Sei sulla pagina 1di 13

PROSES PENGEMBALIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG

DIJADIKAN BARANG BUKTI DALAM PROSES PERADILAN


DI KEJAKSAAN NEGERI KOTA PEKANBARU

Oleh : Margerytha Wulandara Hb


Pembimbing I : Dr.Erdianto Effendi, SH., M.Hum
Pembimbing II : Dr.Mexsasai Indra, SH., MH
Alamat : Jln.Utama Perum.NTR Blok B Nomor 3 Pekanbaru
Email :margerytha.wulandara@ymail.com – Telephone : 081275817111

ABSTRACT

In fact, there are many people / citizens were negligent in carrying out obligations so that
has a violation of law. A person will be unlawful by the court and the judge can convict it if
receiving at least two valid evidence in the court. Against each item of evidence which has been
ready for use in the trial, or no needed or set aside for the public interest or not enough evidence, the
evidence may be returned as set out in Article 46 paragraph (1) and (2) Criminal Procedure Code.
Evidences include motor vehicles, knives, weapons, clothes, laptops, mobile phones and other
objects related to use when committing a crime. In this case, the public prosecutor is given the
authority by law to prosecute and execute the determination of the judge in the process of returning
the evidence. However, in the process of return of evidences, especially motor vehicles, the
prosecutor having problems and not just the prosecutor, the community also experienced problems
to take their motor vehicles. Based on the above, the authors are interested doing research with the
title of the return process in motor vehicles used as evidence in judicial proceess in the district
attorney Pekanbaru. This essay aims to determine the return of motor vehicles used as evidence in
judicial proceedings in the district attorney Pekanbaru City and also to understand the constraints
faced by the prosecutor in the proceess of return the motor vehicles which used as evidence in
judicial proceedings in the district attorney Pekanbaru City and to know what is done in an effort to
overcome the obstacles in the return of motor vehicles used as evidence in judicial proceedings in
the district attorney Pekanbaru. Based on the results the process of return the vehicle shall be
furnished administrative requirements, the barriers faced by the prosecutor is an incompleteness of
the requirements by the public administration, the court decisions returns the evidence to the
defendant, the lack of facilities and infrastructures. While from the constraints of society is their
must pay the fee for taking their motor vehicle. In an effort to overcome these obstacles, the
prosecutor asked public to complete the administrative requirements, asked the defendants to
contact their family to take the motor vehicle, make a report to the addition of facilities and
infrastructures and add members of the personnel section of the exhibits. The conclution are the
process of return motor vehicles are not in accordance with Article 46 of the Criminal Procedure
Code and Case Management SOP General Crime, still not complete the administrative requirements
of the public, the defendant did not contact the family, lack of facilities and infrastructures and
members of the personnel section of the exhibits. The authors suggestion are motor vehicles should
be returned quickly and easy so that people can conduct their activities.

