Sei sulla pagina 1di 6

ISOLASI DAN UJI ANTAGONIS MIKROORGANISME LOKAL (MOL) REBUNG

BAMBU TERHADAP CENDAWAN Fusarium sp

Hilwa Walida, Agung Permadi, Fitra Syawal Harahap dan Badrul Ainy Dalimunthe

Prodi Agroteknologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Labuhanbatu


Email : hw2191@gmail.com

ABSTRACT

Efforts to increase the production of chilli plants are still experiencing obstacles. One of the
diseases caused by fungi is fusarium wilt disease caused by Fusarium sp. The existence of
this fungus attack makes one of the limiting factors that cause a decrease in red chili
production. Local microorganism (MOL) solution is a fermented solution made from various
local available resources. MOL solution contains micro and macro nutrients and also
contains bacteria that have the potential to remodel organic matter, stimulate growth, and as
a controlling agent for pests and plant diseases, so that MOL can be used both as a
decomposer, biological fertilizer and as an organic pesticide, especially as a fungicide.In this
research, bacterial isolation from MOL bamboo shoots will be carried out and then tested the
isolates on Fusarium sp. The data of this research were analyzed descriptive. The results of
isolation from bamboo shoot MOL which has been fermented for use as POC, obtained 8
bacterial isolates with different macroscopic and microscopic characteristics. All obtained
bacterial isolates have the potential to inhibit the growth of fusarium fungal colonies. The
most potential bacterial isolate was M6 isolate with a diameter of a pathogenic fungal colony
that grew only by 2.1 cm.
Keywords: Fusarium sp., Local Microorganisms, Bamboo Shoots

PENDAHULUAN

Produksi cabai di Indonesia sampai umumnya menyerang bagian pembuluh


saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan dijaringan akar dan dan melakukan
cabai nasional sehingga pemerintah harus penetrasi pada pangkal batang. Fusarium
mengimpor cabai yang mencapai lebih dari sp. menghasilkan toksin (fusariotoksin)
16.000 ton per tahun (DJPBH, 2009). yang berbahaya bagi konsumen karena
Usaha untuk meningkatkan produksi dapat menyebabkan keracunan dan juga
tanaman cabai masih mengalami mengeluarkan mikotoksin sebagai hasil
hambatan. Adanya serangan Fusarium sp biosintensis (Soenartiningsih, 2016).
yang menyebabkan penyakit layu fusarium Kerugian akibat penyakit layu
ini menjadikan salah satu faktor pembatas fusarium pada tanaman cabai cukup besar
yang menyebabkan terjadinya penurunan karena menyerang tanaman dari masa
produksi cabai merah. perkecambahan sampai dewasa. Penyakit
Serangan Fusarium sp. sangat ini dapat mengakibatkan kerugian dan
merugikan karena dapat menyebabkan gagal panen hingga 50%. Pengendalian
tumbuhan mengalami layu patologis yang yang biasa dilakukan untuk mengendalikan
berakhir pada kematian. Fusarium sp. layu fusarium yaitu dengan membongkar

