Sei sulla pagina 1di 9

JIMR - Journal of Islamic Medicine Research E-ISSN: 2580 927X

Published by Faculty of Medicine, Universitas Islam Malang Pages: 12 – 20


Email: jimr@unisma.ac.id
Home Page : http://riset.unisma.ac.id/index.php/fk

Efek kombinasi Amoksisilin dan Kloramfenicol terhadap pertumbuhan bakteri


Salmonela thypi
Bambang Friambodo, Yudi Purnomo, Ariani Ratri Dewi
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang

Abstract

Introduction : Thypoid fever is one of endemic infection diseases caused by bacteria Salmonela
thypi. Occasionally, Thypoid fever is accompanied others infection therefore antibiotic combination
is often used to eradicate the infection. Combination of Amoxicillin and Chloramphenicol widely
used for treatment of Thypoid fever. Based on theory, the combination produces antagonist
interaction, however it is still used by Clinicans due to mixed infection. The objective of study to
know the antibacterial effect of combination Amoxicillin and Chloramphenicol on Salmonela thypi
growth.
Method: The research was done by using disc diffusion methods with Muller Hinton media.
Amoxicillin 0,05 µg/ml, 0,1 µg/ml, 0,2 µg/ml , Chloramphenicol 1,25 µg/ml, 2,5 µg/ml, 5 µg/ml
and their combinations were tested on Salmonela thypi culture. After 24 hour of administration,
antibacterial effect was observed by measuring inhibition zone on bacteria culture. The result of
study was tested statistically with One Way ANOVA (p=0.05) followed by the test of student-t (t-
test) and test of least real difference (LSD) to find out the significance of each groups.
Result and discussion: Antibiotic combination of Amoxicillin and Chloramphenicol have anti-
bacterial effect lower than single antibiotic. B-lactam antibiotic like Amoxicillin require that the cell
be growing and dividing in order to have a bactericidal action. Chloramphenicol cause slow growth
of Salmonella thypi and then impairs bactericidal effect of Amoxicillin. Among combination of
antibiotic tested, Amoxicillin 0,5 µg/ml and Chloramphenicol 5 µg/ml has antibacterial effect
stronger than others. It was caused by the difference dose of bactericide and bacteriostatic used.
Conclusion: Combination of Amoxicillin and Chloramphenicol has antibacterial effect lower than
the single antibiotic group on Salmonela thypi. The combination of high dose of Chloramphenicol
and low dose of Amoxicillin shows antibacterial effect in the moderate category.

Key words: Amoxicillin, Chloramphenicol, Combination, Salmonela thypi.

PENDAHULUAN laki-laki lebih banyak dari pada perempuan


dengan perbandingan 2-3:1 2.
Demam typhoid merupakan salah satu Menurut laporan data surveilans yang
penyakit infeksi endemik di beberapa negara dilakukan oleh Sub Direktorat Surveilans
berkembang termasuk Indonesia. Insiden demam Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
typhoid di seluruh dunia menurut data pada tahun insiden penyakit demam typhoid menunjukkan
2002 sekitar 16 juta per tahun dan 600.000 kasus peningkatan pada tahun 1990, 1991, 1992, 1993
di antaranya menyebabkan kematian1. Di dan 1994 berturut-turut adalah 9.2, 13.4, 15.8,
Indonesia jumlah penderita demam typhoid 17.4 kasus per 10.000 penduduk. Sementara data
cukup banyak, diperkirakan 800 penderita tiap penyakit demam typhoid dari Rumah Sakit dan
100.000 penduduk pertahun dan tersebar di Pusat Kesehatan juga meningkat dari 92 kasus
beberapa daerah. Demam typhoid dapat pada tahun 1994 menjadi 125 kasus pada tahun
ditemukan pada semua kelompok usia, tetapi 1996 per 100.000 penduduk. Angka kematian
yang paling sering terjadi pada kelompok anak demam typhoid dibeberapa daerah adalah 2-5%
usia 5-9 tahun. Jumlah penderita demam typhoid pasien menjadi karier asimptomatik2.

