Sei sulla pagina 1di 6

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 13 No.

1, Januari 2012: 25-30 25

Analisis Asam Aspartat, Asam Glutamat dan Asam Askorbat secara Flow
Injection Potentiometry Menggunakan Elektroda Platinum

Flow Injection Potentiometric Analysis of Aspartic Acid, Glutamic Acid and


Ascorbic Acid using Platinum Electrodes

Yeni Maulidah Muflihah*), Siswoyo, Tanti Haryati, Kiki Puji Setianingrum


Jurusan Kimia, Fakultas MIPA Universitas Jember
*)
Email: yeni.maulidah@gmail.com

ABSTRACT

The presence of weak acids in solution can be detected using potentiometric detector. Platinum was used as a
working electrode and Ag/AgCl as a reference electrode. Ascorbic, glutamic and aspartic acid were detected by
platinum electrode in flow potentiometric system. The influence of pH, flow rate and concentration of phosphate
buffers as carrier were studied and showed an optimum pH of 6.5 for the detection of ascorbic and glutamic acid
and pH 7.0 for aspartic acid. Phosphate buffer concentration optimum at 1x10-4M and flow rate of 1.00 mL/min.
Linear range for ascorbic and glutamicacid at 2.5 x10-4M to5x10-2M, with a regression coefficient of 0.974 and
0.958, while for aspartic acid 5x10-4M to 5x10-2M with a regression coefficient 0.911. Detection limit for
ascorbic and glutamic acids were 5x10-4M and 1x10-3M for aspartic acid. Sensor reproducibility obtained from
variation coefficient (Kv). Variation coeffiecient (Kv) of ascorbic acids 1.32-1.69%, glutamic acids 0.69- 1.57%
and aspartic acid 0.54- 1.29%.

Keywords: potentiometry, flow injection analysis, amino acid, platinum electrode

PENDAHULUAN menganalisis uranium dengan metode


Asam aspartat, glutamat dan askorbat dalam potensiometri. Torowati (2009) juga
larutan dapat menghasilkan ion H +. menggunakan elektroda platinum untuk
+
Keberadaan ion H ini menimbulkan terjadinya menganalisis uranium dengan alat titrasi
beda potensial yang dapat dideteksi potensiometri metrohm 672. Farhadi et al.,
menggunakan metode potensiometri. Deteksi (2003) menggunakan elektroda platinum untuk
H+ dari asam amino aspartat dan glutamat penentuan derivat phenothiazin yang
secara potensiometri menggunakan elektroda didasarkan pada titrasi antara 2,3-dikloro-5,6-
tungsten oksida dalam sistem batch telah dicyano-1,4-benzokuinon secara potensiometri
dilakukan oleh Masruroh (2009). Penggunakan dan spektrometri. Penggunaan polyanilin yang
sistem batch untuk analisis memakan waktu dilapiskan pada elektroda platinum untuk
yang lama karena reaksi berjalan relatif lambat. elektroda sensitif pH dalam pembuatan sensor
Chen dan Alexander (1996) telah menganalisis CO2 potensiometri juga telah diteliti oleh Cui
asam karboksilat secara flow injection (1998).
potentiometry (FIP) menggunakan elektroda Elektroda Platinum sensitif terhadap
tungsten oksida. Dewi (2009) juga telah keberadaan ion H+ dalam larutan asam yang
menganalisis keberadaan asam aspartat, telah mengalami ionisasi. Reaksi yang terjadi
glutamat dan arginin menggunakan FIP antara elektroda platinum saat merespon
elektroda tungsten, dan berhasil mendeteksi adanya H+ di dalam larutan diperkirakan
keberadaan asam amino tersebut berdasarkan merupakan electrical double layer yang
potensial listrik yang dihasilkan. mengganggu kesetimbangan pada elektroda,
Platinum merupakan salah satu elektroda akibatnya timbul beda potensial diantara kedua
logam selain Ag, Hg, Pb, Cd, Cu, Zn, yang elektroda.
dapat digunakan untuk pengukuran potensial Analisis asam glutamat, aspartat, dan
elektrokimia dari larutan (Kennedy, 1990). askorbat secara flow injection potentiometry
Penggunaan elektroda platinum sebagai merupakan suatu teknik deteksi asam amino
elektroda kerja dalam potensiometri telah dan karboksilat yangmenggabungkan metode
banyak dilakukan, antara lain oleh Ngajito potensiometri dangan analisis dalam sistem
(2009) menggunakan elektroda platinum untuk alir. Analisis menggunakan sistem aliran
26 Analisis Asam Aspartat… (Muhflihah, dkk)

