Sei sulla pagina 1di 8

FAKTOR PEMBENTUK PERSEPSI

RUANG KOMUNAL DI PEMUKIMAN NELAYAN


(Studi Kasus: Pemukiman Nelayan Tambak Mulyo Semarang)

Satriya Wahyu Firmandhani *), Bambang Setioko, Erni Setyowati **)


E-mail address: satriya_firmandhani@yahoo.com

Abstract
In certain settlement, human always interact with the physical setting arround of them. That interaction causes
perception inside of that human, because perception is the process of organizing and interpretating of stimulus
provided by the environment (Rita, 1983). So the perception is strongly influenced by the individual human and
physical surroundings. Based on the theory of perception, found problems in Tambak Mulyo as fishermen
settlement in Semarang, where the inhabitants of Tambak Mulyo do the communal activities on the road
environment. Road environment should be a mode of land transport circulation is also used for the communal
space. Seeing this phenomenon, it can be concluded that there is the perception of communal space in the
fishermen settlement in Tambak Mulyo. And this study aimed to explore the factors forming the perception of
communal space.
In answering the research objectives, the research paradigm used is a quantitative rationalistic to construct
factor variables. In constructing the factor variabless, based on the theory that the perception of the individual
and the setting up of the physical environment (Sarlito, 1992). So that the required variables are perception
variables and variables of communal space. The variables is operationalized into a questionnaire that is easy to
understand the respondents, next after the questionnaire data collected, the data were analyzed using factor
analysis statistical test, so of many variable factors that could wake is reduced to just a few factors that
significantly causes the perception of communal space in the fishermen settlement.
At the output of this research, revealed about the causal factors of the perception of communal space in the
fishermen settlement. These factors is a collection of variable factors that have a strong correlation in the
analysis. By knowing the factors forming the perception of communal space in the fishing settlement, expected to
provide input in the planning and design of fishing settlements.
Key words : Perception, Communal Space, Physical Setting

Pendahuluan
Interaksi individu dan setting fisik lingkungannya faktor-faktor tersebut, akan bisa mempermudah upa-
akan membentuk sebuah persepsi dalam diri manusia ya mengatasi terbentuknya persepsi ruang komu-nal
(Sarlito, 1992). Sedangkan persepsi merupakan suatu di tempat-tempat bukan ruang komunal di pemu-
proses yang integrated dari individu terhadap stimu- kiman nelayan.
lus yang diterimanya (Moskowitz dan Orgel dalam
Walgito, 1994). Individu dan setting fisik lingkungan Pernyataan permasalahan penelitian ini direpresen-
memiliki kaitan yang sangat erat dalam pembentukan tasikan dalam satu bentuk pertanyaan (Djunaedi,
suatu persepsi manusia. 2000), pertanyaan yang mendasari penelitian ini
adalah “faktor apa saja yang membentuk persepsi
Pemukiman nelayan Tambak Mulyo merupakan pe- ruang komunal di pemukiman nelayan Tambak
mukiman yang memiliki penduduk yang heterogen, Mulyo?” Dari pertanyaan penelitian tersebut, akan
yaitu sebagai nelayan dan bukan nelayan. Penduduk menentukan tujuan dan metode penelitian, sehingga
di Tambak Mulyo mempergunakan beberapa tempat dapat menjawab faktor yang menyebabkan pendu-
untuk melaksanakan kegiatan komunal. Para pendu- duk nelayan dan bukan nelayan di Tambak Mulyo
duk menggunakan jalur jalan, bahu jalan, pekarangan menggunakan ruang-ruang tertentu sebagai ruang
rumah untuk merawat jaring nelayan, menjemur ikan komunal untuk menunjang kegiatannya.
asin, berkumpul, saling mengobrol, bersepak bola,
dan lain-lain sehingga ruang-ruang tersebut diguna- Kajian Teori
kan sebagai ruang komunal. Karena reaksi seseorang Penelitian ini berada dalam ranah ilmu perilaku
didasarkan pada persepsi orang tersebut (Sarlito, dalam arsitektur, yang mempelajari mengenai inte-
1992), maka dapat disimpulkan bahwa warga pemu- raksi / hubungan manusia dengan lingkungannya.
kiman nelayan Tambak Mulyo mempersepsikan ru- Permasalahan yang diteliti merupakan permasalahan
ang-ruang tersebut sebagai ruang komunal. persepsi ruang komunal yang terjadi di pemukiman
nelayan Tambak Mulyo, dan tujuan yang akan dica-
Melihat adanya persepsi ruang komunal di Tambak pai adalah mengetahui faktor-faktor pembentuk
Mulyo tersebut, diperlukan sebuah penelitian untuk persepsi ruang komunal tersebut. Maka dari itu,
menemukan faktor pembentuk persepsi ruang komu- diperlukan variabel-variabel faktor yang dapat menja-
nal di Tambak Mulyo, karena dengan diketahuinya wab tujuan penelitian tersebut. Dalam membangun
---------------------------------------------------------------- variabel faktor, peneliti menggunakan road map yang
*) Mahasiswa Magister T. Arsitektur FT Undip dilandaskan pada beberapa teori persepsi ruang
**) Staf Pengajar Magister T. Arsitektur FT Undip

