Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
GRACE MASENGI
Dosen Pembimbing :
Grace Masengi. Feasibility Analysis of El-Shadai Retaurant Business in The Area Culinary
Tourism of “ Wakeke Manado”. Under the guidance of Celcius Talumingan a chairman, and
Grace. A. J. Rumagit, and Melissa L.G. Tarore as member’s).
The objective of this research is to analyze the feasibility of El-Shadai restaurant to know,
in detail, the business activity profile and the amount of the profit achieved every month, that it
can also be known wheter it is feasible or not this El-Shadai Restaurant Business in the area of
culinary tourism of “Wakeke Manado” to be maintained. This research used primary data which
was obtainedby direct interview to the business owner containing the list of questions, and the
secondary data was obtained from the governmental institution related to this research, that was
Sub-district office of Wenang Utara. The data analysis methodused was Descriptive analysis
method, data collected was presented in table form, and then used business profit analysis, also
continued with the analysis Return of Cost Ratio to analyze the feasibility of El-Shadai restaurant
business.
This research result showed that entirely the El-Shadai restaurant business has the profit of
Rp. 13.829.942 each month, with the cost ratio R/C of 1,33. Therefore it can be concluded that
culinary business is categorized to be feasible to run because of the R/C value is more than 1.
This shows that every Rp. 1 of production expense spent by the restaurant manager can give the
return as the income of Rp. 1,33. It means that the total income is larger than total production
expense and this culinary business activity still have the profit each month.
Rumah makan El-Shadai merupakan oleh Ibu Debby dan telah berjalan selama 7
salah satu usaha kuliner (restoran) dari 13 tahun, yaitu sejak tahun 2006 hingga saat
rumah makan yang berada di kawasan ini.Sebelu membuka usaha rumah makan
wisata kuliner Wakeke di Kota tinutuan di kawasan Wakeke, beliau
Manado.Rumah makan tersebut dikelola sebelumnya pernah membuka usaha sejenis
di kawasan Paal 2 Manado selama ± 7 ditawarkan tetap enak dan sesuai standart
tahun.Pemindahan lokasi ke kawasan produk tinutuan yang sama dengan rumah
Wakeke disebabkan karena pengelola makan lainnya, sehingga dari segi citarasa
melihat peluang bisnis yang baik di kawasan tidak perlu diragukan lagi. Bahkan jika
tersebut dan pada saat itu pihak pengelola terjadi kenaikan harga bahan pokok, selain
memperoleh kemudahan dalam memperoleh itu kondisi bangunan rumah makan yang
lokasi usaha untuk penyiapan restoran. sederhana tidak membuat para calon
Sehingga meskipun 7 tahun yang lalu lokasi konsumen ragu membeli disana karena ragu
kawasan Wakeke belum ditetapkan sebagai harganya yang mahal.Masalah ketersediaan
objek wisata kuliner resmi di Kota Manado, lahan parkir di kawasan kuliner tersebut
namun pihak pengelola mengambil menjadi akar permasalahan kemacetan yang
keputusan untuk membuka restoran di selalu terjadi lokasi tersebut setiap pagi,
kawasan tersebut, dengan harapan dapat namun hal tersebut tidak berlau di rumah
mengembangkan usaha dan mendapatkan makan El-Shadai.Para pelanggan, khususnya
profit usaha yang lebih baik di kawasan yang membawa kendaraan bermotor, juga
Wakeke daripada di kawasan Paal-2. diberi kemudahan untuk memarkir
Pengambilan nama “El-Shadai” sendiri kendaraannya karena pihak pengelola
dikarenakan oleh faktor religius pengelola menyediakan lahan parkir di sebelah rumah
yang menginginkan pengambilan nama makan.
