Sei sulla pagina 1di 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/307669271

Keanekaragaman Jenis Vegetasi dan Profi l Habitat Burung di Hutan Mangrove


Pulau Nyamuk Taman Nasional Karimunjawa

Article · March 2011


DOI: 10.15294/biosaintifika.v2i1.1149

CITATIONS READS

6 1,115

3 authors, including:

Margareta Rahayuningsih Muhammad Abdullah


Universitas Negeri Semarang Universitas Negeri Semarang
15 PUBLICATIONS   22 CITATIONS    11 PUBLICATIONS   17 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kajian etnobiologi dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati di gunung Ungaran Jawa Tengah View project

IN SITU CONSERVATION MANAGEMENT OF WREATHED HORNBILL (Rhyticeros undulatus) AT UNGARAN MOUNTAINOUS AREA, CENTRAL JAVA, INDONESIA View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Abdullah on 16 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Biosaintifika Vol. 2 No.1, Maret 2010,
ISSN 2085-191X, Hal 27-39 27

Keanekaragaman Jenis Vegetasi dan Profil Habitat Burung


di Hutan Mangrove Pulau Nyamuk Taman Nasional
Karimunjawa

(Vegetation Species Diversity and Bird Habitat Profile of Pulau Nyamuk


Mangrove Forest of Karimunjawa National Park)

Nugroho Edi Kartijono 1,2) Margareta Rahayuningsih 1) dan Muhammad


Abdullah1)
1)
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Semarang
Jalan Raya Sekaran Gunungpati Semarang 50229
2)
penulis untuk korespondensi, e-mail nug.edik@gmail.com

Abstract

Research on the vegetation diversity and bord habitat profile has been carried out
in the Mangrove Forest of Pulau Nyamuk in Karimunjawa National Park to examine
the relationship between vegetation types and mangrove habitat profile and the spatial
usage by birds. A transect method has been employed to survey the vegetation and the
point count method was used to survey the birds. There were 14 vegetation types and 19
species of birds from 14 families at two observational sites in mangrove forest in Pulau
Nyamuk. Exchoecaria agallocha dominated the eastern part of Pulau Nyamuk, whereas
Lumnitzera racemosa dominated the northern part of the island. The vegetational space
utilization by birds can be grouped based on the vertical vegetation stratification, i.e. the
land, the understorey, the subcanopy and the canopy.

Keywords: mangrove vegetation, bird habitat, Pulau Nyamuk, Karimunjawa


Pendahuluan Pulau Jawa, 34% dari seluruh jenis burung
Pulau Nyamuk yang terletak di kawasan yang tercatat di Pulau Jawa. Pangkalan data
konservasi Taman Nasional Karimunjawa lahan basah (wetland data base) mencatat
merupakan salah satu pulau yang memiliki sedikitnya 200 jenis burung bergantung
habitat mangrove masih asli. Keadaan hutan pada habitat mangrove. Jumlah ini mewakili
mangrove sangat penting ditinjau dari segi 13% dari seluruh jenis burung yang ada di
ekologi, sosial maupun ekonomi. Mangrove Indonesia. Mangrove juga merupakan habitat
merupakan habitat berbagai jenis satwa liar yang baik bagi beberapa jenis burung yang
seperti primata, reptil, dan burung. Selain telah langka seperti wilwo (Mycteria cynerea),
sebagai tempat berlindung, mencari makan, bubut hitam (Centropus nigrorufus), dan
beristirahat, dan berkembang biak beberapa bangau tongtong (Leptoptilus javanicus).
jenis burung, mangrove juga menjadi tempat Pada saat ini terjadi peningkatan
persinggahan burung migran. hilangnya sumberdaya mangrove yang
Balen (1988) mencatat sebanyak 167 disebabkan adanya pemafaatan yang tidak
jenis burung terestrial di hutan mangrove di berkelanjutan serta pengalihan peruntukan
Kartijono dkk, Keanekaragaman Jenis Vegetasi dan Profil Habitat Burung,
28

