Sei sulla pagina 1di 11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengolahan Data


Tabel 4.1 Pressure drop pada sistem perpipaan keseluruhan

Pressure Drop (kg/ms2)


Jenis Pipa Q = 18,31 Q = 19,12 Q = 20 Q = 23,62 Q = 24,45
L/menit L/menit L/menit L/menit L/menit
Pipa Induk
Orifice 136,76 107,46 195,38 146,54 175,84
Ventury 283,30 312,61 380,99 547,07 185,61
Pitot Static 146,53 420,07 341,91 439,61 302,84
Tee 244,22 244,22 869,44 390,76 263,77
Bond 90 195,38 634,99 293,07 615,45 380,99
Strainer Y 683,83 615,45 586,14 644,76 439,61
Total 1690,30 332,14 634,99 537,30 586,14
Pipa 1
Smooth Surface 1 m 410,30 332,14 634,99 537,30 586,14
Total 410,30 332,14 634,99 537,30 586,14
Pipa 2
Sudden Contraction 390,76 117,22 244,22 341,92 146,63
Smooth Surface 0,5 m 293,07 175,84 429,84 205,15 312,61
Smooth Surface 1 m 136,76 117,22 302,84 107,46 488,46
Sudden Enlargement 97,69 107,46 195,38 97,69 126,99
Total 918,30 517,76 1172,29 752,22 1074,60
Pipa 3
Smooth Surface 1 m 97,69 126,8 156,30 644,30 488,46
Total 97,69 126,8 156,30 644,30 488,46
Pipa 4
Rough Surface 1 m 537,30 420,07 586,14 566,61 253,99
Rough Surface 0,2 m 293,07 136,76 253,99 253,99 556,84
Ball Valve 117,22 97,69 322,38 97,69 507,99
Elbow 45 195,38 97,69 195,38 195,38 117,23
Strainer Y 214,92 146,53 263,76 195,38 185,61
Total 1357,90 898,75 1621,67 1309,05 1621,67

Pipa 5
9
Gate Valve 732,68 801,06 537,30 732,68 390,76
Globe Valve 293,07 390,76 488,45 263,77 273,53
Strainer 146,53 224,68 293,07 156,31 273,53
Elbow 90 146,53 400,53 253,99 136,76 214,92
Total 9759,33 9778,76 13285,97 12182,06 11117,2

Tabel 4.2 Friction loss pada sistem perpipaan keseluruhan


2 2
Friction Loss (m /s )
Jenis Pipa Q = 18,31 Q = 19,12 Q = 20 Q = 23,62 Q = 24,45
L/menit L/menit L/menit L/menit L/menit
Pipa Induk
Orifice 0,13 0,11 0,20 0,15 0,18
Ventury 0,28 0,31 0,38 0,55 0,19
Pitot Static 0,15 0,42 0.34 0,44 0,30
Tee 0,23 0,25 0,27 0,38 0,41
Bend 90 0,34 0,37 0,41 0,57 0,61
Strainer Y 0,18 0,20 0,22 0,30 0,32
Total 1,31 11,66 11,81 12,38 12,006
Pipa 1
Smooth Surface 1 m 11,8066 12,8473 14,0867 186,6515 189,4734
Total 11,8066 12,8473 14,0867 186,6515 189,4734
Pipa 2
Sudden Contraction 5,71 6,21 6,81 9,50 10,18
Smooth Surface 0,5 m 25,37 25,09 24,76 33,01 32,89
Smooth Surface 1 m 50,73 50,18 49,52 66,03 65,79
Sudden Enlargement 166,03 180,66 198,09 276,29 296,05
Total 247,83 262,15 279,18 384,80 404,91
Pipa 3
Smooth Surface 1 m 11,60 11,04 11,03 11,41 11,48
Total 11,60 11,04 11,03 11,41 11,48
Pipa 4
Rough Surface 1 m 0,96 1,04 1,03 1,41 1,48
Rough Surface 0,2 m 0,19 0,21 0,20 0,28 0,29
Ball Valve 50,39 54,83 60,11 83,85 89,85
Elbow 45 0,25 0,27 0,30 0,42 0,45
Strainer Y 0,58 0,63 0,69 0,96 1,02
Total 52,36 56,98 62,34 86,91 93,10
Pipa 5
Gate Valve 0,12 0,13 0,15 0,20 0,22
11