berasal dari bahasa Al-Kitab, dimana “El- 4.2 Variasi Menu, Tingkat Harga dan
Shadai” memiliki arti Allah Yang Maha Tingkat Penerimaan Usaha Rumah
Kuasa. Status kepemilikan dari bangunan Makan
tempat berjualan rumah makan tersebut El-Shadai
adalah sistem kontrak, yang dapat diperbarui
4.2.1 Menu Makanan
setiap setahun sekali, dengan biaya kontrak
Usaha rumah makan El-Shadai
sebesar Rp. 50.000.000/tahun.
tergolong usaha kuliner rumah tangga
Kelebihan yang dimiliki oleh rumah
dengan lingkup usaha yang tergolong
makan ini adalah harganya yang lebih
terbatas. Hal tersebut dapat dilihat dari menu
terjangkau daripada rumah makan lain yang
makanan yang kurang variatif dibandingkan
ada di kawasan Wakeke. Meskipun
menu beberapa rumah makan lain di
harganya terjangkau, namun citarasa yang
kawasan Wakeke Manado yang berani
menjual produk chinesse food dan sea pengelola dan tenaga kerja untuk fokus
food(makanan laut). Menu makanan utama memproduksi produk kuliner dengan
rumah makan El-Shadai berfokus kepada mengutamkan citarasa. Tabel 2 menunjukan
makanan tradisional dari Sulawesi Utara, variasi menu makanan, harga masing-
yaitu tinutuan dan mie cakalang. Namun hal masing menu, jumlah porsi terjual dalam 1
tersebut menjadi salah satu keleihan bagi bulan dan tingkat penerimaan rumah makan
rumah makan ini, karena dengan terbatasnya dari masing-masing menu yang terjual.
jumlah menu maka memudahkan pihak
Tabel 2.Variasi Menu, Tingkat Harga dan Tingkat Penerimaan Rumah Makan El-Shadai
dari Produk Makanan
Total 34.270.000
Tabel 2 menunjukan bahwa tingkat jagung rebus, pisang goreng, perkedel nike,
harga dan penjualan dari 12 menu makanan perkedel jagung, tahu goreng/rebus dan telur
yang ditawarkan oleh rumah makan El- rebus. Harga yang ditawarkan untuk menu
Shadai pada bulan Juli 2013. Menu utama utama cukup bervariasi, dimna produk
yang ditawarkan adalah tinutuan (bubur paling murah adalah tinutuan seharga Rp.
manado) dan mie cakalang kuah, sedangkan 9000/porsi, sedangkan produk paling mahal
ada menu makanan lainyang yang juga dapat adalah mie goreng, nasi goreng dan nasi
menjadi pilihan bagi konsumen, yaitu mie campur cakalang dengan harga Rp.
goreng cakalang, nasi goreng dan nasi 15.000/porsi. Produk pelengkap dengan
campur cakalang. Beberapa menu tambahan harga paling murah adalah tahu
atau pelengkap juga ikut disajikan rumah horeng/rebus dengan harga Rp.
makan ini, seperti cakalang fufu goreng, 1.500/potong, sedangkan produk pelengkap
paling mahal adalah jagung rebus dengan berupa perkedel nike juga turut memberikan
harga Rp. 5.000/tongkol. Berdasarkan kontribusi yang baik bagi penerimaan rumah
pengambilan data, hasil penjualan menu makan dibandingkan produk lainnya, yaitu
utama tinutuan pada bulan Juli 2013 dengan total penjualan sebesar Rp
sebanyak 978 porsi dan mie cakalang kuah 3.192.000. Total penerimaan rumah makan
sebanyak 635 porsi, sedangkan menu utama El-Shadai pada bulan Juli 2013 yang
lainnya yang paling banyak dibeli konsumen bersumber dari penjualan produk makanan
adalah nasi campur cakalang yaitu sebanyak menunjukan angka sebesar Rp. 34.270.000,
196 porsi. Penulan produk makanan paling atau sebesar Rp. 1.105.484/hari.
