Sei sulla pagina 1di 9

JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA

(INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL) Vol 3 No. 2 Desember 2018

HUBUNGAN LAMA MENDERITA DAN KOMPLIKASI DENGAN


ANSIETAS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

Febrina Angraini Simamora, Adi Antoni


Febrina.angraini@yahoo.com

ABSTRACT

Diabetes Mellitus control measures are needed, especially by making blood sugar levels as
close to normal as possible, is one of the best prevention efforts against the possibility of
developing complications in the long run. The duration of the patient has DM is also a thing
that is a strong factor associated with self-care behavior. Usually sufferers who have just been
diagnosed with diabetes will feel anxiety compared to patients who have long suffered from
diabetes. This study aims to identify the relationship between complications and length of
suffering with anxiety in patients with type 2 diabetes. The study design used is descriptive
correlation. There were 62 samples according to the criteria of the study sample. The sampling
technique used was purposive sampling. Data is collected by using a questionnaire. Data
analysis using Chi square test. The results showed there was no relationship between
complications and length of suffering with anxiety in patients with type 2 diabetes The clients
with Type 2 diabetes who are in good psychosocial condition would be able to perform self-
care-\activity so that they would be able to control the blood sugar. The Type 2 diabetes clients
were hoped to be able in adaptation with their diabetes, so they haven’t anxiety and
depression, and then they can do their self care activities and can control their blood sugar.

Keywords: Anxiety, DM complication, length of suffer

Abstrak
Tindakan pengendalian Diabetes Mellitus sangat diperlukan, khususnya dengan
mengusahakan tingkat gula darah sedekat mungkin dengan normal, merupakan salah satu
usaha pencegahan yang terbaik terhadap kemungkinan berkembangnya komplikasi dalam
jangka panjang. Lama penderita mengalami DM juga merupakan suatu hal yang merupakan
faktor kuat yang berhubungan dengan perilaku perawatan diri. Biasanya pnderita yang baru
saja terdiagnosis DM akan merasakan kecemasan dibandingkan dengan penderita yang sudah
lama menderita DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara
komplikasi dan lama menderita dengan ansietas pada penderita DM tipe 2. Desain penelitian
yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Terdapat 62 orang sampel sesuai dengan kriteria
sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji
Chi square. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan komplikasi dan lama
menderita dengan ansietas pada penderita DM tipe 2. Klien DM dengan kondisi psikososial
yang baik, akan mampu melakukan aktivitas perawatan diri yang baik sehingga mampu
mengontrol kadar gula darah. Klien DM tipe 2 diharapkan mampu beradaptasi dengan
diabetesnya sehingga tidak mengalami ansietas dan depresi sehingga mampu melakukan
perawatan diri yang baik dan kadar gula darah yang terkontrol.

Kata kunci : ansietas, komplikasi DM, lama menderita

67
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
(INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL) Vol 3 No. 2 Desember 2018

