Sei sulla pagina 1di 36

Rangkuman Forensik-2 Unit AM (Ante Mostem)

 Tanya jawab team dengan keluarga


DVI (DISASTER VICTIM IDENTIFICATION) korban
Disaster : musibah atau kejadian yang  Mengisi formulir berwarna
menyebabkan kerugian harta benda dan kuning/yellow
menimbulkan krban manusia, hewan hidup,  Informasi dari keterangan keluarga
dan mati. Unit PM (Post Mortem)
Disaster : alam dan non alam  Mengisi formulir berdasarkan hasil
Why Identification Is Important ? pemeriksaan korban yang ditemukan
 Human Right Implication  Formulir berwarna oink
 Insurance Rekonsiliasi : membandingkan data AM dan
 Legal Will PM
 Pension PERSONEL
 Religious / Cultural Honour  Director of disaster victim
 Remarried ? identification ( dvi ) is a senior police
officer with the qualification and
experience in scientific and emergency
management
 Such as officer shall have the
experience in command, in controlling
and in coordination setting
The Required Personnel Are As Follows :
1. Police officer as the investigator
2. Forensic pathologist
3. Forensic odontologist
4. Forensic anthropologist
5. Fingerprint expert
6. Dna expert
7. Photograper
8. Radiograper, etc.
THE REQUIRED EQUIPMENT
Depend on :
 the types of disaster
( plane crash, earthquake, flood )
 the scene of disaster
( center of the city, desert, mountain
range, or sea )
 the climate
( snow, storm, or extreme
temperature )
Phase DVI  Data gigi
 Phase 1 – TKP  Data medis
 Phase 2 – Post-Mortem STAGE III
 Phase 3 – Ante Mortem 1. Comparing ante mortem data with the
 Phase 4 – Rekonsiliasi post mortem ones
 Phase 5 - Anev 2. Corpse identified
AT THE SCENE OF DISASTER THE PRIMARY METHODS OF IDENTIFICATION
1. Body Bag 1. Finger print
2. Corpse Label o Sidik jari
3. Property Label o Catatan sidik jari secara resmi sesuai
4. Police Line dengan sistim AFIS
5. Stretcher o Pengujian Forensic properti Ante-
6. Photographic Equipment Mortem
7. Tent For The Command Station, Etc 2. Dental record
AT THE MORTUARY : o Catatan perawatan gigi
1. Examination Table o Susunan Gigi
2. Corpse Storage Facility o Foto Ronsen Gigi
3. Radiographic Equipment o Foto Profil wajah Tersenyum
4. Fingerprint Equipment o Jenis Tambalan
5. Photographic Equipment, Etc o Bentuk Rahang
STAGE II o Gigi buatan
1. External & Internal Examination 3. DNA
2. Dental Examination o DNA
3. Fingerprint Examination o Anggota keluarga
4. Photographic Examination o Properti pada Ante-Mortem
5. Property Examination o Database DNA
6. Dna Sample Taking THE SECONDARY METHODS OF
7. Ante Mortem Data Collection IDENTIFICATION
REKONSILIASI 1. Medical data
Masalah yang dihadapi : 2. Property
 Catatan detail 3. Photography
 Cara Pencatatan A VICTIM WAS DECLARED AS "IDENTIFIED" IF
 Database 1. One or more the primary methods of
 Identifikasi legal yang dapat diterima identification was confirmed, with or
 Kwalitas without support from a secondary
 Sertifikat method (scientific )
Pengumpulan Data AM 2. A minimum of two pieces of secondary
(Data AM dikumpulkan dari berbagai data, if no primary means of
sumber) identification is available ( simple )
 Foto
 Sidik jari
DISASTER VICTIM IDENTIFICATION
Difficult for the following reasons :
1. Large number of the victim and
adverse condition
2. Difficult places
3. Need many peoples and funds
4. Intersectoral and interdiciplines
coordinations
THE RULE’S
Identification can be achieved by one
of the principle methods, when identification
based purely on secondary methods,
identifixation should be based on a minimum
of two separate methods
PRINCIPLES OF D.V.I
 Ukuran keberhasilan DVI adalah
ketepatan bukan kecepatan
 Jumlah teridentifikasi sangat
tergantung pada kondisi korban
PENGIRIMAN BARANG BUKTI UNTUK  Tutup wadah rapat - rapat.
PEMERIKSAAN TAMBAHAN KASUS FORENSIK c. Cara Pengiriman
 Masukkan wadah/stoples tadi pada
Pendahuluan: kardus sedemikian rupa
 Pada otopsi terkadang masih diperlukan  Ikat dgn tali tak bersambung,
pemeriksaan tambahan guna  Pasang label dan lengkapi surat-surat
menentukan kelainan yang ditemukan . Pemeriksaan Toksikologi
 Sebab kematian seseorang pada kasus a. Cara pengambilan bahan
tindak pidana ditentukan dari otopsi Korban hidup :
 Tidak semua otopsi bisa menemukan  Sisa makanan/minuman (muntahan)
sebab kematian (Negative Autopsi)  Darah 100ml,
 Guna Pemeriksaan tambahan   Urine 100ml
melengkapi V et R baik korban hidup Jenazah :
atau jenazah.  Stasiun I : Lambung + isi, sebagian
 Tidak semua institusi ada shg perlu usus besar & halus
rujukan ke laboratorium yangg lengkap.  Stasiun II: Organ-organ masing-masing
 Pentingnya penanganan BB terutama 500gr
dlm kasus tindak pidana  Stasiun III: Organ Tractus Urogenital
Barang Bukti Keracunan tertentu bisa diambil dari
o bahan pemeriksaan tetap bernilai Rambut, kuku dll
(terjaga keasliannya) b. Cara Pengawetan
o penanganan khusus  Tanpa pengawet lebih baik,
Kesalahan  Sering dipakai alkohol 96%.
1. Kesalahan dalam hal pengawet,  Volume : 2/3 wadah
2. Cara pembungkusan  Pengawet lain : dry ice, es batu, Naf
3. Pemilihan dan perlakuan organ 1%
 Sehingga tidak dapat diperiksa Pemeriksan Trace Evidence
Pemeriksaan Tambahan Bahan yg berasal dari tubuh korban atau
 HistoPA barang baang di TKP. (cth : sperma , darah,
 Toksikologi anak peluru)
 Barang Bukti Cara pengambilan Bahan :
 Tergantung jenis trace evidence,
 Dll
Contoh :
Pemeriksaan Histopatologi
o Senjata api, tajam : masukkan
a. Cara pengambilan bahan
kekantong plastik, berlabel.
 Potong jaringan segar yg dicurigai
o Anak peluru, selongsong : beri
 Jangan ditekan
inskripsi pd tempat diluar goresan,
 Hindari kena air
bungkus dgn kapas masukkan kotak,
b. Cara Pengawetan
berlabel
 Sediakan wadah
o Pakaian/kain : Keringkan bila basah,
 Masukkan jaringan (jangan menekuk)
usahakan bila melipat jgn
 Tambahkan Formalin 10%
mengganggu bercak, bungkus Pemeriksaan Toksikologi atau Trace
kertas. evidence lain :
o Rambut, fingernail scraps, gigi, Laboratorium Forensik POLRI Cabang
tulang & kulit : tempat sendiri- Surabaya
sendiri dll. d/a Kepolisian Daerah JATIM
o Noda darah/sperma Jl.Jendral A. Yani, Surabaya
 pada permukaan kasar
dikerok
 pada kain kain yg dicurigai
dipotong
Cara pengawetan; hanya tertentu saja
Cara pengiriman : yg terpenting aspek
medikolegal
Dokumen
1. Surat permohonan pemeriksaan:
2. Keterangan yg lengkap mengenai :
- Identitas korban
- Peristiwa kematian/modus operandi
- Riwayat & perjalanan penyakit
- Bahan apa yg dikirim
- Bahan pengawet yg dipakai
- Laporan otopsi
3. Berita acara pembungkusan & penyegelan
4. Fotocopy SPVR
5. Contoh segel
6. Label
SURAT-SURAT
Label memuat :
- Identitas korban
- Jenis & jumlah bahan pemeriksan
- Tempat & pengambilan bahan
- TTD & nama penyegel & dokter yg otopsi
- Cap stempel
- Segel dinas

