Sei sulla pagina 1di 14

Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 22 No.

2, Desember 2019: 155-168


ISSN: 1410-8291 | e-ISSN: 2460-0172 | http://bppkibandung.id/index.php/jpk

AGENDA SETTING PENYEBARAN HOAKS DI MEDIA SOSIAL

Christiany Juditha
Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian Komunikasi dan Informatika Manado
Jl. Pumorrow 76, Kota Manado, Sulawesi Utara, 95126, Indonesia
No. Telp./HP: (0431)847129
E-mail: christiany.juditha@kominfo.go.id

Naskah diterima pada tanggal 5 September 2019 direvisi tanggal 3 Oktober 2019 disetujui tanggal 18 Oktober 2019

AGENDA SETTING OF SPREADING HOAX IN SOCIAL MEDIA

Abstract. The purpose of this study is to get an overview of the agenda-setting for the spread of
hoax on social media. The method used is quantitative content analysis. The results found that
there were three themes of the most prominent hoax issues, namely politics, health, and
governance issues. In this case, the media setting agenda on hoax was formed by the users of
social media itself. Hoax themes about politics such as Elections have increased in a certain
period because social media users or netizens have relatively the same concentration and
attention about it. There have also been attempts by certain parties to neutralize a theme hoax
for a specific purpose, such as to overthrow each presidential candidate who is fighting in the
Election process, including to topple incumbent presidential candidates who are still in power.
Likewise, with a content hoax, the media agenda formed on social media represents the interests
of netizens. Even in health hoax content that includes the most hoax content, the agenda of social
media settings is built because netizens consider the content important to be immediately known
by other audiences regardless of whether or not the content is true.
Keywords: agenda setting, hoax, social media.

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang agenda setting
penyebaran hoaks di media sosial. Metode yang digunakan adalah analisis isi kuantitatif. Hasil
penelitian menemukan bahwa terdapat tiga tema isu hoaks yang paling menonjol yaitu politik,
kesehatan, dan isu pemerintahan. Dalam hal ini, agenda setting media tentang hoaks dibentuk
oleh para pengguna media sosial itu sendiri. Tema hoaks tentang politik seperti pemilu
meningkat dalam kurun tertentu, dikarenakan pengguna media sosial atau netizen memiliki
konsentrasi dan perhatian yang relatif sama tentang hal tersebut. Ada juga upaya dari pihak-
pihak tertentu untuk memviralkan sebuah tema hoaks untuk tujuan tertentu semisal untuk
menjatuhkan masing-masing kandidat presiden yang sedang bertarung dalam proses pemilu.
Termasuk untuk menjatuhkan kandidat presiden petahana yang masih berkuasa. Begitu pula
dengan konten hoaks, agenda media yang terbentuk di media sosial merepresentasikan
kepentingan para netizen. Bahkan pada konten hoaks bidang kesehatan yang termasuk konten
hoaks terbanyak, agenda setting media sosial yang terbangun karena netizen menganggap konten
tersebut penting untuk segera diketahui oleh khalayak lainnya terlepas dari benar tidaknya
konten tersebut.
Kata kunci: agenda setting, hoaks, media sosial.

DOI: 10.20422/jpk.v22i2.669
155
Agenda Setting Penyebaran Hoaks di Media Sosial
Christiany Juditha

PENDAHULUAN di media sosial yaitu persentasenya di


Facebook (82,25%), WhatsApp (56,55%),
Hoaks atau berita bohong atau berita dan Instagram (29,48%). Hasil penelitian ini
tidak benar saat ini semakin marak juga menyebutkan bahwa sebanyak 44,19%
peredarannya melalui internet. Jika dahulu responden tidak yakin memiliki kepiawaian
penyebaran berita tidak benar dalam bentuk dalam mendeteksi berita hoaks, sebanyak
spanduk, poster, selebaran, dan sejenisnya, 51,03% responden memilih untuk berdiam
kini di era digital penyebaran hoaks melalui diri (dan tidak percaya dengan informasi)
media sosial maupun pesan instan. ketika menemui hoaks, sekitar 72%
Penyebaran hoaks menggunakan media responden memiliki kecenderungan untuk
lama, sangat mudah dibersihkan dan membagikan informasi yang mereka anggap
dilupakan orang, sementara melalui media penting serta sebagian besar responden (73%)
baru tidak akan selesai begitu saja. Bahkan selalu membaca seluruh informasi. Namun
modus yang sering terjadi saat ini, begitu hanya 55% yang selalu memverifikasi
hoaks diproduksi oleh pihak tertentu, keakuratan atau fact check (Sakti, 2018).
kemudian disebarkan melalui media sosial Sementara itu, Kementerian Kominfo
yang akan terus meninggalkam jejak digital merilis hasil temuan mereka sepanjang tujuh
tanpa diverifikasi terlebih dulu. bulan sejak Agustus 2018 hingga Februari
Berbagai pihak berpendapat bahwa 2019, terdapat 771 hoaks yang berhasil
penyebaran hoaks sangat rentan terpapar oleh teridentifikasi. Temuan ini juga menyebutkan
masyarakat karena mudahnya dikonsumsi. bahwa jumlah konten hoaks yang beredar di
Apalagi saat ini pengguna media sosial dan media online terus meningkat dari bulan ke
pesan instan dari tahun ke tahun semakin bulan. Bulan Agustus 2018, hanya 25
meningkat. Indonesia menjadi salah satu informasi hoaks yg diidentifikasi hingga
negara dengan pengguna media sosial bulan Februari 2019 mencapai 353 konten
terbesar di dunia. Penelitian yang dilakukan hoaks (Kominfo, 2019).
We Are Social, menyebutkan bahwa rata-rata Melihat hasil temuan Kominfo terbaru
orang Indonesia menghabiskan tiga jam lebih tentang hoaks ini, maka menarik untuk
sehari untuk mengakses media sosial. Total dilakukan kajian secara lebih mendalam
populasi Indonesia sebanyak 265,4 juta jiwa, tentang isi konten hoaks yang paling banyak
sedangkan pengguna aktif media sosialnya beredar melalui media sosial belakangan ini.
mencapai 130 juta dengan penetrasi 49 persen Mengapa ada konten dengan tema-tema
(Pertiwi, 2018). tertentu yang cenderung lebih tinggi dari tema
Media sosial dan pesan instan (aplikasi lainnya. Apa tujuan dan motif di balik
chatting) merupakan dua media yang paling penyebaran konten hoaks dan bagaimana
banyak digunakan dalam penyebaran hoaks. kekuatan agenda setting hoaks tersebut.
Masyarakat Telematika (MASTEL) (2017) Seperti diketahui bahwa agenda setting media
dalam hasil surveinya tentang “Wabah Hoax sosial bisa terbentuk oleh orang-orang awam
Nasional” menyebutkan bahwa saluran yang (pengguna internet) yang memiliki kesamaan
paling banyak digunakan dalam penyebaran interes terhadap sebuah isu. Warganet dapat
hoaks adalah melalui media sosial (Facebook, ikut menentukan isu-isu penting bagi
Twitter, Instagram, dan Path) yang mencapai pembicaraan publik. Bahkan tidak sedikit
92,40% menyusul aplikasi chatting seperti media massa konvensional memanfaatkan
Whatsapp, Line, Telegram yaitu sebesar agenda media sosial untuk pemberitaan
62,80%, sementara melalui situs web, hanya mereka. Karena itu berdasarkan latar
mencapai 34,90%. belakang tersebut di atas maka rumusan
Sementara riset yang dilakukan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana
DailySocial.id yang bekerjasama dengan agenda setting penyebaran hoaks di media
Jakpat Mobile Survey Platform terhadap 2032 sosial?. Tujuan dari penelitian ini adalah
pengguna smartphone di berbagai penjuru untuk mendapatkan gambaran tentang agenda
Indonesia, menyimpulkan saluran terbanyak setting penyebaran hoaks di media sosial.
penyebar berita bohong atau hoaks dijumpai
156
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 22 No 2, Desember 2019: 155-168

