Sei sulla pagina 1di 9

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 3

Agustus 2015
ISSN: 2338-4336

PENGARUH SISTEM TANAM TUMPANGSARI PADA BROKOLI ORGANIK


TERHADAP HAMA Crocidolomia pavonana F. (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE)

Mega Apriliyanti, Gatot Mudjiono, dan Retno Dyah Puspitarini

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya


Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia

ABSTRACT
Crocidolomia pavonana is one of pest that attack crops of broccoli. Negative effect of
synthetic pesticides to control C. pavonana pest populations cause intercropping
systems in organic farming as one of ways to resolve the problem. Purpose of research
was to assess effect of intercropping celery and leek with organic broccoli on population
and intensity of pest C. pavonana compared with organic broccoli monoculture
cropping system. The research was conducted on organic land own of PT. Herbal
Estate, Batu, East Java from Januari until April 2015. The research use completely
randomized design method with four treatments and four replication, there were:
organic broccoli monoculture, organic broccoli with celery intercropping, organic
broccoli with leek intercropping and organic broccoli with celery and leek
intercropping. Research was conducted at the land size of 155 m2. On the land was
made dike wall sized of 400x150x30cm. Number of dike wall in the area of research
was 16. Parameter observation were population level and intensity of damage C.
pavonana. Observation were made with visual method on each plant sample. On each of
the dike wall were assigned two sample of plants, so total of sample plants were 32.
Observation was conducted as much 10 times started 7 days after planting until harvest,
with one week interval. The results showed that the application of intercropping
planting using celery and leek as a pest repellent on organic broccoli cultivation was not
significantly different effect on the population and damage intensity of C. pavonana .
The rate population of C. pavonana on all treatments were low in early observation and
began to increase on eighth observation with population average of 0,54 individuals per
plant. Percentage of damage intensity on all treatments were low in early observation
and began to increase at fifth until tenth observation with population average of 1,02%.
Keywords: Celery, damage intensity, leek, monoculture, population

ABSTRAK
Crocidolomia pavonana merupakan salah satu hama yang menyerang tanaman
brokoli. Dampak negatif pestisida sintetik untuk mengendalikan populasi hama C.
pavonana menjadikan sistem tanam tumpangsari dalam budidaya organik sebagai salah
satu upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengkaji pengaruh tumpangsari seledri dan bawang daun dengan brokoli organik
terhadap populasi dan intensitas serangan hama C. pavonana dibandingkan dengan
sistem tanam monokultur. Penelitian dilaksanakan di lahan organik milik PT. Herbal
Estate, Batu, Jawa Timur pada bulan Januari sampai April 2015. Metode percobaan
yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan empat
ulangan yaitu: monokultur, tumpangsari brokoli dengan seledri, tumpangsari brokoli
dengan bawang daun, tumpangsari dengan seledri dan bawang daun. Penelitian
diakukan di lahan berukuran 155 m2. Pada lahan tersebut dibuat bedengan berukuran

34
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

400x150x30 cm. Jumlah bedengan pada lahan penelitian adalah 16 bedeng. Parameter
pengamatan dalam penelitian ini yaitu tingkat populasi dan intensitas kerusakan C.
pavonana. Pengamatan dilakukan dengan metode visual pada setiap tanaman contoh.
Pada tiap bedengan ditetapkan dua tanaman contoh, sehingga jumlah tanaman contoh
seluruhnya adalah 32 tanaman. Pengamatan dilakukan sebanyak 10 kali dimulai saat
tanaman berumur 7 hari setelah tanam sampai menjelang panen dengan interval satu
minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan sistem tanam tumpang sari dengan menanam tanaman seledri dan bawang
daun sebagai tanaman penolak hama pada budidaya brokoli organik pengaruhnya tidak
berbeda nyata terhadap tingkat populasi maupun intensitas kerusakan C. pavonana.
Tingkat populasi C. pavonana pada semua perlakuan rendah di awal pengamatan dan
mulai meningkat pada saat pengamatan ke-8 dengan rata-rata populasi 0,54
ekor/tanaman. Persentase intensitas kerusakan pada semua perlakuan tergolong rendah
di awal pengamatan dan mulai meningkat pada pengamatan ke-5 sampai pengamatan
ke-10 dengan rata-rata intensitas kerusakan yaitu 1,02%.
Kata kunci: Bawang daun, intensitas kerusakan, monokultur, populasi, seledri.
.

