Sei sulla pagina 1di 30

Vol. 14 No.

1 Januari-Juni 2012

Abdul Gani Isa


Paradigma Syariat Islam dalam Kerangka Otonomi Khusus (Studi Kajian di
Provinsi Aceh)

Abdulah Safe’i
Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya dalam
Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan

Ali Abubakar
Kontroversi Hukuman Cambuk

Muhammad Syahrial Razali Ibrahim


Al-Qur’an dan Keadilan Islam dalam Pensyariatan Hudud

Nirzalin
Reposisi Teungku Dayah Sebagai Civil Society di Aceh

Rahimin Affandi Abd Rahim, Abdullah Yusof & Nor Adina Abdul Kadir
Film Sebagai Pemankin Pembangunan Peradaban Melayu-Islam Modern

Saifuddin Dhuhri
Diskursus Islam Liberal; Strategi, Problematika dan Identitas

Sulaiman Tripa
Otoritas Gampong dalam Implementasi Syariat Islam di Aceh

Teuku Muttaqin Mansur


Penyelesaian Kasus Mesum melalui Peradilan Adat Gampong di Aceh (Suatu
Kajian Kasus di Banda Aceh)

Yenni Samri Juliati Nasution


Mekanisme Pasar dalam Perspektif Ekonomi Islam
MEDIA SYARI’AH
Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial
MEDIA SYARI’AH
Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial
Vol. 14, No. 1, 2012

PENGARAH
Nazaruddin A.Wahid

PENANGGUNG JAWAB
Muhammad Yasir Yusuf

KETUA
Kamaruzzaman

SEKRETARIS
Husni Mubarrak

BENDAHARA
Ayumiati

EDITOR
Abdul Jalil Salam
Hafas Furqani
Nilam Sari
Ali
Azharsyah
Chairul Fahmi
Dedi Sumardi

LAY OUT
Azkia

SEKRETARIAT
Rasyidin
Ubaidillah
MEDIA SYARI'AH, is a six-monthly journal published by the Faculty of Sharia and Law of the
State Islamic University of Ar-Raniry Banda Aceh. The journal is published since February 1999
(ISSN. 1411-2353). Number, 0005.25795090 / Jl.3.1 / SK.ISSN / 2017.04. earned accreditation in
2003 (Accreditation No. 34 / Dikti / Kep / 2003). Media Syari’ah has been indexed Google Scholar
and other indexation is processing some.

MEDIA SYARI'AH, envisioned as the Forum for Islamic Legal Studies and Social Institution, so
that ideas, innovative research results, including the critical ideas, constructive and progressive
about the development, pengembanan, and the Islamic law into local issues, national, regional and
international levels can be broadcasted and published in this journal. This desire is marked by the
publication of three languages, namely Indonesia, English, and Arabic to be thinkers, researchers,
scholars and observers of Islamic law and social institutions of various countries can be publishing
an article in Media Syari'ah

MEDIA SYARI'AH, editorial Board composed of national and international academia, part of
which are academicians of the Faculty of Sharia and Law of the State Islamic University of Ar-
Raniry Banda Aceh. This becomes a factor Media Syari'ah as prestigious journals in Indonesia in
the study of Islamic law.

Recommendations from the editor to scope issues specific research will be given for each publishing
Publishing in January and July.

Editor Office :
MEDIA SYARI’AH
Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial
Fakultas Syariah IAIN Ar-Raniry Darussalam- Banda
Aceh, Provinsi Aceh – 23111
E-mail: mediasyariah@ar-raniry.ac.id
No. Telp (0651)7557442,
Fax. (0651) 7557442
Table of Contents

Articles

1 Abdul Gani Isa


Paradigma Syariat Islam dalam
Kerangka Otonomi Khusus
(Studi Kajian di Provinsi Aceh)

39 Abdulah Safe’i
Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan
Peranannya dalam Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan

65 Ali Abubakar
Kontroversi Hukuman Cambuk

97 Muhammad Syahrial Razali Ibrahim


Al-Qur’an dan Keadilan Islam
dalam Pensyariatan Hudud

121 Nirzalin
Reposisi Teungku Dayah Sebagai
Civil Society di Aceh
145 Rahimin Affandi Abd Rahim, Abdullah Yusof & Nor Adina
Abdul Kadir
Film Sebagai Pemankin Pembangunan Peradaban Melayu-
Islam Modern

283 Saifuddin Dhuhri


Diskursus Islam Liberal;
Strategi, Problematika dan Identitas

201 Sulaiman Tripa


Otoritas Gampong dalam Implementasi
Syariat Islam di Aceh

231 Teuku Muttaqin Mansur


Penyelesaian Kasus Mesum melalui
Peradilan Adat Gampong di Aceh
(Suatu Kajian Kasus di Banda Aceh)

245 Yenni Samri Juliati Nasution


Mekanisme Pasar dalam Perspektif
Ekonomi Islam
Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap
Kedudukan dan Peranannya dalam
Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan

Abdulah Safe’i

Abstrak: Koperasi syariah adalah koperasi yang dikelola


berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Keberadaannya meskipun
masih baru, terus mengalami peningkatan. Koperasi syariah atau
Koperasi Jasa Keuangan Syariah bergerak di bidang simpan
pinjam dalam bentuk tabungan dan pembiayaan yang
diperuntukkan bagi pengusaha kecil dan menengah. Di antara
dasar hukumnya adalah Kepmen Koperasi dan UKM No.
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS).
Koperasi syariah telah banyak berperan dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui produk-produk pembiayaan yang
ditawarkannya. Pengeloaannya yang baik dapat dijadikan sebagai
lembaga keuangan alternatif masyarakat.