Vargo & Guo (2017) pernah melakukan yang menjadi perhatian besar bagi
penelitian dengan judul “The Agenda-Setting masyarakat.
Power of Fake News: A Big Data Analysis of “Agenda Setting through Social Media:
The Online Media Landscape from 2014 to The Importance of Incidental News Exposure
2016”. Studi ini meneliti tentang kekuatan and Social Filtering in the Digital Era” juga
pengaturan agenda (agenda setting) berita merupakan judul penelitian yang dilakukan
palsu di media online dari 2014 hingga 2016. oleh Feezell (2017). Penelitian ini
Meskipun penelitian ini mengonfirmasi menyebutkan bahwa model konvensional dari
bahwa konten dari situs web berita palsu penetapan agenda menyatakan bahwa media
meningkat, namun situs ini tidak arus utama memengaruhi agenda publik
menggunakan kekuatan agenda setting yang dengan mengarahkan perhatian audiens, dan
berlebihan. Sebaliknya, berita palsu memiliki menganggap penting untuk isu-isu tertentu.
jalinan hubungan yang rumit dengan media Namun, selektivitas dan fragmentasi audiens
partisan online, baik dalam menanggapi yang meningkat di lingkungan media digital
maupun menetapkan agenda isu. Pada tahun saat ini mengancam kekuatan agenda setting
2016, media partisan tampaknya sangat tradisional media massa. Studi ini
rentan terhadap agenda palsu berita. menyelidiki apakah media arus utama dapat
Penelitian lain juga dilakukan oleh Salman et memengaruhi agenda publik ketika disalurkan
al. (2016) dengan judul “Social Media and melalui media sosial. Dengan memanfaatkan
Agenda Setting: Implications on Political eksperimen orisinal, longitudinal, penelitian
Agenda”. Penelitian ini menjelaskan bahwa ini menguji apakah terpapar dengan informasi
sejak munculnya internet, informasi politik politik melalui Facebook menghasilkan efek
kini berada di tangan setiap warga Malaysia, agenda setting dengan meningkatkan
terutama mereka yang tinggal di daerah kepentingan peserta yang dirasakan dari
perkotaan dan memiliki akses internet. Orang masalah kebijakan tertentu. Temuan
tidak perlu memiliki media tradisional seperti menunjukkan bahwa peserta yang terpapar
radio, televisi, atau koran untuk memahami informasi politik di Facebook menunjukkan
apa yang terjadi dalam pengaturan politik di peningkatan tingkat arti penting isu yang
Malaysia. Ini karena media sosial, terutama konsisten dengan masalah yang dibagikan
Facebook dan Twitter telah membuat akses dibandingkan dengan peserta yang tidak
informasi begitu mudah bagi populasi yang ditunjukkan informasi politik. Penelitian-
lebih besar. Tujuan dari studi ini adalah untuk penelitian yang dibahas ini banyak
mengeksplorasi peran media sosial sebagai menitikberatkan pada studi agenda setting
mekanisme pengaturan agenda (agenda namun pada media online (situs berita)
setting) dalam skenario politik Malaysia. dengan isu berita palsu (fake news).
Media sosial telah digunakan oleh publik Penelitian lain juga melakukan uji pengaruh
untuk mengungkapkan keprihatinan dan antara agenda setting dari media sosial/media
keluhan mereka tentang masalah yang online dengan media konvensional.
menyangkut kesejahteraan mereka yang Sementara penelitian yang dikaji ini akan
mungkin tidak berani dilaporkan atau melihat secara lebih spesifik kecenderungan
disiarkan oleh media tradisional. Pengaturan agenda setting yang terbentuk di media sosial
agenda perlu dimasukkan kembali ke dalam, khususnya yang membahas isu hoaks.
karena agenda publik mengambil panggung Penelitian dengan topik ini belum pernah
sentral melalui media baru/sosial. Dengan dilakukan sebelumnya sehingga dianggap
demikian, ini menyiratkan, model agenda penting untuk dilakukan.
setting dapat diperpanjang atau direnovasi
untuk memasukkan media sosial baru karena
pengaruhnya terhadap agenda publik. LANDASAN KONSEP
Implikasi lebih lanjut dari ini adalah bahwa
para politisi harus terus mengikuti Teori agenda setting dicetuskan
perkembangan di media sosial sehingga pertama kali oleh McCombs (2014) dengan
mereka akan memahami masalah saat ini didasari oleh asumsi bahwa media massa
157
Agenda Setting Penyebaran Hoaks di Media Sosial
Christiany Juditha