Keywords: Returns-Vehicle-Evidence-In Judicial Process

1
_________________________________________________
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015
BAB I ayat (1) dan ayat (2) telah dijelaskan tentang
PENDAHULUAN pengembalian barang bukti yang disita, yaitu:
Ayat (1) berbunyi:
A. Latar Belakang Masalah “Benda yang dikenakan penyitaan
Hukum dipandang oleh sebagian dikembalikan kepada orang atau kepada
masyarakat sebagai sebuah larangan, jika mereka dari siapa benda itu disita, atau
seseorang menaruh suatu pengertian hukum kepada orang atau kepada mereka yang paling
dengan tepat, maka mereka akan menaruh berhak, apabila:
rasa hormat kepada hukum dan akan a. Kepentingan penyidikan dan
membangun suatu sistem hukum yang penuntutan tidak memerlukan lagi
sempurna dan efektif.1 b. Perkara tersebut tidak jadi dituntut
Dalam kenyataan sehari-hari, setiap karena tidak cukup bukti atau ternyata
warga negara wajib menjunjung tinggi tidak merupakan tindak pidana;
hukum. Namun, tidak banyak dalam c. Perkara tersebut dikesampingkan
kehidupannya sebagai warga negara lalai/ untuk kepentingan umum atau perkara
sengaja tidak melaksanakan kewajibannya tersebut ditutup demi hukum, kecuali
sehingga merugikan masyarakat sehingga apabila benda itu diperoleh dari suatu
dapat dikatakan sebagai pelanggaran hukum. tindak pidana atau dipergunakan untuk
Seseorang hanya dapat dikatakan melanggar melakukan suatu tindak pidana.”
hukum oleh pengadilan. Sebelum diadili, Ayat (2) :
orang tersebut berhak dianggap tidak bersalah “Apabila perkara sudah diputus, maka
atau dikenal dengan asas praduga tak bersalah benda yang dikenakan penyitaan tersebut
(presumption of innoncence) yang dikembalikan kepada orang atau kepada
2
dirumuskan dalam KUHAP. mereka yang disebut dalam putusan tersebut,
Seseorang hanya dapat dijatuhkan kecuali jika menurut putusan hakim benda itu
hukuman pidana apabila hakim menerima dirampas untuk negara, untuk dimusnahkan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah atau untuk dirusakkan sampai tidak dapat
yang diperoleh berdasarkan pemeriksaan di dipergunakan lagi atau jika benda tersebut
sidang pengadilan. Perkara yang dilimpahkan masih diperlukan sebagai barang bukti dalam
ke Pengadilan Negeri adalah yang menurut perkara lain.”
Penuntut Umum telah memenuhi syarat Dalam proses penyitaan barang bukti
dimana delik yang didakwakan kepada tersebut, pihak kejaksaan menyimpan barang
terdakwa telah didukung oleh alat bukti yang bukti dalam dua tempat, yaitu di rumah
cukup. penyimpanan benda sitaan negara (rupbasan)
Pihak kejaksaan yang dalam hal ini dan gudang kejaksaan negeri. Dalam rupbasan
telah menerima barang bukti atas setiap delik barang bukti yang disimpan berupa sepeda
dari pihak kepolisan, sehingga jaksa dapat motor, mobil, mobil tangki minyak, mesin
menyertai barang bukti tersebut saat proses judi, pupuk, kayu, dan barang-barang lainnya
persidangan. Untuk setiap barang bukti yang yang beratnya lebih besar dan membutuhkan
tidak ada lagi berhubungan dengan tempat yang luas. Sedangkan barang bukti
permasalahan, barang bukti tersebut dapat yang disimpan dalam gudang kejaksaan
dikembalikan berdasarkan putusan pengadilan negeri berupa pisau, narkotika, baju, uang,
dan disertai dengan surat ijin dari ketua surat, handphone, dan barang-barang lainnya
pengadilan negeri. Dalam KUHAP Pasal 46 yang tidak memerlukan tempat yang luas.3
Kendaraan bermotor yang disita oleh pihak
1
Widia Edorita, “Menciptakan Sebuah Sistem
kejaksaan sebagai barang bukti dibagi atas
Hukum Yang Efektif: Dimana Harus Dimulai?”, Jurnal tiga bagian, yaitu bagian keamanan dan
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Riau, Edisi
3
I, No 1 Agustus 2010, hlm.115. Wawancara dengan Bapak Aulia Rahman,
2
Leden Marpaung, Proses Penanganan Perkara Anggota Administrasi Barang Bukti Kejaksaan Negeri
Pidana (Penyelidikan dan Penyidikan), Sinar Grafika, Kota Pekanbaru Hari Selasa 9 Desember 2014,
Jakarta:2008, hlm.22. Bertempat di Kejaksaan Negeri Kota Pekanbaru.
2
_________________________________________________
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015
ketertiban umum (yang didalamnya termasuk orang lain untuk melakukan kejahatan.
pelanggaran lalu lintas yang menyebabkan Namun, dalam proses melakukan pinjam
kecelakaan lalu lintas, dan lain-lainnya), pakai tersebut, Bapak AA dikenakan biaya
bagian orang, harta dan benda (yang yang harganya sudah sama dengan membeli
didalamnya termasuk pembunuhan, sebuah sepeda motor baru. Tidak hanya
pencurian, pencurian dengan kekerasaan, Bapak AA, Bapak AK yang bertempat tinggal
pemerkosaan, dan tindak pidana lain-lainnya), di Jalan Impres mengaku bahwa ia ingin
dan bagian tindak pidana umum lainnya (yang mengambil alat berat (alat kontraktor)
didalamnya termasuk narkotika, illegal dikenakan biaya yang mana biaya tersebut
loging, dan lain-lainnya). Barang bukti jika dijumlahkan sama dengan membeli alat
kendaraan motor yang disita oleh pihak berat yang baru. Karena adanya kesulitan
kejaksaan tersebut setiap tahunnya mengalami tersebut, tidak jarang masyarakat merasa
peningkatan. Karena, hampir setiap malas untuk mengambil barang kendaraan
minggunya pelaku tindak pidana bermotor mereka yang disita oleh pihak
menggunakan kendaraan bermotor sebagai kejaksaan. Masyarakat lebih memilih
perantara untuk melakukan tindak pidana.4 membiarkan kendaraan bermotor mereka
Tabel I.1 disita dibandingkan untuk mengambilnya
Jumlah Kendaraan Bermotor Yang Disita kembali dan mengurus semua prosedur-
Oleh Pihak Kejaksaan prosedurnya.
No Bagian Dikembalikan Dirampas Berada di Jumlah Tidak hanya masyarakat, dalam proses
Untuk Rupbasan pengembalian maupun pinjam pakai tersebut
Negara
pihak kejaksaan juuga mendapatkan kendala
1 KKTU 1 buah 2 buah 3 buah 5 buah untuk mengembalikan dan melakukan pinjam
pakai terhadap barang bukti kendaraan
2 OHAR 105 buah 17 buah 91 buah 213 bermotor. Karena hal tersebut, jumlah
DA buah kendaraan bermotor yang dijadikan barang
3 TPU 30 buah 10 buah 69 buah 109 bukti menjadi banyak di rupbasan. Kendala-
buah kendala tersebut diantaranya yaitu banyaknya
Sumber Data: Kejaksaan Negeri Kota pemilik barang bukti yang berdasarkan
Pekanbaru, 9 Desember 2014 putusan pengadilan dikembalikan kepada
Keterangan: pihak yang berhak belum memenuhi
KKTU :Keamanan dan Ketertiban administrasi dari ketentuan dikejaksaan, dan
Umum adanya putusan pengadilan yang menyatakan