mempunyai beberapa keuntungan antara lain: Linear Range


operasinya yang mudah dan kecepatan dalam Larutan standart dengan konsentrasi 5x 10-2M, 1x10-
2
menganalisis, selain itu kontak langsung antara M,5x10-3M, 1x10-3M, 5x10-4M, 2,5x10-4M, dan
operator dengan reagen dapat diminimalkan, 1x10-4M untuk masing-masing larutan asam, dan
diukur potensial masing-masing larutan pada FIP
sehingga keakuratan dan ketelitiannya lebih
dengan kondisi optimum. Data yang diperoleh
terjamin. diplotkan pada kurva konsentrasi versus beda
potensial untuk mencari daerah yang linear.
METODE Reprodusibilitas
Bahan-bahan yang digunakan meliputi: asam L- Asam askorbat, glutamat dan aspartat masing-
glutamat (Merck), asam L-aspartat (E-Merck), asam masing dengan konsentrasi 5x10-3M diinjeksikan
L-askorbat (E-Merck), aquademin, aquades, KCl, kedalam FIP , diulang untuk 6 kali pengukuran
NaH2PO4.H2O (E-Merck), Na2HPO4.2H2O (E- masing-masing asam dan dicari simpangannya.
Merck).
Alat-alat yang digunakan meliputi alat gelas, HASIL DAN PEMBAHASAN
pipet mohr, pH meter Hanna HI 98128, elektroda
platinum, set alat Flow Injection Analysis, Asam askorbat, glutamat, dan aspartat
elektrodaAg/AgCl yang dihubungkan dengan Sanwa merupakan asam-asam lemah yang dapat
PC 500 yang terhubung komputer. mengurai menjadi ion H+ dan ion A− di dalam
Pembuatan Elektroda Platinum (Pt) larutan. Pengionan ini akan menyebabkan
Kawat platinum dibersihkan menggunakan amplas perubahan pH yang dapat dideteksi oleh
halus dan direndam dalam aseton. elektroda Pt.
Pembuatan Elektroda Ag/AgCl HA H+ + A−............................. (1)
Pembuatan elektroda Ag/AgCl dilakukan dengan Reaksi yang terjadi pada elektroda platinum
metode elektrolisis. Kawat Ag diamplas, selanjutnya ketika larutan asam diinjeksikan ke dalam
kawat Ag dihubungkan dengan kutub anoda sistem Flow Injection Potentiometry adalah:
sedangkan Pt dihubungkan dengan kutub katoda PtO(s) + H+(aq) + 2e- Pt(s) + H2O(l)....(2)
pada alat Linear Power Supply DT-H1Q. Elektrolisis
dilakukan pada larutan KCl 3 M selama ± 5 menit !" ! !     !"#$%&
∆E = E2– E1= ln ...............(3)
dengan potensial sebesar 3 volt. Elektroda Ag/AgCl ! ! !    !"##$%#
yang sudah terbentuk selanjutnya disimpan dalam E2 merupakan potensial puncak dari solute
larutan KCl jenuh dalam botol gelap. (asam). E1 adalah potensial puncak dari carrier,
Pengaruh pH terhadap respon elektroda H+carrier adalah konsentrasi H+ dari carrier
Carrier yang dipergunakan dalam penelitian adalah dan H+solute adalah konsentrasi H+ dari asam
buffer fosfat, dengan konsentrasi 5x10-4M. pH
yang diinjeksikan. Platinum yang berikatan
buffer dibuat bervariasi yaitu pH 6,5; 7; 7,5 dan 8.
Laju alir 1,0 mL/min, volume injeksi 100µL. Sampel
dengan PtO bukanlah oksida dengan ikatan
asam konsentrasi 5x10-3M diinjeksikan pada saat kimia, melainkan hanya interaksi
potensial carrier stabil. Pengulangan dilakukan kesetimbangan dari muatan listrik. Oksigen
sebanyak enam kali untuk masing-masing yang menempel pada platinum adalah inner
konsentrasi asam. layer yang berasal dari PO42-, PO4- dan OH-
Pengaruh konsentrasi buffer terhadap respon yang berasal dari buffer fosfat dan aquademin.
elektroda Saat H+ diinjeksikan, terjadi interaksi elektrik
Buffer fosfat pH optimum dengan konsentrasi double layer pada elektroda platinum, di mana
1x10–4 M, 3x10–4M, 5x10–4M, 7x10–4M dan 9x10– terbentuk outer layer. Adanya gangguan
4
M. Laju alir 1,0 mL/min, volume injeksi 100µL. kesetimbangan pada lapisan listrik permukaan
Sampel asam konsentrasi 5x10-3M diinjeksikan pada inilah yang akan menyebabkan perbedaan
saat potensial carrier stabil. Pengulangan dilakukan
potensial di dalam elektroda yang dapat terukur
sebanyak enam kali untuk masing-masing
konsentrasi asam. sebagai sinyal.
Keberadaan ion H+ dalam larutan yang
Pengaruh laju alir terhadap respon elektroda
Laju alir dibuat variasi yaitu 0,5; 1; 1,5; 2 dan 2,5
dihasilkan oleh asam aspartat, glutamat dan
mL/min. Konsentrasi dan pH buffer fosfat optimum askorbat yang dideteksi secara potensiometri
dengan volume injeksi sampel sebesar 100 µL. menggunakan elektroda kerja platinum dan
Sampel asam konsentrasi 5x10-3M diinjeksikan pada elektroda pembanding Ag/AgCl, respon
saat potensial carrier stabil. Pengulangan dilakukan elektrodanya dipengaruhi oleh pH, konsentrasi
sebanyak enam kali untuk masing-masing buffer dan laju alir.
konsentrasi asam.
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 13 No. 1, Januari 2012: 25-30 27

