Sei sulla pagina 1di 22

Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
LEGITIMASI PEMILIHAN KEPALA/WAKIL KEPALA DAERAH
DALAM SISTEM PEMERINTAHAN OTONOMI DAERAH
(Legitimacy of Regional Head/Deputy Head Election
in The Regional Autonomous Administration System)

Marulak Pardede
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum
Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I
Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 4-5 Jakarta Selatan 12920
Telepon (021) 2525015, Faksimili(021) 2526438
marulakp@yahoo.com
Tulisan Diterima: 26-04-2018; Direvisi: 07-06-2018; Disetujui Diterbitkan: 21-06-2018

DOI: http://dx.doi.org/10.30641/dejure.2018.V18.127-148

ABSTRACT
The regional head elections (“Pilkada”) have given raise to some legal issues in connection with the
methods of election whether to elect only the head of the region or bundled with the election of the deputy
head of the region. The currently applicable regulations provide for only the election of the head of the
region, not including the deputy head. As a consequence, the deputy head of the region cannot
automatically replace the head of the region when the later is permanently absent, but the substitute head
of the regional must be elected by the regional legislative body or DPRD, from the candidates nominated
by the parties supporting the replaced head of the region. Empirically, a bundled election of head/deputy
head of a region will cause problems between the head and his/her deputy after being elected and when
they start to administer the government affairs. The legitimacy of the head of the region and his/her
deputy is of different level, as both are holding political offices, not career ones. The legal problems that
may arise with regard to the legitimacy of the leadership of the head of the region and his/her deputy are,
among others, as follows: How is the dynamics of the law development on Regional Head/Deputy Head
Election in Indonesia?; and how is the legitimacy of the Regional Head/Deputy Head Election in regional
autonomous administration in Indonesia? By using the legal comparison and juridical normative and
sociologic method; as well as descriptive assessment type; Research tools: (Normative) Library Studies,
and Documentary Studies from primary and secondary sources, and qualitative data analysis method,
one can say that: By only electing the head of the region, what is mandated by the Article 18 clause 4 of
the 1945’ Constitution has been fulfilled (electing only the heads of region such as Governor, Mayor,
Regent). There is no provision in the constitution that regulates about the deputy head of a region, which
is not the case in the Vice President. The deputy head of region should be appointed by the elected head
of the region, which is also pursuant to the Law-substitute Government Regulation on Regional Head
Election. Consequently it is necessary to review the regional head election system in the future.

Keywords : Election, Legal Standing and Regional Head / Deputy Head

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 127 - 148 127
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
ABSTRAK

Pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) menimbulkan permasalahan hukum sehubungan dengan
dilakukan dengan cara hanya memilih kepala daerah saja atau bersama sama satu paket dengan wakilnya.
Aturan yang berlaku dewasa ini, pilkada hanya untuk memilih kepala daerah, tidak termasuk wakilnya.
Sebagai konsekuensinya wakil kepala daerah tidak otomatis menggantikan kepala daerah yang berhalangan
tetap, tetapi harus dilakukan pemilihan melalui DPRD, dengan calon yang diajukan oleh partai pengusung
kepala daerah yang diganti. Berdasarkan fakta, pilkada satu paket menimbulkan persoalan setelah mereka
terpilih dan memerintah diantara kepala dan wakilnya. Legitimasi kepala daerah dan wakilnya mempunyai
derajat yang berbeda, dua-duanya jabatan politik, bukan jabatan karier. Permasalahan hukum tentang
legitimasi kepemimpinan kepala daerah dan wakil, dapat dikemukakan sebagai berikut, yaitu: Bagaimanakah
dinamika perkembangan hukum tentang pemilihan kepala/wakil kepala daerah di Indonesia?; dan
Bagaimanakah legitimasi pemilihan kepala/wakil kepala daerah dalam pemerintahan otonomi daerah di
Indonesia? Dengan menggunakan metode perbandingan hukum dan metode pendekatan yuridis normatif dan
sosiologis; serta tipe penelitian deskriptif; Alat Penelitian studi kepustakaan/normatif (library studies), dan
studi dokumen (documentary studies) dari bahan primer dan sekunder, dan metode analisis data kualitatif,
dapat dikemukakan bahwa: Dengan hanya memilih kepala daerah, berarti telah sesuai dengan amanat Pasal
18 Ayat 4 UUD 1945, yaitu hanya memilih kepala daerah saja (gubernur, walikota, bupati). Tidak ada
ketentuan di dalam konstitusi yang mengatur tentang wakil kepala daerah, sebagaimana diaturnya ketentuan
tentang wakil presiden.Wakilnya dipilih sendiri oleh kepala daerah terpilih, sesuai juga dengan Perpu Pilkada.
Oleh karenanya di masa mendatang sistem pemilihan kepala daerah perlu ditinjau ulang.

Kata Kunci : Pemilihan, Kedudukan Hukum dan Kepala/Wakil Kepala Daerah

PENDAHULUAN rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama


Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil
Pemilihan kepala daerah (Pilkada atau Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada.
Pemilukada) dilakukan secara langsung oleh Pemilihan kepala daerah pertama yang
penduduk daerah administratif setempat yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini
memenuhi syarat.Pemilihan kepala daerah adalah Pilkada DKI Jakarta 2007. Medio tahun
dilakukan satu paket bersama dengan wakil 2018, negara Republik Indonesia merencanakan
kepala daerah. Kepala daerah dan wakil kepala akan melaksanakan perhelatan besar, yaitu
daerah yang dimaksud mencakup: Gubernur dan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak
wakil gubernur untuk provinsi; Bupati dan wakil gelombang ketiga di 171 daerah. Ini merupakan
bupati untuk kabupaten; Wali kota dan wakil rangkaian proses menuju pilkada serentak
wali kota untuk kota. Sebelum tahun 2005, nasional yang menurut rencana digelar pada
kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih 2024. Akhir akhir ini, para kandidat di daerah
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). yang akan menggelar pilkada telah sibuk
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 menyosialisasikan diri agar dikenal masyarakat.
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Partai politik (parpol) juga telah membuka
kepala daerah dipilih secara langsung oleh pendaftaran calon kepala daerah. Dasar hukum
rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan pelaksanaan pilkada serentak berdasarkan pada
Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Undang-undang 7 Tahun 2017 tentang
Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Pemilihan Umum junto UU No 8 Tahun 2015
Juni 2005. Sejak berlakunya Undang-Undang tentang Pemilihan Gubernur dan Wakil
Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta Wali
Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam Kota dan Wakil Wali Kota, yang merupakan

128 Legitimasi Pemilihan Kepala/Wakil... (Marulak Pardede)


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
revisi atas UU No 1 Tahun 2015 tentang itu membuat masyarakat lebih dinamis didorong
Penetapan Perppu No 1 Tahun 2014. Pilkada oleh bergeloranya kelompok-kelompok dan
serentak merupakan reformasi sistem pilkada institusi-institusi tradisional yang ada di
yang sebelumnya dilaksanakan sesuai dengan masyarakat tersebut. Bahkan, adakalanya dalam
berakhirnya masa jabatan kepala daerah. pelaksanaan pilkada terbentuk institusi baru atas
Pelaksanaan pilkada serentak merupakan usaha kebutuhan kandidat pimpinan daerah untuk
untuk mengakhiri ritual politik yang berlangsung memperoleh dukungan yang kuat dari
sepanjang tahun. Namun, yang lebih penting masyarakat pemilih sehingga persaingan melalui
lagi, pilkada serentak diharapkan menjadi solusi kelompok dan institusi tersebut menjadi lebih
atas ongkos demokrasi berbiaya tinggi dari tinggi. Masing-masing kelompok akan
APBN dan APBD. mengembangkan diri atau mengikatkan diri pada
kelompok yang dianggap sama dan saling
Sebagaimana dapat dilihatdan dirasakan, melindungi (Himrat, 2018: 1-3).
bahwa efek negatif dari pesta demokrasi di DKI
Jakarta pada 2017 lalu, telah membawa dampak Dinamika hukum pemilihan kepala daerah
munculnya dua kelompok besar masyarakat dan wakilnya, beberapa waktu belakangan ini dan
yang penuh persaingan dan penuh gejolak tetapi dimasa mendatang akan semakin memanas
aktivitas politik itu tetap berlangsung sesuai sehubungan dengan akan dilakukannya pemilihan
agenda. Masyarakat DKI Jakarta terbelah kepala daerah secara serentak, dan agenda
menjadi dua bagian besar yaitu bagian atau penyempurnaan PERPU PILKADA. Pilkada
kelompok pendukung pasangan calon petahana serentak akan digelar di 204 daerah bagi daerah
Basuki Tjahaya Purnama (Ahok)-Djarot Syaiful yang pimpinannya berakhir masa jabatannya pada
Hidayat versus Anies Baswedan-Sandiaga 2018. Terdiri atas delapan provinsi, 170
Uno.Masing-masing kelompok tampil dengan kabupaten, dan 26 kota. Semula, Kementerian
atribut diikuti heroik pendukungnya. Pilkada Dalam Negeri (Kemendagri) meminta KPU
DKI Jakarta telah mempertontonkan mempercepat hari pemungutan suara pilkada
pelaksanaan pesta demokrasi damai di wilayah serentak, yakni pada Oktober 2015, namun pada
yang sangat beragam etnik dibanding daerah lain dinamika perkembangan terakhir, fraksi-fraksi di
di Indonesia dan mengungkapkan kepada dunia Komisi II DPR menyepakati pemilihan gubernur,
bahwa keberagaman etnik bukanlah bencana bupati dan wakli kota serentak diundur menjadi
justru sebaliknya adalah sebuah "keindahan" Pebruari 2016. Pilkada berikutnya akan dilakukan
bagi berlangsungnya pesta demokrasi di suatu pada 2018. Situasi ini dapat terjadi, karena
negara. Pilkada Ibukota ini memberi makna bagi memang peraturan perundang-undangan yang
perjalanan demokrasi kita, juga menjadi faktor menjadi tumpuan dari pelaksanaan Pilkada
pemicu akulturasi nilai-nilai tradisional yang dimaksud, saat ini masih menjadi perdebatan.
harmonis dan nilai-nilai materialistis di tengah Benang kusut perdebatan tentang RUU
masyarakat Indonesia dalam perjalanan Pilkada, berawal dari tahun 2010 ketika
demokrasi yang tengah mencari bentuk atau pemerintah mengajukan hak inisiatif
format ala Indonesia di kawasan Asia Tenggara, pembentukan RUU Pemda, RUU Desa, dan
Asia, dan bahkan mancanegara Jika RUU Pilkada dalam satu paket. Awalnya,
dibandingkan dengan masa sebelum Reformasi pemerintah mengusulkan perubahan sistem
(1999), sebelum dilaksanakannya pemilihan pilkada melalui perwakilan DPRD untuk
langsung untuk pemilihan kepala daerah, jelas pemilihan gubernur dan pemilihan langsung
keadaannya kontras sekali. Sebelum Reformasi, untuk bupati/wali kota. Alasannya, berdasarkan
rakyat hanya mengikuti pemilu sekali dalam kajian Kemendagri, dampak pelaksanaan pilkada
lima tahun. Pasca Reformasi rakyat melakukan langsung adalah konflik horizontal dan
pemilihan calon kepala daerah melalui pilkada pemborosan anggaran daerah.Sementara DPR
di setiap daerah dan mengikuti pemilu lima awalnya berbeda pendapat dengan usulan
tahunan untuk pemilihan pimpinan nasional. Hal pemerintah itu. DPR meyakini Pilkada harus