Globe Valve 0,58 0,63 0,69 0,96 1,03


Strainer 0,58 0,63 0,69 0,96 1,03
Elbow 90 0,54 0,59 0,64 0,90 0,96
Total 11,81 11,97 12,16 13,01 13,23

Tabel 4.3 Bilangan Reynolod pada sistem perpipaan keseluruhan.

Bilangan Reynold
No Jenis Pipa Q = 18,31 Q = 19,12 Q = 20 Q = 23,62 Q = 24,45
L/menit L/menit L/menit L/menit L/menit
1 Pipa Induk 19240,62 20070,77 21016,52 24820,51 25692,69
Perpipaan 1 115443,76 120424,6 126099,14 148923,0 154156,19
2
7 8
3 Perpipaan 2 57721,88 60212,33 63049,57 74461,54 77078,09
4 Perpipaan 3 25654,16 26761,03 28022,03 33094,01 34256,93
5 Perpipaan 4 25654,16 26761,03 28022,03 33094,01 34256,93

6 Perpipaan 5 25654,16 26761,03 28022,03 33094,01 34256,93

Tabel 4.4 Daya pompa pada sistem perpipaan keseluruhan

No Laju Alir (L/menit) Daya Pompa (J/s)


1 18,31 460,88
2 19,1 557,96
3 20 625,52
4 23,62 705,91
5 24,45 916,96

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini digunakan fluida incompressible yaitu air untuk
mempelajari tentang dinamika fluida pada sistem perpipaan. Fluida zat cair yang
mengalir melalui sebuah pipa dengan panjang tertentu menyebabkan terjadinya
kerugian energi berupa penurunan tekanan (pressure drop) disebabkan oleh mayor
losses akibat gesekan sepanjang dinding pipa akibat perubahan bentuk saluran
seperti belokan, katup maupun sambungan pipa dan juga tergantung besar
koefisien gesek pipa tersebut (Malau,2012). Ada 6 sistem perpipaan yang terbagi
menjadi satu perpipaan induk, perpipaan I, perpipaan II, perpipaan III, perpipaan
IV dan perpipaan V. Sistem perpipaan dilengkapi dengan instrumentasi seperti
measurement device (venture meter, orifice meter, dan pilot static), fitting (bend
90, elbow 90, strainer Y) dan valve (gate valve, globe valve dan ball valve).
Dari sistem perpipaan tersebut dilakukan pengamatan mengenai penurunan
tekanan, friction loss, bilangan reynold dan daya pompa dengan variasi debit
sebesar 18,31 (Q1); 19,12 (Q2); 20 (Q3); 23,62 (Q4) dan 24,45 L/menit (Q5).

4.2.1 Hubungan Debit Aliran Terhadap Pressure Drop

14000
12000
Pressure Drop m2/s2

10000
Pipa Induk
8000
Perpipaan I
6000 Perpipaan II
4000 Perpipaan III
2000 Perpipaan IV
0 Perpipaan V
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5
Laju Alir (L/menit)

Dalam praktikum ini, pressure drop dihitung dari perbedaan ketinggian


yang diukur menggunakan manometer. Manometer adalah suatu alat yang
berfungsi untuk mengukur perbedaan tekanan (McCabe, 1986). Hubungan debit
aliran terhadap pressure drop dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Hubungan debit aliran terhadap pressure drop.