rendah adalah menu nasi goreng dengan
penjualan 129 porsi dalam 1 bulan. 4.2.2 Menu Minuman
Penjelasan tersebut menunjukan bahwa Selayaknya rumah makan yang ada
produk tinutuan adalah produk kuliner saat ini, usaha rumah makan El-Shadai juga
paling laris di Rumah Makan El-Shadai. menyediakan produk minuman sebagai
Sedangkan produk pelengkap paling laris di pelengkap menu makanan yang ada sebagai
rumah makan El-Shadai adalah perkedel pelepas dahaga dari konsumen yang datang.
nike dengan penjualan sebanyak 798 potong Jenis minuman yang ditawarkan cenderung
dan produk pelengkap dengan penjualan menu minuman yang bisa ditemui di rumah
paling sedikit adalah telur rebus dengan makan yang lain. Produk minuman andalan
penjualan hanya sebanyak 49 butir dalam 1 yang khas dijual di rumah makan ini adalah
bulan. es kelapa muda, namun berdasarkan
Hasil penelitian ini menunjukan pengalaman pemilik, produk minuman yang
bahwa total penerimaan rumah makan El- paling laris terjual adalah produk es nutrisari
Shadai pada bulan Juli 2013 paling banyak dan teh manis. Selain menjual menu
bersumber dari penjualan produk tinutuan, minuman, pemilik rumah makan juga
yaitu dengan penjualan sebesar Rp. menyediakan minuman berupa air putih
8.802.000, sedangkan penjualan mie yang dapat diambil secara gratis oleh
cakalang memberikan penerimaan sebesar konsumen. Tabel 3 menunjukan variasi
Rp. 7.696.000 bagi usaha rumah makan. menu minuman, harga masing-masing
Selain penjualan kedua menu makanan menu, jumlah porsi terjual dalam 1 bulan
utama tersebut, penjualan produk pelengkap
dan tingkat penerimaan rumah makan dari masing-masing menu yang terjual.
Tabel 3.Variasi Menu, Tingkat Harga dan Tingkat Penerimaan Rumah Makan El-Shadai
dari Produk Minuman
No Nama Menu Jumlah Terjual Harga Produk Total Penerimaan
Produk Kuliner (Porsi) per Porsi (Rp) (Rp)
1 1004 5.020.000
Es Nutrisari 5000
2 396 5.940.000
Es Kelapa Muda 15000
3 498 1.710.000
Teh Manis 5000
4 167 835.000
Kopi Manis 5000
5 9 45.000
Es Susu 5000
6 239 1.434.000
Kopi Susu 6000
7 144 1.965.000
Air Jeruk 15000
8 274 1.644.000
Minuman Bersoda 6000
9 216 1.086.000
Teh Botol 6000
10 193 772.000
Air Mineral Botol 4000
Total 20.451.000
Tabel 3 menunjukan bahwa tingkat adalah es kelapa muda dengan harga Rp.
harga dan penjualan dari 10 menu minuman 15.000/porsi, sedangkan produk minuman
yang ditawarkan oleh rumah makan El- dengan harga paling murah adalah air
Shadai pada bulan Juli 2013. Produk mineral botol dengan harga Rp. 4.000/botol.
minuman es nutrisari, teh manis, dan es Berdasarkan pengambilan data, hasil
kelapa muda, sedangkan menu minuman penjualan es nutrisari pada bulan Juli 2013
botol yang ditawarkan antara lain minuman sebanyak 1004 gelas dan teh manis
bersoda (coca-cola/sprite/fanta), teh botol sebanyak 498 gelas. Kedua produk tersebut
dan air mineral botol juga mencapai merupakan menu minuman paling laris,
penjualan yang cukup baik. Harga yang sedangkan menu minuman khas rumah
ditawarkan untuk menu minuman andalan makan El-Shadai yaitu es kelapa muda
tergolong seragam, yaitu teh manis dan es terjual sebanyak 396 porsi. Penjualan
nutrisari dengan harga Rp. 5.000/gelas. produk minuman paling sedikit adalah es
Produk minuman dengan harga paling mahal susu yaitu hanya terjual 9 gelas saja pada
bulan Juli 2013. Sedangkan produk tersebut, penjualan produk minuman es
minuman bersoda terjual 274 botol, dan jeruk juga turut memberikan kontribusi yang
produk teh botol terjual 216 botol. baik bagi penerimaan rumah makan
Penjelasan tersebut menunjukan bahwa es dibandingkan produk minuman lainnya,
nutrisari adalah produk minuman paling yaitu dengan total penjualan sebesar Rp
laris di Rumah Makan El-Shadai. Hal 1.965.000. Total penerimaan rumah makan
tersebut dikarenakan es nutrisari merupakan El-Shadai pada bulan Juli 2013 yang
pilihan menu yang murah dan cepat bersumber dari penjualan produk minuman
penyajiannya, sehingga konsumen tidak menunjukan angka sebesar Rp. 20.451.000.