Kata Kunci: Koperasi syariah, Produk pembiayaan, Usaha kecil


menengah

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


40 | Abdulah Safe’i

Abstract: Islamic Cooperative is a cooperative finance institution


run based on the principles of Sharia. Its existence is still new
though, continues to increase. Islamic Cooperative or Cooperative
of Islamic Financial Services is engaged in the savings and loans in
the form of savings and financing earmarked for small and medium
entrepreneurs. Among the legal basis is Decree of Cooperatives and
Small and Medium entrepreneurship minister No.
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 on the Implementation of Cooperatives
Operations Islamic Financial Services (KJKS). Islamic cooperatives
have a role in improving public welfare through financing products
it offers. Its good managament can be used as an alternative of the
financial institution public.

Keyword: Islamic cooperative, Financing product, Small and


medium entepreneurship

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya dalam...| 41

PENDAHULUAN

B erkembangnya bank-bank yang berasaskan syariah


Islam di berbagai negara pada dekade 1970-an,
berpengaruh pula ke Indonesia. Pada awal tahun
1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar
ekonomi Islam mulai dilakukan. Sejumlah tokoh yang
terlibat dalam diskusi itu antara lain: Karnaen A.
Perwtaatmadja, M. Dawam Rahardjo, A.M. Saefuddin, M.
Amin Aziz, dan beberapa tokoh lainnya.
Prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di
Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama
Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990
menyelenggarakan lokakarya tentang bunga bank dan
perbankan di Cisarua Bogor. Di antara hasil lokakarya
tersebut dibentuk suatu kelompok kerja untuk mendirikan
bank Islam di Indonesia dan bertugas untuk melakukan
pendekatan dan konsultasi denga para pihak terkait. Hasil
Pokja tersebut melahirkan Bank Muamalat Indonesia. Akte
pendirian bank itu ditandatangani pada tanggal 1 November
1991, dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992
(Antonio, 2001: 25-26).
Sejak tahun 1992, sistem ekonomi Islam di Indonesia
secara lebih gigih mulai dikembangkan hingga dalam waktu
yang singkat bermunculan lembaga-lembaga keuangan
Islam lainnya baik dalam bentuk bank maupun non bank.
Hingga Desember 2005, telah beroperasi 3 Bank Umum
Syari’ah (BUS) dan 19 Unit Usaha Syariah (UUS) dari
bank konvensional. Tiga BUS tersebut terdiri dari Bank
Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM),
dan Bank Syariah Mega Indonesia (BMSI). Bank-bank
konvensional yang membentuk Unit Usaha Syariah (UUS)
adalah IFI, Bukopin, Danamon, Niaga, Permata, BNI, BRI,
BII, HSBC, BTN, Bank DKI, Bank Jabar, BPD Sumut, BPD
Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012
42 | Abdulah Safe’i

Riau, BPD Kalsel, BPD Aceh, BPD NTB, BPD Kalbar, dan
BPD Sumsel. Selain itu terdapat pula BPR Syariah yang
jumlahnya mencapai 92 (Nasution, 2007: 291).
Lembaga keuangan Islam yang berbentuk non bank
di antaranya ialah asuransi syariah, pegadaian syariah,
baitul mal wattamwil (BMT), dan koperasi syariah. Lembaga
yang disebut terakhir ini (koperasi syariah) merupakan salah
satu dari pranata sosial hukum Islam yang dipraktikkan dan
dikembangkan di Indonensia yang cikal bakalnya sudah ada
sejak berdirinya Sarekat Dagang Islam tahun 1913 (Dimyati,
dkk., 1989: 22). Meski demikian, dibandingkan dengan
lembaga keuangan Islam lainnya, koperasi syariah termasuk
salah satu lembaga keuangan yang belum tersosialisaikan
dengan baik di tengah masyarakat. Bahkan dapat dikatakan
bahwa istilah koperasi syariah masih belum akrab di telinga
masyarakat kita padahal berdasarkan data yang
disampaikan oleh ketua umum Koperasi Syariah Indonesia
Yully Trisna Yuliansyah, pada tahun 2007 jumlah koperasi
syariah yang tersebar di Jawa dan Sumatra, sudah mencapai
sekitar 3000-an (http://www.eramuslim.com/
berita/bc2/7713105604-rully-tisna-yuliansyah-optimiper-
kembangkan-koperasi-syariah.htm.). Jumlah tersebut
diprediksi terus berkembang karena peran koperasi syariah
bagi masyarakat sudah mulai dirasakan manfaatnya.
Di samping itu, di tengah perkembangan masyarakat
muslim yang mulai sadar dan membutuhkan pengelolaan
secara syariah, nampaknya menjadi lahan subur bagi
koperasi syariah untuk tumbuh dan berkembang sehingga
dari pengelolaan koperasi syariah tersebut dapat manfaat
berganda bagi para anggota dan pengelolanya. Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (yang pada saat itu)