JIMR │ Volume 1, No 1. June 2017 Page | 12


J. Islamic. Med. Res. E-ISSN: 2580 927X

Terapi farmakologi yang digunakan pada efek kombinasi antibiotik Kloramfenikol dan
kasus demam typhoid adalah pemberian obat Amoksisilin adalah Difusi, Dilusi, dan
golongan antibiotik sebagai terapi kausatif Bioautografi 6. Metode difusi dapat digunakan
disamping obat-obatan simptomatik, seperti untuk mengetahui efek antibiotik suatu senyawa
antipiretik, antiemetik dan multivitamin. dan memiliki beberapa keuntungan seperti
Antibiotik adalah zat kimiawi yang dihasilkan sifatnya sederhana, mudah dilakukan, ekonomis,
oleh mikroorganisme yang mempunyai serta pengulangannya memberikan hasil yang
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan memadai.
atau membunuh mikroorganisme lain. Obat Berdasarkan latar belakang diatas maka
golongan antibiotik yang merupakan pilihan peneliti ingin mengetahui efek kombinasi
utama pada kasus demam typhoid adalah antibiotik Kloramfenikol dan Amoksisilin
Kloramfenikol, Tiamfenikol, Kotrimoksazol, terhadap bakteri Salmonella typhi yang
Quinolon, dan Amoksisilin1. merupakan bakteri penyebab demam typhoid
Gejala klinis demam typhoid sangat secara in vitro.
bervariasi, dari gejala klinis ringan yang tidak
memerlukan perawatan khusus sampai dengan METODE PENELITIAN
gejala klinis yang berat sehingga harus dirawat di
rumah sakit 3. Gejala yang sering menyertai Pendekatan Penelitian
demam typhoid antara lain gastroenteritis, Penelitian dilaksanakan dengan metode true
faringitis dan tonsillitis. Bakteri penyebab eksperimental laboratorium. Penelitian ini
gastroenteritis, faringitis dan tonsillitis yang bertujuan untuk mengetahui efek kombinasi
menyertai demam typhoid adalah Staphylococcus antibiotik Kloramfenikol dan Amoksisilin
aureus, sehingga timbulnya gejala tersebut pada terhadap bakteri Salmonella typhi secara in vitro
kasus demam typhoid sering memicu kecurigaan dengan menggunakan metode difusi cakram.
adanya infeksi campuran 4.
Kecurigaan adanya infeksi campuran pada
kasus demam typhoid mendorong sering
Tahapan Kerja
dilakukannya pemberian kombinasi antibiotik Pembuatan Media Bakteri
secara bersamaan yang bertujuan memperluas Muller Hinton agar 3,8% dilarutkan dengan
spektrum terhadap bakteri Gram negatif dan aquadest steril secukupnya, lalu dididihkan
Gram positif. Resiko yang harus diterima pada sampai melarut sempurna. Cawan petri kosong
penggunaan kombinasi antibiotik pada kasus dan Muller Hinton agar yang telah larut
demam typhoid adalah terjadinya interaksi obat sempurna disterilisasi menggunakan autoklaf
baik yang bersifat sinergis maupun antagonis. dengan tekanan 15 dyne/cm3 (1 atm) dan suhu
Kombinasi antibiotik yang termasuk fixed sebesar 121 0C selama ± 15 menit. Setelah proses
combination memang telah terbukti dan diakui sterilisasi selesai dilakukan, Muller Hinton agar
sebagai kombinasi tetap dari suatu bentuk dituangkan ke dalam cawan petri kosong dan
sediaan obat, tetapi pada instansi pelayanan ditunggu hingga mengeras. Muller Hinton agar
kesehatan di Indonesia banyak dijumpai yang telah mengeras dimasukkan ke dalam
kombinasi tidak tetap antibiotik yang mekanisme inkubator dengan suhu 37 0C selama ± 24 jam
kerjanya berbeda yaitu bakteriostatik dan untuk melihat apakah terdapat bakteri
bakterisida. Pada kasus demam typhoid dijumpai kontaminan pada media yang telah dibuat. Jika
resep kombinasi antibiotik Kloramfenikol yang tidak ditemukan bakteri kontaminan, maka media
bersifat bakteriostatik dan Amoksisilin yang siap digunakan.
bersifat bakterisida. Kombinasi antibiotik
Kloramfenikol dan Amoksisilin secara teori Pembuatan Larutan Antibiotika
dinyatakan antagonis, sedang secara klinis Dilakukan pembuatan larutan Kloramfenikol
mungkin tidak 5 . tunggal dosis 1,25 µg/ml, 2,5 µg/ml 5 µg/ml
Pengujian efek kombinasi antibiotik dengan menggunakan pelarut aquadest steril, dan
Kloramfenikol dan Amoksisilin terhadap bakteri dilanjutkan pembuatan larutan Amoksisilin
Salmonella typhi dapat dilakukan secara in vitro. tunggal dosis 0,05 µg/ml, 0,1 µg/ml, 0,2 µg/ml
Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui dengan menggunakan pelarut dapar3. Serta
dilakukan pembuatan larutan kombinasi
JIMR │ Volume 1, No 1. June 2017 Page | 13
J. Islamic. Med. Res. E-ISSN: 2580 927X