Jurnal Agroplasma, Vol 6 No 2 Oktober 2019 1


dan membakar tanaman yang sakit, Adapun penelitian mengenai
sedangkan pengendalian utama yang pencarian isolat bakteri yang berpotensi
dilakukan masih menggunakan pestisida sebagai agen pengendali hayati penyakit
kimia yang menimbulkan dampak negatif layu fusarium di Labuhanbatu masih
bagi lingkungan (Rostini, 2011). sangat terbatas. Berdasarkan kandungan
Berdasarkan hal tersebut, maka mikroorganisme lokal yang terdapat pada
perlu dicari alternatif pengendalian rebung bambu, diharapkan dapat menjadi
patogen penyebab penyakit yang ramah sebuah alternatif untuk dijadikan pupuk
lingkungan. Salah satu strategi hayati dan pengendali layu fusarium
pengendalian penyakit yang banyak nantinya di masyarakat Labuhanbatu. Hal
dikembangkan adalah pengendalian ini juga menjadi sebuah upaya untuk
biologi yang mengarah kepada meningkatkan kemandirian petani karena
pemanfaatan potensi mikroorganisme dalam pembuatan dan pengaplikasiannya
sebagai agen pengendali hayati (Sutarini et murah dan mudah dilaksanakan oleh
al., 2015). petani dengan memanfaatkan sumberdaya
Larutan MOL adalah larutan hasil yang ada disekitarnya.
fermentasi yang berbahan dasar dari Dalam penelitian ini akan
berbagai sumber daya yang tersedia dilakukan isolasi bakteri dari MOL rebung
setempat. Larutan MOL mengandung bambu lalu mengujiantagoniskan isolat-
unsur hara mikro dan makro dan juga isolat tersebut pada cendawan Fusarium
mengandung bakteri yang berpotensi sp. Kajian yang lebih menyeluruh
sebagai perombak bahan organik, mengenai isolat bakteri yang didapatkan
perangsang pertumbuhan, dan sebagai dari penelitian ini diharapkan dapat
agen pengendali hama dan penyakit menambah perbendaharaan pengetahuan
tanaman, sehingga MOL dapat digunakan tentang isolat-isolat bakteri yang dapat
baik sebagai dekomposer, pupuk hayati digunakan sebagai pengendali hayati dari
dan sebagai pestisida organik terutama penyakit layu fusarium pada berbagai
sebagai fungisida (Purwasasmita, 2009). tanaman dan pengembangan pemanfaatan
Rebung merupakan kuncup tunas pupuk hayati demi terciptanya pertanian
bambu muda yang muncul dari dalam berkelanjutan di Indonesia khususnya
tanah. Rebung mengandung karbon Labuhanbatu.
organik dan giberelin yang tinggi serta
mikroorganisme lokal seperti Azotobacter METODE PENELITIAN
dan Azospirillum yang dapat merangsang
dan memacu pertumbuhan tanaman serta Sumber Isolat
melindungi tanaman dari berbagai patogen Bakteri diisolasi dari mol rebung
(Maspary, 2012). Bakteri yang terdapat bambu yang diperoleh dari rebung bambu
padarebung bambu adalah Lactobacillus, yang difermentasikan selama 15 hari.
Streptococcus, Azotobacter, dan
Azospiriliumyang berperan dalam Pembuatan Suspensi MOL Rebung
mempercepat penguraian sehingga Bambu
menghasilkan pupuk dengan kualitas Sebanyak 1 kg rebung bambu
terbaik (Fatoni et al, 2016). dihaluskan atau diiris tipis, lalu
dimasukkan ke dalam ember plastik.

Jurnal Agroplasma, Vol 6 No 2 Oktober 2019 2


Kemudian dicampurkan dengan 5 liter air selanjutnya diinkubasi pada suhu 30oC
cucian beras dan ditambahkan 1 ons gula selama 6 hari dan dibandingkan dengan
merah dan diaduk hingga merata. Mulut kontrol.
ember ditutup dengan menggunakan
plastik dan selanjutnya dilakukan Analisis Data
fermentasi. Data rataan diolah menggunakan
Microsoft Excel 2010 dan selanjutnya
Isolasi Bakteri dari Mol Rebung Bambu dianalisis secara deskriptif.
Sebanyak 1 ml masing-masing
HASIL DAN PEMBAHASAN
sampel mol rebung bambu dilarutkan
Suspensi MOL rebung bambu
dalam 9 ml aquades steril, selanjutnya 1 ml
diperoleh dari rebung bambu yang
suspensi mol rebung bambu dilarutkan
difermentasikan di Komplek Perumahan
kembali ke 9 ml aquades steril untuk
Griya N-8 Desa Pematang Seleng,
mendapatkan suspensi dengan tingkat
Kecamatan Bilah Hulu, Kabupaten
kepengenceran 10-2. Pengenceran
Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara dan
dilakukan dengan cara yang sama hingga
selanjutnya dilakukan proses isolasi dan
suspensi tingkat 10-4.
uji antagonis di Laboratorium Percobaan
Isolasi dilakukan dengan metode
STIPER Labuhanbatu.
cawan tuang dan diulang sebanyak 3 kali
Berdasarkan hasil isolasi bakteri
(triplo). Sebanyak 1 ml suspensi
dari MOL rebung bambu yang diinkubasi
dimasukkan kedalam cawan petri steril
menggunakan Nutrient Agar pada suhu
lalu ditambahkan media NA dan
280 C dan pH 7 diperoleh 8 isolat koloni
selanjutnya dihomogenisasikan. Biakan
bakteri dengan karakteristik morfologi
bakteri tersebut diinkubasi pada medium
makroskopis dan mikroskopis yang
NA selama 24 jam pada suhu kamar.
berbeda. Hasil penelitian tersebut
Masing-masing koloni yang tumbuh
ditujukkan pada Tabel 1.
dijadikan sebagai kultur murni.
Populasi bakteri tumbuh sangat
cepat ketika mereka disertakan gizi dan
Karakterisasi Morfologi Isolat
kondisi lingkungan yang memungkinkan
Morfologi isolat bakteri diamati
mereka untuk berkembang. Melalui
pada kultur isolat yang telah dimurnikan.
pertumbuhan ini, beberapa jenis bakteri
Pengamatan yang dilakukan meliputi
kadang-kadang akan menghasilkan koloni
bentuk koloni, elevasi, tepian dan warna
yang khas dalam penampilan. Beberapa
koloni, serta bentuk sel dan tipe Gram.
koloni mungkin akan berwarna, ada yang
berbentuk lingkaran, sementara yang lain
Uji Antagonis Isolat Terhadap Penyakit
tak teratur. Karakteristik koloni (bentuk,
LayuFusarium
ukuran, warna,) yang diistilahkan “koloni
Isolat bakteri yang telah menjadi
morfologi” khas bagi tiap jenis bakteri
biakan murni digoreskan pada jarak 3,5 cm
(Waluyo, 2004). Berdasarkan data dari
dari pinggir cawan petri yang berisi
hasil pengamatan yang tertera pada Tabel
medium PDA. Miselium Fusarium sp
1 diketahui bahwa bentuk morfologi
sepanjang 6 mm dari kultur yang berumur
koloni bakteri sebagian besar isolat tak
7 hari diletakkan di sisi lain dari cawan
beraturan dan menyebar, sebagian besar
petri tersebut. Cawan petri tersebut

