Sei sulla pagina 1di 18

Dinamika Sekolah Dasar DOI: doi.org/10.21009/DSD.XXX.

P-ISSN xxxxx E-ISSN xxxxx

COMPUTATIONAL THINKING, MATHEMATICAL THINKING


BERORIENTASI GAYA KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

Muhammad Fajri
Mahasiswa Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta
Guru SDN Pondok Petir 01, Kota Depok
guru.penulis.fajri27@gmail.com

Yurniwati
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta
yurniwati@unj.ac.id

Erry Utomo
Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta
erryutomo@unj.ac.id

Abstract: Computational thinking and mathematical thinking oriented cognitive style in mathematics
learning in elementary schools can be optimized to provide optimal student learning experiences.
Computational thinking is an innovative mindset in identifying life phenomena to provide various
practical solutions to the problem being studied. The work flow is done chronologically and
comprehensively as a dimension of computational thinking. Computational thinking has 4
dimensions: (1) decomposition; (2) pattern recognition; (3) abstraction; (4) algorithms. Mathematical
thinking is an optimized competency in learning mathematics. Mathematical thinking is a series of
students' processes in identifying problems that exist in the context of learning in the classroom using
a mathematical perspective. There are 4 dimensions of mathematical thinking: (1) specialization; (2)
generalization; (3) suspect; (4) convincing. In learning mathematics in elementary school, cognitive
style has not yet become a priority scale in the development of learning in the classroom context.
Cognitive style is a mindset developed through the affiliation of individual thought patterns that are
distinguished in two dimensions: (1) field-dependent; (2) field-independent. The process of learning
mathematics in elementary schools is developed not only to make students able and adept at counting
but also able to comprehensively solve various problems in the context of life appropriately. Learning
by including the ability to think computationally and think mathematically by referring to his
cognitive style will provide valuable experience to students as their provisions in dealing with
polemics and life phenomena in society later.
Keyword : computational thinking, mathematical thinking; cognitive style; mathematical learning;

Abstrak : Berpikir komputasi dan berpikir matematis berorientasi gaya kognitif pada pembelajaran
matematika di sekolah dasar dapat dioptimalkan untuk memberikan pengalaman belajar siswa secara
optimal. Berpikir komputasi merupakan pola pikir inovatif dalam mengidentifikasi fenomena
kehidupan untuk memberikan berbagai solusi praksis atas masalah yang dikaji. Alur kerjanya,
dilakukan secara kronologis dan komprehensif sebagaimana dimensi berpikir komputasi. Berpikir
komputasi memiliki 4 dimensi: (1) decomposition; (2) pattern recognition; (3) abstraction; (4)
algorithms. Berpikir matematis merupakan kompetensi yang dioptimalkan dalam

1
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

pembelajaran matematika. Berpikir matematis merupakan serangkaian proses siswa dalam


mengidentifikasi masalah yang ada dalam konteks pembelajaran di kelas menggunakan sudut
pandang matematis. Ada 4 dimensi berpikir matematis: (1) spesialisasi; (2) generalisasi; (3)
menduga; (4) meyakinkan. Pada pembelajaran matematika di sekolah dasar, gaya kognitif belum
menjadi skala prioritas dalam pengembangan pembelajaran dalam konteks kelas. Gaya kognitif
merupakan pola pikir yang dikembangkan melalui afiliasi pola berpikir individu yang dibedakan
dalam dua dimensi: (1) field-dependent; (2) field-independent. Proses pembelajaran matematika di
sekolah dasar dikembangkan tidak hanya membuat siswa mampu dan mahir berhitung tetapi juga
mampu secara komprehensif menyelesaikan berbagai permasalahan dalam konteks kehidupan secara
tepat. Pembelajaran dengan menyertakan kemampuan berpikir komputasi dan berpikir matematis
dengan merujuk pada gaya kognitifnya akan memberikan pengalaman berharga pada siswa sebagai
bekal dirinya dalam menghadapi polemik dan fenomena kehidupan di masyarakat nantinya.

Kata Kunci : berpikir komputasi; berpikir matematis; gaya kognitif; pembelajaran matematika

2
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

PENDAHULUAN pada dua dimensi yaitu psikologi


perkembangan dan psikologi pembelajaran.
Pengembangan proses pembelajaran
Adapun kesiapan siswa lebih kepada
saat ini tidak hanya mengembangkan
bagaimana siswa akan belajar terkait materi
pengetahuan konseptual sebagaimana materi
yang akan dipelajarinya. Apakah ada prior
yang ada. Konteks pembelajaran
knowlegde yang perlu dikuasai siswa
dikembangkan dalam langkah pembelajaran
sebelumnya atau tidak. Jika ada, maka siswa
yang mampu mengaktifkan siswa untuk
harus sudah menguasai konten materi
berpikir. Rangkaian proses berpikir masih
tersebut sebelum belajar materi yang akan
menjadi hal yang baru dalam ranah
dipelajari berikutnya (mastery learning).
pengembangan pembelajaran di Indonesia
Dengan demikian, tidak ada gap materi yang
umumnya. Hal ini disebabkan salah satunya
akan menyulitkan siswa dalam
oleh mindset guru yang masih bermuara
melaksanakan proses pembelajaran itu
pada pengembangan materi pembelajaran
sendiri.
yang harus dikuasai siswa. Implikasinya,
pembelajaran cenderung berafiliasi pada Sekalipun demikian, proses
bagaimana siswa menguasai konten materi pembelajaran perlu memberikan tantangan
yang ditargetkan. Dengan demikian, target dan tingkat kesulitan yang tidak biasa
ketercapaian inilah yang hanya sebatas kepada siswa. Hal demikian penting untuk
mengejar ketercapaian pada pencapaian memberikan pengalaman berharga sekaligus
materi tanpa memperhatikan kompetensi apa bermakna kepada siswa. Siswa perlu
yang didapat siswa. diberikan pengalaman pembelajaran yang
menantang dan menguras seluruh potensi
Konteks pembelajaran yang
yang dimilikinya untuk mendapatkan
dikembangkan perlu memberikan afiliasi
pengalaman belajar yang lebih optimal dan
pada aspek pembelajaran yang berpusat pada
komprehensif. Siswa perlu diberikan
siswa. Aspek tersebut merujuk pada segmen
kesulitan yang tinggi dengan memperhatikan
perkembangan (ditinjau dari psikologi dan
kesiapan (termasuk di dalamnya prior
tugas perkembangannya) dan kesiapan siswa
knowledge yang harus dikuasai sebelumnya)
(perlunya prior knowledge atau tidak) dalam
dan kesiapan siswa secara psikologis dan
melaksanakan rangkaian pembelajaran yang
aspek psikologi pembelajaran (menyangkut
dilakukan. Aspek perkembangan merujuk

3
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

metode dan strategi yang akan terpadu solusi yang diberikan atas masalah
dikembangkan). yang disajikan dalam pembelajaran.