TEKNIK – Vol. 34 No.2 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 95


komunal sebagai kata kunci dasar dalam penelitian lah suatu respon berupa penilaian seorang individu
ini. terhadap rangsangan/stimulus lingkungannya

Persepsi merupakan proses yang integrated dari Pada kajian sebelumnya, telah disimpulkan mengenai
individu terhadap stimulus yang diterimanya (Mosko- definisi dan pemahaman persepsi. Selanjutnya, mun-
witz dan Orgel, dalam Walgito, 1994), teori tersebut culnya persepsi dapat dilihat dengan adanya motiv,
dilengkapi dan ditunjang oleh teori Sarlito (1992) harapan dan minat menurut Rita (1983). Motiv,
bahwa persepsi itu dibentuk dari individu dan setting harapan dan minat dapat dipahami sebagai berikut:
fisik lingkungannya. Kedua teori tersebut juga ditun- 1. Motiv
jang lebih dalam oleh Weisman (1981) yang menya- Motiv merupakan suatu dorongan individu yang
takan bahwa fenomena perilaku merupakan hasil bisa membuat individu melakukan kegiatan dan
interaksi antara organisasi dengan setting fisik. Feno- mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan pada teori
mena perilaku tersebut terdapat beberapa macam, Woodwort dalam Gerungan (2000) terdapat bebe-
salah satunya adalah pembentukan persepsi. Juga rapa kemungkinan fenomena yang terjadi yang
menurut Rita (1983) persepsi merupakan proses bisa menafsirkan motiv seseorang yaitu
pengorganisasian dan penafsiran terhadap stimulus a. Pelaku menentang lingkungan
yang diberikan oleh lingkungan. Sehingga aspek b. Pelaku ikut serta/memanfaatkan lingkungan
individu dan aspek setting fisik sangat berkaitan c. Pelaku pergi dari lingkungan
dalam pembentukan persepsi. Sehingga organisasi
kajian teori dapat dilihat pada skema berikut: Dalam berkegiatan di suatu tempat, manusia
memiliki beberapa pilihan seperti diatas untuk
Sarlito (1992), Rita Persepsi mencapai tujuan tertentu dan indikator diatas
(1983)
Persepsi
yang digunakan untuk mengukur motiv penduduk
merupakan Hasil dalam berkegiatan di Tambak Mulyo.
dari proses interaksi
individu dan INDIVIDU/ SETTING
lingkungannya PENGHUNI FISIK
2. Harapan
Harapan adalah sesuatu yang diinginkan untuk
representasi

