Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
melakukan Praktek Penelitian Lapangan (PPL) ekonomi maupun sejarah politik orang
untuk dua mata kuliah, yaitu: Metode Sejarah Madura.4
dan Historiografi yang diampu oleh Nina H. Situasi dan kondisi itu, hemat peneliti,
Lubis. Praktek Penelitian Lapangan itu berbanding terbalik dengan suku-suku utama
dilaksanakan pada 18-21 November 2010 lainnya yang bertetangga dengan Jawa, se-
mulai dari situs Trowulan-Mojokerto hingga perti: Sunda dan Bali. Dari studi permulaan5
ke Aros Baya, Blega, dan Sampang (Madura yang dilakukan peneliti, diperoleh informasi,
Barat), serta Pamekasan, Keraton Sumenep, bahwa memang orang Madura tidak mem-
dan Pemakaman Asta Tinggi (Madura Timur). punyai ―sastra‖ (cerita tutur atau tradisi lisan)
Praktek Penelitian Lapangan itu berupaya dalam bahasa sendiri (bahasa Madura) menge-
merekonstruksi Hubungan Kerajaan Sunda nai keberadaan raja-raja Madura pada zaman
dan Majapahit, sekaligus melihat dari dekat pra-Islam. Menurut cerita-cerita Madura yang
tinggalan-tinggalan kerajaan Majapahit, baik masih dapat dijumpai, agaknya sejak jaman
berupa lisan, tulisan, atau benda. Dalam Prak- dahulu yang menjadi penguasa atas daerah-
tek Penelitian Lapangan itu, selain dibimbing daerah Madura kebanyakan berasal dari Jawa
langsung oleh Nina H. Lubis, juga dipandu atau selalu dikaitkan dengan Jawa. Selain itu,
oleh Aminudin Kasdi, dan Ary Sapto (Ketua dijumpai pula informasi, bahwa kerajaan-
dan Sekretaris Masyarakat Sejarawan Indo- kerajaan di Madura selalu berada di bawah
nesia (MSI) Cabang Jawa Timur). supremasi dan hegemoni dari kerajaan yang
Informasi pertama tentang adanya beberapa lebih besar yang kekuasaannya berpusat di
kerajaan dan pararaja di Madura diperoleh dari Jawa.6 Sebut saja misalnya, antara 1100-1700
PusakaDunia.Com.1 Sumber ini menyebutkan, M., berada di bawah supremasi kerajaan
bahwa ―sebelum abad ke-18, Madura terdiri Hindu di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal
dari kerajaan-kerajaan yang saling bersai- itu terus berlanjut sampai berdirinya kerajaan-
ngan‖. Dalam sumber itu disebutkan lebih kerajaan Islam di Pesisir Demak dan Sura-
lanjut, ―akan tetapi sering pula bersatu dengan baya, maupun pada masa kerajaan Mataram
melaksanakan politik perkawinan‖.2 Informasi (Islam).7 Pada pertengahan abad ke-18, juga
selanjutnya yang menggambarkan adanya dijumpai informasi, Madura berada di bawah
persaingan antar kerajaan di Madura dinyata- pengaruh Vereenigde Oost Indische Com-
kan, bahwa ketika nama Madura disebut pagnie (VOC).8 Setelah VOC dibubarkan pada
dalam sastra Jawa, selalu menunjuk kepada akhir abad ke-19, atau tepatnya pada 1879 M.,
Madura Barat. Sementara Madura Timur,
hampir tidak pernah diberitakan.3 Madura
4
Barat yang letaknya berhadapan dengan Aminudin Kasdi, wawancara oleh Wawan
Hernawan.
Surabaya dan Gresik, tampak lebih diuntung- 5
Lihat, H.J De Graaf dan TH. G Pigeaud, Kerajaan-
kan dalam berbagai halnya dibandingkan de- Kerajaan Islam di Jawa Peralihan dari Majapahit ke
ngan Madura Timur. Penyebaran penduduk ke Mataram (Jakarta: Grafiti, 1985). Lihat pula, Zein M.
Jawa yang jauh lebih luas dan makmur diduga Wiryoprawiro, Arsitektur Tradisional Madura Sumenep
merupakan faktor penting dalam bidang dengan Pendekatan Historis dan Deskriptif (Surabaya:
Laboratorium Arsitektur Tradisional FTSP ITS
Surabaya, 1986). Bandingkan dengan, Bendara
Akhmad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Tinggi
1
Beserta Tokoh di Dalamnya (t.k.: Barokah, 2010).
Anonimous, ―Sejarah Asli Kerajaan Madura,‖ 6
Bangkalan Memory, ―Madura Menurut Catatan
diakses pada 18 November 2010, http://dunia- Sejarah,‖ diakses pada 17 November 2010,
pusaka.com/index.php?route=product/product&product http://www.bangkalan-
_id=794. memory.net/content/view/163/147/.