Upaya pengembangan pembelajaran Sebuah kepastian bahwa semua


yang efektif dan efisien dikembangkan individu pasti akan melakukan proses
dengan afiliasi pada siswa. Siswa menjadi berpikir. Konteks berpikir itulah yang akan
prioritas utama terkait pengembangan proses membedakan tiap individu itu sendiri. Siswa
pembelajaran yang dilakukan. Berbagai dalam proses pembelajaran perlu berpikir
upaya dilakukan dengan mempertimbangkan banyak hal terkait penyelesaian berbagai
aspek perkembangan siswa dari sisi persoalan yang sedang dipelajarinya di
psikologisnya. Selain itu, pengembangan kelas. Ia harus mampu secara mandiri dan
perangkat media maupun alur komprehensif menyelesaikan berbagai
pengembangan materi juga persoalan melalui proses berpikir itu sendiri.
mempertimbangkan aspek kesiapan dan Dengan demikian, konteks kemampuan
karakteristik perkembangan siswa. Oleh berpikir harus dapat dioptimalkan melalui
karenanya, apa yang dilakukan dalam rangkaian pembelajaran yang ada.
lingkup kelas pada dasarnya harus dapat
Konteks kemampuan berpikir
dikonfirmasi secara holistik oleh siswa. Hal
memiliki dimensi luas dalam
tersebut akan menjadi rujukan terkait
implementasinya. Salah satunya melalui
bagaimana pengembangan pembelajaran
pelaksanan proses pembelajaran di kelas.
akan dioptimalkan.
Pengembangan pembelajaran secara praksis
Yang tidak kalah pentingnya pada dalam langkah-langkahnya harus banyak
rangkaian proses pembelajaran adalah memberikan peluang dan kesempatan
proses berpikir. Dalam konteks ini, berpikir penyelesaian permasalahan yang menuntut
merupakan sebuah aktifitas operasional yang kemampuan berpikir siswa. Hal tersebut
dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu penting dilakukan karena dalam konteks
persoalan terkai konteks materi yang sedang kehidupan yang dialami siswa, banyak
dipelajarinya. Siswa diberikan serangkaian fenomena kehidupan yang menuntut
permasalahan yang berhubungan dengan kemampuan berpikir dalam penyelesaian
materi yang sedang dipelajari untuk dapat persoalan dimaksud.
diselesaikan dan dikomunikasikan secara

4
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

Rangkaian proses kehidupan Di samping kemampuan berpikir


merupakan bentuk dinamisasi yang tidak komputasi dan berpikir matematis, gaya
akan pernah berhenti berputar. Rangkaian kognitif dapat dijadikan dasar
kehidupan dengan segala fenomena yang pengembangan pembelajaran di Sekolah
berkembang akan selalu berjalan seiring Dasar. Hal tersebut merujuk pada dimensi
dengan perjalanan waktu yang tidak pernah gaya kognitif yang akan membantu guru
menunggu. Sebagai makhluk berakal, dalam memetakan kemampuan siswa
manusia (dalam hal ini siswa) harus selalu berdasarkan kategori berpikir dan
mengupgrade dan mengupdate diri menyelesaikan persoalan sesuai dimensi
hubungannya dengan kapasitas dan gaya kognitifnya. Di samping itu, guru juga
kapabilitasnya. Oleh karenanya, akan terbantu dalam melaksanakan proses
pengembangan pembelajaran harus mampu pendampingan dan bimbingan kepada siswa
menjembatani proses berpikir siswa sebagai saat belajar sesuai karakteristik berpikir dan
bentuk kecakapan dalam menghadapi pemecahan masalah yang dimiliki siswa.
peliknya kehidupan nyata suatu saat.
Deskripsi kajian ini akan membahas
Konteks kehidupan sangat erat secara ringkas dan praksis apa dan
kaitannya dengan kemampuan berpikir bagaimana pengembangan berpikir
matematis. Banyak hal bertautan langsung komputasi dan berpikir matematis ditinjau
dengan kemampuan berpikir matematis dari gaya kognitif pada pembelajaran
dalam penyelesaian berbagai persoalan yang matematika di Sekolah Dasar. Upaya
ada baik secara faktual maupun aktual. Dua mengoptimalkan pembelajaran melalui
kerangka konsep yang dapat dikembangkan berbagai strategi dan metode tentu menjadi
hubungannya dengan proses berpikir secara dasar pertimbangan lainnya dalam mencapai
aktif ini yaitu berpikir komputasi dan kompetensi yang harus dikuasai siswa.
berpikir matematis. Rangkaian proses Sekalipun ketiganya bukan merupakan
pembelajaran matematika di Sekolah Dasar aspek utama dalam pengembangan materi
perlu memberikan ruang gerak yang luas pembelajaran tetapi tetap akan membantu
terhadap optimalisasi kedua kecakapan guru dalam mengoptimalkan pembelajaran
tersebut. secara bermutu dan berkualitas.