(Aksornkoae 1993 dalam Noor et al. 1999). keanekaragaman jenis vegetasi dan profil
Di Indonesia, berkurangnya hutan mangrove habitat burung, maka dapat diketahui hubungan
akibat dari pengambilan kayu untuk keperluan antara keanekaragaman jenis vegetasinya dan
komersial, serta peralihan peruntukan untuk penggunaan ruang habitat atau strata vegetasi
tambak dan areal pertanian (khususnya padi oleh burung. Permasalahan dalam penelitian
dan kelapa). ini adalah bagaimana keanekaragaman jenis
Di Pulau Nyamuk kawasan hutan vegetasi dan profil habitat burung di hutan
mangrove juga telah mengalami pengurangan mangrove Pulau Nyamuk, Taman Nasional
luas area. Penyebab utama dari berkurangnya Karimunjawa. Tujuan dari penelitian ini adalah
hutan mangrove di kawasan ini adalah akibat untuk mengetahui keanekaragaman jenis
pengambilan kayu secara berlebih untuk vegetasi dan profil habitat dalam hubungannya
keperluan rumah tangga, yaitu sebagai bahan dengan pemanfaatan strata ruang vegetasi oleh
bakar. Dampak ini semakin meluas sebagai burung di Pulau Nyamuk.
akibat terjadinya kenaikan BBM (Bahan Bakar
Minyak). Letak pulau yang cukup terisolasi Bahan dan Metode
dari pulau lain di Kepulauan Karimunjawa Penelitian ini berlokasi di kawasan
juga menjadi salah satu penyebab semakin hutan mangrove Pulau Nyamuk, Taman
menurunnya luas area mangrove. Penduduk Nasional Karimunjawa Kabupaten Jepara
yang tinggal di Pulau Nyamuk sangat kesulitan Propinsi Jawa Tengah. Waktu penelitian
mendapatkan BBM, sehingga hutan mangrove dilakukan pada bulan Maret – Oktober 2009.
menjadi alternatif terakhir mendapatkan kayu Alat yang digunakan dalam penelitian
untuk keperluan rumah tangga sehari-hari. Hal ini adalah: binokuler (Nikon 8 x 30, 8.3”CF
ini menyebabkan Pulau Nyamuk ditetapkan WF), Monokuler (Nikon 20 x 60), GPS
sebagai kawasan atau zone rehabilitasi. Selain (Global Positioning System) Garmyn e-trex
merehabilitasi terumbu karang di sekitar Pulau 12 chanel, termometer, higrometer, kompas,
Nyamuk, Balai Taman Nasional Karimunjawa kamera, tape recorder, buku panduan lapangan
(BTN Karimunjawa) juga mulai mencoba burung, buku panduan pengenalan tumbuhan
merehabilitasi hutan mangrove. mangrove, tallysheet, meteran, tali serta alat
Studi komprehensif hutan mangrove di tulis. Bahan yang digunakan adalah peta
Indonesia belum begitu banyak, khususnya topografi Kepulauan Karimunjawa skala 1 :
di Pulau Nyamuk belum pernah diteliti 25.000 (Bakosurtanal).
keanekaragaman jenis vegetasinya dalam Pengambilan data vegetasi di hutan
hubungannya dengan profil habitat burung. mangrove digunakan metode garis berpetak
Penelitian terakhir yang dilakukan Sunyoto berukuran 20 x 20 m untuk tingkat pohon, 5 x
et al. (2002; 2004) terbatas hanya kegiatan 5 m untuk pancang, dan 2 x 2 m untuk tingkat
inventarisasi spesies saja, tidak melihat semai. Penempatan transek di sepanjang jalur
bagaimana hubungannya dengan profil habitat metode titik hitung, bervariasi tergantung
burung. Hasil pengamatan burung yang dengan kondisi vegetasi di lapangan. Jenis
dilakukan Prawiladilaga (2003) dan Susanto et vegetasi diidentifikasi, apabila tidak dikenal
al. (2004) di Kepulauan Karimunjawa, ternyata difoto atau disimpan sebagai herbarium untuk
Pulau Nyamuk tidak termasuk dalam lokasi diidentifikasi di laboratorium.
penelitian. Mengingat pentingya peranan hutan Pengamatan profil vegetasi dilakukan
magrove bagi keberlangsungan hidup satwa untuk mengetahui fungsi dan pemanfaatan
khususnya burung, maka perlu dilakukan habitat bagi burung di masing-masing lokasi
penelitian yang mengkaji keanekaragaman penelitian. Profil vegetasi dibuat dari struktur
jenis vegetasinya dan profil habitat burung vertikal penutupan tajuk, yaitu dengan
di Pulau Nyamuk. Dengan mengetahui membuat petak ukur pengamatan berukuran
Biosaintifika Vol. 2 No.1, Maret 2010,
ISSN 2085-191X, Hal 27-39 29