PENDAHULUAN Pengelolaan dan pengontrolan diabetes


Latar Belakang yang dilakukan dengan tidak tepat akan
Epidemiologi menunjukkan adanya mengakibatkan terjadinya komplikasi akut
kecenderungan peningkatan angka ataupun kronik. Pengontrolan diabetes
insidens dan prevalensi DM tipe II di sangat dipengaruhi oleh kemandirian
berbagai penjuru dunia. WHO pasien diabetes dalam melakukan
memprediksi adanya peningkatan jumlah perawatan diabetes yang benar (Soegondo,
penyandang diabetes yang cukup besar Soewono & Subekti, 2009).
untuk tahun-tahun mendatang. Jumlah Tindakan pengendalian Diabetes
kasus diabetes di dunia mengalami Mellitus sangat diperlukan, khususnya
peningkatan secara signifikan pada dengan mengusahakan tingkat gula darah
sepuluh tahun belakangan ini dan sedekat mungkin dengan normal,
merupakan penyebab kematian keenam di merupakan salah satu usaha pencegahan
seluruh dunia. Peningkatan jumlah kasus yang terbaik terhadap kemungkinan
diabetes tersebut akan berdampak terhadap berkembangnya komplikasi dalam jangka
menurunnya angka harapan hidup, panjang. Hiperglikemia kronik pada
meningkatnya angka kesakitan, dan diabetes berhubungan dengan kerusakan
menurunnya kualitas hidup (Nwankwo et jangka panjang, disfungsi atau kegagalan
al., 2010). beberapa organ tubuh terutama mata,
Data yang didapatkan dari ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh
International Diabetes Federation (IDF, darah. Hal ini akan berdampak terhadap
2013) menyatakan jumlah pasien diabetes kualitas hidup pasien diabetes (Sustrani &
diseluruh dunia hingga tahun 2013 Hadibroto, 2005).
mencapai 382 juta orang dan diprediksi Terdapat beberapa faktor yang
akan terus meningkat sebesar 55% hingga mempengaruhi perilaku perawatan diri
tahun 2035 diperkirakan jumlahnya diabetes diantaranya yaitu pengetahuan,
mencapai 592 juta orang. Secara stress, depresi, ansietas, kepercayaan
epidemiologis diabetes seringkali tidak terhadap program pengobatan diabetes,
terdeteksi dan mulai terjadinya diabetes dan dukungan sosial. Lama penderita
adalah tujuh tahun sebelum diagnosis mengalami DM juga merupakan suatu hal
ditegakkan. yang merupakan faktor kuat yang
Peningkatan jumlah penderita DM berhubungan dengan perilaku perawatan
di berbagai wilayah memiliki derajat yang diri. Biasanya pnderita yang baru saja
tidak sama, wilayah Pasifik Barat memiliki terdiagnosis DM akan merasakan
penderita DM yang lebih banyak kecemasan dibandingkan dengan penderita
dibandingkan dengan wilayah lainnya yang sudah lama menderita DM (Wilson,
yaitu berkisar 138 juta orang dan wilayah Ary, Biglan, Glasgow, Toobert, &
Afrika menempati posisi terkecil dengan Campbell, 1986).
jumlah penderita berkisar 19,8 juta orang. Pada penelitian Murdiningsih &
Untuk wilayah Asia Tenggara, ditemukan Ghofur (2013) ditemukan bahwa tingkat
72,1 juta penderita DM dan menempati kecemasan penderita DM tipe 2 berada
urutan kedua dari tujuh pembagian wilayah pada kategori tinggi yaitu sebesar 85,3%.
yang ada. Indonesia merupakan negara Penderita dengan komplikasi cenderung
yang menempati urutan ke tujuh dari merasakan kecemasan yang lebih
sepuluh negara dengan jumlah kasus dibandingkan dengan penderita tanpa
diabetes terbanyak pada usia 20 – 79 tahun komplikasi.
dan jumlah pasien mencapai 8,5 juta orang Data yang didapatkan tentang
(IDF, 2013). pasien diabetes di Rumah Sakit Umum
DM merupakan penyakit yang tidak Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota Medan
dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol menunjukkan bahwa penderita diabetes
dengan melakukan pengelolaan mellitus tipe 2 semakin meningkat
berdasarkan 4 pilar yaitu edukasi, jumlahnya. Berdasarkan data Rekam
manajemen diet, olahraga dan obat-obatan. Medik RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

68
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
(INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL) Vol 3 No. 2 Desember 2018