Alamat laboratorium
Pemeriksaan Histopatologi :
Departemen/Instalasi Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal
FK UNAIR – RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
Jl. Mayjen Prof.Dr. Moestopo 6-8 Surabaya
DESKRIPSI LUKA KEKERASAN BERSIFAT ALAM
o Luka Akibat Suhu Tinggi
LUKA  Luka Akibatnyala Api
 Keadaan terjadinya diskontinuitas jaringan  Luka Akibat Benda Cair Panas
 Dapat ditimbulkan oleh berbagai macam o Luka Akibat Listrik
sebab  Luka Masuk Listrik
TRAUMATOLOGI FORENSIK  Luka Akibat Petir
Kekerasan sering kali menyertai tindak KEKERASAN BERSIFAT KIMIAWI
pidana. Karenanya, pada pemeriksaan korban  Luka Akibat Asam Keras
kejahatan, kita sering menemukan akibat dari  Luka Akibat Basa Kuat
kekerasan ini. ASPEK FORENSIK PERLUKAAN
PERLUKAAN AKIBAT KEKERASAN  Kekerasan penyebab luka
Berbagai Jenis Kekerasan  hubungan sebab akibat luka dengan
o Kekerasan Bersifat Mekanik o kematian
 Kekerasan Tumpul  saat perlukaan umur luka
 Kekerasan Tajam o saat masih hidup ? Kapan
 Tembakan Senjata Api o luka setelah mati
o Kekerasan Bersifat Alam  cara terjadinya luka
 Luka Akibat Api o pembunuhan
 Luka Akibat Listrik o bunuh diri
o Kekerasan Bersifat Kimiawi o kecelakaan
 Luka Akibat Asam Keras DESKRIPSI LUKA
 Luka Akibat Basa Kuat Gambaran luka yang objektif
KEKERASAN BERSIFAT MEKANIK  Lokasi luka(regio dan koordinat)
LUKA AKIBAT KEKERASAN TUMPUL  Bentuk dan ukuran luka
o Luka Luka Memar  Keadaan tepi luka
o Luka Lecet  Keadaan dasar luka
 Luka Lecet Jenis Tekan  Keadaan sekitar luka
 Luka Lecet Jenis Geser DESKRIPSI LUKA
o Luka Robek 1. Lokalisasi : a. ordinat b. absis
LUKA AKIBAT KEKERASAN TAJAM 2. Ukuran
o Luka Tusuk 3. Jumlah luka
o Luka Iris/Sayat 4. Bentuk luka
o Luka Bacok 5. Keadaan tepi luka, dasar luka & sekitar
LUKA AKIBAT TEMBAKAN SENJATA API luka
LUKA TEMBAK MASUK 6. Benda asing
 Luka Tembak Masuk Jarak Jauh 7. Terjadinya intravital/post mortal
 Luka Tembak Masuk Jarak Deat 8. Luka tersebut menyebabkan
 Luka Tembak Masuk Jarak Sangat kematian/tidak
Dekat 9. Cara kejadian luka:kecelakaan/bunuh
 Lua Tembak Tempel diri/pembunuhan
DESKRIPSI LUKA
 Konsisten dalam penulisan di VeR
 Unsur-unsur :
Regio
Koordinat
Karakteristik
Jumlah
Ukuran
 REGIO :
- Area Badan/tubuh : depan-
belakang, kanan-kiri
- Wajah, kepala bagian belakang
- alat gerak atas - bawah
 KOORDINAT :
- Pada bagian tubuh :
sumbu X : GPD, GPB
sumbu Y
sumbu Z : kasus luka tembak & tajam
- Selain tubuh : cari bagian yg terdekat
 Karakteristik
- Sifat luka
- tepi luka
- sudut luka
- tepi luka
- sekitar luka
- dasar luka jika memungkinkan
- tanda lain
 Jumlah Luka
- Kumpulkan yg sejenis
 Ukuran Luka
- sebelum dirapatkan
- sesudah dirapatkan
ASPEK HUKUM ILMU KEDOKTERAN  Daerah yg punya dokter SpF -->
FORENSIK maka pemeriksaan oleh dokter
spesialis Forensik
• Ilmu Kedokteran Forensik • Undang-undang Nomor 23 tahun 1992
adalah salah satu cabang Ilmu Kedokteran tentang Kesehatan : (Pasal 70).
yang memberikan bantuan kepada Pemeriksaan penunjang di bidang Ilmu
penyidik untuk mendapatkan salah satu Kedokteran Forensik
alat bukti baik untuk perkara pidana • Pemeriksaan Toksikologi
maupun perkara perdata. • Pemeriksaan Histopatologi.
• Alat bukti tersebut berupa pemeriksaan • Pemeriksaan Antropologi
terhadap korban maupun benda yang • Pemeriksaan/ teknik superimposisi
hasilnya dituangkan dalam sebuah Visum • Pemeriksaan Laboratorium Forensik
et Repertum, atau yang dalam Kitab Khusus
Undang-undang Hkum Acara Pidana SANKSI HUKUM
(KUHAP) disebut sebagai Keterangan Ahli • Sanksi hukum untuk bedah mayat, diatur
Siapa yang berhak meminta Visum et dalam pasal 82 UU No. 23 tahun 1992 :
Repertum ? Ayat (1) :
• PENYIDIK, antara lain : Barangsiapa yang tanpa keahlian dan
– Penyidik POLRI (pasal 133 ayat kewenangannya dengan sengaja melakukan
(1) KUHAP bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam
– Polisi Militer / POM (Keputusan pasal 70 ayat (2) dipidana dengan pidana
PANGAB No. Kep/04/P/II/1984, penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau
dan Instruksi KAPOLRI No.Pol. denda paling banyak Rp.100.000.000,00,-
Ins./E/20/IX/75 butir 10 (seratus juta rupiah).
Siapa yang berhak membuat Visum et Pasal 133 ayat (1) KUHAP
Repertum ? “Dalam hal penyidikan untuk
• Pada prinsipnya setiap dokter mampu kepentingan peradilan menangani seorang
membuat Visum et Repertum sesuai korban baik luka, keracunan maupun mati
dengan pendidikan yang diperoleh yang diduga karena peristiwa yang
pada waktu melakukan kepaniteraan merupakan tindak pidana, ia berwewenang
di bagian Ilmu kedokteran Forensik mengajukan permintaan keterangan ahli
Fakultas kedokteran. kepada ahli kedokteran kehakiman atau
Beberapa peraturan yg harus diperhatikan : dokter dan ahli lainnya”
• Menurut Standar Pelayanan Medis TATA CARA PERMINTAAN VISUM ET
yang disusun oleh IDI dan diterbitkan REPERTUM
oleh Dek-Kes RI tahun 1993. 1 Pasal 133 ayat (2) KUHAP :
 Daerah yg tidak ada dokter SpF “Permintaan Keterangan ahli
--> maka pemeriksaan oleh sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dokter umum (minimal di RS dilakukan secara tertulis, yang dalam
kelas D). surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat atau pemeriksaan SANKSI HUKUM BAGI YANG MENGHALANG-
bedah mayat” HALANGI PEMERIKSAAN MAYAT
2 Surat Permintaan Visum et Repertum Pasal 222 KUHP :
(SPVR) harus dibuat dengan “Barangsiapa dengan sengaja
menggunakan format sesuai dengan mencegah, menghalang-halangi atau
jenis kasus yang sedang ditangani. menggagalkan pemeriksaan mayat untuk
3 SPVR harus ditanda tangani oleh pengadilan, dipidana dengan pidana penjara
penyidik yang syarat kepangkatan dan paling lama sembilan bulan atau denda paling
pengangkatannya diatur dalam BAB II banyak empat ribu lima ratus rupiah”.
pasal 2 Peraturan Pemerintah (PP) SANKSI BAGI DOKTER YANG MENOLAK
nomor 27 tahun 1983. PERMINTAAN PENYIDIK
4 Korban yang meninggal dunia harus Pasal 216 KUHP :
diantar oleh seorang anggota POLRI 1 Barangsiapa dengan sengaja tidak
dengan membawa SPVR. menurut perintah atau permintaan
5 Korban yang meninggal dunia harus keras, yang dilakukan menurut
diberi label sesuai dengan peraturan peraturan Undang-undang oleh
yang tercantum didalam pasal 133 Pegawai Negeri yang diwajibkan
ayat (3) KUHAP mengawasi atau oleh pegawai negeri
6 Sebaiknya penyidik yang meminta yang diwajibkan atau yang dikuasakan
Visum et Repertum mengikuti jalannya mengusut atau memeriksa tindak
pemeriksaan bedah jenazah. pidana. Demikian juga barangsiapa
KEWAJIBAN PENYIDIK TERHADAP KELUARGA dengan sengaja mencegah,
KORBAN menghalang-halangi atau
Pasal 134 KUHAP menggagalkan suatu pekerjaan yang
(1)Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk diusahakan oleh salah seorang
kepentingan pembuktian, bedah mayat tidak pegawai negeri itu untuk menjalankan
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib suatu peraturan undang-undang,
memberitahukan terlebih dahulu kepada dipidana dengan pidana penjara paling
keluarga korban. lama empat bulan dua minggu atau
(2)Dalam hal keluarga keberatan, penyidik denda paling banyak sembilan ribu
wajib menjelaskan sejelas-jelasnya tentang rupiah
maksud dan tujuan perlu dilakukannya 2 Yang disamakan dengan pegawai
pembedahan tersebut. negeri yang tersebut dalam bagian
(3)Apabila dalam waktu dua hari tidak ada pertama ayat diatas ini ialah semua
tanggapan apapun dari keluarga atau pihak orang yang menurut peraturan
yang diberitahukan tidak diketemukan, undang-undang selalu atau sementara
penyidik segera melaksanakan ketentuan diwajibkan menjalankan suatu jabatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat umum apapun juga.
(3) Undang-undang ini. 3 Kalau pada waktu melakukan
kejahatan itu belum lagi dua tahun
sesudah pemidanaan yang dahulu
menjadi tetap karena kejahatan yang
sama itu juga, maka pidana itu dapat
ditambah sepertiganya.
DAPATKAH VISUM ET REPERTUM DICABUT ?
Instruksi KAPOLRI No.Pol. : INS/C/20/IX/75.
“Pada dasarnya
penarikan/pencabuatan kembali Visum et
Repertum tidak dapat dibenarkan”.
• Bila terpaksa Visum et Repertum yang
sudah diminta harus diadakan
pencabutan/penarikan kembali, maka
hal tersebut hanya dapat diberikan
oleh Komandan-Komandan Kesatuan
paling rendah tingkat KOMRES dan
untuk kota besar hanya oleh
DANTABES.