2
Anonimous, ―Sejarah Asli Kerajaan Madura.‖ 7
Memory, ―Madura Menurut Catatan Sejarah.‖.
3 8
Aminudin Kasdi (+ 56 tahun, Ketua MSI Cabang Hamdani Lubis, ―Sejarah Madura,‖ Kabar
Jawa Timur dan Guru Besar Universitas Negeri Madura, diakses pada 10 Januari 2016,
Surabaya/UNESA), wawancara oleh Wawan Hernawan, http://kabarmadura07.blogspot.co.id/2013/01/sejarah-
Madura, 19 November 2010. madura.html.
240 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252 241
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial
terakhir ini diperlukan kemahiran art of kesetiaan kepada raja. Dalam prasasti
writing (seni menulis).12 Sukamerta juga disebutkan, bahwa Raden
Wijaya menyeberangi lautan menuju Madura.
B. HASIL DAN PEMBAHASAN Setibanya di Madura, ia diterima oleh Arya
1. Asal Usul dan Karakter Orang Madura Wiraraja salah seorang mantan bawahan Raja
Terma Madura yang menunjuk pengertian Kertanagara.16
pulau di sebelah timur laut provinsi Jawa Leluhur orang Madura --orang pertama
Timur disebut pula pulau Madura. Dewasa ini, yang mendiami dan pemukim pertama di
Madura telah memasuki kehidupan masya- pulau Madura-- belum dapat diketahui secara
rakat Indonesia, meliputi: pengertian kebuda- pasti.17 Berita, prasasti, atau tinggalan lainnya
yaan, etnis, geografis, administrasi pemerin- yang memberikan informasi ke arah itu belum
tahan, dan sosial.13 Selain itu, Madura juga ditemukan. Namun demikian, berdasarkan
telah menjadi objek kajian dunia ilmu penge- sumber tradisi, diinformasikan bahwa cikal-
tahuan terutama ilmu-ilmu sosial dan huma- bakal dan pemukim pertama di pulau Madura
niora yang membahas tentang kebudayaan dan sering dikaitkan dengan cerita Radin Segoro
daerah Madura.14 (Kesatria Lautan).18 Menurut sumber ini,
Terdapat informasi, nama Madura telah Radin Segoro adalah anak dari puteri Bendoro
dikenal sejak abad ke-13, atau mungkin Gung yang dihanyutkan ke tengah laut oleh
sebelumnya. Pendapat tersebut berdasar Patih Pranggulang ketika masih dalam kandu-
kepada Prasasti Kudadu yang dikeluarkan oleh ngan ibunya. Puteri Bendoro Gung kelak
Kertarajasa Jayawardhana pada 1216 Ҫ (11 terdampar di sekitar gunung Geger (daerah
September 1294) guna memeringati pembe- Bangkalan sekarang). Daratan itu kemudian
rian anugerah raja kepada para pejabat desa disebut ―Madu Oro, ‖ yaitu pojok di ara-ara
(râma) di Kudadu yang dipandang berjasa atau diartikan pula pojok menuju ke arah yang
kepada negara melalui bantuan mereka ketika luas.19 Terdapat informasi, orang tua puteri
raja dikejar dan terdesak oleh pasukan Kadiri. Bendoro Gung adalah Sanghyang Tunggal
Dalam prasasti itu, disebutkan dari Kudadu seorang raja dari Negeri Medang. Terkait
Raden Wijaya yang masih memimpin pasukan dengan nama Sanghyang Tunggal, Larope dan
--yang tinggal 12 orang-- diantar ke Rembang Soetedjo20 menyebutkan, bahwa diduga yang
untuk kemudian pergi ke Madura bersama istri dimaksud adalah Rakai Panunggalan21 raja
dan pengiringnya.15 Prasasti lain yang ketiga Kerajaan Medang Kamulan di Poh Pitu.
menjelaskan eksistensi Madura adalah Prasasti Masih dalam sumber tradisi, pada suatu ketika
Sukamerta yang berangka tahun 1218 Ҫ (29
Oktober 1296). Prasasti ini pun masih 16
Djafar, ―Kerajaan Majapahit.‖
dikeluarkan oleh Kertarajasa guna memeri- 17
Abdurachman, Sejarah Madura Selayang
ngati penetapan desa Sukamerta sebagai desa Pandang (Sumenep: The Sun, 1971), 1-4. Lihat pula,
swatantra atas permohonan Panji Patipati Pu Wiryoprawiro, Arsitektur Tradisional Madura Sumenep
Kapat yang telah menunjukkan kebaktian dan dengan Pendekatan Historis dan Deskriptif, 23.