5
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

PEMBAHASAN computational thinking) pada awalnya


diperkenalkan Seymour Papert pada 1996
Berpikir komputasi adalah rangkaian
lalu dipopulerkan oleh Jeanette Wing
proses yang dilakukan individu secara
sepuluh tahun kemudian (Mufidah, 2018).
kreatif dalam menerapkan siklus
penyelesaian masalah dalam 4 (empat) Berpikir komputasi pada dasarnya
langkah untuk ide, tantangan, dan peluang tidak berhubungan secara langsung dengan
yang ditemui guna mengembangkan solusi perangkat komputer maupun
yang dipilih (Penyusun, 2019). Penekanan penggunaannya. Pola yang dikembangkan
pada kemampuan berpikir komputasi ini dalam berpikir komputasi merujuk pada 4
terletak pada bagaimana cara yang dilakukan dimensi yang membangun kecakapan
untuk mengambil situasi kehidupan nyata tersebut. Dimensi berpikir komputasi terdiri
dan menerjemahkannya dalam konteks atas 4 (empat) bagian, antara lain: (1)
berpikir itu sendiri. Proses berpikir decomposition; (2) pattern recognition; (3)
komputasi ini yang akan membagi dimensi abstraction; (4) algorithms thinking (3,
berpikir dalam kategori yang masing-masing 2019).
memiliki peran dan fungsinya secara praksis
Decomposition merupakan cara
operasional.
berpikir terkait bagaimana mendeskripsikan
Berpikir komputasi merupakan bentuk suatu istilah berikut contoh di dalamnya
pengembangan proses berpikir yang (Mufidah, 2018). Dalam hal ini, agar bagian-
melibatkan kemampuan berpikir itu sendiri. bagian tersebut dapat dipahami secara tepat,
Proses berpikir membutuhkan cara ataupun dipecahkan, dikembangkan, dan dilakukan
strategi dalam menyelesaikan suatu proses evaluasi secara terpisah. Dalam
persoalan. Demikian halnya dengan proses tahapan ini, konteks masalah yang kompleks
berpikir komputasi itu sendiri, dapat dibuat secara lebih sederhana agar
membutuhkan strategi penyelesaian yang lebih mudah diselesaikan secara tuntas dan
tepat dalam menyelesaikan persoalan yang komprehensif. Pada akhirnya, sebuah ide
dihadapkan. sederhana dan mudah dipahami akan muncul
berdasarkan proses decomposition yang
Pada awalnya, berpikir komputasi
berasal dari konsep yang kompleks.
(sebagaimana dikenal dengan istilah

6
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

Pattern recognition merupakan melakukan proses penyelesaian secara


serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk holistik dan komprehensif.
menentukan suatu pola yang sesuai dan tepat
Algorithms thinking merupakan cara
terkait konteks masalah yang disajikan
yang dilakukan untuk memperoleh alur
(Mufidah, 2018). Dengan mengenali pola
penyelesaian melalui definisi yang jelas dari
atau karakteristik yang sama akan membantu
langkah-langkah penyelesaian yang
siswa dalam memecahkan persoalan dan
dikembangkan. Algorithms thinking sangat
membantu dalam membangun penyelesaian
dibutuhkan pada konteks masalah yang sama
persoalan yang disajikan. Proses
muncul kembali dalam dimensi waktu yang
berkembang dari tahapan sebelumnya adalah
berbeda. Dalam konteks ini, proses repetisi
apa yang dilakukan pada tahapan ini tidak
atau pengulangan akan terjadi dan hal itulah
hanya sebatas mengenali konteks masalah
yang akan menjadi kunci bahwa siswa telah
dan penyelesaiannya tetapi juga bagaimana
mampu melakukan proses berpikir
menemukan pola terkait masalah lain yang
komputasi dari dimensi algorithms thinking.
disajikan. Dengan mengenali pola inilah
efisiensi waktu dan berpikir akan berkurang Berpikir matematis merupakan bentuk

dan juga siswa lebih kritis dan kreatif jika pola berpikir yang digunakan untuk

dibiasakan dalam rangkaian pembelajaran menyelesaikan berbagai persoalan

dalam konteks kelas. kehidupan dalam asumsi matematis. Layyina


menyimpulkan bahwa berpikir matematis
Abstraction adalah serangkaian merupakan rangkaian proses berpikir yang
kegiatan yang dilakukan untuk melakukan melibatkan kemampuan mengumpulkan
generalisasi terhadap pembentukan pola, informasi secara deduktif dan induktif,
melihat karakteristik dasarnya, dan menganalisa informasi, dan melakukan proses
menyingkirkan detail yang tidak perlu generalisasi untuk mengembangkan pemahaman

(Penyusun, n.d.). Dalam tahapan ini, siswa dan pengetahuan baru (Layyina, 2018). Proses

dapat melakukan aktivitas yang mampu generalisasi dan pemerolehan pengetahuan baru
inilah yang menjadi muara dalam rangkaian
mengidentifikasi pola yang sudah ditemukan
proses berpikir secara matematis dengan
(pada tahapan kedua) untuk memudahkan
melibatkan berbagai aktivitas kognitif
dirinya dalam mengidentifikasi konsep dan
sebagaimana dijelaskan tersebut. Kemampuan
konteks masalah yang disajikan. Lalu, siswa
berpikir matematis ini merupakan satu acuan

