Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
ABSTRACT
This research aims to know the tendency of cheating, the dominant indicator which causes the
behavior of cheating, the effective factor of cheating, the category of dominant background which
supports the behavior of cheating and the effect of cheating among pupils and students. The research
used several methodologies such as case study, survey, experiment in which the research examines the
hypothesis stating the correlation between independent variable and dependent variable. Then, the
survey was developed based on research of explanatory and confirmatory. The data was collected by
conducting interview, observation and questionnaire. The experiment method was also used to
implement the main instrument techniques and the sub-main in the way of learning, self-motivating,
technique of material mastery, self-developing and self-understanding as well as self-reconstructing.
The result of research showed that the effective factor of students’ cheating behavior tendency was
very strong. Based on the data, the behavior of cheating can happen because of the opportunity and
availability. It was promoted by the wrong self-conception regardless of religion ,environment and
role model. In other words, the closed role models were very effective to determine the choice of
behavior.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: kecenderungan perilaku menyontek, Indikator yang
dominan pembentuk perilaku menyontek , Faktor pemengaruh perilaku menyontek, Kategori latar
belakang yang dominan membentuk perilaku menyontek dan akibat perilaku menyontek pada siswa
dan mahasiswa. Metode penelitian adalah Studi kasus, Survai, dan Eksperimen dimana dalam
penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang menyatakan hubungan antara variable bebas
dengan terikat. Survei dikembangkan berdasarkan penelitian eksplanatori dan konfirmatori. Teknik
pengumpulan data dengan wawancara, pengamatan, dan angket. Metode Eksperimen untuk
mempraktekan tehnik-tehnik instrumen utama dan sub utama dalam cara belajar, memotivasi dari
dalam diri, tehnik penguasaan materi, pengembangan dan pemahaman diri serta rekontuksi diri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pemengaruh perilaku menyontek siswa dan mahasiswa
kecenderungan yang sangat besar berdasarkan hasil pengumpulan data adalah data berupa perilaku
menyontek terjadi karena adanya kesempatan terjadinya perilaku keadaan dan situasi, ini dicetuskan
karena konsep diri yang salah terlepas dari beragama apapun, lingkungan dan contoh atau model
yang ada dekat pada seseorang sangat berpengaruh untuk menetapkan pilihan perilaku.
- 227 -
SOSIO-E-KONS, Vol. 8 No. 3, Desember 2016, hal. 227-233 Masada H.T., Faktor Pemengaruh Perilaku Siswa ....
- 228 -
SOSIO-E-KONS, Vol. 8 No. 3, Desember 2016, hal. 227-233 Masada H.T., Faktor Pemengaruh Perilaku Siswa ....
yakin akan jawabannya karena lupa ia melakukan reaksi seseorang, dapat diamati dari reaksi ajeg
hal tersebut, yang lainnya mengatakan sudah yang mendasari pola perilakunya.
biasa melakukan hal tersebut karena merasa Ellis S Robert dalam bukunya Educational
belajar atau tidak nilainya tetap sama dan tidak Psychology, A Problem Approach (2000: 288)
ada hukuman dari orang tua padahal orang tua mengatakan perilaku adalah reaksi manusia
sudah mendapat surat pemberitahuan dari guru terhadap suatu rangsangan yang dipengaruhi
dan sekolah. Ada juga yang mengatakan karena emosi atau perasaan saat menerima rangsangan.
takut dimusuhi atau dijauhkan oleh temannya Sebagai reaksi, perilaku selalu berhubungan
maka ikut-ikutan melakukan hal tersebut dan dengan dua pilihan, yaitu senang atau tidak
memberikan contekan kepada teman yang senang, menuruti dan melaksanakannya, atau
ditakutinya itu. Tuntutan dari orang tua pun agar menjauhi dan menghindarinya, serta peranan
anak harus mempunyai nilai sempurna dapat pendidikan dalam pembentukan perilaku pada
membuat anak melakukan hal tersebut walaupun anak-anak sangat penting karena mempengaruhi
anak sudah tahu perbuatannya itu curang dan jika perkembangan jiwanya dan pembentukan
ketahuan akan mendapat teguran dan hukuman perilaku anak.
dari guru.