18
Wiryoprawiro, Arsitektur Tradisional Madura
Sumenep dengan Pendekatan Historis dan Deskriptif.
12 19
Garaghan, A Guide to Historical Method, 18,143. A. Latif Wiyata, Mencari Madura (Jakarta: Bidik
13
Wiryoprawiro, Arsitektur Tradisional Madura Phronesis Publishing, 2013), 3.
20
Sumenep dengan Pendekatan Historis dan Deskriptif, J. Larope dan R. Soetedjo, Sejarah Indonesia
xv-xviii. (Surabaya: Asia-Afrika, 1975), 18. Lihat pula,
14
Wiryoprawiro, Arsitektur Tradisional Madura Wiryoprawiro, Arsitektur Tradisional Madura Sumenep
Sumenep dengan Pendekatan Historis dan Deskriptif, dengan Pendekatan Historis dan Deskriptif, 24.
21
2-14. Nama Rakai Panunggalan tercantum dalam
15
Hasan Djafar, ―Kerajaan Majapahit,‖ dalam prasasti Mantya>sih yang berisi rahyang ta rumuhun ri
Indonesia dalam Arus Sejarah, Jilid 2 (Jakarta: Ichtiar mdang ri poh pitu (urutan nama-nama raja Medang di
Baru van Hoeve atas kerjasama dengan Kementerian Poh Pitu). Lihat, Marwati Djoened Poesponegoro dan
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia,
2012), 239. Jilid II, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), 118.
242 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial
kerajaan Medang diserang oleh pasukan dari dilayani dengan baik. Orang Madura berani
China. Di dalam peperangan tersebut Kerajaan berkorban untuk menjamu tamunya. Bahkan
Medang berkali-kali menderita kekalahan, jika perlu, mereka akan berusaha memuaskan
hingga pada suatu hari mereka didatangi oleh tamunya dengan jamuan lebih, meskipun
seorang tua. Orang tua itu mengatakan, bahwa dengan cara berhutang.26 Namun demikian hal
di Pulau Madu Oro tinggal seorang anak muda sebaliknya, jika penghargaan yang telah mere-
yang bernama Radin Segoro. Raja Medang ka berikan itu ditolak, seperti enggan mencici-
Kamulan dianjurkan untuk meminta bantuan pi hidangan yang mereka suguhkan, tamu
kepadanya, jika ingin menang dalam perang tersebut dipandang telah menginjak harga diri
melawan pasukan China tersebut. Singkat mereka. Di situlah mulai tumbuh benih-benih
cerita, Radin Segoro22 berangkat menuju Kera- rasa benci dan dendam.27
jaan Medang dengan membawa senjata yang Selain itu, sebagai etnis yang hidup di
diberi nama si Nengolo. Dalam pertempuran daerah kepulauan, orang Madura masa lalu ku-
yang dipimpinnya banyak tentara China yang rang mendapat kesempatan dalam berinteraksi
tewas, sehingga kerajaan Medang terbebas dengan dunia luar. Situasi dan kondisi ini pun
dari kekuasaan dan pengaruh mereka.23 diduga kuat ikut membentuk karakter dan
Dilihat dari bentangan sejarahnya, Madura kepribadian mereka. Orang Madura menjadi
dicatat sebagai etnis yang terlalu lama dan sangat berhati-hati. Sesuatu yang datang dari
bahkan sering berada di bawah supremasi luar bagi mereka adalah ancaman terhadap
etnis dan bangsa lain. Kondisi itulah yang dirinya.28 Pada sisi ini mereka akan berusaha
diduga membentuk karakter dan kepribadian memelihara dan menjamin nilai-nilai yang me-
mereka menjadi teguh pada prinsip. Salah ngakar dalam dirinya. Namun demikian, pada
satu prinsip orang Madura, sebut saja misal- orang Madura kekinian, meskipun menun-
nya, mereka mampu mengambil dan menarik jukkan naluri yang kuat dalam menjamin dan
manfaat yang dilakukan dari hasil budi orang bertahan hidup, mereka pun didorong untuk
lain, tanpa mengorbankan kepribadiannya sen- menerima dan memanfaatkan nilai-nilai yang
diri.24 Mereka pada umumnya sangat meng- terserap dari luar.29
hargai dan menjunjung tinggi solidaritas
kepada orang lain. Karakter dan kepribadian 2. Madura dalam Sastra Jawa Kuno
seperti itu, menjadikan orang-orang Madura di Keunggulan seni menulis para pujangga
luar pulau Madura mudah dikenal. Mereka pulau Jawa masa lalu --puisi, kakawin, serat,
lebih supel dalam bergaul dan menunjukkan atau kidung-- yang dinamakan kalangon atau
sikap toleran terhadap sesamanya.25 Karakter kalangwan, telah diakui dunia. Berdasarkan
dan kepribadian lainnya, jika mereka keda- hasil penelitian para ahli, diinformasikan,
tangan tamu --apalagi tamu yang datang dari bahwa sebagian besar karya sastra Jawa Kuno
jauh-- dapat dipastikan tamu tersebut akan berhasil diselamatkan dalam keadaan lebih
baik daripada monumen-monumen yang
22 berbahan dasar batu (candi, prasasti, patung,
Cerita yang hampir sama dengan kisah ini diulas
oleh Soewito Santoso dalam Babad Tanah Jawi
lingga, dan lainnya).30 Dari hasil temuan para
(Galuh-Mataram) dengan tokoh Jaka Sengara. Lihat, ahli itu, beberapa di antaranya menyebut
Soewito Santoso, Babad Tanah Jawi (Galuh-Mataram) tentang eksistensi orang Madura dalam hubu-
(Delanggu: t.p., 1970), 189-193.