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 127 - 148 129
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
dilaksanakan secara langsung, baik untuk akan terjadi secara berkelanjutan. Anggota DPRD
gubernur maupun bupati dan wali kota. bisa saja menolak untuk melakukan pemilihan
Alasannya, masyarakat selama ini telah nyaman Kepala Daerah dengan dalih tidak memiliki
dengan pelaksanaan secara langsung dan aspirasi kewenangan. Atau pada saat yang sama DPRD
politik masyarakat dapat disalurkan.Pemilihan menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah,
kepala daerah lewat DPRD dinilai tidak tetapi di sisi lain KPU juga membuka pendaftaran
mempunyai dasar hukum. calon Kepala Daerah karena tetap merasa
Tidak satu pasal pun didalam UUD memiliki wewenang berdasarkan UU
1945 yang memberikan kewenangan DPRD Penyelenggaraan Pemilu. Jika itu yang terjadi,
memilih kepala daerah.Bahkan Bab V dan Bab sudah pasti akan melahirkan dua pemimpin daerah
VI Undang-undang MD3 (UU No. 17 Tahun yang masing-masing merasa punya legitimasi
2014), tidak satu pasal dan ayat pun yang keterpilihan. Teori hukum progresif telah
memberikan tugas dan wewenang DPRD memadukan sociological jurisprudence dan
Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota untuk pragmatic legal realism dan critical legal studies.
memilih Kepala Daerah.Jika menggunakan pasal Kedua model hukum tersebut telah
18 ayat (4) UUD 1945, tidak ada juga menghasilkan model hukum integratif yang
nomenklatur DPRD. Pasal 18 ayat (4) berisi diharapkan dapat menerangkan secara kritis dan
norma mekanisme dan asas pemilihan secara objektif kondisi situasi Indonesia di dalam
demokratis. Pada masa pemerintahan orde baru, pengaruh tekanan internasional dan situasi
memang kepala daerah dipilih oleh DPRD internal konflik yang masih berkelanjutan
dengan dasar hukum UU No. 22 Tahun 1999 sampai saat ini. Model hukum integratif
tentang Pemerintahan Daerah. DPRD menekankan bahwa hukum tidak hanya
mempunyai kewenangan memilih kepala daerah, dipandang dan diakui sebagai sistem norma
sesuai dengan ketentuan Pasal 34 ayat (2) huruf (norms and logic) dan sistem perilaku (rules of
a UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan behavior) semata-mata melainkan harus
Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. DPRD dipandang dan diakui sebagai sistem nilai
mempunyai tugas dan wewenang: (a) memilih (system of values) yang berlandaskan pada nilai
Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil luhur Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa
Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota. Akan Indonesia (Atmasasmita, 2011: 24).
tetapi, dalam perkembangan system Walaupun Presiden telah menandatangani
ketatanegaraan NKRI terkini, ini UU Nomor 22 Undang-undang Tentang Penetapan Peraturan
tahun 1999 tersebut sudah dicabut dan diganti Pengganti Undang-undang (Perpu) Pilkada
dengan UU MD3 (UU. Nomor 17 tahun Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pemilihan
2014).UU No. 15 Tahun 2011 masih menganut Gubernur, Bupati, dan Walikota serta UU Nomor
sistem Pilkada langsung. Namun di sisi lain UU 2 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah,
Pilkada justeru Kepala Daerah dipilih secara tak permasalahan hokum mengenai Pilkada tidak
langsung melalui perwakilan DPRD. Keduanya langsung selesai, akan tetapi masih diliputi dengan
berada dalam kedudukan yang setara, valid, dan berbagai persoalan hokum (Kompas, 2015:2).
diberlakukan secara bersamaan. Meskipun telah ditandatanganinya revisi UU
Jika Kepala Daerah dipilih oleh DPRD, Pilkada sebagai usulan RUU inisiatif DPR,
maka akan menimbulkan dampak permasalahan permasalahan ini masih harus dibahas bersama
hokum baru. Kepala Daerah terpilih bisa saja pemerintah dan DPR, dan rancangan usulan harus
digugat melalui Peradilan Tata Usaha negara, didaftarkan ke badan legislasi untuk dimasukkan
sebab telah diangkat oleh DPRD, yang dianggap ke Program Legislasi Nasional 2015.
cacat prosedur, DPR mengangkat Kepala Daerah Ketika Gubernur Joko Widodo terpilih
yang bukan kewenangnnya, dalam hal jika menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke
berpedoman pada UU MD3. Konflik tujuh, maka jabatan gubernur secara otomatis
permasalahan hukum dan ketidakpastian hukum dijabat oleh wakilnya, dan setelah dilantik

130 Legitimasi Pemilihan Kepala/Wakil... (Marulak Pardede)


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
menjadi gubernur, dia memilih wakil gubernur berkelanjutan.Anggota DPRD menolak untuk
dari partai pengusung gubernur yang melakukan pemilihan Kepala Daerah dengan dalih
digantikannya. Keadaan ini sempat menimbulkan tidak memiliki kewenangan.Pada waktu yang
ketegangan politik diantara sesama politisi, karena bersamaan, DPRD menyelenggarakan Pemilihan
berbagai penafsiran yang berbeda diatara mereka Kepala Daerah, serta dilain pihak KPU juga
terhadap peraturan perundang-undangan yang membuka pendaftaran calon Kepala Daerah
terkait. Sebagai perbandingan, bahwa sistem karena tetap merasa memiliki wewenang
pemilu di beberapa negara yang telah maju, berdasarkan UU Penyelenggaraan Pemilu.
bahwa : Setiap partai politik memperoleh kursi di Dengan demikian, kemungkinan akan terpilih
parleman secara proporsional dengan perolehan lebih dari satu pemimpin daerah yang punya
suara yang didapat. Dengan sistem ini, partai- legitimasi (Ramadhani/Rahmat Sahid, 2015:
partai kecil masih mungkin memperoleh kursi di 2). Disamping itu, dalam penyelenggaraan
lembaga legislatif. Sistem ini banyak diterapkan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
pada negara-negara yang mempraktekkan Daerah, terdapat ketentuan ancaman pidana bagi
demokrasi, seperti di Amerika Latin, Amerika, setiap orang atau penyelenggara pemilihan Kepala
dan beberapa negara di Eropa Barat, seperti Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang
Austria, Bulgaria, Denmark, Finlandia, Swedia,d melanggarnya. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
an Swiss. Argumentasi dari penerapan sistem 2004, memuat perbuatan yang dilarang itu pada
proporsional adalah kenyataan bahwa dalam bagian kedelapan, paragraf tujuh, dari pasal 115
sistem ini perolehan suara dalam suatu partai sampai pasal 119 yang memuat Ketentuan Pidana
secara nasional berbanding langsung dengan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
perolehan kursi yang diperoleh di lembaga Daerah. Perbuatan yang dilarang juga terjadi
legislative (Subekti, 1998: 4). penambahan dalam Undang-Undang Nomor 12
Sejatinya, biarpun Rancangan Undang- Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas
undang (RUU) Pilkada saat ini telah disetujui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
oleh DPR dan ditandatangani oleh presiden, Pemerintahan Daerah. Bertitik tolak dari uraian
tampaknya masih menimbulkan pro dan kontra. tersebut diatas, maka permasalahan hukum
Pro dan kontranya terletak pada perubahan sistem tentang legitimasi kepemimpinan kepala daerah
pemilihan Kepala Daerah dari yang langsung dan wakil, dapat dikemukakan sebagai berikut,
menjadi tak langsung (Kepala Daerah dipilih oleh yaitu: Bagaimanakah dinamika perkembangan
DPRD). RUU Pilkada, tidak dapat dijadikan hokum tentang Pemilihan Kepala/wakil Kepala
RUU yang berdiri sendiri, tanpa ada keterkaitan Daerah di Indonesia?;dan Bagaimanakah
dengan sistem hukum lainnya. Ada dua regulasi legitimasi pemilihan kepala/wakil kepala daerah
atas RUU Pilkada yang saling terkait. Yaitu UU dalam pemerintahan otonomi daerah di Indonesia?
No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan
Pemilu dan UU No. 17 Tahun 2014 Tentang METODE PENELITIAN
MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3).Dan
melalui UU Penyelenggaraan Pemilu-lah Pilkada Adapun mengenai metode penelitian yang
langsung mendapat legitimasi. Jika Kepala Daerah dipergunakan dalam pelaksanaan penelitian ini,
dipilih oleh DPRD, berarti Pemilihan Kepala dikemukakan sebagai berikut : Metode
Daerah bukan lagi ranah Komisi Pemilihan Pendekatan, Spesifikasi Penelitian, Metode
Umum (KPU), sehingga membawa impilikasi Pengumpulan Data dan Metode Analisis Data.
hukum terhadap sistem pemilihan Kepala Daerah, Metode Pendekatan, yang dipergunakan dalam
hingga pada institusi yang sebelumnya telah pelaksanaan penelitian ini adalah bersifat yuridis
ditunjuk sebagai penyelenggara pemilu, dalam hal normatif, dan metode perbandingan hukum.
ini KPU. Spesifikasi Penelitian, Sejurus dengan maksud
dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka
Terkait dengan hal tersebut, bisa saja terjadi
tipe penelitian ini adalah deskriptif, yaitu
konflik hukum dan ketidakpastian hukum
memberikan gambaran (deskripsi) secermat