7
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

yang perlu dikembangkan dalam rangkaian Schoenfeld dalam Fajri menyatakan


pembelajaran khususnya dalam ruang lingkup bahwa berpikir matematis merupakan rangkaian
matematika itu sendiri maupun dalam lingkup proses pengembangan pola pikir matematis-
konteks materi pembelajaran lainnya. Kuncinya menghargai proses dalam konteks matematisasi
di sini, bahwa optimalisasi berpikir matematis serta memiliki keinginan kuat untuk
menjadi muara dalam pencapaian kemampuan mengimplementasikannya (Fajri, 2017). Dalam
berpikir yang lebih baik dan komprehensif proses tersebut, juga dikembangkan kapabilitas
dalam mencermati berbagai fenomena yang dalam upaya memperbaiki dan
terjadi di masyarakat umumnya sehingga dapat menyempurnakan diri dengan berbagai
digunakan kemampuan ini dalam memecahkan perangkat. Kemudian, pada saat bersamaan pula
berbagai persoalan yang terjadi. mengoptimalkan perangkat yang dipakai
tersebut untuk memahami secara komprehensif
Berpikir matematis sebagaimana
struktur pemahaman matematika itu sendiri.
dirumuskan oleh Liu dan Niess dalam Celik,
Konsep matematis yang dikembangkanpun
et.al dinyatakan sebagai kombinasi proses
menjadi kerangka praksis operasional yang
kompleks yang melibatkan kemampuan untuk
dapat dilihat, diukur, diamati, dan dirasakan.
memprediksi, proses induksi, proses deduksi,
spesifikasi, generalisasi, analogi, penalaran, dan Kemampuan berpikir matematis dibangun
verifikasi (ÇELİK, 2015). Berpikir matematis dari 4 komponen sebagaimana dikatakan Burton
pada dasarnya merupakan sebuah proses dalam dan Stacey dalam Delima, Rahmah, dan Akbar,
rangkaian berpikir seseorang. Proses berpikir antara lain: (1) spesialisasi; (2) generalisasi; (3)
tersebut melibatkan bagaimana individu dengan menduga; (4) meyakinkan (Delima, N; A
pengetahuan dan pemahaman matematisnya Rahmah; M dan Akbar, 2018). Kemampuan
mampu menganalogikan dan memikirkan spesialisasi dimaksudkan sebagai kemampuan
melalui konteks matematis dalam penyelesaian untuk menyelesaikan berbagai persoalan dengan
suatu persoalan baik dalam lingkup matematis melihat contohnya. Kemampuan generalisasi
ataupun di luar konsep matematis. Dengan merupakan kemampuan yang dikembangkan
demikian, maka dapat diasumsikan bahwa untuk mengidentifikasi suatu isu, fenomena,
berpikir matematis tidak hanya dilakukan oleh persoalan, studi yang didasarkan pada pola dan
seorang matematikawan, tetapi juga bisa koneksi. Adapun menduga dimaksudkan sebagai
dilakukan oleh individu lainnya di luar bentuk kemampuan untuk memprediksi
kelompok tersebut selama proses yang hubungan dan hasil. Sedangkan, kemampuan
dilakukannya adalah secara matematis melalui meyakinkan merupakan kemampuan siswa
konteks dari kedua asumsi tersebut. dalam menemukan dan mengomunikasikan

8
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

dasar pemikiran sebagai alasan terhadap suatu bagaimana pembelajaran itu dikembangkan.
isu, fenomena, objek, dan permasalahan yang Pada dasarnya, proses berpikir sebagai rangkaian
dianggap benar. yang dilakukan pada pembelajaran melibatkan
proses kognitif itu sendiri. Oleh karenanya,
Grigerinko dan Sternberg dalam Bendall,
dengan memperhatikan karakteristik dan
et.al. menyatakan bahwa gaya kognitif
dimensi dari gaya kognitif sendiri akan
memfokuskan pada tradisi identifikasi gaya
membantu siswa mengoptimalkan kapasitas dan
didasarkan pada perbedaan individu dalam
kapabilitasnya dalam mencapai kompetensi
fungsi kognitif dan persepsi (Robert C.A.
pembelajaran.
Bendall; Adam Galpin; Lynne P. Marrow, n.d.).
Asumsi tersebut memiliki relevansi yang tinggi Dikatakan Keefe dalam Darmono jika
dalam kajian psikologi khususnya di bidang gaya kognitif dipandang sebagai bagian gaya
psikologi kognitif. Persepsi sebagai bagian belajar yang menggambarkan kebiasaan
dalam kajian psikologi bisa saja bukan objek berperilaku tetap pada individu dalam menerima,
yang dapat diamati dan diukur karena tidak memikirkan, memecahkan masalah, dan
terlihat jika dilihat dari sudut pandang disiplin mengingat kembali (Darmono, 2012). Aktivitas
ilmu eksakta. Akan tetapi, dalam kajian tersebut berkaitan dengan proses kognitif
psikologi persepsi maupun fungsi kognitif individu dalam prosedur kognitif sebagai
merupakan objek kajian sebagai variabel yang rangkaian proses melalui pengamatan secara
dapat diukur dan diamati dengan menggunakan reseptif dan ditindaklanjuti dengan proses
suatu instrumen tertentu sehingga dapat diteliti kognitif. Proses tersebut dilakukan secara respon
keberadaannya. terhadap fenomena yang muncul sebagai bentuk
reaksi. Adapun reaksi ini dapat berupa respon
Dalam rangkaian pembelajaran yang
positif atau tindakan pemecahan masalah dan
dilakukan, gaya kognitif merupakan satu
proses remembering.
konseptual yang saat ini belum sepenuhnya
menjadi perhatian. Joyce, Weil, dan Showers Gaya kognitif mengidentifikasi cara kerja
dalam Uno, Umar, dan Panjaitan menyatakan individu dalam merespon suatu fenomena
bahwa gaya kognitif merupakan salah satu berbeda yang terjadi (Olivia Natividad Saracho,
variabel kondisi belajar yang menjadi bahan 1997). Hal tersebut akan mempermudah proses
pertimbangan dalam merancang pembelajaran identifikasi individu berdasarkan gaya
(Hamzah B. Uno, Masri Kudrat Umar, 2014). kognitifnya. Gaya kognitif mempengaruhi
Rangkaian proses pembelajaran yang dilakukan bagaimana kemampuan individu berkembang
perlu memperhatikan aspek ini terhadap (Olivia Natividad Saracho, 1997). Dalam hal ini,