23
ngannya dengan kerajaan-kerajaan yang ada di
Lubis, ―Sejarah Madura.‖
24
Syaf Anton, ―Adat dan Kepribadian Orang 26
Madura,‖ Lomatar Madura, diakses pada 15 September Anton, ―Adat dan Kepribadian Orang Madura.‖
27
2016, http://www.lontarmadura.com/adat-dan- Anton, ―Adat dan Kepribadian Orang Madura.‖
28
kepribadian-orang-madura-2/. Anton, ―Adat dan Kepribadian Orang Madura.‖
29
25
Famela Fitria Scharlita, ―Adat dan Kepribadian Anton, ―Adat dan Kepribadian Orang Madura.‖
30
Orang Madura,‖ 2013, http://famelasfitriascharlita. P.J. Zoetmulder, Kalangwan Sastra Jawa Kuno
blogspot.co.id/2013/02/adat-dan-kepribadian-orang- Selayang Pandang, terj. Dick Hartoko Sj (Jakarta:
madura.html. Djambatan, 1974), XI.
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252 243
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial
Jawa. Sebut saja misalnya, Kitab Pararaton, penelitian Kitab Nāgarakrtāgama adalah
Kitab Nāgarakrtāgama (Kakawin Désawar- Kern, Krom, Pigeaud, dan P.J. Zoetmulder.35
nana), Kidung Rangga Lawe, Kidung Panji Kidung Rangga Lawe, Kidung Panji Wija-
Wijayakrama, dan Kidung Harsawijaya.31 yakrama, dan Kidung Harsawijaya menurut
Kitab Pararaton atau kadang disebut Serat Zoetmulder mempunyai ciri umum yang sama,
Pararaton atau ada yang menyebut pula yaitu bersumber dari tradisi historis Kerajaan
Katuturanira Ken Angrok. Kitab ini ditulis Majapahit.36 Karya sastra Jawa Kuno dalam
pada abad ke XV dalam bentuk prosa bentuk kidung ini mulai mendapat perhatian
(gancaran).32 Karena itu, berdasarkan perki- setelah Berg secara khusus menulis tesisnya
raan tahun penulisannya, kitab ini dapat mengenai tradisi historis Jawa Pertengahan
dikelompokkan ke dalam naskah sastra Jawa pada 1926. Melalui upayanya itu, Kidung
masa Pertengahan yang digubah ke dalam Rangga Lawe pernah diedisi pada 1931,
bahasa Kawi. Kitab ini sangat ringkas, yaitu Kidung Harsawijaya pada 1932, dan Kidung
hanya 32 halaman seukuran kertas folio seka- Panji Wijayakrama atau ada yang menyebut
rang dan terdiri dari 1126 baris. Isi kitab ini Kidung Sorandaka pada 1938.37
secara umum mengetengahkan tentang para Madura dalam hubungannya dengan kera-
raja yang memerintah di Kerajaan Singhasari jaan-kerajaan yang ada di Jawa dimulai dari
dan Majapahit. Kitab ini juga dikenal dengan informasi Kitab Nāgarakrtāgama mengenai
nama Kitab Pustaka Raja atau dalam bahasa masuknya Madura di bawah supremasi
Sanskerta berarti kitab raja-raja. Suatu yang Kèrtanāgara.38 Pada waktu yang lain, Kitab
agak disesalkan dari kitab ini, tidak terdapat Pararaton menginformasikan mengenai pe-
catatan yang menunjukkan penulisnya.33 mecatan Arya Wiraraja dari dari jabatannya
Kitab Nāgarakrtāgama atau ada yang sebagai Demung (Rakryan Demung) Kerajaan
menyebut Kakawin Désawarnana disebut pula Singhasari menjadi seorang Adipati di
Kakawin Pujasastra Negarakretagama. Karya Sumenep.39 Selanjutnya, sebagai Adipati di
sastra Jawa Kuno yang disusun oleh Mpu Sumenep, berita tentang Arya Wiraraja tidak
Prapanca ini diperkirakan ditulis antara tahun banyak diketahui, kecuali hubungannya
1359-1365 ini terdiri dari 98 pupuh yang dengan Jayakatwang (Jayakatong), raja dari
dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama Gelang-gelang dalam pemberontakannya
terdiri dari pupuh 1- 49, sedangkan bagian terhadap Kèrtanāgara, dan hubungan dengan
kedua dimulai dari pupuh 50 - 98. Orang yang Wijaya ketika mengusir pasukan China
berjasa menemukan kembali kitab ini adalah J. (Tartar), serta pembangunan hutan Tarik