OHARDA : Orang, Harta, dan Benda bahwa barang bukti tersebut dikembalikan
TPU : Tindak Pidana Umum kepada terdakwa.
Sebagian masyarakat yang memohon Dengan adanya permasalahan di atas,
untuk melakukan pinjam pakai atau maka penulis tertarik untuk melakukan
mengambil kendaraan motor mereka yang penelitian karya ilmiah dengan judul “Proses
telah digunakan untuk melakukan suatu Pengembalian Kendaraan Bermotor Yang
tindak pidana atau telah dicuri oleh penjahat, Dijadikan Barang Bukti Dalam Proses
mengaku mengalami kesulitan dalam proses Peradilan Di Kejaksaan Negeri Kota
pengambilan atau pinjam pakai barang bukti Pekanbaru”.
berupa kendaraan bermotor tersebut. A. Rumusan Masalah
Contohnya yaitu Bapak AA yang bertempat Berdasarkan latar belakang di atas maka
tinggal di Jalan Arifin Ahmad mengaku penulis dapat merumuskan suatu
bahwa ia ingin melakukan pinjam pakai atas permasalahan yaitu :
sepeda bermotornya sendiri yang digunakan 1. Bagaimanakah proses pengembalian
kendaraan bermotor yang dijadikan barang
4
Wawancara dengan Bapak Ferly Sarkowi, bukti dalam proses peradilan di kejaksaan
Kepala Seksi Pidana Umum Kejaksaan Negeri Kota negeri Kota Pekanbaru ?
Pekanbaru, Hari Selasa, 9 Desember 2014, Bertempat
di Kejaksaan Negeri Kota Pekanbaru.
3
_________________________________________________
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015
2. Apakah faktor penghambat dalam melakukan penelitian khususnya dalam
melakukan proses pengembalian kendaraan penelitian yang sama.
bermotor yang dijadikan barang bukti dalam C. Kerangka Teoritis
proses peradilan di kejaksaan negeri Kota 1. Teori Sistem Peradilan Pidana
Pekanbaru ? Dalam sistem peradilan pidana di
3. Bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan dunia, dikenal berbagai sistem peradilan
untuk mengatasi hambatan dalam proses pidana antara lain, control crime model,
pengembalian kendaraan bermotor yang family model, due process model dan
dijadikan barang bukti dalam proses peradilan integrated criminal justice system (ICJS).
di kejaksaan negeri Kota Pekanbaru ? Berdasarkan KUHAP, sistem peradilan
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian pidana di Indonesia menganut model ICJS.5
1) Tujuan Penelitian Menurut Soerjono Soekanto, sistem
Dari uraian rumusan permasalahan di peradilan pidana merupakan suatu
atas, maka tujuan dari Penelitian ini yaitu : keseluruhan yang terangkai yang terdiri dari
1. Untuk mengetahui proses pengembalian unsur-unsur yang saling berhubungan secara
kendaraan bermotor yang dijadikan barang fungsional, sistem peradilan pidana tersebut
bukti dalam proses peradilan di kejaksaan harus terdiri atas unsur-unsur yang masing-
negeri Kota Pekanbaru. masing merupakan subsistem dari sistem
2. Untuk mengetahui hambatan dalam tersebut dimana masing-masing mempunyai
melakukan proses pengembalian kendaraan tugas dan wewenang yang mengacu pada
bermotor yang dijadikan barang bukti dalam kodifikasi hukum pidana formil, yakni Kitab
proses peradilan di kejaksaan negeri Kota Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Pekanbaru. (KUHAP) yang diberlakukan melalui
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981.6
untuk mengatasi hambatan dalam proses Dalam proses model accusatoir,
pengembalian kendaraan bermotor yang peradilan pidana dibuka secara umum dimana
dijadikan barang bukti dalam proses peradilan setiap pihak memperoleh hak dan
di kejaksaan negeri Kota Pekanbaru . kesempatannya untuk berargumentasi. Dalam
2) Kegunaan Penelitian tahap ini, pembuktian dikumpulkan guna diuji
Adapun yang menjadi manfaat kembali kebenarannya.7
penelitian ini dilakukan adalah sebagai Objek kajian dalam sistem peradilan
berikut : pidana dibatasi kedalam ruang lingkup
1. Sebagai salah satu syarat di setiap komponen penegak hukum, proses dalam
perguruan tinggi dalam menempuh ujian penegakan hukum serta hubungan antar
terakhir untuk memperoleh gelar sarjana komponen penegak hukum dalam proses
hukum. penegakan hukum tersebut. Sedangkan tujuan
2. Sebagai bahan untuk pengembangan ilmu dari sistem peradilan pidana yaitu untuk
pengetahuan dibidang ilmu hukum khususnya melindungi masyarakat dan menegakkan
mengenai proses pengembalian kendaraan hukum.8
bermotor yang dijadikan barang bukti dalam 2. Teori Pembuktian
proses peradilan di kejaksaan negeri Kota Hukum pembuktian merupakan bagian
Pekanbaru. paling utama dari hukum acara pidana yang
3. Diharapkan dengan hasil penelitian ini,
5
penulis dapat menambah pengetahuan dalam Erdianto Effendi, Hukum Pidana Dalam
karya ilmiah dan dalam ilmu hukum Dinamika (Bunga Rampai Masalah Aktual, Cicak
Buaya, Century Hingga Korupi), UR Press,
khususnya pengetahuan mengenai proses Pekanbaru:2012, hlm.16.
pengembalian kendaraan bermotor yang 6
Ibid, hlm.64.
dijadikan barang bukti dalam proses peradilan 7
Ibid,hlm.89.
8
di kejaksaan negeri Kota Pekanbaru. Tolib Effendi, Sistem Peradilan
4. Sebagai bahan referensi bagi akademis dan Pidana:Perbandingan Komponen dan Proses Sistem
Peradilan Pidana di Beberapa Negara, Pustaka
pihak-pihak berkepentingan yang ingin Yustisia, Yogyakarta:2013, hlm.13.
4
_________________________________________________
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015
menyangkut seluruh sistem yang disebut pidana atau tindak pelanggaran, yang
criminal justice system, yang dimulai dari memiliki pengertian mementingkan
penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pencegahan agar tidak terjadi tindak pidana
puncaknya adalah persidangan dimana ada atau pelanggaran. Sedangkan penegakan
tiga pihak yang berperan, yaitu jaksa, hakim, hukum represif adalah penegakan hukum
dan penasehat hukum. Dalam ilmu hukum yang dilakukan setelah terjadinya suatu tindak
khususnya hukum pidana, mengenal empat pidana atau pelanggaran. Penegakan hukum
teori sistem pembuktian, yaitu:9 represif ini bertujuan untuk memulihkan
a. Sistem Keyakinan (Conviction Intime) kembali keadaan setelah terjadinya tindak
b. Sistem Positif (Positief Wettelijk) pidana atau pelanggaran.12
c. Sistem Negatif (Negatief Wettelijk) Dalam hal ini jaksa sebagai pihak
d. Sistem Pembuktian Bebas penegak hukum mempunyai kewajiban untuk
(Vrijbewijs/Conviction Intime) melakukan penyitaan atas barang bukti yang
Untuk pembuktian yang memerlukan berkaitan dengan segala bentuk tindak pidana
adanya barang bukti di perlihatkan dalam dan mempunyai kewajiban dalam