40 x 20 m. Pengukuran dilakukan terhadap


kedudukan vegetasi, penutupan tajuk, arah
tajuk, tinggi tajuk, tinggi bekas cabang
vegetasi, dan diameter batang. Frekuensi relatif.
Pengamatan burung di Pulau Nyamuk
digunakan metode point count (titik hitung).
Pada metode titik hitung, pengamat berhenti
di suatu titik dan menghitung burung yang
terdeteksi selama selang waktu tertentu (Bibby
et al. 2000, Hostetler & Main 2001). Radius
pengamatan setiap titik hitung sekitar 20 m,
sedangkan lamanya waktu pengamatan setiap
titik hitung adalah 10 menit. Jarak antar titik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
150 m, hal ini dilakukan untuk menghindari Indeks keanekaragaman vegetasi
terjadinya pengulangan pencatatan jenis ditentukan menggunakan rumus dari Shannon-
burung. Wienner (Magurran 1997) yaitu:
Metode pencatatan secara langsung Dimana H’ = Indeks keanekaragaman
dilakukan dengan melihat obyek burung Pi = n / N
(digunakan binokuler Nikon 8 x 30 dan
monokuler Nikon 20 x 60) dan secara tidak
langsung didasarkan pada suara burung
(apabila suara kurang dikenal segera direkam, n = Nilai penting suatu jenis
kemudian diidentifikasi dengan data suara N = Total nilai penting seluruh jenis
burung). Waktu pengamatan dilakukan pada
saat aktivitas burung cukup tinggi, yaitu Analisis profil habitat dari struktur
antara pukul 06.00-12.00 WIB (Chettri et al. vertikal penutupan tajuk dilakukan secara
2005). Identifikasi jenis burung dilakukan deskriptif dengan melihat fungsi strata tajuk
dengan menggunakan buku panduan lapangan terhadap kehadiran burung atau hubungan
(field guide) burung-burung di Sumatera. strata dengan kehadiran burung di lokasi
Kalimantan, Jawa, dan Bali (MacKinnon et tersebut. Analisis penggunaan tajuk sebagai
al. 1993). habitat oleh burung dilakukan secara deskriptif
Untuk keanekaragaman jenis vegetasi, dengan melihat hubungan antara strata tajuk
data yang telah didapatkan dianalisis dengan hutan mangrove dengan kehadiran burung
menggunakan rumus sebagai berikut. Nilai di habitat tersebut (Gambar 1). Selanjutnya
penting = Dominansi relatif + Densitas relatif + digunakan untuk melihat jenis burung yang
menggunakan strata tajuk pada masing-masing
tipe habitat.
Untuk menentukan nilai keaneka-
ragaman jenis burung digunakan Indeks
Shannon-Wiener (Magurran 1988), Indeks
Simpsons (Simpson 1949 dalam Magurran
1988), dan Indeks Berger-Parker (Berger &
Parker 1970; May 1975 dalam Magurran
1988), yaitu :
(Indeks Shannon-Wiener)
Untuk menentukan proporsi kelimpahan
Kartijono dkk, Keanekaragaman Jenis Vegetasi dan Profil Habitat Burung,
30