40  

Respon  Beda  Potensial  (mV)  


Askorbat  
35  
Glutamat  
30  
Aspartat  
25  
20  
15  
10  
5  
0  
6   6.5   7   7.5   8   8.5  
pH  Buffer    
Gambar 1. Kurva respon elektroda terhadap perubahan pH buffer untuk analisis asam lemah
(Konsentrasi buffer fosfat 5x10-4M; laju alir 1 mL/menit; konsentrasi asam lemah
5x10-3M; volume injeksi 100 µL).

120  
Respon  Beda  Potensial  (mV)  

100  
Askorbat  
80  
Glutamat  
60  
Aspartat  
40  

20  

0  
0   0.0002   0.0004   0.0006   0.0008   0.001  
Konsentrasi  (M)  

Gambar 2. Kurva respon elektroda terhadap perubahan pH buffer untuk analisis asam lemah
(Konsentrasi buffer fosfat 5x10-4M; laju alir 1 mL/menit; konsentrasi asam lemah
5x10-3M; volume injeksi 100 µL).

Pengaruh pH dalam pengukuran dipelajari pengaruhnya dan diperoleh respon elektroda


dengan membuat variasi pH buffer phosphat menurun drastis ketika konsentrasi buffer
yang dipergunakan dan menunjukkan pH dinaikkan dari 1x10-4M menjadi 3x10-4M.
optimum untuk asam askorbat dan glutamat berdasarkan gambar 2 dapat dilihat bahwa
pada pH 6,5, sedangkan asam aspartat pada pH penurunan respon terus terjadi seiring dengan
7 seperti terlihat pada gambar 1. Perbedaan pH kenaikan konsentrasi dari buffer. Konsentrasi
optimum ini disebabkan oleh perbedaan nilai buffer yang semakin tinggi, semakin tinggi
pKa yang dimiliki oleh masing-masing asam, pula kapasitas buffer itu untuk
di mana pKa yang dimiliki oleh asam aspartat mempertahankan pH lingkungannya dari
lebih kecil, yaitu 3,86, sedangkan asam pengaruh penambahan ion H+ (asam) atau ion
askorbat dan glutamat masing-masing 4,17 dan OH- (basa) sampel. Sensitifitas tinggi untuk
4,25. Saat nilai pKa yang semakin kecil, asam mendeteksi asam askorbat, glutamat, dan
semakin kuat dan semakin mudah untuk aspartat diperoleh pada konsentrasi buffer yang
memprotonasi H+. paling rendah yaitu 1x10-4M. Konsentrasi
Carrier atau larutan pembawa berpengaruh buffer yang rendah menyebabkan keberadaan
terhadap respon elektroda yang dihasilkan. ion H+ dari asam dapat dideteksi oleh
Konsentrasi buffer dalam carrier dipelajari elektroda.
28 Analisis Asam Aspartat… (Muhflihah, dkk)

