Sei sulla pagina 1di 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

POLA SEBARAN KEJADIAN PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA


DI KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG

Mia Sri Aulina, Mursid Rahardjo, Nurjazuli


Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro
Emai : miasriaulina04@gmail.com

ABSTRACT

Pneumonia is an infectious disease that causes death in children around the


world. The discovery and treatment of pneumonia infants in Central Java in 2015
was 53.31%. In 2016 the discovery of infant pneumonia in Semarang District is
the highest is Puskesmas Bergas that is as many as 346 cases of 3,828 children
under five years. Risk factors that can cause pneumonia are environmental
factors inside and outside the home. The purpose of this study was to analyze
the pattern of the spread of pneumonia in under five years based on
environmental factors and to see the relationship of pneumonia occurrence in
infants with environmental factors in the house Bergas, Semarang District. The
type of this research is observational analytics with case control design and
sampling with purposive sampling technique. The number of samples in this
study were all children under five years (0-59 months) who had a history of
pneumonia from October 2016 to April 2017 of 102 respondents. Bivariate
analysis using chi square test with significance value (α = 5%) showed that there
was significant correlation between floor type (p-value 0,010) and fuel type (p-
value 0,019) with pneumonia incidence in children under five years. Spatial
analysis using Arcgis software 10.3. The pattern of spreading incidence of
pneumonia in Bergas, Semarang District showed clustered pattern. The dominant
patterns of environmental risk factors for pneumonia among children under five
years are population density, healthy house coverage, industrial density and the
presence of health services.

Keywords : Pneumonia, under five years old children, Semarang District,


spatial analysis, environmental risk factors

PENDAHULUAN khusus mempengaruhi paru.


Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pneumonia adalah keadaan dimana
(ISPA) adalah penyakit saluran alveoli pada salah satu atau kedua
pernapasan yang disebabkan oleh paru-paru terisi oleh cairan yang
agen infeksius yang ditularkan dari menyebabkan terganggunya
manusia ke manusia.1 ISPA dapat pertukaran oksigen yang membuat
terjadi pada setiap bagian dari sistem sulit untuk bernapas.2
pernapasan mulai dari hidung sampai Infeksi dapat disebabkan oleh
ke paru. Pneumonia adalah bentuk bakteri, virus maupun jamur.
parah dari infeksi saluran pernapasan Pneumonia juga dapat terjadi akibat
akut bagian bawah yang secara kecelakaan karena menghirup cairan