TOKSIKOLOGI FORENSIK • Cairan tubuh atau napas, yang dapat
mengakibatkan perubahan prilaku
(menurunnya kemampuan
mengendarai kendaraan bermotor di
jalan raya, tindak kekerasan dan
kejahatan, penggunaan dooping),
• Analisis obat terlarang di darah dan
urin pada kasus penyalahgunaan
narkotika, psikotropika dan obat
terlarang lainnya.
Secara umum tugas Toksikologi Forensik
• Adalah membantu penegak hukum
Forensic Toxicology khususnya dalam melakukan analisis
• Forensic Science : ”the application of racun baik kualitatif maupun
science to law” kuantitatif dan kemudian
• Toksikologi forensik dapat dimengerti menerjemahkan hasil analisis ke
sebagai pemanfaatan atau penerapan dalam suatu laporan (surat,surat
ilmu toksikologi untuk kepentingan keterangan ahli atau saksi ahli),
peradilan. sebagai bukti dalam tindak kriminal
 Ilmu Toksikologi: (forensik) di pengadilan.
 ilmu yang menelaah Kasus-kasus yang memerlukan pemeriksaan
tentang kerja dan efek toksikologi forensik:
berbahaya zat kimia a) Kematian akibat keracunan: kematian
atau racun terhadap mendadak, kematian di penjara,
mekanisme biologis kematian pada kebakaran, dan kematian
suatu organisme. medis yang disebabkan oleh efek
Toksikologi Forensik meliputi samping obat atau kesalahan
• Terapan ilmu alam dalam analisis penanganan medis,
racun sebagi bukti dalam tindak b) Kecelakaan fatal / tidak fatal yang dapat
kriminal, mengancam keselamatan nyawa sendiri
• Mendeteksi dan mengidentifikasi ataupun orang lain akibat pengaruh obat-
konsentrasi dari racun dan obatan, alkohol, atau pun narkoba,
metabolitnya dalam materi biologi, c) Penyalahgunaan narkoba
• Menginterprestasikan temuan analisis d) Kasus-kasus keracunan yang terkait
ke dalam suatu argumentasi penyebab dengan akibat pemakaian obat,
keracunan. makanan, kosmetika, alat kesehatan, dan
Bidang kerja Toksikologi Forensik meliputi : bahan berbahaya kimia lainnya, yang
• Analisis dan mengevaluasi racun tidak memenuhi standar kesehatan
penyebab kematian, analisis (kasus-kasus
ada/tidaknya alkohol, obat terlarang e) forensik farmasi).
di dalam
Keracunan  Basa kuat (potasium, hidroksida) :
• Menjadi tanggungjawab ahli Terbakar sekitar mulut, bibir, dan hidung
toksikologi klinis atau ahli biokimia di  Asam karbolik (atau fenol) : Bau seperti
di rumah sakit pada pusat disinfektan
pengendalian keracunan.  Karbon monoksida : Kulit merah cerry
• Menjadi urusan ahli toksikologi terang
forensik apabila oleh penyidik karena  Sianida : Kematian yang cepat, kulit
dugaan adanya tindak pidana dalam merah, dan bau yang sedap
kasus tersebut  Keracunan makanan : Muntah, nyeri
– Ada pernyataan dari orang perut
yang keracunan tentang  Senyawa logam : Diare, mual-muntah,
keterlibatan pihak-pihak nyeri perut
tertentu sebagai penyebab  Nikotin : Kejang-kejang “konvulsi”
keracunan tersebut, atau  Opiat : Kontraksi pupil
– Karena pasien meninggal dan  Asam oksalik (fosfor-oksalik) : Bau
keterangan tentang penyebab seperti bawang putih
kematiannya dibutuhkan.  Natrium Florida : Kejang-kejang
Tujuan analisis Toksikologi Forensik “konvulsi”
• Analisis racun baik kualitatif maupun  Striknin : Kejang “konvulsi”, muka dan
kuantitatif sebagai bukti dalam tindak leher kebiruan “gelap”
kriminal (forensik) di pengadilan. Kasus kematian yang disebabkan olah racun:
• Membuat suatu rekaan rekostruksi • Kecelakaan/kematian tidak sengaja
suatu peristiwa yang terjadi, sampai – kecelakaan keracunan terjadi
sejauh mana obat atau racun tersebut di RT
dapat mengakibatkan perubahan – Kecelakaan keracunan di
prilaku tempat kerja
– (Menurunnya kemampuan • Penyalahgunaan obat-obatan
mengendarai, yang dapat • Bunuh diri dengan racun
mengakibatkan kecelakaan • Pembunuhan menggunakan racun
yang fatal, atau tindak Langkah analisis Toksikologi Forensik
kekerasan dan kejahatan). 1. Penyiapan sampel
Racun yang sering menyebabkan keracunan 2. Analisis : uji penapisan dan uji
dan simptomatisnya pemastian
 Asam kuat (nitrit, hidroklorid, sulfat) : 3. Data analisis
Terbakar sekitar mulut, bibir, dan hidung 4. Interpretasi
 Anilin (hipnotik, notrobenzen) : Kebiruan 5. Penulisan laporan : bukti surat/ surat
”gelap” pada kulit wajah dan leher keterangan/ keterangan ahli
 Asenik (metal arsenic, mercuri,
tembaga, dll) : Umumnya seperti diare
 Atropin (belldonna), Skopolamin :
Dilatasi pupil
Pertanyaan yang harus dijawab oleh – merkuri nitrat
toksikologi forensic dalam melakukan Bahan pemeriksaan terendam dlm pengawet
analisis • Seal dgn parafin
• Senyawa apa yang terlibat dalam • Ikat tali tdk bersambung
tindak criminal tersebut? • Beri label
• Berapa besar dosisnya? • Segel ( lak+cap segel dinas).
• Efek apa yang ditimbulkan? Pengiriman :
• Kapan tubuh korban terpapar oleh > Sertakan contoh bahan pengawet (100 ml)
senyawa tersebut dalam botol bersih, dilabel & segel.
PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI FORENSIK > Dikirim segera setelah bahan diambil.
Tujuan > Diantar ( via kurir )
menegakkan diagnose keracunan > Via Paket.
- Pada korban hidup  JAGA KEUTUHAN SPY LAYAK DIPERIKSA
- terapi cepat dan tepat SEBAGAI BARANG BUKTI
- Korban mati Syarat-syarat surat :
- kesimpulan pasti sebab > Surat permohonan pemeriksaan
kematian toksikologi
Ada 3 langkah : > Surat ttg laporan peristiwa atau kejadian
1. Pengambilan dan pengumpulan bahan. (secara singkat).
2. Pelaksanaan analisa. > Surat ttg laporan otopsi
3. Interpretasi hasil. > Berita acara pembungkusan & penyegelan
Pengambilan & Pengumpulan Bahan (+ cap segel dinas)
Harus dijaga : ISI LABEL :
- Syarat medicolegal - Identitas korban
- Chain of evidence - Jenis & jumlah bahan pemeriksaan
Syarat Medicolegal & Chain of Evedence - Bahan pengawet yg dipakai
Wadah : - Tempat & saat pengambilan bahan,
- gelas/plastik (inert) pembungkusan, penyegelan
- mulut lebar - Tanda tangan & nama terang penyegel,
- dapat ditutup rapat dokter yg otopsi/memeriksa
- bersih dari zat kimia (baru) - Cap stempel dinas & segel dinas.
Jumlahnya minimal 3 buah : Pada penggalian jenazah :
> Wadah I : organ trac. Gastrointestinalis > Bila mungkin bhn spt tsb diatas
> Wadah II : organ hati, empedu, otak, > Contoh tanah : bagian atas/bawah,
ginjal dll kiri/kanan jenazah (peti)
> Wadah III : organ trac. urogenitalis > Pembanding : contoh tanah radius 5 m
Pengawet : dgn kedalaman yg sama dgn jenazah
– Alkohol 96% > Masing-masing dimskkan dlm wadah
– es batu, tersendiri.
– dry ice Kesalahan yg sering terjadi :
– Na fluorida - Tempat BB tdk bersih (unclean container)
- BB terkontaminasi (contamination of TAHAP ISOLASI (EKSTRAKSI)
specimen) > Penting dlm keberhasilan analisa
- BB rusak / busuk (permitting specimen to > Pilih Metoda ekstraksi yg paling tepat :
putrefy) - Metoda umum
- BB terlalu sedikit (unadequate specimen) - Metoda khusus
- Pengambilan BB tdk pd tempatnya TAHAP IDENTIFIKASI / DETEKSI
(poorly selected specimen) Hasil ekstraksi --> Purifikasi --> Konsentrasi -->
- BB tdk berlabel / segel (unlabeled Identifikasi/deteksi
specimen) • Kualitatif
- Chain of evidence krg baik. • Kuantitatif
Speicements Tdd. :
Stat. I : - Lambung + isinya  Spot test / Color test
- Usus + isinya  Khromatografi :
Stat. II : - Hati + 500 gram  Paper
- Otak + 500 gram  Thin layer
- Paru + 250 gram  Gas
Stat. III : - Ginjal (kanan/kiri)  Spektrofotometri :
- Kandung seni  UV / IR
Bahan lain  Immunoassay
– Darah (50 - 100 ml )  Dll.
– Urine (100 ml ) INTERPRESTASI ANALISA
Kasus-kasus tertentu : Interpretasi hasil
> keracunan alkohol : Hubungan konsentrasi racun hasil analisa dgn
- Darah V. Femoralis efek fisiologis --> sangat dipengaruhi
- Urine faktor tertentu.
> Bila darah (-) : Mis : Untuk racun bekerja sistemik, harus
- Sum-sum tulang dibuktikan adanya Absorpsi, Distribusi &
- Jaringan otot Metabolisme --> efek fisiologis
> Keracunan kronis arsen : Interpretasi hasil
- Rambut, kuku & tulang. > Normal konsentrasi
Pada korban hidup : > Dosis terapi
- Sisa makanan/minuman > Dosis toksis
- Obat-obatan, bhn penyebab > Dosis letalis
keracunan Interpretasi hasil
- Bhn muntahan / hsl kumbah lambung Misalnya kadar Arsen lambung 200 mg
- Urine, darah & faeses LD Arsenikum 200 mg
PELAKSANAAN ANALISA Interpretasi : Apakah korban meninggal krn
1. Tahap Isolasi (ekstraksi). Arsen intoxication?
2. Tahap Identifikasi / deteksi. Kadar Alkohol darah 0,3%
