Sei sulla pagina 1di 13

TORTOR PARSIARABU PADA UPACARA HORJA BIUS

DI DESA TOMOK KECAMATAN SIMANINDO


KABUPATEN SAMOSIR:
KAJIAN SEMIOTIKA

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
ANGGI PRATIWI SINAGA
2143340007

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
1
2

TORTOR PARSIARABU PADA UPACARA HORJA BIUS


DI DESA TOMOK KECAMATAN SIMANINDO
KABUPATEN SAMOSIR:
KAJIAN SEMIOTIKA
Anggi Pratiwi Sinaga1, Dr. Nurwani, S.S.T., M.Hum2, Martozet S.Sn., M.A3
Program Studi Pendidikan Tari, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
Jalan Willem Iskandar Pasar V Medan Estate 20221, Sumatera Utara-Indonesia
Email :1nggieborsin@gmail.com, 2nurwanipilago@gmail.com, 3sutanozet@gmail.com

ABSTRACT
This study examines the semiotics contained in the Parsiarabu Tortor in Tomok
Village, Samosir Regency. The purpose of this study is to explore the meaning contained in
Tortor Parsiarabu and the interpretation of the meaning seen. To discuss the research objectives
above, use theories related to the research. The theoretical foundation in this study uses the
Semiotics theory of signs, markers and markers by Ferdinan De Saurrsure and the theory of
forms concerning motion and clothing by Humardani. The location and time of the study was
carried out in Tomok Village and the time of the research was two months, the population and
sample were the community and members of the Parsaulian GPSB Studio (Generation of Art
and Culture Lovers). The author conducts data collection techniques including library research,
field observations, interviews with resource persons, and completes the data by taking photo
documentation. This research uses descriptive qualitative. The results of the study are based on
data that has been collected that Tortor Parsiarabu has 6 main motives namely Siubeon,
Marsomba, Mambukka Roha, Patoru Diri, Papunguhon, Mangandungi. Clothing used in this
Parsiarabu tortor is Ulos Sibolang, Ulos Bittang Maratur, Ulos Suri-suri Ganjang. The semiotics
contained in the Parsiarabu tortor are poured through the sign that is in the form of motion that
is seen in the serving, the signer which is seen from the main range of motion in the Parsiarabu
tortor, and the signfied is the meaning contained in the motion Parsiarabu tortor, it can be
interpreted that the meaning of this whole dance is respecting God, respecting the high position
or government, respecting fellow human beings, staying humble and not arrogant, respecting
others, uniting the hearts of fellow people so that there is no envy and revenge .

Keywords: Semiotics, signs, markers, markers, Parsiarabu tortor

ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji tentang semiotika yang terdapat dalam Tortor Parsiarabu di
desa Tomok Kabupaten Samosir. Tujuan penelitian ini untuk mengupas makna yang terdapat
dalam Tortor Parsiarabu dan interpretasi makna yang dilihat. Untuk membahas tujuan
penelitian di atas menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian tersebut.
Landasan teoritis dalam penelitian ini menggunakan teori Semiotika mengenai tanda, penanda,
dan petanda oleh Ferdinan De Saurrsure dan Teori bentuk mengenai gerak dan busana oleh
Humardani. Lokasi dan waktu penelitian ini dilaksanakan di Desa Tomok dan waktu penelitian
nya selama dua bulan, populasi dan sampel adalah masyarakat dan anggota sanggar Parsaulian
GPSB (Generasi Pecinta Seni Budaya). Penulis melakukan teknik pengumpulan data meliputi
studi pustaka, observasi lapangan, wawancara dengan narasumber, dan melengkapi data dengan
mengambil foto dokumentasi. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
berdasarkan data yang telah terkumpul bahwa Tortor Parsiarabu memiliki 6 motif utama yaitu
Siubeon, Marsomba, Mambukka Roha, Patoru Diri, Papunguhon, Mangandungi. Busana yang
digunakan dalam tortor Parsiarabu ini yaitu Ulos Sibolang, Ulos Bittang Maratur, Ulos Suri-
suri Ganjang. Adapun semiotika yang terdapat dalam tortor Parsiarabu dituangkan melalui
tanda (sign) yang terdapat pada bentuk gerak yang terlihat pada penyajianya, penanda (signfer)
3

