Sei sulla pagina 1di 9

e-J.

Agrotekbis 5 (3) : 315 - 323, Juni 2017 ISSN : 2338-3011

MODEL INFILTRASI PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN


DI DESA TULO KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

Infiltration Model in Different Land


use in Desa Tulo Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi

Cindy Yunagardasari1), Abdul Kadir Paloloang2), Anthon Monde2)

1)
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu.
2).
Staf Dosen Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu.
E-mail: cindy.yunagardasari@yahoo.co.id, E-mail: ak_paloloang@yahoo.co.id, E-mail: anthonmonde@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to determine the model of infiltration at a variety of land uses (land palm
plantations, cocoa plantation land, wetland and shrub land) in the village of Tulo, District Dolo,
Sigi. Data analysis infiltration rate equation model Horton. Infiltration rate measurements in
the field using a double ring infiltrometer are embedded into the ground and then ring in
the contents above water until the boundary line. Observation of decreased water level in measuring
each interval of 10, 20,30,40,50,60 minutes. Measurement of infiltration repeated three times
for each land use. The results showed that the model of infiltration in oil plantation area that
is f = 8,2 + (10 – 8,2) e-2,64t, on a cocoa plantation land is f = 8 + (10 - 8) e-2,68t, in paddy fields,
namely f = 9,23 + (10 – 9,23) e-5,20t and the shrub land is f = 4 + (10 - 4) e-2,96t. Infiltration in the
shrub land quite a bit faster in the amount of 6,56 cm/hour, on a cocoa plantation land classified as
being in the amount of 2,06 cm/hour, on a coconut plantation land and wetland quite a bit slower
with the infiltration rate of the soil palm plantations amounted to 1,87 cm/hour and a wetland of
0,87 cm/hour.

Key Words : Cocoa plantation land, Desa Tulo, infiltration rate, land coconut plantation, shrub
land, wetland.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan model laju infiltrasi pada berbagai penggunaan
lahan (lahan kebun kelapa, lahan kebun kakao, lahan sawah dan lahan semak belukar) di Desa Tulo,
Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi. Analisis data laju infiltrasi menggunakan model persamaan
Horton. Pengukuran laju infiltrasi dilapangan menggunakan ring infiltrometer ganda yang
dibenamkan kedalam tanah kemudian ring di isi air sampai batas garis atas. Pengamatan penurunan
muka air diukur tiap selang waktu 10, 20, 30, 40, 50, 60 menit. Pengukuran laju infiltrasi diulang
sebanyak tiga kali pada masing-masing penggunaan lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
model laju infiltrasi pada lahan kebun kelapa yaitu f = 8,2 + (10 – 8,2) e-2,64t, pada lahan kebun
kakao yaitu f = 8 + (10 – 8) e-2,68t, pada lahan sawah yaitu f = 9,23 + (10 – 9,23) e-5,20t dan pada
lahan semak belukar yaitu f = 4 + (10 – 4) e-2,96t. Laju infiltrasi pada lahan semak belukar tergolong
agak cepat yaitu sebesar 6,56 cm/jam, pada lahan kebun kakao tergolong sedang yaitu sebesar
2,06 cm/jam, pada lahan kebun kelapa dan lahan sawah tergolong agak lambat dengan laju infiltrasi
pada lahan kebun kelapa sebesar 1,87 cm/jam dan lahan sawah sebesar 0,87 cm/jam.

Kata Kunci : Desa Tulo, laju infiltrasi, lahan kebun kelapa, lahan kebun kakao, lahan sawah, lahan
semak belukar.