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya dalam...| 43

dijabat oleh Suryadharma Ali mengakui hal itu. Menurutnya


di saat lembaga keuangan perbankan umumnya masih sulit
untuk diakses Kelompok Usaha Kecil dan Menengah
(KUKM) saat ini, pola koperasi syariah yang dikenal juga
dengan Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) bisa
menjadi lembaga keuangan yang potensial bagi anggotanya
untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan dan
pengembangan usahanya yang produktif.
Tulisan ini selanjutnya akan membahas lebih khusus
tentang keberadaan dan peran Koperasi Syariah di
Indonesia.

TINJAUAN UMUM TENTANG KOPERASI SYARIAH


Keberadaan Koperasi Syariah meskipun berbeda dengan
koperasi konvensional tentu saja tidak dapat dilepaskan
antara keduanya, karena koperasi syariah merupakan salah
satu jenis dari koperasi di Indonesia. Oleh karena itu untuk
mengetahui lebih dalam mengenai koperasi syariah ini,
akan dikemukakan pembahasan mengenai koperasi secara
konvensional terlebih dahulu, sehingga dari pemaparan
tersebut dapat diketahui bagaimana eksistensi koperasi
syariah di Indonesia serta bagaimana pula paranannya
dalam masyarakat.
Keberadaan koperasi di Indonesia sudah ada sejak 1896
ketika seorang Pamong Praja Patih TR. Aria Wiria Atmaja di
Purwokweto mendirikan sebuah bank untuk para pegawai
negeri (priyayi). Tindakannya itu dimotivasi oleh adanya
keinginan untuk menolong para pegawai yang makin
menderita karena terjerat oleh ‘lintah darat’ yang
memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi. Maksud
Patih tersebut diwujudkan dalam bentuk koperasi kredit
model Raiffeisen seperti di Jerman (Widiyanti, dkk,. 1998:

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


44 | Abdulah Safe’i

25).
Saat ini koperasi di Indonesia diatur dalam Undang-
Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Menurut istilah yang umum, Emory S. Bogordus
mengemukakan bahwa koperasi adalah suatu proses sosial
dimana anggota masyarakat berfikir dan bekerja bersama-
sama untuk mencapai tujuan yang sifatnya universal dan
yang sangat menguntungkan manusia. Marquist Childs
(dari Swedia) mengemukakan, bahwa koperasi adalah suatu
organisasi sosial ekonomi yang berusaha untuk
mematahkan sistem kapitalis dengan cara mengadakan
distribusi barang-barang kualitas tinggi dengan harga
murah, yang dalam usahanya itu mencari keuntungan sekecil
mungkin. Sedangkan menurut Moh. Hatta (Bapak koperasi
Indonesia), koperasi adalah suatu perkumpulan orang yang
merdeka keluar dan masuk, atas dasar hak dan tanggung
jawab yang sama, untuk menjalankan bersama perusahaan
ekonomi, yang anggota-anggotanya memberikan jasanya
tidak menurut besar modalnya, melainkan menurut
kegiatannya bertindak di dalam perusahaan mereka itu
(Ivan, 1981: 4).
Dalam pengertian yang spesifik, koperasi adalah suatu
bentuk kerjasama dari sekelompok orang anggota yang
berusaha menyimpan bersama secara teratur dengan tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Menurut pasal
1 UU RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian jo. Pasal
3 UU RI No. 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Koperasi,
koperasi adalah sebagai badan usaha yang beranggotakan
orang seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya dalam...| 45

atas asas kekeluargaan (Pasal 1 UU RI No. 25 Tahun 1992).


Berdasarkan definisi di atas dapat ditegaskan bahwa
yang dimaksud dengan koperasi adalah setiap badan usaha
bersama yang dimiliki oleh sekelompok orang yang
dioperasika berdasarkan prinsip-prinsip kerjasama. Sebagai
badan usaha, maka tujuan koperasi diarahkan untuk
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun
tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945
(Pasal 3 UU RI No. 25 Tahun1992).

Prinsip koperasi sebagaimana diatur dalam pasal 5 ayat


1 UU RI No. 25/1992 adalah sebagai berikut:
a. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
b. pengeloalaan dilakukan secara demokratis;
c. pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-
masing anggota;
d. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;
e. kemandirian.