pada tahun 2016 dilaporkan terdapat Melayu 1 1,6


sebanyak ± 923 yang menjalani Tamil 2 3,2
pengobatan di instalasi rawat jalan. Dan Status menikah
pada tahun 2017 mengalami peningkatan Menikah 54 87,1
sebanyak ± 984 penderita. Kebanyakan Janda 7 11,3
Duda 1 1,6
klien DM yang datang untuk kontrol di
Pendidikan
poliklinik merasa cemas dengan SD 3 4,8
kesehatannya. Terdapat penderita yang SMP 4 6,5
baru terdiagnosis DM sampai dengan SMA 46 74,2
penderita yang sudah puluhan tahun hidup Pendidikan Tinggi 9 16,5
dengan DM. Pekerjaan
PNS/TNI/Polri 14 22,6
METODE PENELITIAN Petani 1 1,6
Metode penelitian yang digunakan Wiraswasta 37 59,7
adalah deskripsi korelasi dengan Pensiunan 4 6,5
pendekatan cross sectional. Populasi Lain-lain/tidak 6 9,7
bekerja
penelitian yaitu seluruh klien DM tipe 2
Status ekonomi
yang melakukan kunjungan ke poliklinik < UMR 19 30,6
endokrinologi Rumah Sakit Umum Daerah ≥ UMR 43 69,4
Dr. Pirngadi Kota Medan dengan rata-rata
kunjungan ±80 klien setiap harinya. Lama menderita DM
Sampel diperoleh sebanyak 62 orang 2-5 tahun
5 8,1
>5 tahun
dengan teknik purposive sampling. 57 91,9
Pengumpulan data dilakukan Komplikasi yang
dengan menggunakan kuesioner.Terdapat dialami
2 kuesioner dalam penelitian ini yaitu Mata kabur 6 9,7
kuesioner demografi untuk Tidak ada 56 90,3
komplikasi
mengidentifikasi karakteristik responden,
ansietas menggunakan kuesioner HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale. Analisis
data menggunakan analisis univariat dan Dari Tabel 1 diatas dijelaskan
analisis bivariat. Analisis bivariat bahwa mayoritas responden berumur 41-
dilakukan dengan uji Chi-square. 60 tahun dan rata-rata berusia 49,8 tahun
sebanyak 57 responden (91,9%), berjenis
HASIL PENELITIAN kelamin perempuan sebanyak 42
Karakteristik Responden responden (67,7%), memiliki suku batak
Distribusi responden berdasarkan sebanyak 47 responden (75,8%),
karakterikstik dijelaskan pada Tabel 1 responden yang menikah sebanyak 54
berikut ini : responden (87,1%), pendidikan terakhir
SMA sebanyak 46 responden (74,2%),
Tabel. 1 : Distribusi Frekuensi dan Persentasi pekerjaan wiraswasta sebanyak 37
Data Demografi Klien DM Tipe 2 di RSUD responden (59,7%), status ekonomi dengan
Pirngadi Kota Medan (n=62) pendapatan diatas UMR sebanyak 43
Karakteristik (n) (%) responden (69,4%), lama menderita DM
Umur selama > 5 tahun sebanyak 57 responden
20-40 tahun 5 8,1 (91,9%), dan yang tidak mengalami
41-60 tahun 57 91,9 komplikasi sebanyak 56 responden
Jenis kelamin (90,3%).
Laki-laki 20 32,3
perempuan 42 67,7
Suku
Ansietas, Depresi, Dukungan Sosial,
Batak 47 75,8
Jawa 10 16,1 Aktivitas Perawatan diri, dan Kontrol
Minang 2 3,2 Kadar Gula Darah

69
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
(INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL) Vol 3 No. 2 Desember 2018