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 127 - 148 131
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
mungkin mengenai obyek penelitian dengan umum adalah wujud dari pelaksanaan kedaulatan
pemilihan bahan yang representatif. Tipe rakyat (Sovereignty) secara mendasar di negara
perencanaan penelitian adalah penelitian hukum demokrasi; Pemilihan Umum dimaksudkan
normatif, dalam pengertian penelitian yang sebagai wahana formal untuk membentuk tatanan
meliputi asas-asas hukum, sinkronisasi hukum negara dan masyarakat (State and Social
dan perbandingan hokum (Soekanto, Soerjono & formation) menuju tatanan yang lebih baik; dapat
Sri Mamuji, 1985: 15) Bahan Penelitian, menjadi filter kepercayaan rakyat terhadap partai
Adapun bahan-bahan penelitian yang politik yang menjadi pemikiran rakyat.
dipergunakan dalam penelitian ini adalah:Bahan Menurut (Haris, 1998: 2) menyatakan
Primer, yang mencakup peraturan perundang- bahwa Pemilihan Umum adalah: Lembaga
undangan yang berlaku, yurisprudensi yang sekaligus praktek politik yang memungkinkan
berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian. terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan
Bahan Sekunder, terdiri dari : Hasil-hasil Representative Government) yang menurut Dahi,
penelitian yang telah ada sebelumnya yang terkait merupakan gambaran ideal maksimal bagi suatu
dengan permasalahan penelitian; Kepustakaan, pemerintahan demokrasi di zaman
termasuk bahan dan hasil seminar dan konferensi- moderen.Menurut A.S. Hikam (1998 : 49-50),
konferensi serta ulasan mass-media, termasuk beliau mengatakan bahwa Pemilihan Umum
ulasan dalam majalah hukum, majalah populer adalah merupakan lembaga dan sekaligus praktek
dan surat kabar) yang berkaitan dengan objek politik yang mempunyai 2 (dua) dimensi, yang
penelitian. Bahan Tersier, yang terdiri dari : dilihat dari luar tampak saling berseberangan.
Kamus Hukum, Ensiklopedi dan Kamus Pada dimensi pertama, Pemilihan Umum pada
Pendukung lainnya. umumnya.Sistem Proporsional (Proportional
Alat Penelitian yang dipergunakan dalam Representation System) pada dasarnya menganut
penelitian ini adalah :Studi kepustakaan/Normatif prinsip bahwa setiap pemilih mempunyai satu
(Library Studies), yaitu mempelajari berbagai suara dan setiap anggota parlemen mewakili
literatur yang berhubungan dengan objek jumlah penduduk tertentu. Sisa suara dalam setiap
penelitian, termasuk penelitian normatif mengenai daerah pemilihan tidak hilang tetapi dapat
peraturan perundang-undangan yang berhubungan digabung dengan jumlah suara dari partai yang
dengan penelitian.Studi Dokumen (Documentary sama, meskipun suara tersebut diperoleh dari
Studies) dari bahan primer dan sekunder. Metode daerah pemilihan yang berlainan.
Analisis Data. Metode analisis data yang Dinamisnya pengaturan hokum tentang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah pemerintahan daerah dan pemilihan kepala daerah
kualitatif. Data yang berupa angka sedapat pada waktu belakangan ini, menunjukkan
mungkin disajikan dalam bentuk angka.Sifat dan pesatnya pembangunan hokum dan politik dalam
Bentuk Laporan penelitian ini, adalah Deskriptif- system ketatanegaraan Indonesia. Pada masa
analitis. pemerintahan orde baru, keinginan pemerintah
untuk mewujudkan otonomi daerah, tampak
PEMBAHASAN sangat serius terutama dengan dilakukannya
A. Dinamika Perkembangan Hukum berbagai tindakan hukum, diantaranya :
Pemilihan Kepala/Wakil Kepala Daerah diamandemennya UUD 1945; ditetapkannya TAP
MPR No.IV/MPR/1999 dan TAP
Menurut beberapa pendapat para ahli No.XV/MPR/1998. Diundangkannya UU
tentang pemilihan umum, dapat dikemukakan, No.22/1999 dan UU No.25/1999.Hal ini
antara lain: Menurut H. Matori Abdul Djalil sekaligus mencabut berlakunya UU No.5/1974
(1999:33-35) pengertian Pemilihan Umum, antara dan UU No.32/1956. Dengan otonomi daerah
lain adalah : Memberikan kepastian terhadap alih diharapkan akan kondusif bagi tercapainya
kepemimpinan dan kekuasaan (transfer of Leader integrasi nasional sebagai tanggapan terhadap
and Power) secara konstitusional untuk gerakan otonomi dalam bentuk pergolakan di
melahirkan pemimpin yang legitimatif; Pemilihan

132 Legitimasi Pemilihan Kepala/Wakil... (Marulak Pardede)


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
daerah. UU No.22/1999 diharapkan memberikan menyebabkan hak pilih rakyat hilang. Kedua,
otonomi yang besar kepada masyarakat dengan Pemilukada tidak langsung menyebabkan
penyerahan kewenangan bidang-bidang anggota DPRD mendapat dua hak sekaligus,
pemerintahan dengan cara open arrangement yakni hak pilih dan hak legislasi.Padahal jika
atau menempatkan residual power pada daerah Pemilukada secara langsung, tidak menyebabkan
otonom. Namun dalam kenyataannya, keberadaan hak pilih anggota DPRD (sebagai warga negara)
UU No.5/1974 tentang Pokok-pokok hak pilihnya tetap ada (A Mutty, 2018: 2-3).
Pemerintahan di Daerah, dalam pemerintahan Undang-undang 7 Tahun 2017 tentang
dimasa lalu, tidak mencerminkan adanya otonomi Pemilihan Umum (UU Pemilu) memuat
riil, karena wadah DPRD tidak merupakan terobosan penguatan kewenangan Badan
lembaga legislatif daerah yang dapat menampung Pengawas Pemilu (Bawaslu) dalam menegakkan
aspirasi masyarakat, akan tetapi hanya sekedar hukum pemilu.Selain soal tindak pidana pemilu,
perangkat pemda. Demikian juga dengan UU kewenangan kuat yang paling mencolok adalah
No.32 Tahun 1956 tentang perimbangan menindak dan memutus pelanggaran
keuangan antara pusat dan daerah, tidak pernah administrasi.Bawaslu hingga tingkat
diganti, dengan alasan dapat menjadi sumber kabupaten/kota berwenang mengeluarkan
pemicu dis-integrasi bangsa sehingga hal ini dapat putusan terhadap pelanggaran administrasi.Di
meredam gejolak politik. undang-undang sebelumnya, kesimpulan bahwa
Pada tahun 2011, terbit undang-undang sebuah tindakan dianggap sebagai pelanggaran
baru mengenai penyelenggara pemilihan umum dikeluarkan dalam produk rekomendasi.Kini,
yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011.Di kesimpulan tersebut dikeluarkan dalam bentuk
dalam undang-undang ini, istilah yang putusan.Bawaslu kabupaten/kota bisa
digunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, mengeluarkan putusan yang bersifat pertama dan
dan Wali Kota.Pada tahun 2014, DPR-RI terakhir.Bawaslu punya wewenang
kembali mengangkat isu krusial terkait mendiskualifikasi peserta pemilu yang
pemilihan kepala daerah secara langsung. melakukan pelanggaran politik uang. Pasal 286
Sidang Paripurna DRI RI pada tanggal 24 ayat (1) UU Pemilu melarang peserta pemilu,
September 2014 memutuskan bahwa Pemilihan pelaksana kampanye, dan/atau tim kampanye
Kepala Daerah dikembalikan secara tidak menjanjikan dan/atau memberikan uang atau
langsung, atau kembali dipilih oleh DPRD. materi lainnya untuk memengaruhi
Putusan Pemilihan kepala daerah tidak langsung penyelenggara pemilu dan/atau pemilih.
didukung oleh 226 anggota DPR-RI yang terdiri Pasangan calon presiden dan calon legislator
Fraksi Partai Golkar berjumlah 73 orang, Fraksi yang terbukti melakukan pelanggaran tersebut
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) berjumlah 55 dapat dikenai sanksi administratif pembatalan
orang, Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai calon.Bawaslu berwenang
berjumlah 44 orang, dan Fraksi Partai Gerindra mengumpulkan barang bukti, membuktikan
berjumlah 32 orang.Keputusan ini telah kesalahan pelaku politik uang, dan berwenang
menyebabkan beberapa pihak kecewa. memutuskan kesalahan itu terbukti atau
Keputusan ini dinilai sebagai langkah mundur di tidak.Banyak kepala daerah terpilih yang
bidang "pembangunan" demokrasi, sehingga berperan sekadar pelaksana APBD seraya
masih dicarikan cara untuk menggagalkan mengintip peluang untuk melakukan
keputusan itu melalui uji materi ke MK. Bagi korupsi.Tidak meng-herankan jika mereka yang
sebagian pihak yang lain, Pemilukada tidak terlibat korupsi dan masuk penjara. Selama
langsung atau langsung dinilai sama saja. Tetapi periode 2003-2016 tercatat, 18 gubernur dan 343
satu hal prinsip yang harus digarisbawahi bupati/wali kota (61% dari 514 kepala daerah)
(walaupun dalam pelaksanaan Pemilukada tidak terjaring kasus korupsi. Mereka yang terpilih
langsung nanti ternyata menyenangkan rakyat) dengan biaya besar APBN dan APBD
adalah: Pertama, Pemilukada tidak langsung seharusnya hadir sebagai pemberi solusi atas

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 127 - 148 133
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
berbagai permasalahan daerah.Namun, yang dengan pemberian wewenang pengelolaan
terjadi justru sebaliknya, sebagian besar di keuangan yang memadai untuk dapat
antara mereka malah menjadi malapetaka buat berjalannya pemerintahan daerah sesuai potensi
daerah dan warganya (Rosi, 2018:4-5). dan sumber daya daerah. UU Nomor 25 /
Pelaksanaan otonomi daerah tentunya 1999 secara eksplisit mengatur kenaikan bagian
memerlukan dukungan dana yang sangat besar daerah dalam penerimaan daerah, utamanya dari
melalui perimbangan keuangan yang lebih adil penerimaan Pajak Bumi Bangunan (UU No.
antara daerah yang satu dengan lainnya. Dengan 12/1985). Bea peroleh Hak Atas Tanah dan
UU No.25/1999 diharapkan desentralisasi yang Bangunan (UU No. 21/1997). Penerimaan
pengejawantahannya otonomi daerah tidak akan daerah dari Sumber daya alam (tambang),
menimbulkan keresahan daerah. Disparitas yang minyak, eksploitasi hutan, perikanan (laut) dan
terjadi antar daerah berkaitan dengan disparitas sebagainya. Di lain pihak dengan
pendapatan asli daerah dan bagi hasil akan diundangkannya undang-undang ini, maka
ditiadakan atau setidak-tidaknya diperkecil pemerintah telah merespon aspirasi dari
dengan dana alokasi, baik yang berbentuk umum masyarakat di daerah. Untuk meningkatkan
maupun khusus. Secara normatif, UU efisiensi dan efektivitas pelaksanaan dan
No.25/1999 relatif menjanjikan tercapainya pengawasan keuangan negara, DPR dan DPRD
pengembangan otonomi dengan tetap berpegang di tingkat Pusat dan daerah dapat lebih berperan
pada sendi-sendi utama dalam desentralisasi melakukan evaluasi atas APBD. Pemilihan
keuangan dalam negara kesatuan. Dengan Kepala Daerah (Pilkada) dan wakil kepala
diundangkan UU No. 22/1999 tentang otonomi daerah merupakan suatu keharusan yang
daerah, yang lebih menitik beratkan pada diselenggarakan oleh setiap daerah melalui
pemberian otonomi yang lebih luas kepada Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD).
derah, maka lembaga DPRD harus independen Pemilihan ini tidak lain dan tidak bukan,
dari pemerintah Daerah, sehingga dapat bertujuan untuk memilih kepala daerah dan
melaksanakan fungsinya dengan sebaik baiknya. wakil kepala daerah secara langsung oleh rakyat
didaerah yang menyelenggarakan. Hal ini
Pembentukan Undang-Undang tentang
merupakan amanat Pasal 24 Ayat (5) Undang-
Pemerintahan Daerah (PEMDA), adalah dalam
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
rangka menghadapi perkembangan keadaan,
Pemerintahan Daerah. Sedangkan defenisi dari
baik di dalam negeri maupun di luar negeri serta
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala
tantangan persaingan global, sehingga
Daerah itu sendiri terdapat dalam Pasal 1 angka
dipandang perlu menyelenggarakan otonomi
1 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005
daerah dengan memberikan kewenangan yang
Tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan,
lebih luas, nyata dan bertanggung jawab pada
dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil
daerah secara proposional, yang diwujudkan
Kepala Daerah. Pemilihan Kepala Daerah dan
dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan
Wakil Kepala Daerah yang selanjutnya disebut
sumber daya nasional serta perimbangan
pemilihan adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
keuangan pusat dan daerah sesuai dengan
rakyat di wilayah provinsi dan/atau
prinsip demokrasi, peran serta masyarakat,
kabupaten/kota berdasarkan Pancasila dan
pemerataan dan keadilan, potensi dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
keanekaragaman daerah. Oleh karenanya, sejak
Indonesia Tahun 1945 untuk memilih Kepala
bulan Januari 2001, kepada daerah diberikan
Daerah dan Wakil Kepala Daerah.Pilkada
suatu kewenangan yang luas (desentralisasi)
diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum
untuk mengurus dan mengatur kepentingan
(KPU) Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
masyarakat daerahnya menurut prakarsa sendiri
dengan diawasi oleh Panitia Pengawas
berdasarkan aspirasi masyarakat. Konsekuensi
Pemilihan Umum (Panwaslu) Provinsi dan
dari pemberian wewenang yang luas tersebut
Panwaslu Kabupaten/Kota. Khusus di Aceh,
tidak akan berarti apabila tidak dibarengai
Pilkada diselenggarakan oleh Komisi