Kloramfenikol dan Amoksisilin dengan dosis Tabel 1. Rerata diameter zona jernih yang menunjukan
1,25 : 0,2 µg/ml, 2,5 : 0,1 µg/ml, dan 5 : 0,05 Daya Hambat Kloramfenikol 1,25 μg/ml, Amoksisilin 0,2
µg/ml, dan Kombinasi Keduanya terhadap
µg/ml. pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
Pembuatan Suspensi Bakteri Uji Rerata ± SD Efek
No. Perlakuan n
Bakteri uji diambil dengan menggunakan oshe (mm) Anti Bakteri☼
dari tabung bakteri. Kemudian masukkan ke 1. Kontrol negatif
4 6.00±0.00# Tidak ada
dalam 1 ml NaCl fisiologis. Homogenkan sampai (aquadest steril)
benar-benar tercampur secara merata. 2. Kloramfenikol
4 10.53±3.10*$ Lemah
Selanjutnya standartkan dengan Mc. Farland 0,5 1,25 μg/ml (C3)
Pengujian Efek Anti Bakteri 3. Amoksisilin 0,2
4 6.04±0.01# Tidak ada
µg/ml (A3)
Dilakukan streaking bakteri pada cawan petri
4. Kloramfenikol
yang telah terisi media agar Muller Hinton. Lalu
1,25 µg/ml dan
letakkan paper disk yang telah direndam selama 4 7.20±0.12# Tidak ada
Amoksisilin 0,2
± 5 menit pada larutan uji antibiotik sesuai dosis µg/ml (C3A3)
yang telah ditentukan secara aseptis pada media Keterangan :
agar. Semua cawan petri yang telah distreak dan *: p ≤ 0.05 berbeda signifikan (LSD test post hoc ANOVA)
ditanami paper disk kemudian diinkubasi pada dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif
#
inkubator selama ± 24 jam dengan suhu 37 0C. : p ≤ 0.05 berbeda signifikan (LSD test post hoc ANOVA)
dibandingkan dengan kelompok tunggal Kloramfenikol
Setelah ± 24 jam diinkubasi masing-masing $
: p ≤ 0.05 berbeda signifikan (LSD test post hoc ANOVA)
cawan petri dilihat pertumbuhan bakterinya dibandingkan dengan kelompok tunggal Amoksisilin

disekitar paper disk. Zona bening adalah zona : Efek anti bakteri di standartkan dengan tabel klasifikasi
dimana tidak terbentuk pertumbuhan kuman. Jika Greenwood 13
terbentuk zona bening, maka zona tersebut diukur
menggunakan jangka sorong untuk menilai
diameternya.

Teknik Analisa Data


Penilaian berdasarkan kemampuan kombinasi
antibiotik Kloramfenikol dan Amoksisilin dalam
menghambat pertumbuhan bakteri. Intrepretasi
hasil dihitung dari diameter zona hambat bakteri
Salmonella typhi. Hasil penelitian untuk masing-
masing kelompok dikumpulkan dan dianalisa
secara statistik. Untuk menguji signifikansi
antara masing-masing kelompok dipakai teknik
analisis data dengan menggunakan ANOVA One
Gambar 1. Histogram rerata diameter zona jernih yang
Way dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). menunjukan Daya Hambat Kloramfenikol 1.25 μg/ml,
Untuk membandingkan efektifitas anti bakteri Amoksisilin 0,2 µg/ml, dan Kombinasinya terhadap
antar kombinasi digunakan teknik analisa data pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
Independent T-test.
Potensi anti-bakteri kombinasi Kloramfenikol
HASIL PENELITIAN 1,25 μg/ml dan Amoksisilin 0,2 μg/ml tidak
berbeda signifikan dengan Amoksisilin tunggal
Efek kombinasi Kloramfenikol 1,25 μg/ml 0,2 μg/ml, tetapi lebih rendah sekitar 30 % bila
dan Amoksisilin 0,2 μg/ml terhadap dibandingkan dengan Kloramfenikol tunggal 1,25
Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi μg/ml (p<0.05).
Efek anti bakteri kombinasi Kloramfenikol
1,25 μg/ml dan Amoksisilin 0,2 µg/ml terhadap Efek kombinasi Kloramfenikol 2,5 μg/ml
bakteri Salmonella typhi ditunjukan pada Tabel 1 dan Amoksisilin 0,1 μg/ml terhadap
dan Gambar 1. Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi
Efek anti bakteri kombinasi Kloramfenikol
2,5 μg/ml dan Amoksisilin 0,1 µg/ml terhadap
JIMR │ Volume 1, No 1. June 2017 Page | 14
)
J. Islamic. Med. Res. E-ISSN: 2580 927X

bakteri Salmonella typhi ditunjukan pada Tabel 2 dengan Kloramfenikol tunggal 2,5 μg/ml
dan Gambar 2 (p<0.05).
Efek kombinasi Kloramfenikol 5 μg/ml
Tabel 2. Rerata diameter zona jernih yang menunjukan dan Amoksisilin 0,05 μg/ml terhadap
Daya Hambat Kloramfenikol 2,5 μg/ml, Amoksisilin 0,1
µg/ml, dan Kombinasinya terhadap pertumbuhan Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi
bakteri Salmonella typhi. Efek anti bakteri kombinasi Kloramfenikol 5
Rerata ± SD Efek μg/ml dan Amoksisilin 0,05 µg/ml terhadap
No. Perlakuan n
(mm) Anti Bakteri☼ bakteri Salmonella typhi ditunjukan pada Tabel
1. Kontrol negatif 3. dan Gambar 3.
4 6.00±0.00# Tidak ada
(aquadest steril)
2. Kloramfenikol Tabel 3. Rerata diameter zona jernih yang menunjukan
4 12.51±0.45*$ Lemah
2,5 μg/ml (C2) Daya Hambat Kloramfenikol 5 μg/ml, Amoksisilin 0,05
3. Amoksisilin 0,1 µg/ml, dan Kombinasi Keduanya terhadap
4 6.01±0.00# Tidak ada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
µg/ml (A2)
4. Kloramfenikol Efek
No. Perlakuan n Rerata ± SD
2,5 µg/ml dan 8.79±0.50* # Anti Bakteri☼
4 $ Tidak ada 1. Kontrol negatif
Amoksisilin 0,1 4 6.00±0.00# Tidak ada
µg/ml (C2A2) (aquadest steril)
Keterangan : 2. Kloramfenikol 5
4 17.00±0.09*$ Sedang
*: p ≤ 0.05 berbeda signifikan (LSD test post hoc ANOVA) μg/ml (C1)
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif 3. Amoksisilin 0,05
#
: p ≤ 0.05 berbeda signifikan (LSD test post hoc ANOVA) 4 6.00±0.00# Tidak ada
µg/ml (A1)
dibandingkan dengan kelompok tunggal Kloramfenikol 4. Kloramfenikol 5
$
: p ≤ 0.05 berbeda signifikan (LSD test post hoc ANOVA) µg/ml dan
dibandingkan dengan kelompok tunggal Amoksisilin 4 13.12±0.18*#$ Lemah