Distribusi frekuensi ansietas, komplikasi, tidak terdapat hubungan antara


depresi, dukungan sosial, aktivitas komplikasi dengan ansietas dengan p =
perawatan diri dan kontrol kadar gula 0,477 (p > 0,05).
darah akan dijelaskan pada tabel 2 berikut
ini : PEMBAHASAN
Lama Menderita DM
Tabel. 2 : Distribusi Frekuensi dan Persentase Hasil penelitian menunjukkan
Ansietas klien DM tipe 2 di RSUD Dr. Pirngadi bahwa mayoritas klien DM tipe 2 yang
Kota Medan (n=62) melakukan kunjungan ke poliklinik
Variabel (n) (%) endokrinologi RSUD Dr. Pirngadi Kota
Ansietas Medan telah menderita DM selama lebih
Tidak ada ansietas 36 58,1
dari 5 tahun (91,9%). Namun terdapat
Ansietas ringan 12 19,4
Ansietas sedang 14 22,6 beberapa responden (8,1%) yang
menderita DM sekitar 2-5 tahun.
Tabel 2 diatas menunjukkan dari Hal yang sama ditemukan Ching-
62 orang responden, sebanyak 36 Ju et al (2010) yang menjelaskan bahwa
responden (58,1%) tidak mengalami rata-rata klien DM tipe 2 yang menjadi
ansietas, sebanyak 14 responden (22,6%) respondennya telah menderita DM selama
memiliki gejala ansietas sedang, dan 12,5 tahun. begitu juga dengan Gonzales et
sebanyak 12 responden (19,4%) memiliki al (2007) yang menjelaskan bahwa rata-
gejala ansietas ringan. rata lama menderita DM responden
penelitiannya adalah sekitar 9,5 tahun. Gao
Korelasi antara Ansietas, Depresi, dan et al (2013) menemukan hal yang sama,
Dukungan Sosial dengan Aktivitas yaitu sekitar 71,2% klien DM tipe 2 di
Perawatan Diri pusat perawatan diabetes di Cina telah
Korelasi antara ansietas, depresi, menderita DM selama lebih dari 5 tahun.
dan dukungan sosial dengan aktivitas Lama menderita DM kurang
perawatan diri akan dijelaskan pada tabel 3 menggambarkan keadaan penyakit yang
berikut ini : sesungguhnya karena biasanya klien baru
terdiagnosa setelah mengalami komplikasi
Tabel. 3 : Hasil Analisa Korelasi Ansietas, yang nyata, sementara proses penyakit
Depresi, dan Dukungan Sosial dengan tersebut sudah berlangsung lama sebelum
Aktivitas Perawatan Diri Klien DM tipe 2 klien terdiagnosa. Klien umunya
(n=62) menjelaskan lama menderita DM
berdasarkan waktu saat diagnosa
Variabel Ansietas ditegakkan, sehingga hal ini kurang
Tidak Ansietas OR menggambarkan tentang lamanya
p
ansietas (95% CI)
n % N % menderita DM (Simamora, 2015).
Lama menderita Lama menderita DM sering
2-5 tahun 2 40 3 60 1 0,654
dihubungkan dengan timbulnya
 5 tahun 24 42,1 33 57,9 1 komplikasi. Komplikasi biasanya mulai
timbul setelah klien menderita DM selama
Komplikasi lebih dari 10 tahun. Penelitian ini
Tidak ada 3 50 3 50 1 menunjukkan bahwa mayoritas lama
komplikasi 0,477 menderita klien adalah kurang dari 10
Mata kabur
22 40 33 60 1 tahun, hanya beberapa responden saja yang
berkisar 10-15 tahun, sehingga masih
belum didapatkan klien dengan komplikasi
Hasil penelitian menunjukkan yang kompleks (Simamora, 2015).
tidak terdapat hubungan antara lama
menderita dengan ansietas dengan p = Komplikasi yang Dialami
0,654 (p > 0,05). Begitu juga dengan Hasil penelitian menjelaskan
bahwa 88,7% klien dengan DM tipe 2 yang

70
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
(INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL) Vol 3 No. 2 Desember 2018