9
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

gaya kognitif menjadi satu bentuk konsistensi karakteristik gaya kognitif field independent
yang sama pada rangkaian proses kognitif. akan cenderung mampu mencari informasi lebih
Dengan demikian, proses kognitif yang terjadi banyak di luar konten yang telah ada; mampu
akan mencakup seluruh sikap yang sama (stabil membedakan suatu objek dari objek sekitarnya
dan konsisten) yang ditunjukkan individu itu dengan lebih mudah dan cenderung lebih
sendiri. Di samping itu, gaya kognitif juga analitik; dan motivasinya bergantung pada
mencakup preferensi, atau strategi kebiasaan motivasi internal.
yang membedakan gaya individu dalam
Gaya kognitif field-dependent sendiri
memahami, mengingat, memikirkan, dan
menunjukkan cara berpikir yang terikat dengan
menyelesaikan masalah.
kondisi yang ada. Dalam konteks ini, lingkungan
Secara umum, gaya kognitif sendiri dan fenomena yang disajikan bisa menjadi
terbagi menjadi dua, yaitu field dependent dan pemicu cara berpikir secara kognitif bagi siswa
field independent (Gina Nugraha & Awalliyah, yang memiliki karakteristik gaya kognitif field-
2016). Untuk membedakan gaya kognitif siswa dependent. Hal tersebut membawa pengaruh
sendiri, Witkin telah melakukannya dengan pada diri siswa yang mudah terpengaruh pada
berbagai cara dan metode sejak 1948 (Susanto, berbagai isu dan fenomena yang berkembang
2015). Ia menyatakan bahwa individu yang sebagai implikasi terhadap cara berpikir yang
bersifat analitik merupakan individu yang dikembangkan.
memisahkan lingkungan ke dalam komponen-
Daniels dalam Altun dan Cakan
komponennya, kurang memiliki ketergantungan
mengidentifikasi perbedaan gaya kognitif antara
pada lingkungan (tidak mudah terpengaruh
field dependent dan field independent. Keduanya
dengan lingkungan (Susanto, 2015). Inilah salah
dapat dicermati pada tabel berikut ini.
satu ciri khas individu yang memiliki gaya
kognitif field-independent. Adapun individu Tabel 1 Perbedaan Gaya Kognitif antara Field
yang memiliki sifat global merupakan individu Dependent dan Field Independen (Arif Altun;
yang memfokuskan lingkungan secara holistik, Mehtap Cakan, n.d.)
didominasi atau dipengaruhi lingkungan.
Field Dependent Field Independent
Mengandalkan bidang Mengasumsikan
Gaya kognitif field-independent memiliki persepsi sekitarnya objek sebagai bagian
kecenderungan fokus pada gambaran umum; terpisah dari sebuah
bidang
hanya mengikuti informasi yang sudah ada; Sulit mengidentifikasi, Dapat melepaskan
namun dapat bekerja sama dengan baik, karena mengekstrasi, dan item yang relevan
memakai isyarat yang dari objek tidak
orientasi sosialnya. Sedangkan seseorang dengan tidak menonjol relevan dalam bidang

10
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

Field Dependent Field Independent Untuk mengidentifikasi dan menjustifikasi


yang dicermati gaya kognitif individu diperlukan alat ukur yang
Kesulitan Mampu
menyediakan struktur menunjukkan valid dan reliabel. Alat ukur ini dapat berbentuk
untuk informasi yang struktur ketika tidak apapun selama prinsip pengukuran relevan
absurb melekat dalam
informasi yang antara alat yang digunakan dengan apa yang
disajikan diukurnya. Penggunaan alat ukur gaya kognitif
Kesulitan Mampu
merestrukturisasi merestrukturisasi sendiri merujuk pada deskripsi dan kerangka
informasi baru dan informasi untuk konsep terkait gaya kognitif sampai dimensinya
menjalin hubungan memberikan konteks
dengan pengetahuan bagi pengetahuan (field dependent dan field independent). Salah
sebelumnya sebelumnya satu yang dapat digunakan untuk
Kesulitan mengambil Cenderung lebih
informasi dari memori efisien dalam mengidentifikasi gaya kognitif individu
jangka panjang mengambil item dari diantaranya adalah Group Embedded Figures
memori yang
diperlukan Test (GEFT).

Berdasarkan identifikasi gaya kognitif GEFT dikembangkan pada awalnya oleh


yang dilakukan Daniels di atas, ada Herman A. Witkin untuk mengidentifikasi gaya
kecenderungan bahwa individu field independent kognitif seseorang (Demmick, 2017). GEFT
cenderung lebih superior dibandingkan field berisi rangkaian instruksi untuk menebalkan
dependent. Golongan field dependent cenderung sebuah atau sekumpulan gambar sederhana di
dibatasi oleh cara berpikir yang terkotak. dalam gambar rumit untuk mengidenfifikasi
Adapun golongan fled independent memiliki gaya kognitif seseorang. GEFT terdiri atas 18
kecenderungan cara berpikir yang out of the box. (delapan belas) item untuk mengindentifikasi
Namun demikian, adanya proses identifikasi ini gaya kognitif dalam dua kelompok yaitu field
tidak serta merta berupaya mengunggulkan dependent dan field independent. Dengan
golongan field independent. Prosedur tersebut instrumen ini, akan teridentifikasi individu yang
dilakukan untuk memudahkan guru dalam tergolong dalam kategori gaya kognitif field
mengembangkan rangkaian pembelajaran yaitu dependent dan mana yang tergolong dalam
dengan mengidentifikasi jenis gaya kognitif kategori gaya kognitif field independent.
yang dimiliki siswanya. Guru dapat saja
GEFT ditetapkan sebagai salah satu
mengembangkan pembelajaran dalam dua
instrumen untuk mengidentifikasi gaya kognitif
segmen yang berbeda tetapi pada satu waktu
yang valid dan reliabel. GEFT sudah banyak
bersamaan dengan mempertimbangkan aspek
diaplikasikan secara umum saat ini. Terdapat
gaya kognitif masing-masing siswa.
dua pertimbangan dalam hal penggunaan GEFT