memiliki kekuatan untuk memengaruhi suatu media. Penentuan atau seleksi yang
agenda media kepada agenda publik. Publik dilakukan media sehari-harinya juga
cenderung menilai sesuatu itu penting didasarkan pada politik pemberitaan masing-
sebagaimana media massa menganggap hal masing media yang merupakan interpretasi
tersebut penting. Jika media massa subjektif media massa, termasuk para pekerja
menganggap suatu isu itu penting, maka media yang terikat dengan situasi organisasi
publik juga akan menganggapnya penting tempat mereka bernaung. Agenda publik
(Griffin, 2012). Teori ini menawarkan dasar berhubungan dengan isu-isu yang
pemikiran di mana penjelasan atau digambarkan dalam konten atau isi media dan
pemaparan saja tidak cukup, konten media yang kemudian diprioritaskan oleh publik.
perlu dibuat menonjol sebelum diproses dan Kebanyakan isu bisa masuk dalam agenda
diterima oleh publik. Semakin sering media publik melalui proses repetisi pesan, publik
menyajikan suatu isu atau topik, semakin mengenalinya kemudian menempatkannya
menonjol pula isu tersebut dan semakin besar dalam kepentingannya. Sehingga agenda
pula perhatian publik terhadap isu tersebut. publik dapat diartikan sebagai daftar dari isu
Landasan perspektif agenda setting yang telah disusun publik menurut
yang diletakkan oleh McCombs & Shaw kepentingannya pada suatu kurun waktu
bertitik tolak dari gagasan peran media massa tertentu.
sebagai pembentuk opini publik (Tamburaka, Agenda setting media konvensional
2012). Ada korelasi yang kuat dan signifikan sedikit bergeser sejak media baru mulai
antara apa yang diagendakan oleh media banyak digunakan seperti media online dan
massa dan apa yang menjadi agenda publik. media sosial dimana lanskap media modern
Penyusunan agenda setting menjelaskan tiga dihuni oleh bloggers, jurnalis warga (citizen
proses yaitu pertama, berita diseleksi, diolah, journalists), pengguna media sosial, seperti
dan disajikan yang dikenal dengan proses Facebook dan Twitter, yang setara dengan
gatekeeping. Kedua, menghasilkan agenda media massa pada umumnya. Kini, siapapun
media. Ketiga, agenda media memengaruhi bisa menjadi simpul dalam proses produksi
pendapat publik tentang isu yang ditonjolkan media.
(Prabowo, 2016). Teori agenda setting Menurut teori, media massa
berfokus pada proposisinya, yakni agenda memengaruhi prioritas atau kepentingan
media, agenda publik, dan isu. Dearing, J. publik dengan menyalurkan perhatian mereka
W., & Rogers (1996) mendefinisikan agenda kepada isu-isu tertentu. Hal ini menunjukkan
media sebagai daftar isu dan peristiwa pada bahwa media sosial dapat ikut menentukan
suatu waktu tertentu yang disusun sesuai isu-isu penting bagi pembicaraan publik.
dengan urutan kepentingannya. Agenda Media massa konvensional mulai menerima
media terdiri dari pokok persoalan, aktor, perubahan yang terjadi, menjadi lebih
peristiwa, anggapan, dan pandangan yang fleksibel, beradaptasi terhadap perubahan
memanfaatkan waktu dan ruang dalam dalam tataran media, bahkan memanfaatkan
publikasi yang tersedia untuk disampaikan keberadaan media sosial itu sendiri. Menurut
pada publik (Merheim, 1986). Messner dan Distato dalam Damaris (2016),
Agenda media menurut Mannheim media konvensional rutin mengutip blog
dalam Nurudin (2009) berkaitan dengan sebagai sumber, dan juga sebaliknya. Blog
beberapa dimensi yaitu: 1). Visibilitas, adalah kebanyakan bergantung pada media
jumlah dan tingkat menonjolnya berita; 2). konvensional untuk memperoleh informasi.
Audience salience, yaitu tingkat menonjol Kini keberadaan media massa dan media
bagi khalayak, relevansi isi berita dengan sosial saling memengaruhi, bahkan
kebutuhan khalayak; 3). Valensi, yakni menguntungkan satu sama lain (Metei, 2010).
menyenangkan atau tidak menyenangkan cara Media sosial dalam teori agenda setting
pemberitaan bagi suatu peristiwa (Merheim, berhubungan erat dengan agenda publik. Kini
1986). Agenda media, menurut McCombs & media sosial memiliki posisi yang bisa
Shaw (1972), dapat dilihat dari aspek apa saja menimbulkan beberapa aksi yang erat
yang coba ditonjolkan oleh pemberitaan di hubungannya dengan teori agenda setting.
158
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 22 No 2, Desember 2019: 155-168

Media sosial memiliki koneksi antara sebuah kebohongan yang dikarang


pengguna dan saling menukarkan informasi. sedemikian rupa oleh seseorang untuk
Media sosial tidak bersifat satu arah tapi menutupi atau mengalihkan perhatian dari
sebaliknya, bersifat dua arah. Sehingga kebenaran, yang digunakan untuk
informasi yang disampaikan kemudian kepentingan pribadi, baik itu secara intrinsik
dikembangkan dan memiliki respon aktif maupun ekstrinsik. Sedangkan hoaks dalam
sehingga agenda yang terjadi dapat dilihat KBBI (2019) memiliki arti berita bohong.
secara realistis. Melalui media sosial seluruh Hoaks dapat diartikan sebagai sebuah
pengguna mendeskripsikan pesan yang pemberitaan palsu yang tidak dapat
diterima dan menindaklanjuti dengan dipertanggungjawabkan kebenarannya. Chen,
menggunakan respon aktif seperti Yoke Yiie (2014) mendefinisikan hoaks
berkomentar maupun membagikan informasi sebagai informasi yang sesat dan berbahaya.
tersebut. Hal ini berkaitan dengan agenda Persepsi manusia dapat disesatkan karena
publik, media sosial membawa sebuah hoaks, namun tetap disampaikan menjadi
pengaruh bagi publik, yaitu memengaruhi sebuah informasi yang dianggap benar, dan
kesadaran dan juga aksi. Sehingga dimensi hal tersebut dapat memengaruhi orang
teori agenda media menurut Mannheim dalam banyak.
Nurudin (2009) yaitu visibilitas (jumlah dan Seperti yang telah dijelaskan pada
tingkat menonjolnya berita), audience pendahuluan bahwa media sosial dan pesan
salience (tingkat menonjol bagi khalayak, instan adalah media yang banyak digunakan
relevansi isi berita dengan kebutuhan sebagai media penyebar hoaks. Karena kedua
khalayak serta valensi (menyenangkan atau media ini memiliki karakteristik jaringan
tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi sosial. Jaringan sosial yang terbentuk karena
suatu peristiwa) yang digunakan dalam adanya kesamaan tujuan pengirim maupun
mengukur media konvensinal juga relevan penerima pesan untuk menjelek-jelekkan
untuk mengukur agenda media sosial. pihak-pihak tertentu maupun sebaliknya yaitu
Berbicara tentang agenda setting media direspon sebagai pembelaan objek hoaks.
dan publik tidak terlepas dari apa yang Sementara karakteristik sosial yang terbangun
disebut dengan isu. Effendy (2005) di dalamnya adalah membentuk jaringan di
menyebutkan bahwa isu merupakan kabar antara penggunanya, baik saling mengenal,
yang beredar di masyarakat yang tidak dapat maupun tidak, namun dipertemukan dalam
dipertanggungjawabkan kebenarannya sebuah kesamaan karekteristik sosial, yaitu
disebabkan sumbernya yang tidak jelas. Isu sama-sama pendukung pihak tertentu dan anti
dapat dijabarkan dalam lima penafsiran pihak lainnya. Di samping itu media sosial
menurut (Nasionalita, 2013), yaitu: 1) paling mudah digunakan, dalam waktu dan
Masalah yang menjadi perhatian pribadi tempat yang tidak terbatas (Juditha, 2018).
publik; 2) Persepsi dan penjabaran dari Karakter media baru inilah yang
masalah yang dihadapi masyarakat; 3) membuatnya penyebaran hoaks semakin
Penyebaran tentang kemungkinan yang mesti masif. Pesan bermuatan hoaks dapat
dipilih oleh publik, setuju atau tidak setuju disebarkan, direproduksi, bahkan
terhadap suatu kebijakan; 4) Suatu masalah dimodifikasi secara digital. Penyebarannya
yang mengandung pro dan kontra dalam sulit untuk dikendalikan karena ada sistem
masyarakat; dan yang ke 5) Alasan atau penyimpanan digital. Hoaks masih dapat
faktor-faktor yang menjadi penentu jalan diakses dan disebarkan secara online dan
keluar dalam suatu kesenjangan politik. offline, bahkan setelah posting asli
Hoaks dalam Bahasa Indonesia berarti dihilangkan sekalipun, sebuah hoaks tidak
berita bohong, informasi palsu, atau kabar dapat benar-benar dihapus. Ada begitu
dusta. Istilah hoaks ini mulai populer seiring banyak saluran yang dapat dipakai untuk
dengan popularitas media online, terutama menyebarkan hoaks (Dwiyana dalam Juditha,
media sosial (Romeltea, 2014). Pellegrini 2018).
(2008) mengembangkan definisi hoaks dari Nasrullah (2015a) berpendapat bahwa
MacDougall dan menjelaskannya sebagai karakteristik media sosial adalah berjaringan,
159
Agenda Setting Penyebaran Hoaks di Media Sosial
Christiany Juditha