: Efek anti bakteri di standardkan dengan tabel klasifikasi
Amoksisilin 0,05
Greenwood 13 µg/ml (C1A1)
Keterangan :
*: p ≤ 0.05 berbeda signifikan (LSD test post hoc ANOVA)
dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif
#
: p ≤ 0.05 berbeda signifikan (LSD test post hoc ANOVA)
dibandingkan dengan kelompok tunggal Kloramfenikol
$
: p ≤ 0.05 berbeda signifikan (LSD test post hoc ANOVA)
dibandingkan dengan kelompok tunggal Amoksisilin

: Efek anti bakteri di standardkan dengan tabel klasifikasi
Greenwood 13

Gambar 2. Histogram rerata diameter zona jernih yang


menunjukan Daya Hambat Kloramfenikol 2.5 μg/ml,
Amoksisilin 0,1 µg/ml, dan Kombinasi Keduanya
terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi (mm).

Kombinasi Kloramfenikol 2,5 μg/ml dan


Amoksisilin 0,1 μg/ml berbeda signifikan dengan
Kloramfenikol tunggal 2,5 μg/ml dan Gambar 3. Histogram rerata diameter zona jernih yang
menunjukan Daya Hambat Kloramfenikol 5 μg/ml,
Amoksisilin tunggal 0,1 μg/ml dalam Amoksisilin 0,05 µg/ml, dan Kombinasinya terhadap
menghambat pertumbuhan bakteri (p<0.05). pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
Kombinasi Kloramfenikol 2,5 μg/ml dan
Amoksisilin 0,1 μg/ml memiliki efek anti bakteri Bentuk kombinasi Kloramfenikol 5 μg/ml dan
lebih kuat 30 % dibandingkan dengan Amoksisilin 0,05 μg/ml berbeda signifikan
Amoksisilin tunggal 0,1 μg/ml, tetapi memiliki dengan Kloramfenikol tunggal 5 μg/ml dan
efek anti bakteri lebih lemah jika dibandingkan

JIMR │ Volume 1, No 1. June 2017 Page | 15


J. Islamic. Med. Res. E-ISSN: 2580 927X

Amoksisilin tunggal 0,05 μg/ml sebagai anti


bakteri S. thypi. (p<0.05). Kombinasi
Kloramfenikol 5 μg/ml dan Amoksisilin 0,05
μg/ml memiliki efek anti bakteri jauh lebih kuat
dibandingkan dengan Amoksisilin tunggal 0,5
μg/ml (p<0.05) tetapi memiliki efek anti bakteri
jauh lebih lemah jika dibandingkan dengan
Kloramfenikol tunggal 5 μg/ml (p<0.05).