berkunjung ke poliklinik endokrinologi besar klien telah menderita DM selama >5


RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tidak tahun dan telah mendapatkan informasi
mengalami komplikasi yang rumit. Hal yang cukup tentang penyakitnya. Selain
tersebut terjadi karena sebelumnya telah itu, responden juga tidak merasa cemas
ditentukan kriteria yang akan dijadikan karena rentang kadar gula darahnya telah
sebagai responden penelitian, yaitu tidak terkontrol dan telah mampu menerima
menagalami komplikasi yang kompleks. kondisi kesehatannya.
Berbeda dengan Gao et al (2013) Terdapat sekitar 22,6% yang
yang menjelaskan bahwa sekitar 69,8% mengalami ansietas sedang, dan 19,4%
klien DM tipe 2 di pusat perawatan mengalami ansietas ringan. Dalam
diabetes di Cina mengalami komplikasi, penelitian ini, beberapa tanda dan gejala
dan 70,7% mengalami obesitas sentral. yang menunjukkan kecemasan pada klien
Komplikasi diabetes dapat terjadi dalam DM tipe 2 adalah adanya perasaan cemas
kategori komplikasi akut yang terjadi (khawatir), merasa tegang, sukar memulai
akibat perubahan yang relatif dari kadar tidur, sulit berkonsentrasi, otot terasa kaku,
glukosa plasma. Hal ini akan menimbulkan sering mengalami kedutan otot,
masalah kesehatan bagi klien DM. penglihatan kabur, denyut nadi cepat dan
Pada penelitian ini terdapat 9,7% berdebar-debar, berat badan turun,
responden yang mengalami komplikasi gangguan pencernaan, sering kencing,
berupa mata kabur. Komplikasi yang mulut kering, dan gelisah.
terjadi bukan merupakan komplikasi yang Terjadinya gejala kecemasan yang
kompleks, namun perlu dilakukan berhubungan dengan kondisi medis sering
perawatan untuk mencegah terjadinya ditemukan walaupun insidensi gangguan
komplikasi yang membahayakan klien DM bervariasi untuk masing-masing kondisi
tipe 2. medis, hal ini akan mempengaruhi tingkat
Kerusakan dinding pembuluh kecemasan klien. Sebaliknya pada pasien
darah kecil dapat menyebabkan retinopati. yang dengan diagnosa baik tidak terlalu
Retinopati disebabkan adanya mempengaruhi tingkat kecemasan
penumpukan sorbitol pada lensa mata yang (Sadock, 2007).
mengakibatkan penarikan cairan dan Berbeda dengan Murdiningsih &
perubahan kejernihan lensa mata (Price, & Ghofur (2013) yang menemukan bahwa
Wilson, 2006; Waspadi dalam Sudoyo, tingkat kecemasan penderita DM tipe 2
2009). yang melakukan kunjungan ke puskesmas
Hiperglikemia juga menyebabkan Banyuanyar berada pada kategori tinggi
kerusakan pada dinding pembuluh darah yaitu sebesar 85,3%. Begitu juga dengan
yang besar yang berhubungan dengan Carlos et al (2010) yang menjelaskan
terjadinya infark miokard, stroke dan bahwa penderita DM memiliki tingkat
penyakit pembuluh darah tepi. Komplikasi depresi dan ansietas yang sedang sampai
pada makrovaskuler, mikrovaskuler berat dan penyesuaian psikologis dalam
maupun neuropati yang sering terjadi tingkat sedang.
adalah komplikasi pada kaki atau kaki Diabetes merupakan penyakit
diabetik. Gangguan vaskuler perifer baik kronik yang dialami oleh klien sepanjang
akibat makrovaskular (aterosklerosis) dan kehidupannya. Gangguan fisik dapat
mikrovaskular menyebabkan iskemia kaki mengancam integritas seseorang baik
(Ignatavicius & Workman, 2012). berupa ancaman secara eksternal maupun
Ansietas internal. Pada klien dengan DM,
Hasil menunjukkan bahwa klien perubahan pada fungsi tubuh dan aktivitas
DM tipe 2 yang berkunjung ke poliklinik dalam melakukan perawatan dirinya
endokrinologi RSUD Dr. Pirngadi Kota seringkali menyebabkan adanya perasaan
Medan rata-rata tidak mengalami cemas akan kehidupannya sekarang dan
kecemasan. Sebagian besar responden masa depan. Tingkat penyesuaian
pada penelitian ini tidak merasakan emosional yang sangat tinggi sangat
kecemasan disebabkan karena sebagian diperlukan klien agar dapat beradaptasi

71
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
(INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL) Vol 3 No. 2 Desember 2018