LD Alkohol (blood Alkohol) 0,5%
Interpretasi : Apakah korban meninggal krn
Alkohol/bukan?
Interpretasi hasil
Disamping itu ada hal-hal yg seringkali
menyebabkan salah dlm menarik kesimpulan
Contoh :
- Sianida dlm konsentrasi kecil sering
ditemukan --> hsl samping perokok.
- Pb, merkuri dlm konsentrasi kecil -->
air pollution.
PENGGALIAN JENAZAH (3) Hakim karena jabatannya dapat
memerintahkan untuk dilakukan
DASAR HUKUM penelitian ulang sebagaimana tersebut
KUHAP Pasal 135 pada ayat (2).
Dalam hal penyidik untuk kepentingan Penggalian Jenazah
peradilan perlu melakukan penggalian mayat,  Penggalian jenazah disini ialah
dilaksanakan menurut ketentuan penggalian jenazah kembali terhadap
sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat jenazah yang telah dikubur, untuk
2 dan pasal 134 ayat 1 undang-undang ini dilakukan pemeriksaan guna membantu
KUHAP Pasal 133 ayat 2 menegakkan peradilan.
Permintaan keterangan ahli sebagaimana  Tidak menyenangkan.
dimaksud dalam ayat 1 dilakukan secara  Tetapi harus dilakukan bila diminta
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan penyidik.
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau  Dilakukan oleh dokter umum atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan Spesialis Forensik
bedah mayat.  Tujuan utama penggalian jenazah :
KUHAP Pasal 134 ayat 1 membantu mengumpulkan jejas-jejas
Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk yang ada pada jenazah atau kelainan-
keperluan pembuktian bedah mayat tidak kelainan yang ada pada jenazah atau
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib pakaiannya.
memberitahukan terlebih dahulu kepada  Dengan mengumpulkan jejas-jejas atau
keluarga korban. kelainan-kelainan yang ada kita dapat
KUHAP Pasal 7 ayat 1 h menduga apa cara kematian dan sebab
Mendatangkan orang ahli yang diperlukan kematian jenazah tersebut.
dalam hubungannya dengan pemeriksaan  Penggalian jenazah dapat di kuburan
perkara. umum atau di tempat lain yaitu di ladang
KUHAP Pasal 180 belakang rumah atau tempat yang jarang
(1) Dalam hal diperlukan untuk dikunjungi orang.
menjernihkan duduknya persoalan  Bila lama mayat sudah membusuk /
yang timbul di sidang pengadilan, tinggal tulang.
hakim ketua sidang dapat minta  Semakin membusuk akan semakin sulit
keterangan ahli dan dapat pula minta menentukan sebab dan cara kematian.
agar diajukan bahan baru oleh yang  Contoh pada kasus mati wajar karena
berkepentingan. infark atau pneumonia dll.
(2) Dalam hal timbul keberatan yang  Tetapi apabila jejas mengenai tulang
beralasan dari terdakwa atau misal patah tulang tengkorak akibat
penasihat hukum terhadap hasil persentuhan dengan benda tumpul,
keterangan ahli sebagaimana tajam atau peluru masih terlihat.
dimaksud dalam ayat (1) hakim  Patah tulang Hyoid akibat cekikan atau
memerintahkan agar hal itu dilakukan jerat dapat ditemukan.
penelitian ulang.
 Bila mayat tidak terlalu membusuk, jejas- Yang diperhatikan tentang identitas korban
jejas masih dapat ditemukan. ialah :
 Anak peluru, patahan pisau dapat • Jenis kelamin, laki-laki atau
ditemukan. perempuan
 Bila mayat baru dikubur (beberapa hari) • Tinggi badan.
segera dilakukan penggalian. • Umur korban.
 Semakin ditunda mayat semakin busuk. • Pakaian, perhiasan yang menempel
 Bila sudah sebulan atau lebih, penggalian pada tubuh korban.
dapat ditunda dan disesuaikan cuaca dan • Sidik jari. (dari Satlantas saat
keadaan. mengambil SIM).
 Setelah penggalian dilakukan otopsi di RS • Tanda-tanda yang ada pada tubuh
terdekat atau di tempat penggalian. korban :
Penggalian jenazah dpt terjadi karena : – Warna dan bentuk rambut
1. Terdakwa telah mengaku dia telah serta panjangnya.
membunuh seseorang dan telah – Bentuk dan susunan gigi.
menguburnya di suatu tempat. Memakai gigi palsu / tidak.
2. Jenazah setelah dikubur beberapa hari – Ada tatou di kulit atau tidak.
baru kemudian ada kecurigaan bahwa (bentuk dan lokasinya)
jenazah meninggal secara tidak wajar. – Adanya cacat pada tubuh
3. Atas perintah hakim untuk melakukan korban misalnya : Adanya luka
pemeriksaan ulang terhadap jenazah perut, pada kulit, penyakit-
yang telah dilakukan pemeriksaan penyakit lainnya.
dokter untuk membuat visum et Perlengkapan yang diperlukan
repertum. 1. Kendaraan
Prosedur Penggalian Jenazah 2. Perlengkapan untuk melakukan
• Permintaan secara tertulis oleh penggalian misalnya : cangkul, ganco,
penyidik, disertai permintaan untuk linggis, secrop.
otopsi. 3. Perlengkapan untuk melakukan
• Penyidik harus memberikan otopsi. (dokter)
keterangan tentang modus dan Pisau dapur, scalpel, gunting, pinset,
identitas korban. gergaji, jarum (jarum karung goni),
• Sehingga dokter dapat benang, timbangan berat, gelas
mempersiapkan diri. pengukur, alat penggaris, ember,
• Misal korban pencekikan maka stoples berisi alkohol 95% ini bila ada
pemeriksaan leher akan lebih berhati- indikasi mati oleh keracunan dan
hati. stoples berisi formalin 10%.
• Korban keracunan, maka dipersiapkan I dan 2 disediakan penyidik.
alkohol 95% untuk pengawet. Perlu membawa 1 atau 2 pembantu dokter
yang terlatih.
Hal-hal yang harus diperhatikan • Bila organ-organ tubuh sudah
• Penyidik harus mengamankan tempat membusuk kita sudah tidak dapat
penggalian dari kerumunan masa. menentukan lagi apakah organ-organ
• Untuk menentukan lokasi, bila tersebut normal atau tidak.
dikuburan umum, adalah keluarga • Jejas kekerasan kadang masih dapat
atau juru kunci kuburan. Bila letaknya ditemukan di tubuh, sehingga masih
tersembunyi maka tersangka yang dapat menentukan apakah korban
menunjukan. tersebut mendapat pukulan atau
• Kadang tersangka sulit menunjukkan tusukan atau tertembak dan lain-lain.
letaknya secara pasti, karena lupa. • Membantu menduga cara
• Maka penggalian dapat mengalami kematiannya atau untuk membuktikan
kegagalan. pengakuan terdakwa apakah sesuai.
Cara Melakukan Penggalian Jenazah Cara Mengambil Kesimpulan Hasil
• Tanah digali dengan pacul, linggis atau Pemeriksaan
ganco. 1. Pada penggalian ditemukan jenazah
• Penggalian awalnya dilakukan orang dalam keadaan membusuk.
kampung. - Pada otopsi ditemukan patah tulang
• Setelah sampai peti atau tanah yang kepala yang hampir separuh kepala.
berwarna keputihan, atau tercium bau - Patah tulang tersebut mempunyai
busuk, maka diambil alih pembantu tanda-tanda akibat persentuhan
dokter. dengan benda tajam.
• Jenazah dalam peti diambil dengan - Kesimpulannya ialah :
petinya atau peti dibuka jenazah o Ditemukan patah tulang kepala
diambil tanpa peti. akibat persentuhan dengan
• Bila tinggal kerangka, diambil semua benda tajam. Kekerasan oleh
tulangnya. benda tajam pada kepala
• Kuburan jangan terburu ditutup lagi. korban tersebut dapat
• Bila ada dugaan keracunan maka menimbulkan kematian.
diambil tanah di atas, bawah dan 2. Pada penggalian ditemukan jenazah
samping dan +/- 5 m dari mayat. tinggal dalam keadaan kerangka
- Pada pemeriksaan ditemukan patah
tulang kepala akibat persentuhan
Manfaat Hasil Pemeriksaan Jenazah Yang dengan benda tumpul.
Telah Digali - Selain tersebut ditemukan pula patah
• Sebab kematian sulit, bila sudah tulang dari tulang ruas tulang leher
membusuk atau tinggal tulang. akibat persentuhan dengan benda
• Kita dapat menentukan sebab tajam.
kematian, bila bagian-bagian tubuh - Kesimpulan : korban telah mendapat
atau organ-organ tubuh normal tetapi kekerasan pada kepalanya oleh benda
ada salah satu organ tubuh yang ada tumpul, kekerasan pada lehernya oleh
kelainan yang mematikan. benda tajam. Kekerasan tersebut,
kedua-duanya (masing-masing) dapat
menimbulkan kematian.
3. Pada penggalian jenazah ditemukan
jenazah dalam keadaan membusuk
- Pada pemeriksaan jenazah tidak
ditemukan jejas akibat kekerasan dari
Iuar.
- Hasil pemeriksaan laboratorium
toksikologi negatif.
- Kesimpulan : Tidak dapat ditentukan
sebab kematian korban. Tidak
ditemukan tanda kekerasan yang
dapat menimbulkan kematian.
4. Pada penggallan jenazah, ditemukan
jenazah dalam keadaan membusuk
- Merupakan pemeriksaan ulang.
- Telah diotopsi dokter lain.
- Pemeriksaan pertama tdk sempurna.
- Hasil otopsi ulang : Organ-organ
seluruhnya sudah menggumpal
menjadi kecil-kecil ini berarti jenazah
sudah sangat membusuk.
- Terdapat beberapa luka iris pada leher