PENDAHULUAN tanaman penolak yang mampu


mengeluarkan bau khas dan bersifat
Brokoli atau Brassica oleracea L.
menjauhkan populasi hama dari tanaman
(Brassicales: Cruciferae) merupakan
budidaya. Sistem tumpangsari dengan
tanaman hortikultura yang memiliki
tanaman yang bersifat penolak dapat
kandungan gizi tinggi (Gad dan El Moez,
menyebabkan penurunan kepadatan
2011). Salah satu kendala dalam budidaya
populasi hama dibandingkan dengan
brokoli adalah adanya serangan hama
hanya menanam satu jenis tanaman dalam
Crocidolomia pavonana Fabricius
satu areal (Sjam et al., 2011).
(Sinonim: Crocidolomia binotalis Zeller)
Penanaman brokoli di PT.Herbal
(Lepidoptera: Pyralidae). Hama tersebut
Estate dilakukan dengan sistem pertanian
termasuk hama oligofag yang menyerang
organik monokultur. Pengendalian
berbagai tanaman sayuran di golongan
menggunakan sistem tanam tumpangsari
Brassicaceae (Kalshoven, 1981).
antara brokoli dengan bawang daun dan
Dampak negatif terhadap
seledri belum pernah diterapkan. Selain
penggunaan pestisida menjadikan sistem
itu, informasi mengenai pengendalian
tanam organik sebagai salah satu solusi
hama pada tanaman brokoli juga masih
untuk mengendalikan masalah tersebut.
sedikit. Maka dari itu penelitian mengenai
Pada sistem tanam organik terdapat
penanaman tanaman bawang daun dan
berbagai teknik pertanian, salah satunya
seledri sebagai tanaman pendamping pada
yaitu tumpangsari. Sistem tanam
tanaman brokoli organik untuk menekan
tumpangsari mampu menekan populasi
serangan hama ulat krop C. pavonana ini
hama tanaman utama, karena salah satu
perlu dilakukan. Hasil penelitian ini
penyebab munculnya hama dapat
diharapkan dapat diperoleh informasi
dikaitkan dengan adanya sistem
mengenai tanaman pendamping yang
pertanaman yang bersifat monokultur
paling efektif dalam mengendalikan
(Pimentel, 1982). Seledri atau Apium
populasi C. pavonana dalam budidaya
graveolens L. (Apiales: Apiaceae) dan
brokoli organik dan dapat dijadikan
bawang daun atau Allium fistulosum L.
rekomendasi pengendalian C. pavonana.
(Liliales: Liliaceae) termasuk dalam