proses persidangan, pihak kejaksaan selaku melaksanakan putusan hakim untuk
penyita barang sitaan berwajib menunjukan mengembalikan setiap barang bukti yang
barang bukti tersebut kepada hakim. Tetapi tidak diperlukan lagi dalam proses
apabila barang bukti tersebut tidak persidangan, termasuk barang bukti
13
memungkinkan ditunjukan didepan muka kendaraan bermotor.
hakim saat persidangan, maka kejaksaan D. Kerangka Konseptual
dapat menujukan surat penitipan dari Dalam penelitian ini penulis
kejaksaan kepada rupbasan sebagai bukti mencantumkan pengertian-pengertian agar
adanya barang bukti tersebut. Dan untuk memudahkan penulis dalam melakukan
barang bukti yang telah dipinjam pakai, tetapi penelitian:
dibutuhkan lagi suatu saat di persidangan a. Proses adalah sebuah kegiatan, atau suatu
maka pihak kejaksaan meminta pemilik runtun peristiwa.14
barang bukti yang dipinjam pakai untuk dapat b. Pengembalian adalah tata cara atau proses,
hadir dipersidangan dalam waktu 3 hari perbuatan, mengembalikan, pemulangan,
sebelum dilakukannya persidangan.10 pemulihan.15
3. Teori Penegakan Hukum c. Kendaraan Bermotor adalah setiap
Hukum adalah identik dengan kendaraan yang digerakan oleh peralatan
keadilan, dengan menegakan hukum berarti mekanik tanpa mesin selain kendaraan
menegakan keadilan. Adapun undang-undang yang berjalan atas rel.16
adalah suatu upaya manusia untuk d. Barang bukti adalah benda atau barang
mengejawantahkan tujuan hukum yang sangat yang digunakan untuk meyakinkan hakim
identik dengan keadilan itu dalam peraturan
tertulis.11
Penegakan hukum ada dua yaitu
preventif dan represif. Penegakan hukum 12
Website http://infosos.wordpress.com/kelas-
preventif adalah penegakan hukum yang x/pengendalian-sosial, diakses tanggal 13 Oktober
dilakukan sebelum terjadinya suatu tindak 2014.
13
Wawancara dengan Bapak Aulia Rahman,
Anggota Administrasi Barang Bukti Kejaksaan Negeri
9
Leden Marpaung, Proses Penegakan Hukum Kota Pekanbaru Hari Selasa 9 Desember 2014,
Perkara Pidana, Sinar Grafika, Jakarta: 2009, hlm.26. Bertempat di Kejaksaan Negeri Kota Pekanbaru.
10 14
Hasil wawancara dengan Bapak Aulia Rahman, Dayanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap,
Bagian Administrasi Barang Bukti Kejaksaan Negeri Apollo, Surabaya :1997, hlm.384.
15
Kota Pekanbaru, Hari Selasa 9 Desember 2014, di www.kbbi.web.id , diunduh tanggal 17 Desember
Kantor Kejaksaan Negeri Kota Pekanbaru. 2014.
11 16
Radisman, F.S. Sumbuyak, Beberapa Pemikiran “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22
ke Arah Pemantapan Penegak Hukum, Jakarta: 1984, Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan”
hlm.2. Pasal 1 ayat (8), Bening, Yogyakarta: 2010, hlm.12.
5
_________________________________________________
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015
akan kesalahan terdakwa terhadap perkara atau ciri yang sama.21 Adapun yang menjadi
pidana yang diturunkan kepadanya.17 populasi dalam penelitian ini adalah:
e. Peradilan merupakan derivasi dari kata adil 1. Kepala Seksi Pidana Umum Kejaksaan
yang diartikan sebagai tidak memihak, Negeri Kota Pekanbaru ;
tidak berat sebelah ataupun keseimbangan 2. Bagian Administasi Barang Bukti
dan secara keseluruhan menunjukan Kejaksaan Negeri Kota Pekanbaru ;
kepada suatu proses untuk menciptakan 3. Masyarakat Pemilik Barang Bukti
dan mewujudkan keadilan.18 Kendaraan Bermotor.
E. Metode Penelitian a. Sampel
1) Jenis Penelitian Sampel adalah bagian dari populasi
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang dapat mewakili keseluruhan objek
sosiologis sedangkan jika dilihat dari sifatnya, penelitian untuk mempermudah peneliti
penulisan penelitian ini bersifat deskriptif, dalam menentukan penelitian.22 Metode yang
yaitu memberikan data yang seteliti mungkin digunakan penulis metode purposive, yaitu
tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala menetapkan sampel yang mewakili jumlah
lainnya, dengan tujuan mempertegas hipotesa- populasi yang ada, yang katagori sampelnya
hipotesa, agar dapat membantu didalam itu telah di tetapkan sendiri oleh si peneliti.
memperkuat teori-teori lama, atau dalam Untuk lebih jelasnya mengenai populasi dan
kerangka menyusun teori-teori baru.19 Dalam sampel dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
penelitian memberikan gambaran yang jelas Tabel I.2
tentang proses pengembalian kendaraan Populasi dan Sampel
bermotor yang dijadikan barang bukti dalam No Respoden Populasi Sampel Persentase
proses pengadilan.
2) Lokasi Penelitian 1 Kepala Seksi 1 1 10 %
Daerah atau lokasi penelitian penulis Pidana Umum
dilakukan di Kejaksaan Negeri Kota Kejaksaan Negeri
Pekanbaru. Alasan peneliti karena Kejaksaan Kota Pekanbaru
Negeri Kota Pekanbaru mempunyai peranan 2 Bagian 3 1 33,33 %
penting dalam proses pengembalian Administasi
kendaraan bermotor yang dijadikan barang Barang Bukti
Kejaksaan Negeri
bukti dalam proses pengadilan di Kota
Kota Pekanbaru
Pekanbaru. 3 Masyarakat 242 26 10,74 %
3) Populasi dan Sampel Pemilik Barang
Bukti Kendaraan
a. Populasi Bermotor
Populasi adalah keseluruhan unit atau Jumlah 246 28
manusia yang mempunyai ciri-ciri yang
sama.20 Populasi dapat berupa himpunan
orang, benda (hidup atau mati), kejadian, Sumber Data: Kejaksaan Negeri Kota
kasus-kasus, waktu atau tempat, dengan sifat Pekanbaru, 9 Desember 2014
4) Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang
17
Sudarsono, Kamus Hukum (Edisi Baru) , penulis gunakan adalah :
PT.Asdi Mahasatya, Jakarta:2007, hlm.47. a. Data Primer
18
Tolib Effendi, Sistem Peradilan Data primer dalah data yang diperoleh
Pidana:Perbandingan Komponen dan Proses Sistem langsung oleh penulis dari responden dengan
Peradilan Pidana di Beberapa Negara, Pustaka
Yustisia, Yogyaakarta:2013, hlm.11.
19 21
Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian
Hukum, Alfabeta, Bandung: 2012, hlm.47. Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta:2011,
20
Amiruddin H.Zainal Asikin, Pengantar Metode hlm.118.
22
Penelitian Hukum, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta: Bambang Wayulo, Penelitian Hukum Dalam
2010, hlm.95. Praktek, Sinar Grafika, Jakarta: 2002,hlm.44.
6
_________________________________________________
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015
cara pengumpulan data, melalui wawancara Metode pengumpulan data melalui
dengan responden, dalam hal ini wawancara literature-literatur kepustakaan yang
