Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Abstract
The Constitutional Court (MK) is one of the judicial power institutions in the
Indonesian constitutional system whose constitutional authority is recognized after the
amendment to the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia (UUD 1945). The MK’s
authority as regulated in Article 24C of the 1945 Amendment, conducts a judicial review of
the Constitution (constutional review), both covering material and formal aspects in the spirit
of protecting public interests from arbitrary power and misuse of power from the legislators.
The functions of MK to build a democratic rule of law state can be carried out in four
functions, namely as the interpreter of the constitution, the guardian of human rights and the
constitution and as the enforcer of democracy.
The possibility of authority’s conflicts in carrying out the mandate of the law in the
state institutions is a problem that may occur. Due to the above condition, the MK has the
constitutional authority to resolve conflicts of interest between state institutions whose
solutions are based on the legal process and not on the political one. Because of there are
rapid and unpredictable changes due to the internal conditions and the global influences,
besides being the guardian of the constitution, the MK is also expected to stand firmly as the
guardian of the state’s ideology (Pancasila). The ability of the MK to fully understand the
importance of Pancasila towards UUD 1945 is an obligation to maintain Pancasila as the state
ideology and legal ideals (rechtsidée).
Key words: constitutional review, state ideology, constitutional court.
dimilikinya berdasar pada UUD 1945 dan yang mampu mendukung penegakan
1
Makalah diajukan sebagai materi uji seleksi Hakim Konstitusi yang diajukan oleh Presiden Republik
Indonesia, November 2019 di Jakarta.
1
Mahkamah Agung (MA), MK terikat pada publik dari kekuasaan yang sewenang-
lainnya (independence and impartiality of persoalan yang serius dan strategis. Hal
judiciary) dalam menegakkan hukum dan tersebut sejalan dengan prinsip fundamental
keadilan. Kewenangan review yang mele- dari doktrin negara hukum yakni
pengujian secara formil dan materiil. bernegara dan ditaatinya hierarki tata
ketentuan UUD 1945. Sedangkan pengu- pembentuk UU agar tidak membuat tata
apakah materi muatan dalam ayat, pasal, dengan Konstitusi dan melawan hak asasi
Dalam negara hukum yang demo- lembaga negara yang memiliki kekuasaan
2
Permusyawaratan Rakyat (MPR) sekalipun. yang menjadi hak-hak dasar manusia atau
MPR harus tunduk pada Konstitusi seba- fungsinya sebagai penjaga hak asasi
gaimana amar Pasal 1 ayat (2) Perubahan manusia (HAM), menjamin tegaknya
Ketiga UUD 1945. Konstitusilah yang konsitusi atau fungsinya sebagai penegak
dokumen yang menjadi kerangka dasar demi mencapai kesehjahteraan sosial yang
yang berisi sanksi hukum khusus dan berkeadilan dan menjamin terseleng-
pemerintahan negara dan yang juga tertib dan stabil sesuai dengan kehendak
menyatakan prinsip-prinsip yang mengatur rakyat dan cita hukum negara (Pancasila).
dari istilah mahkamah konsitusi. Adapun hanya sebagai pengaman Konstitusi (the
bagi NKRI, Konstitusi adalah UUD 1945. Guardian of the Indonesian Constitution)3
terhadap Konstitusi negara atau fungsinya Idiology). Pancasila dan UUD 1945
sebagai penafsir Konstitusi (the ultimate merupakan kesatuan dua entitas yang erat
interpreter of the constitution). Di samping yang tidak dapat dipisahkan satu sama
3
rangkaian kesatuan sistem nilai dan norma fungsi tersebut dijalankan melalui
yang sangat terpadu. Oleh karenanya di pelaksanaan empat kewenangan dan satu
ekistensi ideologi negara yakni Pancasila. dalam Pasal 24, ayat (1) dan ayat (2) UUD