35
Apriliyanti et al., Pengaruh Sistem Tanam Tumpangsari Pada…

METODE PENELITIAN melakukan pengamatan langsung pada


setiap tanaman contoh. Pengamatan
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di lahan dilakukan pada saat tanaman berumur 7
pertanian organik milik PT. Herbal Estate, HST sampai menjelang panen dengan
Jalan Indragiri No.7 Songgokerto, Kota interval satu minggu. C. pavonana
Batu, Jawa Timur – Indonesia 65312 yang ditemukan di bagian daun dan bunga
dengan ketinggian 800 m di atas tanaman brokoli, diambil secara manual
permukaan laut dan laboratorium dan dihitung jumlahnya.
entomologi jurusan Hama dan Penyakit Pengamatan Intensitas Serangan
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas C. pavonana pada Tanaman Brokoli.
Brawijaya Malang. Penelitian Pengamatan terhadap intensitas
dilaksanakan mulai bulan Januari sampai serangan dilakukan pada saat tanaman
April 2015. berumur 7 HST sampai menjelang panen
dengan interval satu minggu. Pengamatan
Alat dan bahan
intensitas serangan pada tanaman brokoli
Alat-alat yang digunakan pada
dilakukan dengan menghitung intensitas
penelitian ini adalah cangkul, tugal,
serangan pada semua daun tiap tanaman
gembor, alat penghitung tangan, meteran,
contoh. Kemudian pada setiap daun
papan label, kertas label, kamera digital,
tersebut ditentukan kategori intensitas
polibag, ember, plastik, sabit, timbangan
kerusakan hama yang mutlak (Tabel 1).
analog, mikroskop dan buku identifikasi
Selanjutnya dihitung nilai intensitas
serangga Kalshoven (1981).
serangan pada masing-masing tanaman
Bahan-bahan yang digunakan yaitu
menggunakan rumus sebagai berikut:
benih benih brokoli, benih seledri, benih
bawang daun, pupuk kandang, jerami,
tanah dan teh kompos yang diperoleh dari x 100%
PT. Herbal Estate, rizobacter pemicu
pertumbuhan tanaman (RPPT) serta yang P adalah intensitas kerusakan (%), n
pestisida organik biji mimba. adalah jumlah contoh yang diamati, v
Rancangan penelitian adalah nilai skor untuk tiap kategori
Metode yang digunakan dalam kerusakan, N adalah jumlah total sampel
penelitian ini adalah rancangan acak yang diamati, Z adalah nilai skor kategori
lengkap dengan empat perlakuan dan kerusakan yang tertinggi. Kategori
masing-masing perlakuan diulang intensitas serangan dikategorikan sebagai
sebanyak empat kali. Perlakuan pertama berikut (Tabel 1).
(P0) adalah penanaman brokoli organik
secara monokultur. Perlakuan kedua (P1) Tabel 1. Kategori intensitas serangan
adalah penanaman tumpangsari brokoli Skala
dengan seledri. Perlakuan ketiga (P2) Skor Kriteria
Kerusakan
adalah penanaman tumpangsari brokoli Serangan Serangan
(%)
dengan bawang daun. Perlakuan keempat Sangat
(P3) adalah penanaman tumpangsari 0-1
0 rendah
brokoli dengan seledri dan bawang daun. 1 1-25 Rendah
Pengamatan Populasi C. pavonana 2 26-50 Sedang
Pengamatan terhadap populasi 3 51-75 Tinggi
C. pavonana dilakukan melalui 4 76-100 Sangat Tinggi
pengamatan visual yaitu dengan cara

36
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

Analisis Data hujan yang tinggi. Ngengat C. pavonana


Data populasi C. pavonana dan yang akan meletakkan telur terkena
intensitas serangan pada tanaman brokoli hempasan butiran air hujan sehingga
dianalisis dengan sidik ragam taraf uji 5%. ngengat C. pavonana jatuh dan akhirnya
Apabila hasil data yang diolah mati, sehingga menyebabkan
menggunakan sidik ragam tersebut berkurangnya populasi larva C. pavonana.
menunjukkan perlakuan berbeda nyata, Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
maka dilanjutkan dengan uji beda nyata yang dilakukan oleh Oever (1973),
terkecil (BNT) pada taraf kesalahan 5%. Sudarwohadi (1975) dan Thayib (1983)
bahwa tingkat populasi larva C. pavonana
HASIL DAN PEMBAHASAN yang tinggi terjadi pada bulan Maret, Juni
dan Agustus. Populasi larva C. pavonana
Tingkat Populasi C. pavonana pada yang tinggi terjadi saat curah hujan
Tanaman Brokoli rendah, sedangkan pada saat curah hujan
Hasil penelitian menunjukkan tinggi populasi larva C. pavonana
bahwa sistem tanam monokultur dan menurun.
berbagai perlakuan tumpangsari tidak Populasi C. pavonana mulai
berpengaruh nyata terhadap tingkat ditemukan pada semua perlakuan saat
populasi C. pavonana. Rata-rata populasi pengamatan ke-8 (Gambar 1). Pada
C. pavonana pada masing-masing pengamatan awal populasi belum dominan
perlakuan tergolong rendah yaitu antara dan masih jarang ditemukan, karena C.
0,09-1,46 ekor/ tanaman (Tabel 2). pavonana masih belum tanggap terhadap
Tidak adanya pengaruh yang nyata brokoli sebagai tanaman inangnya.
pada penanaman sistem tanam monokultur Menurut Atkins (1980), serangga
dan berbagai perlakuan tumpangsari memiliki sikap tanggap yang berkaitan
disebabkan karena populasi C. pavonana dengan ketertarikan serangga pada sumber
rendah. Populasi C. pavonana rendah bau-bauan, sehingga serangga bergerak
karena aktivitas ngengat C. pavonana mendekat atau menjauhi sumber bau-
menurun yang disebabkan oleh curah bauan tersebut.