tersebut penulis ajukan kepada Kepala Seksi memiliki korelasi dengan proses
Pidana Umum Kejaksaan Negeri Kota pengembalian kendaraan bermotor yang
Pekanbaru, Bagian Administrasi Barang Bukti dijadikan barang bukti dalam proses
Kejaksaan Negeri Kota Pekanbaru, dan peradilan di kejaksaan negeri Kota
Masyarakat Pemilik Barang Bukti Kendaraan Pekanbaru.
Bermotor. 6) Analisis Data
b. Data Sekunder Dalam penelitian ini seluruh data yang
Data sekunder adalah data yang diperoleh diperoleh dari bahan penelitian akan disusun
melalui penelitian perpustakaan antara lain dan dianalisis secara metode kualitatif yaitu
berasal dari: pengelolahan data primer dan sekunder dalam
a. Bahan Hukum Primer bentuk pernyataan-pernyataan yang
Bahan hukum primer merupakan dinyatakan responden secara tertulis maupun
bahan penelitian yang bersumber dari lisan dan fakta yang terjadi, dipelajari
kepustakaan yang diperoleh dari Undang- kemudian dituangkan dalam penelitian ini.
Undang antara lain, Undang-Undang Analisis data kualitatif ini berpedoman pada
Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab peraturan perundang-undangan, pendapat para
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, ahli, dan dari penelitian penulis lakukan serta
Peraturan Jaksa Agung Nomor: Per- pengetahuan yang dimiliki. Metode berfikir
036/A/JA/09/2011 Tentang Standar yang dipakai oleh peneliti adalah metode
Operasional Prosedur Penanganan Perkara deduktif yang mana penguraian masalah
Tindak Pidana Umum, serta perundang- dimulai dari bagian yang bersifat umum ke
undangan dan peraturan lainnya yang masalah bersifat khusus.
mempunyai hubungan dengan penulisan BAB II
ini.
b. Bahan Hukum Sekunder TINJAUAN PUSTAKA
Bahan hukum sekunder merupakan
bahan penelitian yang berasal dari literatur A. Tinjauan Sistem Peradilan Pidana
dan hasil penelitian para ahli sarjana yang 1. Pengertian Sistem Peradilan Pidana
berupa buku-buku yang berkaitan dengan Sistem peradilan pidana merupakan
pokok pembahasan. salah satu isu sosial yang paling penting
c. Bahan Hukum Tersier saat ini maupun di waktu yang lampau
Bahan hukum tersier merupakan dalam sejarah, dimana sistem peradilan
bahan-bahan penelitian yang diperoleh dari pidana merupakan subsistem dari sistem
ensiklopedia dan sejenisnya yang berfungsi hukum di Indonesia. Lawrence Friedman
mendukung data primer dan data sekunder mengatakan bahwa subsitem dari sistem
salah satunya seperti Kamus Besar Bahasa hukum adalah struktur hukum yang
Indonesia. diimplementasikan secara konkret melalui
5) Teknik Pengumpulan Data lembaga peradilan sebagai salah satu
a. Wawancara/Interview komponen didalam penegakan hukum.
Wawancara merupakan cara 2. Komponen Lembaga Dalam Sistem
pengumpulan data dengan melakukan Peradilan Pidana Indonesia
tanya jawab langsung pada responden Penegak hukum di Indonesia terdiri
yakni Kepala Seksi Pidana Umum dari komponen kepolisian, kejaksaan,
Kejaksaan Negeri Kota Pekanbaru, pengadilan negeri dan lembaga
Bagian Administrasi Barang Bukti pemasyarakatan yang semuanya memiliki
Kejaksaan Negeri Kota Pekanbaru, dan hubungan yang erat satu sama lainnya,
Masyarakat Pemilik Barang Bukti bahkan dapat dikatakan saling menentukan
Kendaraan Bermotor. satu sama lainnya yang pelaksanaannya
b. Kajian Kepustakaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 8
7
_________________________________________________
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015
Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang 1. Conviction in time
Hukum Acara Pidana.23 2. Conviction in raisonee
3. Asas-asas Sistem Peradilan Pidana di 3. Pembuktian menurut undang-
Indonesia undang secara positif
Sistem peradilan pidana memiliki asas- 4. Pembuktian menurut undang-
asas berdasarkan Undang-Undang Nomor undang secara negatif
8 Tahun 1981 tentang KUHAP yaitu 3. Alat bukti dan kekuatannya
adanya perlakuan yang sama, asas praduga Alat bukti yang sah menurut undang-
tak bersalah, hak untuk memperoleh undang dan sesuai dengan Pasal 183 ayat
kompensasi, hak untuk memperoleh (1) adalah :
bantuan hukum, hak kehadiran terdakwa di 1. Keterangan Saksi
persidangan, peradilan yang bebas dan 2. Keterangan Ahli
cepat, peradilan yang terbuka untuk umum, 3. Alat Bukti Surat
pelanggaran atas hak warga negara, hak 4. Alat Bukti Petunjuk
seorang terdakwa untuk mengetahui 5. Keterangan Terdakwa
prasangkaan dan pendakwaannya serta 4. Barang Bukti
kewajiban pengadilan untuk Barang bukti adalah hasil serangkaian
mengendalikan pelaksanaan putusan. tindakan penyidik dalam penyitaan, dan
4. Proses dalam Sistem Peradilan atau penggeledahan dan atau pemeriksaan
Pidana surat untuk mengambil alih dan atau
Dalam Sistem peradilan pidana menyimpan di bawah penguasaannya
Indonesia merupakan suatu proses benda bergerak atau tidak berwujud untuk
berjenjangan yang berurutan satu dengan kepentingan pembuktian dalam
yang lain, yang dimulai dari :24 penyidikan, penuntutan dan peradilan.26
1. Tahap Penyelidikan Dalam KUHAP, barang bukti diatur dalam
2. Tahap Penyidikan Pasal 21 ayat (1), Pasal 45 ayat (2), Pasal
3. Tahap Penuntutan 46 ayat (2) dan Pasal 181 KUHAP.
4. Tahap Pemeriksaan Perkara di Sidang
Pengadilan C. Tinjauan Penegakan Hukum
1. Pengertian Penegakan Hukum
B. Tinjauan Pembuktian Menurut Kadir Husin yang dikutip oleh
1. Pengertian Pembuktian Ishaq, penegakan hukum dalam hukum
Pembuktian adalah ketentuan- pidana merupakan suatu sistem
ketentuan yang berisi penggarisan dan pengendalian kejahatan yang dilakukan
pedoman tentang cara-cara yang oleh lembaga kepolisian, kejaksaan,
dibenarkan undang-undang membuktikan pengadilan dan lembaga pemasyarakatan.27
kesalahan yang didakwakan kepada Sedangkan menurut Satjipto Rahardjo
terdakwa. Pembuktian juga merupakan menyatakan penegakan hukum adalah
ketentuan yang mengatur tentang alat-alat kegiatan menyerasikan hubungan nilai-
bukti yang dibenarkan undang-undang nilai yang terjabarkan di dalam kaedah-
yang boleh dipergunakan hakim kaedah yang mantap dan
membuktikan kesalahan yang mengejawantahkan dan sikap tindak
didakwakan. sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap
2. Sistem Pembuktian akhir, untuk menciptakan, memelihara dan
Dalam proses pembuktian di mempertahankan kedamaian pergaulan
persidangan terdiri dari beberapa sistem, hidup.28
yaitu:25
26
Hari Sasangka dan Lily Rosita, Hukum
Pembuktian Dalam Perkara Pidana, Mandar Maju,
23
Yesmil Anwar dan Adang, Op.cit hlm.67. Bandung:2003, hlm.99.