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan grafik


mengalami penurunan.. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan mengalami
kebocoran sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori yang mana
13

semakin besar debit aliran maka pressure drop yang didapat juga semakin besar.
Dari grafik terlihat bahwa perpipaan V memiliki nilai pressure drop yang lebih
besar dibandingkan pipa lainnya. Aliran dalam pipa dipengaruhi atas kontur
permukaan penampang pipa akibat kekasaran permukaan dan penggunaan
komponen pipa. Pada pipa V terdiri dari globe valve, gate valve, strainer dan
elbow 90. Pressure drop yang terjadi paling besar adalah pada globe valve pada
sisi tengah katup mengakibatkan tekanan keluar. Hal ini terjadi karena perubahan
arah aliran yang mendadak dari diameter pipa sebelumnya (Sepfitrah dan Yose,
2013).

4.2.2 Hubungan Debit Aliran Terhadap Friction Loss

450
400
350
Friction Loss (m2/s2)

300
Pipa Induk
250
Perpipaan I
200
Perpipaan II
150
Perpipaan III
100
Perpipaan IV
50
Perpipaan V
0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5
Laju Alir (L/menit)

Pada praktikum ini, friction loss dihitung untuk mengetahui kehilangan


energi pada aliran fluida. Friction loss dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti densitas, viskositas, belokan pipa, pembesaran atau pengecilan pipa secara
tiba-tiba, permukaan dalam permukaan pipa kasar atau halus, diameter pipa dan
debit aliran (McCabe, 1986). Berikut ini hubungan laju alir terhadap friction loss.
Gambar 4.2 Hubungan debit aliran terhadap friction loss
Berdasarkan Gambar 4.2 dapat dilihat hubungan debit aliran terhadap friction
loss berbanding lurus. Semakin besar debit aliran suatu fluida maka friction loss
yang didapat juga semakin besar. Menurut (Pratikno, 2012), kenaikan debit alir
dapat menambah pengaruh nilai gesekan terhadap fluida dengan dinding bagian
dalam pipa, dengan kata lain debit alir berbanding lurus dengan friction loss yang
didapat. Pada gambar tersebut terlihat bahwa friction loss paling besar terdapat
pada perpipaan II yang terdiri dari smooth surface 0,5 m dan 1 m, sudden
contraction dan sudden enlargment. Pada sudden contraction dan sudden
enlargment terjadi pembesaran dan pengecilan pipa yang menyebabkan perubahan
aliran dalam pipa, sehingga friction loss yang didapat juga semakin besar, di
tambah dengan adanya smooth surface 0,5 m dan 1 m yang menyebabkan
besarnya terjadi gesekan di dalam pipa.

4.2.3 Hubungan Debit Aliran Terhadap Bilangan Reynold

400000
350000
300000
Bilangan Reynold

Perpipaan V
250000 Perpipaan
200000 IV
150000 Perpipaan
100000 III
Perpipaan II
50000
Perpipaan I
0 Pipa induk
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5
Laju Alir (L/menit)

Pada praktikum ini, bilangan Reynold digunakan untuk menentukan jenis


aliran fluida. Hubungan antara debit aliran terhadap bilangan Reynold dapat
dilihat pada Gambar 4.3 berikut .
Gambar 4.3 Hubungan debit aliran terhadap bilangan Reynold
15

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat hubungan antara debit aliran terhadap
bilangan Reynold berbanding lurus. Semakin besar debit aliran fluida maka
bilangan Reynold yang didapat juga semakin besar. Pada Gambar 4.3 perpipaan V
memiliki bilangan Reynold paling besar, seharusnya perpipaan I memiliki bilngan
Reynold yang lebih besar. Jenis aliran tergantung pada kecepatan aliran fluida
rata-rata, diameter pipa, viskositas dan densitas fluida (Sepfitrah dan Yose, 2013).
Pada perpipaan I nilai kecepatan aliran fluida sebesar 24,29 m/s (Lampiran A).
Hal ini terjadi yang menyebabkan perpipaan I memiliki bilangan Reynold yang
lebih besar. Ketidaksesuaian data dengan teori tersebut dikarenakan adanya
kesalahan praktikan pada saat melakukan praktikum.