informatif, ada arsip, ada interaksi, gambaran kembangnya hoaks. Ada begitu banyak hoaks
simulasi sosial dan isi informasi atau konten yang menyebar tanpa kendali dan bisa saja
yang diproduksi oleh pengguna. Karakteristik masyarakat dengan mudah terpapar oleh
ini pula yang menjadikan media sosial hoaks-hoaks tersebut.
sebagai medium penyebaran hoaks yang Berdasarkan konsep dan teori di atas
paling mudah dan cepat. Ismail Fahmi dalam maka kerangka pemikiran dari penelitian ini
Kadju (2019) mengatakan bahwa media terlihat di Gambar 1.
sosial menjadi lahan subur bagi tumbuh

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Agenda setting dibentuk berdasarkan Populasi dalam penelitian ini adalah


isu yang sedang beredar di masyarakat, isu hasil temuan hoaks dari Kementerian
ini menyangkut tentang berbagai topik Kominfo selama tujuh bulan sejak Agustus
namun termasuk berita/informasi hoaks 2018 s.d. Februari 2019 dari media sosial
berdasarkan temuan dari Kementerian (Facebook, Twitter, Youtube Google, Line
Kominfo. Isu-isu yang dianggap menonjol dan BBM). Adapun alasan tujuh bulan
ini kemudian disajikan dalam bentuk dilakukan kajian, karena laporan temuan
berita/informasi di media sosial. hasil hoaks tim AIS Kominfo yang dirilis
Karakteristik media sosial adalah bebas hanya sebanyak tujuh bulan. AIS
tanpa adanya gatekeeper, sehingga merupakan singkatan dari (Automatic
berita/informasi hoaks yang tersaring dan Identifications Systems) yaitu mesin pengais
kemudian di-posting di media sosial terjadi konten yang dimiliki oleh Kementerian
sesuai dengan keinginan dari pengguna atau Kominfo. Tujuan dari mesin ini adalah
penyebar hoaks. Hal ini kemudian untuk menjaring/mengais konten-konten
menghasilkan agenda media sosial yang negatif termasuk hoaks, baik melalui website
dapat memengaruhi pendapat publik tentang maupun akun media sosial. Unit analisis
isu hoaks yang sedang ditonjolkan. yang merupakan fokus riset adalah seluruh
isu hoaks berbagai topik dari hasil temuan
Kominfo tersebut.
METODE PENELITIAN Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah observasi tidak
Penelitian ini dilakukan dengan langsung (indirect observation) yakni
menggunakan metode analisis isi kuantitatif. peneliti akan meneliti produk-produk
Holsti mendefinisikan bahwa analisis ini komunikasi, yaitu teks (Frey, Lawrence R,
adalah teknik apapun yang digunakan untuk 1991). Data akan diperoleh dari data primer
menarik simpulan melalui usaha dan data sekunder. Data primer adalah data
menemukan karakteristik pesan dan yang diperoleh langsung dari subjek
dilakukan secara objektif dan sistematis penelitian atau alat pengambilan data
(Soejono & Abdurrahman, 1999). Analisis langsung pada subjek sebagai sumber
isi ditujukan untuk mengidentifikasi secara informasi yang dicari.
sistematis isi komunikasi yang tampak Cara menganalisis keseluruhan teks
(manifest), dan dilakukan secara objektif, hoaks dalam penelitian ini adalah dengan
valid, reliabel, dan dapat direplikasi menggunakan kategori agenda setting yaitu
(Eriyanto, 2011). visibilitas, audience salience, dan valensi.
160
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 22 No.2,Desember 2019: 155-168

Dalam penelitian digunakan pendekatan bagian dengan mengacu pada konsep


directed content analysis yang berawal dari agenda setting yang kemudian
teori sebagai guide (Lichtman, 2010). menghasilkan agenda media sosial yang
Kategori dalam penelitian ini meliputi tiga digambarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1
Kategori Agenda Setting Media Sosial Terhadap Isu Hoaks
No. Kategori Keterangan
1. Visibilitas Jumlah dan tingkat
menonjolnya isi hoaks
2. Audience Tingkat menonjol bagi
salience khalayak, relevansi isi
hoaks dengan kebutuhan
khalayak
3. Valensi Menyenangkan atau tidak
menyenangkan cara
penyajian isi hoaks bagi
suatu peristiwa.
Sumber: Mannheim (dalam Nurudin, 2009)

Teknik analisis data yang telah HASIL PENELITIAN DAN


dikategorikan sebelumnya dan dimasukkan PEMBAHASAN
dalam lembar coding. Penghitungan data
kemudian dapat dilakukan dalam distribusi Kementerian Kominfo (2019) merilis
frekuensi dengan bantuan mesin AIS hasil temuan tentang hoaks sepanjang tujuh
Kominfo. Hasil penelitian diolah secara bulan sejak Agustus 2018 hingga Februari
kuantitatif dengan cara mencatat frekuensi 2019. Hasilnya terdapat 771 hoaks yang
kemunculan unit analisis yang ditetapkan berhasil teridentifikasi. Temuan ini juga
melalui lembar coding, kemudian disusun ke menyebutkan bahwa jumlah konten hoaks
dalam tabel untuk mempermudah penelitian. yang beredar di media online (media sosial
Selanjutnya hasil penelitian diuraikan secara dan website) terus meningkat dari bulan ke
deskriptif guna membahas kecenderungan bulan. Bulan Agustus 2018 hanya 25
agenda media hoaks di media sosial. Data informasi hoaks yang diidentifikasi, namun
yang dikumpulkan kemudian digambarkan pada bulan September 2018 naik menjadi 27
dalam bentuk tabel maupun grafik dan hoaks, sementara Oktober dan November
kemudian dijelaskan secara deskripsi. 2018 masing-masing 53 dan 63 hoaks.
Hasilnya dikomparasikan dengan hasil Bulan Desember 2018, jumlah info hoaks
penelitian-penelitian sebelumnya dan juga terus naik menjadi 75 konten. Peningkatan
dari sumber-sumber yang berhubungan jumlah konten hoaks sangat signifikan
dengan hasil penelitian. Kesemuanya ini terjadi pada bulan Januari dan Februari
kemudian dianalisis secara deskriptif 2019. Sebanyak 175 konten hoaks yang
sehingga menghasilkan sebuah gambaran berhasil diverifikasi oleh Tim AIS
sebagai jawaban dari rumusan masalah yang Kemkominfo. Angka ini naik dua kali lipat
dicari. di Februari 2019 menjadi 353 konten hoaks
(Gambar 1).