11
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

untuk mengidentifikasi gaya kognitif seseorang komputasi sebagai kompetensi global


yaitu instrumen yang digunakan berupa tes non- menghadapi era revolusi indistri 4.0 menuju
verbal dan hanya membutuhkan keterampilan society 5.0 sebentar lagi. Satu kecakapan
bahasa minimum untuk melakukan tugas yang
lainnya adalah dengan kemampuan berpikir
diinstruksikan pada instrumen GEFT (Arif
matematis yang akan membantu siswa
Altun; Mehtap Cakan, n.d.). Adapun alasan
keluar dari persoalan kehidupan melalui pola
keduanya adalah sifat psikometrik instrumen
pikir matematis dalam menghadapi
telah diselidiki dalam pengaturan lintas budaya
permasalahan nyata dalam kehidupan itu
dan diterima secara akal dan logis.(Arif Altun;
Mehtap Cakan, n.d.) Dalam prosesnya, individu sendiri. Pengembangan pembelajaran
yang mampu meletakkan 12 atau lebih gambar matematika di Sekolah Dasar harus mampu
sederhana diidentifikasi sebagai field mengoptimalkan kemampuan berpikir
independent. Adapun individu yang tidak komputasi dan berpikir matematis melalui
mampu meletakkan lebih dari 11 gambar rangkaian pembelajaran yang
diidentifikasi sebagai field dependent. dikembangkan. Oleh karenanya, guru perlu
Pengembangan proses pembelajaran lebih kreatif dan kritis dengan berbagai isu
matematika di Sekolah Dasar dapat dan fenomena kehidupan yang dapat dibawa
dilaksanakan secara optimal manakala ke kelas untuk sama-sama menjadi objek
kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai pembelajaran guna mengoptimalkan
oleh siswa dengan baik. Namun demikian, kemampuan berpikir komputasi dan berpikir
hal lain yang akan menjadi bekal siswa matematis.
dalam menghadapi kenyataan hidup di
masyarakat atau secara pribadi perlu
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
dilakukan. Salah satunya dengan
memberikan kecakapan yang membantu Rangkaian proses pembelajaran
dirinya menyelesaikan berbagai persoalan matematika di kelas IV Sekolah Dasar
yang bersifat kompleks dan tidak semua dilakukan secara parsial. Berbeda dengan
individu yang sejajar mampu muatan pembelajaran PPKn, Bahasa
menyelesaikannya. Indonesia, IPS, IPA, dan SBdP yang
terintegrasi dalam pengembangan
Dengan mengembangkan dan
pembelajaran tematik terpadu. Matematika
mengoptimalkan kemampuan berpikir

12
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

memiliki ciri kekhasan tersendiri yang detailnya. Berdasarkan dimensinya maka


membuatnya berdiri sendiri sebagai subject dapat diidentifikasi framework berikut ini
matter pada pelaksanaan pembelajaran di berkenaan dengan ketiga konsep berpikir
Sekolah Dasar. tersebut.

Rangkaian proses pembelajaran Tabel 2. Dimensi Berpikir Komputasi dan


matematika sebagai subject matter yang Berpikir Matematis
berdiri sendiri memudahkan siswa dalam
Berpikir Berpikir
mendalami konten matematis di dalamnya. Komputasi Matematis
Siswa lebih terfokus dan komprehensif Decomposition spesialisasi
Pattern recognition generalisasi
dalam mempelajari materi matematis pada Abstraction menduga
pembelajaran yang dikembangkan. Guru algorithms meyakinkan

juga mendapat manfaat sejalan dalam Implementasi praksis pembelajaran


rangkaian pembelajaran yang dalam mengoptimalkan berpikir komputasi
dikembangkan. Oleh karenanya, apa yang dan berpikir matematis yang berorientasi
perlu dikembangkan pada dasarnya perlu pada gaya kognitif dapat direlevansikan
dioptimalkan sebaik-baiknya. Sebagai upaya secara optimal. Hal tersebut merujuk pada
tercapainya proses berpikir matematis korelasi diantara ketiganya yang memiliki
sebagaimana diharapkan. hubungan dalam proses berpikir siswa itu
sendiri. Adanya dimensi dari ketiganya akan
Pengembangan pembelajaran
memudahkan dalam menyelaraskan dan
matematika guna mengoptimalkan
mengoptimalkan proses pembelajaran yang
kemampuan berpikir komputasi dan berpikir
ada. Dengan inilah proses pembelajaran
matematis yang berorientasi pada gaya
dikembangkan melalui langkah-langkah
kognitifnya dapat dikembangkan secara
praksis operasional sekaligus bermakna
bertautan dan berkesinambungan. Ketiganya
demi tercapainya pembelajaran yang
memiliki irisan yang dapat dilakukan secara
bermutu dan berkualitas.
bersamaan melalui rangkaian proses
pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut Hubungan antara berpikir komputasi,
dapat diidentifikasi dari masing-masing berpikir matematis, dan gaya kognitif pada
dimensi berpikir komputasi, berpikir pembelajaran matematika di kelas IV
matematis, maupun gaya kognitif secara

13
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

Sekolah Dasar khususnya dapat Guru perlu membekali diri dengan


diidentifikasi pada bagan berikut. berbagai triks praksis dalam pengembangan
proses pembelajaran. Konten matematika
pada pembelajaran di Sekolah Dasar
memang masih bersifat awal dan dasar.
Tetapi, dari dasar itulah yang membutuhkan
kerangka konsep dan pondasi yang kuat bagi
siswa ketika akan mengikuti rangkaian
pembelajaran matematika pada jenjang dan
tahapan yang lebih tinggi nantinya. Itulah
yang diperlukan bagi siswa dalam
menguasai prior knowledge sebelum
mengikuti serangkaian pembelajaran di
kelas. Di sinilah guru perlu mengidentifikasi
Gambar 1. Alur pengembangan pembelajaran
matematika dalam mengoptimalisasi berpikir dan memetakan prior knowledge siswa
komputasi dan berpikir matematis berorientasi
sebelumnya sehingga siswa tidak mengalami
pada gaya kognitif di Sekolah Dasar.
proses stagnan dalam rangkaian
Pada konteksnya, pembelajaran
pembelajaran yang dilakukan.
matematika di Sekolah Dasar perlu
dikembangkan secara hierarkis, Dari keempat masing-masing dimensi