134 Legitimasi Pemilihan Kepala/Wakil... (Marulak Pardede)


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
Independen Pemilihan (KIP) dengan diawasi oleh sejumlah orang. Secara ideal tujuan dari
oleh Panitia Pengawas Pemilihan Aceh dilakukannya pilkada adalah untuk mempercepat
(Panwaslih Aceh).Berdasarkan Undang-Undang konsolidasi demokrasi di Republik ini. Selain itu
Nomor 32 Tahun 2004, peserta pilkada adalah juga untuk mempercepat terjadinya good
pasangan calon yang diusulkan oleh partai governance karena rakyat bisa terlibat langsung
politik atau gabungan partai politik. Ketentuan dalam proses pembuatan kebijakan. Hal ini
ini diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 merupakan salah satu bukti dari telah
Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta berjalannya program desentralisasi. Daerah telah
pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon memiliki otonomi untuk mengatur dirinya
perseorangan yang didukung oleh sejumlah sendiri , bahkan otonomi ini telah sampai pada
orang.Undang-undang ini menindaklanjuti taraf otonomi individu.
keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang Pilkada serentak gelombang ketiga akan
membatalkan beberapa pasal menyangkut dilaksanakan pada Juni 2018, di 17 provinsi, 115
peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor kabupaten, dan 39 kota. Pelaksanaan ini
32 Tahun 2004. Khusus di Aceh, peserta Pilkada diperkirakan akan menelan biaya sebesar Rp11,3
juga dapat diusulkan oleh partai politik lokal. triliun. Pilkada serentak gelombang kedua di 101
Di dalam penyelenggaraan Pilkada dan daerah menghabiskan biaya Rp7 triliun. Ini jauh
wakil kepala daerah yang diatur di dalam melampaui anggaran pilkada gelombang
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pertama yang menghabiskan dana Rp4,4 triliun
Pemerintahan Daerah dari Pasal 56 sampai di 269 daerah. Regulasi yang mengatur
dengan Pasal 114, telah banyak mengalami pendaanaan dari negara selalu berubah. UU No
perubahan dan penambahan pasal sesuai dengan 8 Tahun 2015 menghendaki pendanaannya
perubahan Undang-Undang Nomor 32 tahun dibebankan pada APBD dan didukung APBN.
2004 itu sendiri. Perubahan Undang-Undang Di lain pihak, UU No 22 Tahun 2014 tentang
Nomor 32 Tahun 2004, telah dilaksanakan Pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali Kota,
sebanyak 2 kali. Yaitu dengan Undang-Undang menetapkan bahwa pendanaan pilkada
Nomor 8 Tahun 2005 dan Undang-Undang sepenuhnya dibebankan pada APBD. Namun,
Nomor 12 Tahun 2008. Selain itu, juga dibentuk lewat Perppu No 1 Tahun 2014, biaya pilkada
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 yang sebelumnya ditanggung sepenuhnya oleh
guna melengkapi aturan-aturan yang belum ada APBD diubah menjadi dibebankan pada APBN
aturannya dalam hal mengenai Pemilihan, dan dapat didukung melalui APBD.
Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Permendagri No 37 Tahun 2014 tentang
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Yang Pedoman Penyusunan APBD 2015. Daerah
mana perubahan dan penambahan aturan itu diimbau untuk mengalokasikan anggaran
bertujuan agar penyelenggaraan Pilkada dan kegiatan Pilkada 2015 dengan menempatkannya
wakil kepala daerah dapat berjalan secara dalam pos belanja hibah. Masalah yang muncul
demokratis sesuai dengan amanat Pasal 18 Ayat terkait dengan ketentuan di atas ialah terdapat
(4) UUD 1945. Sesuai dengan Pasal 18 Ayat 4 dua mekanisme penganggaran. Tahap
UUD 1945, kepala daerah dipilih secara perencanaan anggaran hingga terbitnya SP2D
demokratis. Dalam UU No. 32 Tahun 2004 (transfer dana dari kas daerah ke rekening
Tentang Pemerintahan Daerah, diatur mengenai KPUD/Bawaslu provinsi/Panwas) menggunakan
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala mekanisme APBD, sedangkan perencanaan
daerah yang dipilih secara langsung oleh rakyat, penggunaan dana hibah oleh KPU/Bawaslu
yang diajukan oleh partai politik atau gabungan provinsi/Panwas hingga ke
parpol. Sedangkan di dalam perubahan UU No. pertanggungjawabannya menggunakan
32 Tahun 2004, yakni UU No.12 Tahun 2008, mekanisme APBN. Ketentuan yang sama
Pasal 59 Ayat 1b, calon kepala daerah dapat juga berlaku juga pada pilkada serentak 2017 yang
diajukan dari calon perseorangan yang didukung lalu dan Pilkada 2018 yang akan datang. Khusus

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 127 - 148 135
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
untuk penggunaan dana hibah Pilkada 2018, Laporan Hasil Kekayaan Penyelenggara Negara
terdapat perbedaan antara Permendagri No 51 (LHKPN).Tjahjo kemudian menyinggung soal
Tahun 2016 dan PKPU No 80 dan 81 Tahun kepala daerah yang terjaring Operasi Tangkap
2017. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus Tangan (OTT) saat menjabat."Saya cukup sedih
karena berpotensi menimbulkan persoalan suatu hari sahabat saya seorang gubernur
hukum. Di dalam permendagri tersebut, pokja menandatangani pakta integritas dihadapan
perencanaan kegiatan ditentukan paling banyak Ketua KPK tapi ternyata sahabat saya tersebut
10 orang dengan masa kerja paling banyak tiga terkena OTT oleh KPK (Gubernur Bengkulu
bulan. Sementara itu, dalam PKPU disebutkan, Ridwan Mukti, red). Selanjutnya ada Gubernur
jumlah anggota pokja paling banyak 14 orang yang sudah berpengalaman menjadi Bupati
dengan masa kerja paling lama 11 bulan. Selain bahwa orang tuanya merupakan Gubernur dua
perubahan dan tumpang tindih regulasi, terdapat periode, menurut saya hal beliau adalah orang
persoalan komponen pembiayaan yang baik tapi ternyata beliau tetap belum bisa
menyerap anggaran cukup besar, yaitu biaya menjaga komitmennya dan bisa di'setir' oleh
pengamanan. Anggaran pengamanan dari APBD legislatif sehingga baru saja beliau menjadi
jelas menyalahi asas dan prinsip pemerintahan, tahanan KPK" (Mardiastuti, 2018:1-3).
yakni pemda tidak dibenarkan membiayai Urgensi pengaturan pemilihan langsung
instansi vertikal. Selain itu, penyediaan anggaran terhadap kepala daerah dan wakil kepala daerah
pengamanan telah menempatkan pilkada sebagai oleh rakyat di daerah yang menyelenggarakan,
extraordinary activity; sebuah ‘proyek’ yang adalah agar mereka yang terpilih benar-benar
perlu biaya khusus. Padahal, pilkada dapat telah melalui proses seleksi dari bawah karena
dilihat dan ditempatkan sebagai kegiatan rutin prsetasi moral, intelektual, dan pengabdiannya
sehingga tidak perlu disediakan dana ekstra pada masyarakat selama ini. Tetapi, rupanya
untuk pelaksanaannya, sebab setiap gagasan mulia ini sulit terwujud mengingat
kementerian/lembaga telah mandapat anggaran umumnya masyarakat tidak memiliki informasi
dari Negara (Rosi, 2018:2-3). yang cukup tentang kepala daerah maupun wakil
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) kepala daerah yang mencalonkan diri, apakah
Tjahjo Kumolo dan Wakil Ketua KPK Saut mereka merupakan tokoh–tokoh bermoral dan
Situmorang memberi pembekalan kepada para memiliki kompetensi atau tidak. Rakyat di
calon kepala daerah di Sumatera Utara. Mereka dalam melaksanakan haknya sebagai pemilih,
mengingatkan agar para calon kepala daerah dijamin keamanannya oleh Negara, sehingga
tegas melawan politik uang. Dalam dapat memilih sesuai dengan kehendak hati
sambutannya Saut mengingatkan para calon nuraninya masing-masing. Dalam memberikan
kepala daerah agar terus berinovasi dan bersaing suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya
dengan gagasan. Dia berharap para calon tidak akan diketahui oleh pihak manapun.
pimpinan daerah ini bisa mengembangkan Pemilih memberikan suaranya pada surat suara
potensi daerahnya dan tidak usah memberi janji dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain,
kampanye yang muluk-muluk."Kegagalan dalam serta pihak yang terkait sebagai penyelenggara
pelaksanaan program dari para Kepala Daerah harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan
adalah conflict of interest (coi). Conflict of peraturan perundang-undangan. Setiap pemilih
interest ini adalah yang menyelimuti bangsa kita mendapatkan perlakuan yang sama, serta bebas
yang di mana sulit mengatakan iya atau tidak dari kecurangan oleh pihak manapun. Komisi
untuk menolak atau tidak. Politik adalah salah Pemilihan Umum (KPU) telah menyiapkan
satu pintu yang bisa membangun kesejahteraan tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah
masyarakat namun hal tersebut dapat dirusak (pilkada) serentak pada 2015. Suatu hal yang baru
oleh coi tersebut,". Hal senada juga disampaikan dalam penyelenggaraan PILKADA dimaksud,
Tjahjo yang menilai pentingnya program antara lain adalah, tahapan sosialisasi calon. Uji
pembekalan calon kepala daerah dan deklarasi publik merupakan tahapan yang baru

