Sei sulla pagina 1di 6

YOUTH CENTER DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME DI

KABUPATEN MAGELANG
Risya Agus Arifah, Edi Pramono Singgih, Marsudi
Program Studi Arsitektur
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email : risyaa13@gmail.com

Abstract: Designing Youth Center in Magelang Regency, motivated by positive environmental


needs of adolescents, especially in Magelang Regency which currently didn’t have a special
space to carry out various activities such as sports, arts and skills, as well as the potential and
achievements of young people in Magelang Regency in the field of sport and art have not
received guidance. The purpose of this architectural planing is to provide a place for the
youth in Magelang Regency wich can accomodate recreation, socializing, innovate, and
develop talent, so that they can have wholesome recreational facility that can develop their
interests and talents as well as socializing ability wich will bring the better changes. The
approach used in determining the design is by using the concept of Regionalism Architecture
which is applied in form and fasade building as well as the pattern of mass arrangement. The
result obtained is the design of a training and recreation facilities for young people that is
Youth Center in Magelang Regency with Regionalism Architecture approach, wich can visible
in the use of Borobudur Temple elements, such as stone material, stone step pyramid structure
landscape arragement, centrally balanced composition, application of Borobudur Temple
ornamens, The main building floor plan wich has a form that resembles Borobudur Temple
floor plan, as well as the shape of a pyramid roof wich is the application form from Borobudur
Temple stupa.

Keywords:
Adolescent, Borobudur Temple, Fasade Building. Regionalism Architecture, Youth Center,
Youth Facility.

1. PENDAHULUAN dapat membawa perubahan ke arah yang


lebih baik (Mappiare, 1982).
Masa remaja merupakan masa yang
Sayangnya, potensi remaja khususnya
penting dalam perkembangan manusia.
di Indonesia saat ini belum mendapatkan
Pada masa tersebut manusia mulai mencari
perhatian khusus. Terbukti dengan
identitas dalam rangka mempersiapkan diri
penyaluran kegiatan remaja yang tidak
menghadapi masa dewasa. Pada masa
diikuti dengan perkembangan fasilitas
tersebut remaja cenderung ingin
positif yang mewadahinya.
menyalurkan semua keinginannya. Hal
Kabupaten Magelang merupakan salah
tersebut juga didukung oleh pengaruh
satu kabupaten di Indonesia yang belum
lingkungan tempat tinggalnya. Penyaluran
mempunyai fasilitas khusus bagi remaja
keinginan yang didukung oleh pengaruh
untuk melakukan kegiatan. Menurut Dinas
lingkungan positif akan membentuk pribadi
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
remaja yang positif, sebaliknya dukungan
Kabupaten Magelang jumlah remaja pada
lingkungan negatif, akan membawa
tahun 2010 tercatat sekitar 82.498 jiwa, dan
pengaruh negatif pula.
bertambah menjadi 117.610 jiwa pada
Remaja adalah potensi manusia yang
tahun 2013, terhitung dari jumlah remaja
peru dimanfaatkan, sehingga dibutuhkan
yang bersekolah.
pembinaan bagi remaja tersebut agar
Dengan banyaknya jumlah remaja di
menghasilkan kader penerus bangsa yang
Kabupaten Magelang tersebut, maka
Arsitektura, Vol. 13, No. 2, Oktober 2015