Jurnal Agroplasma, Vol 6 No 2 Oktober 2019 3


elevasi datar, sebagian besar tepian
berbentuk berombak dan sebagian besar
warna koloni adalah putih.
Tabel 1 Karakteristik isolat bakteri dari MOL rebung bambu
Isolat Bulat Elevasi Tepian Warna Tipe Bentuk
Bakteri Koloni Gram Sel
M1 Berbenang-benang Timbul Seperti benang Putih + Basil
M2 Bundar dengan Timbul Berombak Putih + Basil
tepian timbul
M3 Tak beraturan dan Datar Berlekuk Putih - Basil
menyebar
M4 Keriput Datar Licin Putih + Basil
M5 Rizoid Datar Seperti wol Putih + Basil
M6 Bundar dengan Seperti Berombak Cream + Basil
tepian timbul tetesan

M7 Tak beraturan dan Cembung Bercabang Putih + Basil


menyebar
M8 Tak beraturan dan Datar Tak beraturan Putih - Kokus
menyebar
kristal violet dan mengikat safranin
Pengamatan isolat bakteri juga sehingga berwarna merah muda disebut
dapat dilakukan dengan mengetahui bakteri Gram negatif (Fardiaz, 1989).
karakteristik mikroskopisnya, yaitu dengan Salah satu jamur yang dapat
pengamatan bentuk sel dan tipe Gram. dijumpai pada beberapa tempat yaitu
Oleh karena itu perlu dilakukan pewarnaan jamur Fusarium. Jamur Fusarium sangat
Gram. Berdasarkan hasil pengamatan yang merugikan, karena jamur Fusarium dapat
telah dilakukan menunjukkan bahwa menyebabkan tumbuhan mengalami layu
terdapat 6 isolat bakteri bertipe Gram patologis yang berakhir dengan kematian
positif dan hanya dua isolat yang bertipe dan tentunya menyebabkan terjadinya
Gram negatif dimana terdapat 7 isolat yang penurunan produksi tanaman. Salah satu
berbentuk basil (batang) dan 1 berbentuk penanggulangan jamur patogen adalah
kokus (Tabel 1). dengan pencarian agen hayati yang efektif.
Pewarnaan Gram digunakan untuk Berdasarkan hasil pengamatan uji
mengetahui morfologi sel bakteri serta antagonis yang telah dilakukan setelah
untuk membedakan bakteri Gram positif inkubasi hari ke-6 pada media PDA
dan Gram negatif. Bakteri Gram positif menunjukan bahwa seluruh isolat bakteri
memilik dinding sel dengan kandungan MOL rebung bambu berpotensi
senyawa peptidoglikan lebih tebal menghambat pertumbuhan Fusarium.
dibandingkan pada dinding sel Gram Keberhasilan uji antagonis isolat bakteri
negatif (Sutedjo et al., 1991). Dalam terhadap layu fusarium diketahui dari
pewarnaan gram sel-sel yang tidak dapat perbandingan besar diameter jamur
melepaskan warna dan akan tetap fusarium yang tumbuh dengan diameter
berwarna seperti warna kristal violet yaitu pertumbuhan jamur fusarium kontrol serta
biru-ungu disebut bakteri Gram positif, dari tebal atau tipisnya hifa fusarium yang
sedangkan sel-sel yang dapat melepaskan terbentuk.