24 27
Ibid, hlm.76. Ibid.
25 28
Ibid, hlm. 276. Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm.3.
8
_________________________________________________
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015
2. Faktor yang Mempengaruhi 4. Fotocopy ada Bukti Pembayaran
Penegakan Hukum Kendaraan Bermotor;
Faktor-faktor dalam penegakan hukum 5. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk
yaitu:29 6. Surat Kuasa (apabila
1. Faktor hukum pengambilan kendaraan bermotor
2. Faktor penegak hukum melalui perantara oranglain).
3. Faktor sarana dan fasilitas
4. Faktor masyarakat B. Hambatan yang Ditemukan Dalam
5. Faktor budaya Proses Pengembalian Kendaraan
Bermotor yang Dijadikan Barang
BAB III Bukti Dalam Proses Peradilan Di
Kejaksaan Negeri Kota Pekanbaru
HASIL PENELITIAN DAN Banyaknya barang bukti yang
PEMBAHASAN diputuskan oleh hakim jatuh kepada
terdakwa menjadi kendala bagi pihak
A. Proses Pengembalian Kendaraan kejaksaan, karena terdakwa dalam hal ini
Bermotor yang Dijadikan Barang tidak mau menelfon pihak keluarganya
Bukti Dalam Proses Peradilan Di untuk mengambil kendaraan bermotor
Kejaksaan Negeri Kota Pekanbaru tersebut. Akibatnya, kendaraan bermotor
Kewenangan penuntut umum atas di rupbasan menajdi banyak karena harus
benda sitaan dalam penuntutan hampir menunggu hingga terdakwa keluar dari
sama dengan yang dimiliki instansi masa tahanannya.
penyidik yang sama-sama bertitik tolak Sedangkan dalam proses pembuktian,
dengan Pasal 45 dan Pasal 46 KUHAP. barang bukti kendaraan bermotor yang
Selama pemeriksaan perkara benda sitaan dipakai oleh terdakwa 85% adalah milik
tersebut, perubahan status benda sitaan masyarakat (bukan kepunyaan terdakwa)
menurut wewenang penuntut umum, yang dicuri atau dipinjam oleh terdakwa
meliputi:30 saat melakukan tindak pidana. Dalam
1. Menjual lelang benda sitaan melakukan pembuktian ini, kejaksaan
2. Mengamankan benda sitaan mengalami kendala dikarenakan sebagian
3. Mengembalikan benda sitaan barang bukti kendaraan bermotor dari
Untuk proses pengembalian barang 85% tersebut masih dalam status kredit.
bukti, pihak yang ingin melakukan Sehingga, pihak kejaksaaan mengalami
pengembalian terlebih dahulu harus kesulitan mengembalikan kendaraan
memenuhi syarat administrasi yang telah bermotor tersebut dikarenakan
disepakati dengan pihak rupbasan, syarat masyarakat yang ingin mengambil
tersebut yaitu:31 kendaraan mereka tidak membawa
1. Adanya berita acara atau perintah fotocopy BPKB. Sedangkan jika kreditor
pengembalian barang bukti dari ingin mengambil kendaraan bermotor
pengadilan; tersebut, terdakwa tidak ingin membuat
2. Adanya petikan putusan dari surat kuasa.32
pengadilan; Tidak hanya dalam proses peradilan
3. Fotocopy Surat Tanda Nomor dan pembuktian, dalam faktor penegak
Kendaraan; hukum yaitu kejaksaan dalam
kenyataannya hanya memiliki 3 orang
anggota dibagian barang bukti. Padahal,
29
Ibid, hlm.8. dalam setiap minggunya banyak kasus
30
Ibid. dari kepolisian beserta barang bukti yang
31
Wawancara dengan Bapak Aulia Rahman, harus dijumlahkan dan dikelola datanya.
Anggota Administrasi Barang Bukti Kejaksaan Negeri
Kota Pekanbaru Hari Kamis 15 Januari 2015,
32
Bertempat di Kejaksaan Negeri Kota Pekanbaru. Ibid.
9
_________________________________________________
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015
Akibatnya, setiap tahunnya jumlah proses pengembalian kendaraan bermotor
barang bukti yang masuk ke kejaksaan, tersebut. Dan masyarakat pun
keluar dari kejaksaan, pinjam pakai dari membayarnya, padahal dalam Pasal 46
kejaksaan dan dirampas oleh negara serta KUHAP dan Pasal 21 SOP Penanganan
dilelang oleh kejaksaan tidak pernah Perkara Tindak Pidana Umum tidak
dihitung secara teratur setiap terlampirkan bahwa dalam proses
semesternya.33 pengembalian ataupun pinjam pakai
Sedangkan dari sarana dan fasilitas, masyarakat dikenakan biaya.
kejaksaan khususnya bagian administrasi
juga mengakui bahwa tidak adanya C. Upaya yang Dilakukan Untuk
kendaraan berupa mobil pickup atau truk Mengatasi Hambatan Dalam Proses
yang disediakan oleh instansi kejaksaan Pengembalian Kendaraan Bermotor
untuk mengangkat setiap barang bukti yang Dijadikan Barang Bukti Dalam
kendaraan bermotor ataupun benda-benda Proses Peradilan Di Kejaksaan Negeri
yang akan diletakan di rupbasan. Kota Pekanbaru
Keterbatasan sarana dan fasilitas dapat Melihat adanya hambatan yang
menghambat pihak kejaksaan selaku ditemui selama proses pengembalian
penyita barang bukti kendaraan bermotor kendaraan bermotor dalam proses
tidak berjalan dengan maksimal. Jadi, peradilan tersebut pihak kejaksaan tidak
pihaknya selalu menyewa mobil pickup ada melakukan upaya. Maka dari itu,
atau truk tersebut dan harus membayar menurut penulis hal untuk mengatasinya
Rp 200.000,- persetiap jalannya. yaitu sebaiknya jaksa yang tugasnya
Dari faktor masyarakat sendiri, pihak melaksanakan putusan hakim untuk
kejaksaan mengatakan bahwa sebagian mengembalikan kendaraan bermotor
masyarakat yang ingin mengambil kepada terdakwa ataupun kepada pihak
kendaran bermotor mereka tidak saksi seharusnya tidak hanya menelfon
sepenuhnya melengkapi syarat-syarat pihak korban saja tetapi juga sebaiknya
administrasi yang telah ditetapkan oleh menelfon pihak keluarga dari terdakwa.
kejaksaan beserta rupbasan. Sebagian Selain itu, sebaiknya hakim juga
besar masyarakat yang ingin mengambil mengawasi proses pengembalian barang
kendaraan bermotor mereka tidak bukti kendaraan bermotor tersebut.
membawa BPKB atas kendaraan Karena dalam hal ini, kejaksaan hanya
bermotor, dan tidak membawa surat bekerja sendiri tanpa adanya pengawasan
kuasa dari terdakwa atau pihak-pihak dari hakim.
yang diputuskan oleh hakim untuk Sedangkan dalam proses pembuktian,
mengambil kendaraan bermotor.34 untuk mengembalikan barang bukti
Disamping faktor masyarakat yang kendaraan bermotor milik masyarakat,
tidak memenuhi syarat-syarat kejaksaan meminta masyarakat untuk
administrasi untuk mengambil kendaraan memenuhi syarat-syarat administrasi
bermotor tersebut, faktor budaya yang telah ditentukan. Sedangkan untuk
masyarakat yang malas untuk mengambil pihak leasing, pihak kejaksaan
kendaraan bermotor mereka di kejaksaan mewajibkan selain memenuhi syarat-
yang digunakan terdakwa untuk syarat administrasi juga mewajibkan
melakukan kejahatan juga menjadi pihak leasing untuk membawa bukti
hambatan. Hal ini dikarenakan, beberapa pembayaran kredit yang dilakukan oleh