L. A. Brandes pada 1894 dalam sebuah ekspe- (Wilwatikta). Setelah menobatkan dirinya
disi ke Lombok dan menerbitkannya pada sebagai raja Majapahit, Wijaya kemudian
1902.34 Kitab ini pada masa selanjutnya ter- bergelar Srï Kèrtarājasa Jāyawarddhāna.
masuk karya yang paling banyak diteliti. Di Informasi itu terdapat dalam Kitab Pararaton,
antara para ahli yang pernah melakukan Kidung Harsawijaya, dan Kidung Panji
Wijayakrama dengan sedikit perbedaan di
31
Moh. Imam Farisi, ―Raja-Raja Sumenep Masa Pra
35
Islam (1271 – 1527 M),‖ Lontar Madura, diakses pada Zoetmulder, Kalangwan Sastra Jawa Kuno
1 Oktober 2016, http://www.lontarmadura.com/raja- Selayang Pandang, 444.
36
raja-sumenep-masa-pra-islam-1271-1527- Zoetmulder, Kalangwan Sastra Jawa Kuno
m/#ixzz4LlaEnn6s. Selayang Pandang, 512.
32 37
Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional Zoetmulder, Kalangwan Sastra Jawa Kuno
Indonesia, Jilid II, 397. Selayang Pandang.
33 38
R. Pitono Hardjowardojo, Pararaton (Djakarta: Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional
Bhratara, 1975). Indonesia, Jilid II, 412.
34 39
Lihat, Zoetmulder, Kalangwan Sastra Jawa Kuno Poesponegoro dan Notosusanto, Sejarah Nasional
Selayang Pandang, 693. Indonesia, Jilid II, 418.
244 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252 245
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial
Menurut catatan Tome Pires, pada interpretasi mengenai apakah dalam penyera-
permulaan abad XVI, raja Madura masih ngan terhadap Pasuruan --yang menurut sum-
belum memeluk Islam. Namun mereka dapat ber Portugis disebut Panarukan-- orang-orang
hidup berdampingan dengan para penguasa di Madura telah berjuang untuk pihak Kerajaan
Gresik. Dalam Daftar Tahun Peristiwa Demak Demak seperti yang dilakukan oleh orang-
yang menyebutkan daerah-daerah yang orang Surabaya? Untuk itu, muncul beberapa
berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Demak, dugaan, di antaranya bahwa Panembahan
nama Madura juga tidak disebut. Terdapat Lemah Duwur yang sepanjang hidupnya telah
dugaan, berdasarkan cerita Madura, pada menyibukan diri untuk memperluas kekuasaan
waktu itu meskipun raja belum memeluk atas daerah-daerah kecil merupakan bagian
Islam, namun putera mahkota mereka (Madura dari upayanya dalam membantu Kerajaan
Barat) telah memeluk Islam pada 1528. Demak. Dugaan tersebut dikuatkan oleh
Karena itu, Demak tidak melakukan ekspansi sumber tradisi yang berasal dari Madura Barat,
ke Madura.52 bahwa Panembahan Lemah Duwur telah
Masih dalam Daftar Tahun Peristiwa meluaskan kekuasaannya hingga ke wilayah
Demak, disebutkan, bahwa pada 1527 raja Balega dan Sampang.55 Hal itu disamping se-
Tuban tunduk kepada Penguasa Demak. bagai upaya membantu perluasan wilayah
Menurut sumber tradisi, keturunan raja Tuban, kekuasaan Demak, sekaligus sebagai upaya
seperti juga keturunan raja Madura Barat bakti karena ibunya berasal dari Pamandegan,
masih memiliki hubungan kekerabatan Sampang. Panembahan Lemah Duwur me-
dengan keluarga Majapahit. Kuat dugaan pula, ninggal pada 1590.56 Menurut Sadjarah
sikap Tuban pada 1527, telah memengaruhi Dalem, setelah Pangeran Lemah Duwur
sikap Madura Barat. Munculnya pahlawan meninggal, kepemimpinan di Aros Baya dilan-
yang menaklukkan Kerajaan Majapahit yang jutkan oleh salah seorang anaknya bernama
kelak bergelar Sunan Kudus53 dalam riwayat Panembahan Tengah.57
itu, dimungkinkan mengandung kebenaran, Pada perjalanannya, Kerajaan Madura
bahwa keluarga raja Madura Barat --yang Barat kemudian ditundukkan oleh Mataram
sebagian besar karena pertimbangan-pertimba- pada 1624.58 Ketika menjelang keruntuhannya,
ngan politik kekeluargaan-- mengambil sikap Pangeran Mas melarikan diri ke Giri, sedang-
damai dengan Kerajaan Demak. Seiring kan Prasena (putera ketiga Pangeran Tengah)