gymnorhiza, Ceriops tagal, Exchoecaria


glauca, Heritiera littoralis, Lumnitzera
jenis burung dari masing-masing tipe habitat racemosa, Rhizopora stylosa, dan Xylocarpus
granatum. Jika dilihat berdasarkan tingkatan
strata, pada strata semai dijumpai 4 jenis, yaitu
Bruguiera cylindrical, Exchocaria agallocha,
Rhizophora apiculata, dan Xylocarpus
moluccensis. Keempat jenis tersebut memiliki
dan lansekap lahan digunakan indeks tingkat dominansi yang hampir sama, yang
kemerataan (Index of Equitability or evennes) ditunjukkan dengan nilai indeks nilai penting
Shannon dan Indeks Simpsons (Simpson 1949 (INP) yang hampir sama (Gambar 2a). Pada
dalam Magurran 1988) yaitu E = H’/ln s strata pancang dijumpai 5 jenis vegetasi, yaitu
, dimana s = jumlah jenis Avicennia alba, Bruguiera cylindrical, Ceriops
tagal, Exchoecaria agallocha, dan Rhizophora
Hasil dan Pembahasan apiculata. Dari kelima jenis tersebut, Ceriops
Hutan mangrove merupakan salah satu tagal merupakan jenis yang paling dominan
tipe ekosistem yang dapat dijumpai di Pulau peranannya, yang ditunjukkan dengan INP
Nyamuk. Berdasarkan hasil penelitian yang tertinggi (INP 72.67) (Gambar 2b). Sementara
dilakukan di 2 (dua) lokasi hutan mangrove, untuk strata pohon dijumpai 5 jenis, yaitu
yaitu di sebelah timur dan sebelah utara pulau Avicennia alba, Ceriops tagal, Exchoecaria
ditemukan 14 jenis vegetasi. Berikut adalah agallocha, Ficus superba, dan Rhizophora
jenis-jenis vegetasi yang ditemukan. apiculata. Untuk strata pohon jenis yang
Dari 14 jenis vegetasi tersebut, 8 jenis paling dominan adalah jenis Exchoecaria
diantaranya dijumpai di hutan mangrove bagian agallocha dengan nilai INP 105.14 (Gambar
timur, yaitu: Acanthus illicifolius, Bruguiera
Biosaintifika Vol. 2 No.1, Maret 2010,
ISSN 2085-191X, Hal 27-39 31
Kartijono dkk, Keanekaragaman Jenis Vegetasi dan Profil Habitat Burung,
32

2c). Indek keanekaragaman jenis (H’)


Biosaintifika Vol. 2 No.1, Maret 2010,
ISSN 2085-191X, Hal 27-39 33

vegetasi di hutan mangrove bagian timur untuk untuk strata semai, 1,49 untuk strata pancang,
masing-masing strata vegetasi adalah 1,38 dan 1,65 untuk strata pohon. Berdasarkan
Kartijono dkk, Keanekaragaman Jenis Vegetasi dan Profil Habitat Burung,
34

kategori Magguran (1988), H’ pada strata illicifolius, Bruguiera gymnorhiza,dan


semai dan pancang termasuk pada kategori Ceriops tagal dengan jenis yang paling
rendah (H’ rendah: <5). Sedangkan pada strata dominan Ceriops tagal (INP 79,22). Jenis
pohon termasuk kategori sedang (H sedang: vegetasi yang dijmpai pada strata pancang
1,5-3,5). adalah Bruguiera gymnorhiza, Ceriops tagal,
Pada hutan mangrove bagian utara Lumnitzera racemosa, Rhizopora stylosa dan

dijumpai sebanyak 7 jenis vegetasi, yaitu Xylocarpus granatum. Jenis yang dominan
Avicennia alba, Bruguiera cylindrical, pada tingkat pancang adalah jenis Ceriops
Ceriops tagal, Exchoecaria agallocha, Ficus tagal (INP 75,00). Sementara jenis yang
superba, Rhizopora apiculata, dan Xylocarpus dijumpai pada tingkat pohon adalah Bruguiera
moluccensis. Jika dilihat berdasarkan strata gymnorhiza, Ceriops tagal, Exchocaria
vegetasi, pada strata semai dijumpai 3 jenis, glauca, Heritiera littoralis, Lumnitzera
pada strata pancang dijumpai 5 jenis, dan pada racemosa, dan Xylocarpus granatum dengan
strata pohon dijumpai 6 jenis. Jenis-jenis yang jenis yang paling besar nilai pentingya adalah
dijumpai pada strata semai adalah Acanthus Lumnitzera racemosa (INP 93,55).
Biosaintifika Vol. 2 No.1, Maret 2010,
ISSN 2085-191X, Hal 27-39 35