315
PENDAHULUAN kemantapan/stabilitas agregat dan kadar
air. Namun demikian, untuk memastikan
Secara sederhana, infiltrasi laju infiltrasi diperlukan penelitian pada
dipahami sebagai proses masuk atau berbagai penggunaan lahan tersebut.
meresapnya air kedalam tanah baik secara Menurut Agustina, dkk (2012) penggunaan
vertikal maupun horizontal melalui lahan yang berbeda dapat menyebabkan laju
permukaan tanah atau rekahan-rekahan infiltrasi yang berbeda pula. Penggunaan
pada tanah yang tentunya juga dipengaruhi lahan untuk sawah, laju infiltrasinya
oleh beberapa faktor sifat fisik tanah terbilang lambat. Hal ini dapat disebabkan
yang secara langsung ikut berperan dalam karena memiliki kondisi tanah yang jenuh
menentukan tinggi rendahnya laju infiltrasi. atau mempunyai lapisan kedap air dan
Infiltrasi erat kaitannya dengan intensitas tanaman padi yang memiliki perakaran
hujan, kapasitas infiltrasi, serta aliran pendek sehingga infiltrasi yang dimiliki
permukaan (run off) dan erosi. Jika juga kecil. Kemudian, penggunaan lahan
intensitas hujan lebih besar dibandingkan untuk semak belukar, infiltrasinya terbilang
kapasitas infiltrasi, maka akan terjadi tinggi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
aliran permukaan. Aliran permukaan yang
beragam vegetasi yang tumbuh dipermukaan
berlebih akan menimbulkan erosi.
tanah dan mempunyai akar serabut sehingga
Dalam bidang konservasi tanah,
membantu proses meresapnya air.
infiltrasi merupakan komponen yang sangat
Laju infiltrasi dapat diukur di
penting karena masalah konservasi tanah
lapangan dengan mengukur curah hujan,
pada azasnya adalah pengaturan hubungan
aliran permukaan dan menduga faktor-
antara intensitas hujan dan kapasitas
infiltrasi, serta pengaturan aliran permukaan. faktor lain dari siklus air, atau menghitung
Aliran permukaan hanya dapat diatur laju infiltrasi dengan analisis hidrograf.
dengan memperbesar kemampuan tanah Mengingat cara tersebut memerlukan
menyimpan air, utamanya dapat ditempuh biaya yang relatif mahal, maka penetapan
melalui perbaikan atau peningkatan infiltrasi sering dilakukan pada luasan yang
kapasitas infiltrasi (Kurnia dkk, 2006). sangat kecil dengan menggunakan suatu
Laju infiltrasi ditentukan oleh alat yang dinamai infiltrometer. Ada dua
besarnya kapasitas infiltrasi dan laju bentuk ring infiltrometer, yaitu single ring
penyediaan air (Intensitas hujan). Selama infiltrometer dan double atau concentric-
intensitas hujan lebih kecil dari kapasitas ring infiltrometer. Penggunaan double-ring
infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan infiltrometer ditujukan untuk mengurangi
intensitas hujan. Jika intensitas hujan pengaruh rembesan lateral (Kurnia dkk, 2006).
melampaui kapasitas infiltrasi, maka Besarnya laju suatu infiltrasi dapat
terjadilah genangan di atas permukaan atau ditentukan dengan beberapa macam model
aliran permukaan. Dengan demikian laju persamaan yang telah dikembangkan oleh
infiltrasi berubah-ubah sesuai dengan para peneliti, salah satunya adalah model
variasi intensitas curah hujan. Infiltrasi yang persamaan Horton yang merupakan model
terjadi pada suatu tempat berbeda-beda persamaan empiris yang bergantung pada
dengan tempat yang lain dan waktu yang waktu. Horton mengemukakan bahwa laju
lain, salah satunya ditentukan oleh tipe infiltrasi akan berkurang seiring bertambahnya
penggunaan lahan (Sudarman, 2007). waktu hingga laju infiltrasi mendekati konstan.
Laju infiltrasi pada berbagai Tujuan penelitian adalah untuk
penggunaan lahan berbeda-beda tergantung menentukan model laju infiltrasi pada
dari tipe penggunaan lahan serta beberapa berbagai penggunaan lahan yaitu pada lahan
faktor sifat fisik tanah yang mempengaruhinya kebun kelapa, lahan kebun kakao, lahan
antara lain tekstur tanah, bahan organik, sawah dan lahan semak belukar) di Desa
kerapatan massa (bulk density), porositas, Tulo, Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi.