potensi pembinaan dan pengembangan Permasalahan yang ditemukan


bakat bagi remaja dirasa cukup tinggi, kemudian dianalisis (building concept),
ditambah dengan prestasi-prestasi yang yaitu mengidentifikasi masalah yang ada
telah diraih oleh remaja di Kabupaten berdasarkan konsep desain fasilitas remaja
Magelang. yang diselesaikan dengan penerapan
Berdasarkan tinjauan di atas, adanya Arsitektur Regionalisme. Arsitektur
sebuah fasilitas yang dapat mewadahi Regionalisme dipilih sebagai tema
kegiatan remaja di Kabupaten Magelang pendekatan dikarenakan keterkaitan dengan
tentunya akan sangat membantu untuk program pelestarian kebudayaan bagi
menciptakan generasi-generasi yang dapat generasi muda di Kabupaten Magelang,
membawa perubahan ke arah yang lebih sehingga nantinya diharapkan bangunan
baik. Oleh karena itu dibutuhkan suatu yang direncanakan akan lebih menonjolkan
wadah yang dapat menampung kegiatan sisi budaya Kabupaten Magelang.
remaja, baik kegiatan pengembangan bakat, Arsitektur Regionalisme yang
rekreasi, dan juga sosialisasi berupa sebuah diterapkan pada bangunan yang
youth center. direncanakan yaitu mengambil elemen-
Bangunan youth center di Kabupaten elemen yang terdapat pada Candi
Magelang yang dirancang, menggunakan Borobudur, yang saat ini merupakan salah
konsep Arsitektur Regionalisme. satu ikon bagi Kabupaten Magelang,
Regionalisme diharapkan dapat sehingga diharapkan bangunan yang
menghasilkan bangunan yang bersifat direncanakan dapat memunculkan citra
abadi, melebur atau menyatu antara yang Kabupaten Magelang.
lama dan yang baru, antara regional dan Arsitektur Regionalisme sebagai tema
universal (Curtis, 1985). Penerapan konsep pendekatan dalam perencanaan Youth
Arsitektur Regionalisme pada youth center Center di Kabupaten Magelang juga
di Kabupaten Magelang mengambil unsur- sebagai batasan dalam menentukan bentuk,
unsur yang ada pada Candi Borobudur, pola tata massa, tampilan bangunan, serta
yang merupakan salah satu ikon yang material bangunan.
terdapat di Kabupaten Magelang, yang Analisis perancangan (building criteria)
diharapkan dapat memunculkan citra dilakukan dengan mengolah data yang telah
budaya lokal. terkumpul dan dikelompokkan berdasarkan
pemrograman fungsional, performansi dan
2. METODE arsitektural.
a. Pemrograman fungsional untuk
Metode yang digunakan untuk
mengidentifikasi pengguna Youth Center
mencapai tujuan dan sasaran perencanaan
di Kabupaten Magelang, yaitu pelaku
dan perancangan adalah metode
kegiatan, jenis kegiatan, pola kegiatan,
pemrograman arsitektur yang terdiri dari
sifat kegiatan, sifat organisasi.
gagasan awal, temuan dan penelusuran
b. Pemrograman performansi untuk
masalah, pencarian data, pengolahan data
menentukan skema kebutuhan ruang,
dan informasi, konsep perencanaan
persyaratan ruang, program ruang, dan
(building performance concept), konsep
lain-lain.
perancangan (programming and design)
c. Analisis arsitektural merupakan tahap
dan transformasi arsitektur.
penggabungan dari hasil identifikasi
Penelusuran masalah di mulai dengan
program fungsional dan performansi.
melakukan survey ke Dinas Pendidikan,
Proses ini dilakukan dengan analisis
Pemuda dan Olahraga Kabupaten
pengolahan tapak, pengolahan massa,
Magelang. Permasalahan yang didapat yaitu
tampilan bangunan, utilitas dan struktur
kurangnya sarana dan prasarana yang
bangunan yang
menunjang kegiatan remaja.
Langkah selanjutnya yaitu sintesis yang
merupakan tahap penggabungan dari
Risya Agus Arifah, Edi Pramono Singgih, Marsudi, Youth Centre dengan Pendekatan Arsitektur …

referensi dan hasil analisis fakta lapangan 1. Sesuai dengan tata guna lahan di
sehingga didapat kesimpulan untuk Kabupaten Magelang
memperoleh konsep perancangan yang 2. Dekat dengan fasilitas pendidikan
sesuai sehingga dapat ditransformasikan dan olahraga
ke bentuk fisik yang diinginkan, yaitu 3. Mudah dicapai
Youth Center dengan pendekatan 4. Tapak yang terbuka dan mudah
Arsitektur Regionalisme di Kabupaten dilihat
Magelang. Hasil analisis pemilihan lokasi :
Tapak terpilih yang akan
3. ANALISIS dijadikan lokasi pembangunan Youth
Center di Kabupaten Magelang, yaitu
3.1 Analisis Peruangan
di Jalan Soekarno-Hatta. Tapak
Analisis peruangan bertujuan untuk
berbatasan langsung dengan Jl.
memperoleh jenis kebutuhan ruang dengan
Soekarno-Hatta pada sisi timur, jalan
pertimbangan pengelompokan kegiatan
lingkungan pada sisi selatan, lahan
dan pelaku kagiatan (lihat Tabel 1).
pertanian pada sisi barat dan utara
Tabel 1. Kebutuhan Ruang (lihat Gambar 1).