Menurut Edward Ross dalam bukunya Social
Bila anak memiliki percaya diri yang kuat, nilai Psychology dan dikutip kembali oleh Jalaluddin
moral yang ditanamkan sejak awal Rahmat dalam buku Psikologi Komunikasi
kehidupannya, agama menjadi landasan imannya (2005: 33), perilaku dibentuk oleh behaviorisme,
dan berani berkata tidak atau iya jika dihadapkan situasi, dan keadaan sosial masyarakat, faktor
pada satu pilihan serta dapat berpikir kreatif personal berupa instink (naluri) yang menentukan
menentukan pilihan yang baik, kemungkinan perilaku manusia, misalnya, mengapa manusia
besar anak akan menjadi manusia dewasa berperang karena ada instink melawan, merebut
seutuhnya yang memiliki harkat dan martabat dan berkelahi mengapa manusia membangun
serta harga diri yang tinggi. Artinya, menjadi peradaban karena memiliki instink membangun,
manusia yang dengan sadar dapat menentukan ketika seseorang meminjam uang terlihat lemah,
pilihan karena punya keyakinan dan percaya tidak berdaya, tetapi ketika ditagih hutangnya
dapat melakukannya dan jika belum berhasil berubah menjadi garang atau menghindar. Jadi,
akan mengulang lagi atau mencari jalan dan tidak situasi atau lingkunganlah yang menentukan
mudah menyerah, yang mengarah pada perbuatan perilaku manusia atau seseorang.
yang positif dan berguna bagi diri sendiri dan
orang lain. Perilakupun terjadi karena pengaruh genetika
Maka, jelas banyak faktor yang membuat siswa (keturunan). Para ahli genetika perilaku,
dan mahasiswa sebagai peserta didik melakukan mengkombinasikan metode genetika dan
mencontek saat ujian atau mengerjakan tugas – psikologi untuk mempelajari karakteristik
tugas yang berakibat pada dunia kerja perilaku turunan. Karakteristik manusia
menjadikan diri mereka tidak kreatif dan tidak ditentukan oleh banyak Gen: mereka adalah
menunjukkan kemampuan maksimalnya. Hal ini Poligenik. Trait seperti inteligensia, tinggi badan,
perlu dikaji dengan menelaah kecenderungan dan emosional menunjukkan variasi terus
mencontek dengan memperkecil bahkan menerus. Kadang defek genetik spesifik dapat
menghilangkan semua faktor penyebab menyebabkan retardasi mental, tetapi di beberapa
mencontek. kasus potensi intelektual seseorang ditentukan
oleh banyak gen yang mempengaruhi faktor yang
Perilaku adalah hal; sifat; keadaan yang mendasari berbagai kemampuan. Apa yang
menceritakan kemanusiaan; sifat-sifat yang layak terjadi pada potensi genetik ini sudah tentu juga
bagi manusia; cara berbuat; perbuatan yang layak tergantung pada kondisi lingkungan hidup
bagi manusia, adalah hasil dari cara berpikir yang manusia ini sendiri, menurut Rita L.Atkinson
menghasilkan perbuatan, berupa hasil pemikiran; dalam buku Pengantar Psikologi, (2002:106,112).
tabiat; kelakuan ;tindakan; posisi tubuh. Prasetyo
(2007: 35) mengatakan manifestasi konsep diri Perilaku sebagai penafsiran tindakan moral yang
yang tercermin dalam dapat dilihat dari segi struktur kepribadian,
perkembangan kepribadian, masalah konformitas,
- 229 -
SOSIO-E-KONS, Vol. 8 No. 3, Desember 2016, hal. 227-233 Masada H.T., Faktor Pemengaruh Perilaku Siswa ....
perbedaan individual di dalam kepribadian. ulangan membuka buku atau catatan untuk
Struktur kepribadian terdiri dari tiga komponen mencari jawaban soal ujiannya. Karena
yaitu suatu gambaran diri (self image), berbagai menyontek diyakini oleh siswa tersebut sebagai
gambaran yang diharapkan orang lain tentang jalan pintas dan pemecahan kesulitan belajarnya,
seseorang, dan berbagai perilaku yang lalu mencari cara gampang dengan menyontek.
dimaksudkan seseorang untuk menjelaskan
kepada orang lain menurut Robert Hogan dan Dikatakan juga kebiasaan menyontek pada proses
Catherine Bush yang dikutip Sjarkawi dalam belajar adalah musuh perkembangan anak karena
buku Pembentukan Kepribadian Anak (2006:21). sifat jujur, taat, menghargai diri sendiri dan
bertanggung jawab tidak dihargai sebagai nilai
Menurut McDougall dalam Pembentukan dasar penting pada kehidupan seorang anak.