744
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

atau bahan kimia.3 Pneumonia atau bersin. Lalu kuman penyebab


disebabkan oleh kuman pneumonia tersebut masuk ke
Pneumococcus, Staphylococcus, saluran pernapasan melalui proses
Streptococcus. Populasi yang rentan inhalasi (udara yang dihirup) atau
terserang Pneumonia adalah anak dengan cara penularan langsung,
anak usia kurang dari 2 tahun, usia yaitu percikan droplet yang
lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang dikeluarkan oleh penderita saat
yang memiliki masalah kesehatan batuk, bersin, dan berbicara langsung
(malnutrisi atau gangguan yang terhirup oleh orang di sekitar
imunologi).4 penderita, menggunakan benda yang
Diperkirakan ada 1,8 juta atau 20 telah terkena sekresi saluran
% dari kematian anak diakibatkan pernapasan penderita.9
oleh pneumonia, melebihi kematian SIG (Sistem Informasi Geografis )
akibat AIDS, malaria dan merupakan suatu sistem berbasiskan
tuberkulosis.2 Perkiraan kasus komputer yang digunakan untuk
pneumonia secara Nasional di menyimpan dan memanipulasi
Indonesia sebesar 3,55% namun informasi-informasi geografis. SIG
angka perkiraan kasus di masing- dirancang untuk mengumpulkan,
masing provinsi menggunakan angka menyimpan, dan menganalisis objek-
yang berbeda-beda sesuai angka objek dan fenomena-fenomena
yang telah ditetapkan.3 Penemuan dimana lokasi geografis merupakan
dan penanganan penderita karakteristik yang penting atau kritis
pneumonia pada balita di Jawa untuk dianalisis. Dengan demikian,
Tengah tahun 2015 sebesar 53,31%, SIG merupakan sistem komputer
hal ini meningkat cukup signifikan yang memiliki kemampuan dalam
dibandingkan capaian pada tahun menangani data yang bereferensi
2014 yakni sebesar 26,11%. geografis.10 SIG ini dapat
Meskipun mengalami peningkatan, dimanfaatkan dalam berbagai bidang
capaian tersebut masih jauh dari ilmu lingkungan, ekonomi, juga
target SPM yaitu 100%.5 kesehatan.11 SIG memungkinkan
Penemuan kasus penyakit untuk melihat hubungan, pola dan
pneumonia pada balita di Kabupaten trend secara spasial, sehingga dapat
Semarang untuk setiap Puskesmas lebih mudah dalam melakukan
beragam, ada yang tinggi dan ada pemecahan masalah.12
yang rendah dan untuk data Kejadian pneumonia pada balita
penemuan penyakit pneumonia pada yang masih cukup tinggi di
balita yang paling tinggi adalah Kecamatan Bergas perlu
Puskesmas Bergas yakni sebanyak mendapatkan perhatian khusus oleh
346 kasus pada tahun 2016, pada pihak pelayanan kesehatan di
tahun 2015 ditemukan sebanyak 354 Kabupaten Semarang. Karakteristik
kasus dan pada tahun 2014 faktor lingkungan Kecamatan Bergas
ditemukan sebanyak 250 kasus memiliki kesamaan dengan faktor
pneumonia pada balita.6,7,8 risiko kejadian pneumonia balita yaitu
Pada umumnya, pneumonia seperti kepadatan penduduk tinggi,
dikategorikan dalam penyakit sosial ekonomi rendah, dan masih
menular yang ditularkan melalui banyaknya kondisi fisik rumah kurang
udara, dengan sumber penularan sehat. Analisis spasial bertujuan
adalah penderita pneumonia yang untuk melihat pola persebaran
menyebarkan kuman dalam bentuk kejadian pneumonia pada balita di
droplet ke udara pada saat batuk Kecamatan Bergas sehingga dapat

745
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

memudahkan dalam pengendalian menggunakan kuesioner serta


dan penanganannya. Kecamatan mengambil titik koordinat dengan
Bergas terdapat banyak pabrik besar menggunakan alat bantu GPS Test.
dan juga ada beberapa daerah yang Sampel penelitian menggunakan total
melewati jalur lintas Solo-Yogyakarta sampling berjumlah 51 responden
yang bisa menjadi salah satu balita kontrol dan 51 responden balita
penyebab meningkatnya kejadian kasus di Kecamatan Bergas. Variabel
pneumonia di Kecamatan Bergas. bebas dalam penelitian ini yaitu
Oleh karena itu penelitian ini kepadatan industri, kepadatan
dilakukan untuk mengetahui pola penduduk, cakupan rumah sehat,
persebaran kejadian pneumonia keberadaan sarana pelayanan
pada balita di Kecamatan Bergas kesehatan, jenis lantai rumah,
berdasarkan pada faktor lingkungan. kepadatan hunian, dan jenis bahan
Informasi yang ada, diharapkan bakar. Variabel pengganggu meliputi
dapat membantu memberikan kebiasaan merokok, kebiasaan
kontribusi positif untuk menurunkan menggunakan obat nyamuk bakar,
angka kejadian pneumonia pada suhu dan kelembaban, dan juga ada
balita di Kecamatan Bergas. variabel terikat yaitu kejadian
pneumonia pada balita. Analisis data
METODE PENELITIAN dilakukan dengan uji statistik Chi
Penelitian ini bersifat analitik Square (α=5%) dengan aplikasi
observasional dengan pendekatan SPSS dan analisis spasial
kuantitatif dan rancangan case menggunakan aplikasi ArcGis 10.3.
control. Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Kejadian Pneumonia
Ya Tidak Nilai
Variabel Kategori n %
N % N % P
Jenis Lantai Kedap Air 88 100 51 58 37 42 0,01
Jenis Bahan Jenis Kayu 88 100 46 52,3 42 47,7 0,019
Bakar Bakar
Kepadatan Padat atau 88 100 17 19,3 71 80,7 0,589
Hunian tidak padat
Kebiasaan Anggota 88 100 65 73,1 23 26,1 0,628
Merokok keluarga
merokok
Kebiasaan Menggunakan 88 100 17 19,3 71 80,7 0,31
Menggunakan obat nyamuk
Obat Nyamuk bakar
Bakar
Suhu Memenuhi 88 100 10 11,4 78 88,6 -
syarat
Kelembaban Memenuhi 88 100 88 100 0 0 -
syarat
Kepadatan Padat atau 13 100 7 53,8 6 46,2 -
Penduduk tidak
Cakupan Memenuhi 13 100 3 23,1 10 76,9 -
Rumah Sehat syarat