136 Legitimasi Pemilihan Kepala/Wakil... (Marulak Pardede)


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
dilaksanakan pertama kali pada pilkada serentak disamping daerah tentunya lebih mengetahui
2015. Perbedaan pilkada serentak dengan pilkada aspirasi dan inspirasi daerah.
yang biasa digelar juga akan terlihat pada tahapan Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana
kampanye. Kampanye melalui iklan di media dimaksud dalam UU No. 22/1999 tentang
yang selama ini dibiayai peserta akan ditanggung Pemerintahan Daerah (PEMDA) maupun UU No.
penyelenggara pemilu. Perbedaan lainnya terkait 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
penyelesaian sengketa perselisihan hasil dan Daerah, menjadi sangat penting dicermati.
pemilihan. J ika selama ini sengketa PHP Negara Indonesia sebagai salah satu negara dunia
diselesaikan di Mahkamah Konstitusi (MK), ketiga yang masih bergelut dengan suasana
mulai pilkada serentak dialihkan ke Mahkamah reformasi, dan krisis moneter yang mengakibatkan
Agung (MA). MA akan menunjuk Pengadilan keterpurukan dalam kehidupan ekonomi, politik
Tinggi untuk menyelesaikan sengketa hasil. Jika dan sosial, berkeinginan membangun kembali
peserta keberatan atas putusan PT, keberatan bisa sistem politik yang demokratis, restrukturisasi
diajukan ke MA. Pilkada serentak berdasarkan perekonomian nasional dengan bantuan donor
Perppu Nomor: 1/2014, otomatis akan maupun lembaga keuangan internasional.
memberikan perbedaan pada desain surat suara. Desentralisasi merupakan bentuk hubungan
Perppu mengatur pilkada non-paket. Yang dipilih antara pemerintah pusat dan pemerintahan
hanya kepala daerah saja, sementara wakil kepala daerah yang pada umumnya memiliki dua
daerah ditunjuk oleh kepala daerah setelah bentuk yaitu: Debvolusi dan dekonsentrasi.
terpilih. Otomatis, nanti desain surat suara hanya Dalam ideografis Indonesia kita pernah
kepala daerah saja, dan surat suara tentu menjadi mengenal asas tugas pembantuan atau
lebih kecil ukurannya. medebewind sebagai bagian dari desentralisasi.
Keberadaan UU No.5/1974 tentang Pokok- Berdasarkan ranah politik pemerimtahan maka
pokok Pemerintahan di Daerah, dalam desentralisasi yang berkaitan dengan otonomi
pemerintahan dimasa lalu, tidak mencerminkan penyelengaraan pemerintahan di daerah adalah
adanya otonomi riil, karena wadah DPRD tidak devolusi. Sementara dekonsentrasi masih
merupakan lembaga legislatif daerah yang dapat merupakan kepanjangan tangan kebijakan pusat
menampung aspirasi masyarakat, akan tetapi di daerah.Berdasarkan asas desentralisasi
hanya sekedar perangkat pemda. Demikian juga hubungan rakyat dan pemerintahan daerah
dengan UU No.32 Tahun 1956 tentang berada dalam koridor demokrasi daerah.
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, Pelibatan pemerintahan daerah dalam mengurus
tidak pernah diganti, dengan lasan dapat menjadi kewenangannya merupakan keleluasaan yang
sumber pemicu dis-integrasi bangsa sehingga hal bertujuan untuk pengembangkan demokrasi
ini dapat meredam gejolak politik. Pemerintah daerah dan pembangunan daerah yang pada
daerah selama ini, selalu tergantung pada gilirannya mengarah pada kesejahteraan rakyat
pemerintah pusat, kebijakan sentralistis, karena di wilayah kerja daerahnya.
kekhawatiran akan mengurangi wibawa Menurut Mochtar Kusumaatmadja,
pemerintah pusat. Bantuan pemerintah pusat (Tanpa tahun: 19), negara-negara yang
kepada daerah selama ini dalam bentuk Inpres, menguasai ekonomi dunia telah mendikte negara
pada kenyataannya telah membawa dampak dunia ketiga dalam pembangunan negaranya
kurang menguntungkan, baik dari dalam apabila membutuhkan bantuan, pinjaman. Bahkan
menentukan kebijakan daerah sesuai dengan lembaga keuangan internasional yang mereka
aspirasi rakyat, maupun dalam membentuk kuasai, seperti World Bank, IMF dan Asia
kemandirian daerah untuk menggali potensi Development Bank serta Komisi HAM PBB,
daerah.Pemerintahan yang sentralistik tersebut, mensyaratkan penyelenggaraan pemerintahan
dirasakan sangat mempengaruhi secara kontra yang baik, yaitu: pelayanan publik yang efisien,
produktif kinerja daerah, dan bahkan dapat sistem pengadilan yang dapat diandalkan,
mematikan prakarsa dan tanggungjawab daerah, pemerintahan yang bertanggungjawab

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 127 - 148 137
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
(accountable) pada publiknya”; kebijakan- Sejak bulan Januari 2001, kepada daerah
kebijakan ekonomi dan sosial yang masuk akal; diberikan suatu kewenangan yang luas
pengambilan keputusan yang demokratis; (desentralisasi) untuk mengurus dan mengatur
Transparansi penyelenggaraan pemerintahan; kepentingan masyarakat daerahnya menurut
Pertanggungjawaban (accountability) finansial prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
yang memadai; Pengembangan ekonomi pasar Konsekuensi dari pemberian wewenang yang luas
atas dasar tanggung jawab kepada masyarakat tersebut tidak akan berarti apabila tidak dibarengai
(Market Friendly); dan Pelaksanaan hak asasi dengan pemberian wewenang pengelolaan
manusia serta kebebasan pers dan ekspresi. keuangan yang memadai untuk dapat berjalannya
Elemen-elemen negara (eksekutif, pemerintahan daerah sesuai dengan potensi dan
legislatif, yudikatif, dan militer), sektor swasta sumber daya daerah. UU. No. 25/1999 secara
(industri, pengusaha, perbankan dan koperasi), eksplisit mengatur kenaikan bagian daerah dalam
serta masyarakat sipil atau Civil Society penerimaan daerah, utamanya dari penerimaan
(masyarakat propessional, media massa, LSM, Pajak Bumi Bangunan (UU No. 12/1985). Bea
Perguruan Tinggi) berfungsi optimal, efektif dan peroleh Hak Atas Tanah dan Bangunan (UU No.
proporsional serta mampu saling mengendalikan, 21/1997). Penerimaan daerah dari Sumber daya
mengimbangi dan melakukan pengawasan satu alam (tambang), minyak, eksploitasi hutan,
sama lainnya (Checks and Balances). perikanan (laut) dll. Di lain pihak dengan di
Berfungsinya lembaga pemerintahan baik di undangkannya undang-undang ini, maka
tingkat pusat maupun daerah (supra struktur dan pemerintah telah merespon aspirasi dari
infra struktur) sesuai dengan aturan hukum, berarti masyarakat di daerah. Untuk meningkatkan
kekuasaan pemerintah terbatas, pemerintah harus efisiensi dan efektivitas pelaksanaan dan
menyelenggarakan pemerintahan secara pengawasan keuangan negara, DPR dan DPRD di
transparan, bertanggungjawab (accountability) tingkat Pusat dan daerah dapat lebih berperan
terhadap kebijaksanaan yang dilakukan dan melakukan evaluasi atas APBD.
penggunaan anggaran yang dikeluarkan, serta Penyelenggaraan otonomi daerah
tunduk pada pengawasan yang dilakukan oleh memerlukan dukungan perimbangan keuangan
DPR. yang lebih adil. UU. No. 25/1999 menjanjikan
Dengan diundangkan UU. No.22/1999 tercapainya penyelenggaraan dan pengembangan
yang lebih menitik beratkan pada pemberian otonomi dengan tetap berpegang pada sendi-
otonomi yang lebih luas kepada derah, maka sendi utama desentralisasi keuangan dalam
lembaga DPRD harus independen dari pemerintah negara kesatuan, yang dengan demikian
Daerah, sehingga dapat melaksanakan fungsinya diharapkan pemerintah daerah akan dapat
dengan sebaik baiknya. Pembentukan UU. No. berperan dalam penyelenggaraan pemerintahan
22/1999 tentang Pemerintahan Daerah (PEMDA), yang lebih baik demi tercapainya masyarakat
adalah dalam rangka menghadapi perkembangan sejahtera, adil dan makmur melalui sistem yang
keadaan, baik di dalam negeri maupun di luar terpadu (integrated system).
negeri serta tantangan persaingan global, sehingga B. Legitimasi Pemilihan Kepala/Wakil
dipandang perlu menyelenggarakan otonomi Kepala Daerah
daerah dengan memberikan kewenangan yang
lebih luas, nyata dan bertanggung jawab pada Presiden ketujuh Negara Republik
daerah secara proposional, yang diwujudkan Indonesia, Joko Widodo secara resmi telah
dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan menandatangani Undang-undang Tentang
sumber daya nasional serta perimbangan Penetapan Peraturan Pengganti Undang-undang
keuangan pusat dan daerah sesuai dengan prinsip (Perpu) Pilkada Nomor 1 Tahun 2015 tentang
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota serta
dan keadilan, potensi dan keragaman daerah. UU Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pemerintahan
Daerah, permasalahan hukum mengenai Pilkada