316
METODE PENELITIAN tanah. Apabila tanahnya merupakan tanah
keras, maka memerlukan pemukulan
Penelitian ini dilaksanakan di dengan benda lain seperti halnya besi.
Desa Tulo, Kecamatan Dolo, Kabupaten Dalam pemukulan tersebut hendaknya
Sigi, pada lahan kebun kelapa, lahan bagian atas pipa dilindungi terlebih
kebun kakao, lahan sawah dan lahan dahulu dengan balok kayu yang cukup
semak belukar. Analisis sifat fisik tanah tebal. Pemukulan harus dilakukan
dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah, sedemikian rupa sehingga ring dapat
Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako. masuk kedalam tanah dengan tegak
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan lurus. Pemukulan sebaiknya tidak
November 2014 sampai Mei 2015. dilakukan pada satu sisi karena silinder
Alat yang digunakan yaitu ring akan miring.
infiltrometer ganda, palu/martil, balok kayu, c. Setelah itu, ruang antara ring dalam
stopwatch, ember, gayung, mistar/penggaris, dan ring luar diisi air dan dibiarkan
pisau/cutter, linggis, parang, karet gelang, beberapa lama sampai habis (seluruhnya
plastik transparan, kertas label, ring sampel, terinfiltrasi). Hal ini perlu dilakukan
GPS (Global Positioning System), kamera untuk menghilangkan retak-retak tanah
digital dan alat tulis menulis. Bahan yang yang merugikan pengukuran.
digunakan yaitu air, contoh tanah utuh dan d. Kemudian ruang pada ring luar diisi
tanah tidak utuh serta beberapa jenis bahan kembali dan diikuti dengan pengisian
kimia lainnya yang digunakan untuk ring dalam sampai mencapai batas garis
keperluan analisis dilaboratorium. Metode atas.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah e. Mengukur dan mencatat penurunan
penelitian lapangan yang menggunakan muka air tiap selang waktu 10 menit, 20
ring infiltrometer ganda dengan ukuran ring menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit dan
bagian dalam berdiameter 10 cm, ring 60 menit.
bagian luar berdiameter 20 cm dan masing- f. Selanjutnya, air dituangkan kembali
masing ring memiliki tinggi 30 cm. secepatnya ke dalam ring sampai garis
Penelitian dimulai dengan batas atas.
melakukan survei pendahuluan di lapangan g. Hal tersebut dilakukan sebanyak tiga
yaitu meninjau dan menentukan lokasi. ulangan, sehingga diperoleh penurunan
Pengukuran laju infiltrasi dilakukan pada tinggi muka air selalu tetap. Dalam hal
lahan kebun kelapa, lahan kebun kakao, ini berarti laju infiltrasi telah tetap atau
lahan semak belukar dan lahan sawah. nilai konstan telah tercapai.
Untuk memperoleh hasil pengukuran yang
Data hasil pengukuran laju infiltrasi
mewakili, pengukuran di lakukan sebanyak
dilapangan kemudian dihitung menggunakan
tiga ulangan di tiga titik yang berbeda pada
persamaan yang dikemukakan oleh Januardin
masing-masing penggunaan lahan dan
(2008) sebagai berikut :
dilanjutkan dengan pengambilan sampel
tanah yang dilakukan pada masing-masing 𝚫𝒉𝒄
f= 𝚫𝒕
× 60
titik pengukuran laju infiltrasi pada
berbagai penggunaan lahan yang telah Dimana :
ditentukan. f = Laju infiltrasi (cm/jam)
Adapun prosedur pengukuran ∆hc = Perubahan tinggi muka air tiap
infiltrasi di lapangan adalah sebagai berikut: selang waktu (cm)
a. Terlebih dahulu lokasi yang akan diukur ∆t = Perubahan selang waktu pengukuran
dibersihkan. (menit).
b. Membenamkan kedua ring kedalam Selanjutnya, model infiltrasi yang
tanah sedalam ± 10 cm, sehingga tersisa digunakan adalah model Horton, dengan
kurang lebih 20 cm di atas permukaan persamaan sebagai berikut :