Badan usaha dalam bentuk koperasi ini diyakini oleh


para pendiri negera Indonesia sebagai usaha paling relevan
dalam melaksanakan amanat UUD 1945 khususnya pasal 33
yang menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Selanjutnya dalam penjelasan pasal 33, di samping
menyatakan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang
diutamakan bukan kemakmuran perseorangan, juga
menempatkan koperasi sebagai sokoguru atau model
perekonomian nasional dan bagian integral kebijakan
Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012
46 | Abdulah Safe’i

perekonomian nasional.
Dengan menjadikan kedudukan koperasi sebagaimana
disebut di atas maka peran koperasi sangat strategis dalam
menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi
rakyat serta dalam mewujudkan kehidupan demokrasi
ekonomi yang mempunyai cita-cita demokratis,
kebersamaan, kekeluargaan, dan keterbukaan (Penjelasan
atas UU RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian).
Bentuk usaha koperasi ini dianggap paling ideal untuk
menghimpun anggota yang kebanyakan dari golongan
ekonomi lemah agar bersatu menghimpun kekuatan
mencapai cita-cita kesejahteraan yang adil dan merata.
Meski demikian, dalam tataran praktisnya saat ini, bentuk
usaha koperasi juga dilakukan oleh orang-orang dari
golongan ekonomi yang mapan.
Orang-orang kaya hendaknya turut mengembangkan
koperasi, agar koperasi ini betul-betul menjadi milik
nasional, milik seluruh rakyat dan bangsa Indonesia.
Undang-Undang Koperasi tidak hanya untuk rakyat kecil,
tetapi kelompok orang kaya, kelompok intelektual, dan
kelompok profesional pun berhak untuk melakukannya.
Dengan adanya koperasi dari kalangan ekonomi kuat
diharapkan dapat menyerap banyak tenaga kerja, dan
produk yang dihasilkan oleh koperasi rakyat, seperti
koperasi warga, koperasi kerajinan, dan sebagainya dapat
diserap atau dibeli oleh koperasi kuat. Dengan demikian
akan muncul kerjasama saling menguntungkan antara
koperasi kuat dengan koperasi lemah (Alma, 1994: 161).
Lapangan usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan
langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya dalam...| 47

usaha dan kesejahteraan anggota. Namun demikian apabila


memungkinkan, dapat pula digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi.
Usaha dimaksud dapat berupa segala bidang kehidupan
ekonomi baik bersifat produktif maupun konsumtif. Jenis
usaha koperasi pada umumnya berbentuk koperasi tunggal
usaha (KTU) dan koperasi serba usaha (KSU). Namun
demikian terdapat juga jenis koperasi lainnya berdasarkan
jenis usahanya.
Berdasarkan jenis usaha yang dikelolanya maka jenis
koperasi pun beraneka ragam. Jenis koperasi didasarkan pada
kebutuhan dan semangat kerja sama di antara para
anggotanya. Perkembangan koperasi mula-mula hanya
terbatas pada tiga jenis saja, yaitu koperasi konsumsi,
koperasi produksi, dan koperasi kredit atau koperasi simpan
pinjam.
Dalam perkembangan berikutnya lahir berbagai jenis
koperasi seiring dengan aneka jenis usaha yang dikelolanya
sebagai akibat dari meningkatnya kebutuhan hidup di
masyarakat. Secara umum jenis koperasi tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam 5 katagori, yaitu:
1. koperasi konsumsi
2. koperasi simpan pinjam
3. koperasi produksi
4. koperasi jasa
5. koperasi serba usaha.
Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang dikelola untuk
memenuhi kebutuhan barang konsumsi atau barang yang
dibutuhkan setiap hari oleh anggotanya. Koperasi ini
bertujuan agar para anggotanya dapat membeli barang-
barang konsumsi dengan kualitas baik dengan harga yang

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


48 | Abdulah Safe’i

layak. Untuk melayani kebutuhan anggotanya, koperasi


konsumsi baisanya mengadakan usaha berupa:
a. membeli barang-barang konsumsi keperluan sehari-
hari dalam jumlah yang besar sesuai dengan
kebutuhan anggota.
b. menyalurkan barang-barang konsumsi kapada para
anggotanya dengan harga yang layak.
c. berusaha membuat sendiri barang-barang konsumsi
untuk keperluan anggota (Widiyanti,
dkk., 1998: 48-52).
Yang mendirikan koperasi konsumsi biasanya para
konsumen atau para pemakai barang- barang konsumsi
seperti para pegawai negeri, para guru dan dosen, para siswa
dan mahasisa, para anggota TNI dan Polri, buruh, atau
karyawan.
Koperasi Simpan Pinjam didirikan untuk memberikan
kesempatan kepada para anggota dalam memperoleh
pinjaman dengan mudah dan pembayaran jasa yang ringan.
Uang yang dipinjamkan diambil dari modal koperasi yang
diperoleh dari simpanan anggota sendiri.
Fungsi pinjaman di dalam koperasi sesuai dengan
tujuan koperasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan dan
mensejahterakan para anggotanya. Misalnya:
a. dengan pinjaman itu seorang petani dapat
membeli pupuk, bibit unggul, dan alat-alat
pertanian lainnya yang akan membantu
meningkatkan hasil usahanya.
b. dengan uang pinjaman itu para nelayan dapat
membeli jaring penangkapikan yang baik sehingga
diharapkan pendapatannya dapat bertambah.