Indeks keanekeragaman jenis vegetasi dilindungi oleh peraturan perundang-undangan


di hutan mangrove bagian utara menunjukkan Indonesia, 2 jenis terdaftar dalam lampiran
kategori rendah untuk strata semai dan pancang CITES (appendix 2), dan 1 jenis termasuk
(H’: <1,5) dan kategori sedang untuk strata kategori terancam punah (NT) secara global
pohon (H’: 1,5-3,5). Nilai H’ untuk masing- menurut data redlist IUCN. Data selengkapnya
masing strata di hutan mangrove bagian utara dapat dilihat pada Tabel 2.

dapat dilihat pada Gambar 5. Keanekaragaman jenis burung dapat


Jenis burung yang dijumpai di hutan dilihat dari nilai indeks keanekaragaman
mangrove Pulau Nyamuk terdapat 19 jenis jenis (H’) dan indeks kemerataan jenis (E).
dari 14 suku (famili). Dari 19 jenis burung H’ burung di hutan mangrove Pulau Nyamuk
yang dijumpai, 6 jenis termasuk jenis yang sebesar 1,69 yang termasuk kategori sedang
Kartijono dkk, Keanekaragaman Jenis Vegetasi dan Profil Habitat Burung,
36

(Magguran, 1988). Kategori H’ sedang kelimpahan antar jenis burung yang dijumpai
menurut Mangguran berkisar antara 1,5–3,5. pada lokasi penelitian. Semakin tinggi nilai
Indeks kemerataan jenis burung di Pulau indeks kemerataan, menunjukkan tingginya
Nyamuk sebesar 0,57. Nilai indeks kemerataan keseragaman kemelimpahan antar jenis yang
menunjukkan tinggi rendahnya keseragaman dijumpai. Demikian juga sebaliknya.
Biosaintifika Vol. 2 No.1, Maret 2010,
ISSN 2085-191X, Hal 27-39 37

Jenis burung yang paling dominan lebih dari satu jenis, yaitu serangga, buah,
adalah Zosterops chloris, kemudian Nectarinia bahkan nektar.
calcostetha, dan Nectarinia jugularis. Nilai Secara fisik hutan mangrove berfungsi
dominansi menunjukkan jumlah individu untuk menjaga lingkungan fisik daerah pesisir
atau kemelimpahan masing-masing jenis yang dari gangguan alam yang diakibatkan oleh
dijumpai. Nilai dominansi jenis-jenis burung perairan, seperti abrasi, gelombang, ombak,
dapat dilihat pada gambar 6. dan badai. Secara ekologi hutan mangrove
Dominasi Zosteropidae dalam hal ini berfungsi sebagai tempat daerah asuhan
Zosteropis chloris disebabkan kelompok ini (nursery ground), daerah pemijahan (spawning

memiliki daerah sebaran yang cukup luas, ground), dan tempat mencari makan (feeding
menghuni hutan sekunder, hutan terbuka, ground) bagi beranekaragam biota laut seperti
perdu, mangrove, lahan budidaya, dan ikan, udang, kerang, dan kepiting (Fachrul,
permukiman, sering berada di pulau-pulau 2006). Selain itu, hutan mangrove merupakan
kecil, khususnya di semak hutan pantai. habitat bagi beberapa jenis satwa liar seperti
Kelompok ini juga memiliki perilaku sangat kera, ular, biawak, dan burung. Satwa tersebut
gesit, bergerak aktif tidak kenal lelah, terbang menggunakan mangrove sebagai tempat
diantara pepohonan, semak, dan pada semua untuk mencari makan, berbiak, dan tempat
bagian strata vegetasi (MacKinnon et al.1993). beristirahat atau perlindungan.
Di Kepulauan Karimunjawa, spesies tersebut Keadaan habitat hutan mangrove di
hampir selalu ditemukan di semua pulau Pulau Nyamuk dapat digambarkan dalam
dan semua tipe habitat. Pengamatan juga bentuk profil yang menggambarkan keadaan
menunjukkan jenis makanan Zosterops chloris vegetasinya. Keadaan habitat hutan mangrove
Kartijono dkk, Keanekaragaman Jenis Vegetasi dan Profil Habitat Burung,
38