dengan riwayat itu, putera mahkota yang dibawa oleh Juru Kitting ke Mataram. Prasena
memeluk Islam dari Madura Barat adalah kemudian dijadikan anak angkat oleh Sultan
Pratanu. Ia sebelumnya akrab dipanggil Agung. Setelah dewasa ia dilantik menjadi
Pangeran Pragalba di istana Plakaran. Pada penguasa untuk seluruh Madura. Guna
masa selanjutnya, Pratanu mendapat julukan menguatkan posisinya ia digelari Tjakraning-
Pangeran Ongguq atau Panembahan Lemah rat I.59 Ia kemudian memindahkan pusat Kera-
Duwur di Aros Baya.54
Suatu yang agak disesalkan, dalam sumber 55
De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam
tradisi itu tidak dimuat pemberitaan tentang
di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram.
bantuan Raja Madura Barat kepada Kerajaan 56
De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam
Demak dalam peperangan melawan para di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram, 214.
57
penguasa Jawa yang sebelumnya menjadi raja Aminudin Kasdi, wawancara oleh Wawan
bawahan Majapahit. Karena itu, sulit diberi Hernawan.
58
Lihat, De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan
Islam di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram,
52
De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam 215. Lihat pula, Muhammad Syamsu As, Ulama
di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, (Jakarta:
53
De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam Lentera, 1996), 91.
59
di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram,13. Nama Cakraningrat diberikan pada tahun 1678
54
De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam sebagai hadiah Mangkurat II kepada anak Prasena dari
di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Sampang ketika diangkat menjadi Patih. Mengikuti
246 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial
jaan Madura Barat dari Arosbaya ke Sampang. lan kemudian dirobohkan dan diganti dengan
Setelah meninggal, para keturunannya me- bangunan biasa.65 Hal tersebut sangat memi-
ngembangkan kerajaan baru di Madura, ter- lukan bagi masyarakat setempat yang menya-
masuk Bangkalan. Tjakraningrat I menikah dari nilai penting suatu peninggalan sejarah.
dengan adik Sultan Agung,60 namun tidak Sedangkan pihak pemerintah berusaha meng-
mempunyai keturunan. Baru dari pernikahan- hilangkan ingatan (memory colective) menge-
nya dengan Ratu Ibu (Syarifah Ambani, nai kebesaran kerajaannya pada tempo dulu.66
keturunan Sunan Giri), ia memperoleh tiga Hingga di sini, sekalipun kerajaan Madura
orang putra. Ia pun mendapatkan beberapa Barat telah dihapuskan oleh pemerintah Belan-
orang anak dari beberapa selir.61 da, namun sejak berdiri pada 1531-1882, telah
Pada 1743, Vereenigde Oost-Indische dipimpin oleh beberapa raja, sebagai berikut:
Compagnie (VOC) mengadakan pembatasan (1) Pangeran Pratanu (Panembahan Lemah
serta penindasan terhadap kekuasaan raja dan Duwur, 1531 - 1592), (2) Raden Koro (Pange-
rakyat Madura. Karena itu, di Madura Barat ran Tengah, 1592 - 1620), (3) Pangeran Mas
terjadi perlawanan yang dipimpin oleh (1621 - 1624), (4) Raden Prasena (Pangeran
Cakraningrat IV.62 Pada akhir 1744, ekspedisi Cakraningrat I, 1621 - 1624), (5) Raden
di bawah von Hohendorff berhasil merebut Oendakan (Pangeran Cakraningrat II, 1648 -
daerah-daerah yang dikuasai Madura. Para 1707), (6) Raden Toemenggoeng Soeroa-
raja di daerah itu mulai tunduk kepada VOC, diningrat (Pangeran Cakraningrat III, 1707 -
termasuk putra Cakraningrat IV dari Sedayu. 63 1718), (7) Pangeran Sidengkap (Pangeran
Cakraningrat IV sendiri menyingkir ke Ban- Cakraningrat IV, 1718 - 1745), (8) Pangeran
jarmasin,64 meskipun akhirnya dapat ditangkap Sidomoekti (Pangeran Cakraningrat V, 1745 -
