur (Sumenep) telah dipimpin
Abdurrachman Pakunataningrat meme- paling tidak oleh 35 orang raja, sejak Arya
rintah Sumenep antara 1811-1854. Berda- Wiraraja hingga Bendoro Abdurrachman.
sarkan masa pemerintahannya, sangat menjadi Madura memiliki bentangan sejarah yang
mungkin ia bertemu dan membantu Gubernur panjang. Mereka kadang bersatu, dan sangat
Jenderal Thomas Stanford Raffles sebagai- menjadi mungkin terjadi permusuhan dalam
mana disebutkan sebelumnya. Abdurrachman perjalanan sejarahnya yang panjang itu. Situa-
Pakunataningrat meninggal pada 31 Maret si dan kondisi itu terus berlanjut hingga
1854 dalam usia 73 tahun. Jenazahnya kemu- Madura berada dalam pengaruh Vereenigde
dian dimakamkan di Asta Tinggi, satu atap OostIndische Compagnie(VOC), dan
dengan ayahnya, Panembahan Semolo. pemerintah Kolonial Hindia Belanda.

79
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Abdurachman. Sejarah Madura Selayang
Tinggi beserta Tokoh di Dalamnya, 39.
80 Pandang. Sumenep: The Sun, 1971.
Akhmad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta
Tinggi beserta Tokoh di Dalamnya. Akhmad, Bendara. Lintasan Sejarah Sumenep
81
Akhmad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta dan Asta Tinggi Beserta Tokoh di
Tinggi beserta Tokoh di Dalamnya, 41. Dalamnya. t.k.: Barokah, 2010.
82
Anonimous, ―Selayang Pandang Sejarah ———. ―Selayang Pandang Sejarah
Sumenep.‖

250 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial

Sumenep.‖ Madura Studies, t.t. Jakarta: Pustaka Utama, 1992.


De Graaf, H.J, dan TH. G Pigeaud. Kerajaan- Sjamsuddin, Helius. Metodologi Sejarah.
Kerajaan Islam di Jawa Peralihan dari Diterjemahkan oleh S. Aji. Yogyakarta:
Majapahit ke Mataram. Jakarta: Grafiti, Ombak, 2007.
1985. Wiryoprawiro, Zein M. Arsitektur Tradisional
Djafar, Hasan. ―Kerajaan Majapahit.‖ Dalam Madura Sumenep dengan Pendekatan
Indonesia dalam Arus Sejarah, Jilid 2. Historis dan Deskriptif. Surabaya:
Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve atas Laboratorium Arsitektur Tradisional
kerjasama dengan Kementerian FTSP ITS Surabaya, 1986.
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Wiyata, A. Latif. Mencari Madura. Jakarta:
Indonesia, 2012. Bidik Phronesis Publishing, 2013.
Garaghan, Gilbert J. A Guide to Historical Zoetmulder, P.J. Kalangwan Sastra Jawa
Method,. New York: Fordham University Kuno Selayang Pandang. Diterjemahkan
Press, 1946. oleh Dick Hartoko Sj. Jakarta:
Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. Djambatan, 1974.
Diterjemahkan oleh Nugroho
Notosusanto. Jakarta: Yayasan Penerbit Internet
Universitas Indonesia, 1975. Anonimous. ―Sejarah Asli Kerajaan Madura.‖
Hardjowardojo, R. Pitono. Pararaton. Diakses pada 18 November 2010.
Djakarta: Bhratara, 1975. http://dunia-pusaka.com/in-
Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dex.php?route=product/product&product
dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: _id=794.
Gramedia, 1992. Anton, Syaf. ―Adat dan Kepribadian Orang
Larope, J., dan R. Soetedjo. Sejarah Madura.‖ Lomatar Madura. Diakses pada
Indonesia. Surabaya: Asia-Afrika, 1975. 15 September 2016.
Lubis, Nina H. Metode Sejarah. Bandung: http://www.lontarmadura.com/adat-dan-
Satya Historika, 2008. kepribadian-orang-madura-2/.
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Lubis, Hamdani. ―Sejarah Madura.‖ Kabar
Notosusanto, Sejarah Nasional Madura. Diakses pada 10 Januari 2016.
Indonesia, Jilid II, (Jakarta: Balai http://kabarmadura07.blogspot.co.id/201
Pustaka, 1993) 3/01/sejarah-madura.html.
Muhammad Syamsu As, Ulama Pembawa Farisi, Moh. Imam. ―Raja-Raja Sumenep
Islam di Indonesia dan Sekitarnya, Masa Pra Islam (1271 – 1527 M),.‖
(Jakarta: Lentera, 1996). Lontar Madura. Diakses pada 1 Oktober
Muljana, Slamet. Menuju Puncak Kemegahan 2016. http://www.lontarmadura.com/raja-
(Sejarah Kerajaan Majapahit). raja-sumenep-masa-pra-islam-1271-
Yogyakarta: LKiS, 1985. 1527-m/#ixzz4LlaEnn6s.
Mulyana, Slamet. Nāgarakrtāgama dan Tafsir Memory, Bangkalan. ―Madura Menurut
Sejarahnya. Jakarta: Bhratara Karya Catatan Sejarah.‖ Diakses pada 17
Aksara, 1979. November 2010. http://www.bangkalan-
Renier, G.J. Metode dan Manfaat Ilmu memory.net/content/view/163/147/.
Sejarah. Diterjemahkan oleh A. Muin Scharlita, Famela Fitria. ―Adat dan
Umar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Kepribadian Orang Madura,‖ 2013.
1997. http://famelasfitriascharlita.blogspot.co.i
Santoso, Soewito. Babad Tanah Jawi (Galuh- d/2013/02/adat-dan-kepribadian-orang-
Mataram). Delanggu: t.p., 1970. madura.html.
Sartono Kartodirdjo. Pengantar Sejarah
Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Wawancara
Emporium Sampai Imperium. Jilid I. Aminudin Kasdi (+ 56 tahun, Ketua MSI

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252 251
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial

Cabang Jawa Timur dan Guru Besar Cabang Jawa Barat, Guru Besar
Universitas Negeri Surabaya/UNESA). Universitas Padjadjaran). Wawancara
Wawancara oleh Wawan Hernawan. oleh Wawan Hernawan. Madura, 20
Madura, 19 November 2010. November 2010.
Nina Herlina Lubis (54 tahun, Ketua MSI

252 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252

Potrebbero piacerti anche