representasi

menjadi kenyataan. Dalam mewujudkan suatu


harapan, manusia memerlukan “aksi”, sehingga
variabel harapan disini bisa dioperasionalkan
TEORI TEORI RUANG dalam bentuk kegiatan/respon aksi.
PERSEPSI KOMUNAL
3. Minat
Minat dapat diartikan sebagai kecenderungan hati
variabel variabel terhadap sesuatu. Disini minat merepresentasikan
tujuan utama seseorang/kelompok berkegiatan di
suatu tempat.
Gambar 1
Diagram Organisasi Kajian Teori Berdasarkan simpulan dari teori diatas, maka
persepsi ruang komunal memiliki makna bahwa
Melihat dari skema diatas, dalam menemukan faktor warga memandang/menilai suatu ruang sebagai
pembentuk persepsi ruang komunal, diperlukan va- ruang komunal berdasarkan rangsangan yang ada
riabel-variabel faktor yang berasal dari variabel di lingkungan tersebut. Dimana ruang komunal
persepsi dan variabel ruang komunal. Maka, kajian sendiri adalah ruang milik bersama yang bersifat
teori akan memaparkan teori-teori persepsi dan teori publik dan bisa digunakan oleh individu / kelom-
ruang komunal sebagai setting untuk membangun pok dalam melakukan aktifitas tertentu. Dalam
variabel faktor dalam penelitian. Berikut pembahasan penilaian persepsi ruang komunal masyarakat,
kedua teori tersebut untuk membangun variabel akan diukur dengan variabel motiv, minat, dan
penelitian harapan oleh Rita (1983) dengan penyesuaian dan
pengoperasionalan variabel sesuai dengan konteks
Teori Persepsi ruang komunal.
Menurut Moskowitz dan Orgel dalam Walgito
(1994), persepsi merupakan proses yang integrated Dalam penilaian persepsi ruang komunal di pe-
dari individu terhadap stimulus yang diterimanya, mukiman nelayan, masyarakat akan diukur mela-
yaitu sebagai proses pengorganisasian, penginterpre- lui ketiga variabel tersebut sehingga bisa dilihat
tasian, terhadap stimulus yang diterima oleh individu, seberapa besar persepsi masyarakat dalam me-
sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan meru- nganggap ruang tersebut sebagai ruang komunal.
pakan aktifitas yang intergrated dalam diri individu. Namun, sebaiknya pengkajian teori tidak hanya
Teori tersebut didukung oleh Rita (1983) dimana dari satu teori saja, sehingga diperlukan teori lain
persepsi diartikan sebagai proses pengorganisasian yang melengkapi teori sebelumnya. Dalam
dan penafsiran terhadap stimulus yang diberikan oleh penilaian persepsi, juga akan dikaji dan dibangun
lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa persepsi ada- variabel dari teori Ittelson (1978) yang

TEKNIK – Vol. 34 No.2 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 96


memaparkan dimensi persepsi urban design 2. Ruang yang diadakan, dikelola dan dikontrol
dalam 4 ranah dibawah ini. secara bersama - baik oleh instansi publik mau-
a. Kognitif pun privat - didedikasikan untuk kepentingan dan
Merupakan suatu pemikiran, pengorganisasian kebutuhan publik. Dengan begitu dapat diambil
suatu informasi yang mempermudah kita kesimpulan bahwa ruang komunal memiliki sifat
membuat pemahaman tentang suatu lingku- publik.
ngan. 3. Ruang yang terbuka dan aksesibel secara visual
b. Afektif maupun fisik bagi semua tanpa kecuali.
Perasaan yang mempengaruhi persepsi terma- 4. Pada pengertian ini, ruang komunal diartikan se-
suk makna dalam asosiasi lingkungan. bagai ruang yang terbuka/outdoor yang memiliki
c. Interpretatif kemudahan pencapaian dan bersifat visible atau
Penafsiran atas sebuah stimulan yang ada di mudah dilihat. Aspek aksesibilitas dan visibilitas
lingkungan. ini termasuk hal yang mendukung fungsi ruang
d. Evaluatif komunal.
Merupakan penyatuan nilai sehingga mem- 5. Ruang dimana masyarakat mendapat kebebasan
bentuk suatu justifikasi seperti “baik/buruk” beraktivitas.
nya suatu nilai.
Teori Barliana tersebut didukung oleh Nugradi
Bukan hanya dari kedua teori sebelumnya diatas, (2002) yang juga menyebut ruang komunal sebagai
teori persepsi juga akan dilengkapi dengan teori terjemahan dari istilah public space yang dijelaskan
persepsi lingkungan dalam Haryadi (1995) yang oleh Altman dalam Fisher (1984: 177) sebagai ruang
dipaparkan sebagai berikut. teritori publik yang memperkenankan setiap orang
berada disana. Ruang komunal ini memiliki 3 kriteria
Persepsi lingkungan adalah interpersepsi suatu yang disebutkan oleh Scrupton dalam Beng-Huat
setting oleh individu yang dilatar belakangi oleh (1992) antara lain:
budaya, nalar, dan pengalaman individu tersebut a. Dapat diakses oleh siapapun (Aksesible)
(Haryadi, 1995). Seorang individu dalam suatu b. Kurang sesuai bila digunakan secara individu
setting memungkinkan memiliki persepsi yang Ruang komunal lebih identik dengan kegiatan
berbeda dikarenakan budaya, nalar dan pengala- bersama masyarakat. Kegiatan ini lebih dominan
man yang berbeda, namun sekelompok individu pada aspek sosial. Namun tetap memungkinkan
di suatu setting bisa memiliki persepsi yang sama untuk digunakan secara individual masyarakat
karena budaya, nalar dan pengalaman yang sama. sekitar ruang komunal.
Teori persepsi lingkungan ini menjadi variabel c. Perilaku pengguna terikat oleh norma-norma
dalam pengukuran data lapangan guna melihat sosial setempat.
persepsi individu di Tambak Mulyo yang nan-
tinya juga akan di sintesa dengan teori persepsi Ruang komunal erat kaitannya dengan masyarakat
yang sudah dipaparkan sebelumnya. pada suatu tempat, sehingga memiliki kemungkinan
latar belakang, pemikiran dan budaya yang sama.
Setelah mengkaji tentang teori persepsi dan di- Persamaan-persamaan tersebut membentuk suatu
bangun beberapa variabel faktor, maka diperlukan norma sosial yang mereka anut, sehingga mewa-
indikator dari setiap variabel tersebut yang bisa jibkan juga untuk orang lain yang menggunakan
dibangun dari teori yang sama atau didukung ruang komunal tersebut mematuhi norma sosial
dengan teori lain yang relevan. tersebut.