di sana. Cakraningrat IV kemudian diasingkan 1770), (9) Raden Toemenggoeng
ke Kaap de Goede Hoop. Ia meninggal di Mangkoediningrat (Panembahan Adipati
tempat pengasingannya pada 1759. Atas dasar Pangeran Cakraadiningrat VI, 1770 - 1780),
itu, orang Madura memberinya nama Pange- (10) Soelthan Abdoe/Soelthan Bangkalan I
ran Sidengkap. (P.A.P. Cakraadiningrat VII, 1780 - 1815),
Pada 1891, keraton Bangkalan telah diang- (11) Soelthan Abdoel Kadiroen (Soelthan
gap bouwvalling (tidak layak dihuni) oleh Bangkalan II, 1815 - 1847), (12) Raden
pemerintah Hindia Belanda. Keraton Bangka- Yoesoef (Panembahan Cakraadiningrat VII,
1847 - 1862), dan Raden Isma’il (Panembahan
Cakraadiningrat VIII, 1862 - 1882).67
nama anaknya ini, ayahnya pun sesudah meninggal juga
disebut dengan nama Cakraningrat. Lihat, De Graaf dan
Pigeaud, Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa Peralihan
b. Para Raja Madura Timur
dari Majapahit ke Mataram. Sebagaimana telah disebutkan pada
60
Menurut Sadjarah Dalem, adik Sultan Agung pembahasan terdahulu, terdapat riwayat pen-
dimaksud adalah putri Pajang. Dari perkawinannya ini ting yang berasal dari masa pra-Islam tentang
melahirkan seorang putra bernama Panembahan Sumenep. Saat itu Sumenep merupakan dae-
Tengah. Lihat, De Graaf dan Pigeaud, Kerajaan-
rah kekuasaan Wiraraja atau Banyak Wide,
Kerajaan Islam di Jawa Peralihan dari Majapahit ke
Mataram, 214. seorang Adipati Singhasari. Wiraradja berna-
61
Keturunan Tjakraningrat dengan Ratu Ibu atau ma lengkap Arya Adhikara Wiraraja. Ia
Syarifah Ambani dapat dilihat pada silsilah yang memerintah di Sumenep pada 1269-1292.
terdapat di Asta Aer Mata Ibu, Madura.
62
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia
65
Baru: 1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium, Syamsu As., Ulama Pembawa Islam di Indonesia
Jilid I (Jakarta: Pustaka Utama, 1992), 237. dan Sekitarnya, 92.
63 66
Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Nina Herlina Lubis (54 tahun, Ketua MSI Cabang
1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium, jilid I, Jawa Barat, Guru Besar Universitas Padjadjaran),
237-238. wawancara oleh Wawan Hernawan, Madura, 20
64
Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: November 2010.
67
1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium, 238. Memory, ―Madura Menurut Catatan Sejarah.‖
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252 247
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial
248 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial
bermimipi agar ia menikah dengan Bendoro Kedua, kelompok yang tidak setuju kepada
Sa’ud. Setelah Bendoro Sa’ud dipanggil, ketentuan tersebut, mereka dianjurkan untuk
diceritakanlah mimpi itu. Bendoro Sa’ud pun segera meninggalkan Kerajaan Sumenep dan
setuju. Tidak lama setelah itu pernikahan Ratu kembali ke Pamekasan, Sampang, atau
dan Bendoro Sa’ud dilaksanakan. Bendoro Bangkalan.77
Sa’ud yang menjadi suami Raden Ayu
Tirtonegoro kemudian bergelar Tumenggung Panembahan Semolo (Pangeran ‘Asirudin
Tirtonegoro.74 bergelar Notokusumo I)
Pada perkembangannya, masih pada Bendoro Sa’ud dengan isteri pertamanya
pemerintahan Ratu Tirtonegoro terjadi peris- (sebelum menikah dengan Ratu Tirtonegoro)
tiwa memilukan sekaligus tragis dalam di Batu Ampar mempunyai 2 (dua) orang
Kerajaan Sumenep. Raden Purwonegoro, putra. Pada saat kedua anak Bendoro Sa’ud
Patih Kerajaan jatuh hati kepada sang Ratu. datang ke keraton untuk memenuhi panggilan
Akibatnya, ia sangat membenci Bendoro Ratu Tirtonegoro, anak kedua yang bernama
Sa’ud, bahkan merencanakan untuk membu- Semolo terlebih dahulu ―nyungkem‖ kepada
nuhnya. Sampai pada suatu kesempatan, Ratu. Sedangkan kakaknya mendahulukan me-
Raden Purwonegoro datang ke keraton sambil nyungkem kepada ayahnya (Bendoro Sa’ud).