138 Legitimasi Pemilihan Kepala/Wakil... (Marulak Pardede)


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
tidak langsung selesai, akan tetapi masih diliputi Kota. Sesuai ketentuan Pasal 22 UUD 1945,
dengan berbagai persoalan hukum (Kompas, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
2015:2). Meskipun telah ditandatanganinya revisi 138/PUU-VII/2009 menjelaskan bahwa Perppu
UU Pilkada sebagai usulan RUU inisiatif DPR, adalah subjektifitas Presiden, yang objektifitas
permasalahan ini masih harus dibahas bersama politiknya dinilai oleh DPR ketika perppu itu
pemerintah dan DPR, dan rancangan usulan harus diajukan untuk mendapatkan persetujuan.
didaftarkan ke badan legislasi untuk dimasukkan Putusan MK itu sendiri, mensyaratkan
ke Program Legislasi Nasional 2015. kegentingan yang memaksa terjadi jika ada
Sebagaimana diketahui, ketika Gubernur kebutuhan hukum yang mendesak, terjadinya
Propinsi Daerah Khusus Ibukota, Jakarta, Joko kekosongan hukum, atau terjadinya
Widodo mencalonkan diri menjadi Calon Presiden ketidakpastian hokum. Dalam Pasal 22 ayat 2
Republik Indonesia beberapa waktu lalu, sesuai UUD 1945 menyatakan, Perppu harus
dengan Undang-Undang tentang Pemerintahan mendapat persetujuan DPR dalam persidangan
Daerah, beliau mengambil cuti dan jabatan yang berikut. Dengan demikian, DPR periode
gubernur dilaksanakan oleh wakil gubernur 2014-2019 yang akan membahas dan
sebagai pelaksana tugas gubernur. Selanjutnya mengambil keputusan persetujuan. Perppu itu
ketika Gubernur Joko Widodo terpilih menjadi sekaligus mencabut Undang-undang Nomor 22
Presiden Republik Indonesia yang ke tujuh, maka tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Presiden
jabatan gubernur secara otomatis dijabat oleh menjelaskan penerbitan 2 Perppu ini adalah
wakilnya, dan setelah dilantik menjadi gubernur, berdasarkan keinginan dari masyarakat luas yang
dia memilih wakil gubernur dari partai pengusung menginginkan tetap berlangsungnya Pilkada
gubernur yang digantikannya. Keadaan ini sempat langsung di Indonesia. Sebagai konsekuensi dari
menimbulkan ketegangan politik diantara sesama penetapan pilkada secara langsung tersebut maka
politisi, karena berbagai penafsiran yang berbeda untuk menghilangkan ketidakpastian hukum di
diatara mereka terhadap peraturan perundang- masyarakat, diterbitkan Perppu kedua yakni
undangan yang terkait. Sebagai perbandingan, terkait Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
bahwa sistem pemilu di beberapa negara yang tentang Pemerintahan Daerah yang isinya
telah maju, bahwa: Setiap partai politik menghapus kewenangan DPRD untuk
memperoleh kursi di parleman secara melaksanakan pemilihan kepala daerah.
proporsional dengan perolehan suara yang Perbaikan penyelenggaraan Pilkada
didapat. Dengan sistem ini, partai-partai kecil menjadi poin utama dalam Perppu ini. Perbaikan
masih mungkin memperoleh kursi di lembaga itu di antaranya adalah uji publik calon kepala
legislatif. Sistem ini banyak diterapkan pada daerah dan penghematan anggaran
negara-negara yang mempraktekkan demokrasi, penyelenggaraan pilkada. Mengatur kampanye
seperti di Amerika Latin, Amerika, dan beberapa dan pembatasan kampanye terbuka agar biaya bisa
negara di Eropa Barat, seperti Austria, Bulgaria, lebih dihemat lagi dan untuk mencegah benturan
Denmark, Finlandia, Swedia, dan Swiss. antar massa. Melarang politik uang termasuk
Argumentasi dari penerapan sistem proporsional serangan fajar dan membayar parpol yang
adalah kenyataan bahwa dalam sistem ini mengusung. Demi keadilan para pelaku fitnah
perolehan suara dalam suatu partai secara nasional harus diberikan sanksi hukum. Melarang pelibatan
berbanding langsung dengan perolehan kursi yang aparat birokrasi.Melarang pencopotan aparat
diperoleh di lembaga legislative (Subekti, birokrasi pasca Pilkada.Menyelesaikan sengketa
1998:4). hasil pilkada secara akuntabel, pasti dan tidak
Terkait dengan masalah tersebut diatas, berlarut-larut. Mencegah kekerasan dan menuntut
pada masa menjelang berakhirnya jabatan tanggung jawab calon atas kepatuhan hukum
Presiden Yudhoyono, juga ditandatangani dua pendukungnya (Andylala Waluyo, 2015: 3).
perppu. Pertama, Perppu Nomor 1 tahun 2014 Sejatinya, biarpun Rancangan Undang-
tentang pemilihan Gubernur, Bupati dan Wali undang (RUU) Pilkada saat ini telah disetujui

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 127 - 148 139
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
oleh DPR dan ditandatangani oleh presiden, pemerintah mengajukan hak inisiatif
tampaknya masih menimbulkan pro dan kontra. pembentukan RUU Pemda, RUU Desa, dan
Pro dan kontranya terletak pada perubahan sistem RUU Pilkada dalam satu paket, pemerintah
pemilihan Kepala Daerah dari yang langsung mengusulkan perubahan sistem pilkada melalui
menjadi tak langsung (Kepala Daerah dipilih oleh perwakilan DPRD untuk pemilihan gubernur
DPRD). RUU Pilkada, tidak dapat dijadikan dan pemilihan langsung untuk bupati/wali kota.
RUU yang berdiri sendiri, tanpa ada keterkaitan Alasannya, berdasarkan kajian Kemendagri,
dengan sistem hukum lainnya. Ada dua regulasi dampak pelaksanaan pilkada langsung adalah
atas RUU Pilkada yang saling terkait. Yaitu UU konflik horizontal dan pemborosan anggaran
No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan daerah. Sementara DPR awalnya berbeda
Pemilu dan UU No. 17 Tahun 2014 Tentang pendapat dengan usulan pemerintah itu. DPR
MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3). Dan meyakini Pilkada harus dilaksanakan secara
melalui UU Penyelenggaraan Pemilu-lah Pilkada langsung, baik untuk gubernur maupun bupati
langsung mendapat legitimasi. Jika Kepala Daerah dan wali kota. Alasannya, masyarakat selama ini
dipilih oleh DPRD, berarti Pemilihan Kepala telah nyaman dengan pelaksanaan secara
Daerah bukan lagi ranah Komisi Pemilihan langsung dan aspirasi politik masyarakat dapat
Umum (KPU), sehingga membawa impilikasi disalurkan. Pemilihan kepala daerah lewat
hukum terhadap sistem pemilihan Kepala Daerah, DPRD dinilai tidak mempunyai dasar hukum.
hingga pada institusi yang sebelumnya telah Tidak satu pasal pun didalam UUD
ditunjuk sebagai penyelenggara pemilu, dalam hal 1945 yang memberikan kewenangan DPRD
ini KPU. memilih kepala daerah. Bahkan Bab V dan Bab
Terkait dengan hal tersebut, bisa saja terjadi VI Undang-undang MD3 (UU No. 17 Tahun
konflik hukum dan ketidakpastian hukum 2014), tidak satu pasal dan ayat pun yang
berkelanjutan. Anggota DPRD menolak untuk memberikan tugas dan wewenang DPRD
melakukan pemilihan Kepala Daerah dengan dalih Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota untuk
tidak memiliki kewenangan.Pada waktu yang memilih Kepala Daerah. Jika menggunakan
bersamaan, DPRD menyelenggarakan Pemilihan Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945, tidak ada juga
Kepala Daerah, serta dilain pihak KPU juga nomenklatur DPRD. Pasal 18 Ayat (4) berisi
membuka pendaftaran calon Kepala Daerah norma mekanisme dan asas pemilihan secara
karena tetap merasa memiliki wewenang demokratis. Pada masa pemerintahan orde baru,
berdasarkan UU Penyelenggaraan Pemilu. memang kepala daerah dipilih oleh DPRD
Dengan demikian, kemungkinan akan terpilih dengan dasar hukum UU No. 22 Tahun 1999
lebih dari satu pemimpin daerah yang punya tentang Pemerintahan Daerah. DPRD
legitimasi (Ramadhan &Rahmat Sahid, 2015: mempunyai kewenangan memilih kepala daerah,
2). Disamping itu, dalam penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan Pasal 34 ayat (2) huruf
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala a UU No. 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan
Daerah, terdapat ketentuan ancaman pidana bagi Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. DPRD
setiap orang atau penyelenggara pemilihan Kepala mempunyai tugas dan wewenang: (a) memilih
Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil
melanggarnya. Undang-Undang Nomor 32 Tahun Bupati, dan Walikota/Wakil Walikota. Akan
2004, memuat perbuatan yang dilarang itu pada tetapi, dalam perkembangan system
bagian kedelapan, paragraf tujuh, dari pasal 115 ketatanegaraan NKRI terkini, ini UU Nomor 22
sampai pasal 119 yang memuat Ketentuan Pidana tahun 1999 tersebut sudah dicabut dan diganti
Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala dengan UU MD3 (UU. Nomor 17 tahun 2014 jo
Daerah. Perbuatan yang dilarang juga terjadi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018). UU No.
penambahan dalam Undang-Undang Nomor 12 15 Tahun 2011 masih menganut sistem Pilkada
Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas langsung. Namun di sisi lain UU Pilkada justeru
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Kepala Daerah dipilih secara tak langsung melalui
Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2010 ketika

140 Legitimasi Pemilihan Kepala/Wakil... (Marulak Pardede)


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
perwakilan DPRD. Keduanya berada dalam • TAHAP PERSIAPAN
kedudukan yang setara, valid, dan diberlakukan Tanggal Tahapan
secara bersamaan.
Jika Kepala Daerah dipilih oleh DPRD, 27 September Perencanaan Program dan
maka akan menimbulkan dampak permasalahan 2017 Anggaran
hokum baru. Kepala Daerah terpilih bisa saja
digugat melalui Peradilan Tata Usaha negara, Penyusunan dan
sebab telah diangkat oleh DPRD, yang dianggap 27 September Penandatanganan Naskah
cacat prosedur, DPR mengangkat Kepala Daerah 2017 Perjanjian Hibah Daerah
yang bukan kewenangnnya, dalam hal jika (NPHD)
berpedoman pada UU MD3. Konflik
permasalahan hukum dan ketidakpastian hukum Penyusunan dan Pengesahan
akan terjadi secara berkelanjutan. Anggota DPRD 31 Mei 2018 Peraturan Penyelenggaraan
bisa saja menolak untuk melakukan pemilihan Pemilihan
Kepala Daerah dengan dalih tidak memiliki
kewenangan. Atau pada saat yang sama DPRD 14 Juni 2017 -
menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah, Sosialisasi kepada Masyarakat
23 Juni 2018
tetapi di sisi lain KPU juga membuka pendaftaran
calon Kepala Daerah karena tetap merasa Penyuluhan/Bimbingan Teknis
memiliki wewenang berdasarkan UU Kepada KPU Provinsi/KIP
Penyelenggaraan Pemilu. Jika itu yang terjadi, 14 Juni 2017 -
Aceh, KPU/KIP
sudah pasti akan melahirkan dua pemimpin daerah 26 Juni 2018
Kabupaten/Kota, PPK, PPS dan
yang masing-masing merasa punya legitimasi KPPS
keterpilihan. Teori hukum progresif telah
memadukan sociological jurisprudence dan 12 Oktober 2017 Pembentukan PPK, PPS, dan
pragmatic legal realism dan critical legal - 3 Juni 2018 KPPS
studies. Kedua model hukum tersebut telah
menghasilkan model hukum integratif yang 12 Oktober 2017
diharapkan dapat menerangkan secara kritis dan Pemantauan Pemiliham
- 11 Juni 2018
objektif kondisi situasi Indonesia di dalam
pengaruh tekanan internasional dan situasi 24 November Pengolahan Daftar Penduduk
internal konflik yang masih berkelanjutan 2017 - 30 Potensial Pemilih Pemilihan
sampai saat ini. Model hukum integratif Desember 2017 (DP4)
menekankan bahwa hukum tidak hanya
dipandang dan diakui sebagai sistem norma 30 Desember
(norms and logic) dan sistem perilaku (rules of Pemutakhiran Data dan Daftar
2017 - 27 Juni
behavior) semata-mata melainkan harus Pemilih
2018
dipandang dan diakui sebagai sistem nilai
(system of values) yang berlandaskan pada nilai • TAHAPAN PENYELENGGARAAN
luhur Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa
Tanggal Tahapan
Indonesia (Atmasismita, 2011: 26).
31 Juli 2017 -
Adapun Tahapan pada Pilkada 2018, adalah Syarat Dukungan Pasangan
3 Januari
sebagai berikut : Calon Perseorangan
2018

8 Januari Pendaftaran Pasangan Calon


2018 - 10

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 127 - 148 141
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

