Sei sulla pagina 1di 12

ALTERNATIF MODEL PERAN SERTA MASYARAKAT UNTUK

MEWUJUDKAN
PEMERINTAHAN DAERAH YANG BERSIH DARI KKN
(STUDI PENDAHULUAN TERHADAP PERATURAN
PERUNDANGAN YANG MENGATUR PERAN SERTA
MASYARAKAT)
Fifik Wiryani1

ABSTRAK

This Research basically to conduct study model alternative of role and also socialize in the
effort realizing good governance and free from KKN. Approach conducted by utilize to find model
participate. This study is conducted with three step. This study represent study of first phase namely
conductedly is normatif of aproacht about arrangement of role and also socialize in management of
good governance and free from KKN.
From study of this antecedent, is known that by the ground or principal management of good
governance have been arranged in Local of Goverenmnet Act. (UU 22/1999) and Management of
Clean State and Free from KKN act. (UU No.28/1999), the perinsiples represent furthermore
formulation and execution of amant of constitution of UUD 1945 and MPR Act. (TAP No. XI/
MPR/1998). But principles of the good governance reduced [by] meanly by Governmental Regulation
as order of code executor. While arrangement of at area storey; level, specially in Malang Town,
researcher not yet found order which peculiarly guarantee execution of role and also socialize in
governance, utilize realizing of clean governance and free from corruption, kolusi, and neopotisme
(KKN).
Hereby, hence the rule of law ground, orderly ground of state management, openness ground,
ground proposionality ground profesionality ground akuntability and as arranged in code/law not yet
got adequate performance bond That spirit of reform for clean governance of trealizing and free
from KKN still need long struggle, and have to be non-stoped by a struggle continuously through
various group and form socialize That at storey; level of Local Government needed [by] a regulation
arranging how role mechanism and also socialize in realizing good state management

1. PENDAHULUAN “Memberikan otonomi daerah tidak saja


Dengan berlakunya UU 22/1999 tentang melaksanakan demokrasi, tetapi mendorong
Pemerintahan Daerah pada era reformasi, telah berkembangnya outo-aktiviteit. Outo-aktiviteit
membawa implikasi terhadap sistem pemerintahan artinya bertindak sendiri, melaksanakan
daerah yang semula “sentralistis” menjadi sendiri apa yang dianggap penting bagi
“otonom” atau “desentralisasi”. Desentralisasi lingkungan sendiri. Dengan berkembangnya
bukan hanya menjamin terwakilinya rakyat dalam auto-aktiviteit tercapailah apa yang dimaksud
sistem pemerintahan, tetapi juga kepekaan dan dengan demokrasi, yaitu pemerintahan yang
akuntabilitas pemerintah daerah dijadikan titik tolak dilaksanakan oleh rakyat, untuk rakyat. Rakyat
dalam menjalankan pemerintahan di daerah. tidak saja menentukan nasibnya sendiri,
Rasanya jadi wajar bila di tahun 1957 Mohammad melainkan juga dan terutama memperbaiki
Hatta sudah mengingatkan: nasibnya sendiri”.

1
Fifik Wiryani. Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Malang
Alamat Korespondensi : Perum Muara Sarana Indah F.9 Mulyo Agung Dau Malang
Tlp. (0341) 461502, Hp. 081334043266,
Email. fwiryani@gmail.com