perlu menunggu lama untuk menikmatinya.
4.2.3Rekapitulasi Total Penerimaan
Hasil penelitian ini menunjukan
Usaha Rumah Makan El-Shadai
bahwa total penerimaan rumah makan El-
Pengambilan data dalam penelitian ini
Shadai yang bersumber dari penjualan menu
dilakukan pada bulan Juli 2013, sehingga
minuman pada bulan Juli 2013 paling
total penerimaan dari usaha rumah makan
banyak bersumber dari penjualan es kelapa,
El-Shadai dihitung dari sejumlah produk
yaitu dengan tingkat penerimaan sebesar Rp.
(baik makanan atau minuman) yang terjual
5.940.000. Meskipun menjadi produk paling
pada bulan Juli 2013 dan dikalikan dengan
laris, tetapi es nutrisari harganya tergolong
harga masing-masing produk yang
jauh lebih murah dibandingkan es kelapa
kemudian diakumulasikan penerimaan
muda, sehingga pada bulan Juli 2013,
seluruh produk. Tabel 4 menunjukan
penjualan es nutrisari berhasil memberikan
rekapitulasi total penerimaan rumah makan
tingkat penerimaan sebesar Rp. 5.020.000.
El-Shadai pada bulan Juli 2013.
Selain penjualan kedua menu minuman
Tabel 4. Rekapitulasi Total Penerimaan Usaha Rumah Makan El-Shadai pada Bulan
Juli 2013
No Jenis Total Penerimaan
Produk Kuliner (Rp/Bulan)
1 Menu Makanan 34.270.000
2 Menu Minuman 20.451.000
TOTAL 54.721.000
Sumber: Diolah dari data primer, 2013
Hasil penelitian ini menunjukan makanan dan minuman, biaya tenaga kerja,
bahwa penerimaan rumah makan El-Shadai biaya transportasi, tagihan bulan (listrik dan
yang bersumber dari penjualan produk air), biaya bahan bakar dan barang
makanan menunjukan angka sebesar Rp. pelengkap lainnya.
34.270.000, sedangkan penerimaan rumah
4.3.1 Biaya Tetap
makan El-Shadai yang bersumber dari
penjualan produk minuman menunjukan 4.3.1.1 Biaya Penyusutan Alat
angka sebesar Rp. 20.451.000. Sehingga Biaya penyusutan alat adalah
total penerimaan usaha rumah makan dari komponen biaya yang secara tidak langsung
penjualan menu makanan dan minuman dikeluarkan pengusaha untuk setiap tahun
pada bulan Juli 2013 sebesar Rp. produksi, dalam hal ini pemakaian peralatan
54.721.000. pendukung kegiatan usaha. Biaya
penyusutan alat dihitung dengan formulasi :
4.3 Biaya Produksi
Biaya produksi dalam kegiatan usaha
rumah makan merupakan sejumlah
pengeluaran atau biaya yang digunakan dimana :P = Biaya penyusutan alat
untuk melakukan kegiatan usaha kuliner (Rp/bulan)
HA = Harga Awal (Rp)
yang ada. Biaya diklasifikasikan menjadi
HB = Harga Akhir (Rp)
dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
T = Umur ekonomis alat (bulan)
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan usaha yang jumlahnya relatif Tabel 5 menunjukan nama alat dan rincian
tetap tidak bergantung kepada besar biaya penyusutan alat penunjang produksi
kecilnya produksi. Yang tergolong biaya yang digunakan oleh pemilik rumah makan
tetap adalah biaya penyusutan alat dan sewa El-Shadai.