kepribadian Anak (2006:22), Perilaku dapat juga Kebiasaan menyontek ini lebih sering dilakukan
disebut tindakan-tindakan yang muncul dari oleh siswa yang tidak rajin belajar, menghadapi
seperangkat impuls biologis yang merupakan kesulitan belajar dan kurang bertanggung jawab
hasil seleksi alam, tetapi begitu impuls alami dalam hal belajar, dan ada juga memandang
dinyatakan, terlepas dari asalnya yang alami, menyontek sebagai kesepatan untuk melanggar
pada saat itu juga ia diorganisirkan secara peraturan sekolah, atau memberontak terhadap
hirarkis dalam tatanan konsep diri. Jadi prilaku otoritas dan tata tertib sekolah, kata A. Hope MA,
dikendalikan oleh pengaruh-pengaruh sosial. dalam buku Bimbingan bagi Anak dan Remaja
yang Bermasalah (1991:88-89).
Menurut Singgih D. Gunarsa dalam Konseling
dan Terapi (2003:34), perubahan perilaku bisa Menyontek juga bisa dikatakan berbohong, atau
terjadi oleh pengaruh lingkungan melalui proses membohongi diri sendiri, karena tuntutan harus
belajar atau proses kondisioning sebagai akibat mendapat nilai tinggi di rapor atau untuk
dari hubungan dengan lingkungan. Kesalahan menyenangkan hati orangtuanya dan menutupi
berpikir penyebab tindakan kriminal, kekurangannya, padahal kemampuannya tidaklah
penyimpangan perilaku didasari oleh pemahaman demikian, kata Ny. Y. D. Gunarsa dalam buku
yang keliru tentang cara memenuhi kebutuhan Psikologi Anak Bermasalah, (1995:32). Anak –
dasar dan nalurinya. Maka kualitas kepribadian anak yang suka menyontek termasuk anak
seseorang dapat dilihat dari mampu delinkuensi terbelakang dalam hal pendidikan
menyesuaikan diri dan perilaku positif dalam sekolah dibandingkan dengan anak-anak biasa.
mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik. Anak delinkuensi lebih tidak menyukai
diambilnya tindakan terhadap pelanggaran sosial
Mencontek menurut Desi Anwar dalam Kamus dari pada anak normal, anak delinkuensi lebih
lengkap Bahasa Indonesia dengan pedoman banyak berasal dari keluarga yang tidak utuh
umum Ejaan Yang Disempurnakan, (2003: 448) struktur dan interaksinya, kurang mendapat
mengatakan mencontek berasal dari kata sontek perhatian perkembangan norma-norma dan
yaang berarti melanggar. Sama dengan itu dalam disiplin di rumahnya dibandingakan dengan anak
Kamus umum Bahasa Indonesia (1976:960) yang biasa. Menurut W.A Gerungan dalam buku
ditulis oleh Poerwadarminta mengatakan sontek Psikologi Sosial, (2002:214).
sama dengan menyontek artinya melanggar,
menyorong. Sigmund Freud mengatakan pada tingkat Phalic
3-6 tahun anak pada masa Identifikasi
Meniru dan mencontoh adalah perilaku belajar menjadikan sianak meniru sikap, keyakinan
seorang anak berbuat atau bertingkahlaku meniru moral (perkembangan superego), peran ayah dan
dari orang-orang di lingkungannya yang menurut ibunya, dalam buku Psikologi for
pendapatnya berhasil terlepas apakah hal yang Beginners,(2001:56).
ditirunya perbuatan yang baik atau buruk, kata Eric M. Anderman dan Tamera B. Murdock
Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dalam buku Psikologi menjelaskan bahwa yang dimaksud menyontek
untuk pembimbing (2002:132). (cheating) adalah melakukan ketidak jujuran atau
Menyontek menurut Totok Santoso dalam buku tidak fair dalam rangka memenangkan atau
Bimbingan Anak dan Remaja yang Bermasalah, meraih keuntungan. Mendefinisikan menjadi tiga
(1991:49) adalah saat seorang anak sedang kategori, 1.memberikan, mengambil, atau
- 230 -
SOSIO-E-KONS, Vol. 8 No. 3, Desember 2016, hal. 227-233 Masada H.T., Faktor Pemengaruh Perilaku Siswa ....