317
f = fc + (f0 - fc) e-kt dan Log (f – fc) pada program aplikasi MS.
Keterangan : Excel maka akan diperoleh nilai k = 2,64.
f = Kapasitas infiltrasi pada saat t (cm/jam) Sehingga model persamaan Horton pada
fc = Besarnya infiltrasi saat konstan (cm/jam) lahan kebun kelapa yaitu:
f0 = Besarnya infiltrasi saat awal (cm/jam) 𝒇 = 𝟖, 𝟐 + 𝟏𝟎 − 𝟖, 𝟐 𝒆−𝟐,𝟔𝟒𝒕
k = Konstanta
Pada lahan kebun kelapa kerapatan
e = 2,718.
massanya cukup tinggi akibatnya tanah
Analisis sifat fisik tanah menggunakan menjadi lambat meloloskan air. Meskipun
metode penentuan sebagai berikut : bahan organik yang terdapat pada lahan
a. Bahan organik tanah diukur menggunakan kebun kelapa lebih tinggi dibandingkan
metode Walkey & Black. dengan bahan organik yang terdapat
b. Bulk density ditentukan berdasarkan pada lahan semak belukar, tetapi yang
persamaan : membedakan antara kedua lahan ini adalah
𝐠 nilai kerapatan massa yang terdapat pada
𝐁𝐭𝐤𝐨 + 𝐁𝐫𝐠 − 𝐁𝐫𝐠
𝑩𝑫 = 𝐜𝐦𝟑 lahan semak belukar lebih rendah jika
𝐕𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 dibandingkan dengan lahan kebun kelapa
Dimana : serta nilai porositas pada lahan semak
BD = Bulk density belukar lebih tinggi diantara penggunaan
Btko = Berat tanah kering oven (g/cm3) lahan lainnya. Hal tersebut dapat menjadi
Brg = Berat ring (g/cm3) faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi
Vtotal = Volume total. yang tinggi pada lahan semak belukar
c. Tekstur tanah diukur menggunakan dibandingkan dengan penggunaan lahan
metode pipet. kebun kelapa, lahan kebun kakao dan lahan
d. Kemantapan agregat tanah ditentukan sawah.
menggunakan metode/cara pengayakan
kering dan basah. Tabel 1. Klasifikasi Laju Infiltrasi (Uhland and
O’Neal, 1951 dalam Januardin, 2008)
e. Porositas ditentukan berdasarkan persamaan :
𝑩𝑫 𝒈/𝒄𝒎𝟑 Kriteria Laju Infiltrasi (cm/jam)
Po = 𝟏, 𝟎 − × 𝟏𝟎𝟎 %
𝑷𝒂𝒓𝒕𝒊𝒌𝒆𝒍 𝒅𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒚 (𝒈/𝒄𝒎𝟑
Sangat Cepat > 25,4
Dimana :
Cepat 12,7 - 25,4
BD = Bulk density/kerapatan massa
(g/cm3) Agak Cepat 6,3 - 12,7
Partikel Density = Kerapatan partikel Sedang 2 - 6,3
(g/cm3) Agak Lambat 0,5 – 2
f. Kadar air tanah diukur menggunakan Lambat 0,1 - 0,5
metode Gravimetric water content. Sangat Lambat < 0,1

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 2. Laju Infiltrasi pada Lahan Kebun Kelapa
Analisis Infiltrasi pada Lahan Kebun Waktu (t) Laju Infiltrasi (f)
Kelapa. Hasil pengukuran laju infiltrasi (jam) (cm/jam)
pada lahan kebun kelapa, disajikan pada 0.00 10
Tabel 2. 0.16 9.83
Dari hasil pengukuran laju infiltrasi, 0.33 9.7
diperoleh nilai fo = 10 cm/jam dan fc = 0.50 9.43
8,2 cm/jam. Setelah itu, nilai f dikurangi 0.66 8.73
dengan nilai fc maka diperoleh nilai f – fc. 0.83 8.26
Kemudian, Log (f – fc) lalu plot hubungan t 1.00 8.2