komprehensif, inovatif, dan futuristik. berpikir komputasi maupun berpikir

Keempatnya inilah sebagai manifestasi matematis dapat dipetakan secara konseptual

konteks berpikir komputasi. Adapun segmen oleh guru dalam mengembangkan dan

pembelajaran matematika itu sendiri akan merencanakan pembelajaran. Dalam

menjadi milik kemampuan berpikir mempersiapkan proses pembelajaran inilah

matematis yang dikembangkan. Dari guru perlu memetakan tiap-tiap dimensi

keduanya, maka perlu diidentifikasi gaya melalui langkah-langkah pembelajaran yang

kognitif dari tiap siswa agar memudahkan akan dilakukan. Di samping itu, guru juga

guru dalam membimbing dan mengarahkan perlu memprediksi hal-hal di luar dugaan

siswa pada proses pembelajaran yang yang akan mengganggu atau bahkan menjadi

dikembangkan. hambatan dalam pelaksanaan proses

14
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

pembelajaran baik dari faktor internal bukan merupakan bagian cara berpikir logis
maupun eksternal. dalam proses matematis tetapi kadangkala
dibutuhkan hal yang mempertimbangkan
Dalam rangkaian pembelajaran
aspek intuitif terkait fenomena yang
matematika, pengembangan berpikir
berkembang dengan mengidentifikasinya
komputasi pada dasarnya bukan hal yang
dari sudut pandang matematis sebagai proses
sulit jika siswa terbiasa melakukannya.
berpikir matematis siswa. Adanya dimensi
Langkah praksis yang paling sederhana
berpikir matematis inilah akan memudahkan
adalah melalui penyajian persoalan sehari-
guru dalam memetakan dan
hari yang memiliki tingkat kesulitan
mengembangkan alur pembelajaran di kelas.
bertahap dan hierarkis. Hal demikian
Guru akan diarahkan dalam
penting karena penguasaan konsep materi
mengembangkan langkah-langkah
oleh siswa harus diawali dengan hal yang
pembelajaran secara praksis namun hierarkis
mudah menuju susah dan juga dari yang
dan kronologis. Diharapkan nantinya, akan
sederhana menuju yang kompleks. Guru
banyak pengalaman pembelajaran yang
perlu memetakan keempat dimensi berpikir
komprehensif dan inovatif pada siswa dalam
komputasi dalam bentuk aktifitas
mengembangkan kemampuan berpikir
pembelajaran yang akan membekali siswa
secara futuristik.
melalui pengalaman langsung pada
rangkaian pembelajaran matematika dalam Guna memudahkan guru dalam
konteks kelasnya. selanjutnya, guru perlu mengidentifikasi kemampuan siswa
mengkonfirmasi pemahaman siswa setelah berdasarkan gaya kognitifnya, maka guru
diberikan serangkaian permasalahan berikut perlu menguasai konsep dan tata cara
solusi yang diberikan tiap siswa. Dalam pengukuran variabel tersebut. cara
kondisi inilah sangat diharapkan berbagai mengidentifikasi kemampuan siswa melalui
jawaban yang beragam sebagaiman cara gaya kognitifnya dapat dilakukan dengan
berpikir tiap siswa di kelas. menggunakan perangkat tes yang dinamakan
GEFT (sebagaimana sudah diulas
Adapun dalam konteks berpikir
sebelumnya). Perangkat ini sudah ada yang
matematis, siswa perlu dibekali berbagai
baku dan sangat mudah didapatkan melalui
pemahaman logis sekaligus hal yang
surfing di dunia maya. Tetapi, berbagai versi
membutuhkan intuisi. Pada dasarnya, intuisi

15
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

akan ditemukan dan usahakan selektif dan pembelajaran yang dikembangkan. Proses
kritis dalam mencari dan mendapatkannya pembelajaran matematika merupakan satu
agar tidak salah instrumen yang akan diantara konteks pembelajaran yang
digunakan untuk mengidentifikasi gaya dilaksanakan di Sekolah Dasar. Oleh
kognitif siswa. karenanya, siswa perlu dibekali secara
optimal melalui rangkaian pembelajaran
Setelah semua siswa terpetakan gaya
yang dilakukan agar mereka mampu
kognitifnya berdasarkan dimensi field-
membekali dirinya untuk menghadapi proses
dependent dan field-independent maka guru
kehidupan yang dinamis dan serba cepat
harus menindaklanjutinya dengan
serta unpredictable.
mengembangkan perangkat pembelajaran
yang berafiliasi pada cara kerja dan berpikir Pengembangan berpikir komputasi
siswa berdasarkan gaya kognitifnya. Guru dapat dioptimalkan melalui rangkaian
perlu mengembangkan setidaknya dua pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.
alternatif langkah pembelajaran secara Hal tersebut sangatlah relevan dan logis
komprehensif dan optimal agar seluruh karena kemampuan berpikir komputasi
siswa terakomodasi pada pembelajaran merupakan satu kompetensi yang harus
dalam konteks kelas. Di samping itu, guru dimiliki siswa sebagai bekal kecakapan
juga perlu membekali diri dengan kerangka dalam menghadapi proses kehidupan di
konsep terkait dimensi kemampuan berpikir masa depan. Dimensi berpikir komputasi
komputasi dan berpikir matematis. akan memberikan kompetensi yang optimal
pada siswa dan menjadikannya sebagai
individu yang inovatif, produktif, dan
KESIMPULAN kreatif. Dimensi berpikir komputasi terdiri

Pengembangan proses pembelajaran atas: (1) decomposition; (2) pattern

matematika di Sekolah Dasar tidak hanya recognition; (3) abstraction; (4) algorithms

sebatas menyelesaikan target kurikulum. thinking. Keempat dimensi ini dapat

Ada hal prioritas yang harus dicapai secara dioptimalkan guna membekali siswa sebagai

komprehensif dan optimal yaitu pengalaman generasi yang cakap dan siap menghadapi

bermakna pada siswa. Pengalaman berbagai tantangan dan persoalan global.