depan. Salah satunya memotong
trachea. Kulit pada tubuh yang lain
tidak ditemukan tanda-tanda
kekerasan.
- Kesimpulan : Pada leher korban
ditemukan luka-luka akibat
persentuhan dengan benda tajam.
Cara kematian korban tersebut
biasanya ialah bunuh diri. Tetapi
pembunuhanpun dapat pula terjadi.
Sedang kecelakaan tak mungkin
terjadi.
RAHASIA KEDOKTERAN pengobatan dan dicatat dlm rekam medis yg
dimiliki pasien dan bersifat rahasia”
HAK ATAS PRIVASI ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia
DEKLARASI LISABON kedokteran diatur dengan Peraturan Menteri.
- Hak atas kehormatan harga diri PP NO 10 TH 1966 WAJIB SIMPAN RAHASIA
- Hak atas kerahasiaan rekam medis KEDOKTERAN
PATIENT’S BILL OF RIGHT “rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang
- Berhak atas privacy diketahui oleh orang-orang tersebut dalam
- Berhak atas kerahasiaan rekam medIS pasal 3, pada waktu atau selama melakukan
UUD 1945 Ps. 28 G pekerjaannya dalam lapangan kedokteran”
Setiap orang berhak atas perlindungan diri Penjelasan
pribadi, keluarga, kehormatan,martabat,dan yang dimaksud dg “segala sesuatu” ialah
harta benda yang dibawah kekuasaannya, segala fakta yg didapat dlm pemeriksaan
serta berhak atas rasa aman dan penderita, interpretasi nya utk menegakkan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk diagnose dan
berbuat atau tidak berbuat sesuatu yg melakukan pengobatan dari anamnese,
merupakan hak asasi. pemeriksaan fisik, pemeriksaan dg alat
UU NO 29 TH 2004 PS. 51 kedokt. dsb. (PP No 10 Tahun 1966)
Dokter mempunyai kewajiban merahasiakan termasuk fakta yg dikumpulkan oleh
segala sesuatu yg diketahuinya ttg pasien, pembantu-pembantunya. seorang ahli obat
bahkan juga setelah pasien meninggal dunia dan mereka yg bekerja dalam apotik harus
UU NO 36 TH 2009 PS. 57 pula merahasiakan obat dan khasiatnya yg
Setiap orang bwerhak atas rahasia kondisi diberikan dokter pada pasiennya. (PP No 10
kesehatan pribadinya yg telah dikemukakan Tahun 1966)
kpd penyelenggara pelayanan kesehatan Siapa Yang Harus Menyimpan ?
UU NO 44 TH 2009 PS. 32 (i) TENAGA KESEHATAN (PP No.32 TH 1996)
Setaip pasien mempunyai hak atas privasi dan - tenaga medis
kerahasiaan penyakit yg diderita termasuk - tenaga keperawatan
data-data medisnya - tenaga kefarmasian
SE DIRJEN YANMED 02.04.3.5.2504 TGL 10 - tenaga kesehatan masyarakat
JUNI 1997 - tenaga gizi
Berhak atas privasi dan kerahasiaan - tenaga keterapian fisik
penyakitnya - tenaga keteknisian medik
Rahasia Kedokteran mhsw kedokt.murid yg bertugas dlm lap
UU NO 44 TH 2009 TTG RUMAH SAKIT pemrks,pengobatan/perawatan
PS. 38 Rahasia
“setiap rumah sakit harus menyimpan rahasia - karena merupakan hak pasien yang
kedokteran rahasia kedokteran ialah segala harus dilindungi menurut undang-
sesuatu yang berhubungan dg hal yg undang
ditemukan oleh dr dan drg dlm rangka
- karena hubungan dokter-pasien • utk pemenuhan permintaan aparat
merupakan hubungan atas dasar penegak hukum dlm rangka
kepercayaan penegakkan hukum,
- karena ada di sumpah dokter • atas persetujuan pasien sendiri, atau
- karena diatur etika profesi • berdasarkan ketentuan perundang-
- karena ada sanksi hukum undangan
Etika Profesi (UU No.44 th 2009 Ps.38 ayat 2)
Kode Etik: Boleh Menolak ?
- Kedokteran mereka yang karena pekerjaan, harkat
- Apoteker martabat atau jabatannya diwajibkan
- Perawat menyimpan rahasia, dapat meminta
- Bidan dibebaskan dari kewajiban untuk memberikan
- Teknisi Lab keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yg
- Radiografer dipercayakan kpd mereka. hakim
- Rekam Medik menentukan sah atau tidaknya segala alasan
Membuka Rahasia untuk permintaan tersebut hakim
rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk menentukan sah atau tidaknya segala alasan
• kepentingan pasien, untuk permintaan tersebut (KUHAP Ps. 170)
• memenuhi permintaan Boleh Menolak ?
• aparatur penegak hukum, dapat dibebaskan dari kewajibannya
• permintaan pasien sendiri, memberikan kesaksian:
• atau berdasarkan ketentuan “segala siapa yg krn kedudukannya atau
perundang-perundangan jabatannya menurut uu diwajibkan
(UU No.29 th 2004 Ps.48 ayat 2) merahasiakan sesuatu, namun hanyalah
Membuka Rahasia semata-mata mengenai hal-hal yg
Ketentaun mengenai hak atas rahasia kondisi pengetahuannya dipercayakan kepadanya
kesehatan sebagai demikian”
Sebagaimana dimaksud pada yata (1) tidak (KUH PerdAP Ps. 1909 3e)
berlaku dlm hal: Sanksi Hukum
• perintah undang-undang “barangsiapa dg sengaja membuka rahasia yg
• perintah pengadilan wajib disimpannya krn jabatan atau
• ijin ybs pencahariannya, baik yg sekarang maupun yg
• kepentingan masyarakat, atau dahulu, diancam dg pidana penjara paling
• kepentingan orang tsb lama 9 bl atau denda paling banyak Rp.
(UU No.36 th 2009 Ps.57 ayat 2) 9.000,- “(KUHP Ps.322)
Membuka Rahasia “dipidana dg pidana kurungan paling lama 1
Rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud th atau denda paling banyak 50 juta, setiap
pada ayat (1) dokter/dokter gigi yg dg sengaja membuka
hanya dpt dibuka : rahasia kedokteran”
• utk kepentingan kesehatan pasien, (UU No 29 th 2004 Ps 79)
ASPEK HUKUM KESEHATAN DAN SISTEM Maksud ( Tujuan ) Hukum
HUKUM INDONESIA
Ada 2 pandangan :
1. Tujuan hukum harus dicari dalam
Meijers keadilan.
Hukum adalah suatu keseluruhan dari 2. Tujuan hukum harus dicari dalam
peraturan-peraturan yang berhubungan ketentuan hukum.
dengan perbuatan – perbuatan yang
berhubungan perbuatan – perbuatan orang Menurut Van Apeldoorn tujuan hukum adalah
sebagai anggota dari suatu masyarakat. penyusunan, pengaturan masyarakat secara
damai.
R. Pitlo
PENGANTAR HUKUM UMUM
Hukum adalah kumpulan peraturan tentang
lahir dari orang-orang yang berkewajiban Ada 4 Kaidah Hukum yang melandasi :
mentaati peraturan tersebut. 1. Kaidah Agama
JMP Rellefroid
2. Kaidah Kesusilaan
Hukum adalah penertiban ( penyusunan,
3. Kaidah Sopan santun
pengaturan ) kehidupan masyarakat yang
berlaku bagi suatu masyarakat tertentu dan 4. Kaidah Hukum
ditetapkan atas dasar wibawa masyarakat
KAIDAH AGAMA
tersebut.
1. Bersumber dari ajaran agama dan
Edward Jenks
kitab suci
Hukum adalah peraturan tentang tingkah
2. Tujuaannya untuk penyempuran hidup
laku.
3. Memberikan landasan Filosofis dan
Unsur (Elemen) Hukum
Teologis
1. Kumpulan peraturan
4. Sanksi hukum, merupakan sanksi
2. Obyek hukum : perilaku orang ( hukum sebab-akibat, artinya
masyarakat ) perbuatan baik membuahkan yang
baik
3. Berisi perintah dan larangan
5. Nilai tentang baik dan buruk, rasa
4. Berlaku disuatu masyarakt tertentu
malu
5. Harus ditaati oleh masyarakat yang KAIDAH KESUSILAAN
bersangkutan
1. Ketentuan Moral dan Nilai yang
6. Tertib hukum, artinya dilakasanakan berhubungan dengan manusia
sesuai tata urutan dalam struktur
hukum. 2. Tolok ukur yang digunakan Kepekaan
Hati Nurani
3. Tujuannya membentuk kebaikan
Akhlak Pribadi
4. Sumber kaidah ini dari manusia * Kematian
sendiri, jadi bersifat Otonom
* Kedaluarsa
5. Sanksinya berupa, penyesalan, rasa
SUBYEK HUKUM
takut, rasa bersalah dan rasa malu
1. Subyek hukum, segala sesuatu yang
KAIDAH SOPAN SANTUN
dapat memperoleh Hak dan Kewajiban
1. Kaidah adat istiadat ditujukan pada dari Hukum
sikap Lahir manusia, karena penilaian
2. Perbuatan hukum, perbuatan subyek
baik dan buruk
hukum yang ditujukan untuk
2. Kaidah ini hanya membebani menimbulkan akibat hukum yang
kewajiban dan mengabaikan hak sengaja dikehendaki oleh subyek
manusia hukum
3. Sanksinya berupa cemoohan, celaan, 3. Contoh seorang pasien setuju
dan pengucilan dilakukan Tindakan Medis, maka perlu
Informed Consent
4. Sanksinya lebih konkret tetapi, belum
mencapai rasa keadilan 4. Perbuatan hukum dapat bersifat Pasif
dan Aktif
KAIDAH HUKUM
HAK DAN KEWAJIBAN
1. Kaidah ini berfungsi untuk melindungi
kepentingan manusia lebih konkret 1. Hak memberikan kenikmatan dan
dan riil keleluasaan kepada induvidu didalam
melaksanakannya, sedangkan
2. Kaidah ini lebih melihat lahiriah
Kewajban adalah pembatasan dan
meskipun aspek motivasi dan
beban
bathiniah menjadi pertimbangan
2. Hak dalam pengertian umum,
3. Kaidah ini berasal dari Kekuasaan yang
tuntutan seseorang terhadap sesuatu
formal, sehingga berlakunya dapat
yang merupakan kebutuhan
Dipaksa
pribadinya sesuai dengan keadilan,
4. Kaidah ini bersifat Umum dan Pasif moralitas dan legalitas