masyarakat yang ingin mengambil terdakwa ataupun masyarakat, membawa
kendaraan bermotor mengaku bahwa surat kuasa dari terdakwa dan perusahaan
mereka dikenakan biaya saat melakukan tempat pihak tersebut bekerja. Hal ini
bertujuan untuk mengembalikan barang
33
bukti tersebut tepat pada sasaran, karena
Ibid.
34
Ibid.
kendaraan bermotor memiliki nilai
10
_________________________________________________
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015
ekonomis yang cukup tinggi yang apabila tindak pidana terdakwa menggunakan
pengembaliannya tidak tepat pada kendaraan bermotor sebagai alat
sasaran, maka dapat merugikan pihak transportasinya. Selain itu, masyarakat
pemilik sebenarnya.35 seharusnya tidak membayar biaya apapun
Dan dari faktor penegak hukum, terkait pengembalian kendaraan bermotor
menurut penulis seharusnya ada upaya mereka yang dijadikan barang bukti.
yang dilakukan oleh kejaksaan untuk Dan bagi sebagian aparat kejaksaan
menambah jumlah personil khususnya yang mewajibkan harus membayar,
bagian adminitrasi barang bukti. sebaiknya pimpinan kejaksaan
Sehingga, proses dalam mengelola data melakukan upaya yang tegas dan
dapat diperoleh jumlah persemeternya mempermudah masyarakat yang ingin
tanpa harus terbengkalai akibat kekurang mengambil kendaraan bermotor mereka
anggota. apabila masyarakat telah memenuhi
Selain faktor penegak hukum, dalam syarat-syarat administrasi yang dibuat
hal sarana dan fasilitas pihak kejaksaan oleh pihak kejaksaan dan rupbasan.
telah mengajukan pengadaan alat
transportasi milik kejaksaan sendiri guna BAB IV
mendukung proses pengembalian PENUTUP
kendaraan bermotor yang disita tersebut
secara maksimal serta penambahan dana. Berdasarkan hasil penelitian dan
Namun, untuk saat ini dana yang pembahasan yang telah dilakukan oleh
digunakan oleh kejaksaan adalah dengan penulis seperti yang diuraikan pada bab
menggunakan dana pribadi sendiri dan sebelumnya, maka penulis dapat
menyewa alat transportasi.36 menyampaikan kesimpulan dan saran.
Upaya mengatasi hambatan dari faktor A. Kesimpulan
masyarakat, sebaiknya masyarakat yang 1. Dalam proses pengembalian
ingin mengambil kendaraan bermotor kendaraan bermotor yang dijadikan
harus memenuhi syarat-syarat barang bukti walaupun dikembalikan
administrasi. Dan apabila masyarakat kepada pihak-pihak yang ditunjukan
tidak dapat menunjukan BPKB kendaraan oleh putusan hakim, kenyataannya
bermotor mereka, masyarakat terlebih tidak sesuai dengan Pasal 46 KUHAP
dahulu melunasi kreditnya kepada pihak dan Pasal 21 SOP Penanganan Perkara
leasing kemudian meminta BPKB kepada Tindak Pidana Umum. Hal ini
pihak leasing. Tidak hanya itu, dikarenakan adanya masyarakat yang
masyarakat juga harus membawa surat mengalami kesulitan yaitu dikenai
kuasa dari terdakwa sebagai bukti bahwa biaya dalam proses pengembalian
terdakwa telah memberikan kuasanya kendaraan bermotor tersebut, yang
untuk mengambil kendaraan bermotor mana hal tersebut tidak pernah
yang ditahan oleh pihak kejaksaan tertuang dalam KUHAP maupun SOP
melalui pihak lain.37 Penanganan Perkara Tindak Pidana
Sedangkan dari faktor kebudayaan, Umum untuk melakukan keharusan
menurut penulis sebaiknya masyarakat membayar.
tidak malas mengambil kendaraan 2. Hambatan yang dialami oleh
bermotor mereka. Hal ini bertujuan agar kejaksaan dalam melakukan proses
barang bukti khususnya kendaraan pengembalian kendaraan bermotor
bermotor tidak semakin banyak berada di adalah banyaknya pemilik kendaraan
rupbasan, mengingat hampir setiap kasus bermotor belum dapat memenuhi
administrasi pada saat pengambilan
35
barang bukti, banyaknya putusan
Ibid. hakim yang mengembalikan
36
Ibid.
37
Ibid.
kendaraan bermotor tersebut kepada
11
_________________________________________________
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015
terdakwa dan terdakwa dalam hal ini kurang serta menyediakan sarana
tidak menghubungi keluarga maupun fasilitas dan dana yang dibutuhkan.
pihak leasing, kurangnya personil
khususnya bagian administrasi barang
bukti, dan tidak adanya sarana fasiltas DAFTAR PUSTAKA
serta kurangnya dana guna
mendukung proses pengembalian A. Buku
barang bukti kendaraan bermotor
tersebut. Adang, Yesmil Anwar, 2009, Sistem
3. Upaya yang dilakukan untuk Peradilan Pidana,Widya
mengatasi hambatan dalam proses Padjajaran, Bandung.
pengembalian kendaraan bermotor
yang dijadikan barang bukti tersebut Asikin, Amiruddin H.Zainal, 2010,
adalah dengan meningkatkan Pengantar Metode Penelitian
kesadaran masyarakat untuk dapat Hukum, PT.Raja Grafindo
memenuhi administrasi, menambah Persada, Jakarta.
anggota khususnya dibagian
administrasi barang bukti, dan Dillah, Suratman dan Philips, 2010,
meningkatkan sarana dan fasilitas di Metode Penelitian Hukum,
kejaksaan serta menindak tegas pihak- Alfabeta, Bandung.
pihak kejaksaan yang meminta
bayaran kepada masyarakat saat Effendi, Erdianto, 2012, Hukum
pengambilan kendaraan bermotor Pidana Dalam Dinamika
mereka. (Bunga Rampai Masalah
B. Saran Aktual, Cicak Buaya, Century
1. Proses pengembalian kendaraan Hingga Korupi), UR Press,
bermotor yang dijadikan barang bukti Pekanbaru.
dalam proses peradilan di kejaksaan
negeri Kota Pekanbaru sebaiknya Effendi, Tolib, 2013, Sistem Peradilan
dilakukan secepatnya mengingat Pidana:Perbandingan
benda sitaan tersebut digunakan oleh Komponen dan Proses Sistem
pemiliknya dalam aktivitas dan juga Peradilan Pidana di Beberapa
untuk mengurangi jumlah benda Negara, Pustaka Yustisia,
sitaan yang disita oleh pihak Yogyakarta.
kejaksaan.
2. Adanya hambatan dari proses Harahap, Yahya, 2009, Pembahasan
pengembalian benda sitaan tersebut Permasalahan dan Penerapan
adalah kurangnya kelengkapan KUHAP Penyidikan dan
syarat-syarat adminitrasi dari Penuntutan (Edisi Kedua),
masyarakat maupun pihak leasing, Sinar Grafika, Jakarta.
jumlah personil yang kurang, sarana
fasilitas dan dana yang kurang. ______________, ____, Pembahasan
3. Sebaiknya dalam proses pengembalian Permasalahan dan Penerapan
barang bukti harus dipermudah oleh KUHAP Pemeriksaan Sidang
pihak kejaksaan dengan membantu Pengadilan, Banding, Kasasi,
masyarakat dalam melengkapi syarat- dan Peninjauan Kembali,
syarat yang sudah ditentukan dan juga Sinar Grafika, Jakarta.
kesadaran dari masyarakat itu sendiri
untuk mengambil barang miliknya, Hamzah, Andi, 1994, Asas-Asas Hukum
menambah jumlah personil yang Pidana, Rineka Cipta,Jakarta.