yang dilihat dari ragam gerak utama yang ada pada tortor Parsiarabu, dan petanda (signfied)
merupakan makna yang terdapat pada gerak tortor Parsiarabu, maka dapat diinterpretasikan
bahwa makna dari keseluruhan tarian ini yaitu menghormat kepada Tuhan, menghormati yang
berkedudukan tinggi atau pemerintah, menghormati sesama manusia, tetap rendah hati dan tidak
sombong, menghargai orang lain, menyatukan hati sesama masyarakat agar tidak ada iri hati
dan dendam.

Kata Kunci : Semiotika, tanda, penanda, petanda, tortor Parsiarabu

I. PENDAHULUAN adat istiadat, dan lain kemampuan yang


Indonesia merupakan negara yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
dikenal dengan kekayaan alam dan masyarakat (Taylor 1871:56, dalam
budayanya. Negara ini terdiri dari beberapa Magdalena 2015:34). Kebudayaan ini
pulau yang terbentang luas dari Sabang mengandung norma-norma yang mengatur
sampai Merauke dan masing-masing pulau kehidupan masyarakatnya, seperti adat
memiliki kebudayaannya sendiri. Kebudayaan istiadat pada masyarakat Batak Toba yang
merupakan suatu kebiasaan yang terjadi selalu berhubungan dengan upacara, seperti;
secara berulang-ulang dalam kehidupan upacara kelahiran, perkawinan, dan kematian.
manusia, sekaligus sebagai salah satu unsur Biasanya upacara pada masyarakat Batak
pokok dalam pembangunan masyarakat dalam Toba akan ada menyertakan tarian atau tortor.
kehidupan berbangsa dan bernegara. Wujud Upacara merupakan suatu bentuk kegiatan
kebudayaan ada tiga macam : (1) kebudayaan yang dilakukan oleh orang–orang tertentu,
sebagai kompleks ide, gagasan, nilai, norma, khusus, umum, yang memiliki tata aturan
dan peraturan, (2) kebudayaan sebagai suatu tertentu dan tidak dapat diganggu gugat, yang
kompleks aktivitas kelakuan berpola manusia menjadi paham dasar manusia sejak masa
dalam masyarakat, dan (3) benda-benda purba sebagai bentuk dualisme keberadaan
sebagai karya manusia (Koentjaraningrat, hidup hingga masa kini. (Sumardjo
1974: 83). 2002:107).
Sumatera Utara adalah salah satu Kebudayaan adat istiadat yang masih
provinsi di Indonesia yang memiliki berbagai sangat berpengaruh pada kehidupan
macam suku, salah satunya adalah suku Batak masyarakatnya yaitu, di Desa Tomok,
Toba. Masyarakat Batak Toba memiliki Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.
kebudayaan yang berpengaruh dalam Desa ini memiliki suatu kegiatan yang
kehidupan masyarakatnya. Kebudayaan berbentuk upacara sakral dan dilaksanakan
adalah kompleks yang mencakup setiap tahunnya, yaitu upacara horja bius.
pengetahuan, kesenian, moral, hukum, dan Upacara horja bius yang dilakukan
4