PERISTIWA HUKUM 3. Semua Kewajiban melahirkan hak,atau


sebaliknya
1. Peristiwa Umum, peristiwa yang
sehari-hari dilakukan masyarakat ISI KAIDAH HUKUM

2. Peristiwa Hukum, peristiwa yang biasa Isi kaidah hukum ada 4, yaitu :
terjadi di masyarakat namun memiliki
1. Perintah, segala sesuatu yang mau
akibat hukum
tidak mau harus dilaksanakan, psl
3. hal-hal yang termasuk peristiwa 46(1) UU no 29 th 2004 wajib
hukum : membuat RM
* Kelahiran 2. Larangan, segala sesuatu yang tidak
boleh dilakukan, psl 73(1) UU no 29 th
2004 dilarang menggunakan identitas 1. Tertulis (undang-undang)
berupa gelar
2. Tidak tertulis ( hukum adat dan
3. Perkenan, hanya mengikat sepanjang kebiasaan)
para pihak tidak menentukan lain, psl
Sistem hukum Indonesia
54(1) UU no 29 th 2004 jaga mutu dan
perlindungan pasien ,terkait dengan Adalah seperangkat peraturan hukum baik
ketentuan pembinaan yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang
berhubungan satu dengan yang lainnya untuk
4. Perkecualian, tindakan dokter/dokter
mencapai masyarakat Indonesia yang tertib,
gigi/petugas darurat
adil, dan damai.
SIFAT KAIDAH HUKUM
Berdasarkan lapangannya hukum
Ada dua sifat kaidah hukum , yaitu : Indonesiaterdiri dari
1. Imperatif, kaidah hukum bersifat 1. Hukum adat dan hukum kebiasaan.
mengikat atau memaksa, psl 45(1) UU
2. Hukum perdata.
no 29 th 2004 setiap tindakan medis
harus mendapat persetujuan 3. Hukum acara perdata.
2. Fakultatif, kaidah hukum tersebut 4. Hukum pidana.
tidak mengikat namun hanya bersifat
5. Hukum acara pidana.
melengkapi,kaitannya dengan
Informed consent 6. Hukum Tata Negara.
BENTUK KAIDAH HUKUM 7. Hukum administrasi negara.
Ada dua bentuk kaidah hukum, yaitu : 8. Hukum Internasional.
1. Tertulis, dituangkan dalam bentuk Sumber Hukum Indonesia
tulisan baik dalam bentuk undang-
Sumber hukum terbagi 2 klassifikasi :
undang maupun peraturan
1. Sumber hukum dalam arti Materil adalah
2. Tidak tertulis, berarti tumbuh
kesadaran hukum masyarakat, kesadaran
berkembang dengan masyarakat
hukum yg hidup dlm masyarakat yg
secara spontan dan mudah
dianggap seharusnya, karena
menyesuaikan dengan perkembangan
kehendaknya disadari bahwa hukum itu
Sistem Hukum Indonesia diadakan justru untuk memperoleh
pergaulan hidup manusia yg tertib dan
Sistem adalah seperangkat komponen yang
damai.
bekerja sama untuk mencapai tujuan ( C.
West Churman ) Sumber hukum Formal
Hukum Indonesia ( hukum positif Indonesia ) Adalah tempat dimana kita dapat
adalah yang berlaku saat ini. menemukan dan mengenal hukum terdiri dari
:
Berdasarkan bentuknya diklasifikasikan
menjadi: a. Undang-undang dlm arti luas , yaitu
UUD dan UU.
b. Hukum adat dan kebiasaan. 2. Asas persekutuan, manusia
menghendaki persatuan, cinta kasih
c. Yurisprudensi ( keputusan hakim ).
dan ketertiban
d. Traktat
3. Asas kesamaan, menghendaki
e. Doktrin hukum ( ajaran hukum ). keadilan (equality before the law )

Hukum Indonesia berdasarkan bentuk 4. Asas kewibawaan, menunjukkan


bahwa hukum berwenang
Ada 2 bentuk yakni :
memberikan keputusan
1. Hukum bentuk tertulis,yakni UUD
ASAS HUKUM KESEHATAN
1945, Perdata, Pidana, HAN dll.
1. Sa science et sa conscience, ilmuwan
2. Hukum bentuknya tdk tertulis, yakni
tidak boleh bertentangan dengan hati
hukum adat dan hukum kebiasaan.
nurani dan kemanusiaan
Berdasarkan Isi
2. Agroti salus lex suprema, keselamatan
1. Hukum Publik, yaitu hukum yg pasien
melindungi kepentingan umum orang
3. Deminimis noncurat lex, hukum tidak
banyak, dan negara, misalmya HAN,
mencampuri hal-hal yang sepele
HTN, Hukum Pajak, Hukum Pidana
4. Res ipsa liquitur, fakta telah berbicara
2. Hukum Privat, yaitu hukum yg
melindungi kepentingan Privat, SUMBER HUKUM KESEHATAN
perorangan, misalnya Hukum sewa
Ada dua sumber hukum :
menyewa, hukum jual beli dll
1. Mareriil, tempat dari mana materi
ASAS HUKUM KESEHATAN
hukum diambil,merupakan faktor yang
Asas hukum adalah norma dasar yang membantu pembentukan hukum
dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh
2. Formil, tempat dari mana suatu
ilmu hukum tidak dianggap berasal dari
ketentuan mendapatkan legitimasi
aturan-aturan yang lebih umum
atau kekuatan hukum
(Mertokusumo)
KEKUATAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG
Asas hukum tidak boleh dianggap sebagai
norma hukum yang konkret, akan tetapi perlu 1. Kekuatan berlaku yuridis, apabila
dipandang sebagai dasar umum atau persyaratan formalnya telah terpenuhi
petunjuk bagi hukum yang berlaku ( E.
2. Kekuatan berlaku sosiologis, undang-
Hommes )
undang berlaku sebagai kenyataan
ASAS HUKUM KESEHATAN didalam masyarakat,berlaku teori :
1. Asas kepribadian, manusia * Teori kekuatan
menghendaki kebebasan, oleh karena
* Teori pengakuan
manusia dipandang sebagai subyek
hukum 3. Kekuatan berlaku filosofis, jika
ketentuan tersebut sesuai dengan
cita-cita hukum sebagai nilai positif
tinggi
RUANG LINGKUP BERLAKUNYA UNDANG-
UNDANG
1. Ruang lingkup undang-undang menurut
waktunya, mengatur perilaku atau
peristiwa
2. Ruang lingkup undang-undang menurut
tempat dan orang,ada 3 :
a) Asas tetorilal, UU berlaku bagi setiap
orang dalam wilayah negara tanpa
membedakan
b) Asas personal, UU berlaku bagi
orang yang ada baik didalam
maupun diluar teritorial
c) Asas universal, UU berlaku bagi
setiap orang yang diluar Indonesia
melakukan kejahatan tertentu
ASPEK MEDIKOLEGAL
DEATH ON ARRIVAL (DOA)

Death on arrival (DOA) merupakan istilah


yang digunakan pada keadaan pasien yang
meninggal secara klinis sebelum sampai di
rumah sakit (Emergency Room) dan tidak
perlu dilakukan resusitasi.
Penentuan Cara dan Sebab Mati
• Penyebab kematian adalah adanya
perlukaan atau penyakit yang
LAHIR MATI
menimbulkan gangguan fisik pada
tubuh yang menghasilkan kematian Pencatatan Lahir Mati (pasal 33 UU Adm
pada seseorang. kependudukan 2006)