Perbandingan Efek Kombinasi


Kloramfenikol dan Amoksisilin pada
Beberapa Dosis terhadap Pertumbuhan
Bakteri Salmonella typhi
Gambar 4. Rerata diameter zona jernih yang
Perbandingan efek anti bakteri kombinasi menunjukan Daya Hambat Kombinasi Kloramfenikol
Kloramfenikol 1,25 µg/ml dan Amoksisilin 0,2 dan Amoksisilin pada Beberapa Dosis terhadap
µg/ml, kombinasi Kloramfenikol 2,5 µg/ml dan pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
Amoksisilin 0,1 µg/ml, dan kombinasi
Kloramfenikol 5 µg/ml dan Amoksisilin 0,05 Kombinasi Kloramfenikol 5 µg/ml dan
µg/ml terhadap bakteri Salmonella typhi tampak Amoksisilin 0,05 µg/ml lebih kuat dibandingkan
pada table 4. dan gambar.4. dengan kombinasi Kloramfenikol 1,25 µg/ml dan
Amoksisilin 0,2 µg/ml, dan kombinasi
Tabel 4. Rerata diameter zona jernih yang menunjukan Kloramfenikol 2,5 µg/ml dan Amoksisilin 0,1
Daya Hambat Kombinasi Kloramfenikol dan µg/ml (p<0.05) dalam menghambat pertumbuhan
Amoksisilin pada Beberapa Dosis terhadap
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi (mm).
bakteri Salmonella typhi. Hal ini dibuktikan
dengan timbulnya zona hambat yang dihasilkan
oleh kombinasi Kloramfenikol 5 µg/ml dan
Efek Amoksisilin 0,05 µg/ml lebih lebar dibandingkan
Rerata ±
No. Dosis n Anti dengan zona hambat yang dihasilkan kombinasi
SD
Bakteri☼ Kloramfenikol 1,25 µg/ml dan Amoksisilin 0,2
Kombinasi Kloramfenikol
7.20±0.12 Tidak µg/ml atau pun kombinasi Kloramfenikol 2,5
1. 1,25 µg/ml dan 4
*# ada µg/ml dan Amoksisilin 0,1 µg/ml. Hasil uji
Amoksisilin 0,2 µg/ml
Kombinasi Kloramfenikol statistik menggunakan independent t-test
8.79±0.50 Tidak menyatakan bahwa antara ketiga kelompok
2. 2,5 µg/ml dan Amoksisilin 4 @#
ada kombinasi tersebut terdapat perbedaan yang
0,1 µg/ml
Kombinasi Kloramfenikol signifikan.
13.12±0.1
3. 5 µg/ml dan Amoksisilin 4 Lemah
8 @*
0,05 µg/ml PEMBAHASAN
Keterangan :
@
: p ≤ 0.05 berbeda signifikan (Independent T-Test)
dibandingkan dengan kelompok Kombinasi Penelitian efek kombinasi antibiotik
Kloramfenikol 1,25 µg/ml dan Amoksisilin 0,2 µg/ml Kloramfenikol dan Amoksisilin telah dilakukan
*: p ≤ 0.05 berbeda signifikan (Independent T-Test) di laboratorium mikrobiologi Fakultas
dibandingkan dengan kelompok Kombinasi Kedokteran Brawijaya. Metode uji anti bakteri
Kloramfenikol 2,5 µg/ml dan Amoksisilin 0,1 µg/ml
#
: p ≤ 0.05 berbeda signifikan (Independent T-Test) yang digunakan adalah metode difusi cakram.
dibandingkan dengan kelompok Kombinasi Metode difusi cakram kertas merupakan teknik
Kloramfenikol 5 µg/ml dan Amoksisilin 0,05 µg/ml yang paling sering digunakan untuk menentukan

: Efek anti bakteri di standardkan dengan tabel klasifikasi kepekaan bahan antimikroba sampai senyawa
Greenwood 13
kemoterapi. Metode ini memiliki kelebihan yaitu
sederhana untuk dilakukan dan dapat digunakan
untuk melihat sensitivitas berbagai jenis mikroba
terhadap antimikroba pada konsentrasi tertentu.
Kekurangan dari metode ini adalah senyawa
antimikroba yang akan diuji harus bersifat
JIMR │ Volume 1, No 1. June 2017 Page | 16
J. Islamic. Med. Res. E-ISSN: 2580 927X