menerima informasi, 2. Mengunakan materi yang adolesen adalah menghadapi pelajaran. Mereka
dilarang atau membuat catatan, dan 3. ingin sukses,ingin tahu bagaimana cara belajar
memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur yang baik, ingin menghindari rasa malas dan
atau proses untuk mendapatkan keuntungan lesu, ingin pandai dan menonjol di kelas. Mereka
dalam tugas akademik (Dodi Hartanto, 2012:4). perlu mendapat bimbingan agar tidak terlanjur
meniru yang tidak baik dari kawan-kawannya,
Berdasarkan teori-teori di atas menyontek adalah dan tergangggu. Akan terlihat menjadi pemarah,
suatu perbuatan meniru atau menyalin sesuatu penantang, keras kepala dan sebagainya.
dari hasil orang lain atau catatan yang ada karena
desakan keadaan yang disebabkan tidak Menurut WHO yang ditulis oleh Sarlito Wirawan
mempersiapkan diri dengan baik dan rendahnya Sarwono dalam buku Psikologi Remaja (2006:9)
nilai moral seorang anak yang dimilikinya. Anak batasan usia remaja 10-20 tahun dan memberi
remaja adalah anak pada usia 12-18 tahun, anak definisi bersifat konseptual dengan 3 kriteria
remaja tidak termasuk golongan anak tetapi tidak yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi
juga termasuk golongan dewasa, belum mampu sebagai berikut: 1. individu berkembang dari saat
menguasai fungsi-fungsi fisik dan psikisnya, pertama kali menunjukan tanda-tanda seksual
menurut pendapat F.J.Monks, A.M.P.Knoers dan sekundernya sampai saat ia mencapai
Siti R.H. dalam buku Psikologi Perkembangan kematangan seksual; 2. individu mengalami
Pengantar dalam berbagai bagiannya (2004:259) perkembangan psikologis dan pola identifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa; 3. terjadi
Menurut Zulkfli L dalam buku Psikologi peralihan dari ketergantungan social ekonomi
Perkembangan (2002:63), masa remaja adalah yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih
anak dalam usia 12-19 tahun, pada usia ini, mandiri. Sarlito juga menambahkan disebut
banyak mengalami perubahan pada fisik dan remaja karena belum menikah pada batasan usia
psikisnya. Terjadinya perubahan kejiwaan tersebut diatas.
menimbulkan kebingungan maka mereka
mengalami gejolak emosi dan tekanan jiwa Remaja kehidupannya dipengaruhi oleh keadaan
sehingga mudah menyimpang dari aturan-aturan lingkungan. Kondisi lingkungan hidupnya
dan norma-norma sosial yang berlaku di memberi warna pada kehidupan remaja.sehingga
masyarakat. mempengaruhi keseimbangan dalam kehidupan
pribadi, keluarga, kelompok maupun masyarakat.
Masa remaja adalah masa transisi, merasa bukan Saat menginjak masa remaja perubahan yang
anak-anak lagi tapi belum mampu memegang besar dan tiba-tiba pada seluruh kepribadiannya
tanggung jawab seperti orang dewasa, karena mengoncang aspek fisik dan psikis terutama
pada masa ini terdapat goncangan pada individu emosinya. Perubahan pada aspek kognitifnya,
remaja, terutama dalam melepas nilai-nilai lama semakin kritis cara berpikirnya dan akan mudah
dan memperoleh nilai-nilai baru untuk mencapai menimbulkan perbadaan paham dengan orang
kedewasaan. Tingkah laku ini nampak pada dewasa, menurut Singgih D.Gunarsa dalam buku
dalam keseharian remaja di rumah, sekolah dan Psikologi Praktis:Anak, Remaja dan Keluarga
di lingkungan masyarakat, menurut Drs. Sofyan (2004:112-114).