• Cara kematian adalah bagaimana 1) Setiap lahir mati wajib dilaporkan oleh
kematian itu terjadi apakah wajar atau Penduduk kepada Instansi Pelaksana
tidak wajar. paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
lahir mati.
Penerbitan Surat Keterangan Kematian
2) Instansi Pelaksana sebagaimana
• Surat keterangan kematian adalah
dimaksud pada ayat (1) menerbitkan
surat yang menerangkan bahwa
Surat Keterangan Lahir Mati.
seseorang telah meninggal dunia.
Surat keterangan kematian ini berisi 3) (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
identitas, saat kematian, dan sebab persyaratan dan tata cara pencatatan
kematian. lahir mati sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam
• Kewenangan penerbitan surat
Peraturan Presiden.
keterangan kematian ini adalah dokter
Penjelasan pasal 33
Dasar hukum Surat Keterangan Kematian
Ayat (1)
• Bab I pasal 7 KODEKI, “Setiap dokter
hanya memberikan keterangan dan Yang dimaksud dengan "lahir mati" adalah
pendapat yang telah diperiksa sendiri kelahiran seorang bayi dari kandungan yang
kebenarannya” berumur paling sedikit 28 (dua puluh delapan)
rninggu pada saat dilahirkan tanpa
• Bab II pasal 12 KODEKI, “Setiap dokter
menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
wajib merahasiakan segala sesuatu
yang diketahuinya tentang seorang Ayat (2)
pasien bahkan juga setelah pasien
Peristiwa lahir mati hanya diberikan Surat
meninggal dunia”
Keterangan Lahir Mati, tidak diterbitkan Akta
Pencatatan Sipil. Meskipun tidak diterbitkan
Akta Pencatatan Sipil tetapi pendataannya
diperlukan untuk kepentingan perencanaan AUTOPSI VERBAL
dan pembangunan di bidang kesehatan.
1. Untuk kematian alamiah di rumah
AUTOPSI VERBAL 2. Mewawancara para proksi
3. Menggunakan formulir standar
DEFINISI (pasal 1 PBM 2010)
4. Berbasis gejala, lama dan urutan
Autopsi Verbal adalah suatu penelusuran 5. Mempertimbangkan label
rangkaian peristiwa, keadaan, gejala, dan 6. Memperhatikan bukti tertulis
tanda penyakit yang mengarah pada 7. Wawancara oleh Para Medis
kematian melalui wawancara dengan 8. Diagnosis penyebab oleh Dokter
keluarga atau pihak lain yang mengetahui
kondisi sakit dari almarhum.
PASAL 6 PBM 2010 :
1) Setiap kematian yang terjadi diluar
fasilitas pelayanan kesehatan harus
dilakukan penelusuran penyebab
kematian.
2) Penelusuran penyebab kematian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan metode autopsi
verbal .
3) Autopsi verbal sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan oleh dokter.
4) Dalam hal tidak ada dokter
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
autopsi verbal dapat dilakukan oleh
bidan atau perawat yang terlatih.
5) Autopsi verbal sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) atau ayat (4) dilakukan
melalui wawancara dengan keluarga
terdekat dari almarhum atau pihak
lain yang mengetahui peristiwa
kematian.
6) Pelaksanaan autopsi verbal
sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dikoordinasikan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah
setempat.
SURAT KEMATIAN o Peraturan Pencatatan Sipil untuk
Golongan Kristen Indonesia Staatsblad
1933:74 jo. Staatsblad 1936:607
sebagaimana diubah terakhir dengan
Staatsblad 1939:288);
o Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1961
tentang Perubahan atau Penambahan
Nama Keluarga (Lembaran Negara Tahun
1961 Nomor 15, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2154);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 1 UU kependudukan tahun 2006
• Penduduk adalah : Warga Negara
BERDASARKAN PERATURAN TERBARU Indonesia dan Orang Asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
 UU Administrasi Kependudukan No.
23 Tahun 2006 • Warga Negara Indonesia adalah
 Peraturan Bersama Menteri Dalam orang-orang bangsa Indonesia asli dan
Negeri Dan Menteri Kesehatan No. orang-orang bangsa lain yang disahkan
15/2010 Atau No. 162/2010 dengan undang-undang sebagai
Warga Negara Indonesia.
Dengan terbitnya UU Administrasi
kependudukan no. 23 tahun 2006, maka • Orang Asing adalah orang bukan
(pasal 106) : Warga Negara Indonesia.

o Buku Kesatu Bab Kedua Bagian Kedua Pasal 2 UU kependudukan tahun 2006
dan Bab Ketiga KUHPerdata (Burgerlijk Setiap Penduduk mempunyai hak untuk
Wetboek voor Indonesie, Staatsblad memperoleh:
1847:23);
a. Dokumen Kependudukan;
o Peraturan Pencatatan Sipil untuk
Golongan Eropa Staatsblad 1849:25 b. pelayanan yang sama dalam
sebagaimana telah diubah terakhir Pendaftaran Penduduk dan
dengan Staatsblad 1946:1361; Pencatatan Sipil;

o Peraturan Pencatatan Sipil untuk c. ... s/d f


Golongan Cina Staatsblad 1917:129 jo. Yang dimaksud dokumen kependudukan
Staatsblad 1939:288 sebagaimana adalah (Pasal 59 UU kependudukan tahun
diubah terakhir dengan Staatsblad 2006) meliputi :
1946:136);
a. Biodata Penduduk:
o Peraturan Pencatatan Sipil untuk
Golongan Indonesia Staatsblad 1920:751 b. KK;
jo. Staatsblad 1927:564); c. KTP;
d. surat keterangan kependudukan: dan dokter atau perawat/bidan (jika tidak
ada dokter) (pasal 2 PBM 2010)
e. Akta Pencatatan Sipil.
• Pelaporan dari penyelenggara fasilitas
Surat keterangan kematian termasuk dalam
pelayanan kesehatan, termasuk
surat keterangan kependudukan
rumah sakit melalui unit
PENCATATAN KEMATIAN forensik/kamar jenazah atas data
peristiwa kematian dan penyebab
PASAL 1 PBM 2010 :
kematian wajar maupun tidak wajar
• Pencatatan Kematian adalah kepada Dinas Kesehatan
pencatatan kejadian kematian yang Kabupaten/Kota setempat (pasal 7
dialami oleh seseorang dalam register PBM).
pada Instansi Pelaksana untuk
Pasal 44 UU kependudukan tahun 2006
pengelolaan data kependudukan.
1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh
• Pencatatan Penyebab Kematian
keluarganya atau yang mewakili
adalah pencatatan beberapa penyakit
kepada Instansi Pelaksana paling
atau kondisi yang merupakan suatu
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
rangkaian perjalanan penyakit menuju
tanggal kematian.
kematian atau keadaan kecelakaan
atau kekerasan yang menyebabkan 2) Berdasarkan laporan sebagaimana
cedera dan berakhir dengan kematian. dimaksud pada ayat (1) Pejabat