hidrofilik agar dapat berdifusi dengan baik 7. membran sitoplasma. Molekul antibiotik yang
Dalam penelitian digunakan aquadest steril besar menembus membran luar dengan sangat
sebagai kontrol negatif. Aquadest pada penelitian lambat, sehingga bakteri gram negatif relatif
ini tidak menimbulkan zona hambat pada media sangat tahan terhadap antibiotik, khususnya
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. Hal ini antibiotik Amoksisilin 10.
berarti aquadest tidak memiliki zat anti bakteri. Pada penelitian ini dosis Kloramfenikol
Antibiotik yang digunakan dalam penelitian tunggal 1,25 μg/ml menghasilkan efek anti
ini adalah Kloramfenikol dengan dosis 1,25 bakteri kategori lemah menurut klasifikasi
μg/ml, 2,5 μg/ml, 5 μg/ml dan Amoksisilin Greenwood. Hal ini disebabkan karena bakteri
dengan dosis 0,05 μg/ml, 0,1 μg/ml, 0,2 μg/ml. Salmonella typhi masih cukup peka terhadap
Pemilihan dosis tersebut berdasarkan penelitian antibiotik Kloramfenikol. Penghambatan
sebelumnya, yaitu untuk Kloramfenikol dosis 2,5 pertumbuhan bakteri Salmonella typhi yang
μg/ml dan Amoksisilin dosis 0,1 μg/ml 8. diberikan oleh Kloramfenikol adalah melalui
Dalam penelitian ini menggunakan bakteri uji pelekatan Kloramfenikol pada subunit 50S
Salmonella typhi yang merupakan bakteri ribosom. Kloramfenikol mengganggu dengan
penyebab demam typhoid dengan bakteri pengikatan asam amino baru pada rantai peptida
diperoleh dari penderita demam typhoid positif. yang mulai timbul, hal ini sebagian besar karena
Kloramfenikol menghambat peptidil
Efek Kombinasi Kloramfenikol 1,25 μg/ml transferase11.
dan Amoksisilin 0,2 µg/ml Terhadap Pada hasil penelitian, kombinasi
Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi Kloramfenikol 1,25 μg/ml dan Amoksisilin 0,2
Dari hasil penelitian Amoksisilin tunggal μg/ml mampu menghasilkan zona hambat bakteri
dosis 0,2 μg/ml tidak mampu menghambat Salmonella typhi sebesar 7,20 mm. Menurut
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi, karena klasifikasi Greenwood, zona hambat sebesar 7,20
zona hambat yang terbentuk sebesar 6,04 mm. termasuk kedalam kategori tidak memberikan
Berdasarkan tabel klasifikasi Greenwood, efek anti bakteri. Kombinasi ini memiliki efek
Amoksisilin 0,2 μg/ml tidak mempunya efek anti anti bakteri lebih rendah bila dibandingkan
bakteri. Hal ini disebabkan karena telah terjadi dengan Kloramfenikol tunggal dosis 1,25 μg/ml,
resistensi bakteri terhadap antibiotik Amoksisilin. karena pada dosis kombinasi terjadi interaksi
Mekanisme resistensi yang terjadi pada bakteri obat, sehingga efek anti bakteri yang dihasilkan
Gram negatif terhadap antibiotik Amoksisilin ini kurang maksimal. Hal ini disebabkan oleh adanya
terjadi akibat adanya pembentukan enzim beta sifat antagonistik dari kedua obat tersebut,
laktamase oleh bakteri itu sendiri. Pada bakteri sehingga kedua obat berkompetisi untuk saling
Gram negatif hanya sedikit mensekresi keluar meniadakan efek yang dimiliki oleh masing-
beta laktamase tetapi tempatnya strategis, yaitu di masing obat tersebut dan akhirnya efek anti
rongga periplastik di antara membran sitoplasma bakteri dari kedua obat terabaikan 12. Antibiotika
dan dinding sel bakteri. Selain itu dapat juga golongan bakterisida seperti amoksisilin bekerja
disebabkan oleh enzim autolisin bakteri yang saat bakteri dalam fase pertumbuhan tapi bila
tidak bekerja sehingga timbul sifat toleran bakteri diberikan bersamaan dengan antibiotika
terhadap obat 9. Kemungkinan lain disebabkan bakteristatik seperti kloramfenikol maka efek
oleh ketidak mampuan antibiotik Amoksisilin bakterisida amiksisilin akan ditiadakan 10.
bereaksi atau menembus membran luar dari
bakteri Salmonella typhi. Pada bakteri Efek Kombinasi Kloramfenikol 2,5 μg/ml
Salmonella typhi terdapat struktur dinding dan Amoksisilin 0,1 µg/ml Terhadap
tambahan yaitu membran luar sel. Membran Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi
luarnya merupakan struktur dua lapis, kompoisisi Dari hasil penelitian Amoksisilin tunggal
lembaran dalamnya mirip membran sitoplasma, dosis 0,1 μg/ml tidak mampu menghambat
hanya saja fosfolipid pada lapisan luarnya diganti pertumbuhan bakteri Salmonella typhi, hal ini
dengan molekul lipopolysacaride (LPS). karena zona hambat yang terbentuk sebesar 6,01
Sehingga lapisan dari membran ini asimetris dan mm. Berdasarkan tabel klasifikasi Greenwood,
struktur dua lapisnya tidak sama dibanding zona hambat yang ditimbulkan oleh Amoksisilin
membran biologi lain yang simetris misalnya tunggal dosis 0,1 μg/ml tidak mempunya efek
JIMR │ Volume 1, No 1. June 2017 Page | 17
J. Islamic. Med. Res. E-ISSN: 2580 927X