dengan kondisi dan melakukan perawatan ditegakkan, sehingga hal ini kurang
yang benar terhadap penyakitnya. menggambarkan tentang lamanya
Potter & Perry (2013) mengatakan menderita DM.
bahwa tingkat adaptasi manusia Lama menderita DM sering
dipengaruhi oleh stimulus internal dan dihubungkan dengan timbulnya
eksternal yang dihadapi individu dan komplikasi. Komplikasi biasanya mulai
membutuhkan respon perilaku yang terus timbul setelah klien menderita DM selama
menerus. Proses adaptasi sering lebih dari 10 tahun. Penelitian ini
menstimulasi individu untuk mendapatkan menunjukkan bahwa mayoritas lama
bantuan dari sumber-sumber di lingkungan menderita klien adalah kurang dari 10
dimana dia berada. Perawat merupakan tahun, hanya beberapa responden saja yang
sumber daya yang tersedia di lingkungan berkisar 10-15 tahun, sehingga masih
rumah sakit yang mempunyai pengetahuan belum didapatkan klien dengan komplikasi
dan keterampilan untuk membantu pasien yang kompleks.
mengembalikan atau mencapai Hanya sekitar 7,7% klien yang
keseimbangan diri dalam menghadapi mengalami ansietas yang melakukan
lingkungan yang baru. aktivitas perawatan diri yang baik. Dalam
penelitian ini sebagian klien tidak
Hubungan Lama Menderita dengan mengalami ansietas karena telah
Ansietas mengalami diabetes selama lebih dari 5
Tidak terdapat hubungan antara tahun sehingga klien sudah dapat
lama menderita dengan ansietas. Pada beradaptasi dengan kondisi tubuhnya dan
klien dengan DM, perubahan pada fungsi mampu melakukan aktivitas perawatan
tubuh dan aktivitas dalam melakukan diabetes yang disarankan petugas
perawatan dirinya seringkali menyebabkan kesehatan.
adanya perasaan cemas akan Hal ini menunjukkan bahwa
kehidupannya sekarang dan masa depan. aktivitas perawatan diri diabetes tidak
Tingkat penyesuaian emosional yang hanya dipengaruhi oleh ansietas, namun
sangat tinggi sangat diperlukan klien agar dipengaruhi faktor lain seperti usia, jenis
dapat beradaptasi dengan kondisi dan kelamin, sosial ekonomi, lama menderita
melakukan perawatan yang benar terhadap DM, aspek psikososial, motivasi,
penyakitnya. keyakinan terhadap efektivitas
Klien yang baru terdiagnosa DM penatalaksanaan diabetes, dan komunikasi
cenderung akan melakukan aktivitas petugas kesehatan (Kusniawati, 2011).
perawatan diri yang buruk. Seseorang Klien DM mempunyai perbedaan
dengan perasaan cemas yang terus sikap terhadap dirinya dan kehidupannya
menerus dapat menyebabkannya hanya termasuk dalam pola makan karena adanya
fokus terhadap kecemasannya dan perubahan fungsi dan struktur tubuh,
mengurangi perhatiannya terhadap seperti sering kencing, perubahan pola
penyakit yang diderita. Gejala cemas tidur, dan stress. Oleh karena itu kualitas
seperti gelisah, kurang nafsu makan, dan hidup penting bagi penderita DM karena
lain sebagainya dapat menyebabkan menggambarkan kekuatan penderita dalam
perilaku perawatan diri diabetes yang mengelola penyakit serta memelihara
buruk. kesehatannya dalam jangka waktu lama
Lama menderita DM kurang yang tentunya akan mempengaruhi tingkat
menggambarkan keadaan penyakit yang ansietas penderita.
sesungguhnya karena biasanya klien baru Klien yang mengalami ansietas
terdiagnosa setelah mengalami komplikasi akan lebih kecil 0,77 kali kemungkinannya
yang nyata, sementara proses penyakit dalam melakukan aktivitas perawatan diri
tersebut sudah berlangsung lama sebelum yang baik. Dapat disimpulkan bahwa
klien terdiagnosa. Klien umunya semakin positif sikap penderita dalam
menjelaskan lama menderita DM menghadapi pengelolaan DM, maka
berdasarkan waktu saat diagnosa semakin baik praktik penderita DM dalam