Tabel 2. Rata-rata tingkat populasi Crocidolomia pavonana pada berbagai perlakuan


brokoli organik
Perlakuan Populasi C. pavonana (ekor)/ tanaman
Monokultur brokoli 1,46
Tumpangsari brokoli dan seledri 0,17
Tumpangsari brokoli dan bawang daun 0,09
Tumpangsari brokoli dengan seledri
dan bawang daun 0,46

37
Apriliyanti et al., Pengaruh Sistem Tanam Tumpangsari Pada…

Gambar 1. Fluktuasi populasi ulat C. pavonana pada berbagai perlakuan

Tingkat populasi C. pavonana pada tanaman brokoli. Menurut Schmutterer


berbagai perlakuan monokultur maupun (1990) dan Saxena et al. (1993), biji
tumpangsari memiliki pola yang sama mimba mengandung beberapa komponen
yaitu rendah di awal pengamatan dan aktif pestisida antara lain azadirakhtin,
mulai meningkat pada saat pengamatan salanin, azadiradion, salannol,
ke-8 . Populasi C. pavonana yang salanolacetat, 3-deasetil salanin, 14-
dominan pada pengamatan ke-8 mengikuti epoksi-azadiradion, gedunin, nimbin, dan
fase pertumbuhan dan perkembangan deasetil nimbin. Azadirakhtin tidak
tanaman brokoli. Pada pengamatan ke-8 langsung mematikan serangga, tetapi
tersebut tanaman brokoli sudah mulai melalui mekanisme menolak makan,
berbunga yang mengindikasikan bahwa C. mengganggu pertumbuhan dan reproduksi
pavonana lebih menyukai bagian bunga serangga. Terganggunya proses
atau krop tanaman brokoli dibandingkan reproduksi tersebut yang mengakibatkan
dengan pucuk daun muda. Mahrub (1999) populasi C. pavonana menurun pada
mengemukakan bahwa perubahan pengamatan ke-10 karena adanya aplikasi
arthropoda, indek diversitas, pestisida nabati pada 9 MST.
kemelimpahan dan kemerataan sejalan
dengan perkembangan fase tumbuh Intensitas Kerusakan Tanaman Brokoli
tanaman sebagai habitatnya. oleh C. pavonana.
Penurunan populasi C. pavonana Hasil penelitian menunjukkan
pada tiap perlakuan terjadi karena adanya bahwa sistem tanam monokultur dan
aplikasi pestisida biji mimba pada saat 9 berbagai perlakuan tumpangsari tidak
MST. Pestisida nabati yang berbahan berpengaruh nyata terhadap intensitas
dasar biji mimba tersebut diaplikasikan kerusakan yang ditimbulkan oleh C.
pada semua perlakuan. Adanya aplikasi pavonana. Rata-rata intensitas kerusakan
tersebut berdampak negatif terhadap oleh C. pavonana pada yaitu antara 0,34-
populasiC. pavonana yang menyerang 1,60% (Tabel 3).

38
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

Tabel 3. Rata-rata intensitas kerusakan oleh C. pavonana pada berbagai perlakuan


brokoli
Perlakuan Intensitas kerusakan (%)
Monokultur 0,34
Tumpangsari brokoli dan seledri 0,90
Tumpangsari brokoli dan bawang daun 1,24
Tumpangsari brokoli dengan seledri dan
bawang daun 1,60