746
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Hasil uji chi square (tabel 1) 2. Jenis Bahan Bakar


menunjukkan bahwa terdapat dua Hasil penelitian menunjukkan
variabel yang berhubungan nilai p-value 0,019 < 0,05
dengan kejadian pneumonia pada yang berarti ada hubungan
balita di Kecamatan Bergas antara jenis bahan bakar
(p<0,05), yaitu jenis lantai dengan kejadian pneumonia
(p=0,01) dan jenis bahan bakar pada balita di Kecamatan
(p=0,019). Sedangkan kepadatan Bergas. Hasil penelitian ini
hunian (p=0,589), kebiasaan tidak sejalan dengan
merokok (p=0,628), kebiasaan penelitian yang dilakukan
menggunakan obat nyamuk oleh Fauziah El Syani di
bakar (p=0,31) tidak memiliki Semarang Utara pada tahun
hubungan yang bermakna 2015 yang menyebutkan
dengan kejadian pneumonia pada bahwa tidak ada hubungan
balita di Kecamatan Bergas antara jenis bahan bakar
(p>0,05). Variabel suhu, dengan kejadian pneumonia
kelembaban tidak dilakukan uji pada balita (p-value 1,00).14
hubungan namun hanya Polusi udara dalam ruangan
digambarkan dengan deskriptif. yang tinggi dari bahan bakar
Variabel kepadatan penduduk, yang tidak memenuhi syarat
kepadatn industri, cakupan rumah seperti kayu bakar dapat
sehat dan keberadaan sarana menyebabkan iritasi saluran
pelayanan kesehatan dilakukan pernapasan dan
dengan analisis spasial. mempengaruhi pertahanan
B. Analisis Bivariat tubuh spesifik dan non
1. Jenis Lantai spesifik pada saluran
Hasil penelitian menunjukkan pernapasan balita terhadap
nilai p-value 0,010 < 0,05 patogen penyakit.
yang berarti ada hubungan 3. Kepadatan Hunian Rumah
antara jenis lantai dengan Hasil penelitian menunjukkan
kejadian pneumonia pada nilai p-value 0,589 > 0,05
balita di Kecamatan Bergas. yang berarti tingkat
Penelitian ini sejalan dengan kepadatan hunian rumah
penelitian Tulus Aji Yuwono yang tidak memenuhi syarat
(2008) yang menunjukkan bukan merupakan faktor
bahwa ada hubungan antara risiko kejadian pneumonia
jenis lantai dengan kejadian pada balita. Penelitian ini
pneumonia pada balita (p- sejalan dengan penelitian
value 0,001).13 Jenis lantai yang dilakukan oleh Rilla
tanah atau tidak kedap air Fahimah (2014) yang
disamping menyebabkan menyimpulkan bahwa tidak
kelembaban meningkat juga ada hubungan antara
akan menyebabkan kondisi kepadatan hunian rumah
dalam rumah berdebu. dengan kejadian pneumonia
Keadaan berdebu ini sebagai pada balita (p-value 0,503).15
salah satu bentuk terjadinya Keberadaan banyak orang
polusi udara dalm rumah dalam suatu rumah akan
(indoor air pollution). mempercepat transmisi
mikroorganisme bibit