Moch Najih & Fifik Wiryani, Alternatif Model Peran Serta Masyarakat Untuk Mewujudkan Pemerintah 17
Daerah Yang bersih Dari KKN
Apa yang dimaksud oleh Mohammad Hatta, diperlukan model atau pola partisipasi masyarakat
dewasa ini menjadi dambaan untuk dapat yang optimal, sehingga mampu melahirkan
dilaksanakan dengan adanya otonomi daerah. Kota kebijakan pembangunan yang responsif, situasi itu
malang sebagai salah satu kota besar di Jawa Timur merupakan sebuah kebutuhan yang mutlak
memiliki potensi untuk melakukan proses otonomi diperlukan untuk mewujudkannya pemerintahan
dengan lebih baik mengingat potensi masyarakat yang menjalankan prinsip-prinsip “good
dan pemerintahannya yang memungkinkan untuk governance” dan melahirkan aparatur yang bersih
melakukan perubahan lebih cepat. dari prilaku KKN.
Impian kota Malang untuk mewujudkan kota Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
Malang sebagai Kota Pendidikan, Pariwisata dan konsep dan model partisipasi masyarakat dalam
Industri (Tri Bina Cita Kota Malang) dibutuhkan pembuatan dan pelaksanaan kebijakan
adanya perencanaan pembangunan yang partisipatis pembangunan kota Malang guna mewujudkan Tri
dan merupakan perwujudan dari upaya Bina Cita Kota Malang. Mengembangkan model
mengembangkan pemerintahan daerah yang bersih pembangunan yang berbasis masyarakat agar peran
dari KKN. Oleh karena hendaknya setiap serta masyarakat dalam kegiatan pembangunan
pelaksanaan pembangunan mulai dari perencanaan, berjalan dengan efektif.
pelaksanaan dan pengawasan selalu memperhatikan Tahapan kajian ini merupakan studi
suara masyarakat dan menampung pastisipasi pendahuluan. Dalam tahapan ini dilakukan dengan
masyarakat. Sehingga masyarakat akan identifikasi dan inventarisasi pengaturan partisipasi
mendapatkan ruang yang cukup dalam masyarakat dalam berbagai peraturan perundang-
menyumbangkan pikiran, gagasan, aspirasi undangan, peraturan perundang-undangan tingkat
kebutuhan dan pelayanan, juga berperan dalam pusat dan daerah yang terkait kebijakan
penegakan hukumnya, pengawasan serta pembangunan dan peran serta masyarakat dalam
pengendaliannya. pembangunan dan upaya perwujudan pemerintahan
Upaya untuk mewujudkan impian itu ternyata yang bersih dari KKN. Dalam tahap kedua
tidaklah mudah, hal ini bisa dilihat dari banyaknya dilakukan kajian empiris atas peran serta
aspirasi masyarakat yang tidak diterima atau masyarakat dalam pemerintahan daerah, faktor-
dikesampingkan begitu saja. Seperti kasus tanah faktor pendukung dan penghambat serta efektivitas
APP dan perubahan Perda Tata Ruang, Kasus Tanah peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah.
Bengkok Desa Pandanwangi, Desa Buring dan Dengan kajian ini akan didapatkan sebuah model
sebagainya, Kasus Pasar Besar, Kasus Bedak peran serta masyarakat dalampemerintahan guna
Terminal Arjosari, dan yang terakhir Kasus Uang mewujudkan Tri Bina Cita Kota Malang yang
Pesangon DPRD, banyak aspirasi masyarakat, berbasis masyarakat dan bersih dari KKN. Dalam
kelkuhan publik disampaikan tetapai seolah tahap ketiga akan dibuat formulasi (sekurangnya
dianggap angin lalu saja. Kasus yang kontroversial naskah raperda) untuk menjamin hak peran serta
adalah rencana dari pemerintah daerah (eksekutif masyarakat dalam pembangunan daerah.
maupun legislatif) untuk merubah Rencana Tata
Ruang Kota (RTRK) Malang yang ditentang oleh 2. METODE PENELITIAN
berbagai kalangan masyarakat, bahkan kemudian
berbuntut dengan dipecatnya anggota DPRD yang Pada prinsipnya penelitain ini merupakan
membela kepentingan masyarakatnya. penelitian hukum normatif dan penelitian hukum
Banyaknya reaksi masyarakat tersebut di atas empiris sekaligus, karena penelitian ini
menunjukkan bahwa pembangunan daerah, mulai mendeskripsikan fenomena peran serta masyarakat
dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya dalam pelaksanaan pembangunan daerah di Kota
kurang (tidak) melibatkan partisipasi dari Malang.
masyarakat, sehingga menghasilkan produk Adapun metode yang digunakan dalam
kebijakan pembangunan yang represif. Maka untuk pengumpulan data,: untuk data Primer, data yang
mensukseskan pembangunan di Kota Malang, berkaitan langsung dengan obyek penelitian ini,