Tidak adanya pengaruh yang nyata Fluktuasi persentase intensitas


tersebut karena berkurangnya populasi kerusakan pada berbagai perlakuan
bawang daun sebagai tanaman penolak berpola sama (Gambar 2). Pada petak
hama pada petak tumpangsari brokoli dan monokultur intensitas kerusakan mulai
bawang daun serta petak tumpangsari terlihat pada pengamatan ke-5 yaitu
brokoli dengan seledri dan bawang daun. 2,42% dan menurun pada pengamatan ke-
Pada kedua petak tersebut, jumlah bawang 7 menjadi 2,57%. Kemudian mengalami
daun berkurang signifikan karena kenaikan pada pengamatan ke-8 yaitu
terserang oleh uret Anomala viridis F. 4,42% dan kembali turun pada
(Coleoptera: Scarabaeidae). Intensitas pengamatan ke-9 dan 10. Gejala
kerusakan dominan pada pengamatan ke-5 kerusakan pertama kali mulai terlihat saat
sampai 10. Pada pengamatan ke-1 sampai pengamatan ke-4 pada petak tumpangsrai
3 populasi C. pavonana masih belum brokoli dan seledri, dengan adanya
ditemukan sehingga intensitas kerusakan populasi C. pavonana sebesar 0,125
pada daun brokoli juga belum terlihat. Hal menyebabkan intensitas kerusakan sebesar
ini disebabkan karena umur brokoli yang 1,17%. Persentase intensitas kerusakan
masih muda sehingga pakan yang tersedia pada tumpangsari brokoli dan seledri
belum mencukupi asupan makanan yang mulai meningkat pada pengamatan ke-5
dibutuhkan C. pavonana. Menurut yaitu 3,575% dan menurun pada
Bateman (1972) kualitas dan kuantitas pengamatan ke-6 menjadi 0,345%. Pada
pakan akan berpengaruh terhadap petak tumpangsari brokoli dan bawang
perkembangan larva, pupa dan imago daun intensitas kerusakan mulai terlihat
serangga. Jenis pakan yang mengandung pada pengamatan ke-5 yaitu 0,39% dan
asam amino, vitamin, air dan karbohidrat meningkat pada pengamatan ke-8 yaitu
akan memperpanjang umur serta 0,49%.
meningkatkan keperidian serangga.

Gambar 2. Fluktuasi intensitas kerusakan (%) tanaman brokoli oleh C. pavonana pada
berbagai perlakuan

39
Apriliyanti et al., Pengaruh Sistem Tanam Tumpangsari Pada…

Kematian Bawang Daun akibat setiap satu bawang daun yang terserang,
Serangan Uret Anomala viridis. terdapat satu ekor uret yang ada di dalam
tanah. Terlihat bahwa persentase bawang
Serangan yang ditimbulkan oleh daun yang mati akibat uret pada petak
A. viridis menyebabkan tidak adanya akar tumpangsari brokoli dan bawang daun
habis dan tidak utuhnya ujung umbi dekat lebih tinggi dibandingkan dengan petak
akar karena dimakan uret, sehingga tumpangsari brokoli dengan seledri dan
bawang daun layu dan akhirnya mati. bawang daun. Hal ini disebabkan karena
Menurut Darwiati (2006), serangan uret pada petak tumpangsari brokoli dan
dicirikan dengan adanya kerusakan pada bawang daun hanya ditanam bawang daun
perakaran yang kadang-kadang sampai sebagai tanaman pendamping, sedangkan
pada leher akar habis dimakan, sedangkan pada petak tumpangsari brokoli dengan
gejala luar yaitu nampak layunya tanaman seledri dan bawang daun ditanam bawang
yang akhirnya mati kering. daun dan seledri sebagai tanaman
Persentase kematian bawang daun pendamping, sehingga pada petak
sejak pengamatan ke-1-10 terus tumpangsari brokoli dan bawang daun
mengalami peningkatan (Gambar 3). A. kemungkinan terjadinya serangan uret
viridis atau uret mulai menyerang bawang semakin besar. Uret terlihat lebih
daun pada saat lebih kurang 5 hari setelah menyukai bawang daun daripada seledri.
bawang daun dipindahkan ke lahan. Pada
Berdasarkan pengamatan, uret sama tanaman perangkap untuk uret pada
sekali tidak ditemukan pada petak budidaya tanaman brokoli. Karena adanya
perlakuan yang ditumpangsarikan dengan penanaman bawang daun pada budidaya
seledri. Jumlah seledri yang ditanam brokoli dapat mengalihkan perhatian uret
masih tetap dan tidak ada yang mati untuk menyerang akar dan umbi bawang
karena terserang uret. Adanya penanaman daun sehingga brokoli sebagai tanaman
seledri diduga dapat menolak kedatangan utama dapat terhindar dari serangan uret
uret karena seledri mampu mengeluarkan tersebut. Namun untuk menunjang
bau yang tidak disukai oleh uret. Selain pernyataan di atas sementara ini masih
berfungsi sebagai tanaman pendamping belum ada pustaka maupun penelitian
yang bersifat menolak hama, nampaknya yang telah dilakukan sebelumnya.
bawang daun juga bisa digunakan sebagai