Tanggal Tahapan untuk menghasilkan produk hukum nasional yang


mampu mengatur tugas umum Pemerintahan dan
Januari 2018 penyelenggaraan pembangunan nasional,
didukung oleh aparatur hukum yang bersih,
15 Februari berwibawa, penuh pengabdian sadar dan taat
2018 - 23 Juli Masa Kampanye hukum, mempunyai rasa keadilan sesuai dengan
2018 kemanusiaan, serta yang profesional, efisien dan
efektif, dilengkapi sarana dan prasarana hukum
14 Februari yang memadai. Pembangunan hukum
Laporan Audit dan Dana dilaksanakan melalui pembaharuan hukum
2018 - 13 Juli
Kampanye dengan tetap memperhatikan kemajemukan
2018
tatanan hukum yang berlaku yang mencakup
17 Maret Pengadaan dan Pendistribusian upaya untuk meningkatkan kesadaran hukum,
2018 - 26 Perlengkapan Pemungutan dan kepastian hukum, perlindungan hukum,
Juni 2018 Penghitungan Suara penegakan hukum, dan pelayanan hukum yang
berintikan keadilan dan kebenaran dalam rangka
Pemungutan dan Penghitungan penyelenggaraan negara yang makin tertib dan
27 Juni 2018 teratur, serta penyelenggaraan pembangunan
suara di TPS
nasional yang makin lancar. Keinginan
27 Juni 2018 Rekapitulasi Hasil pembangunan hukum adalah terbentuk dan
- 9 Juli 2018 Penghitungan Suara berfungsinya Sistem Hukum Nasional yang
mantap bersumberkan Pancasila dan UUD 1945
dan mantapnya wibawa hukum. Namun demikian,
Dalam rangka pelaksanaan reformasi, pembangunan hukum haruslah tetap
program pembangunan bidang hukum sangat memperhatikan kemajuan tatanan
dibutuhkan untuk mengatur kehidupan berbangsa hukum.Pembangunan hukum juga mengacu
dan bernegara yang tertib teratur dan berkeadilan, kepada wawasan nusantara, yang mengandung
disamping melindungi berbagai aspek hak asasi pengertian bahwa seluruh Kepulauan Nusantara
manusia. Oleh karena itu, langkah-langkah merupakan satu kesatuan sistem hukum dalam arti
strategis perlu ditempuh untuk meningkatkan hanya ada satu hukum nasional yang mengabdi
akselerasi reformasi hukum, yang mencakup 4 kepada kepentingan nasional.
(empat) aspek, yaitu: (a) aspek legislasi, (b) aspek Dillihat dari sisi pembinaan dan
sumberdaya manusia, (c) aspek kelembagaan dan pembangunan hukum nasional, terwujudnya
infrastruktur, dan (d) aspek budaya hukum. sistem hukum nasional, harus didukung oleh
Aspek-aspek pembangunan hukum nasional perencanaan pembentukan materi hukum,
tersebut merupakan faktor yang menentukan penelitian hukum, pengkajian hukum, penyusunan
keberhasilan kebijakan pemerintah dalam naskah akademis, maupun analisis dan evaluasi
menegakkan keadilan dan hak asasi manusia. hukum, serta tersedianya bahan dokumentasi dan
Keempat aspek tersebut juga merupakan hal informasi hukum, maupun peningkatan kesadaran
penting dalam memecahkan persoalan-persoalan hukum. Pembangunan di bidang hukum harus
mendasar dalam bidang hukum yang mencakup pula memperkuat ketahanan nasional. Usaha
perencanaan hukum (legislation planning), proses pengembangan Hukum bertumpu pada
pembuatan hukum (law making process), pemahaman hukum yang bersifat normatif
penegakan hukum (law enforcement) dan sosiologis yang melihat hukum tidak hanya
pembinaan kesadaran hukum (law awareness). sebagai kompleks kaidah dan asas yang mengatur
Dalam rangka memantapkan sistem hukum hubungan manusia dalam masyarakat tetapi juga
nasional yang bersumber pada Pancasila dan meliputi lembaga-lembaga dan proses yang
UUD 1945, pembangunan hukum diarahkan diperlukan untuk mewujudkan berlakunya hukum

142 Legitimasi Pemilihan Kepala/Wakil... (Marulak Pardede)


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
itu. Sejalan dengan konsep tersebut maka fungsi eksekutif semata, tetapi juga ada yang berada
hukum dalam masyarakat adalah untuk dalam bidang legislatif dan yudikatif. Sebagai
terwujudnya ketertiban dan kepastian sebagai contoh besarnya peran prsiden dalam meproduksi
prasarana yang harus ditujukan ke arah undang-undang; adanya kekuasaan presiden untuk
peningkatan pembinaan kesatuan bangsa, serta memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi
sebagai sarana penunjang perkembangan (Jurnal Tata Negara, 2011:4-5). Kekuasaan
modernisasi dan pembangunan yang menyeluruh. tersebut jelas konstitusional sifatnya karena
Untuk lebih memantapkan tugas dan fungsi berdasarkan konstitusi UUD 1945. Sedangkan di
lembaga-lembaga hukum perlu: dikembangkan sisi lain juga ditegaskan bahwa, kewenangan
forum komunikasi antar lembaga penegak hukum, Makhamah Konstitusi (MK), berdasarkan Pasal
pelayanan hukum, dan profesi hukum dalam 24C Ayat (1) UUD 1945 juncto Pasal 10 Ayat (1)
suasana kebersamaan dengan prinsip saling huruf a s/d UU No. 24 Tahun 2003 juncto Pasal
mempercayai dan menghormati kedudukan 41, 48 dan 50 UU. No. 2 Tahun 2008 tentang
masing-masing; dikembangkan pendidikan dan Partai Politik juncto UU No. 10 Tahun 2008
latihan bersama untuk semua lembaga penegak tentang Pemilu juncto UU No.8 tahun 2011
hukum agar ada kesamaan persepsi di bidang tentang Makhamah Konstitusi, ditentukan bahwa
peradilan dan penegakan hukum. Perlu MK memiliki 4 kewenangan konstitusional
ditingkatkan kemampuan lembaga-lembaga (constitutional authorities), yaitu: Menguji
hukum untuk dapat berhubungan dengan undang-undang terhadap UUD1945;memutus
berpartisipasi dalam dan memanfaatkan Sistem sengketa kewenangan antar lembaga Negara yang
Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum. kewenangannya diberikan oleh UUD 1945;
Kesemuanya tugas diatas adalah merupakan memutus pembubaran partai politik; dan memutus
kegiatan pembinaan hukum nasional. perselisihan tentang hasil pemilu. MK juga
berfungsi sebagai derivasi dari kewenanngannya,
Bertitik tolak dari namanya, Badan
yaitu sebagai the guardian of constitution, the
Pembinaan Hukum Nasioanl (BPHN), sangat
interpreter of constitution, the guardian of
beperanan penting mewujudkan keadaan tersebut
democracy, the protector of citizens constitutional
diatas. BPHN sebagai suatu badan/lembaga yang
rights, the protector of human rights (Hidayat,
bertugas melakukan pembinaan hukum nasional,
2013: 2).
berarti tidak saja hanya melakukan pembinaan
terhadap hukum tertulis (Peraturan Perundang-
undangan), akan tetapi juga meliputi pembinaan Terkait dengan ketentuan diatas,
terhadap budaya hukum, lembaga, serta aparatur pemerintah menegaskan bahwa, pelaksanaan
hukum (SDM) yang masing-masing harus pilkada langsung oleh rakyat sesuai Undang-
ditunjang oleh segala sarana dan prasarana fisik Undang Dasar 1945.Pilkada secara langsung,
dan nonfisik yang memadai. Oleh karena itu, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil diharapkan
berdasarkan pola pikir sistem hukum nasional dapat menjaring pemimpin daerah yang memiliki
sebagaimana diuraikan diatas, RUU Pilkada tidak integritas dan kapabilitas moral memadai. Di
dapat berdiri sendiri. Akan tetapi perlu adanya dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 jo
sinkronisasi dan harmonisasi peraturan secara Undang-Undang Nomor 2 tahun 2015 tentang
holistic dan komprehensif, dalam satu program Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor
legislasi nasional sebagai mana dikerjakan oleh 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan
Pusat Perencanaan Hukum BPHN, termasuk Umum, di Mahkamah Konstitusi, antara lain
RUU Pilkada dengan UU terkait lainnya, sepertu ditegaskan bahwa pengertian dipilih secara
UU Penyelenggaraan Pemilu dan UU tentang demokratis bisa juga diartikan tidak harus dipilih
MD3 (Kemenkumham, 2014:8). secara langsung. Namun, UUD 1945 memaknai
dipilih langsung oleh rakyat. Pengertian frasa
Di satu sisi antara lain ditegaskan bahwa, dipilih secara demokratis dalam Pasal 18 UUD
kekuasaan politik berdasarkan UUD 1945, 1945 tidak pula diartikan langsung oleh rakyat.
kekuasaan presiden tidak hanya berada di bidang Pemilihan secara demokratis dapat dipilih dengan

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 127 - 148 143
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
dua cara, yakni melalui DPRD dan secara Transparansi penyelenggaraan pemerintahan;
langsung. Merujuk pada putusan MK Nomor 72- Pertanggungjawaban (accountability) finansial
73/PUU-II/2004 yang pernah memberikan yang memadai; Pengembangan ekonomi pasar
pertimbangan terhadap pemilihan demokratis. atas dasar tanggung jawab kepada masyarakat
Makhamah Konstitusi memaknai pemilihan (Market Friendly); dan Pelaksanaan hak asasi
demokratis, menurut Pasal 18 UUD 1945, sebagai manusia serta kebebasan pers dan ekspresi.
pemilihan kepala daerah secara langsung, umum, Dengan demikian dapat dikatakan bahwa good
bebas, rahasia, jujur dan adil yang governance atau pemerintahan yang baik dan
diselenggarakan oleh lembaga independen. demokratis, adalah : suatu pemerintahan
Putusan MK itu mengatakan pilkada langsung (pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi dan
termasuk katagori pemilu yang secara formal administrasi dalam mengelola masalah-masalah
terkait ketentuan Pasal 22e UUD 1945. Menurut publik) dimana elemen-elemen negara (eksekutif,
ketentuan Pasal 22e UUD 1945, pilkada langsung legislatif, yudikatif, dan militer), sektor swasta
tidak termasuk ke dalam pemilihan umum. (industri, pengusaha, perbankan dan koperasi),
Namun, pilkada langsung adalah pemilihan serta masyarakat sipil atau Civil Society
umum yang secara materil mengimplementasikan (masyarakat propessional, media massa, LSM,
Pasal 18 UUD 1945.Terkait dengan masalah Perguruan Tinggi) berfungsi optimal, efektif dan
tersebut, eksistensi dari pada penyelenggara proporsional serta mampu saling mengendalikan,
pemilu (KPUD), Panitia Pengawas Pemilu mengimbangi dan melakukan pengawasan satu
(Panwaslu), dan pengadilan kode etik pemilu sama lainnya (Checks and Balances).
(DKPP/ Dewan Kehormatan Penyelenggara Good governance juga berarti penegakan
Pemilu) tetap sah sebagai penyelenggara Pilkada, supremasi hukum dan berfungsinya lembaga
karena belum ada pencabutan tehadap Undang- pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah
undang tentang Penyelenggaraan Pemilu. Posisi (Supra struktur dan Infra Struktur) sesuai dengan
hukum seperti ini sangat tidak kondusif bagi KPU aturan hukum yang dibuat secara demokratis.
sebagai penyelenggara rezim pemilu, oleh karena Berfungsinya pemerintah (Eksekutif) sesuai
UU Pilkada yang baru telah memasukkan aturan perundang-undangan, berarti kekuasaan
penyelenggara pemilu untuk pemilihan Kepala pemerintah terbatas, pemerintah harus
Daerah adalah melalui DPRD. Dalam situasi menyelenggarakan pemerintahan secara
tersebut, ada kemungkinan pula KPUD akan transparan, bertanggungjawab (accountability)
melakukan judicial review ke MK sebagai terhadap kebijaksanaan yang dilakukan dan
penyelenggara pemilu, berdasarkan penggunaan anggaran yang dikeluarkan, serta
kewenangannya yang telah diberikan secara tunduk pada pengawasan yang dilakukan oleh
implisit dalam Pasal 22e UUD 1945. Lembaga Legislatif. Masyarakat berpartisipasi
Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan dalam pengambilan keputusan politik, yang
pemerintahan melalui pemilihan kepala/wakil berarti ikut serta dalam proses penyelenggaraan
kepala daerah, hendaknya juga harus pemerintahan yang dapat dilakukan dengan cara
memperhatikan asas-asas pemerintahan yang baik mengartikulasikan kepentingan politiknya melalui
(Good Government Governance). Dalam laporan pemilihan kepala daerah; melalui organisasi
Bank Dunia Tahun 1992 tentang good kemasyarakatan (Civil Society) ataupun melalui
governance, menyebutkan bahwa good Lembaga Legislatif (DPR). Sehingga dalam
governance diartikan sebagai pelayanan publik pelaksanaan good governance, DPR melakukan
yang efisien, sistem pengadilan yang dapat pengawasan terhadap kebijaksanaan yang
diandalkan, pemerintahan yang bertanggung dilakukan pemerintah, dan menampung dan
jawab (accountable) pada publiknya. Prinsip- menyalurkan aspirasi masyarakat, agar dapat turut
prinsip dari good governance, antara lain, adalah : serta dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Kebijakan ekonomi dan sosial yang masuk akal;
Pengambilan keputusan yang demokratis;