Pengaruh laju alir dipelajari menggunakan respon elektroda dikendalikan oleh kecepatan
pH dan konsentrasi buffer optimum serta laju reaksi di permukaan elektroda platinum.
alir yang divariasi dari 0,5 mL/menit; 1 Daerah linier asam askorbat terjadi pada
mL/menit; 1,5 mL/menit; 2 mL/menit; dan 2,5 range konsentrasi 2,5x10-4M hingga 5x10-2M.
mL/menit. Pada konsentrasi 5x10-2M dan 1x10-1M tidak
Kenaikan laju alir meningkatkan respon menimbulkan perubahan signal yang
elektroda terhadap sampel asam hingga batas signifikan. Konsentrasi yang lebih tinggi dari
tertentu. Gambar 3 terlihat laju alir optimum 5x10-2M merupakan kondisi larutan yang
untuk ketiga sampel dalam sistem Flow mendekati jenuh, akibatnya respon sinyal yang
Injection Potensiometri adalah sebesar 1 diberikan oleh elektroda platinum dan Ag/AgCl
mL/menit dengan perubahan potensial sebesar tidak linear. Konsentrasi terendah yang masih
113,83 mV untuk asam askorbat; 97,17 mV dapat dideteksi oleh elektroda yaitu 2,5x10-4M
untuk asam glutamat; dan 92,33 mV untuk dengan perubahan beda potensial sebesar 4,83
asam aspartat. Pada laju alir 0,5 mL/menit mV karena hanya sedikit ion H+ yang dapat
terjadi proses dispersi yang lebih lamasehingga dideteksi oleh elektroda. Respon elektroda
semakin banyak ion H+ yang terdeteksi oleh pada konsentrasi 1x10-4M sebesar -15,33 mV
elektroda. Bentuk sampel akan semakin kabur dengan puncak yang menurun. Puncak yang
dan tidak ada batas yang jelas antara sampel dihasilkan oleh aquademin juga menurun
dengan carrier (buffer fosfat). Puncak yang dengan perubahan beda potensial sebesar -9
lebar dan pendek dari pendeteksian H+ oleh mV, sehingga konsentrasi 1x10-4M tidak
elektroda juga menyebabkan waktu elusi untuk dipilih sebagai variasi konsentrasi untuk kurva
kembali ke baseline semakin lama. Respon kalibrasi asam ditimbulkan tidak lagi sensitif
elektroda menurun ketika laju alir dinaikkan dan hampir sama dengan puncak yang
lebih dari 1 mL/menit. Signal yang ditimbulkan dihasilkan oleh aqudemin. Berdasarkan nilai
dari laju alir yang terlalu cepat ini adalah kecil regresi linear yang digambarkan oleh kurva,
dan runcing, hal ini disebabkan karena jumlah range konsentrasi ion H+ 5x10-4M hingga 5x10-
ion H+ yang terdeteksi oleh elektroda juga 2
M dipilih sebagai daerah linear danakan
semakin sedikit, waktu yang dibutuhkan untuk dipergunakan untuk karakterisasi selanjutnya.
kembali ke posisi baseline juga relatif cepat. Daerah linear dinyatakan dengan koefisien
Laju alir yang lebih dari 1 mL/menit terlalu korelasi (R2) yang diperoleh dari kurva
cepat sehingga menyebabkan zona sampel kalibrasi elektroda platinum dan Ag/AgCl.
untuk mengalir melalui elektroda terlalu Harga koefisien korelasi (R2 ) untuk elektroda
singkat, akibatnya kesetimbangan potensial di platinum dan Ag/AgCl sebesar 0,929 dan
elektroda tidak optimal. Hal ini disebabkan 0,974.