Teori Ruang Komunal Kedua teori diatas, dilengkapi oleh Darmawan


Selanjutnya, untuk membangun variabel ruang ko- (2009), dimana disebutkan bahwa ruang komunal
munal, akan dikaji mengenai karakteristik ruang ko- diartikan sebagai ruang komunitas yaitu ruang ko-
munal. Ruang komunal juga diartikan sebagai ruang song yang berada di lingkungan perumahan yang
publik oleh beberapa ahli. Dalam Barliana (2008) didesain, dikembangkan dan dikelola sendiri oleh
ruang komunal atau ruang publik berguna untuk masyarakat setempat. Keberadaan ruang komunal ini
menampung kegiatan sosial masyarakat dengan bisa berupa taman. Ruang ini dilengkapi oleh fa-
kriteria yang dijelaskan dalam Sunaryo et.al (2010) silitas-fasilitas seperti tempat duduk, area bermain,
sebagai berikut: gardu pandang, dan elemen estetis lainnya.
1. Ruang tempat masyarakat berinteraksi, melaku-
kan beragam kegiatan secara berbagi dan bersa- Berdasarkan beberapa teori yang dipaparkan dan
ma, meliputi interaksi sosial, ekonomi dan bu- dikaji mengenai definisi dan karakteristik ruang ko-
daya, dengan penekanan utama pada aktivitas munal, telah dapat dibangun beberapa variabel ruang
sosial, menjadi wadah kegiatan komunal interaksi komunal. Dan dalam mengetahui indikator variabel
masyarakat dimana terjadi beragam aktivitas, me- tersebut, diperlukan pengkajian kembali mengenai
rupakan ruang dimana masyarakat berbagi ruang variabel yang dibangun lebih mendalam, sehingga
dan waktu untuk aktivitasnya. dapat memperoleh indikator variabel tersebut.