161
Agenda Setting Penyebaran Hoaks di Media Sosial
Christiany Juditha

Sumber: Data diolah dari Kominfo (2019)

Gambar 1. Temuan Hoaks Keminfo

Salah satu dimensi dari agenda media tentang politik, menyusul kesehatan,
menurut Mannheim dalam Nurudin (2009) pemerintahan, fitnah, bencana dan agama.
adalah visibilitas. Visibilitas merupakan Sementara isu hoaks tentang mitos,
jumlah dan tingkat menonjolnya berita/isu. internasional, penipuan, perdagangan dan
Visibilitas dari temuan Kominfo ini pendidikan tidak terlalu menonjol dibanding
menunjukkan bahwa selama tujuh bulan, isu isu hoaks lainnya (Gambar 2).
yang paling menonjol adalah isu hoaks

Sumber: Data diolah dari Kominfo (2019)

Gambar 2. Visibilitas Isu Hoaks

Agenda media yang lainnya adalah hasil penelitian menemukan ada empat isu
audience salience, yaitu tingkat hoaks yang paling menonjol bagi khalayak
menonjolnya isu hoaks bagi khalayak dan yaitu dengan kategori tema tertentu yaitu
relevansi isi hoaks dengan kebutuhan tentang politik, kesehatan, isu pemerintahan
khalayak. Gambar 3 menunjukkan bahwa dan fitnah.

Sumber: Data diolah dari Kominfo (2019)


Gambar 3. Audience Salience Isu Hoaks
162
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 22 No.2,Desember 2019: 155-168

Valensi merupakan agenda media Sementara jika ditelusuri lebih jauh lagi, 62
lainnya yang memiliki arti menyenangkan di antaranya adalah konten tentang pemilu,
atau tidak menyenangkan cara pemberitaan mengingat bahwa eskalasi masalah politik di
isu hoaks bagi suatu peristiwa. Dari hasil waktu-waktu ini sangat gencar dengan
identifikasi konten hoaks, tema politik persoalan pemilu (Gambar 4).
adalah yang terbanyak yaitu 181 konten.

Sumber: Data diolah dari Kominfo (2019)

Gambar 4. Konten Hoaks tentang Pemilu Agustus-Desember 2018


Jika dihubungkan dengan cara dan 02 Prabowo-Sandiaga Uno. Hoaks yang
penyajian konten hoaks yang menyenangkan beredar pun tidak jauh dari pasangan calon
atau tidak bagi khalayak tergantung di kubu (paslon) presiden dan wakil presiden ini.
mana penerima pesan itu memihak. Seperti Jika konten hoaks yang menyudutkan paslon
diketahui akibat masalah Pemilu Presiden, 01, maka penyajiannya dianggap tidak
masyarakat kemudian terbagi menjadi dua menyenangkan bagi para pendukungnya
kubu, pendukung 01 Jokowi-Ma’ruf Amin, begitupun sebaliknya.

Sumber : https://turnbackhoax.id/2018

Gambar 5. Konten Hoaks tentang Pemilu (Politik)

Beberapa contoh judul konten hoaks Prabowo Sandi”, “Survei Kemenangan


yang terdeteksi pada bulan Agustus 2018 Prabowo“, “Pernyataan Sandiaga Tidak
seperti: “Cina minta Jokowi Jual Pulau Jawa Yakin Indonesia Raih Juara di Asian Games
dan Sumatra”, “Banser resmi dukung 2018“, “Dukungan KH Said Aqil terhadap
163
Agenda Setting Penyebaran Hoaks di Media Sosial
Christiany Juditha