747
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

penyakit dari seseorang ke (2014) yang menunjukkan


orang lain. Selain itu rumah bahwa tidak ada hubungan
yang padat penghuni akan antara kebiasaan
mengakibatkan kadar O2 menggunakan obat nyamuk
menurun dan menyebabkan bakar dengan kejadian
kadar CO2 meningkat pneumonia pada balita (p-
sehingga kualitas udara value 0,773).15 Polusi asap di
dalam rumah menurun. dalam rumah dapat juga
4. Kebiasaan Merokok berasal dari kebiasaan
Hasil penelitian menunjukkan menggunakan anti nyamuk
nilai p-value 0,628 > 0,05 bakar. Efek terbesar akan
yang berarti tidak ada dialami oleh organ yang
hubungan antara kebiasaan sensitive, karena obat
merokok dengan kejadian nyamuk lebih banyak
pneumonia pada balita di mengenai hirupan, maka
Kecamatan Bergas. organ tubuh yang kena
Penelitian ini sejalan dengan adalah pernafasan.
penelitian Athena Anwar 6. Suhu dan Kelembaban
(2014) yang menunjukkan Rata-rata suhu kamar
bahwa tidak ada hubungan responden adalah 31,6320C,
yang signifikan antara nilai minimum adalah 28,30C,
kebiasaan merokok dengan nilai maksimum 34,70C dan
kejadian pneumonia pada standar deviasi adalah
balita (p-value 0,498).16 Asap 1,3467. Rata-rata
rokok mengandung ribuan kelembaban kamar balita
bahan kimia beracun dan adalah 52,17%, nilai minimun
bahan-bahan yang dapat 43%, nilai maksimum 59%
menimbulkan kanker dan standar deviasi adalah
(karsinogen). Bahan 3,498. Kelembaban yang
berbahaya dan racun dalam tinggi (>70%) menyebabkan
rokok tidak hanya bakteri penyebab pneumonia
membahayakan bagi yang dapat tumbuh dengan cepat
merokok (perokok aktif), dan kelembaban yang kering
tetapi juga bisa (<40%) maka akan terasa
membahayakan bagi orang- kering dan tidak nyaman bagi
orang yang ada disekitarnya penghuni dan bakteri juga
termasuk bayi, anak-anak akan cepat mati di tempat
dan juga ibunya. yang kering.13
5. Kebiasaan Menggunakan C. Analisis Spasial
Obat Nyamuk Bakar 1. Kepadatan penduduk
Hasil penelitian menunjukkan Kepadatan penduduk yang
nilai p-value 0,31 > 0,05 yang tinggi akan menyebabkan
berarti tidak ada hubungan interaksi antar manusia dan
antara kebiasaan lingkungan semakin tinggi
menggunakan obat nyamuk sehingga dapat
bakar dengan kejadian mempengaruhi kualitas
pneumonia pada balita di lingkungan seperti udara, air
Kecamatan Bergas. dan sanitasi menjadi lebih
Penelitian ini sejalan dengan buruk.
penelitian Rilla Fahimah

748
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Analisis spasial persebaran Cakupan rumah sehat di


pneumonia pada balita Kecamatan Bergas lebih
dengan kepadatan penduduk banyak yang tidak memenuhi
pada gambar 4.3 dapat syarat (<95 %) yaitu terdiri
dilihat bahwa kepadatan dari 10 desa/kelurahan.
penduduk di Kecamatan Cakupan rumah sehat yang
Bergas terdapat 7 masih rendah di Kecamatan
desa/kelurahan yang dalam Bergas dipengaruhi oleh
kategori padat (rasio>20 status sosial ekonomi yang
jiwa/ha). masih rendah. Selain itu,
2. Kepadatan Industri orang tua responden pada
Lebih banyak daerah yang penelitian ini umumnya
memiliki jumlah industri merupakan pasangan suami
dengan kategori kurang dari istri yang baru menikah dan
4 industri dalam 1 baru memiliki rumah
desa/kelurahan (7,7%) sehingga belum bisa
seperti terlihat pada peta memenuhi kebutuhan akan
dengan keterangan warna rumah sehat yang memenuhi
merah muda, namun pada syarat.
daerah tersebut masih 4. Keberadaan Pelayanan
terdapat kasus pneumonia Kesehatan
pada balita. Pelayanan kesehatan di
Salah satu penyebab Kecamatan Bergas sudah
pneumonia pada balita cukup lengkap, seperti
adalah polutan udara. Posyandu, PKD, Puskesmas
Aktivitas industri akan bantu, Puskesmas Induk
menghasilkan beberapa jenis tetapi belum memiliki Rumah
polutan udara yang dapat Sakit. Berdasarkan hasil
membahayakan kesehatan wawancara, kebanyakan dari
khususnya pada sistem orangtua malas untuk
pernapasan, dan jika terhirup membawa anaknya ke
oleh manusia maka dapat Posyandu karena merasa
menyebabkan adanya reaksi tidak memiliki waktu dan
peradangan pada slauran merasa lebih suka untuk
pernapasan, kondisi yang langsung membawa anak ke
lebih buruk dapat terjadi bila klinik jika sakita atau ke
terhirup oleh balita dan anak- Puskesmas langsung.
anak yang imunitas tubuhnya
masih rendah.
3. Cakupan Rumah Sehat