12
_________________________________________________
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015
Hardjasoemantri, Koesnadi, 2012, Hukum Dalam Praktek, Sinar
Hukum Tata Lingkungan, Grafika, Jakarta.
Gajah Mada University Press,
Yogyakarta. B. Jurnal/Kamus

Lamintang, P.A.F., 1997, Dasar-Dasar Widia Edorita, 2010, “Menciptakan


Hukum Pidana Indonesia, Sebuah Sistem Hukum Yang
Citra Aditya Bakti, Bandung. Efektif: Dimana Harus
Dimulai?”, Jurnal Ilmu
Leden Marpaung, 2008 Proses Hukum, Fakultas Hukum
Penanganan Perkara Pidana Universitas Riau, Edisi I, No.1
(Penyelidikan dan Agustus.
Penyidikan), Sinar Grafika,
Jakarta. Dayanto, 1997, Kamus Bahasa
Indonesia Lengkap, Apollo,
______________,2009, Proses Surabaya.
Penegakan Hukum Perkara
Pidana, Sinar Grafika, Jakarta. Sudarsono, 2007, Kamus Hukum (Edisi
Baru) , PT.Asdi Mahasatya,
Moerad, Pontang, 2005, Pembentukan Jakarta.
Hukum Melalui Putusan
Pengadilan Dalam Perkara
Pidana, Alumni, Bandung. C. Peraturan Perundang-Undangan

Rosita, Hari Sasangka dan Lily, 2003, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
Hukum Pembuktian Dalam Tentang Kitab Undang
Perkara Pidana, Mandar Undang Hukum Acara Pidana.
Maju, Bandung.
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004
Sidharta, Mochtar Kusumaatmadja dan Tentang Kekuasaan
B.Arief, 2000, Pengantar Ilmu Kehakiman.
Hukum: Suatu Pengenalan
Pertama Ruang Lingkup Undang-Undang Republik Indonesia
Berlakunya Ilmu Hukum I, Nomor 22 Tahun 2009
Alumni, Bandung. Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
Sumbuyak, Radisman, F.S., 1984,
Beberapa Pemikiran ke Arah Peraturan Jaksa Agung Nomor: Per
Pemantapan Penegak Hukum, 036/A/JA/09/2011 Tentang
Jakarta. Standar Operasional Prosedur
Penanganan Perkara Tindak
Sunggono, Bambang, 2011, Metodologi Pidana Umum.
Penelitian Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta. D. Website
http://infosos.wordpress.com/kelas
Soekanto, Soerjono, 1983, Faktor x/pengendalian-sosial, diakses
Faktor Yang Mempengaruhi tanggal 13 Oktober 2014.
Penegakan Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.

Wayulo, Bambang, 2002, Penelitian


13
_________________________________________________
JOM Fakultas Hukum Volume II Nomor 2 Oktober 2015

Potrebbero piacerti anche