B. Permasalahan 1945.
fungsinya yakni sebagai lembaga penafsir Hukum Konstitusi harus bersifat supreme
demokrasi dan penjaga HAM. Keempat sinilah fungsi pengawasan (review) akan
4
senantiasa diperlukan dan sangat strategis dengan benar. MK dalam melaksanakan
dalam proses checks and balances. Bila tanggung jawab konstitusionalnya menem-
dengan baik maka demokrasi yang yang lain setara dan sederajat. MK
dijalankan bersifat semu dan bisa mengarah berkiprah hanya dalam ranah kekuasaan
perlu memiliki kemampuan menterjemah- antara satu terhadap yang lain termasuk
kan Konstitusi secara moral (moral reading dengan MA sekalipun. Dalam negara
berdasarkan konstitusi maka UUD 1945 pada posisi setara dan sederajat.4
merupakan hukum yang paling tinggi (the Dalam rangka mewujudkan negara
highest law) dan hukum negara yang paling hukum yang demokratis, MK berperan
fundamental (the most fundamental law). tunggal dan sentral sebagai penegak
hukum yang tertinggi dan dasar, maka demokrasi konstistusional bergerak tetap
semua kaidah hukum yang dibuat oleh pada kodratnya yakni adanya kedaulatan
dengan asas dan kaidah tata urutan negara selaku penyelenggara negara.
5
merupakan tanggung jawab MK dalam mengukur apakah UU yang dibuat oleh
memutus sengketa secara adil, jujur dan lembaga legislatif dan eksekutif tidak
kekuasaan kepada lembaga-lembaga negara konstitusi yang adil dan benar yakni yang
tertentu merupakan sesuatu yang sangat sebagai hukum dasar tertinggi negara.
fungsi judicial review yang dilakukan oleh dijalankan (ditegakkan) secara adil dan
tahankan ekistensi Konstitusi merupakan demokrasi hukum yang dianut oleh NKRI.
6
terhadap kaedah-kaedah hukum yang selalu sesuai dengan aspirasi masyarakat
dibuat oleh lembaga legislatif, eksekutif yang dijamin oleh Konstitusi negara.
hukum yang dianut tersebut semestinya pada produk hukum tersebut tidak dapat
selaras dan tidak bertentangan dengan hak dilepaskan dari kekuatan politik yang ada
kodrati manusia (HAM). Negara dalam di dalam lembaga legislatif. Produk hukum
penghargaan terhadap martabat manusia. selalu melihat kehendak dan aspirasi yang
Untuk itu negara wajib melindungi segenap tumbuh di masyarakat sehingga produk
warga masyarakat dalam mendapatkan hukum yang nantinya dihasilkan itu sesuai
hukum masyarakat inilah konsep negara resah, melawan dan cenderung tidak
yudikatif yang mandiri, bebas dan merdeka obidient) menandakan bahwa produk
yang mampu memperbaiki bila ada hukum tersebut ‘cacat’ dan tidak mampu
eksekutif dan legislatif yang melawan dan keselarasan, kedamaian, ketertiban dan
melanggar hak kodrati hidup setiap warga kemaslahatan sosial. Bila kondisi ini
pemerintah (dalam format produk hukum) banyak produk hukum dalam arti
7
perundang-undangan yang tidak dapat sesuai asas-asas Pemilu. Bila Pemilu tidak
dalam kehidupan masyarakat (merugikan hukum yang berlaku demi tegaknya prinsip
HAM). Bahkan, hukum yang baru dibentuk demokrasi berarti negara telah mengarah
dalam masyarakat. Sehingga tidak heran tinya waspada (alert) terhadap fenomena
8
Pemilu. MK kedepan senantiasa proaktif norma yang sekaligus menjadi sumber bagi
mewarnai (coloring) dan mempengaruhi semua asas hukum, norma hukum, dan
(influencing) institusi negara yang lain hukum yang berlaku di Indonesia.7 Karena
yang terlibat dalam pesta Pemilu untuk itulah bagi bangsa Indonesia, Pancasila
dalam berpolitik. Keberhasilan MK dalam ideologi bangsa dan juga sebagai dasar
sengketa Pemilu (hard output) tapi juga Notonagoro8 merupakan pokok kaidah yang
dari upaya MK ikut serta dalam men- sangat fundamental dari suatu negara yang
C2. MK sebagai Penjaga Ideologi Negara Pancasila yang ada di dalam pembukaan
9