di Pulau Nyamuk dapat digambarkan dengan secara vertikal yang meliputi empat tingkat,
sketsa profil habitat. Suatu sketsa dari profil yaitu ruang tanah dan tumbuhan bawah, tajuk
habitat sepanjang garis transek sangat berguna bagian bawah, tajuk bagian tengah, dan tajuk
bagi penelitian burung yang menempati habitat bagian atas. Penggunaan tingkatan ruang
hutan mangrove. Komposisi dari suatu profil tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
habitat sangat bermanfaat untuk membuat Dari Gambar 9, jenis-jenis burung yang
suatu kesimpulan tentang hubungan antara memanfaatkan ruang tanah dan tumbuhan
derajat kelimpahan burung dengan tipe habitat bawah adalah jenis Abroscopus superciliaris,
(Alikodra 2002). Profil habitat di hutan Ixobrychus sinensis, Numenius phaeopus,
mangrove Pulau Nyamuk digambarkan dengan Zosterops chloris, Amaurornis phoenicurus,
profil vegetasi sebagai berikut. Anas gibberifrons, dan Butorides striatus. Jenis
Dari Gambar 8 terlihat bahwa di burung yang dijumpai pada tajuk bawah antara
Hutan mangrove bagian timur didominasi lain Zosterops chloris, Nectarinia jugularis,
oleh Exchoecaria glauca. Hal ini sesuai Nectarinia calcostetha, dan Rhinomyias
dengan dengan INP Exchoecaria glauca umbratilis. Pada tajuk tengah dijumpai
yang memiliki nilai penting tertinggi pada jenis Nectarinia calcostetha, Nectarinia
strata pohon di hutan mangrove bagian jugularis, Todirhampus chloris, Zosterops
timur (Gambar 2c). Sementara pada gambar chloris, Ducula bicolor, Treron vernans,
8, di hutan mangrove bagian utara tampak Rhinomyias umbratilis, dan Chalcophaps
jenis yang mendominasi adalah Lumnitzera indica. Sedangkan pada tajuk atas dijumpai
racemosa. Hal ini menggambarkan bahwa jenis Nectarinia calcostetha, Nectarinia
Lumnitzera racemosa memiliki INP yang jugularis, Anas gibberifrons, Zosterops
paling tinggi di antara jenis pohon lainnya chloris, dan Eurystomus orientalis.
(Gambar 4c). Penggunaan stratifikasi vegetasi
Hutan mangrove memiliki peranan yang berhubungan erat dengan ketersedian sumber
sangat penting bagi beberapa jenis burung. pakan pada stratifikasi tersebut, sehingga
Beberapa jenis burung menggunakan hutan aktivitas burung dalam memanfaatkan
mangrove sebagai tempat untuk membuat ruang habitat yang ada dapat berubah-
sarang, misalnya beberapa jenis burung ubah, tergantung penampakan habitat yang
dari famili ardeidai seperti kuntul karang menyediakan makanan. Berubahnya aktivitas
(Egretta sacra.), dan kokokan laut (Butorides makan pada struktur vertikal di suatu pohon
striatus). Bagi jenis burung pemakan ikan sangat dipengaruhi oleh penyebaran pakan
seperti Cekakak sungai (Todirhampus chloris), di pohon tersebut. Zoosterops chloris hampir
mangrove merupakan habitat penting untuk dapat ditemui di semua strata, baik pada strata
mencari makanan. Selain itu di mangrove juga tanah dan tumbuhan bawah, tajuk bawah, tajuk
terdapat banyak serangga yang dapat menjadi tengah, dan tajuk atas. Hal ini terkait dengan
sumber pakan untuk burung-burung terestrial ketersediaan sumberdaya pakan bagi burung
seperti Cenenen kelabu (Orthotomus ruficeps) tersebut. Selain karena ketersedian sumber
dan Sikatan-rimba dada-kelabu (Rhinomyias pakan, pemanfaatan stratifikasi vegetasi
umbratilis). Vegetasi mangrove yang sedang oleh burung berhubungan dengan kebutuhan
berbunga akan menarik perhatian beberapa aktivitas lain, seperti untuk untuk bertengger,
jenis burung dari suku Nectarinidae untuk bersarang, mengawasi mangsa, berlindung,
mengunjunginya. dan beristirahat.
Penggunaan habitat dalam hubungannya
dengan pemanfaatan strata ruang vegetasi oleh Penutup
burung di Pulau Nyamuk dapat digambarkan Secara umum nilai indeks
dengan penggunaan ruang stratifikasi vegetasi keanekaragaman (H’) vegetasi di hutan
Biosaintifika Vol. 2 No.1, Maret 2010,
ISSN 2085-191X, Hal 27-39 39