Pencatatan Sipil mencatat pada


Register Akta Kematian dan
Pencatatan kematian berdasarkan :
menerbitkan Kutipan Akta Kematian.
• pelaporan dari keluarga ke petugas
3) Pencatatan kematian sebagaimana
catatan sipil, paling lama 30 hari
dimaksud pada ayat (2) dilakukan
dengan melampirkan surat – surat,
berdasarkan keterangan kematian dan
yang salah satunya adalah “surat
pihak yang berwenang.
keterangan kematian yang dibuat oleh
4) Dalam hal terjadi ketidakjelasan 4) Dalam hal kematian terjadi ditempat
keberadaan seseorang karena hilang domisili, pelaporan kematian
atau mati tetapi tidak ditemukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
jenazahnya, pencatatan oleh Pejabat disampaikan kepada Instansi
Pencatatan Sipil baru dilakukan Pelaksana atau UPTD Instansi
setelah adanya penetapan pengadilan. Pelaksana melalui petugas registrasi di
desa/kelurahan.
5) Dalam hal terjadi kematian seseorang
yang tidak jelas identitasnya, Instansi Pasal 3
Pelaksana melakukan pencatatan
1) Berdasarkan laporan kematian
kematian berdasarkan keterangan dari
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
kepolisian.
Pejabat Pencatatan Sipil pada instansi
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri pelaksana atau UPTD instansi
Dan Menteri Kesehatan No. 15/2010 Atau pelaksana mencatat pada register akta
No. 162/2010 kematian dan menerbitkan kutipan
Pasal 2 akta kematian.
1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh 2) Dalam hal terjadi ketidakjelasan
keluarganya atau yang mewakili keberadaan seseorang karena hilang
kepada Instansi Pelaksana atau UPTD atau mati tetapi tidak ditemukan
Instansi Pelaksana paling lambat 30 jenazahnya, pencatatan pada register
(tiga puluh) hari sejak tanggal akta kematian dan penerbitan kutipan
kematian. akta kematian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan setelah adanya
2) Pelaporan kematian sebagaimana
penetapan pengadilan.
dimaksud pada ayat (1) harus
melampirkan persyaratan: 3) Dalam hal terjadi kematian seseorang
yang tidak jelas identitasnya,
a) surat pengantar dari RT dan
pencatatan pada register akta
RW untuk mendapatkan surat
kematian dan penerbitan kutipan akta
keterangan kepala desa/lurah;
kematian sebagaimana dimaksud pada
dan/atau
ayat (1) dilakukan berdasarkan
b) KK dan/atau KTP yang keterangan dari kepolisian.
bersangkutan;
4) Dalam hal kematian seseorang diduga
c) Surat keterangan kematian tidak wajar, pencatatan pada register
dari dokter yang berwenang akta kematian dan penerbitan kutipan
dari fasilitas pelayanan akta kematian sebagaimana dimaksud
kesehatan terdekat. pada ayat (1) dilakukan berdasarkan
surat keterangan kematian dari
3) Dalam hal tidak ada dokter
kepolisian.
sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
surat keterangan kematian dapat Pasal 4
diberikan oleh perawat atau bidan.
Pelaporan kematian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (4) dan pencatatan
kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal • SKK (lembar ke 1) adalah dokumen
3 dilakukan dengan tata cara: legal berisi keterangan kematian yang
dipakai untuk kepentingan keluarga
a) pelapor mengisi dan menyerahkan
almarhum seperti izin pemulasaran,
formulir pelaporan kematian dengan
pengurusan kependudukan dan
melampirkan persyaratan
hukum, asuransi dlsb
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
kepada petugas registrasi di kantor • FKPK (lembar ke 2, 3, 4) adalah
desa/kelurahan untuk diteruskan dokumen legal dan bersifat rahasia
kepada instansi pelaksana; yang berisi keterangan identitas
jenasah dan penyebab kematiannya
b) kepala desa/lurah menerbitkan surat
yang dipakai untuk membuat statistik
keterangan kematian dan disampaikan
kematian
kepada yang bersangkutan;
Guna keterangan kematian dan
c) pejabat pencatatan sipil pada instansi
surat/formulir keterangan penyebab
pelaksana mencatat pada register akta
kematian
kematian dan menerbitkan kutipan
akta kematian; • Untuk jenazah : Pemakaman,
termasuk untuk membawa jenazah ke
d) instansi pelaksana sebagaimana
pemakaman di luar wilayahnya
dimaksud pada huruf c
memberitahukan data hasil • Untuk ahli waris :
pencatatan kematian kepada instansi
– Pembagian warisan
pelaksana tempat domisili yang
bersangkutan; – Klaim asuransi
e) instansi pelaksana tempat domisili – Status hukum lainnya
sebagaimana dimaksud pada huruf d
• Untuk pemerintah (baik secara umum
mencatat dan merekam dalam
maupun di bidang kesehatan) melalui
database kependudukan.
pelaporan / statistik data kematian,
Terdapat dua jenis Surat Kematian (psl 7 sehingga bisa dibuat:
PBM 2010)
– Planning, Monitoring, Evaluasi,
• Surat Keterangan Kematian sehingga dapat :
• Surat Penyebab Kematian – Menyusun rencana intervensi
selanjutnya, misalnya
Surat Keterangan Kematian (SKK) dan
menyusun kebijakan, prioritas,
Formulir Keterangan Penyebab Kematian
dan pengembangan program
(FKPK)
kesehatan tahun – tahun
• Formulir yang digunakan untuk berikutnya, termasuk alokasi
mengumpulkan informasi mengenai prioritas dan jumlah anggaran
identitas orang yang meninggal dan
penyebab kematiannya
Untuk Pemakaman • Status ini dipakai untuk berbagai
macam keperluan , mis : perubahan
• Syarat untuk menguburkan jenazah di
data kependudukan, status pemilikian
pemakaman tergantung daerah
harta bendanya yang berubah menjadi
masing2. untuk daerah surabaya,
milik ahli warisnya, status istri / suami
berdasarkan PerDa Kota Surabaya No.
menjadi janda / duda, dsb.
13 / 2003 Tentang Pengelolaan
Tempat Pemakaman Dan • Pencatatan dan perubahan status
Penyelenggaraan Pemakaman Jenazah secara hukum mengenai seseorang
adalah : yang meninggal ini dilakukan oleh
petugas Catatan Sipil di Instansi
Pasal 8
Pelaksana
1) Setiap orang yang meninggal dunia dan
Untuk pelaporan /data statistik
akan dimakamkan di tempat pemakaman
umum atau diabukan (kremasi) di • UU Kesehatan No 36/2009
Krematorium milik/yang dikelola oleh menyatakan bahwa Sistem Informasi
Pemerintah Daerah harus memperoleh Kesehatan diperlukan dan
izin dari Kepala Dinas Pertamanan ; diselenggarakan melalui kerja sama
2) Untuk memperoleh izin dimaksud pada antar sektor
ayat (1) pasal ini keluarga/ahli waris/pihak
• UU No. 23/2006 tentang Administrasi
yang bertanggung jawab atas jenazah
Kependudukan: pencatatan vital
harus mengajukan permohonan tertulis
dilakukan melalui Sistem Informasi
yang dilengkapi dengan persyaratan :
Administrasi Kependudukan (SIAK)
a. Surat Pemeriksaan Kematian dari dari desa/kelurahan hingga kab/kota,
Dokter (dalam penjelasan), yang propinsi dan nasional
dimaksud dokter adalah :
• Statistik peristiwa demografi dasar
 Dokter yang bertugas di Rumah (kelahiran, kematian, pindah) yang
Sakit/ Poliklinik Pemerintah/ akurat merupakan dasar bagi
Pemerintah Daerah atau Swasta formulasi kebijakan kesehatan dan
 Dokter yang bertugas di manajemen pemerintahan yg efektif
Puskesmas ;
• Informasi kematian yang didapat
 Dokter praktek Swasta ; melalui SUSENAS (Kor): “under-
 Dokter lain yang berwenang. reporting” sekitar 40 % (CDR menjadi
b. Rekomendasi dari Dinas Kesehatan 4,5 per 1.000 penduduk), Implikasinya
Kota asal jenazah bagi mereka yang : sulit membuat Life Table, tidak dapat
bukan penduduk Kota Surabaya menghitung berbagai parameter
“outcome” (IMR, MMR, Tingkat
Untuk ahli waris Kematian Anak Balita secara langsung)
• Jika seseorang sudah meninggal, maka ● Informasi sebab kematian belum
diperlukan perlukan perubahan status dicakup dalam Sistem Informasi
yang bersangkutan (menjadi Administrasi Kependudukan (SIAK)
almarhum / almarhumah) secara legal
/ hukum.
● hambatan kultural dalam • Jika mengisi maka isilah dengan
mendapatkan informasi sebab ballpoint, huruf balok, cukup keras
kematian sehingga menembus ke lembar ke 4
● Penentuan penyebab kematian dari RS • Sifat isian dengan mengisi kotak,
umumnya belum menerapkan melingkari, dan menuliskan pada
multiple cause of death berdasarkan tempat yang tersedia
standar internasional (ICD)
• Harus ditandatangani oleh dokter,
● Hingga sekarang, informasi sebab dokter tersebut yang memeriksa dan
kematian didapat dari survei berkala menyatakan seseorang telah
berbasis masyarakat (SKRT/ meninggal
SURKESNAS/ RisKesDas), dengan
Tanda tangan pihak yang menerima dan
menggunakan metode autopsi verbal
dokter yang menerangkan
Bentuk fisik SKK dan FKPK
• Pihak yang menerima SKK adalah
• Terdiri dari 4 rangkap, warna putih, pihak keluarga atau yang mewakili
kuning, merah, hijau keluarga almarhum/ah untuk
menerima lembar pertama (SKK) dari
• Isi lembar pertama (SKK) lebih ringkas
Rumah Sakit atau Puskesmas
dan sederhana dibandingkan dengan
lembar ke 2, ke 3, ke 4 (FKPK) • Dokter yang menerangkan adalah
dokter yang memeriksa jenasah
• Lembar ke 2 sd ke 4 lebih lengkap
ditambah dengan keterangan • Tuliskan nama dan jabatan dokter
penyebab kematian multipel (ICD-10); serta bubuhkan cap instansi (RS atau
yang digunakan untuk membuat Puskesmas)
statistik kematian
LEMBAR KE 2, KE 3, KE 4
Isi surat keterangan kematian
(Berwarna kuning, merah muda, hijau)
• Lembar pertama (SKK) hanya
Adalah FKPK atau SMPK (sertifikat medis
mencantumkan identitas jenasah dan
penyebab kematian)
pernyataan waktu, umur, tempat
meninggal dan rencana pemulasaran, Surat keterangan penyebab kematian
(pasal 7 dan 9 PBM) / Sertifikat Medis
• Digunakan untuk keperluan izin
Penyebab Kematian
pemulasaran dan pembuatan akta
kematian, dan hal-hal lain yang • Merupakan adaptasi dari “certificate
berhubungan dengan aspek cause of death” dari WHO, yang mulai
hukum/kependudukan, diberlakukan /disosialisasikan di
seluruh dunia tahun 1981
• Diserahkan kepada keluarga
almarhum/ah • data kematian dan penyebab
kematian dibutuhkan untuk menyusun
• Pengisian SKK dapat dilakukan oleh
kebijakan, prioritas, dan
paramedis
pengembangan program kesehatan
• Dilaporkan ke dinkes kota/ kabupaten • penyakit menular ditentukan dalam
untuk diolah menjadi data statistik Peraturan Menteri Kesehatan RI No
kematian dan penyebab kematian 1501/ 2010 Tentang Jenis Penyakit
Menular Tententu Yang Dapat
• Data identitas almarhum harus
Menimbulkan Wabah Dan Upaya
dirahasiakan sesuai ketentuan
Penanggulangan
perundang-undangan
Jenis penyakit menular tertentu yang dapat
• Sertifikat medis penyebab kematian
menimbulkan wabah (PMK No 1501/ 2010
(SMPK) adalah catatan hasil
Tentang Jenis Penyakit Menular Tententu
pemeriksaan pasien melalui autopsi
Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya
forensik dan perawatan medis yang
Penanggulangan)
dikeluarkan oleh rumah sakit.
a) Kolera
• Surat keterangan penyebab kematian
b) Pes
(SKPK) adalah catatan hasil c) Dbd
pemeriksaan pasien melalui autopsi d) Campak
verbal (wawancara) dengan pihak e) Polio
keluarga yang dikeluarkan oleh f) Dipteri
puskesmas kecamatan dan kelurahan. g) Pertusis
(Peraturan Gubernur Provinsi Daerah h) Rabies
Khusus Ibukota Jakarta Nomor 18 i) Malaria
Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan j) Avian influenza H5N1
Pelayanan Elektronik Akta (e-akta) k) Antraks
Pada Fasilltas Kesehatan Masyarakat) l) Leptospirosis
m) Hepatitis
Isi surat keterangan penyebab kematian / n) Influenza A baru (H1N1) pandemi
sertifikat medis penyebab kematian 2009
o) Meningitis
• Bagian atas adalah sama dengan SKK p) Yellow fever
• Bagian bawah adalah data penyebab q) Chikungunya
kematian berdasarkan ICD 10 yang r) Penyakit menular tertentu lainnya
yang dapat menimbulkan wabah
sesuai dengan standar penulisan dari
ditetapkan oleh menteri
WHO
Formulir keterangan bukan penyakit
menular (FORM M)
• Dibuat untuk keperluan pengiriman
jenazah melalui pelabuhan
(berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan No. 424 Tahun 2007,
Tentang Pedoman Upaya Kesehatan
Pelabuhan Dalam Rangka Karantina
Kesehatan)

Potrebbero piacerti anche