bangunan, sedangkan biaya variabel adalah
biaya yang nilainya bergantung pada nilai
atau jumlah produksi menu yang dihasilkan
atau terjual. Yang tergolong biaya variabel
adalah biaya pembelian bahan baku
Tabel 5. Rincian Biaya Penyusutan Alat di Rumah Makan El-Shadai
No Nama Jumlah Harga Awal Harga Umur Biaya
Alat Alat (Rp) Akhir Ekonomis Penyusutan
(Unit) (Rp) (Bulan) (Rp/Bulan)
TOTAL 68.891
Sumber: Diolah dari lampiran hal. 4
Tabel 5 menunjukan bahwa tedapat dalam kegiatan usaha rumah makan El-
27 jenis alat bantu produksi yang digunakan Shadai. Yang dimaksud dengan harga awal
adalah harga alat ketika pertama kali dibeli rumah makan adalah sebesar Rp.
kemudian dikali dengan jumlah alat sejenis, 50.000.000/tahun. Pada masa kontrak
sedangkan harga akhir adalah harga alat jika tersebut, baik pemilik rumah makan maupun
dijual kembali ketika umur ekonomisnya pemilik bangunan tidak boleh menghentikan
habis, artinya alat tersebut dalam keadaan kontrak yang ada secara sepihak. Meskipun
rusak atau sudah tidak dapat terpakai. Pada kegiatan usaha rumah makan tidak berjalan
beberapa penelitian sebelumnya, harga akhir akibat suatu hal apapun, namun biaya sewa
alat selalu menunjukan nilai Rp. 0, karena tempat harus tetap dihitung, karena
alat penunjang produksi yang sudah rusak pembayaran telah dilakukan di awal
biasanya dibuang oleh pemilik dan akan perjanjian dan tidak mengalami perubahan
diganti dengan barang yang baru.Umur (nilainya tetap). Jika diketahui biaya kontrak
ekonomis alat menunjukan perkiraan umur tempat sebesar Rp. 50.000.000/bulan, maka
alat sejak keadaan baru (pertama kali dibeli) biaya kontrak tempat perbulan adalah
hingga rusak dan tidak dapat terpakai lagi. sebesar Rp. 4.166.666.
Jenis alat dengan biaya penyusutan tertinggi
4.3.1.3 Rekapitulasi Biaya Tetap
adalah kulkas dan galon, dengan biaya
Komponen biaya tetap yang dihitung
masing-masing sebesar Rp. 16.666,6/bulan,
pada usaha rumah makan El-Shadai adalah
sedangkan jenis alat dengan biaya
biaya penyusutan alat sebesar
penyusutan terendah adalah asbak, dengan
Rp.68.891,6/bulan dan biaya sewa tempat
biaya sebesar Rp. 125/bulan. Hasil
sebesar Rp. 4.166.666/bulan. Sehingga hasil
penelitian ini menunjukan bahwa total biaya
penelitian ini menunjukan bahwa total biaya
penyusutan alat di rumah makan El-Shadai
tetap yang dikeluarkan pemilik rumah
adalah sebesar Rp. 68.891/bulan.