masyarakat terdiri dari berbagai kegiatan sebuah tanda. Tanda disini dapat diartikan
yang dilaksanakan, salah satunya yaitu ritual sebagai sebuah perangkat yang dibutuhkan
hohomion. Ritual ini dimaksudkan untuk manusia di dunia ini, misalnya, rambu-rambu
memberikan sesajen atau persembahan lalu lintas dan petunjuk arah jalan yang dapat
kepada kekuatan gaib dan roh leluhur warga berkomunikasi lewat manusia dengan sebuah
Tomok, untuk memohon kepada dewata tanda. Tanda-tanda (signs) adalah basis dari
supaya tidak terjadi musim kering seluruh komunikasi (Littlejohn, 1996:64,
berkepanjangan, tidak ada paceklik, tidak ada dalam Alex Sobur 2003:15).
wabah penyakit. Pesta dilakukan secara Semiotika adalah ilmu yang
berkala pada setiap tahun. Pesta terakhir mempelajari tentang tanda. Pada akhir abad
(pesta bius mangase taon) terakhir pada ke-19 dikemukakan oleh filsuf aliran
sekitar tahun 1938 (Siahaan, 2004: 165-166). Pragmantik Amerika, Charles S. Pierce, yang
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada merujuk kepada “doktrin formal tentang
Upacara Horja Bius adalah menampilkan tanda-tanda”. Ada beberapa teori semiotika
berbagai macam tortor, di antaranya; tortor menurut para ahli yaitu :
Sijoangginak, tortor Simargolang obun, 1. Ferdinan de Saurrsure mengatakan bahwa
tortor Parsiarabu, tortor Sawan, dan tortor tanda merupakan unsur utama dalam teori
Tunggal Panaluan (hasil wawancara dengan Saurrsure dalam bahasa. Tanda adalah
Mangiring Tua Sidabutar di desa Tomok, kesatuan dari suatu bentuk petanda
Kabupaten Samosir, pada Maret 2018). (signifer) dengan sebuah ide atau petanda
Namun menurut penuturan Hotna Sijabat (signified). Jadi, petanda adalah bunyi
tortor Parsiarabu ini sempat menghilang dari yang bermakna atau coretan yang
upacara Horja Bius yang disebabkan oleh bermakna, jadi petanda adalah aspek
kurangnya partisipasi dari ibu-ibu di desa, material dari bahasa, apa yang dikatakan
karena dikatakan tarian ini durasinya cukup atau didengar dan apa yang ditulis atau
panjang sehingga banyak para ibu yang tidak dibaca.
sanggup lagi untuk membawakan tarian ini. 2. Umberto Eco, pada prinsipnya adalah
Gerak merupakan alat komunikasi disiplin ilmu yang mengkaji segala sesuatu
yang disampaikan melalui pesan-pesan yang dapat digunakan untuk mendustai,
terselubung oleh penari, sehingga mengelabui, atau mengecoh. Dikatakan:
menghasikan simbol yang memiliki makna. semmiotika menaruh perhatian pada
Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu apapun yang dapat dinyatakan sebagai
yang lain diluar perwujudan bentuk simbolik tanda.
itu sendiri (Alex Sobur, 2003:156). Pada Ilmu yang mempelajari tentang tanda
dasarnya simbol merupakan bagian dari adalah ilmu semiotika atau semiologi.
5

Ferdinan de Saurrsure mendefenisikan langit gelap, sudah pasti kita akan


semiologi sebagai ilmu yang mengkaji peran mengatakan ”cuaca mendung”, lalu sebentar
tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial lagi akan turun hujan. Pada peristiwa ini tanpa
dan aturan sosial yang berlaku. Tanda sadar kita sudah sepakat akan tanda langit
merupakan unsur utama dalam teori Saurrsure gelap akan kita tandai dengan cuaca mendung
dalam bahasa. Tanda adalah kesatuan dari dan pertanda bahwa sebentar lagi akan turun
suatu bentuk petanda (signifer) dengan hujan.
sebuah ide atau petanda (signified). Dengan Menurut Humardani dalam Yanto
kata lain, petanda adalah bunyi yang (2002:27) mengatakan bahwa bentuk adalah
bermakna atau coretan yang bermakna, jadi unsur dasar dari semua perwujudan. Bentuk
petanda adalah aspek material dari bahasa, seni sebagai ciptaan seniman merupakan
apa yang dikatakan atau didengar dan apa wujud dari ungkapan isi pandangan dan
yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah tanggapan ke dalam bentuk fisik yang dapat
gambaran mental, pikiran, atau konsep (Alex ditangkap oleh indra. Bentuk yang dimaksud
Sobur 2003:46). Pada penelitian terdahulu adalah bentuk fisik, bentuk yang dapat
oleh Sari Mega Folorensia Simanungkalit diamati, sebagai sarana untuk menuangkan
yaitu tentang kajian Semiotika yang terdiri nilai yang diungkap seorang seniman.
dari tiga unsur yaitu tanda (sign), penanda Sedangkan isi adalah bentuk ungkap yaitu
(signifer), dan petanda (signefed) pada Dihar nilai nilai atau pengalaman jiwa yang digarap
Sitarlak. Dimana pada keseluruhan gerakan dan diungkapkan seniman melalui bentuk
Dihar Sitarlak adalah rangkaian gerak silat ungkapannya dan yang dapat ditangkap dan
yang berfungsi sebagai pertahanan diri dan dirasakan oleh penikmat dari bentuk fisik.
juga menjadi penyambutan bagi tamu dalam Seperti : garis, warna, suara manusia, bunyi-
acara adat Simalungun. Pada penelitian ini bunyian, alat gerak tubuh dan kata. Bentuk
yang dikupas tentang Dihar Sitarlak adalah fisik dalam tari dapat dilihat melalui elemen-
bentuk geraknya yang memiliki tujuh motif elemen bentuk penyajiannya, yaitu bentuk
utama, dimana pada motif ini akan dikupas penataan tari secara keseluruhan. Bentuk
semiotika yang terdapat didalamnya untuk penyajian terdiri dari elemen-elemen yaitu
mendapatkan maknanya, yang berkaitan gerak, iringan, musik, pola lantai, tata rias
dengan tiga unsur yaitu tanda (sign), penanda busana, properti.
(signifer), dan petanda (signefed). Dengan demikian bentuk dalam tari
Dalam memahami teori Saurrsure di pada dasarnya adalah gerak secara
atas maka penulis akan membuat contoh keseluruhan tampilan pada tari yang membuat
tentang tanda, penanda, petanda tersebut tari tersusun atau terbentuk. Sesuai dengan
dalam kehidupan sehari-hari, kita melihat bentuk fisik penyajian keseluruhan tari di atas
6