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya dalam...| 49

c. dengan uang pinjaman itu maka para buruh atau


karyawan dapat membeli barang yang tidak dapat
dibeli dari upah atau gajinya sebulan. Dengan cara
itu pula ia dapat membeli barang-barang untuk
keperluan diri dan anaknya, seperti membeli laptop,
sepeda, motor, dan sebagainya.
Tujuan koperasi simpan pinjam adalah:
1. membantu keperluan kredit para anggota dengan
syarat-syarat yang ringan.
2. mendidik para anggota agar giat menyimpan sacara
teratur sehingga membentuk modal sendiri.
3. mendidik anggota hidup berhemat dengan
menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka
(Widiyanti, dkk, 1998: 48-52).
Koperasi Produksi adalah koperasi yang bergerak di
bidang kegiatan ekonomi produksi dan distribusi barang-
barang. Misalnya Koperasi Peternak Sapi Perah, Koperasi
Tahu Tempe, koperasi Batik, dan sebagainya.
Koperasi produksi anggotanya terdiri dari para penghasil
barang atau jasa. Orang-orang tersebut adalah para buruh
atau para pengusaha kecil. Oleh sebab itu koperasi
produksi sering dibagi menjadi 2 macam yaitu koperasi
produksi kaum buruh dan koperasi produksi kaum
pengusaha.
Koperasi produksi kaum buruh anggotanya terdiri dari
para buruh yang memiliki keterampilan tertentu kemudian
mereka mengumpulkan modal dan membangun
perusahaan bersama. Perusahaan ini dapat berupa
perusahaan kerajian, perusahaan peternakan atau pertanian.
Mereka sendirilah yang menjadi buruh sekaligus
menjadi anggota koperasi dan pemilik perusahaan
bersama.
Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012
50 | Abdulah Safe’i

Koperasi produksi kaum produsen anggotanya adalah


orang-orang yang masing-masing mempunyai perusahaan
sendiri. Pada umumnya mereka adalah para produsen
kecil, seperti koperasi produsen pertanian, koperasi
produsen perkebunan, dan sebagainya.
Koperasi Jasa adalah koperasi yang bergerak di bidang
usaha penyediaan jasa tertentu bagi para anggota maupun
masyarakat umum. Misalnya Koperasi Angkutan Jakarta
(Kopaja), koperasi jasa listrik, koperasi jasa kesehatan, dan
lain sebagainya.
Koperasi jasa didirikan untuk memberikan pelayanan
(jasa) kepada para anggotanya. Misalnya koperasi
pengangkutan memberi jasa angkutan barang atau orang.
Modal yang dikumpulkan dibelikan alat angkutan seperti
truk yang mengangkut barang dari anggota dengan tarip
yang lebih rendah dari tarip umum,atau dibelikan bus
dengan maksud yang serupa di atas. Ada juga koperasi
pengangkutan yang secara bersama-sama memberikan
jasa kepada anggota dan masyarakat umum, seperti
Koperasi Taksi. Anggotanya dilayani dengan cara
menyediakan onderdil dan menyelenggarakan bengkel
bersama, kemudian taksinya melayani pengangkutan umum
(Widiyanti, dkk., 1998: 59-61).
Koperasi Serba Usaha adalah koperasi yang melakukan
usaha lebih dari satumacam kebutuhan ekonomi atau
kepentingan ekonomi para anggotanya. Biasanya koperasi
jenis ini tidak dibentuk sekaligus untuk melakukan
berbagai macam usaha, melainkan makin luas usahanya
karena kebutuhan anggota yang makin berkembang,
kesempatan usaha yang terbuka, tersedianya modal, dan
sebab-sebab lainnya. bentuk koperasi ini dilihat dari jenis
Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012
Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya dalam...| 51

usahanya dapat dikatakan sebagai gabungan dari jenis


koperasi yang empat di atas ((Widiyanti, dkk., 1998:77).
Pembedaan jenis koperasi di samping berdasarkan pada
jenis usahanya, juga ada yang membedakannya berdasarkan
pada jenis usaha, asas, dan prinsipnya. Jenis koperasi yang
demikian dapat dibedakan menjadi 2 macam jenis koperasi,
yaitu koperasi konvensional dan koperasi syariah.
Pembedaan dua jenis koperasi di atas dalam prakteknya
lebih ditekankan pada perbedaan jenis pengelolaannya. Jika
koperasi konvensional pengelolaannya mengacu pada
perturan perundang- undangan yang berlaku di
Indonesia, maka koperasi syariah pengelolaannya
mengacu pada ketentuan-ketentuan dalam ajaran atau
syariat Islam.