72
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
(INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL) Vol 3 No. 2 Desember 2018

mengikuti pengelolaan DM sehingga gula selalu dikontrol agar tidak terjadi kenaikan
darahnya semakin terkontrol. Hal ini glukosa darah.
membuat tingkat kecemasan penderita DM Keharusan pasien DM melakukan
berkurang (Jazilah, 2008). perawatan diri berhubungan dengan proses
dan kondisi perkembangan yang terjadi
Hubungan Komplikasi dengan Ansietas selama siklus hidup. Dua kategori dari
Tidak Terdapat hubungan antara perawatan diri terkait perkembangan
komplikasi dengan ansietas. Sebagian adalah mempertahankan kondisi yang
besar klien yang memiliki komplikasi mendukung proses hidup dan
merupakan klien yang tidak mengalami meningkatkan perkembangan, dan
ansietas. Ansietas yang dirasakan klien mencegah efek yang membahayakan
dengan diabetes akan mempengaruhi klien terhadap perkembangan manusia dan
dalam melakukan perawatan diri diabetes. memberikan perawatan untuk mengatasi
Sebagian klien menyatakan bahwa jika efek tersebut (Christensen & Kenney,
sedang merasa cemas dan gelisah, 2009).
perawatan diri pun tidak bisa dipenuhi dan
gula darah akan naik. SIMPULAN DAN SARAN
Pada penelitian ini terdapat 9,7% Simpulan
responden yang mengalami komplikasi Berdasarkan hasil penelitian maka
berupa mata kabur. Komplikasi yang dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
terjadi bukan merupakan komplikasi yang hubungan antara komplikasi dan lama
kompleks, namun perlu dilakukan menderita dengan ansietas pada penderita
perawatan untuk mencegah terjadinya DM tipe 2.
komplikasi yang membahayakan klien DM
tipe 2. Saran
Kerusakan dinding pembuluh Hasil penelitian ini diharapkan
darah kecil dapat menyebabkan retinopati. mampu memberikan penjelasan kepada
Retinopati disebabkan adanya klien DM tipe 2 bahwa faktor psikososial
penumpukan sorbitol pada lensa mata yang seperti ansietas, depresi dan dukungan
mengakibatkan penarikan cairan dan sosial memiliki hubungan yang kuat
perubahan kejernihan lensa mata (Price, & dengan aktivitas perawatan diri dan kontrol
Wilson, 2006; Waspadi dalam Sudoyo, kadar gula darah. Klien DM tipe 2 harus
2009). mampu beradaptasi dengan diabetes yang
Hiperglikemia juga menyebabkan dideritanya sehingga tidak memiliki
kerusakan pada dinding pembuluh darah gangguan secara psikososial sehingga
yang besar yang berhubungan dengan akan mampu melakukan aktivitas
terjadinya infark miokard, stroke dan perawatan diri yang baik yang akan dapat
penyakit pembuluh darah tepi. Komplikasi mencapai kadar gula darah yang
pada makrovaskuler, mikrovaskuler terkontrol.
maupun neuropati yang sering terjadi Perlu juga dibentuk grup
adalah komplikasi pada kaki atau kaki sosial/komunitas penderita DM yang dapat
diabetik. Gangguan vaskuler perifer baik dijadikan sebagai tempat untuk berbagi
akibat makrovaskular (aterosklerosis) dan informasi dan mencari solusi terbaik dalam
mikrovaskular menyebabkan iskemia kaki pengelolaan DM. Dengan adanya grup
(Ignatavicius & Workman, 2012). sosial, diharapkan dapat meningkatkan
Hasil ini sejalan dengan perawatan diri klien DM.
pernyataan Hawari (2002) dalam Suliswati Melakukan asuhan keperawatan secara
(2005) yaitu pada penderita diabetes holistik dan bukan hanya mengkaji gejala
mellitus umumnya mengalami rasa cemas fisik yang muncul. Melakukan intervensi
terhadap segala hal yang berhubungan keperawatan berupa pendidikan kesehatan
dengan diabetesnya. Perasaan cemas tentang perawatan diri diabetes menjadi
terhadap kadar gula darah yang harus prioritas dalam mengelola klien DM tipe 2

73
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
(INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL) Vol 3 No. 2 Desember 2018

Dapat dijadikan sebagai referensi Mengenai Pengelolaan Diabetes


sehingga perlu dikembangkan penelitian Mellitus Dengan Kendali Kadar
lanjutan dengan desain dan metologi yang Gula Darah. Artikel ilmiah SAINS
berbeda. Penelitiannya selanjutnya KESEHATAN, 16(3) : 21-27.
diharapkan sampai ke analisis multivariat.
Perlu dilakukan penelitian yang Kusniawati. (2011). Analisis faktor yang
menunjukkan tindakan apa saja yang dapat berkontribusi terhadap self care
meningkatkan perawatan diri diabetes dan diabetes pada klien diabetes mellitus
mengontrol kadar gula pada klien DM tipe tipe 2 di rumah sakit umum
2. Tangerang. Tesis : FIK UI

DAFTAR RUJUKAN Murdiningsih, D. S., & Ghofur, G. G. A.


