Sei sulla pagina 1di 4

In a dense forest, there lived a mother named Dayang Sumbi and her son

named Sangkuriang, they lived with a beloved dog named Tumang.

One day Dayang Sumbi wanted to eat Menjangan’s heart, he asked


Sangkuriang to find him in the forest. Sangkuriang went with Tumang.

Unfortunately in the forest there is no Menjangan, which is actually a wild boar


which is a manifestation of a God who is being cursed. Tumang who knew,
tried to block Sangkuriang, who was about to shoot the boar.

When Sangkuriang was pointing his arrow towards the boar, the arrow shot
right about the heart of his dog. Instead of not getting hunted animals,
Sangkuriang took Tumang’s heart, then below him went home.

At home, Tumang’s heart he gave to his mother, of course he lied by saying


that the heart was Menjangan’s heart.

Because from not seeing Tumang before, his mother asked where Tumang
was. Sangkuriang was shocked and confused. Finally, Sangkuriang was
honest that the heart eaten earlier belonged to Tumang.

She was so angry, Dayang sumbi beat his son with centong to leave a mark
on his head, Dayang sumbi also informed that Tumang was his father.

As a result of his actions, Sangkuriang left his home, he traveled around the
world, seeking knowledge and he grew into an adult male. Sangkuriang
changed his name to Jaka.

Years later, stop by his childhood forest to ask for a drink, to a woman who
owns the cottage. Dayang Sumbi who is still young, receives her guests with
joy.

“Please come in, can I know what’s your name?” asked Dayang Sumbi. “My
name is Jaka” answered Sangkuriang. At that time both of them did not
realize that they were mothers and children who were separated for so long.

They were getting closer, one day Sangkuriang wanted to propose to Dayang
Sumbi, but when Sangkuriang was working, Dayang sumbi saw a sign on
Jaka’s head.

Dayang Sumbi was surprised, knowing that Jaka was Sangkuriang. For the
sake of no unwanted things, when they were about to apply, Dayang Sumbi
made a proposal. She wanted Sangkuriang to make a lake and a boat in one
night.

The powerful Jaka, agreed to Dayang Sumbi’s request, he mobilized a lot of


genies to make lakes and boats.
Dayang Sumbi was nervous, he immediately prayed to God Almighty that the
work of Sangkuriang was not finished. God also heard his prayer, the rooster
crowed, the sign was morning.

The genies thought, it was morning, they immediately returned to nature.


Sangkuriang is angry because he failed. He also kicked the boat that was
almost finished.
The boat fell face down somewhere and formed a mountain. Until now people
call it Mount Tangkuban Perahu.
Di sebuah hutan yang lebat, hiduplah seorang ibu bernama Dayang Sumbi
dan anaknya bernama Sangkuriang, mereka hidup bersama seekor anjing
kesayangan bernama Tumang.

Suatu hari Dayang Sumbi ingin sekali makan hati Menjangan, ia meminta
Sangkuriang untuk mencarikannya ke dalam hutan. Sangkuriang pun pergi
bersama Tumang.

Sayangnya di hutan sedang tidak ada Menjangan, yang ada babi hutan yang
sebenarnya adalah perwujudan seorang Dewa yang sedang dikutuk. Tumang
yang tahu, mencoba menghalangi Sangkuriang, yang hendak memanah babi
hutan itu.

Ketika Sangkuriang sedang mengarahkan panahnya ke arah babi hutan,


panah itu melesat tepat mengenai jantung anjingnya. Dari pada tidak
mendapatkan hewan buruan, Sangkuriang pun mengambil hati Tumang,
kemudian di bawahnya pulang.

Di rumah, hati Tumang Ia berikan kepada ibunya, tentu saja ia berbohong


dangan mengatakan bahwa hati itu adalah hati Menjangan.

Karena dari tadi tidak melihat Tumang, ibunya menayakan kemana si


Tumang. Sangkuriang kaget dan bingung. Akhirnya Sangkuriang jujur bahwa
hati yang dimakan tadi adalah milik Tumang.

Saking marahnya, Dayang sumbi memukul anaknya itu dengan centong


sampai meninggalkan bekas di kepalanya, Dayang sumbi pun
memberitahukan bahwa Tumang adalah ayahnya.

Akibat perbuatannya, Sangkuriang pun pergi meninggalkan rumahnya, ia


berkelana keliling dunia, mencari ilmu dan dia pun bertumbuh menjadi laki-laki
dewasa. Sangkuriang mengganti namanya menjadi Jaka.

Bertahun-tahun kemudian, mampirlah ia ke hutan masa kecilnya, untuk


meminta minum, kepada seorang perempuan pemilik pondok. Dayang Sumbi
yang masih awet muda, menerima tamunya dengan sukacita.

Silakan masuk, boleh tahu siapakah nama kamu? Nama saya Jaka. Saat itu
keduanya belum sadar bahwa mereka adalah ibu dan anak yang terpisah
sekian lama.

Mereka pun semakin dekat, suatu hari Sangkuriang hendak melamar Dayang
Sumbi, tetapi ketika Sangkuriang sedang bekerja, Dayang sumbi melihat
sebuah tanda di kepala Jaka.

Dayang Sumbi pun terkejut, karena sadar bahwa Jaka adalah Sangkuriang.
Demi tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, saat hendak melamar, Dayang
Sumbi mengajukan usul. Dia ingin kamu buatkan danau dan perahu dalam
satu malam.

Jaka yang sakti, menyanggupi permintaan Dayang Sumbi, dia mengerahkan


banyak jin untuk membuatkan danau dan perahu.
Dayang Sumbi pun gelisah, ia segera berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa
agar pekerjaan Sangkuriang tidak selesai. Tuhan pun mendengar doanya,
Ayam jantan pun berkokok, pertanda sudah pagi.

Para jin mengira, itu sudah pagi, mereka segera kembali ke alamnya.
Sangkuriang yang marah karena gagal. Ia pun menendang perahu yang
hampir jadi itu.

Perahu itu jatuh menelungkup di suatu tempat dan membentuk sebuah


gunung. Sampai sekarang orang-orang menyebutnya sebagai gunung
Tangkuban Perahu.

Potrebbero piacerti anche