EKSISTENSI DAN PERAN KOPERASI SYARIAH


Keberadaan koperasi syariah pada hakekatnya
merupakan sebuah konversi dari koperasi konvensional
dengan menambahkan muatan berupa prinsip-prinsip
koperasi atau musyarakah yang sesuai dengan syariat Islam
dan peneladanan terhadap prilaku ekonomi yang dilakukan
Rasulullah dan para sahabatnya.
Konsep pendirian Koperasi Syariah pada dasarnya
menggunakan konsep Syirkah Mufawadhoh yakni sebuah
usaha yang didirikan secara bersama-sama oleh dua
orang atau lebih, masing- masing memberikan kontribusi
dana dalam porsi yang sama besar dan berpartisipasi dalam
kerja dengan bobot yang sama pula. Masing-masing partner
saling menanggung satu sama lain dalam hak dan
kewajiban. Dan tidak diperkenankan salah seorang
memasukan modal yang lebih besar dan memperoleh

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


52 | Abdulah Safe’i

keuntungan yang lebih besar pula dibanding dengan


partner lainnya. Menurut Sayyid Sabiq sirkah mufawadlah
adalah kerjasama dua orang atau lebih untuk melakukan
suatu usaha dengan persyaratan: (1) modal masing-masing
sama besarnya, (2) mempunyai kesamaan wewenang untuk
mengelola, (3) masing-masing anggota beragama yang
sama, dan (4) masing- masing memiliki hak untuk
bertindak atas nama koperasi tersebut (Sabiq, 1997: 177).
Landasan normatif koperasi syariah adalah al-Qur’an dan
Sunnah, serta Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.
Sedangkan azasnya adalah tolong menolong (gotong
royong).
Ayat al-Qur’an yang dijadikan dasar dalam pelaksanaan
koperasi adalah:

1. Q.S. al-Nisa: 12
  ...
...  
‘Maka mereka berserikat dalam yang sepertiga itu’.
2. Q.S. Shad: 24

   



 
  
 


“…..dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-
orang yang berserikat itu sebahagian mereka
Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012
Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya dalam...| 53

berbuat zalim kepada sebahagian yang lain,


kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh ….”
3. Hadits riwayat Abu Dawud:
“Dari Abi Huraiurah ra. Bahwasanya Nabi saw
bersabda, sesungguhnya Allah berfirman: “Aku
adalah orang yang ketiga dari dua orang yang
berserikat selama salah seorang di antaranya
tidak menghianati yang lain, maka apabila
berkhianat salah seorang di antara keduanya,
saya keluar dari perserikatan keduanya”.
Prinsip Koperasi Syariah adalah:
1. Koperasi syariah menegakan prinsip-prinsip ekonomi
Islam, sebagai berikut:
a. Kekayaan adalah amanah Allah swt yang tidak
dapat dimiliki oleh siapapun secara mutlak
b. Manusia diberi kebebasan bermu’amalah selama
sesuai dengan ketentuan syariah
c. Manusia merupakan khalifah Allah dan
pemakmur di muka bumi
d. Menjunjung tinggi keadilan serta menolak setiap
bentuk ribawi (sistem bunga yang merugikan
pihak tertentu) dan pemusatan sumber dana
ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok
orang saja.
2. Dalam melaksanakan kegiatannya didasarkan pada
prinsip-prinsip syariah Islam sebagai berikut
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
b. Keputusan ditetapkan secara musyawarah dan
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen
(istiqomah)

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


54 | Abdulah Safe’i

c. Pengelolaan dilakukan secara transparan dan


professional
d. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil,
sesuai dengan besarnya jasa usaha masing-masing
anggota
e. Pemberian balas jasa modal dilakukan secara
terbatas dan professional menurut sistem bagi
hasil
f. Jujur, amanah, dan mandiri
g. Mengembangkan sumber daya manusia, sumber
daya ekonomi dan sumber daya informasi secara
optimal
h. Menjalin dan menguatkan kerjasama di antara
anggota, antar koperasi serta dengan dan atau
lembaga lainnya (www.koperasisyariah.com” \o
“Komunitas Koperasi Syariah).
Azas usaha dalam Koperasi Syariah didasarkan atas konsep
gotong royong serta tidak dimonopoli atau dikuasai oleh
salah seorang pemilik modal. Begitu pula dalam hal
keuntungan yang diperoleh maupun kerugian yang diderita
harus dibagi atau ditanggung secara sama dan
proporsional. Penekanan manajemen usaha dilakukan
secara musyawarah (Syuro) sesama anggota dalam Rapat
Anggota Tahunan (RAT) dengan melibatkan seluruhnya
potensi anggota yang dimilikinya.
Ayat al-Qur’an yang relevan dengan asas di atas adalah:

 

  
 
Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012
Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya dalam...| 55


 
  
  


“…..Dan tolong menolonglah kamu dalam


(mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah,
Allah amat berat siksaannya” (Q.S. al-Maidah[5]: 2).
Berdasarkan asas usaha di atas, maka koperasi
syariah didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan
bersama antara anggota koperasi pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya, serta turut membangun
tatanan perekonomian yang berbasis pada kerakyatan
dengan landasan ekonomi yang berkeadilan serta sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam. Koperasi syariah disebut
sebagai lembaga yang turut membangun perekonomian
kerakyatan karena pangsa pasarnya memang ditujukan
bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah yang
diwujudkan melalui program pemberdayaan dan
pembiayaan usaha kecil, mikro, dan menengah.

