Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
4 (1) 2019 11
JEKK
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas
4 (1), 2019, 11-17
Yusuf Lensa Hamdan *, Soeharyo Hadisaputro***, Ari Suwondo**, Muchlis AU Sofro***, Mateus
Sakundarno Adi**
*
Dinas Kesehatan Kota Bontang, Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip,***Fakultas Kedokteran
**
Undip
ABSTRACT
Tabel 4. Ringkasan hasil analisis variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan
kejadian filariasis berdasarkan analisis regresi logistik
No Variabel P value OR 95% CI
1 Adanya Keberadaan Kolam 0,042 3,400 1,156 - 9,996
2 Tidak Memakai Kelambu 0,000 8,308 2,999 - 23,012
3 Tidak Memakai Obat Anti Nyamuk 0,000 35,286 7,390 - 168,476
4 Sering Keluar rumah Malam Hari 0,003 4,500 1,731 - 11,696
5 Tidak Menggunakan Pakaian Panjang 0,001 5,741 2,154 - 15,297
Tabel 5. Hasil analisis regresi logistik variabel potensial dengan kejadian filariasis
95,0% CI for EXP (β)
No Variabel β P value OR
Lower Upper
Tidak Memakai Obat Anti
1 3,375 0,000 29,231 5,998 142,445
Nyamuk
Constant -1,386
dengan demikian, bila seseorang tidak penderita dan masyarakat yang tidak
menggunakan obat anti nyamuk pada saat memiliki kulit sensitif diharapkan
sebelum tidur, maka mempunyai proba- menggunakan obat anti nyamuk ketika
bilitas menderita filariasis sebesar 88,0%. senja hingga fajar.
Meskipun berhubungan secara
Pembahasan bermakna dengan kejadian filariasis,
keempat variabel selain pemakaian obat
Tidak memakai obat anti nyamuk anti nyamuk tidak berkontribusi secara
memiliki hubungan yang signifikan dan bermakna dalam analisis regresi logistik.
merupakan salah satu faktor determinan Beberapa hal yang mungkin menyebabkan
yang berpengaruh terhadap kejadian hal tersebut adalah keterbatasan jumlah
filariasis di wilayah Kecamatan sampel untuk analisis regresi logistik dan
Pekalongan Selatan. Persentase hasil kemampuan kuesioner penelitian menter-
penelitian di Kecamatan Pekalongan jemahkan variabel adanya keberadaan
Selatan, penderita yang tidak kolam, tidak memakai kelambu, sering
menggunakan obat anti nyamuk yaitu keluar rumah malam hari dan tidak
sebesar 95%. Hal tersebut membuat menggunakan pakaian panjang
responden memiliki kecenderungan yang
besar untuk tergigit nyamuk penular Kesimpulan
filariasis.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Faktor yang berhubungan secara
penelitian Garjinto dan Syuhada yang bermakna dengan kejadian filariasis adalah
dapat membuktikan bahwa tidak pemakaian obat anti nyamuk, sedangkan
menggunakan obat anti nyamuk pada adanya keberadaan kolam, tidak memakai
malam hari merupakan perilaku berisiko kelambu, sering keluar rumah malam hari
terhadap kejadian filariasis.7,8 dan tidak menggunakan pakaian panjang
Namun Tidak semua orang dapat ditemukan hanya berhubungan pada
menggunakan obat anti nyamuk. Sesuai analisis bivariat.
dengan pernyataan Yatim yaitu berbagai
macam obat nyamuk yang beredar Ucapan Terimakasih
dimasyarakat ada yang tidak mengandung
bahan aktif dan ada yang mengandung Terimakasih kepada masyarakat di
insektisida. Obat anti nyamuk terdiri dari Kecamatan Pekalongan Selatan yang ber-
obat nyamuk bakar dan gosok (repellant). sedia menjadi obyek penelitian dan
Repellant dapat digunakan dibadan, memberikan kontribusi dalam pengum-
pakaian dan kelambu. Akan tetapi, pulan data.
kelemahan obat nyamuk adalah timbul
iritasi pada orang yang sensitif sehingga Daftar Pustaka
dapat menimbulkan gangguan kesehatan.9
Berdasarkan uraian di atas, selain
manfaat dari obat nyamuk yang dapat 1. Manson’s. 2009. Tropical Diseases.
menghindari dari gigitan ada beberapa Editor : Gordon c. Cook & Alimuddin
orang yang memiliki kulit sensitif I. Zumla, Saunders Elsevier, Twenty-
menggunakan obat anti nyamuk oles. Bagi 2nd ed., China.pp.1477.
orang yang memiliki kulit sensitif dapat 2. Pusat Data dan Surveilans
melakukan peningkatan pencegahan diri Epidemiologi Kementerian Kesehatan
dari gigitan nyamuk lainnya. Bagi RI. 2014. Filariasis di Indonesia.