penulis hanya menggunakan sebagian elemen dan bergelombang. Penggunaan Lahan


untuk mengupas tanda, penanda, dan petanda Kabupaten Samosir memiliki 10 sungai yang
melalui gerak dan busana tortor parsiarabu. keseluruhannya bermuara ke Danau Toba.
Sebahagian dari sungai tersebut telah
II. PEMBAHASAN dimanfaatkan untuk mengairi lahan sawah
Secara geografis kabupaten samosir seluas 3987 ha, lahan sawah yang beririgasi
terletak pada 20 24’- 20 25’ lintang utara dan setengah teknis (62,13% dari luas yang ada).
980 21’ 990 55’ BT. Secara Administratif Panjang saluran irigasi di Kabupaten Samosir
Wilayah Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh mencapai 74,77 km, terdiri dari irigasi
Kabupaten, yaitu di sebelah Utara berbatasan setengah teknis 70,63 km (21,53 km saluran
dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten primer dn 49,10 km saluran sekunder ) dan
Simalungun, di sebelah Timur berbatasan irigasi sederhana 4,14 km. (sumber internet
dengan Kabupaten Toba Samosir, di sebelah www.tobasamosirkab.go.id)
Selatan berbatasan dengan Kabupaten Suku Batak merupakan salah
Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang satu suku bangsa terbesar di Indonesia.
Hasudutan, dan di sebelah Barat berbatasan Adapun beberapa suku bangsa yang
dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pak bermukim dan berasal dari Pantai Barat dan
Pak Dairi Barat. Pantai Timur di Provinsi Sumatera Utara.
Kabupaten Samosir terletak di Suku bangsa yang dikategorikan sebagai
wilayah daratan tinggi, dengan ketinggian Batak adalah suku Batak Toba, Batak Karo,
antara 904- 2.157 meter di atas permukaan Batak Mandailing, Batak Pak Pak Dairi,
laut, dengan topografi tanah yang beraneka Batak Simalungun. Silsilah atau tarombo
ragam yaitu datar, landai, miring dan terjal. merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
Struktur tanahnya labil dan berada pada orang Batak. Orang Batak diwajibkan
wilayah gempa tektonik dan vulkanik. mengetahui silsilahnya minimal nenek
Kabupaten Samosir tergolong ke dalam moyangnya yang menurunkan marga nya dan
daerah beriklim tropis basah dengan suhu teman semarga nya (dongan tubu). Silsilah
berkisar antara 17℃ sampai 29℃ dan rata- ini diperlukan agar mengetahui letak
rata kelembapan udara 85.04 persen. kekerabatannya (partuturanna) dalam suatu
Sifat Permukaan dan Kemiringan marga.
Kabupaten Samosir terletak pada wilayah Marga ini diperoleh dari garis
dataran tinggi, dengan ketinggian antara 700 keturunan ayah yang selanjutnya akan
sampai 1700 m diatas permukaan Laut. Jenis diteruskan kepada keturunannya secara terus
Tanah Topografi dan kontur tanah di menerus. Disebut sebagai marga pada suku
Kabupaten Samosir pada umumnya berbukit bangsa Batak ialah marga-marga pada suku
7