Paslon Prabowo Sandiaga“, “Badai Pasir persiapan Pemilu Presiden 2019 sedang
Terjadi karena Spanduk hangat-hangatnya berlangsung. Apalagi
#2019gantipresiden“, “Statement Sri salah satu kontestan pemilu adalah petahana
Mulyani Tantang Pembenci Jokowi, yaitu Joko Widodo yang juga masih
Megawati Setuju PKI Bangkit“. menjabat sebagai Presiden RI. Hoaks yang
Jika memperhatikan hasil penelitian beredarpun tidak semata-mata untuk
ini, dapat disimpulkan bahwa selama kurun menjatuhkan Jokowi sebagai calon presiden
waktu tujuh bulan sangat banyak konten tetapi juga sebagai pemerintah yang masih
hoaks yang terindentifikasi khususnya di berkuasa. Hal ini dapat dilihat dari beberapa
media sosial dan pesan instan. Data ini juga contoh judul konten hoaks antara lain “Cina
dari bulan ke bulan terus meningkat hingga Minta Jokowi Jual Pulau Jawa dan
bulan Februari 2019. Hal ini menunjukkan Sumatra”, “Statement Sri Mulyani Tantang
bahwa wabah hoaks telah menjadi kasus Pembenci Jokowi” dan lain sebagainya.
yang tidak dapat dianggap sepele oleh pihak Hasil penelitian ini menunjukkan
manapun termasuk oleh pemerintah. Apalagi bahwa pembuat dan penyebar hoaks juga
karena dampak negatifnya sangat tidak menyenangi pemerintah yang
memengaruhi masyarakat. Sesuai yang berkuasa. Seperti juga yang diungkapkan
disampaikan oleh Chen, Yong & Ishak oleh Christiany (2018) dalam penelitiannya
(2014) bahwa hoaks sebagai informasi yang “Interaksi Komunikasi Hoax di Media
sesat dan berbahaya. Persepsi manusia dapat Sosial serta Antisipasinya” yang
disesatkan karena hoaks, namun tetap menyebutkan bahwa pengirim pesan hoaks
disampaikan menjadi sebuah informasi yang merupakan orang-orang atau pihak yang
dianggap benar, dan hal tersebut dapat tidak menyenangi pemerintah. Sedangkan
memengaruhi orang banyak. penerima hoaks ini pun memiliki kesamaan
Masyarakat cenderung lebih percaya pikiran (mendukung) dengan pengirim
kepada berita-berita yang beredar tanpa pesan. Mereka juga merupakan pendukung
menguji kebenarannya terlebih dahulu. pihak tertentu yang berseberangan dengan
Tidak heran kalau hoaks yang beredar tanpa objek hoaks. Hal ini dilihat dari kehadiran
verifikasi tidak putus hingga penerima mereka secara maya dalam grup media
terakhir, namun terus berlanjut dibagikan sosial dan ikut menyebarkan hoaks atau
kepada orang lain. Laras Sekarasih dalam memberi komentar negatif. Penerima pesan
Respati (2017) mengatakan orang lebih yang lain merupakan pihak yang tidak
cepat percaya hoaks karena opini atau sikap sepakat dengan pengirim pesan sehingga
seseorang yang dimiliki sama dengan mereka membantah, sebagai dukungan
informasi yang beredar tersebut. Seseorang terhadap pemerintah dan tidak setuju dengan
akan menerima informasi apapun tentang penyebaran hoaks. Ada tujuan-tujuan
seseorang, kelompok, kebijakan tertentu, tertentu untuk menjatuhkan pemerintah yang
serta produk, jika memang memiliki berkuasa dengan jalan merusak citra yang
kesukaan terhadap hal-hal itu. Meskipun bersangkutan dengan penyebaran hoaks.
informasi tersebut tidak benar, tetap saja Tema hoaks yang juga memiliki
diterima tanpa melakukan telaah apakah jumlah peredaran yang tinggi adalah konten
informasi itu benar atau sebaliknya. Bagi tentang kesehatan. Beberapa hasil penelitian
mereka informasi tersebut layak dipercaya sebelumnya juga mengungkapkan bahwa
sehingga layak untuk disebarkan kepada hoaks bidang kesehatan merupakan konten
orang lain. yang juga banyak beredar di masyarakat.
Selanjutnnya konten dengan tema Menurut survei yang dilakukan oleh seorang
politik, kesehatan, dan isu pemerintahan dokter, Ari Fahrial Syam dalam Pertiwi
adalah tiga isu yang paling mendominasi (2017), sebanyak 90 persen lebih informasi
peredaran hoaks selama tujuh bulan terakhir. tentang kesehatan memiliki sumber yang
Bahkan tingkat penonjolan hoaks tertinggi tidak jelas dan tidak dapat
dengan tema politik (pemilu). Salah satu dipertanggungjawabkan. Namun, berita
alasan karena selama tujuh bulan ini tersebut menyebar dengan bebas melalui
164
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 22 No.2,Desember 2019: 155-168

situs jejaring sosial maupun pesan instan oleh Pellegrini (2008) bahwa hoaks sebagai
(pengiriman pesan instan). Hal ini diperkuat sebuah kebohongan yang dikarang
dari penelitian Persatuan Wartawan sedemikian rupa oleh seseorang untuk
Indonesia (PWI) yang menyebutkan bahwa menutupi atau mengalihkan perhatian dari
hoaks terbanyak di masyarakat adalah kebenaran yang digunakan untuk
bidang kesehatan. Berdasarkan penelitian kepentingan pribadi, baik itu secara intrinsik
PWI, hoaks bidang kesehatan disebarkan maupun ekstrinsik.
oleh orang-orang tanpa sengaja. Mereka Dalam agenda setting media
menganggap informasi tersebut harus segera konvensional, dapat dikatakan bahwa apa
disampaikan karena berguna bagi orang lain. yang dianggap penting oleh media, itu pula
Hoaks bidang kesehatan dipandang lebih yang dianggap penting oleh khalayak
berbahaya dibanding hoaks jenis lainnya. (McCombs dan Shaw, 1972). Namun pada
Hal ini dikarenakan hoaks tersebut memiliki media sosial dapat dikatakan apa yang
dampak fatal yang mengancam jiwa dianggap penting oleh netizen itu juga yang
seseorang (Juditha, 2019). dianggap penting baik bagi netizen lainnya
Jika dihubungkan dengan agenda dan juga bagi media massa. Dalam agenda
setting media dapat dijelaskan bahwa secara setting media sosial tidak ada yang menjadi
konvensional media massa menempatkan gatekeeper. Semua arus informasi hoaks
diri sebagai gatekeeper (White, 1950) yang misalnya dengan mudahnya diproduksi dan
menyeleksi berita-berita melalui proses menyebar luas dengan bebas yang kemudian
agenda setting untuk memengaruhi agenda dibagikan berkali-kali ke pengguna lainnya.
khalayak (McCombs dan Shaw, 1972). Seperti yang disampaikan oleh Williams &
Namun pesatnya penggunaan internet seperti Delli Carpini (2004) bahwa media baru
media sosial Facebook, MySpace, dan membuat informasi beredar begitu
Twitter bisa dikatakan sebagai komunikasi melimpah. Sudah tidak ada lagi batasan
massa dengan karakter many-to-many yang ruang dan waktu yang mendasari fungsi
mana para anggotanya yang jumlahnya gatekeeper. Bahkan internet telah
banyak menjadi audiens sekaligus sumber merevolusi jurnalisme yang selama ini
isi informasi (Straubhaar, Joseph, 2012). memfungsikan diri sebagai gatekeeper
Kemunculan media menurut Chaffee & menjadi gateway (Robinson, 2006). Media
Metzger (2018) menjadikan pemahaman sosial dianggap mampu merepresentasikan
tentang agenda setting telah mengalami agenda khalayak yang memiliki pengaruh
pergeseran. Apa yang terjadi saat ini bukan terhadap agenda media. Internet tidak hanya
lagi isu-isu apa yang disampaikan media memperluas cakupan dinamika agenda
untuk khalayak pikirkan, namun isu-isu apa setting namun juga memperluas definisi
yang khalayak sampaikan ke media yang sumber berita dan redaksi pemberitaan di
ingin dipikirkan. dalam proses komunikasi massa (Bode, L.,
Hasil penelitian ini juga Sayre, B., Shah, C., Shah, D., & Wilcox,
mengungkapkan bahwa agenda media sosial 2010).
tentang hoaks dibentuk oleh para pengguna Begitu pula dengan konten hoaks,
media sosial itu sendiri. Jika sebuah tema agenda media yang terbentuk di media sosial
meningkat dalam kurun tertentu, misalnya merepresentasikan kepentingan para netizen.
tentang politik (pemilu) dikarenakan Bahkan pada konten hoaks bidang kesehatan
pengguna media sosial atau netizen yang termasuk konten hoaks terbanyak,
(warganet) memiliki konsentrasi dan agenda setting media sosial yang terbangun
perhatian yang relatif sama tentang hal karena netizen menganggap konten tersebut
tersebut. Ada juga upaya dari pihak-pihak penting untuk segera diketahui oleh
tertentu untuk memviralkan sebuah tema khalayak lainnya terlepas dari benar
hoaks untuk tujuan tertentu semisal untuk tidaknya konten tersebut. Laras Sekarasih
menjatuhkan masing-masing kandidat dalam Respati (2017) mengatakan orang
presiden yang sedang bertarung dalam lebih cepat percaya hoaks di antaranya
proses pemilu. Seperti yang didefinisikan karena keterbatasan pengetahuan yang
165
Agenda Setting Penyebaran Hoaks di Media Sosial
Christiany Juditha