bermakna setelah melaksanakan rangkaian

16
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

Berpikir matematis merupakan Secara holistik pengembangan


rangkaian aktifitas yang dioptimalkan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar

melalui kajian permasalahan yang perlu mengoptimalkan kemampuan berpikir


komputasi dan berpikir matematis secara
disesuaikan dengan kemampuan siswa
komprehensif. Alur berpikir siswa secara
ditinjau dari psikologi dan tugas
hierarkis dikembangkan melalui langkah-
perkembangan. Siswa harus mampu
langkah praksis pembelajaran matematika dalam
mengimplementasikan segala hal yang telah
konteks kelas di Sekolah Dasar. Guna
dipelajarinya di kelas untuk dapat digunakan
memudahkan proses tersebut, maka guru perlu
sebagai bekal dalam menghadapi proses dibekali bagaimana mengidentifikasi gaya
kehidupan nyata di lapangan. Salah satunya kognitif dari tiap siswa di kelasnya. Jika hal
yaitu dalam mengidentifikasi berbagai tersebut sudah teridentifikasi, maka proses
persoalan kehidupan melalui cara pandang pembelajaran akan lebih fokus dan terarah
matematis. Berpikir matematis sendiri dengan merujuk pada pola pikir siswa ditinjau

memiliki 4 dimensi: (1) spesialisasi; (2) dari gaya kognitifnya.

generalisasi; (3) menduga; (4) meyakinkan.


Keempatnya harus dapat dikuasai siswa sebagai
kecakapan yang dibekali pada siswa dalam DAFTAR PUSTAKA
mengjadapi proses kehidupannya kelak. 3, K. (2019). Introduction to computational
thinking. Retrieved August 28, 2019,
Rangkaian proses pembelajaran from
khususnya matematika di sekolah dasar dapat https://www.bbc.co.uk/bitesize/guides/z
p92mp3/revision/1
dioptimalkan melalui proses komprehensif dan
holistik dalam langkah-langkah pembelajaran Arif Altun; Mehtap Cakan. (n.d.).
Undergraduate Students’ Academic
yang inovatif. Guna mengoptimalkan proses
Achievement, Field
tersebut, maka satu konsepsi yang akan Dependent/Independent Cognitive
memudahkan guru dalam memetakan Styles and Attitude toward Computers.
Educational Technology and Society,
kemampuan siswa adalah melalui gaya (Januari 2006), 289 – 297.
kognitifnya. Dimensi kognitif yang terdiri atas
ÇELİK, B. T. T. A. E. A. (2015). A
field-dependent dan field-independent akan
daunting task for pre-service
memudahkan guru dalam membimbing dan mathematics teachers: Developing
mengarahkan siswa dalam memahami konsep students mathematical thinking.
Educational Research and Reviews
materi yang dipelajarinya. Journal, 10(7), 1015–1022.
https://doi.org/10.5897/ERR2015

17
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx

Darmono, A. (2012). Identifikasi Gaya Berpikir Matematis Berdasarkan Tipe


Kognitif Peserta Didik dalam Belajar. Kepribadian pada Model 4K dengan
Al Mabsut: Jurnal Studi Islam Dan Asesmen Proyek Bagi Siswa Kelas VII.
Sosial, Vol. 3(No. 1), 1–6. Prisma, 1, 704–713. Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.ph
Delima, N; A Rahmah; M dan Akbar, A. p/prisma/article/view/20216/9592
(2018). The Analysis of Students’
Mathematical Thinking based on Their Mufidah, I. (2018). Profil Berpikir
Mathematics Self-Concept. Journal of Komputasi Dalam Menyelesaikan
Physics: Conference Series, 1108. Bebras Task Ditinju Dari Kecerdasan
0121, 1–8. Logis Matematis Siswa. Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Demmick, J. (2017). Group Embedded Retrieved from
Figures Test Manual. Retrieved August http://digilib.uinsby.ac.id/28697/8/Imro
28, 2019, from atul Mufidah_D94214100.pdf
https://en.wikipedia.org/wiki/Group_E
mbedded_Figures_Test#cite_ref-:0_1-0 Olivia Natividad Saracho. (1997). Teachers’
and Students’ Cognitive Style in Early
Fajri, M. (2017). KEMAMPUAN Childhood Education. Westport: Bergin
BERPIKIR MATEMATIS DALAM & Garvey.
KONTEKS Pembelajaran abad 21
memberikan gambaran nyata tentang Penyusun, T. (n.d.). Bekali Anak dengan
bagaimana sebuah situasi yang Keahlian Abad 21, Berpikir Komputasi.
dikondisikan sebagai bentuk proses Retrieved August 28, 2019, from
pembelajaran yang ideal . Ideal di sini https://www.bernas.id/50602-bekali-
memberikan makna bahwa proses anak-dengan-keahlian-abad-21-
pembelajaran yang dila. Jurnal Lemma, berpikir-komputasi.html
III(2), 1–11.
Penyusun, T. (2019). Computational
Gina Nugraha, M., & Awalliyah, S. (2016). Thinking: be empowered for the AI
Analisis Gaya Kognitif Field age. Retrieved August 28, 2019, from
Dependent Dan Field Independent https://www.computationalthinking.org
Terhadap Penguasaan Konsep Fisika
Siswa Kelas VII (Vol. V, pp. 71 – 76). Robert C.A. Bendall; Adam Galpin; Lynne
Jakarta: Prodi Pendidikan Fisika dan P. Marrow, S. C. (n.d.). Cognitive
Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Style: Time to Experiment. Front.
Negeri Jakarta. Psychol. 7: 1786, Vol. 7, 1 – 4.
https://doi.org/10.21009/0305010312 https://doi.org/10.3386/fpsyg.2016.017
86
Hamzah B. Uno, Masri Kudrat Umar, K. P.
(2014). Variabel Penelitian dalam Susanto, H. A. (2015). Pemahaman
Pendidikan dan Pembelajaran. Jakarta: Pemecahan Masalah berdasar Gaya
PT. Ina Publikatama. Kognitif. Yogyakarta: Deepublish.

Layyina, U. (2018). Analisis Kemampuan

18

Potrebbero piacerti anche