bangsa Batak yang berkampung halaman mereka hanya bisa menikah dengan orang
(marbona pasogit) di daerah Toba. Sistem Batak yang berbeda marga dengannya. Maka
kekerabatan Batak Toba dikenal dengan dari itu, jika ada yang menikah harus mencari
Dalihan Na Tolu yang terdiri dari : pasangan hidup dari marga lain. Pada
1. Somba marhula-hula umumnya, masyarakat Batak memiliki mata
Hula-hula adalah pihak keluarga dari pencaharian bercocok tanam padi di sawah
isteri. Hula-hula atau parrajaon (pihak dan ladang. Lajan yang didapat dari
yang dirajakan) pada masyarakat Batak pembagian yang di dasarkan marga. Setiap
Toba adalah posisi yang paling dihormati keluarga mendapatkan tanah tetapi tidak
dalam pergaulan dan adat-istiadat Batak boleh menjualnya. Selain pertanian,
(semua sub-suku Batak). peternakan juga salah satu mata pencaharian
2. Manat Mardongan Tubu suku Batak Toba. Tortor Parsiarabu hadir
Dongan Tubu/ Hahanggi disebut juga pada upacara Horja Bius di desa Tomok,
Dongan Sabutuha adalah saudara laki- Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir.
laki satu marga, atau yang disebut dengan Upacara Horja Bius itu sendiri terdiri atas dua
lahir dari perut yang sama. Pada hal ini kata yaitu Horja dan Bius. Horja ialah
seorang saudara harus bijaksana terhadap kegiatan atau suatu aktivitas yang dilakukan
saudara nya yang lain. Sehingga kepada oleh masyarakat Batak Toba dalam mengurus
semua orang Batak dipesankan agar hal yang berkaitan dengan dunia yang
bijaksana terhadap semarga nya. meliputi adat istiadat, juga dalam menentukan
3. Elek Marboru aturan yang ada di daerah desa tersebut.
Boru/ Anak Boru adalah pihak keluarga Sedangkan Bius merupakan sebuah desa yang
yang mengambil isteri dari suatu marga menjadi tempat tinggal masyarakat yang
(keluarga lain). Posisi boru disini adalah memiliki marga- marga tertentu. Sehingga
posisi yang paling rendah dalam setiap Horja Bius adalah suatu kegiatan yang
upacara adat yaitu sebagai pelayan sering meliputi adat istiadat yang melibatkan para
disebut dengan parhobas. Bius daerah tersebut, dan daerah tersebut
Suku Batak memiliki sistem memiliki marag-marga yang berbeda yaitu
kepercayaan sendiri, terutama di daerah Siadari, Sitindaon, Sidabalok, Harianja,
pedesaan masih sangat mempertahankan Manik, Sijabat, Sidabutar, Sigiro dan semua
sistem religi atau kepercayaan tersebut. Bius ini bertempat di desa Tomok. Pada latar
Masyarakat Batak memiliki kepercayaan belakang penulis telah menjelaskan beberapa
bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan rangakian kegiatan yang ada pada Horja Bius,
oleh Debata Mula Jadi Na Bolon. Masyarakat salah satu kegiatan tortornya yaitu tortor
Batak Toba dalam persoalan perkawinan Parsiarabu.
8