KOPERASI SYARIAH DAN PEMBERDAYAAN


EKONOMI KERAKYATAN
Usaha yang dikelola oleh koperasi syariah dapat
dibagi kepada 2 jenis usaha, yaitu usaha perniagaan dan
usaha simpan pinjam. Dalam bidang perniagaan syarat
produk yang diperdagangkan: (1) halal, (2) suci, dan (3)
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ekonomi dalam
Islam. Sedangkan usaha simpan pinjam harus memenuhi
Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012
56 | Abdulah Safe’i

syarat: (1) tidak bertentangan dengan prinsip- prinsip


syariat, (2) tidak ada unsur zulm, riba, gharar
(penipuan), dan maisir (perjudian), (3) mengandung
manfaat bagi kedua belah pihak, dan (4) berorientasi
pada kepentingan umum (Muhammad Syamsuri, 2003:
47).
Koperasi syariah yang mengelola secara khusus dalam
usaha simpan pinjam biasa disebut juga dengan Koperasi
Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Keberadaan KJKS ini agar
dapat lebih menjamin kehidupan Koperasi sebagaimana
diamanatkan oleh pasal 33 Undang-Undang Dasar
1945 didukung oleh Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan pinjam
oleh Koperasi serta Kepmen Koperasi dan UKM No.
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Usaha KJKS.
Dalam operasionalnya, KJKS ini tidak terlalu banyak
perbedaannya dengan BMT. Sebagai lembaga keuangan,
keduanya mempunyai fungsi yang sama dalam
penghimpunan dan penyaluran dana. Istilah-istilah yang
digunakan juga tidak ada bedanya. Dalam proses
penghimpunan dana, keduanya menggunakan istilah
simpanan atau tabungan. Begitu pula dalam penyaluran
dana, keduanya menggunakan istilah pembiayaan. Dalam
hal pembiayaan, akad yang dikembangkan berupa pola
bagi hasil (sistem mudlarabah). Sedang syarat pendirian
kedua lembaga tersebut mengharuskan minimal 20 orang
(Anonimous, 2012: 6).
Selain itu, dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Koperasi
Jasa Keuangan Syariah yang diterbitkan oleh Kementerian
Koperasi dan UKM, pada pasal 25 ditegaskan bahwa

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya dalam...| 57

operasional KJKS juga memungkinkan untuk melaksankan


fungsi ‘Maal’ dan fungsi ‘Tamwil’, sebagaimana yang
selama ini dijalankan oleh BMT.
Adapun yang sedikit membedakan dalam
pelaksanaannya, pada BMT memungkinkan penyaluran
dananya pada pihak luar, yaitu pihak yang belum menjadi
anggota BMT. Sedangkan, dalam operasional KJKS,
penyaluran dananya hanya diperuntukkan pada pihak yang
telah terdaftar menjadi anggota KJKS. Dalam hal ini, KJKS
hanya diperkenankan memberikan pembiayaan kepada
anggota. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar koperasi, dari
anggota, oleh anggota dan untuk anggota. Koperasi syariah
merupakan bagian dari model lembaga keuangan mikro
syariah (LKMS). Oleh karenanya, fokus koperasi syariah
adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat di
tingkat menengah ke bawah, yaitu dengan memberikan
pembiayaan pada skala mikro (kecil).
Produk pembiayaan pada koperasi syariah atau koperasi
jasa keuangan syariah (KJKS) dimaksud adalah:
1. Pembiayaan musyarakah, yaitu akad kerja sama
antara dua pihak atau lebih untuk melakukan
usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan
dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau
resiko akan ditanggung bersama.
Musyarakah biasanya diterapkan dalam hal
pembiayaan proyek, di mana anggota yang dibiayai
dan koperasi/KJKS sama-sama menyediakan dana
untuk membiayai suatu proyek. Setelah proyek
selesai, anggota megembalikan dana tersebut beserta
bahi hasil yang telah disepakati untuk
koperasi/KJKS.

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


58 | Abdulah Safe’i

2. Pembiayaan mudlarabah, yaitu akad kerjasama


antara dua pihak, di mana pihak pertama
menyediakan seluruh modal dan pihak lain
menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila
rugi maka akan ditanggung pemilik modal selama
kerugian tersebut bukan akibat dari kelalaian si
pengelola. Jika kerugian diakibatkan oleh kelalaian
pengelola, maka si pengelola harus bertanggung
jawab atas kerugian itu.
3. Pembiayaan murabahah, yaitu akad jual beli antara
dua belah pihak di mana pembeli dan penjual
menyepakati harga jual yang terdiri dari harga beli
ditambah ongkos pembelian dan keuntungan bagi
penjua. Murabahah dapat dilakukan secara tunai
atau bayar secara angsuran.
4. Pembiayaan istishna, yaitu pembelian barang
melalui pesanan terhadap barang yang
membutuhkan proses untuk pembuatannya sesuai
dengan pesanan pembeli dan pembayaran
dilakukan di muka sekaligus atau secara bertahap.
5. Pembiayaan salam, yaitu pembelian barang dengan
pembayaran di muka dan barang diserahkan
kemudian (Anonimous, 2012: 89-101).
Peran penting yang tidak boleh diabaikan dari
koperasi syariah ini adalah peran sertanya dalam upaya
mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomni
anggota pada khususnya dan masyarakat umumnya baik
melalui usaha perniagaan maupun usaha pembiayaan.
Dalam usaha bembiayaan, koperasi syariah berperan
memberikan kesempatan kepada para anggota dalam