dimiliki seseorang tentang informasi yang media sosial dalam menetapkan agenda
diperoleh. Ketidaktahuan seseorang tentang khalayak. Dalam kasus penyebaran hoaks,
informasi menyebabkan mereka terjebak dan media sosial adalah kendaraan komunikasi
mudah menerima dan menyebarkan hoaks. yang paling efektif digunakan penggunanya
Sifat media sosial yang memproduksi untuk membagikan ide, pengetahuan, dan
dan berbagi berita begitu mudah, ditambah pemikiran tentang konten tidak benar
dengan sifat viralnya memfasilitasi berbagi (hoaks) baik yang diproduksi sendiri
konten hoaks dengan sangat cepat dengan maupun diterima dari orang lain. Hal ini
jangkauan yang lebih luas. Sejak 2008, justru memperkuat organisasi sosial, serta
media sosial telah berada di garis depan membentuk opini publik tentang hoaks itu
dalam menetapkan agenda konten sebuah sendiri yang menganggap konten atau
berita atau informasi. Hal ini membuat informasi itu benar adanya. Media sosial
beberapa pengamat percaya bahwa media menjadi lahan subur bagi tumbuh
sosial bukan lagi media alternatif seperti kembangnya hoaks dan menyebar tanpa
dulu, melainkan media arus utama dengan kendali dan bisa saja masyarakat dengan
cara membuat berita utama. Elemen mudah terpapar oleh hoaks-hoaks tersebut
terpenting yang membuat media sosial (Kadju, 2019).
menjadi bagian tak terpisahkan dari
kehidupan sehari-hari karena memiliki sifat
jejaring sosial yang mana pengguna dapat PENUTUP
mengonsumsi konten yang dibagikan di
media sosial juga dapat menghasilkan Simpulan
konten (Nasrullah, 2015). Karakteristik Ada tiga tema isu hoaks yang paling
media sosial yang berjaringan, informatif, menonjol bagi khalayak yaitu politik,
interaksi, gambaran simulasi sosial, dan isi kesehatan, dan isu pemerintahan. Hoaks
informasi atau konten yang diproduksi oleh dengan tema politik paling tinggi mengingat
pengguna menjadikan media ini sebagai eskalasi politik selama bulan Agustus 2018
medium penyebaran hoaks yang paling hingga Februari 2019 sangat gencar dengan
mudah dan cepat. persoalan pemilu. Hoaks yang beredar pun
Pengguna media sosial memberikan tidak semata-mata untuk menjatuhkan
kontribusi penting untuk proses produksi Jokowi sebagai calon presiden tetapi juga
berita. Konsekuensinya, agenda yang sebagai pemerintah yang masih berkuasa.
ditetapkan oleh media sosial dapat Menyenangkan atau tidak menyenangkan
menjangkau setiap bagian dunia dengan penyajian hoaks ini tergantung di kubu mana
mudah dan begitu banyak orang juga dapat penerima pesan itu memihak kubu
memberikan kontribusi ekstra untuk pendukung 01 Jokowi-Ma’ruf Amin, atau 02
memperkuat dan melegitimasi agenda Prabowo-Sandiaga Uno. Hoaks yang
virtual ini. Media sosial dapat memperoleh beredar tidak jauh dari pasangan calon
umpan balik simultan dari penggunanya dan presiden dan wakil presiden ini. Jika konten
ini membuatnya berguna. Selain itu, hoaks yang menyudutkan paslon 01, maka
implementasi media sosial terbuka untuk penyajiannya dianggap tidak menyenangkan
penggunanya yang dapat memberikan bagi para pendukungnya begitupun
kontribusi tambahan untuk implementasi ini. sebaliknya.
Hal lain yang dapat disimpulkan Hasil penelitian ini juga
bahwa penggunaan media sosial yang terus mengungkapkan bahwa agenda media sosial
meningkat setiap tahun membuktikan bahwa tentang hoaks dibentuk oleh para pengguna
kekuatan konsep-konsep untuk media sosial itu sendiri. Jika sebuah tema
memengaruhi khalayak dan membentuk meningkat dalam kurun tertentu seperti
agenda khalayak. Selain itu, orang dapat tentang politik (pemilu) dikarenakan
melakukan kontak dengan setiap orang di pengguna media sosial atau netizen memiliki
setiap tempat dengan menggunakan media konsentrasi dan perhatian yang relatif sama
sosial juga telah meningkatkan efektivitas tentang hal tersebut. Ada juga upaya dari
166
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 22 No.2,Desember 2019: 155-168