Tortor Parsiarabu ini terdapat pada Tarian ini merupakan ungkapan keluh
sebagian rangkaian kegiatan pada upacara kesah, rasa sedih, ungkapan hati seorang istri
yang setiap tahunnya berlangsung di desa yang sudah ditinggal oleh suaminya, yang
Tomok, yaitu upacara Horja Bius. Tortor dilakukan dibalik properti kain atau ulos,
Parsiarabu adalah sebuah tarian yang dimana ulos disini dipakai sebagai Tujong
menggambarkan kesedihan seorang istri yang (kain di atas kepala) sebagai media untuk
ditinggal oleh suaminya. Masyarakat di desa menutupi air mata, rasa kesedihan agar tidak
Tomok telah mengenal tortor ini sejak masa dapat dilihat oleh orang lain. Tortor
kepemimpinan Sisingamangaraja yang Parsiarabu juga tidak dapat dibawakan oleh
pertama yaitu pada tahun 1845. Menurut sembarangan orang, hanya seorang wanita
penuturan bapak Mangiring Tua Sidabutar yang sudah janda dapat membawakan tarian
(wawancara bulan april 2018) selaku kepada ini.
desa Tomok, pada saat upacara berlangsung Dalam sebuah bentuk penyajian gerak
sang raja ingin memberikan sebuah ruang adalah unsur utama dalam tari. Gerak di
untuk para ibu mencurahkan isi hati, dalam tari juga dapat menyampaikan pesan,
menceritakan kesedihan mereka lewat tortor gerak tersebut bisa saja menjadi komunikasi
Parsiarabu dengan menggunakan ulos antara penari dan penonton. Sehingga pada
sebagai penutup. saat penari bergerak para penonton dapat
Wawancara dengan ibu Herlina mengetahui pesan apa yang terdapat dalam
Sitorus pada tanggal 9 Juni 2019 selaku tarian tersebut. Gerak dalam tari disini dapat
penerus dari tortor Parsiarabu, mengatakan menyampaikan pesan emosional yang
bahwa ini merupakan tortor yang sangat mengandung makna makna yang berbeda.
sedih, karena tortor ini merupakan tempat Seperti pada tortor Parsiarabu yang
atau wadah bagi para ibu janda yang sudah mengandung banyak makna didalam nya.
ditinggalkan oleh suaminya untuk Ragam gerak tortor Parsiarabu yaitu
mencurahkan isi hati. Pada zaman dahulu Siubeon, Marsomba, Mambukka Roha,
tidak sembarangan orang yang dapat Patoru Diri, Papunguhon, Mangandungi.
menarikan tortor Parsiarabu ini, karena Busana yang digunakan pada tortor
penarinya sudah jelas harus ibu yang sudah Parsiarabu ini adalah Ulos Sibolang, Ulos
janda dan sudah lanjut usia. Pada tortor Bittang Maratur, Ulos Suri-suri Ganjang.
Parsiarabu tidak ada ketentuan berapa orang Ulos sibolang digunakan sebagai pakaian,
yang membawakan tarian ini, karena dahulu akan tetapi karena terlalu pendek sehingga
tarian ini dipersembahkan di halaman rumah Ulos Sibolang digunakan juga sebagai kain
raja Sisingamagaraja. penutup bawah, sehingga kain Ulos Sibolang
yang digunakan ada dua. Ulos ini sering
9