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya dalam...| 59

memperoleh pinjaman dengan mudah dan pembayaran


jasa yang ringan. Uang yang dipinjamkan diambil dari
modal koperasi yang diperoleh dari simpanan anggota
sendiri.
Fungsi pinjaman di dalam koperasi sesuai dengan
tujuan koperasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan dan
mensejahterakan para anggotanya. Kebutuhan dimaksud
baik berupa kebutuhan konsumtif maupun kebutuhan
produktif sebagai modal usaha perorangan. Hal ini sesuai
dengan tujuan koperasi simpan pinjam seperti:
1. Membantu keperluan kredit para anggota dengan syarat-
syarat yang ringan.
2. Mendidik para anggota agar giat menyimpan sacara
teratur sehingga membentuk modal sendiri dan
mendidik anggota hidup berhemat dengan
menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka.

Berdasarkan pada pemaparan di atas dapat dikemukakan


bahwa keberadaan koperasi syariah atau koperasi jasa
keuangan syariah memiliki korelasi positip dengan
pemberdayaan ekonomi kerakyatan khususnya dalam
memberikan pembiayaan kepada golongan ekonomi
menengah ke bawah.

KESIMPULAN
Koperasi syariah adalah koperasi yang dikelola
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Keberadaan koperasi
syariah termasuk masih baru, jika dibandingkan dengan
BMT atau lembaga ekonomi yang lainnya. Meski demikian,
perkembangannya terus mengalami peningkatan karena
manfaatnya yang sudah nyata dirasakan oleh masyarakat
khususnya dalam melayani kebutuhan dana bagi golongan

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


60 | Abdulah Safe’i

ekonomi kecil.
Koperasi syariah yang bergerak di bidang simpan
pinjam sebagai jasa keuangan secara operasional hampir
sama dengan lembaga keuangan BMT. Ia berperan sebagai
lembaga keuangan mikro yang diorientasikan untuk
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
Landasan operasionalnya mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan pinjam oleh Koperasi serta Kepmen
Koperasi dan UKM No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS).
Koperasi syariah telah banyak berperan dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui produk-
produk yang ditawarkannya, baik melalui produk
pembiayaan maupun produk usaha perniagaan.

DAFTAR PUSTAKA:
Alma, Buchari. 1994. Ajaran Islam dalam Bisnis. Bandung:
Alfabeta

Anonimous. 2012. Modul Koperasi Jasa Keuangan Syariah.


Jakarta: Deputi Bid. Pengembangan SDM Kemenkop
dan UKM RI

Antonio, M. Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori dan Praktik.


Jakarta: Gema Insani Pers

Dimyati, Ahmad, dkk. 1989. Islam dan Koperasi Telaah Peran


Serta Umat Islam dalam Pengembangan
Koperasi. Jakarta: Koperasi Jasa Informasi (KOPINFO)

Ivan, Abu. 1981. Penyelenggaraan Koperasi Pondok Pesantren.

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


Koperasi Syariah: Tinjauan Terhadap Kedudukan dan Peranannya dalam...| 61

Jakarta: Hidakarya Agung

Nasution, Mustafa Edwin. 2007. Pengenalan Eksklusif


Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. Cet. ke-2

Sabiq, Sayyid. 1997. Fikih Sunnah. Terj. Kamaluddin A. Malik.


Bandung: Al-Ma’arif

Syamsuri, Muhammad. 2003. Penerapan Prinsip-Prinsip


Muamalah pada Koperasi Syariah Pemuda Mandiri
Indonesia (KSPMI) Jawa Barat, Skripsi Jurusan
Muamalah Fakultas Syariah IAIN SGD Bandung

Widiyanti, Ninik dan Y.W. Sunindhia. 1998. Koperasi dan


Perekonomian Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. cet.
Ketiga

UNDANG-UNDANG

Kepmen Koperasi dan UKM No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004


tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha KJKS

PP Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha


Simpan pinjam oleh Koperasi

UU RI No. 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Koperasi

UU RI No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

SITUS

operasisyariah.com

http://www.eramuslim.com/berita/bc2/7713105604-rully-
tisna-yuliansyah-optimis-kembangkan- koperasi-
syariah.htm.

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012


62 | Abdulah Safe’i

Saiful Arif. blogspot.com/Koperasi Syariah antara Harapan


dan Tantangan.

Media Syari’ah, Vol. 14, No. 1, 2012

Potrebbero piacerti anche