TEKNIK – Vol. 34 No.2 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 97


TEKNIK – Vol. 34 No.2 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 98
Tabel 1. Rotated Component Matrixa segmen 1 Analisis selanjutnya dengan malekukan uji validitas
Component dan reliabilitas data di segmen 2, dan dilanjutkan
dengan analisis faktor dengan langkah yang sama
1 2 3 dengan segmen 1. Yaitu dengan melakukan uji ana-
aksesibilitas_7 .179 .849 .188 lisis faktor sehingga ditemukan faktor-faktor yang
berkorelasi kuat dan dominan secara signifikan dalam
sosial .328 .289 .390
membentuk persepsi ruang komunal di pemukiman
katalisator .391 .635 -.385 nelayan. Terdapat beberapa tabel dalam output ana-
ekobud_2 .517 .574 -.006 lisis faktor, namun hasil analisis faktor dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
publik_2 .277 -.194 .817
motiv_1 .847 .066 .326 Tabel 3. Rotated Component Matrixa segmen 2
minat .881 .109 .176
Component
kognitif_2 .588 .056 .450
1 2 3 4 5
afektif_2 -.321 -.122 -.809
aksesibilitas_2 .058 .844 .117 .065 .102
afektif_3 .763 -.079 .304
aksesibilitas_4 .206 .670 .389 .031 -.200
interpretatif .848 .204 .147
visible_1 -.051 .640 -.087 .280 .126
evaluatif .734 .166 .261
komponen_1 -.135 .120 .797 .075 .335
aksesible_8 -.231 .853 -.016
sosial .142 .300 .575 .406 .180
Sumber: Analisis SPSS, 2013 ekobud_1 -.418 .168 .160 .646 .195
Melihat tabel tersebut, tabel terdiri dari 3 komponen
ekobud_2 .210 .263 -.048 .749 -.095
faktor dimana setiap komponen terdiri dari berbagai
variabel. Variabel yang memiliki nilai loading factor publik_1 .284 -.190 .156 .154 .731
yang >0,5 di salah satu kolom komponen faktor, publik_2 .579 .147 .379 .273 -.153
berarti variabel itulah yang masuk dalam komponen
publik_3 -.115 .285 .028 -.066 .676
faktor tersebut, namun bila tidak ditemukan loading
factor suatu variabel >0,5 maka dipilah yang tertinggi motiv_1 .851 .140 -.125 .008 .065
(Eliza, 2007). Dapat dilihat pada tabel loading factor harapan .428 -.106 .141 .494 .027
yang digunakan adalah yang dicetak tebal. Dengan
minat .849 .159 .031 -.057 .211
melihat tabel disamping, dapat disimpulkan bahwa
faktor pembentuk persepsi ruang komunal kognitif_2 .645 -.358 .221 .123 .352
pemukiman Tambak Mulyo di segmen 1 adalah: afektif_3 .732 -.032 .213 .182 -.340
evaluatif .472 -.082 .675 -.134 -.236
Tabel 2. Rekap Faktor Pembentuk
Persepsi Ruang komunal Segmen 1 Extraction Method: Principal Component Analysis.
Faktor Prosentase Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Pembentuk Variabel pengaruh a. Rotation converged in 10 iterations.
Persepsi Ruang (%)
Komunal Dengan melihat tabel rotated component matrix dia-
Faktor Internal Motiv, Minat, 43,621 tas, dapat diinterpretasikan terdapat 5 faktor pemben-
Penduduk Kognitif, Afektif, tuk persepsi ruang komunal di segmen 2 Tambak
Interpretatif,
evaluatif
Mulyo. Setelah diketahui jumlah faktor dan variabel
Kegiatan dan Aksesibilitas, 17,748 yang terkandung di dalamnya, selanjutnya adalah
aksesibilitas katalisator, mengelompokkan dan memberi nama faktor tersebut
ekonomi dan agar bisa mewakili keseluruhan variabelnya. Pembe-
budaya rian nama faktor tidak ada ketentuan khusus, Namun
Publicitas sifat publik dan 8,373 harus bisa mewakili variabel yang terkandung di
affektif dalamnya. Dari interpretasi tersebut dapat disimpul-
Ketiga faktor yang ditemukan diatas signifikan kan bahwa di segmen 2 Tambak Mulyo terdapat 5
menjadi faktor pembentuk persepsi ruang faktor pembentuk persepsi ruang komunal yang
komunal di Pemukiman nelayan Tambak Mulyo terdiri dari beberapa variabel di setiap faktornya
sebesar 69,741%. Dan 30,259% dipengaruhi oleh yaitu:
faktor-faktor lain.