mangrove Pulau Nyamuk sebesar 1.89. Florida.


Jumlah vegetasi penyusun hutan mangrove MacKinnon J, Karen P & van Balen B. 1993.
di Pulau Nyamuk sebanyak 14 jenis dengan Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali
Lumnitzera racemosa dan Exchoecaria dan Kalimantan. Puslitbang Biologi-LIPI,
agallocha yang memiliki nilai penting Bogor.
tertinggi. Sedangkan untuk burung ditemukan Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and
19 jenis yang didominasi oleh Zosterops Its Measurement. New Jersey: Princeton
chloris dan merupakan jenis burung yang University Press.
memanfaatkan semua strata vegetasi hutan Noor YS, Khazali M & Suryadiputro INN.
mangrove Pulau Nyamuk. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di
Mengingat pentingnya peran hutan Indonesia. Wetlands International. Bogor
mangrove dalam menjaga lingkungan fisik Prawiladilaga D. 2003. Laporan Kegiatan
daerah pesisir dari gangguan alam yang Inventarisasi dan Pemantauan Burung
diakibatkan oleh perairan, seperti abrasi, Tahun 2003. Semarang: Balai Taman
gelombang, ombak, dan badai serta peran Nasional Karimunjawa, Departemen
ekologis yang mendukung kehidupan satwa Kehutanan Propinsi Jawa Tengah.
di dalamnya, maka masyarakat setempat perlu Susanto H .2004. Laporan Kegiatan
diajak dan dilibatkan dalam upaya konservasi Inventarisasi dan Pemantauan Burung
yang dilakukan oleh pihak terkait. Tahun 2004. Semarang: Balai Taman
Nasional Karimunjawa, Departemen
Daftar Pustaka Kehutanan Propinsi Jawa Tengah.
Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwa Liar.
Jilid 1. Depdikbud-Dirjen Pendidikan
Tinggi. Bogor:PAU-IPB.
Chettri N, Debes C, Eklabya S & Rodney
J. 2005. The relationship between bird
communities and habitat: a study a tekking
corridor in the Ikkim Himalaya. Mountain
Research and Development 25 (3): 235-
243.
Ballen SV. 1988. The Terrestrial Mangroves
Birds of Java. Dalam Simposium on
Mangrove Management: Its Ecological
and Economic Consideration. Bogor.
Bibby C, Martin J & Stuart M. 2000. Teknik-
teknik Ekspedisi Lapangan Survei Burung.
Indonesia: Birdlife International-Indonesia
Program.
Hostetler ME & Martin BM. 2001. Florida
monitoring program: point count method
to surveying birds. Department of Wildlife
Ecology & Conservation, University of

View publication stats

Potrebbero piacerti anche