Jenis Pelaku Peruangan


Kegiatan
Penerimaa Pengunjung Parkir
n Pengelola Hall
Utama Pengunjung R. Kesenian
Sport Hall
R.
Ketrampilan
Penunjang Pengunjung R. Seminar
Pengelola Perpustaakaan
R. Pelatihan
Fisik
R.
Pertunjukan
R. Pameran
Gambar 1. Tapak Terpilih
Insidensial Pengunjung Sport Hall Sumber: Dokumentasi Arifah, 2014
R.
Pertunjukan 3.3 Analisis Pencapaian
R. Pameran Analisis pencapaian bertujuan untuk
Pengelola Pengelola R. menentukan main entrance dan side
Pengelolaan entrance, dengan pertimbangan kondisi
R. dan potensi jalan, sirkulasi yang jelas dan
Operasional mudah dicapai serta keamanan dan
R. Keamanan kenyamanan sirkulasi.
R. Perawatan Hasil analisis:
Main entrance (ME) bagi pengunjung
3.2 Analisis Pemilihan Lokasi diletakkan pada sisi timur tapak yang
Analisis pemilihan lokasi bertujuan berbatasan langsung dengan Jl. Soekarno-
untuk mendapatkan lokasi yang sesuai dan Hatta. Untuk akses ke luar tapak
mendukung sebagai area didirikannya menggunakan akses yang berbeda yaitu
bangunan. Analisis pemilihan lokasi pada sisi selatan yang berbatasan langsung
berdasarkan pada kriteria sebagai berikut: dengan jalan lingkungan. Pemisahan
Arsitektura, Vol. 13, No. 2, Oktober 2015

antara jalur masuk dan ke luar sebagai 3.4.2 Analisis bentuk bangunan
upaya untuk mengurangi kepadatan jalan Youth Center menggunakan
dan mencegah terjadinya kemacetan. Jalur pendekatan Arsitektur Regionalisme,
ke luar masuk pengelola menggunakan sehingga bentuk massa bangunan
side entrance (SE) yang terletak pada sisi menyesuaikan bangunan yang ada di
bagian barat tapak di jalan lingkungan. sekitar tapak ataupun bangunan yang
Pemisahan antara ME dan SE dengan dapat mencerminkan budaya lokal
pertimbangan mencegah terjadinya Kabupaten Magelang. Bangunan yang
crossing kegiatan sirkulasi antara diangkat pada perencanaan Youth
pengunjung dan pengelola (lihat Gambar Center di Kabupaten Magelang yaitu
2). bangunan Candi Borobudur.
Bentuk dasar massa bangunan yang
direncanakan diutamakan berbentuk
persegi, dikarenakan mengikuti bentuk
dasar denah pada Candi Borobudur.
Selain itu dengan bentuk massa yang
persegi, dapat lebih memudahkan
penataan ruang dan sirkulasi bangunan
serta mengoptimalkan fungsi ruang.
Tata massa bangunan pada Youth
Center di Kabupaten Magelang terkait
dengan konsep Arsitektur
Regionalisme yaitu pada penerapan
tata massa terpusat yang seimbang,
seperti tata massa pada Candi
Gambar 2. Analisis Pencapaian
Borobudur. Selain itu peletakan tata
massa bangunan juga
3.4 Analisis Bentuk dan Tampilan mempertimbangkan sifat ruang yaitu
Bangunan privat, semi publik, dan publik (lihat
3.4.1 Analisis penentuan konsep Gambar 3).
Arsitektur Regionalisme
Penentuan konsep Arsitektur
Regionalisme digunakan untuk
menentukan aspek-aspek yang terkait
dalam konsep Arsitektur Regionalisme
yang akan digunakan sebagai
pertimbangan dalam proses
perencanaan dan perancangan desain
bangunan Youth Center di Kabupaten
Magelang.
Arsitektur Regionalisme yang
diangkat sebagai konsep perencanaan
pada Youth Center di Kabupaten
Magelang yaitu abstract regionalism,
yang menggabungkan unsur-unsur
kualitas abstrak bangunan dari Candi
Borobudur yang terdapat di Kabupaten
Magelang.
Gambar 3. Analisis Tata Massa
Bangunan
Risya Agus Arifah, Edi Pramono Singgih, Marsudi, Youth Centre dengan Pendekatan Arsitektur …