TEKNIK – Vol. 34 No.2 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 99


Tabel 4. Rekap Faktor Pembentuk Persepsi Ruang Faktor internal penduduk meliputi beberapa va-
komunal Segmen 2 riabel yaitu: Motiv, Minat, Kognitif, Afektif, Kei-
Faktor Variabel Prosentase nginan bebas beraktifitas (sifat publik)
pengaruh 2. Keterjangkauan ruang (Faktor penarik, pengaruh
(%) 16,199%)
Faktor Internal Motiv, Minat, 26,034 Faktor keterjangkauan ruang ini meliputi bebe-
Penduduk Kognitif, Afektif, rapa variabel yaitu: Aksesibilitas, Visibilitas
sifat publik
3. Fasilitas pendukung bersosialisasi (Faktor pena-
Keterjangkauan Aksesibilitas, 16,199
ruang visibilitas rik, pengaruh 10,28%)
Fasilitas Komponen 10,268 Faktor komponen pendukung sosialisasi ini
pendukung pendukung, meliputi: Komponen pendukung ruang komunal,
bersosialisasi kegiatan sosial, Kegiatan sosialisasi yang dilakukan, Penilaian
evaluatif terhadap kegiatan komunal di jalan (evaluatif)
Kegiatan Kegiatan ekonomi 7,962 4. Kegiatan ekonomi dan budaya (Faktor penarik,
ekonomi dan dan budaya pengaruh 7,96%)
budaya Kegiatan ekonomi dan budaya yang dilakukan
Publicitas Sifat publik 7,208 penduduk Tambak Mulyo di segmen 2 juga
Kelima faktor yang ditemukan diatas merupakan faktor pembentuk persepsi ruang
signifikan menjadi faktor pembentuk persepsi
komunal. Karena adanya kegiatan ekonomi
ruang komunal di Pemukiman nelayan
Tambak Mulyo sebesar 67,671%. Dan berupa perdagangan (penjual makanan keliling)
32,429% dipengaruhi oleh faktor lain. dan warung kecil serta kegiatan budaya nelayan
merawat jaring di tepi jalan membentuk persepsi
Kesimpulan masyarakat bahwa jalan lingkungan tersebut
Berdasarkan dari hasil analisis dan pemaknaan yang meruoakan ruang komunal warga.
telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, dapat 5. Publicitas (Faktor penarik, pengaruh 7,2%)
disimpulkan bahwa pada segmen 1 dan 2 pemukiman Faktor publicitas disini mengandung makna
nelayan Tambak Mulyo terbentuk persepsi ruang bahwa ruang jalan bisa memfasilitasi warga untuk
komunal di kalangan penduduk Tambak Mulyo. Ber- melakukan berbagai kegiatan disana (responsif),
dasarkan pemaknaan, terdapat 2 sifat faktor pem- dan warga juga merasakan bahwa ada makna an-
bentuk persepsi ruang komunal yaitu faktor pendo- tara kegiatan yang dilakukan di jalan lingkungan
rong dan penarik. Faktor-faktor pembentuk persepsi dengan kehidupan pribadinya (meaningfull).
ruang komunal tersebut antara lain:
Rekomendasi
Segmen 1 Untuk Perencana dan Perancang Pemukiman
Segmen 1 merupakan zona perdagangan yang ada di Berdasarkan temuan penelitian, beberapa rekomen-
pemukiman nelayan Tambak Mulyo. Sehingga kegia- dasi untuk para perencana dan arsitek kota antara
tan yang mendominasi pada segmen ini ialah kegia- lain:
tan perdagangan. Faktor pembentuk persepsi ruang 1. Perencana dan perancang kota dalam merancang
komunal pada segmen 1 adalah: suatu pemukiman, hendaknya tidak hanya mem-
1. Faktor Internal penduduk (Faktor Pendorong, pe- perhatikan idealisme desain, Namun juga mem-
ngaruh 43,62%) perhatikan persepsi penduduk. Karena pen-duduk
Dalam faktor internal penduduk terdapat beberapa di suatu tempat belum tentu memiliki persepsi
variabel faktor yaitu: Motiv, Minat, Kognitif, Af- yang sama dengan penduduk di tempat lain.
fektif, Interpretatif, Evaluatif 2. Menyikapi temuan penelitian bahwa terjadi per-
2. Kegiatan dan aksesibilitas (Faktor penarik, sepsi ruang komunal pada jalan lingkungan Tam-
pengaruh 17,75%) bak Mulyo, maka dalam membuat suatu peratu-
Dalam faktor kegiatan dan aksesibilitas terdapat ran/desain hendaknya memperhatikan faktor-
beberapa variabel faktor yaitu: Aksesibilitas, Ka- faktor pembentuk persepsi ruang komunal pada
talisator, Ekonomi dan budaya suatu wilayah. Sehingga dimungkinkan akan
3. Publicitas (Faktor penarik, pengaruh 8,38%) mengeluarkan output desain jalan yang berbeda
Dalam faktor publicitas terdapat beberapa varia- dari ideal, untuk memfasilitasi pula ruang komu-
bel faktor yaitu: Sifat publik, Affektif nal masyarakat.

