Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
ISSN: 0852-3581
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/
hartutik_nmt@yahoo.co.id
ABSTRACT: The aim of this research was to know the effect of ajitein
supplementation as protein source in the ration of dairy cow lactation on milk
production and quality. The materials in this research were twelve dairy cows (Friesian
Holstein crossbreed). There were 4 treatments, R0= Pennisetum purpureum +
concentrate without ajitein + mixed cornbran and soybean husk, R1= Pennisetum
purpureum + concentrate with 2 % ajitein (DM concentrate) + mixed cornbran and
soybean husk, R2= Pennisetum purpureum + concentrate with 4 % ajitein (DM
concentrate) + mixed cornbran and soybean husk and R3= Pennisetum purpureum +
concentrate with 6 % ajitein (DM concentrate) + mixed cornbran and soybean husk. The
research showed that the treatments did not have significant effect (P>0.05) on dry
matter intake (DMI), organic matter intake (OMI), crude protein intake (CPI), milk
quality, milk production and Average Daily Gain (ADG). The highest DMI was found
on R1 (3.55 % of body weight), OMI was found on R1 (87.06 % of DMI), CPI was
found on R1 (14.25 % of DMI), milk production was found on R1 (12.58 kg/head/day)
with an increasein milk production approximately 1.32 kg/head. The highest milk
quality was found on R2 with 1.0259 kg/l density, 4.61% of fat, 8.46% of solid non fat
(SNF), and 13.07% of total solid (TS). The highest ADG was found on R3 1038.10
g/head/day. This meant that ajitein supplementation up to 6% as iso protein on dairy
cow ration did not give any effect to milk production, but the use of ajitein could lower
the price per kg of feed to produce milk.
Keywords: ajitein, dairy cow, feed intake, milk production, milk quality, ADG
42
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (2):42 - 51
perah cukup besar yaitu 127.211 kepala dengan rataan produksi susu 8–14,3
keluarga dan sebagian besar menjadi kg/ekor/hari dan bobot badan awal
anggota dari 90 koperasi susu atau 243–547 kg/ekor. Kelompok
KUD. Sementara populasi ternak sapi didasarkan pada tingkat produksi susu,
perah saat ini 387.000 ekor dengan yaitu produksi susu rendah (8–9,8
produksi susu sebanyak 574.400 ton kg/ekor/hari), sedang (9,8–10,5
(Dinas Peternakan, 2008). kg/ekor/hari) dan tinggi (10,4–14,3
Pemberian pakan berupa kg/ekor/hari).
hijauan saja tidak cukup untuk Pakan konsentrat merupakan
mengoptimalkan produksi susu sapi perlakuan dalam penelitian ini, yaitu
perah. Oleh karena itu perlu dilakukan konsentrat tanpa dan dengan
perbaikan kualitas pakan dengan penambahan ajitein yang disusun
meningkatkan kadar protein dalam secara protein yang sama (isoprotein)
pakan. Namun kendala yang dihadapi dengan kandungan PK sekitar 18%.
peternak sapi perah adalah tingginya Level ajitein yang digunakan 0% (P0),
harga bahan pakan berprotein tinggi. 2% (P1), 4% (P2), 6% (P3) dalam
Banyak peneliti menyarankan untuk konsentrat. Pemberian konsentrat
menggunakan produk bahan pakan dari berdasarkan bobot badan dan produksi
ajinomoto yaitu ajitein yang memiliki susu tiap ekor sapi perah. Sedangkan
harga yang lebih murah dibandingkan hijauan diberikan secara adlibitum dan
bahan-bahan lainnya. ditambahkan pemberian dedak jagung
Ajitein adalah Fermented dan kulit ari kedelai sebanyak 1 kg
Mother Liquor (FML) yang telah dengan rasio pencampuran 1:1.
dikeringkan dan mengandung kadar Pemberian campuran dedak jagung dan
protein dan asam amino tinggi. Ajitein kulit ari kedelai ini mengacu pada
dapat digunakan sebagai bahan pakan standar pemberian pakan dari CV.
alternatif pengganti tepung ikan dan Lemboe Pasang. Pakan diberikan pada
bungkil kedelai. Fermented Mother ternak dua kali dalam sehari yaitu pagi
Liquor (FML) adalah bahan pakan dan sore hari. Konsentrat diberikan
yang dapat dikategorikan sebagai terlebih dahulu kemudian hijauan,
protein sel tunggal (PST) dan sedangkan air minum juga diberikan
merupakan hasil samping dari aktifitas secara adlibitum. Design yang
fermentasi molasses cair (liquid) yang digunakan adalah Rancangan Acak
mengandung Monosodium Glutamat Kelompok dengan 4 perlakuan level
(MSG). Sapi perah merupakan ternak ajitein dalam konsentrat dan 3
ruminansia yang mampu kelompok.