3.4.3 Analisis tampilan bangunan Gambar 5. Pengaplikasian Ornamen Candi


Arsitektur Regionalisme pada Bobudur pada Bangunan
tampilan bangunan Youth Center
meliputi arsitektur yang terdapat pada
Candi Borobudur dan bangunan 3.4.4 Analisis Lansekap Kawasan
sekitar serta terkait objek material. Konsep lansekap kawasan pada
Bentuk atap yang digunakan yaitu Youth Center di Kabupaten Magelang
atap limasan, dengan material penutup tidak lepas dari konsep Arsitektur
berupa genteng tanah liat. Atap Regionalisme, yaitu konsep punden
limasan dipilih karena menyesuaikan berundak yang diterapkan sesuai
dengan bangunan sekitarnya, selain itu dengan kepentingan fungsi bangunan
juga merupakan adaptasi dari bentuk (lihat Gambar 6).
stupa pada Candi Borobudur (lihat
Gambar 4).

Gambar 6. Konsep Punden Berundak pada


Bangunan

Gambar 4. Analisis Tampilan Bangunan


4. KESIMPULAN (KONSEP DESAIN)
Ornamen yang terdapat pada Dari hasil analisa serta hasil korelasi dari
bangunan Youth Center di Kabupaten beberapa data di atas, maka diperoleh hasil
Magelang yang direncanakan yaitu berupa desain Youth Center di Kabupaten
ornamen-ornamen yang terdapat pada Magelang sebagai berikut.
ukiran-ukiran di dinding Candi Lokasi : Jl. Soekarno-Hatta
Borobudur dan juga motif lubang yang Luas Lahan : 29.909,98 m2
terdapat pada stupa-stupa kecil Candi Jumlah Lantai : 2 – 3 lantai
Borobudur. Material batu andesit Daya Tampung : 757 orang
diterapkan pada dinding dan juga Pada bangunan Youth Center ini, konsep
panggung terbuka di halaman bangunan. Arsitektur Regionalisme diterapkan dengan
Penggunaan warna pada bangunan Youth penggunaan bentuk yang mengambil dari
Center yaitu warna cerah yang bentuk dasar Candi Borobudur, tata pola massa
menggambarkan semangat remaja. Hal terpusat dan seimbang seperti pada Candi
tersebut diharapkan dapat memunculkan Borobudur (lihat Gambar 3), penggunaan atap
citra lokal Kabupaten Magelang dan limasan sesuai dengan bangunan sekitar juga
identitas bangunan. (lihat Gambar 5). merupakan penggambaran dari bentuk stupa
(lihat Gambar 4), menggunakan material lokal
seperti batu andesit, mengaplikasikan
oranamen-ornamen yang terdapat pada Candi
Borobudur (lihat Gambar 5), serta pola tata
lansekap punden berundak untuk lebih
mencitrakan ciri khas lokal berupa Candi
Borobudur (lihat Gambar 6).
Arsitektura, Vol. 13, No. 2, Oktober 2015

REFERENSI
Curtis, William, 1985. Regionalism in
Architecture. Singapura. Concept Media.
Mappiare, Andi, 1982. Psikologi Remaja.
Surabaya. Usaha Nasional
Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Magelang

Potrebbero piacerti anche