318
Tabel 3. Laju Infiltrasi pada Lahan kebun Kakao Tabel 5. Laju Infiltrasi pada Lahan Semak
Belukar
Waktu (t) Laju Infiltrasi (f)
(jam) (cm/jam) Waktu (t) Laju Infiltrasi (f)
0.00 10 (jam) (cm/jam)
0.16 9.7 0.00 10
0.33 9.5 0.16 6.83
0.50 9.36 0.33 6.53
0.66 8.33 0.50 5.56
0.83 8.1 0.66 4
1.00 8 0.83 4
1.00 4
Analisis Infiltrasi pada Lahan Kebun
Kakao. Hasil pengukuran laju infiltrasi Analisis Infiltrasi pada lahan sawah.
pada lahan kebun kakao, disajikan pada Hasil pengukuran laju infiltrasi pada lahan
Tabel 3. sawah, disajikan pada Tabel 4.
Dari hasil pengukuran laju Dari hasil pengukuran laju infiltrasi,
infiltrasi, diperoleh nilai fo = 10 cm/jam dan diperoleh nilai fo = 10 cm/jam dan fc = 9,23
fc = 8 cm/jam. Setelah itu, nilai f dikurangi cm/jam. Setelah itu, nilai f dikurangi
dengan nilai fc maka diperoleh nilai f – fc. dengan nilai fc maka diperoleh nilai f – fc.
Kemudian, Log (f – fc) lalu plot hubungan t Kemudian, Log (f – fc) lalu plot hubungan t
dan Log (f – fc) pada program aplikasi MS. dan Log (f – fc) pada program aplikasi MS.
Excel maka akan diperoleh nilai k = 2,68. Excel maka akan diperoleh nilai k = 5,20.
Sehingga model persamaan Horton pada Sehingga model persamaan Horton pada
lahan kebun kakao yaitu: lahan sawah yaitu:
𝐟 = 𝟖 + 𝟏𝟎 − 𝟖 𝐞−𝟐,𝟔𝟖𝐭 𝒇 = 𝟗, 𝟐𝟑 + 𝟏𝟎 − 𝟗, 𝟐𝟑 𝒆−𝟓,𝟐𝟎𝒕
Pada lahan kebun kakao kerapatan Pada lahan sawah lebih cenderung
massanya rendah sehingga nilai porositasnya terdapat faktor penghambat infiltrasi. Hal
menjadi tinggi dibanding lahan kebun ini dapat diketahui dari lapisan kedap air
kelapa dan sawah. Tekstur tanah pada lahan yang menyebabkan kelembaban pada
kebun kakao tidak berbeda dengan tekstur tanah sawah dan kadar airnya yang lebih
tanah pada lahan kebun kelapa. Hanya saja tinggi dibanding penggunaan lahan lainnya
nilai kerapatan massa lahan kebun kakao sehingga tanahnya cepat jenuh air. Vegetasi
lebih rendah sehingga lebih mudah meloloskan yang tumbuh dipermukaan tanah hanya
air dibanding lahan kebun kelapa. Selain tanaman padi dan berupa rerumputan
itu, pelapukan seresah daun kakao pada dan mempunyai morfologi akar serabut
lapisan permukaan tanah dapat membantu sehingga aktifitas biologi didalam tanah
tanah dalam menyerap air. cenderung sedikit karena organismenya
mungkin hanya terdapat cacing tanah
Tabel 4. Laju Infiltrasi Pada Lahan Sawah dan semut.
Waktu (t) Laju Infiltrasi (f) Analisis Infiltrasi pada Lahan Semak
(jam) (cm/jam) Belukar. Hasil pengukuran laju infiltrasi
0.00 10 pada lahan semak belukar, disajikan pada
0.16 9.9 Tabel 5.
0.33 9.9 Dari hasil pengukuran laju
0.50 9.73 infiltrasi, diperoleh nilai fo = 10 cm/jam dan
0.66 9.46 fc = 4 cm/jam. Setelah itu, nilai f dikurangi
0.83 9.3 dengan nilai fc maka diperoleh nilai f – fc.
1.00 9.23 Kemudian, Log (f – fc) lalu plot hubungan t

