Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Muhammad Fajri
Mahasiswa Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta
Guru SDN Pondok Petir 01, Kota Depok
guru.penulis.fajri27@gmail.com
Yurniwati
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta
yurniwati@unj.ac.id
Erry Utomo
Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Jakarta
erryutomo@unj.ac.id
Abstract: Computational thinking and mathematical thinking oriented cognitive style in mathematics
learning in elementary schools can be optimized to provide optimal student learning experiences.
Computational thinking is an innovative mindset in identifying life phenomena to provide various
practical solutions to the problem being studied. The work flow is done chronologically and
comprehensively as a dimension of computational thinking. Computational thinking has 4
dimensions: (1) decomposition; (2) pattern recognition; (3) abstraction; (4) algorithms. Mathematical
thinking is an optimized competency in learning mathematics. Mathematical thinking is a series of
students' processes in identifying problems that exist in the context of learning in the classroom using
a mathematical perspective. There are 4 dimensions of mathematical thinking: (1) specialization; (2)
generalization; (3) suspect; (4) convincing. In learning mathematics in elementary school, cognitive
style has not yet become a priority scale in the development of learning in the classroom context.
Cognitive style is a mindset developed through the affiliation of individual thought patterns that are
distinguished in two dimensions: (1) field-dependent; (2) field-independent. The process of learning
mathematics in elementary schools is developed not only to make students able and adept at counting
but also able to comprehensively solve various problems in the context of life appropriately. Learning
by including the ability to think computationally and think mathematically by referring to his
cognitive style will provide valuable experience to students as their provisions in dealing with
polemics and life phenomena in society later.
Keyword : computational thinking, mathematical thinking; cognitive style; mathematical learning;
Abstrak : Berpikir komputasi dan berpikir matematis berorientasi gaya kognitif pada pembelajaran
matematika di sekolah dasar dapat dioptimalkan untuk memberikan pengalaman belajar siswa secara
optimal. Berpikir komputasi merupakan pola pikir inovatif dalam mengidentifikasi fenomena
kehidupan untuk memberikan berbagai solusi praksis atas masalah yang dikaji. Alur kerjanya,
dilakukan secara kronologis dan komprehensif sebagaimana dimensi berpikir komputasi. Berpikir
komputasi memiliki 4 dimensi: (1) decomposition; (2) pattern recognition; (3) abstraction; (4)
algorithms. Berpikir matematis merupakan kompetensi yang dioptimalkan dalam
1
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
Kata Kunci : berpikir komputasi; berpikir matematis; gaya kognitif; pembelajaran matematika
2
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
3
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
metode dan strategi yang akan terpadu solusi yang diberikan atas masalah
dikembangkan). yang disajikan dalam pembelajaran.
4
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
5
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
6
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
dan juga siswa lebih kritis dan kreatif jika pola berpikir yang digunakan untuk
(Penyusun, n.d.). Dalam tahapan ini, siswa dan pengetahuan baru (Layyina, 2018). Proses
dapat melakukan aktivitas yang mampu generalisasi dan pemerolehan pengetahuan baru
inilah yang menjadi muara dalam rangkaian
mengidentifikasi pola yang sudah ditemukan
proses berpikir secara matematis dengan
(pada tahapan kedua) untuk memudahkan
melibatkan berbagai aktivitas kognitif
dirinya dalam mengidentifikasi konsep dan
sebagaimana dijelaskan tersebut. Kemampuan
konteks masalah yang disajikan. Lalu, siswa
berpikir matematis ini merupakan satu acuan
7
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
8
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
dasar pemikiran sebagai alasan terhadap suatu bagaimana pembelajaran itu dikembangkan.
isu, fenomena, objek, dan permasalahan yang Pada dasarnya, proses berpikir sebagai rangkaian
dianggap benar. yang dilakukan pada pembelajaran melibatkan
proses kognitif itu sendiri. Oleh karenanya,
Grigerinko dan Sternberg dalam Bendall,
dengan memperhatikan karakteristik dan
et.al. menyatakan bahwa gaya kognitif
dimensi dari gaya kognitif sendiri akan
memfokuskan pada tradisi identifikasi gaya
membantu siswa mengoptimalkan kapasitas dan
didasarkan pada perbedaan individu dalam
kapabilitasnya dalam mencapai kompetensi
fungsi kognitif dan persepsi (Robert C.A.
pembelajaran.
Bendall; Adam Galpin; Lynne P. Marrow, n.d.).