300  
Respon  Beda  Potensial  (mV)  

250  

200  
Askorbat  
150   Glutamat  
Aspartat  
100  

50  

0  
1   1.5   2   0  
2.5   0.5  
3  
Laju  Alir  (mL/min)  
Gambar 3. Kurva respon elektroda terhadap laju alir untuk analisis asam (Konsentrasi buffer
fosfat1x10-4M, pH buffer untuk asam askorbat dan glutamat 6,5, dan untuk asam
aspartat 7; konsentrasi asam lemah 5x10-3M; volume injeksi 100 µL).
Jurnal ILMU DASAR, Vol. 13 No. 1, Januari 2012: 25-30 29

Kurva linear asam glutamate didapatkan Limit deteksi merupakan kuantitas


respon linear asam glutamat terjadi pada range (konsentrasi) terkecil dari suatu analit yaitu
konsentrasi 2,5x10-4M hingga 5x10-2M. asam lemah yang masih dapat ditentukan atau
Konsentrasi terendah yang masih dapat dideteksi, semakin kecil asam yang dapat
dideteksi oleh elektroda yaitu 2,5x10-4M dideteksi maka kinerja dari elektroda platinum
dengan perubahan beda potensial sebesar 11,67 dalam sistem flow injectionpotentiometry ini
mV karena hanya sedikit ion H+ yang dapat semakin baik. Limit deteksi sebesar 5x10-4M
dideteksi oleh elektroda. Respon elektroda untuk asam askorbat;5x10-4M untuk glutamat
pada konsentrasi 1x10-4M sebesar - 7,83 mV dan 1x10-3M untuk aspartat, hal ini berarti
dengan puncak yang menurun. Daerah linear bahwa batas konsentrasi yang dapat dideteksi
dinyatakan dengan koefisien korelasi (R2) yang oleh elektroda sebesar 5x10-4M untuk askorbat;
diperoleh dari kurva kalibrasi elektroda 5x10-4M untuk glutamat dan 1x10-3M untuk
platinum dan Ag/AgCl. Harga koefisien aspartat, sehingga apabila konsentrasi analit
korelasi (R2) untuk elektroda platinum dan lebih rendah dari batas tersebut elektroda tidak
Ag/AgCl sebesar 0,705 dan 0,958. dapat menghasilkan respon yang signifikan.
Daerah linear asam aspartat terjadi pada Reprodusibilitas merupakan suatu
range konsentrasi 5x10-4M hingga 5x10-2M. kemampuan elektroda dalam memberikan nilai
Konsentrasi terendah yang masih dapat output yang sama ketika diberikan input yang
dideteksi oleh elektroda yaitu 5x10-4M dengan tetap setelah sistem direset ulang. Nilai setiap
perubahan beda potensial sebesar 28,33 mV pendekatan untuk satu kali pengulangan atau
karena hanya sedikit ion H+ yang dapat lebih yang berbeda adalah 95% (Calculutt,
dideteksi oleh elektroda. Respon elektroda 1995). Reprodusibilitas dapat dinyatakan
pada konsentrasi 1x10-4M sebesar - 16 mV sebagai koefisien variasi (Kv) dari simpangan
dengan puncak yang menurun. Daerah linear induk. Reprodusibilitas sensor dalam
dinyatakan dengan koefisien korelasi (R2) yang memberikan respon dikatakan baik apabila
diperoleh dari kurva kalibrasi elektroda harga koevisien variasi (Kv) kurang dari 5%.
platinum dan Ag/AgCl. Harga koefisien Nilai koefisien variasi (Kv) dari pengukuran
korelasi (R2 ) untukelektroda platinum dan reprodusibilitas asam askorbat 1,32% hingga
Ag/AgCl sebesar 0,657 dan 0,911. 1,69%. Nilai Kv pada asam glutamat sebesar
Sensitifitas dinyatakan sebagai slope dari 0,01% hingga 0,75% dan aspartat sebesar
kurva yang diperoleh dengan range tertentu 0,54% hingga 1,29%. Berdasarkan perhitungan
(Miller dan Miller, 1991) dan menyatakan yang diperoleh berarti data reprodusibilitas
sensitifitas dari elektroda platinum dalam terhadap asam askorbat, glutamat, dan aspartat
mendeteksi asam secara flow injection sudah cukup baik karena nilai setiap
potentiometry. Nilai slope sebesar 59,67 pendekatan untuk satu kali pengulangan atau
mV/dekade diperoleh dari kurva kalibrasi lebih kurang dari 5%.
untuk askorbat, nilai ini hampir mendekati
konstanta dari persamaan Nerst yaitu sebesar KESIMPULAN
59,20 mV/dekade sehingga dapat dinyatakan Elektroda platinum merupakan elektroda yang
bahwa ada satu elektron yang terlibat dalam sensitif terhadap perubahan pH sehingga dapat
reaksi. Nilai slope sebesar 31,18 mV/dekade digunakan untuk mendeteksi keberadaan asam
untuk glutamat, nilai slope yang diperoleh aspartat, asam glutamat dan asam askorbat. Hal
setengah nilai persamaan Nerst sehingga dapat ini dapat dilihat dari nilai reprodusibilitasnya
dinyatakan bahwa ada dua elektron yang serta karakteristik elektroda yang meliputi
terlibat dalam reaksi tersebut. Nilai slope daerah linier, sensitivitas, dan limit deteksi.
sebesar 17,60 mV/dekade untuk aspartat atau
sekitar sepertiga kali dari persamaan Nerst DAFTAR PUSTAKA
sehingga dapat dinyatakan bahwa ada sekitar
tiga elektron yang terlibat dalam reaksi Chen, Z., & Alexander, P., 1996.
tersebut. Nilai sensitifitas yang tinggi berarti Potentiometric Detection of
bahwa perubahan konsentrasi yang kecil dari Carboxylic Acids by Flow Injection
analit dapat memberikan respon yang berarti. Analysis using a Tungsten Oxide
Nilai sensitifitas memberikan arti bahwa Electrode. Analytica Chimica Acta,
perubahan dari tiap satu satuan. 332(2-3):187-192
30 Analisis Asam Aspartat… (Muhflihah, dkk)