319
dan Log (f – fc) pada program aplikasi MS. Tabel 6. Kriteria Laju Infiltrasi pada berbagai
Excel maka akan diperoleh nilai k = 2,96. Penggunaan Lahan
Sehingga model persamaan Horton pada Penggunaan Laju Infiltrasi
Kriteria
lahan semak belukar yaitu: Lahan (cm/jam)
Kebun Kelapa 1,87 Agak Lambat
𝒇 = 𝟒 + 𝟏𝟎 − 𝟒 𝒆−𝟐,𝟗𝟔𝒕 Kebun Kakao 2,06 Sedang
Pada lahan semak belukar yaitu nilai Sawah 0,87 Agak Lambat
Semak Belukar 6,56 Agak Cepat
kerapatan massanya yang rendah dan diikuti
dengan porositasnya yang tinggi, karena
porositas tanah yang tinggi lebih mudah Menurut Wirosoedarmo, dkk (2009)
meloloskan air. Selain itu, tanah pada lahan Tingginya kandungan bahan organik tanah
semak belukar tidak terkena benturan air dapat mempertahankan kualitas sifat fisik
tanah sehingga membantu perkembangan
hujan secara langsung karena terhalangi
akar tananaman dan kelancaran siklus air
rerumputan ataupun dedaunan tumbuh-
tanah antara lain melalui pembentukkan
tumbuhan liar yang ada dipermukaan tanah
pori tanah dan kemantapan agregat.
sehingga struktur tanah tidak mudah hancur
Laju infiltrasi pada lahan kebun
dan tanah lebih mudah menyerap air.
kakao sebesar 2,06 cm/jam dan termasuk
Dari hasil pengukuran laju infiltrasi kriteria sedang setelah lahan kebun kelapa.
dilapangan pada berbagai penggunaan Pada lahan kebun kakao nilai porositasnya
lahan, maka dapat diketahui laju infiltrasi tinggi dibanding lahan kebun kelapa dan
berurutan dari yang paling tinggi hingga lahan sawah. Tanah yang porous memiliki
yang paling rendah adalah lahan semak aerase dan draenase yang baik sehingga
belukar, lahan kebun kakao, lahan kebun baik pula untuk pergerakan air maupun
kelapa dan lahan sawah. Berikut kriteria udara dalam tanah.
laju infiltrasi disajikan pada Tabel 6. Laju infiltrasi yang tinggi terdapat
Laju infiltrasi pada lahan kebun pada lahan semak belukar yaitu sebesar
kelapa sebesar 1,87 cm/jam dan termasuk 6,56 cm/jam dan termasuk kriteria agak
kriteria agak lambat setelah lahan sawah cepat. Porositas lahan semak belukar lebih
yang bernilai sebesar 0,87 cm/jam. Namun, tinggi dibandingkan ketiga lahan lainnya
yang membedakan laju infiltrasi lahan karena porositas tanah yang tinggi lebih
kebun kelapa dengan lahan sawah yaitu mudah meloloskan air. Selain itu, akar-akar
kandungan kadar air yang dimiliki lahan pada berbagai macam vegetasi seperti
kebun kelapa lebih sedikit dibandingkan gulma berdaun lebar, gulma berdaun sempit
lahan sawah karena kadar air yang tinggi serta rerumputan dapat membantu proses
akan membuat tanah jenuh sehingga masuknya air kedalam tanah karena
menurunkan kapasitas infiltrasi pada tanah. pergerakan akar yang semakin lama akan
Selain itu, bahan organik yang terdapat semakin kebawah sehingga membentuk
pada lahan kebun kelapa lebih tinggi rongga pada tanah yang dapat dilewati oleh
dibandingkan dengan bahan organik yang air serta akar-akar tersebut akan mengikat
terdapat pada lahan semak belukar, tetapi air untuk kebutuhannya sendiri.
yang membedakan antara kedua lahan ini Laju infiltrasi yang rendah terdapat
adalah nilai kerapatan massa yang terdapat pada lahan sawah yaitu sebesar 0,87
pada lahan semak belukar lebih rendah jika cm/jam. Kandungan kadar air yang tinggi.
dibandingkan dengan lahan kebun kelapa pada lahan sawah dapat disebabkan oleh
serta nilai porositas pada lahan semak adanya lapisan kedap air serta kadar air
belukar lebih tinggi diantara penggunaan yang tinggi pada lapisan tanah sawah
lahan lainnya. Semakin tinggi nilai kepadatan sehingga menyebabkan air sukar meresap
tanah, maka ruang pori total tanah juga akan kedalam tanah. Sedangkan kadar air yang
semakin sedikit dan sebaliknya. rendah terdapat pada lahan kebun kelapa.
320
Hal ini tidak berpengaruh pada laju infiltrasi tanah lebih tinggi dibandingkan kapasitas
lahan kebun kelapa karena nilai kerapatan infiltrasi, maka laju infiltrasi menjadi
massanya cukup tinggi atau sama dengan rendah akibat dari tanah yang jenuh air.
lahan sawah. Selain itu, kapasitas infiltrasi yang tinggi
Laju infiltrasi dapat berkurang dapat menjaga ketersediaan air dalam tanah
seiring dengan bertambahnya waktu. yang dibutuhkan tanaman serta dapat pula
Semakin lama waktu, maka akan semakin meminimalisir terjadinya aliran permukaan
rendah pula laju infiltrasi. Wibowo (2010), (run off) yang dapat mengakibatkan
dalam Putra, dkk (2013) menyatakan bahwa terangkutnya sebagian massa tanah sehingga
pengaruh waktu terhadap infiltrasi besar tanah mudah tererosi.
sekali makin lama waktu infiltrasi maka
Hasil pengukuran laju infiltrasi
makin kecil laju infiltrasi. Hal ini disebabkan
karena tanah makin jenuh dan sebagian dilapang dapat diklasifikasikan seperti pada
rongga tanah sudah terisi oleh tanah-tanah Gambar 1.
yang lembut, sehingga air makin kurang Dari hasil penelitian yang dilakukan
ruang geraknya. pada beberapa penggunaan lahan, diperoleh
Jika volume curah hujan/air yang hasil analisis sifat fisik tanah (Tabel 7).
jatuh dipermukaan tanah lebih rendah Lahan kebun kelapa dan lahan
dibandingkan kapasitas infiltrasi, maka laju kebun kakao memiliki tekstur tanah yang
infiltrasi berbanding lurus atau sama dengan sama yaitu bertekstur lempung berdebu.
curah hujan/air yang jatuh dipermukaan Sedangkan lahan sawah bertekstur lempung
tanah tersebut. Sebaliknya, jika volume berpasir dan lahan semak belukar bertekstur
curah hujan/air yang jatuh dipermukaan lempung liat berdebu.