makan El-Shadai setiap bulannya adalah
4.3.1.2 Biaya Sewa Tempat sebesar Rp. 4.235.557,6.
.Hasil wawancara mendalam dengan
4.3.2 Biaya Variabel
pemilik rumha makan El-Shadai
4.3.2.1 Biaya Pengadaan Bahan Baku
menunjukan bahwa status kepemilikan dari
Makanan dan Minuman
bangunan tempat berjualan rumah makan
Dalam memproduksi suatu produk
tersebut adalah sistem kontrak, yang dapat
kuliner (baik makanan maupun minuman),
diperbarui setiap setahun sekali. Biaya
maka harus ada keterjaminnya pasokan
kontrak yang dibebankan kepada pemilik
bahan baku yang mudah dicari di pasaran, biaya variabel bahan baku yang dikeluarkan
serta terjamin kualitasnya, sehingga citarasa oleh pemilik rumah makan. Tabel 6
yang dihasilkan pun tidak mengecewakan. menunjukan rincian biaya pengadaan bahan
Semakin banyak dan mahal jenis bahan baku baku makanan dan minuman di rumah
yang dibeli, maka akan semakin besar pula makan El-Shadai.
Tabel 7. Rincian Biaya Pengadaan Bahan Bakar dan Peralatan Pelengkap Lainnya
No Nama Jumlah Satuan Harga Beli Total Biaya
Barang yang Dibeli (Rp/Satuan) (Rp/Bulan)
1 Bahan Bakar (Gas LPG) 120 Tabung 15000 1.800.000
2 Tissue 60 Bungkus 3000 180.000
3 Tusuk Gigi 60 Bungkus 1000 60.000
4 Sedotan 90 Bungkus 1500 135.000
5 Sabun Cuci Piring 10 Sachet 4000 40.000
6 Sabun Cuci Tangan 3 Botol 15000 45.000
7 Buku Nota 1 Buah 2500 2.500
8 Lampu 1 Buah 15000 15.000
TOTAL 2.277.500
Sumber: Diolah dari lampiran hal. 7
4.3.2.3 Biaya Tagihan Listrik dan Air 4.3.2.4 Biaya Tenaga Kerja
Bulanan Dalam menjalankan operasional
Biaya tagihan listrik dan air dapat usaha, pemilik rumah makan diperbantukan
berubah-ubah setiap bulannya, tergantung oleh 5 orang karyawan tetap yang semuanya
berjalannya kegiatan produksi dalam 1 berasal dari luar keluarga. Tidak ada
bulan. Berdasarkan penjelasan dari pemilik pembagian jam kerja karyawan di rumah
makan ini, karena jam opersional restoran dapur secara umum.Gaji karyawan diberikan
yang berlangsung hanya 9 jam setiap hari setiap minggu, tergantung pada jumlah hari
sehingga dirasa tidak perlu dilakukan kerja karyawan yang bersangkutan.Terdapat
pembagian shift jam kerja. Dalam perbedaan gaji antara bagian dapur dan
pembagian posisi kerja, pemilik menerapkan waitress.Bagian dapur memperoleh upah
2 tugas utama, yaitu bagian dapur (koki, sebanyak Rp.70.000/hari, sedangkan bagian
pembuat minum, dan sebagainya) sebanyak waitress memperoleh upah Rp. 55.000/hari.
3 orang, dan bagian frontline/waiter Tabel 8 menunjukan rincian biaya tenaga
(pelayanan) sebanyak 2 orang. Pemilik kerja yang dibayarkan pemilik rumah
bertugas di bagian kasir dan mengelola makan.
TOTAL 9.600.000
Sumber: Diolah dari lampiran hal. 7
No Jenis Jumlah
Biaya (Rp/Bulan)
1 Biaya Penyusutan Alat 68.891
2 Biaya Sewa Tempat 4.166.666
3 Biaya Pengadaan Bahan Baku 22.768.000
4 Biaya Pengadaan Bahan Bakar dan Pelengkap Lainnya 2.277.500
5 Biaya Tagihan Listrik dan Air Bulanan 460.000
6 Biaya Tenaga Kerja 9.600.000
7 Biaya Transportasi 1.550.000
TOTAL 40.891.057
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa total Shadai apad bulan juli mencapai Rp.