Asumsi tersebut memiliki relevansi yang tinggi Dikatakan Keefe dalam Darmono jika
dalam kajian psikologi khususnya di bidang gaya kognitif dipandang sebagai bagian gaya
psikologi kognitif. Persepsi sebagai bagian belajar yang menggambarkan kebiasaan
dalam kajian psikologi bisa saja bukan objek berperilaku tetap pada individu dalam menerima,
yang dapat diamati dan diukur karena tidak memikirkan, memecahkan masalah, dan
terlihat jika dilihat dari sudut pandang disiplin mengingat kembali (Darmono, 2012). Aktivitas
ilmu eksakta. Akan tetapi, dalam kajian tersebut berkaitan dengan proses kognitif
psikologi persepsi maupun fungsi kognitif individu dalam prosedur kognitif sebagai
merupakan objek kajian sebagai variabel yang rangkaian proses melalui pengamatan secara
dapat diukur dan diamati dengan menggunakan reseptif dan ditindaklanjuti dengan proses
suatu instrumen tertentu sehingga dapat diteliti kognitif. Proses tersebut dilakukan secara respon
keberadaannya. terhadap fenomena yang muncul sebagai bentuk
reaksi. Adapun reaksi ini dapat berupa respon
Dalam rangkaian pembelajaran yang
positif atau tindakan pemecahan masalah dan
dilakukan, gaya kognitif merupakan satu
proses remembering.
konseptual yang saat ini belum sepenuhnya
menjadi perhatian. Joyce, Weil, dan Showers Gaya kognitif mengidentifikasi cara kerja
dalam Uno, Umar, dan Panjaitan menyatakan individu dalam merespon suatu fenomena
bahwa gaya kognitif merupakan salah satu berbeda yang terjadi (Olivia Natividad Saracho,
variabel kondisi belajar yang menjadi bahan 1997). Hal tersebut akan mempermudah proses
pertimbangan dalam merancang pembelajaran identifikasi individu berdasarkan gaya
(Hamzah B. Uno, Masri Kudrat Umar, 2014). kognitifnya. Gaya kognitif mempengaruhi
Rangkaian proses pembelajaran yang dilakukan bagaimana kemampuan individu berkembang
perlu memperhatikan aspek ini terhadap (Olivia Natividad Saracho, 1997). Dalam hal ini,
9
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
gaya kognitif menjadi satu bentuk konsistensi karakteristik gaya kognitif field independent
yang sama pada rangkaian proses kognitif. akan cenderung mampu mencari informasi lebih
Dengan demikian, proses kognitif yang terjadi banyak di luar konten yang telah ada; mampu
akan mencakup seluruh sikap yang sama (stabil membedakan suatu objek dari objek sekitarnya
dan konsisten) yang ditunjukkan individu itu dengan lebih mudah dan cenderung lebih
sendiri. Di samping itu, gaya kognitif juga analitik; dan motivasinya bergantung pada
mencakup preferensi, atau strategi kebiasaan motivasi internal.
yang membedakan gaya individu dalam
Gaya kognitif field-dependent sendiri
memahami, mengingat, memikirkan, dan
menunjukkan cara berpikir yang terikat dengan
menyelesaikan masalah.
kondisi yang ada. Dalam konteks ini, lingkungan
Secara umum, gaya kognitif sendiri dan fenomena yang disajikan bisa menjadi
terbagi menjadi dua, yaitu field dependent dan pemicu cara berpikir secara kognitif bagi siswa
field independent (Gina Nugraha & Awalliyah, yang memiliki karakteristik gaya kognitif field-
2016). Untuk membedakan gaya kognitif siswa dependent. Hal tersebut membawa pengaruh
sendiri, Witkin telah melakukannya dengan pada diri siswa yang mudah terpengaruh pada
berbagai cara dan metode sejak 1948 (Susanto, berbagai isu dan fenomena yang berkembang
2015). Ia menyatakan bahwa individu yang sebagai implikasi terhadap cara berpikir yang
bersifat analitik merupakan individu yang dikembangkan.
memisahkan lingkungan ke dalam komponen-
Daniels dalam Altun dan Cakan
komponennya, kurang memiliki ketergantungan
mengidentifikasi perbedaan gaya kognitif antara
pada lingkungan (tidak mudah terpengaruh
field dependent dan field independent. Keduanya
dengan lingkungan (Susanto, 2015). Inilah salah
dapat dicermati pada tabel berikut ini.
satu ciri khas individu yang memiliki gaya
kognitif field-independent. Adapun individu Tabel 1 Perbedaan Gaya Kognitif antara Field
yang memiliki sifat global merupakan individu Dependent dan Field Independen (Arif Altun;
yang memfokuskan lingkungan secara holistik, Mehtap Cakan, n.d.)
didominasi atau dipengaruhi lingkungan.
Field Dependent Field Independent
Mengandalkan bidang Mengasumsikan
Gaya kognitif field-independent memiliki persepsi sekitarnya objek sebagai bagian
kecenderungan fokus pada gambaran umum; terpisah dari sebuah
bidang
hanya mengikuti informasi yang sudah ada; Sulit mengidentifikasi, Dapat melepaskan
namun dapat bekerja sama dengan baik, karena mengekstrasi, dan item yang relevan
memakai isyarat yang dari objek tidak
orientasi sosialnya. Sedangkan seseorang dengan tidak menonjol relevan dalam bidang
10
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
11
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
12
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
13
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
konteks berpikir komputasi. Adapun segmen oleh guru dalam mengembangkan dan
kognitif dari tiap siswa agar memudahkan akan dilakukan. Di samping itu, guru juga
guru dalam membimbing dan mengarahkan perlu memprediksi hal-hal di luar dugaan
siswa pada proses pembelajaran yang yang akan mengganggu atau bahkan menjadi
14
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
pembelajaran baik dari faktor internal bukan merupakan bagian cara berpikir logis
maupun eksternal. dalam proses matematis tetapi kadangkala
dibutuhkan hal yang mempertimbangkan
Dalam rangkaian pembelajaran
aspek intuitif terkait fenomena yang
matematika, pengembangan berpikir
berkembang dengan mengidentifikasinya
komputasi pada dasarnya bukan hal yang
dari sudut pandang matematis sebagai proses
sulit jika siswa terbiasa melakukannya.