10
9
laju infiltrasi (cm/jam)

8
7
6 lahan sawah
5
4 lahan kebun kelapa
3 lahan kebun kakao
2
1 lahan semak belukar
0
0 0.16 0.33 0.50 0.66 0.83 1

waktu (jam)

Gambar 1. Hubungan Laju Infiltrasi terhadap Waktu pada Berbagai Penggunaan Lahan.

Tabel 7. Hasil Analisis Beberapa Sifat Fisik Tanah


Penggunaan Sifat Fisik Tanah
Lahan Tekstur BO BD PO Kemantapan Agregat K.A
Kebun kelapa Lempung berdebu 3.33 1.67 36.84 7.68 27.42
Kebun kakao Lempung berdebu 2.8 1.62 38.77 5.67 28.87
Sawah Lempung berpasir 1.36 1.67 36.84 5.97 33.03
Semak belukar Lempung liat berdebu 3.17 1.62 38.82 6.24 31.06
Ket : BO : Bahan Organik (%), BD : Kerapatan Massa (Bulk Density) (g.cm-3), PO : Porositas (%),
K.A : Kadar Air (%).

321
Menurut Sarief (1985), Faktor sifat tergantung dari kadar air tanah. Semakin
fisik tanah yang dominan mempengaruhi tinggi kadar air tanah, maka semakin
infiltrasi yaitu tekstur tanah. Jika pada rendah pori-pori yang dapat diisi oleh
tekstur lempung liat berpasir laju infiltrasi udara atau sebaliknya. Andayani (2009),
lebih rendah dibanding pada tekstur lempung menambahkan bahwa porositas tanah akan
berpasir. Ini menunjukkan bahwa semakin menentukan kapasitas penampungan air
kasar tekstur tanah maka semakin cepat air infiltrasi, juga menahan terhadap aliran.
masuk kedalam tanah dan sebaliknya Semakin besar porositas maka kapasitas
semakin halus tekstur tanah maka semakin menampung air infiltrasi semakin besar.
lambat air masuk kedalam tanah. Selain itu, Pada keempat penggunaan lahan,
dalam tekstur tanah perbedaan komposisi nilai kemantapan/stabilitas agregat masih
antara pasir, debu dan liat akan menyebabkan rendah. Rendahnya bahan organik dapat
laju infiltrasi yang berbeda pula. mempengaruhi kemantapan agregat akibatnya
Bahan organik mempunyai peranan tanah mudah hancur saat terkena air hujan
sangat penting dalam memperbaiki sifat atau saat tergenangi sehingga pori tanah
fisika tanah yang juga dapat meningkatkan tersumbat oleh butiran-butiran tanah yang
kapasitas infiltrasi (Putra dkk, 2013). terdispersi dan menurunkan laju infiltrasi
Menurut Atmojo (2003), peran bahan pada tanah. Menurut Refliaty dan Marpaung
organik yang paling besar terhadap sifat (2010), bahan organik sangat berperan
fisik tanah meliputi struktur, konsistensi, dalam proses pembentukan agregat tanah.
porositas, daya mengikat air, dan yang Bahan organik yang mengalami proses
tidak kalah penting adalah peningkatan dekomposisi akan menghasilkan senyawa-
ketahanan terhadap erosi. senyawa organik seperti asam-asam
Pada keempat penggunaan lahan, organik dan humus yang dapat merekatkan
nilai kerapatan massa (bulk density) butir-butir fraksi penyusun tanah menjadi
menunjukkan selisih yang tidak berbeda kesatuan agregat yang utuh.
jauh antara lahan yang satu dengan yang
lainnya. Semakin tinggi kepadatan tanah, KESIMPULAN DAN SARAN
maka akan semakin sulit tanah tersebut
menyerap air. Kesimpulan
Menurut Hardjowigeno (2003), Berdasarkan penelitian mengenai
bulk density merupakan petunjuk kepadatan “Model Infiltrasi pada Berbagai Penggunaan
tanah. Makin padat suatu tanah makin Lahan di Desa Tulo, Kecamatan Dolo,
tinggi bulk density, yang berarti makin sulit Kabupaten Sigi” dapat disimpulkan sebagai
meneruskan air atau ditembus akar tanaman. berikut:
Asdak (2007), menyatakan bahwa 1. Laju infiltrasi pada lahan kebun kelapa
tanah remah akan memberikan kapasitas tergolong agak lambat yaitu sebesar 1,87
infiltrasi lebih besar daripada tanah liat. cm/jam dengan model infiltrasi :
Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai
𝑓 = 8,2 + 10 − 8,2 𝑒 −2,64𝑡 cm/jam
kapasitas lebih kecil dibandingkan tanah
dalam keadaan kering. 2. Laju infiltrasi pada lahan kebun kakao
Selain itu Hanafiah (2013), juga tergolong sedang yaitu sebesar 2,06
menyatakan bahwa tanah yang porous cm/jam dengan model infiltrasi :
berarti tanah yang cukup mempunyai ruang 𝑓 = 8 + 10 − 8 𝑒 −2,68𝑡 cm/jam
pori untuk pergerakan air dan udara masuk
keluar tanah secara leluasa dan sebaliknya. 3. Laju infiltrasi pada lahan sawah
Rahim (2000), dalam Sudarman tergolong agak lambat yaitu sebesar
(2007), menyatakan bahwa proporsi 0,87 cm/jam dengan model infiltrasi :
antara air dan udara dalam pori-pori tanah 𝑓 = 9,23 + 10 − 9,23 𝑒 −5,20𝑡 cm/jam