dipakai keluarga yang sedang mengalami 1. Tortor Parsiarabu memiliki enam ragam
kemalangan, sering disebut dengan ulos motif utama Siubeon, Marsomba,
Tujung. Mambukka Roha, Patoru Diri,
Tortor Parsiarabu akan dikaji lebih Papunguhon, Mangandungi.
dalam maknanya melalui teori yang 2. Tanda yang terdapat dalam Tortor
diungkapkan oleh Ferdinan De Saurrsure Parsiarabu ada enam motif gerak utama,
yang meliputi tiga unsur, yaitu tanda (sign), yaitu tanda pertama dilakukan posisi
penanda (signifer), dan petanda (signefied), badan tegak, pandangan ke arah bawah,
dimana tanda adalah suatu kesatuan dari suatu tangan diletakkan di perut dengan posisi
bentuk petanda dengan sebuah ide atau tangan kanan menindih tangan kiri, tumit
petanda yang akan menghasilkan makna. bersentuhan kemudian ibu jari kaki dalam
Setiap rangkaian ragam gerak yang ada pada keadaan terbuka. Tanda yang kedua
tortor Parsiarabu tidak terlepas dari gerakan dilakukan dengan posisi badan
dasar tortor. Karena pada setiap tortor di tegak,pandangan ke arah lantai, telapak
masyarakat Batak Toba akan memiliki tangan perlahan dipersatukan sampai
beberapa ragam gerakan dasar ini. sejajar dada dengan posisi menyembah.
Gerakan dasar tortor yaitu : Siubeon, Tanda ketiga dilakukan dengan posisi
Mambukka Roha, Mandenggal, Mangeol. badan tegak lurus dengan pandangan
Gerakan tersebut adalah awal pembuka tortor kearah tangan, tangan membuka sampai
lalu lanjut ke ragam gerak lainnya atau bahu dengan posisi telapak tangan
gerakan inti dari tortor tersebut. Pada menghadap keatas. Tanda keempat
rangkaian ragam gerak dari tortor Parsiarabu dilakukan dengan posisi badan tegak lurus,
ini ada beberapa gerakan yaitu Siubeon, pandangan ke arah bawah lalu tangan
Marsomba, Mambukka Roha, Patoru Diri, perlahan turun sampai sejajar dengan
Papunguhon, Mangandungi pinggang. Tanda kelima dilakukan dengan
posisi badan tegak lurus, pandangan ke
III. Penutup arah tangan, tangan kanan proses mengalir
Dari keseluruhan yang telah diteliti ke arah tangan kiri dengan posisi telapak
dilapangan yakni berupa video dan tangan ke arah samping kiri, gerakan
dokumentasi serta wawancara dengan diulangi dengan menggunakan tangan kiri.
beberapa narasumber dan berdasarkan dengan Tanda keenam dilakukan dengan posisi
urian-uraian yang sudah dijelaskan mulai dari badan membungkuk sedikit mengikuti
latar belakang sampai dengan pembahasan, arah tangan naik ke atas kepala dan lengan
maka penulis dapat memperoleh beberapa menyentuh kepala sedikit dan menutupi
kesimpulan sebagai berikut :
10

kepala dengan ulos, lalu dengan posisi Busana yang digunakan pada tortor
kaki sedikit menghenjut. Parsiarabu ini adalah Ulos Sibolang, Ulos
Penanda yang terdapat dalam Tortor Bittang Maratur, Ulos Suri-suri Ganjang.
Parsiarabu ada enam motif gerak utama, Ulos Sibolang ini bersimbolkan dukacita,
yaitu Siubeon (sikap awal), Somba kesedihan, kehancuran, kemalangan.
(menyembah), Mambukka Roha (membuka Masyarakat Batak jika sedang berduka akan
tangan), Patoru Diri (turun tangan), menggunakan kain ini sebagai simbol
Papunguhon (mengumpulkan berkat), kesedihan, mengatakan bahwa jika sudah
Mangandungi (menangis). menggunakan kain ini keluarga tersebut
Petanda yang terdapat dalam Tortor sedang mengalami dukacita. Masyarakat
Parsiarabu yang merupakan makna atau isi Batak jika ingin melayat atau pergi kerumah
dari Tortor Parsiarabu, yaitu menhormati ibu duka harus lah menggunakan baju, celana,
yang telah mengandung dan membesarkan dan selendang yang bernunansa gelap ataupun
kita, sebelum melakukan pekerjaan berwarna hitam, karena jika kita
seharusnya marrimangi yang berarti menggunakan kain warna yang lain dari hitam
memikirkan, menimbang, dan setiap maka akan dianggap bahagia atas kemalangan
perempuan harus memiliki kesopanan dan yang terjadi. Ulos Bittang Maratur ini
bersikap sopan santun terhadap semua orang. menggambarkan sukacita, kebahagiaan,
Masyarakat Batak menghormat kepada pengharapan, hidup baru. Digunakan pada
Tuhan, menghormati yang berkedudukan tarian ini sebagai selendang yang
tinggi atau pemerintah, menghormati sesama menandakan bahwa sudah pernah menikah.
manusia. Setiap ibu harus tetap ikhlas dalam Ulos Suri-suri Ganjang ini di pakaikan diatas
menerima cobaan kehidupan dan harus kepala agar dapat menutupi kesedihan yang
memikul beban yang berat. Sebagai seorang sangat mendalam yang dialami seorang ibu
janda harus berperilaku rendah hati dan tidak yang ditinggal oleh suaminya. Ulos ini
sombong, agar tidak dipandang rendah dikatakan ulos berkat, digunakan ulos berkat
sebagai seorang janda. Seorang ibu harus pada tarian ini karena di dalam kesedihan
mandiri untuk melakukan pekerjaan untuk akan ada berkat dan kebahagiaan dibalik
menghidupi anak-anaknya. Sebagai manusia setiap cobaan yang datang.
yang bernasyarakat juga harus menyatukan Saran
hati sesama masyarakat agar tidak ada iri hati
dan dendam. Sebagai seorang ibu tidak boleh Penulis mengajukan beberapa saran-saran
memperlihatkan kesedihan yang dirasakan yang sesuai dengan penelitian ini kepada
kepada orang lain, biarlah menjadi kesedihan beberapa pihak yakni :
sendiri.
11