(2013). Pengaruh Kecemasan
Carlos, J. G., Ana, C. F., Ana, L. S., terhadap kadar glukosa darah pada
Filomena, P. S., Silvia, R. O., Isabel, penderita diabetes mellitus di
D. C., et al., (2010). Psychological wilayah puskesmas banyuanyar
adjustment to diabetes mellitus : Surakarta. Talenta psikologi. 2(2),
highlighting self – integration and 18-19.
self regulation. Acta Diabetasol, 49,
S33-S40. DOI : 10.1007/s00592- Nwankwo, et al., (2010). Factors
010-0191-7 influencing diabetes management
outcome among patients attending
Christensen, P.J., & Kenney, J.W. (2009), goverment health facilities in South
Proses keperawatan : Aplikasi model East, Nigeria. International Journal
konseptual, (4th ed), Jakarta : EGC Of Tropical Medicine, 5 (2), 28-36.

Gao, J., Wang, J. Zheng, P., Haardorfer, R., Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A.,
Kegler, M. C., Zhu, Y., & Hua Fu. & Hall, A. M. (2013). Fundamental
(2013). Effects of self care, self of nursing. (8th ed). St Louis,
efficacy, social support on glycemic Missouri : Mosby Elsevier.
control in adult with type 2 diabetes.
BMC Family Practice,14 (66), 1-6. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006).
doi:10.1186/1471-2296-14-66 Patofisiologi konsep klinik proses-
proses penyakit (cetakan kedua).
Ignatavicius, Workman. (2012). Medical Jakarta : EGC.
surgical nursing : Patient centered
collaborative care. USA : Elsevier Saddock, B. J., & Saddock, V. A. (2007).
Saunders Kaplan and saddock’s synopsis of
psychiatry : Behavioral
International Diabetes Federation (2013). science/clinical psychiatry. 10th
International diabetes federation edition. Philadelphia : Lippincott
managing older people with type 2 William & Wilkins.
diabetes global guideline. 6th
edition. Diakses dari Simamora, FA, Dharmajaya, Ridha, and
http://www.idf.org/diabetes- Yesi Ariani. (2015). Korelasi antara
evidence-demands-real-action-un- Ansietas, Depresi, dan Dukungan
summit-non-communicable- Sosial dengan Aktivitas Perawatan
diseases. Diri dan Kontrol Kadar Gula Darah
Klien Diabetes Mellitus Tipe 2.
Jazilah, Wijono, Paulus., dan Toto Indonesian Nursing Research
Sudargo. 2008. Hubungan Tingkat Journal, vol : 3(2). ISSN
Pengetahuan Sikap Dan Praktik 9772338 741009
(Psp) Penderita Diabetes Mellitus

74
JURNAL KESEHATAN ILMIAH INDONESIA
(INDONESIAN HEALTH SCIENTIFIC JOURNAL) Vol 3 No. 2 Desember 2018

Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I.


(2009). Penatalaksanaan diabetes
mellitus terpadu. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Suliswati. 2005. Konsep Dasar


Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: EGC.

Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,


Simadibrata, M., & Setiati, S.
(2009). Buku ajar ilmu penyakit
dalam. (cetakan keempat). Jakarta :
pusat penerbit Departemen Penyakit
Dalam FKUI.

Sustrani Alam & Hadibroto. (2005).


Diabetes. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.

Wilson, W., Ary, D. V., Biglan, A.,


Glasgow, R. E., Toobert, D. J., &
Campbell, D. R. (1986).
Psychosocial predictors of self-care
behaviours (compliance) and
glycemic control in non insulin
dependent diabetes mellitus.
Diabetes Care, 9 (6), 614-622.

75

Potrebbero piacerti anche