Gambar 3. Fluktuasi kematian bawang daun akibat A. viridis

40
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015

KESIMPULAN Plagen van the Culturewassen in


Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penerapan sistem tanam tumpang Mahrub E. 1999. Kajian Keanekaragaman
sari dengan menanam tanaman seledri dan Artropoda pada Lahan Padi Sawah
bawang daun sebagai tanaman penolak Tanpa Pestisida dan Manfaatnya
hama pada budidaya brokoli organik Dalam Pengendalian Hama
pengaruhnya tidak berbeda nyata terhadap Terpadu. Jurnal Perlindungan
tingkat populasi maupun intensitas Tanaman 5(1): 35-41.
kerusakan C. pavonana.
Hama uret Anomala viridis yang Oever R. 1973. Study on the life listory of
ditemukan pada lahan penelitian Crocidolomia binotalis Zell. and the
berdampak negatif terhadap peran bawang population dynamics of
daun sebagai tanaman penolak C. Crocidolomia binotalis Zell. and
pavonana. Plutella maculipennis Curt. on
cabbage in Indonesia. Report an a
DAFTAR PUSTAKA six-moth practical stage at L.P.
Hortikultura Pasar Minggu. Jakarta.
Atkins MD. 1980. Introduction to Insect
Behaviour. Mac Millan Publishing Pimentel D. 1982. Perspectives of
Co. London. integrated pest management. Crop
Protection 1(1): 5-26.
Bateman MA. 1996. Pengendalan
Pelajaran Serangga (Edisi keenam). Saxena RC, Zhang ZT, Boncodin MEM.
Gadjah Mada University Press. 1993. Neem oil effects coutership
Yogyakarta. and mating behavior of brown
planthopper Nilaparvata lugens
Darwiati W. 2006. Pemanfaatan Pestisida (Stal.) females. Journal Applied
Nabati untuk Mengendalikan Hama Entomol 116 (2): 364-373.
Uret secara in vitro. Pusat Litbang
Hutan Tanaman. Jurnal Penelitian Schmutterer H. 1990. Properties and
Hutan Tanaman 3 (1): 257-264. potential of natural pesticides from
neem tree, Azadirachta indica. Ann.
Gad N, Abd El-Moez MR. 2011. Broccoli Rev. Entomol. 35: 271-291
Growth, Yield Quantity and Quality
as Affected by Cobalt Nutrition. Sjam S, Surapati U, Rosmana A, Thamrin
Agriculture Biology Jurnal S. 2011. Teknologi Pengendalian
American 2(2): 226-231. Hama dalam Sistem Budidaya
Sayuran Organik. Jurnal Fitomedika
Kalshoven LGE . 1981. The Pests of 7(3): 142 – 144.
Crops In Indonesia. van der Laan
PA, penerjemah. Ichtiar Baru van
Hoeve. Jakarta. Terjemahan dari De
Sudarwohadi S. 1975. Pengaruh waktu
tanam kubis dan dinamika populasi
Plutella maculipennis Curt. dan
Crocidolomia binotalis Zell. Buletin
Penelitian Hortikultura 3(4): 3-14.

41
Apriliyanti et al., Pengaruh Sistem Tanam Tumpangsari Pada…

Thayib M. 1983. Penyelidikan mengenai Lepidoptera: Pyralidae. Disertasi.


bionomi serangga hama kubis UGM. Yogyakarta
Crocidolomia binotalis Zeller.
.

42

Potrebbero piacerti anche