berpikir matematis siswa. Adanya dimensi
Langkah praksis yang paling sederhana
berpikir matematis inilah akan memudahkan
adalah melalui penyajian persoalan sehari-
guru dalam memetakan dan
hari yang memiliki tingkat kesulitan
mengembangkan alur pembelajaran di kelas.
bertahap dan hierarkis. Hal demikian
Guru akan diarahkan dalam
penting karena penguasaan konsep materi
mengembangkan langkah-langkah
oleh siswa harus diawali dengan hal yang
pembelajaran secara praksis namun hierarkis
mudah menuju susah dan juga dari yang
dan kronologis. Diharapkan nantinya, akan
sederhana menuju yang kompleks. Guru
banyak pengalaman pembelajaran yang
perlu memetakan keempat dimensi berpikir
komprehensif dan inovatif pada siswa dalam
komputasi dalam bentuk aktifitas
mengembangkan kemampuan berpikir
pembelajaran yang akan membekali siswa
secara futuristik.
melalui pengalaman langsung pada
rangkaian pembelajaran matematika dalam Guna memudahkan guru dalam
konteks kelasnya. selanjutnya, guru perlu mengidentifikasi kemampuan siswa
mengkonfirmasi pemahaman siswa setelah berdasarkan gaya kognitifnya, maka guru
diberikan serangkaian permasalahan berikut perlu menguasai konsep dan tata cara
solusi yang diberikan tiap siswa. Dalam pengukuran variabel tersebut. cara
kondisi inilah sangat diharapkan berbagai mengidentifikasi kemampuan siswa melalui
jawaban yang beragam sebagaiman cara gaya kognitifnya dapat dilakukan dengan
berpikir tiap siswa di kelas. menggunakan perangkat tes yang dinamakan
GEFT (sebagaimana sudah diulas
Adapun dalam konteks berpikir
sebelumnya). Perangkat ini sudah ada yang
matematis, siswa perlu dibekali berbagai
baku dan sangat mudah didapatkan melalui
pemahaman logis sekaligus hal yang
surfing di dunia maya. Tetapi, berbagai versi
membutuhkan intuisi. Pada dasarnya, intuisi
15
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
akan ditemukan dan usahakan selektif dan pembelajaran yang dikembangkan. Proses
kritis dalam mencari dan mendapatkannya pembelajaran matematika merupakan satu
agar tidak salah instrumen yang akan diantara konteks pembelajaran yang
digunakan untuk mengidentifikasi gaya dilaksanakan di Sekolah Dasar. Oleh
kognitif siswa. karenanya, siswa perlu dibekali secara
optimal melalui rangkaian pembelajaran
Setelah semua siswa terpetakan gaya
yang dilakukan agar mereka mampu
kognitifnya berdasarkan dimensi field-
membekali dirinya untuk menghadapi proses
dependent dan field-independent maka guru
kehidupan yang dinamis dan serba cepat
harus menindaklanjutinya dengan
serta unpredictable.
mengembangkan perangkat pembelajaran
yang berafiliasi pada cara kerja dan berpikir Pengembangan berpikir komputasi
siswa berdasarkan gaya kognitifnya. Guru dapat dioptimalkan melalui rangkaian
perlu mengembangkan setidaknya dua pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.
alternatif langkah pembelajaran secara Hal tersebut sangatlah relevan dan logis
komprehensif dan optimal agar seluruh karena kemampuan berpikir komputasi
siswa terakomodasi pada pembelajaran merupakan satu kompetensi yang harus
dalam konteks kelas. Di samping itu, guru dimiliki siswa sebagai bekal kecakapan
juga perlu membekali diri dengan kerangka dalam menghadapi proses kehidupan di
konsep terkait dimensi kemampuan berpikir masa depan. Dimensi berpikir komputasi
komputasi dan berpikir matematis. akan memberikan kompetensi yang optimal
pada siswa dan menjadikannya sebagai
individu yang inovatif, produktif, dan
KESIMPULAN kreatif. Dimensi berpikir komputasi terdiri
matematika di Sekolah Dasar tidak hanya recognition; (3) abstraction; (4) algorithms
Ada hal prioritas yang harus dicapai secara dioptimalkan guna membekali siswa sebagai
komprehensif dan optimal yaitu pengalaman generasi yang cakap dan siap menghadapi
16
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
17
Dinamika Sekolah Dasar P-ISSN xxxxxx E-ISSN xxxxxx
18