749
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Gambar 1. Peta Persebaran Pneumonia pada Balita dengan Kepadatan

Gambar 2. Peta Persebaran Pneumonia pada Balita dengan Kepadatan Industri

750
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Gambar 3. Peta Persebaran Pneumonia pada Balita dengan Cakupan rumah


Sehat di Kecamatan Bergas

Gambar 4. Peta Persebaran Pneumonia pada Balita dengan Keberadaan Sarana


Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Bergas

KESIMPULAN 3. Kementerian Kesehatan RI. Profil


1. Kasus pneumonia pada balita di Kesehatan Indonesia Tahun
Kecamatan Bergas pada bulan 2014. Jakarta; 2015.
Oktober 2016 hingga April 2017 4. Kementerian Kesehatan RI. Profil
tersebar di 11 desa/kelurahan Kesehatan Indonesia Tahun
dengan pola sebaran 2015. Jakarta; 2014.
mengelompok (clustered). 5. Dinas Kesehatan Kabupaten
2. Terdapat hubungan antara jenis semarang. Profil Kesehatan
lantai rumah responden (p-value Kabupaten Semarang Tahun
0,010; OR = 3,509 dan Cl 95% = 2014. Semarang; 2014.
1,438-8,563), dan jenis bahan 6. Dinas Kesehatan Kabupaten
bakar memasak (p-value 0,019; semarang. Profil Kesehatan
OR = 3,071 dan Cl 95% = 1,286- Kabupaten Semarang Tahun
7,329) dengan kejadian 2015. Semarang; 2015.
pneumonia pada balita di 7. Dinas Kesehatan Kabupaten
Kecamatan Bergas. Semarang. Profil Kesehatan
Kabupaten Semarang Tahun
2016. Semarang; 2016.
DAFTAR PUSTAKA 8. Badan Pusat Statistik.
1. WHO. Infection Prevention and Kecamatan Bergas Dalam Angka
Control of Epidemic and 2016. Kabupaten Semarang;
Pandemic Prone Acute 2016.
Respiratory Infections in Health 9. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Care. 2014. Tengah. Profil Kesehatan Jawa
2. Unicef. Pneumonia The Forgotten Tengah tahun 2015. Semarang;
Killer of Children. 2006. 2015.

751
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

10. Prahasta E. Tutorial ArcView. Provinsi Banten Tahun 2011-


Bandung: Informatika; 2007. 2015. Jakarta: Fakultas
11. Bramantiyo M. Sistem Informasi Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
geografi Menggunakan Quantum UIN Syarif Hidayatullah; 2016.
GIS 2.0.1 durfour. Kementerian 15. Nurjazuli, Widyaningtyas R.
Pekerjaan Umum Sekretariat Faktor Risiko Dominan Kejadian
Jenderal Pusat Pengolahan Data; Pneumonia Pada Balita
2014. (Dominant risk factors on the
12. Irwansyah E. Sistem Informasi occurrence of pneumonia on
Geografis : Prinsip Dasar dan children under five years). Jurnal
Pengembangan Aplikasi. 1 ed. Respirologi Indonesia. 2006;1–
Yogyakarta: digibooks; 2013. 21.
13. Kementerian Kesehatan RI. 16. Irma Oktaviani, Sri Hayati ES.
Pedoman Penyehatan Udara Faktor-Faktor Yang Berhubungan
dalam Ruang Rumah. 2011. Dengan Kejadian Infeksi Saluran
14. Saputri IW. Analisis Spasial faktor Puskesmas Garuda Kota
Lingkungan Penyakit ISPA Bandung. 2014;(2):108–122.
Pneumonia pada Balita di

752

Potrebbero piacerti anche