Cui G., Lee, S., Kim., Jin., Sang., Nam, H., Read, J. 1994. A Text-book of Organic
Cha., Sig., Geun., & Kim, D. 1998. Chemistry Historical, Struktur and
Potentiometric pCO2 sensor using Economic. London: G. Bell and Sons,
polyaniline-coated pH-sensitive LTD.
electrodes. Analyst, issue 9: Rieger, P. 1994. Electrochemistry. Second
1855−1859. Edition. New York: Chapman & Hall,
Farhadi, K. & Shamsipur, M. 2003. Inc.
Potentiometric and Robert, J. & Caserio, M. 1977. Basic
Spectrophotometric Determination of Principles Of Organic Chemistry,
Phenothiazine Derivatives Based on Second Edition. California: W.A.
Their Titration with 2,3-dichoro-5,6- Benjamin. Inc.
dicyano-1,4-benzoquinone. Journal of Torowati. 2009. Uji Kualifikasi Alat Titrasi
Acta Chim. Slov : 395 - 407. Potensiometri Metrohm 672 untuk
Kennedy, J. 1990. Analytical Chemistry: Penentuan Kandungan Uranium
Principles, Second edition. Sounders Prosiding Seminar Pengelolaan Nuklir
College Publishing, USA. ISSN 1978-9858
Miller & Miller. 1991. Statistika Untuk Kimia Wang, J. 1994. Analytical Electrochemistry.
Analitik alih bahasa oleh Suroso. edisi Canada: Wiley VCH
kedua. Bandung: Penerbit ITB. We Pan, Chuan., Jung., Ping., Tai., & Kan.
Ngajito & Pranjono. 2009. Uji Fungsi 2004. Development of the tin oxide
Combined Pt-Ring Electrode pH electrode by the sputtering
Metrohm6.0451.100. Jurnal Pusat method. Sensor and Actuators B, vol
Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Batan. 108(1-2): 863−869.
ISSN 1979-2409.

Potrebbero piacerti anche