biaya tetap adalah sebesar Rp. 40.891.057/bulan
4.235.557/bulan, sedangkan total biaya
4.4 Tingkat Keuntungan Usaha dan
variabel yang dikeluarkan untuk
Analisis R/C
menjalankan usaha rumah makan El-Shadai
Keuntungan usaha adalah hasil
adalah sebesar Rp. 36.655.500. Maka total
pengurangan antara total penerimaan dengan
biaya produksi usaha rumah makan El-
total biaya produksi yang dikeluarkan
pemilik rumah makan untuk menjalankan
kegiatan usaha kuliner yang dimaksud. kegiatan usaha kuliner tersebut masih layak
Keuntungan usaha menunjukan pendapatan untuk dijalankan.Tabel 10
bersih yang diterima oleh pemilik rumah menunjukkantingkat keutungan usaha dan
makan setelah mengelola usaha tersebut dan ratio return of cost pada usaha kuliner
selama satu bulan. Sedangkan analisis R/C tersebut.
digunakan untuk mengetahui apakah
Tabel 10.Tingkat Keuntungan Usaha Rumah Makan dan Ratio R/C
Uraian Total
per Bulan (Rp)
Total Penerimaan 54.721.000
Total Biaya Produksi 40.891.057
Keuntungan Usaha 13.829.942
Ratio R/C 1,33
Sumber : Diolah dari Data Primer, Juli 2013
Hasil penelitian ini menunjukan ini menunjukan bahwa setiap Rp. 1 biaya
bahwa secara keseluruhan usaha rumah produksi yang dikeluarkan oleh pengelola
makan El-Shadai setiap bulannya rumah makan mapu memberikan
mengalami keuntungan sebesar Rp. pengembalian berupa penerimaan sebesar
13.829.942, dengan tingkat rasio R/C Rp 1,33. Artinya total penerimaan masih
sebesar 1,33. Maka dapa disimpulkan bahwa lebih besar dari total biaya produksi dan
usaha kuliner tersebut tergolong layak untuk kegiatan usaha kuliner tersebut masih
dijalankan karena nilai R/C lebih dari 1. Hal mengalami keuntungan setiap bulannya.
dapat menjadi contoh kondisi usaha kuliner Mahyadi. 2011.Analisa Pengaruh Harga,
Pelayanan, dan Distribusi Produk Terhadap
di Wakeke Manado, sehingga diharapkan Penjualan (Studi Kasus Pada Restoran
Tradisional ”Djagung Padi” Kota
lebih banyak masyarakat yang berminat Malang).Skripsi Jurusan Sosial
terjun dalam usaha kuliner dengan Ekonomi Fakultas Pertanian UBM. Malang.
menggunakan contoh analisis usaha dari
penelitian ini. Dan diharapkan menjadi
Mangkunegara.2002.PengantarManajemen Suarthana. 2006. Konsep dan Prospek
Bisnis .PT. Remaja Rosdakarya.
Kewirausahaan. Penerbit Kanisius.
Bandung.
Nurahman,Totok. 2010. Kuliner Nasional Yogyakarta.
Sebagai Penopang Kemandirian Ekonomi. Susilawati.2003. Manajemen Sumber Daya
Jurnal Komunitas Masyarakat Wirausaha Manusia dalam Perusahaan Edisi 2.Bumi
Indonesia Vol. 2 No. 12 Tahun Ketiga. Aksara.Jakarta.
Bandung.
Suyono, Djoko. 2004. Pengkajian Potensi
Poerwanto. 2006. New Business Kuliner Nusantara untuk Kemajuan
Administration:Paradigma Pengelolaan Ekonomi Lokal. Departemen Ilmu-
Bisnis Di Era Dunia Tanpa Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas
Batas.Yogyakarta. Pustaka Pelajar Pertanian UNJ.
Jakarta.
Simanjuntak. 2005. Potensi Wisata Kuliner
Tradisional di Indonesia. Mandar Maju. Swastha, Basu. 2005. Analisa Pendapatan
Jakarta. Usaha Kuliner. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Wilson. 2007. Analisis Kelayakan Usaha.
Mandar Maju. Jakarta.