1. Kepada masyarakat di desa Tomok Fanani, Fajrianoor. 2013. Semiotika


khususnya di sanggar Parsaulian GPSB Strukturalisme Saurrsure. The
agar Tortor Parsiarabu terus massenger. Jurnal. Volume II (2).
dikembangkan dan dipertahankan
keberadaan nya. Hutasoit, 1979. Komunikasi Batak, Jakarta :
2. Kepada para seniman yang ada di desa Bumi Aksara.
Tomok supaya menuliskan buku-buku
referensi tentang kesenian, adat istiadat, Jalun, Melkias. 2015. Analisis Semiotika
kebiasan yang ada di desa tersebut agar Pakaian Adat Dayak Bahau Sebagai
generasi kedepannya lebih banyak Alat Komunikasi Budaya Dalam
memiliki acuan untuk lebih memahami Beronteraksi Dengan Masyarakat.
kebudayaan di desa Tomok Universitas Mulawarman
3. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat
lebih menggali atau memahami mengenai Koentjaraningrat, 1974. Manusia Dan
keberadaan budaya etnis Batak Toba, dan Kebudayaan Di Indonesia : Djambatan
juga budaya etnis yang lain nya.
4. Kepada Pemerintah daerah dalam hal ini Langer, Suzanne, K, 1988, Problems Of Art,
Dinas Pariwisata Samosir agar tetap terjemahan F.X Widaryanto, Bandung:
melakukan kegiatan-kegiatan yang Akademi Seni Tari Indonesia
meliputi pelestarian kebudayaan yang ada
di daerah Tomok, Kecamatan Simanindo, Magdalena, 2015. Fungsi Tortor Parsiarabu
Kabupaten Samosir. Di Desa Salaon Kecamatan
Ronggurnihuta Kabupaten Samosir.
DAFTAR PUSTAKA Skripsi, Universitas Negeri Medan :
Medan
Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Nurwani. 2007. Pengetahuan Tari, Diktat
Program Studi Tari, Jurusan
Defrixon S, 2015. Makna Tarian Tortor Sendratasik, Fakultas Bahasa Dan Seni,
dalam Budaya Batak di Indonesia. Universitas Negeri Medan.
Artikel. Universitas Gunadarma.
Nurwani. 2017. Ilau Roduah In Minangkabau
Ester Debora S, 2012. Gondang dan Tortor. Community: Semiotic Study.
Artikel. Research institut State University Of
Medan.
12

Siahaan, Bisuk. 2015. Warisan Leluhur yang


Terancam Punah : Batak Toba :
Jakarta : Kempala Foundation.

Simanungkalit, Sari, M.F, 2017. Dihar


Sitarlak pada Masyarakat Simalungun:
Kajian Semiotik. Skripsi. Universitas
Negeri Medan.

Sinaga, Sanur, D.F., 2012. Tortor Dalam


Pesta Horja Pada Kehidupan
Masyarakat Batak Toba: Suatu Kajian
Struktur Dan Makna. Tesis. Universitas
Sumatera Utara.

Sobur, Alex, 2003. Semiotika Komunikasi.


Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Potrebbero piacerti anche