anti bakteri. Hal ini disebabkan karena saat ini hambat yang ditimbulkan oleh Kloramfenikol
telah terjadi perubahan strain Salmonella typhi tunggal dosis 2,5 μg/ml hanya bisa memberikan
yang resisten terhadap Amoksisilin. Sehingga hasil kategori lemah untuk efek anti bakterinya.
banyak terjadi resistensi bakteri terhadap Hal ini disebabkan karena bakteri Salmonella
antibiotik Amoksisilin. Hal ini terbukti pada typhi mulai resisten terhadap antibiotik
tahun 2005 bakteri Salmonella typhi masih Kloramfenikol. Maka penghambatan
sensitif terhadap amoksisilin tunggal dosis 0,1 pertumbuhan bakteri Salmonella typhi yang
μg/ml8 tetapi jika dibandingkan dengan hasil diberikan oleh Kloramfenikol tunggal dosis 2,5
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa saat ini μg/ml tidak bisa melekat sempurna pada subunit
sudah tidak sensitif lagi. 50S ribosom. Sehingga tidak terjadi
Menurut hasil penelitian, Kloramfenikol penghambatan peptidil transferase oleh
tunggal dosis 2,5 μg/ml mampu menghambat kloramfenikol, dan pengikatan asam amino ba ru
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. Tetapi pada rantai peptida tidak terganggu
berdasarkan tabel klasifikasi Greenwood, zona
ini disebabkan oleh kerja obat yg masih baik atau
Pada penelitian ini kombinasi Kloramfenikol cukup efektif terhadap bakteri Salmonella typhi,
2,5 μg/ml dan Amoksisilin 0,1 μg/ml mampu sehingga pertumbuhan bakteri Salmonella typhi
menghasilkan zona hambat pertumbuhan bakteri dapat dihambat dengan baik.
Salmonella typhi. Tetapi berdasarkan tabel Kombinasi Kloramfenikol 5 μg/ml dan
klasifikasi Greenwood, kombinasi ini termasuk Amoksisilin 0,05 μg/ml mampu menghambat
ke dalam golongan tidak memberikan efek anti pertumbuhan bakteri Salmonella typhi,
bakteri. Kombinasi ini memiliki efek anti bakteri sedangkan menurut tabel klasifikasi Greenwood,
lebih kuat jika dibandingkan dengan Amoksisilin zona hambat yang ditimbulkan oleh kombinasi
tunggal dosis 0,1 μg/ml, sebaliknya jika ini bersifat lemah. Efek anti bakteri yang
dibandingkan dengan Kloramfenikol tunggal dihasilkan oleh kombinasi ini lebih tinggi bila
dosis 2,5 μg/ml memiliki efek anti bakteri jauh dibandingkan dengan efek anti bakteri
lebih rendah. Hal ini disebabkan karena adanya Amoksisilin tunggal dosis 0,05 μg/ml, dan
sifat obat yang satu menghambat kerja obat yang memiliki efek anti bakteri lebih rendah bila
lain, sehingga efek farmakologisnya menjadi dibandingkan dengan Kloramfenikol tunggal
berkurang bahkan tidak muncul dengan baik dosis 5 μg/ml. Hal ini disebabkan karena pada
karena adanya sifat yang berbeda dari masing- kombinasi ini terjadi interaksi obat, walaupun
masing obat 11. interaksinya cukup kecil. Seperti menurut
Nanizar Zaman-Joenoes (1994), beliau
Efek Kombinasi Kloramfenikol 5 μg/ml memaparkan dibukunya bahwa bila dua atau
dan Amoksisilin 0,05 µg/ml Terhadap lebih obat diberikan bersamaan, maka yang satu
Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi dapat menjadi interaktan dari yang lainnya. Ini
Dari hasil penelitian, Amoksisilin tunggal dapat menyebabkan daya kerja obat berubah,
dosis 0,05 μg/ml tidak mampu menghambat terjadi potensiasi, antagonisme, atau kerja obat
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. berkurang/terhambat.
Berdasarkan tabel klasifikasi Greenwood, zona
hambat yang ditimbulkan oleh Amoksisilin Perbandingan Efek Kombinasi
tunggal dosis 0,05 μg/ml tidak mempunya efek Kloramfenikol dan Amoksisilin pada
anti bakteri. Hal ini dipengaruhi oleh tidak Beberapa Dosis terhadap Pertumbuhan
tercukupinya kadar atau jumlah dosis toksik Bakteri Salmonella typhi
untuk bakteri Salmonella typhi, sehingga bakteri Dari hasil penelitian didapatkan data bahwa
tetap bisa tumbuh subur. kombinasi Kloramfenikol 5 µg/ml dan
Menurut hasil penelitian, Kloramfenikol Amoksisilin 0,05 µg/ml lebih kuat dalam
tunggal dosis 5 μg/ml mampu menghambat menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. typhi dibandingkan dengan kombinasi
Berdasarkan tabel klasifikasi Greenwood, zona Kloramfenikol 2,5 µg/ml dan Amoksisilin 0,1
hambat yang ditimbulkan oleh Kloramfenikol µg/ml, sedangkan kombinasi Kloramfenikol 2,5
tunggal dosis 5 μg/ml adalah bersifat sedang. Hal µg/ml dan Amoksisilin 0,1 µg/ml memiliki efek
JIMR │ Volume 1, No 1. June 2017 Page | 18
J. Islamic. Med. Res. E-ISSN: 2580 927X