144 Legitimasi Pemilihan Kepala/Wakil... (Marulak Pardede)


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
KESIMPULAN awareness).Terwujudnya sistem hukum yang baik
dan profesional, seharusnya didukung oleh
Dinamika perkembangan pembangunan hukum perencanaan pembentukan materi hukum,
tentang pemilihan umum kepala/wakil kepala penelitian hukum, pengkajian hukum, penyusunan
daerah di Indonesia, sangat dinamis, mengingat naskah akademis, maupun analisis dan evaluasi
terjadinya perubahan ketentuan dimaksud dari hukum, serta tersedianya bahan dokumentasi dan
waktu ke waktu, periode ke periode, berkembang informasi hukum, maupun peningkatan kesadaran
sangat dinamis, mengikuti perkembangan zaman. hukum,ketertiban dan kepastian sebagai prasarana
Legitimasi pemilihan kepala/wakil kepala daerah yang harus ditujukan ke arah peningkatan
dalam pemerintahan otonomi daerah di Indonesia pembinaan kesatuan bangsa, serta sebagai sarana
ini, dapat menimbulkan tidak adanya jaminan penunjang perkembangan modernisasi dan
kepastian hukum, karena terjadi perubahan yang pembangunan yang menyeluruh. Oleh karenanya,
secara terus menerus. Peraturan perundang- BALITBANG HUKUM DAN HAM,
undangan tentang Pemilihan kepala daerah yang Kementerian Hukum dan Hak Zsasi Manusia,
hanya memilih kepala daerah saja, diyakini akan sangat beperanan penting mewujudkan keadaan
menimbulkan permasalahan hukum (legitimasi), tersebut diatas, yang bertugas melakukan
terjadinya konflik diantara mereka. Karena yang penelitian hukum, yang tidak saja hanya
memilih wakilnya adalah kepala daerah terpilih. melakukan penelitian terhadap hukum tertulis
Dengan demikian legitimasi wakil kepala daerah (Peraturan Perundang-undangan), akan tetapi juga
dipandang lemah tidak sama dengan kepala, wakil meliputi penelitian terhadap budaya hukum,
tidak bisa menggantikan kepala daerah yang lembaga, serta aparatur hukum (SDM) yang harus
berhalangan tetap, karena akan dipilih oleh ditunjang oleh dana, sarana dan prasarana fisik
DPRD. dan nonfisik yang memadai. Oleh karena itu,
berdasarkan pola pikir sistem hukum nasional
SARAN sebagaimana diuraikan diatas, Ketentuan Hukum
Pilkada tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi
Legitimasi pelaksanaan PILKADA perlu sinkronisasi dan harmonisasi peraturan
serentak, seyogianya untuk memantapkan sistem secara holistic dan komprehensif, dalam satu
hukum yang bersumber pada Pancasila dan UUD program legislasi nasional.
1945 dan memberikan jaminan kepastian hukum,
maka dinamika perkembangan pembangunan
hukum pilkada itu seyogianya mengatur
kehidupan berbangsa dan bernegara yang tertib
teratur dan berkeadilan, disamping melindungi
berbagai aspek hak asasi manusia, yang mengacu
kepada wawasan nusantara, yang mengandung
pengertian bahwa seluruh Kepulauan Nusantara
merupakan satu kesatuan sistem hukum dalam arti
hanya ada satu hukum nasional yang mengabdi
kepada kepentingan nasional.Oleh karenanya
langkah strategis yang perlu ditempuh seyogianya
mencakupaspek legislasi, sumberdaya manusia,
kelembagaan dan infrastruktur, dan aspek
budayahukum. Karena hal ini merupakan hal
penting dalam mengatasi persoalan mendasar
dalam bidang perencanaan hukum (legislation
planning), proses pembuatan hukum (law making
process), penegakan hukum (law enforcement)
dan pembinaan kesadaran hukum (law

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 127 - 148 145
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
DAFTAR KEPUSTAKAAN Soekanto, Soerjono & Mamudji, Sri. Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat.
BUKU : (Jakarta: CV.Rajawali, 1985).
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
Atmasasmita, Romli, “Model Hukum Integratif: Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia,
Sintesa Pemikiran Hukum Pembangunan 1986).
dan Hukum Progresif”; Genta Publsihing: Tata Negara, Jurnal, “Pemikiran Untuk
dalam pencetakan Tahun 2011. Demokrasi dan Negara Hukum, Prinsip
Abdul Djalil, Matori, Tuntutan Reformasi dan Keadilan dan Feminisme”, Pusat Studi
Penyelenggaraan Pemilu 1999 dalam Masa Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
Transisi, Jakarta: KIPP Jakarta 1999. Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
A.S. Hikam, Muhammad, “Pemilu dan
Legitimasi Politik”, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1998. INTERNET :
Guza, Afnil, “ Undang-Undang Dasar 1945
(amandemen), Cetakan kedua, Pustaka A. Mutty, Luthfi, : “Beberapa Catatan
Yustisia, 2008., Undang-Undang PEMDA Menyongsong Pilkada 2018 “, Media
(Pemerintahan Daerah), cetakan keempat, Indonesia on-lkine, Pada: Sabtu, 23 Sep
asas mandiri, 2009. 2017, 12:54 WIB, Penulis: Anggota Komisi
Google, ”Wikipedia Bahasa Indonesia”, II DPR RI Fraksi NasDem,
Ensiklopedia Bebas, 2018. Akuntono, Indra: Empat pakar hukum bertemu
Haris, Syamsudin, Menggugat Pemilihan Umum Komisi II DPR untuk rapat dengar pendapat
Orde Baru, Jakarta: Yayasan Obor umum terkait Peraturan Pemerintah
Indonesia, 1998. Pengganti Undang-Undang tentang
Hidayat, Arief, ”Efektifitas Peran Mkhamah Pemilihan Kepala Daerah, KOMPAS.com,
Konstitusi Sebagai Penjaga konstitusi Rabu, 26 November 2014 | 16:52 WIB
(Perspektif Pembinaan Hukum dan Daryono, Adhi M : “Pemerintah, Pilkada
Demokrasi)”, Makalah disampaikan dalam Langsung sesuai UUD 1945”. Demo
Continuing Legal Education (CLE)di menolak RUU Pilkada,
Puslitbang BPHN, Kementerian Hukum Kompas.com/ANT/ASEP
dan HAM-RI, tanggal, 03 Mei 2013 di FATHULRAHMAN, Jakarta, 25 September
Jakarta. 2014 19:33 wib
Kusumaatmadja, Mochtar, ”Fungsi dan Peranan Friastuti, Rini : “Putusan MK: Pemilu Serentak
Hukum dalam Pembangunan” dalam Untuk Pemilu 2019”, detik News.com,
“Hukum,Masyarakat, dan Pembangunan”; Kamis, 23/01/2014 15:12 WIB.
Binacipta, tanpa tahun. Himrat, Indra D : “Antropologi Pilkada dan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, : Demokrasi Kita”, Detik News.Com, Selasa
“Perencanaan Pembangunan Hukum 24 April 2018, 13:30 WIB
Nasional 2015-2019”, Badan Pembinaan
Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan Mardiastuti, Aditya, :”Mendagri dan KPK Ajak
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Calon Kepala Daerah Lawan Politik Uang”,
2014. detikNews.com, detikNews/Berita/Detail
Subekti, Valina Singka, "Electoral Law Reform Berita, Selasa 24 April 2018, 13:14 WIB
as a Prerequisite to Create Demokratization Rosi, Bahrur :”Menata Sistem Penegakan
in Indonesia, makalah disampaikan pada Hukum untuk Keadilan”, Tim Asistensi
Seminar Towards Struktural Reforms for Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, Opini,
Democratization in Indonesia; Problems Indonesia Election.portal, rumah
and Prospects", Jakarta, 12-14 Agustus pemilu.org, Posted on April 12, 2018.
1998).

146 Legitimasi Pemilihan Kepala/Wakil... (Marulak Pardede)


Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
Waluyo, Andylala : “Tolak Pilkada Tak
Langsung, Presiden SBY Keluarkan 2 SURAT KABAR :
Perppu, Presiden SBY memberi keterangan
Ramadhani, Dian & Rahmat Sahid, : “Revisi UU
pers soal Perppu Pilkada di Istana Negara”,
PILKADA: DPR Dorong Calon Kepala
Berita Indonesia, Jakarta hari Kamis 2/10
Daerah Diajukan satu Paket”, Koran Sindo,
(foto: VOA/Andylala), Jumat, 30 Januari
Selasa, 27 Januari 2015.
2015 Waktu: 14:41
Surat Kabar Harian Umum KOMPAS : “Pilkada
Sidarta, Didit : “Pilkada lewat DPRD Tak Punya
Serentak Diundur”, Selasa 3 Februari 2015
Dasar Hukum “ Kompas.com, 12/09/2014
20:17 WIB .

Jurnal Penelitian Hukum DE JURE, ISSN 1410-5632 Vol. 18 No. 2, Juni 2018: 127 - 148 147
Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN 1410-5632

De Jure
e-ISSN 2579-8561
Akreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016

HALAMAN KOSONG

148
Legitimasi Pemilihan Kepala/Wakil... (Marulak Pardede)

Potrebbero piacerti anche