322
4. Laju infiltrasi pada lahan semak belukar Pengelolaannya. Pidato Pengukuhan Guru
tergolong agak cepat yaitu sebesar Besar Ilmu Kesuburan Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret.
6,56 cm/jam dengan model infiltrasi : Sebelas Maret University Press, Surakarta.
𝑓 = 4 + 10 − 4 𝑒 −2,96𝑡 cm/jam
Hanafiah, K. A., 2013. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Saran PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta.
Perlu dilakukan penelitian lebih Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika
lanjut terhadap beberapa sifat fisik tanah Pressindo. Jakarta.
lainnya yang dapat mempengaruhi proses
masuknya air kedalam tanah pada berbagai Kurnia, U., F. Agus, A. Adimihardja, A. Dariah,
2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode
penggunaan lahan lainnya. Untuk pengukuran
Analisisnya. Balai Besar Litbang Sumberdaya
infiltrasi pada tanah yang padat atau keras, Lahan Pertanian.
hendaknya dilakukan penyiraman sehari
sebelum dilaksanakannya pengukuran. Hal Putra, E., Sumono, N. Ichwan, E. Susanto, 2013.
ini bertujuan agar lebih mudah membenamkan Kajian Laju Infiltrasi Tanah pada Berbagai
Penggunaan Lahan di Desa Tongkoh
ring kedalam tanah.
Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo.
J. Rekayasa Pangan dan Pert. I (2) : 41 - 43.
DAFTAR PUSTAKA
Refliaty dan E. J. Marpaung, 2010. Kemantapan
Agustina, D., D. L. Setyowati, Sugiyanto, 2012. Agregat Ultisol pada Beberapa Penggunaan
Analisis Kapasitas Infiltrasi pada Beberapa Lahan dan Kemiringan lereng. J. Hidrolitan. 1
Penggunaan Lahan di Kelurahan Sekaran (2) : 40.
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
J. Geo Image. 1 (1) : 92. Sarief, S., 1985. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka
Buana. Bandung.
Andayani, W. S., 2009. Laju Infiltrasi Tanah pada
Tegakan Jati (Tectona grandis Linn F) di Sudarman, G. G., 2007. Laju Infiltrasi pada Lahan
BKPH Subah KPH Kendal Unit I Jawa Sawah di Mikro DAS Cibojong, Sukabumi.
Tengah. Skripsi. Departemen Silvikultur Skripsi. Departemen Geofisika dan Meteorologi
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Bogor, Bogor. Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Asdak, C., 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Wirosoedarmo, R., B. Suharto, W. R. Hijriyati, 2009.
Aliran Sungai. Gadjah Mada University Evaluasi Laju Infiltrasi pada Beberapa Lahan
Press. Yogyakarta. Menggunakan Metode Infiltrasi Horton di
Sub DAS Coban Rondo Kecamatan Pujon
Atmojo, W. S., 2003. Peranan Bahan Organik Kabupaten Malang. J. Teknologi Pertanian.
terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya 10 (2) : 90.

323

Potrebbero piacerti anche