S. Willis dalam buku Problem Remaja dan
Pemecahannya (1993:19). Remaja berdasarkan teori di atas adalah anak
yang berusia antara kira-kira 12-21 tahun dan
Dr.Zakiah Daradjat, dalam buku Kesehatan belum menikah, yang dalam masa transisi atau
Mental (1994:101,102,106,107,109) mengatakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
masa remaja adalah masa peralihan dari masa dewasa. Pada masa pembentukan diri ini dan
anak-anak ke masa dewasa pada usia 12-21 perubahan fisik serta psikisnya banyak
tahun. Disebut juga masa adolesensi di mana mengalami goncangan emosi akibat berubahnya
banyak mengalami kesukaran dan problem yang nilai-nliai lama menjadi nilai yang baru dalam
kadang menyebabkan kesehatanya terganggu, dirinya. Kesemuanya itu banyak di pengaruhi
jiwanya gelisah dan cemas pikirannya terhalang lingkungannya dan teman sebaya yang memasuki
menjalankan fungsinya dan kadang kelakuannya lingkup kehidupannya. Maka terlihat menjadi
bermacam-macam. Salah satu kesukaran suka melawan, keras kepala, tidak peduli pada
- 231 -
SOSIO-E-KONS, Vol. 8 No. 3, Desember 2016, hal. 227-233 Masada H.T., Faktor Pemengaruh Perilaku Siswa ....
keluarganya tetapi lebih peduli pada memberi efek kepada variabel lain. Secara
kelompoknya atau temannya. Mereka mencoba khusus variabel ini tidak diperhitungkan jumlah
mewujudkan keinginanya sendiri tapi masih takut sisanya, meskipun sebenarnya mempunyai sisa /
dan masih bergantung pada orangtua atau error. Sasmoko (2006) mengatakan bahwa
walinya, walaupun, terlihat seperti melawan dan endogenous variabel adalah variabel yang
tidak suka diatur-atur. keragamannya terjelas oleh variable exogenous
variable dan endogenous variabel lainnya dalam
Konsep Diri menurut Soekarman (2000:1-2) model.
merupakan bagian diri yang mempengaruhi
setiap aspek pengalaman, pikiran, perasaan, Populasi penelitian siswa adalah keseluruhan
persepsi, dan tingkah laku. Sedangkan siswa SMA Kharismawita sebanyak 93 orang.
Prasetyo(2006:2), konsep dasar tentang diri SMK 2 Kharismawita sebanyak 156 orang dan
sendiri, pikiran dan opini pribadi, kesadaran SMK 28 oktober 555 orang. jadi sebanyak 804
tentang apa dan siapa dirinya, engan orang lain orang siswa. Populasi penelitian Mahasiswa
serta bagaimana idealismenya berkembang. adalah keseluruhan 2 kelas semester 1 jurusan
Konsep diri mempunyai pengaruh pada tingkat psikologi Universitas Mercu Buana sebanyak 60
harga diri seseorang kata Budi Andayani(1996: orang dan STMIK Darma Putra Widuri Jakarta 2
23). Muh. Farozin dan Kartika Nur Fathiyah kelas semester 1 ilmu pendidikan sebanyak 60
(2004: 17) adalah penilaian pada diri sendiri yaitu orang, jadi sebanyak 120 orang mahasiswa.
: 1. konsep diri sebenarnya dan 2, diri ideal.
Konsep diri sebanarnya besarnya ditentukan oleh
peran dan hubungannya dengan orang lain serta HASIL DAN PEMBAHASAN
persepsi tentang penilaian oran lain terhadap
dirinya dan konsep diri ideal merupakan Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
gambaran seseorang mengenai penampilan dan menyontek siswa dan mahasiswa kecenderungan
kepribadian yang didambakan. yang sangat besar berdasarkan hasil
Setiap macam konsep diri mempunyai aspek pengumpulan data adalah data berupa perilaku
psikologis dan fisik. Teori konsep diri dan riset menyontek terjadi karena adanya kesempatan
menunjukan bahwa sikap-sikap terhadap diri terjadinya perilaku keadaan dan situasi, ini
sendiri mempengaruhi tingkah laku dan dicetuskan karena konsep diri yang salah terlepas
memberikan wawasan ke dalam persepsi – dari beragama apapun, lingkungan dan contoh
persepsi individu, kebutuhan indivi, dan tujuan atau model yang ada dekat pada seseorang sangat
individu menurut R.B. Burns (1993:14). berpengaruh untuk menetapkan pilihan perilaku.
- 232 -
SOSIO-E-KONS, Vol. 8 No. 3, Desember 2016, hal. 227-233 Masada H.T., Faktor Pemengaruh Perilaku Siswa ....
- 233 -