memanfaatkan nitrogen baik yang Variabel yang diamati dalam
berasal dari protein maupun Non penelitian adalah konsumsi nutrien:
Protein Nitrogen (NPN). Oleh karena KBK, KBO, dan KPK (g/kg
itu, penelitian ini dikerjakan untuk BB0,75/hari), produksi susu harian per
mengetahui pengaruh penggunaan ekor (kg/hr), kualitas susu: berat jenis
ajitein dalam pakan terhadap produksi (BJ), kadar lemak, Solid Non Fat
dan kualitas susu sapi perah. (SNF) dan Total Solid serta perubahan
bobot badan ternak/PBB (g/ekor/hr). N
MATERI DAN METODE KBK, KBO dan KPK dihitung dengan
Penelitian ini menggunakan 12 rumus.
ekor sapi perah PFH betina periode Konsumsi BK: [pakan
laktasi 1-4 bulan dan laktasi 1–12 bulan pemberian x % BK pakan pemberian] –
43
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (2):42 - 51
44
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (2):42 - 51
45
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (2):42 - 51
(P2) dan 19,35% (P3) dalam konsentrat pemberian konsentrat tertinggi. Hal ini
cenderung memberikan peningkatan terjadi karena perubahan produksi susu
konsumsi PK. Salah satu pembatas tiap minggu pada R1 meningkat
konsumsi pakan adalah adanya asam sehingga mengakibatkan bertambahnya
nukleat pada pakan, namun pada ternak jumlah konsentrat yang diberikan.
ruminansia asam nukleat bukan Nilai KBK menunjukkan bahwa
merupakan suatu pembatas karena KBK tertinggi pada R1 (3,5% dari BB),
adanya enzim nukleotidase. Penyebab disusul R3 (3,46% dari BB), R2 (3,25
turunnya KBK, KBO dan KPK pada dari % BB) dan R0 (2,78% dari BB).
Tabel 2 adalah turunnya rasio KBK status sapi-sapi yang digunakan
pemberian konsentrat mulai dari R2 pada penelitian dijelaskan pada Tabel
sementara R1 memiliki nilai rasio 3.
46
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (2):42 - 51
47
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (2):42 - 51
yaitu syarat mutu susu pada suhu 27,5 karena itu, pemberian ransum yang
o
C adalah BJ minimal 1,028 g/l, mengandung serat kasar tinggi akan
kandungan lemak susu minimal 3.0% menyebabkan kenaikan pada lemak
dan SNF minimal 8,0% sehingga TS susu.
minimal 11,0%. Nilai parameter BJ menurut SNI
Hasil penelitian pada Tabel 6 tersebut sangat sulit diperoleh dari sapi
menunjukkan bahwa kandungan lemak, Friesian Holstein dan keturunannya.
SNF, dan TS lebih tinggi dari standar Pada kenyataannya nilai BJ yang
yang direkomendasikan SNI. Hal ini dijumpai di daerah tropis seperti
disebabkan konsumsi hijauan yang Indonesia berkisar 1,024 sampai 1,026
merupakan sumber serat kasar yang (Widodo, 2003). Hasil penelitian ini
menghasilkan asam asetat yang menunjukkan bahwa BJ susu yang
merupakan prekursor untuk sintesa dihasilkan berkisar antara 1,024-1,025
lemak susu sehingga dapat g/l dan nilai ini masih termasuk dalam
meningkatkan kandungan lemak susu. kisaran BJ susu di daerah tropis.
Selain itu, kontribusi protein juga
berperan karena memiliki kandungan Perubahan bobot badan
senyawa asam-asam amino bebas yang Sapi yang digunakan dalam
cukup tinggi dan dapat meningkatkan penelitian adalah sapi bunting, sapi
laju pertumbuhan mikroba rumen awal laktasi dan sapi yang sudah
sehingga akan meningkatkan kecernaan melewati puncak laktasi. Penggunaan
serat kasar dan pasokan asam amino sapi bunting cenderung mengalami
yang dibutuhkan oleh ternak. Sesuai peningkatan bobot badan karena
dengan pendapat Basya (1983) yang pertumbuhan janin mempengaruhi
menyatakan bahwa asam asetat yang bobot badan sapi induk. Hasil
terbentuk dalam rumen terutama adalah perubahan bobot badan pada penelitian
hasil fermentasi serat kasar. Oleh ini disajikan pada Tabel 6.
48
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (2):42 - 51
Jadi harga 1 kg konsentrat: 250, dedak jagung Rp. 2.500 dan kulit
P0 = Rp. 2.384 ari kedelai Rp. 1.900. Maka harga 1 kg
P1 = Rp. 2.417 campuran dedak jagung dan kulit ari
P2 = Rp. 2.447 kedelai adalah Rp. 2.400. Jadi harga
P3 = Rp. 2.493 per kilo ransum (harga per kg
Harga per kg rumput gajah Rp. konsentrat + harga per kg hijauan
49
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (2):42 - 51
rumput gajah + harga per kg campuran R2 = Rp. 2.447 + Rp. 250 + Rp. 2.200
dedak jagung dan kulit ari kedelai) = Rp. 5.097
yaitu: R3 = Rp. 2.493 + Rp. 250 + Rp. 2.200
R0 = Rp. 2.384 + Rp. 250 + Rp. 2.200 = Rp. 5.143
= Rp. 5.034 Harga pakan per ekor per hari disajikan
R1 = Rp. 2.417 + Rp. 250 + Rp. 2.200 pada Tabel 9.
= Rp. 5.067
50
J. Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (2):42 - 51
51