pihak-pihak tertentu untuk memviralkan Chen, Yoke Yiie, et al (2014) Email Hoax
sebuah tema hoaks untuk tujuan tertentu Detection System Using Levenshtein
yaitu untuk menjatuhkan masing-masing Distance Methods. Journal of Computers,
kandidat presiden. Begitu pula dengan 9(2). 9 (2).
konten hoaks, agenda media yang terbentuk Chen, Y.Y., Yong, S.-P. & Ishak, A. (2014)
Email Hoax Detection System Using
di media sosial merepresentasikan Levenshtein Distance Method. Journal of
kepentingan para netizen. Bahkan pada Computers. [Online] 9 (2), 441–446.
konten hoaks bidang kesehatan yang Available from: doi:10.4304/jcp.9.2.441-
termasuk konten hoaks terbanyak, agenda 446.
setting media sosial yang terbangun karena Christiany, J. (2018). Christiany Juditha. Jurnal
netizen menganggap konten tersebut penting Pekommas. 3 (1), 31–44.
untuk segera diketahui oleh khalayak Damaris, Y. (2016) Trending Topic Twitter dala
lainnya terlepas dari benar tidaknya konten Menentukan Agenda Pemneritaan di
tersebut. Dalam kasus penyebaran hoaks, Media Konvensional (Studi Kasus
media sosial adalah kendaraan komunikasi terhadap Pemberitaan di Kompas TV
yang paling efektif digunakan penggunanya Periode Oktober-Desember 2015). Sripsi.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
untuk membagikan ide, pengetahuan, dan Banten.
pemikiran tentang konten hoaks baik yang Dearing, J. W., & Rogers, E.M. (1996)
diproduksi sendiri maupun diterima dari Communication Concept 6: Agenda-
orang lain. Setting. California, Sage Publication Inc.
Effendy, O.U. (2005) Ilmu, Teori dan Filsafat
Saran Komunikasi. Bandung, Citra Aditya Bakti.
Perlawanan terhadap hoaks tidak Eriyanto (2011) Analisis Isi Pengantar
semata-mata tanggung jawab pemerintah, Metodelogi untuk Penelitian Ilmu
tetapi juga dukungan dan inisiatif dari semua Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta, Kencana Prenada Media
elemen masyarakat, seperti lembaga swasta,
Group.
perguruan tinggi, NGO, dan masyarakat Feezell, J.T. (2017) Agenda Setting through
umum. Kolaborasi yang berkesinambungan Social Media: The Importance of
antarlembaga sangat diperlukan untuk Incidental News Exposure and Social
melawan hoaks utamanya dalam Filtering in the Digital Era. Jurnal
memberikan literasi dan edukasi kepada Sagepub. 2017.
masyarakat umum tentang pengenalan Frey, Lawrence R, dkk (1991) Investigating
hoaks. Selanjutnya inisiatif dan peran dari Communication: An Introduction to
masyarakat sendiri penting untuk dibangun. Research Methods. New Jersey, Prentice
Hal ini agar masyarakat dapat cerdas Hall.
mengenal hoaks. Griffin, E. (2012) A’First Look at
Communication Theory: Eight Edition.
New York, Mc Graw Hill.
Juditha, C. (2018) Hoax Communication
DAFTAR PUSTAKA Interactivity in Social Media and
Anticipation (Interaksi Komunikasi Hoax
Bode, L., Sayre, B., Shah, C., Shah, D., & di Media Sosial serta Antisipasinya).
Wilcox, D. (2010) Agenda Setting in a Journal Pekommas. [Online] 3 (1), 31.
Digital Age: Tracking Attention to Available from:
California Proposition8 in Social Media, doi:10.30818/jpkm.2018.2030104.
Online News, and Conventional News. Juditha, C. (2019) Literasi Informasi Melawan
Policy& Internet. 2 (1), 7–32. Hoaks Bidang Kesehatan di Komunitas
Chaffee, S.H. & Metzger, M.J. (2018) The End Online. Ilmu Komunikasi. 16 (1), 77–90.
of Mass Communication? Refining Kadju (2019) Sapu Bersih Konten Hoaks dengan
Milestone Mass Communications Theories Mesin AIS. Majalah Kominfonext.
for the 21st Century. [Online] 4, 140–154. KBBI. (2019). Kamus Besar Bahasa Indonesia
Available from: (KBBI). [Online] Available at:
doi:10.4324/9781315679402-10. http://kbbi.web.id/hoaks.

167
Agenda Setting Penyebaran Hoaks di Media Sosial
Christiany Juditha

Kementerian Kominfo (2019). Kominfo Jaring Topics Politik sebagai Reversed Agenda-
771 Konten Hoax, Mayoritas Terkait Setting dan Haluan Politik Pemilik
Politik. 2019. Terhadap Berita Politik di Televisi. Jurnal
Lichtman, M. (2010) Qualitative Research in Komunikasi Indonesia. V (1), 2301–9816.
Education: A User’s Guide. 2nd Edition. Respati, S. (2017) Mengapa banyak orang
California, Sage. mudah percaya berita ‘Hoax’? 2017.
Masyarakat Telematika (MASTEL) (2017) Robinson, S. (2006) Gateway or Gatekeeper:
Hasil survey mastel tentang wabah hoax The Institutionalizationof Online News
nasional. 2017. Increating an Altered Technological
McCombs, M. E., & Shaw, D. L. (1972). The Authority. International Symposium on
Agenda Setting Function of Mass Media. Online Journalism.. . 2006.
The Public Opinion Quarterly, 176-182 Romeltea (2014) Hoax Kian Populer - Ekses
McCombs, M. (2014) Setting the Agenda. Kebebasan Dunia Maya. 2014.
Cambridge 2nd ed (ed.). Malden, MA, Sakti, A.T. (2018) Hasil Riset DailySocial.id:
Polity Press. 44% Masyarakat Indonesia Tidak Bisa
Merheim, J.B. (1986) A Model Agenda Dynamic Mendeteksi Berita Hoax. 2018.
Communication Yearbook 10, Newburry. Salman, A., Mustaffa, N., Mohd Salleh, M.A. &
Mc Laughein (ed.). California, SAGE Ali, M.N.S. (2016) Social Media and
Publication. Agenda Setting: Implications on Political
Metei, S.A. (2010) Does Agenda Setting Theory Agenda. Jurnal Komunikasi, Malaysian
Still Apply to Social Media. 2010. Journal of Communication. [Online] 32
Nasionalita, K. (2013) Hubungan Agenda Media (1), 401–414. Available from:
dengan Media Online dengan Agenda doi:10.17576/jkmjc-2016-3201-19.
Publik Mahasiswa(Studi Korelasi Agenda Soejono & Abdurrahman (1999) Metode
Media Online Newspaper kompas.com Penelitian. Jakarta, PT. Rineka Cipta.
dengan Agenda Publik Mahasiswa Pasca Straubhaar, Joseph, R.L. and L.D.P. (2012)
Sarjana Fakultas Hukum Universitas Media Now: Understanding Media,
Gadjah Mada tentang Isu Korupsi di Culture and Technology. Boston:
Indonesia). Universitas Gadjah Mada. Wadsworths, Cengage Learning.
Nasrullah, R. (2015a) Media Sosial: Perspektif Tamburaka, A. (2012) Agenda Setting Media
Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi. Massa. Jakarta, PT RajaGrafindo Persada.
Bandung, Simbiosa Rekatama Media. Vargo, C.J. & Guo, L. (2017) Networks, Big
Nasrullah, R. (2015b) Teori Dan Riset Media Data, and Intermedia Agenda Setting: An
Siber (Cybermedia). Jakarta Indonesia, Analysis of Traditional, Partisan, and
Kencana Prenadamedia Group. Emerging Online U.S. News. Journalism
Nurudin (2009) Pengantar Komunikasi Massa. and Mass Communication Quarterly.
Jakarta, Rajawali Pers. [Online] 94 (4), 1031–1055. Available
Pellegrini, L. (2008) An Argument For Criminal from: doi:10.1177/1077699016679976.
Hoaks. Disertasi. University of Southern White, D.M. (1950) Gate Keeper: A Case Study
California.Pratama, A. B. (2016). Ada in The Selection of News. Journal
800 Ribu Situs Penyebar Hoaks di Quanterly.
Indonesia. 2008. Williams, B.A. & Delli Carpini, M.X. (2004)
Pertiwi, W.K. (2018) Riset ungkap pola Monica and Bill All the Time and
pemakaian medsos orang Indonesia. Everywhere. American Behavioral
2018. Scientist. [Online] 47 (9), 1208–1230.
Pertiwi, W.K. (2017) Survei: 90 persen Available from:
informasi kesehatan di medsos doi:10.1177/0002764203262344.
menyesatkan. Viva.co.id. 2017.
Prabowo, M.& I. (2016) Trending Topics Vs .
Agenda-Setting:Pengaruh Trending

168

Potrebbero piacerti anche