staatsfundamentalnorm.11. Kedudukan konstitusi. Sedangkan Konstitusi
Pancasila adalah sebagai national guide- menentukan isi dan bentuk berbagai
lines, sebagai national standard, norm and peraturan perundang-undangan yang lebih
principles yang sekaligus memuat human rendah yang seluruhnya tersusun secara
rights and human responsibilities.12 Nilai- hierarkis. Jika norma hukum yang lebih
nilai Pancasila sebagaimana pernah rendah ini bertentangan atau tidak sesuai
dan cita hukum serta cita-cita moral luhur yang lebih rendah itu menjadi batal dan
tertinggi, memiliki makna bahwa Pancasila (main back bone) sistem hukum nasional
digunakan sebagai ukuran dalam menilai adalah cita-cita hukum negara. Konstitusi-
tata hukum yang ada. Aturan-aturan hukum lah yang kemudian melahirkan hukum yang
yang diterapkan dalam masyarakat harus menjadi pijakan cabang kekuasaan negara
10
sanggup menyesuaikan hidup tidak dapat diubah. Pancasila senantiasa
selalu mengusahakan diri ikut serta dalam bersifat formal yuridis dalam Pembukaan
mewarnai arah pembangunan masyarakat UUD 1945, sehingga baik rumusan maupun
dan negara.14 Berangkat dari pemahaman yuridiksinya sebagai dasar negara adalah
dapat dipilah menjadi dua kelompok, yakni: Bila perumusannya yang menyimpang dari
(1) Kelompok material, yaitu Pancasila Pembukaan tersebut, maka halnya dengan
merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia mengubah secara tidak sah Pembukaan
yang dapat dihayati sebagai jiwa, UUD 1945. Pancasila dan UUD 1945
kepribadian, sarana tujuan hidup, merupakan kesatuan yang erat yang tidak
pandangan serta pedoman hidup bangsa; dapat dipisahkan satu sama lainnya.
dan (2) Kelompok formal, yakni Pancasila Hubungan keduanya merupakan rangkaian
sebagai sumber dari segala sumber hukum kesatuan falsafatis, historis dan sistemis.
negara Indonesia dan juga perjanjian luhur Oleh karenanya disamping berperan
kedudukannya sangat kuat dan tetap serta ketatanegaraan NKRI sangat strategis yakni
11
tersebut akan dapat terealisasikan jika dan mengganti ideologi negara, maka MK
tusional MK berperan sebagai the Ali, As’ad Said, 2010, Negara Pancasila:
Jalan Kemaslahatan Berbangsa,
Guardian of the Indonesia’s Constitution, cetakan ketiga, Jakarta, Pustaka :
LP3ES.
ada peran MK yang jauh lebih hakiki yakni
Bakry, Noor Ms, 1994, Pancasila: Yuridis
sebagai the Guardian of the State’s Kenegaraan, Yogyakarta : Liberty.
Idiology, yakni Pancasila. Seandainya ada Gunawan BS, Ahmad dan Mu’ammar
Ramadhan (ed), 2012, Menggagas
peristiwa politik besar (mudah-mudan tidak Hukum Progresif Indonesia,
Yogjakarta : Pustaka Pelajar.
akan pernah terjadi) yang mencoba
Kelsen, Hans, 1961, General Theory of Samekto, FX. Adji, Kajian Studi Hukum
Law and State, New York: Russel Kritis: Implikasi Yuridis
& Russel. “KetidakIlmiahan” Pengetahuan
Tradisional dalam Pengelolaan
Latif, Abdul, 2009, Fungsi Mahkamah Keanekaragaman Hayati, Jurnal
Konstitusi, Yogjakarta: Total Media. Hukum Pro Justitia Tahun XIII No.
1 Januari 2005.
Mahfud MD, Moh, 2012, Membangun
Politik Hukum, Menegakkan Sudirman, Memurnikan Kewenangan
Konstitusi, Jakarta: Rajawali Press. Mahkamah Konstitusi sebagai
Lembaga Pengawal Konstitusi
Moelatingsih, Moempoeni, Pidato (The Guardian Of The
Pengukuhan Guru Besar Hukum Constitution), Jurnal Ilmiah
Tata Negara pada Fakultas Hukum Pendidikan Pancasila dan
Undip, Semarang, 16 Desember, Kewarganegaraan, Th. 1, No 1.
2003. 2016.
Notonagoro, 1998, Pancasila: Dasar Sutanto, Anton F, 2010, Ilmu Hukum Non
falsafah Negara, Jakarta : Bina Sistematik (Fondasi Filsafat
Aksara. Pengembangan Ilmu Hukum
Indonesia), Yogyakarta : Genta
Publising.
12
Wade, E.C.S. and G. Phillips, 1970,
Constitutional Law, London :
Longman.
13