menghunus pedang. Ketika tiba di hadapan Saat itu pula keluar wasiat sang ratu yang
Bendoro Sa’ud, ia mengayunkan pedangnya. dicatat oleh sektretaris kerajaan. Isi wasiat
Hanya saja sabetan itu tidak mengenai sasaran, menyatakan, bahwa kelak di kemudian hari
yang terjadi malah pedang Raden Purwo- apabila Bendoro Sa’ud meninggal, yang diper-
negoro tertancap dalam di tiang pendopo. Pada kenankan untuk mengganti menjadi raja
peristiwa itu, kejadian justeru sebaliknya, Sumenep adalah Semolo. Selanjutnya, setelah
Raden Purwonegoro tewas di tangan Manteri Bendoro Sa’ud wafat 8 hari, Ratu Tirtonegoro
Sawunggaling dan Kyai Sanggatarona yang menyusul ikut wafat. Peristiwa itu terjadi pada
saat itu berada di lokasi kejadian.75 1762.78 Dengan demikian, sesuai wasiat Ratu
Terdapat informasi, berdasarkan silsilah yang berhak menjadi Raja Sumenep adalah
para raja Sumenep, bahwa Ratu Tirtonegoro Semolo dengan gelar Panembahan Noto-
dan Purwonegoro adalah sama-sama ketu- kusumo I.
runan dari Tumenggung Yudonegoro, Raja Beberapa peristiwa penting pada masa
Sumenep ke-23. Karena itu, jika hubungan pemerintahan Semolo, di antaranya: Pertama,
mereka dilanjutkan, maka akan berdampak ia melakukan penyerangan terhadap Negeri
luas dan menyalahi tradisi turun-temurun Blambangan dan berhasil memenangkan
Kerajaan Sumenep. Selanjutnya, sebagai pertempuran, sehingga Blambangan dan selan-
akibat dari peristiwa tersebut, keluarga Kera- jutnya Panarukan (Pasuruan) menjadi wilayah
jaan Sumenep terbagi menjadi dua kelompok. kekuasaan Panembahan Notokusumo I. Ke-
Pertama, kelompok yang berpihak kepada dua, ia membangun Keraton Sumenep yang
Ratu Tirtonegoro. Mereka diperbolehkan tetap sekarang berfungsi sebagai Pendopo Kabu-
tinggal di Sumenep dengan beberapa peratu- paten. Ketiga, ia membangun Masjid Jami’
ran, di antaranya: (1) diwajibkan mengubah
gelar kebangsawanan mereka dengan sebutan
kyai; dan (2) berjanji untuk tidak akan menen-
tang Bendoro Sa’ud sampai tujuh turunan.76 77
Anonimous, ―Selayang Pandang Sejarah
Sumenep.‖
78
Panembahan Semolo dilantik dan dinobatkan oleh
74
Akhmad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Gubernur Jenderal Petrus Albertus Vander Parra.
Tinggi beserta Tokoh di Dalamnya, 34. Upacara pelantikan dilaksanakan di Semarang
75
Anonimous, ―Selayang Pandang Sejarah bersamaan dengan adipati Bangkalan Pangeran
Sumenep,‖ Madura Studies, t.t. Setiadiningrat (Pangeran Cakraningrat V). Akhmad,
76
Anonimous, ―Selayang Pandang Sejarah Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Tinggi beserta
Sumenep.‖ Tokoh di Dalamnya, 38.
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252 249
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial
79
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta Abdurachman. Sejarah Madura Selayang
Tinggi beserta Tokoh di Dalamnya, 39.
80 Pandang. Sumenep: The Sun, 1971.
Akhmad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta
Tinggi beserta Tokoh di Dalamnya. Akhmad, Bendara. Lintasan Sejarah Sumenep
81
Akhmad, Lintasan Sejarah Sumenep dan Asta dan Asta Tinggi Beserta Tokoh di
Tinggi beserta Tokoh di Dalamnya, 41. Dalamnya. t.k.: Barokah, 2010.
82
Anonimous, ―Selayang Pandang Sejarah ———. ―Selayang Pandang Sejarah
Sumenep.‖
250 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252 251
Wawan Hernawan Menelusuri Para Raja Madura dari Masa Pra-Islam
hingga Masa Kolonial
Cabang Jawa Timur dan Guru Besar Cabang Jawa Barat, Guru Besar
Universitas Negeri Surabaya/UNESA). Universitas Padjadjaran). Wawancara
Wawancara oleh Wawan Hernawan. oleh Wawan Hernawan. Madura, 20
Madura, 19 November 2010. November 2010.
Nina Herlina Lubis (54 tahun, Ketua MSI
252 Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 2 (Juli 2016): 239-252