Jurnal Agroplasma, Vol 6 No 2 Oktober 2019 4


Berdasarkan Gambar 1 diketahui tentunya perlu dilakukan uji lanjut secara
bahwa pertumbuhan jamur fusarium paling kuantitatif dengan beberapa uji lainnya.
kecil adalah yang diujiantagoniskan Biasanya bakteri rizosfer memiliki
dengan dengan isolat bakteri M6 dimana kemampuan sebagai agen pengendalian
diameternya sebesar 2.1 cm. Adapun hayati karena kemampuannya bersaing
pertumbuhan jamur fusarium dengan untuk mendapatkan zat makanan, atau
diameter paling besar adalah yang karena hasil-hasil metabolit seperti
diujiantagoniskan dengan isolat bakteri siderofor, hidrogen sianida, antibiotik, atau
M4 yaitu sebesar 8.6 cm. berdasarkan data enzim ekstraselluler yang bersifat
tersebut dapat diketahui bahwa masing- antagonis melawan patogen dan perlakuan
masing isolat memiliki kategori potensi, akar atau tanah, dapat menyebabkan
yaitu potensi besar, sedang dan kecil. ketahanan sistemik pada tanaman
Untuk mengetahui potensi tersebut (Hasanuddin, 2003).

10

0
K M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8

Gambar 1. Diameter koloni jamur Fusarium yang telah diujiantagoniskan dengan isolat bakteri dari MOL
rebung bambu
karakteristik makroskopis dan
Berdasarkan pendapat tersebut mikroskopis yang berbeda.
dapat dikatakan bahwa isolat bakteri dari 2. Seluruh isolat bakteri yang didapat
MOL rebung bambu juga mampu tersebut berpotensi menghambat
menghasilkan metabolit sekunder yang pertumbuhan koloni jamur fusarium.
digunakan untuk menghambat 3. Isolat bakteri yang paling potensial
pertumbuhan koloni jamur patogen. adalah isolat M6 dengan diameter
Adapun untuk mengetahui jenis dan koloni jamur patogen yang tumbuh
bentuk pengendaliannya masih perlu hanya sebesar 2,1 cm.
pengujian lanjut dengan berbagai cara.
UCAPAN TERIMA KASIH
KESIMPULAN
Penulis mengucapkan terima kasih
1. Hasil isolasi dari MOL rebung bambu kepada Direktorat Riset dan Pengabdian
yang telah difermentasikan untuk Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan
digunakan sebagai POC yaitu Riset dan Pengembangan, Kementerian
didapatkan 8 isolat bakteri dengan Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
atas bantuan dana penelitian ini.

Jurnal Agroplasma, Vol 6 No 2 Oktober 2019 5


DAFTAR PUSTAKA IPTEK Tanaman Pangan.Vol. 11 No.
1
Direktorat Jendral Bina Produksi
Hortikultura. 2009. Luas Panen, Rata- Sutarini, N.L.W., Ketut S., N.W. Suniti, I
rata Hasil dan Produksi Tanaman Putu S., G. N. Alit S., Wirya, Made
Hortikultura di Indonesia. S.U. 2015. Pengendalian Penyakit
Departemen Pertanian: Jakarta. Layu Fusarium pada Tanaman Cabai
Besar (Capsicum annuum L.) dengan
Fardiaz, S. 1989. Penuntun Praktek Kompos dan Pupuk Kandang yang
Mikrobiologi Pangan. Jurusan dikombinasikan dengan Trichoderma
Teknologi Pangan dan Gizi Fakultas sp. di Rumah Kaca. E‐Jurnal
Teknologi Pertanian. IPB Press: Agroekoteknologi Tropika. Vol. 4, No.
Bogor. 2.
Fatoni, A. Sukarsono, Agus Krisno B. Sutedjo, M., A. G. Kartasapoetra dan S.
2016. Pengaruh Mol Rebung Bambu Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi
(Dendrocalamus asper) dan Waktu Tanah. Rineka Cipta: Jakarta
Pengomposan Terhadap Kualitas
Pupuk dari Sampah Daun. Prosiding Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum.
Seminar Nasional II. Kerjasama Prodi Malang : UMM press.
Pendidikan Biologi FKIP dengan
Pusat Studi Lingkungan dan
Kependudukan (PSLK) Universitas
Muhammadiyah Malang.
Hasanuddin. 2003. Peningkatan
perananan mikroorganisme dalam
sistem pengendalian penyakit
tumbuhan secara terpadu. USU
Digital Library.
Maspary. 2012.
http://www.gerbangpertanian.com/201
2/05/membuat-mol-rebung-
bambu.html diakses 28 Juli 2018.
Purwasasmita, M. 2009. Mikroorganisme
Lokal sebagai Pemicu Siklus
Kehidupan dalam Bioreaktor
Tanaman. Seminar Nasional Teknik
Kimia Indonesia, 19 – 20 Oktober
2010
Rostini, N. 2011. 6 Jurus Bertanam Cabai
Bebas Hama dan Penyakit. PT
AgroMedia Pustaka: Jakarta.
Soenartiningsih, M. Aqil, dan N.N.
Andayani. 2016.Strategi Pengendalian
Cendawan Fusarium sp. dan
Kontaminasi Mikotoksin pada Jagung.

Jurnal Agroplasma, Vol 6 No 2 Oktober 2019 6

Potrebbero piacerti anche