lebih kuat dalam menghambat pertumbuhan Berdasarkan hasil penelitian ini, guna
bakteri Salmonella typhi dibandingkan dengan pengembangan lebih lanjut peneliti
kombinasi Kloramfenikol 1,25 µg/ml dan menyarankan:
Amoksisilin 0,2 µg/ml. Perbedaan ini 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
dikarenakan oleh adanya perbedaan jumlah dosis menggunakan kombinasi kloramfenikol dan
obat yang bersifat bakterisida dengan dosis obat amoksisilin dengan perbandingan dosis yang
yg bersifat bakteriostatik 10,11 lain.
Kombinasi Kloramfenikol 5 µg/ml dan 2. Menggunakan metode uji antibakteri yang
Amoksisilin 0,05 µg/ml bila dibandingkan lain sehingga hasil dapat dibandingkan.
dengan kombinasi Kloramfenikol 2,5 µg/ml dan 3. Menguji kombinasi kloramfenikol dan
Amoksisilin 0,1 µg/ml atau dengan kombinasi amoksisilin dengan bakteri gram positif.
Kloramfenikol 1,25 µg/ml dan Amoksisilin 0,2
µg/ml berbeda signifikan. Kombinasi PUSTAKA
Kloramfenikol 5 µg/ml dan Amoksisilin 0,05
µg/ml memiliki efek anti bakteri paling kuat, hal 1. Santoso, Henry. Kajian Rasionalitas Penggunaan
ini disebabkan karena dosis Kloramfenikolnya Antibiotik Pada Kasus Demam Tifoid yang Dirawat
lebih dominan dari pada dosis Amoksisilin yang pada Bangsal Penyakit Dalam di RSUP Dr. Kariadi
Semarang Tahun 2008. (Online).
sangat rendah. Maka interaksi obat yang terjadi
(http://eprints.undip.ac.id/8069/1/Henry_Sanrtoso.pdf,
tidak begitu dominan, sehingga efek dari
diakses 2010
kloramfenikol masih cukup kuat. Sedangkan
pada kombinasi Kloramfenikol 2,5 µg/ml dan 2. Wihastuti, Heni Sri. Asuhan Keperawatan pada an. E
Amoksisilin 0,1 µg/ml atau kombinasi dengan Gangguan Sistem Pencernaan: ”Febris
Kloramfenikol 1,25 µg/ml dan Amoksisilin 0,2 Suspect Typhoid” Dibangsal Anggrek RSUD
µg/ml juga memiliki daya hambat pertumbuhan Sukoharjo. (Online).
bakteri Salmonella typhi, walau pun hal ini (http://etd.eprints.ums.ac.id/2847/1/J200050032.pdf,
menurut tabel klasifikasi Greenwood tidak diakses 2010
termasuk kedalam golongan yang memiliki efek
3. Wulandari, Ismiati. Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada
anti bakteri. Hal ini dipengaruhi oleh dosis
Pasien Anak Rawat Inap Penderita Demam Tifoid di
Amoksisilin yang masih bisa menjadi interaktan RSUD dr. Moewardi Surakarta Periode 2008.
penghambat kerja dari Kloramfenikol. Menurut (Online).
Nanizar Zaman-Joenoes (1994), obat yang satu (http://etd.eprints.ums.ac.id/8030/1/K100050240.pdf,
dapat menjadi interaktan bagi obat yang lain, diakses 2010.
sehingga dapat mengakibatkan berubahnya efek 4. Rasmilah, drh. M.Kes. Thypus. Fakultas Kesehatan
dari salah satu obat itu atau pun berubahnya efek Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Digitalized
kedua-dua obat tersebut. by USU Digital Library Greenwood. 1995. Sensitivitas
Antibiotik, Antimikroba, dan Kemoterapi. UI-Press,
KESIMPULAN Jakarta. 2001.

5. Suharjono dkk. Pelayanan Kefarmasian Antibiotika dan


Berdasarkan hasil analisa data dan
Informasi yang Menyertainya. Fakultas Farmasi
pembahasan dalam penelitian ini, dapat
Universitas Airlangga. Surabaya. 1994: 69.
disimpulkan bahwa:
1. Kombinasi Kloramfenikol 5 µg/ml dan 6. Pratiwi, Sylvia T. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga
Amoksisilin 0,05 µg/ml mampu menghambat Medical Series. Jakarta: Erlangga. 2008.
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
2. Kombinasi Kloramfenikol dan Amoksisilin 7. Mawaddah, Rosliana. Kajian Hasil Riset Potensi
mempunyai efek anti bakteri lebih lemah Antimikroba Alami dan Aplikasinya Dalam Bahan
dibandingkan dengan bentuk tunggal Pangan di Pusat Informasi Teknologi Pertanian
Kloramfenikol dalam menghambat FATETA IPB. (Online).
(http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/13778/
pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
2/F08sma.pdf,;diakses 2011.

SARAN

JIMR │ Volume 1, No 1. June 2017 Page | 19


J. Islamic. Med. Res. E-ISSN: 2580 927X

8. Harmita, Dr. Apt. dan Radji, Maksum Dr. M.Biomed.


Analisa Hayati, Edisi Kedua. Departemen Farmasi
FMIPA UI; 2005.

9. Setiabudy, Rianto. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5.


Jakarta: FK UI. 2007

10. Jewetz et all. Mikrobiologi Kedokteran, Edisi Baahasa


Indonesia. Jakarta: Salemba Medika;2005.

11. Joenoes, Nanizar Zaman. ARS Prescibendi Resep yang


Rasional Jilid 3. Surabaya: Airlangga University
Press;1994.

12. Katzung, Bertram D. Farmakologi Dasar dan Klinik,


Edisi VI Baahasa Indonesia. Jakarta: EGC;1997

13. Greenwood. 1995. Sensitivitas Antibiotik, Antimikroba,


dan Kemoterapi. UI-Press, Jakarta;1995.

JIMR │ Volume 1, No 1. June 2017 Page | 20

Potrebbero piacerti anche