4.2.4 Daya Pompa

400000
350000
300000
Daya Pompa (W)

250000
200000
150000
100000
50000
0
18.31 19.1 20 23.62 24.45
Laju Alir (L/menit)

Pada praktikum ini daya pompa dihitung untuk melihat kemampuan (daya)
suatu pompa untuk memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan system perpipaan. Usaha pompa diperoleh dari energi mekanik
actual (Ws) yang diberikan oleh pompa dan energi mekanik yang disuplai ke
dalam sistem (Wp), hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perbedaan
ketinggian, kecepatan aliran fluida, pressure drop dan friction loss. Hubungan
debit alian terhadap besarnya daya pompa dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut.
Gambar 4.4 Hubungan debit aliran terhadap daya pompa

Berdasarkan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa debit alir berbanding lurus
dengan daya pompa. Semakin besar debit alirannya maka daya pompa juga akan
semakin besar. Pada debit alir 18,31; 19,12; 20; 23,62 dan 24,45 L/menit
didapatkan daya pompa secara berturut-turut adalah 460,08; 557,96; 625,52;
705,91 dan 916,96 J/s. Menurut (Geankoplis, 2003), jika debit aliran fluida
semakin besar maka dibutuhkan daya pompa yang lebih besar untuk mendorong
fluida dalam suatu perpipaan. Unutk membuat fluida mengalir dari satu titik ke
titik lainnya dalam sebuah pipa maka diperlukan gaya penggerak. Biasanya energi
atau gaya penggerak disuplai oleh peralatan mekanik seperti pompa yang mana
akan meningkatkan energi mekanik fluida, energi ini digunakan untuk
meningkatkan kecepatan perpindahan fluida.
17

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa


kesimpulan sebagai berikut.
1. Debit aliran fluida berbanding lurus dengan pressure drop, dimana semakin
besar debit aliran maka nilai pressure drop semakin besar.
2. Debit aliran berbanding lurus dengan friction loss, dimana semakin besar debit
aliran fluida maka nilai friction loss semakin besar.
3. Debit aliran berbanding lurus dengan bilangan Reynold, dimana semakin besar
debit aliran maka bilangan Reynold akan semakin besar.
4. Debit aliran berbanding lurus dengan daya pompa, dimana semakin besar debit
aliran maka daya pompa yang dibutuhkan semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, C.J. 2003. Transport Process and Unit Operation. Prentice Hall,
New Jersey.
Hermawati, A. 2013. Optimasi Sistem Perawatan Pompa Sentrifugal di Unit
Utility PT ABC. Jurnal Ilmiah Solusi. Vol 1, No 1.
Kustanto, H dan Y Prihatin. 2013. Kajian Pengaruh Variasi Diameter Pipa Hisap
PVC pada Sistem Perpipaan Tunggal Pompa Sanyo. Jurnal Teknik ATW.
Vol 8.
Malau J. dan Stepu T. 2012. Analisa Pressure Drop Pda Sistem Perpipaan Fuel Oil
Boiler Pada PT PLN Pembakitan Sumatra Bagian Utara Siacang – Belawan
dengan Menggunakan Pipe Flow Expert. Jurnal E-Dinamis. Vol 3. No 3.
McCabe, W.L., J.C Smith and P Harriot. 1986. Unit Operation of Chemical
Engineering. McGraw-Hill Book Co. USA.
Nugroho, A. S. 2015. Perencanaan Instalasi Pemipaan dengan Menggunakan
Methode Pipe Flow Expert. Jurnal politeknosains. Vol 14, No 2.
Pratikno dan S Wahyudi. 2012. Penurunan Kerugian Head pada Belokan Pipa
dengan Peletakan Tube Bundle. Jurnal Teknik Mesin. Vol 12, No 1.
Salam, N. 2015. Pengaruh Potongan Pipa pada Pipa Miller 90°terhadap Kerugian
Head Aliran Fluida. Jurnal Energi dan Manufaktur. Vol 8, No 2.
Sepfitrah dan Yose, R. 2013. Analisa Pressure Drop pada Instalasi Pipa Alat Uji
Rugi Aliran Menggunakan CFD Fluent 6.0. Jurnal Teknik Sipil.
19

Potrebbero piacerti anche