Segmen 2 Untuk Penelitian Selanjutnya


Segmen 2 merupakan zona murni pemukiman yang Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya antara
ada di pemukiman nelayan Tambak Mulyo. Sehingga lain:
kegiatan yang mendominasi pada segmen ini ialah 1. Penelitian selanjutnya hendak meneliti di lokus
kegiatan warga sebagai penduduk pemukiman. Fak- yang sama, namun menggunakan paradigma pe-
tor pembentuk persepsi ruang komunal pada segmen nelitian yang berbeda. Sehingga diharapkan bisa
2 adalah: saling melengkapi hasil penelitian.
1. Faktor internal penduduk (Faktor pendorong, 2. Diperlukan pula penelitian yang bertujuan untuk
pengaruh 28,03%) mengungkap keinginan/kecenderungan/preferensi

TEKNIK – Vol. 34 No.2 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 100


masyarakat kampung nelayan terhadap ruang ko-
munal yang diinginkannya.

Daftar Pustaka
1. Beng-Huat, Chua dan Norman Edwards (Eds).
1992. Public Space: Design, Use and Manage-
ment. Singapore: Singapore University Press
2. Bungin, Burhan. 2009. Metodologi Penelitian Ku-
antitatif, Kencana : Jakarta.
3. Darmawan, Edy. 2009. Ruang Publik dalam Arsi-
tektur Kota. Badan Penerbit Universitas Dipone-
goro: Semarang
4. Djunaedi, Ahmad. 2000. Metodologi Penelitian.
Jurusan Arsitektur FT UGM: Yogyakarta
5. Eliza. 2011. Mengolah Data Statistik Penelitian
dengan SPSS 18. Gramedia: Jakarta
6. Eriyanto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini
Publik. LkiS Yogyakarta: Yogyakarta
7. Hakim, Rustam. 1987. Unsur Perancangan da-
lam Arsitektur Lanskap. PT Bina Kasara : Jakarta.
8. Haryadi, B. Setiawan. 1995. Arsitektur Lingku-
ngan dan Perilaku, Dirjen Dikti, Depdikbud:
Jakarta.
9. Rita L, Atkinson. 1983. Pengantar Psikologi da-
lam Arsitektur Lanskap. Bumi Aksara : Jakarta.
10. Sarwono, Sarlito. Wirawan. 1992. Psikologi
Lingkungan. Grasindo PT Gramedia Widiasarana
Indonesia: Jakarta.
11. Walgito, Bimo. 1994. Psikologi Sosial. Andi
Offset. Yogyakarta.
12. Weismann, J. 1981. Modelling Environmental
Relation: Pensilvania, USA.

Jurnal
1. Barliana, M.Syaom. 2008. Pendidikan dan Arsi-
tektur Berbasis Komunitas: Sebuah Upaya
Demokratisasi Ruang Publik Kota. Paper of
International Seminar Long Life Education for
Prosperity and Democatization”, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
2. Sunaryo, Rony G. Suwarno, N. Ikapura. Setia-
wan, B. Posisi ruang Publik dalam Transformasi
Konsepsi Urbanitas Kota Indonesia. Jurnal
Ilmiah.

Tesis S2
1. Nugradi, Didik N. 2002. Setting dan Atribut Ru-
ang Komunal Mahasiswa Universitas Negeri
Semarang. Tesis S-2. Magister Teknik Arsitektur
Universitas Diponegoro. Tidak Dipublikasikan.
Hal: 8
2. Wijayanti, Susi. 2000. Pola Seting Ruang Komu-
nal Interaksi Sosial Mahasiswa. Tesis-S2 Univer-
sitas Diponegoro. Tidak Dipublikasikan. Hal: 12-
28.

TEKNIK – Vol. 34 No.2 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 101


TEKNIK – Vol. 34 No.2 Tahun 2013, ISSN 0852-1697 102

Potrebbero piacerti anche