18 HUMANITY, Volume II Nomor 1 September 2006: 17 - 28


yakni inventarisasi peraturan perundang-undangan Yang dimaksud dengan Penyelenggara negara
nasional maupun lokal Kota Malang yang terkait adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi
dengan peran serta masyarakat, Laporan-laporan eksekutif, legislatif atau yudikatif, dan pejabat lain yang
studi yang dilakukan LSM berkenaan dengan peran fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan
serta masyarakat dalam pembangunan daerah, serta penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan
hasil dokumentasi dari peran serta masyarakat peraturan perundang-undangan yang berlaku (pasal
dalam berbagai bentuk aktifitas di Kota Malang. 1.1 UU 28 tahun 1999 tentang Penyelenggara Yang
Data primer dikumpulkan dengan cara mendatangi Bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan
instansi pemerintah daerah dan DPRD Kota Nepotisme (KKN).
Malang, Kantor Pertanahan, penerbitan LSM dan Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan
kepustakaan maupun toko buku; Sedangkan data negara yang bersih dan bebas dari KKN tersubut,
Skunder; data yang mendukung fokus kajian berupa maka ditetapkanlah asas-asas umum
pendapat-pendapat para pakar hukum, literatur penyelenggaraan negara (pemerintahan) yang baik
perencanaan pembangunan dan peran serta yaitu asas yang menjunjung tinggi norma
masyarakat dan bahan pustaka pendukung lainnya, kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum. Adapun
yang dilakukan dengan cara penelusuran pustaka, secara rinci, asas penyelenggaraan negara yang baik
penelusuran lewat internet dan dokumentasi media. tersebut meliputi:
Data yang diperoleh akan disajikan disajikan secara 1). Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam
deskriptif, dan disusun secara sistematis agar mudah negara hukum yang mengutamakan landasan
dipahami. Adapun metode analisis yang dipakai peraturan perundang-undangan, kepatutan dan
adalahi content analisis (analisis isi) terhadap keadilan dalam setiap kebijakan
semua informasi data yang berkenaan dengan kajian penyelenggara negara
normatif dengan data yang bersifat penerapan 2). Asas Tertib penyelenggaraan negara, yaitu
hukum empiris. Kemudian analisis kualitatif yang asas yang menjadi landasan keteraturan,
menggunakan metode induktif-abstraktif-logis dan keserasian dan keseimbangan dalam
sistematis. pengendalian penyelenggara negara
3). Asas kepentingan umum, taitu asas yang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN mendahulukan kesejahteraan umum dengan
cara aspiratif, akomodatif dan selektif.
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih da 4). Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka
Bebas Dari KKN diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan
Dalam penyelenggaraan negara untuk tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan
mewujudkan cita-cita perjuangan Bangsa negara dengan tetap memperhatikan
Indonesia, dan dalam rangka penyelamatan dan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan
normalisasi kehidupan nasional sesuai tuntutan dan rahasia negara
reformasi, dibutuhkan adanya semangat, kesamaan 5). Asas proporsionalitas yaitu asas yang
visi, persepsi dan misi para penyelenggara negara mengutamakan keseimbangan antara hak dan
dan pemimpin pemerintahan yang sejalan dengan kewajiban penyelenggara negara
tuntutan hati nurani rakyat. Kebutuhan dan tuntutan 6). Asas profesionalitas, yaitu asas yang
tersebut menghendaki terwujudnya penyelenggara ,m,engutamakan keahlian yang berlandaskan
yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya kode etik dan ketentuan peraturan perundang-
secara sungguh-sungguh, penuh rasa tanggung undangan yang berlaku
jawab, yang dilaksanakan secara efektif, efisien 7). Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
sebagaimana amanat TAAP MPR-RI Nomor XI/ kegiatan penyelenggara negara harus dapat
MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau
Bersih dan bebas dari KKN. rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi

Moch Najih & Fifik Wiryani, Alternatif Model Peran Serta Masyarakat Untuk Mewujudkan Pemerintah 19
Daerah Yang bersih Dari KKN
negara sesuai dengan ketentuan peraturan ayat (2) “ setiap orang berhak untuk memajukan dirinya
perundang-undangan yang berlaku. (penjelasan dalam memperjuangkan haknua secara kolektif untuk
pasal 3, UU No. 28 tahun 1999). membangun masyarakat, bangsa dan negaranya”.
Kemudian dalam pasal 28 F disebutkan bahwa “Setiap
Dengan diterapkannya asas-asas tersebut, orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
dimaksudkan agar korupsi, kolusi dan nepotisme dapat informasi untuk pengembangan pribadi dan lingkungan
dihindarkan dan melahirkan pemerintahan yang baik sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh,
dan bersih. Sedangkan yang dimaksud dengan korupsi memiliki, menyimpan dan mengolah, dan
disini adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud menyampaikan informasi dengan menggunakan segala
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang jenis saluran yang tersedia”.
mengatur tentang tindak pidana korupsi (UU No. 31/ Dari beberapa ketentuan tersebut secara ekplisit
1999 jo UU No.20.2001). maupun implisit memberikan jaminan konstitutuf
Adapun yang dimaksud dengan kolusi adalah kepada Warga Negara dan atau masyarakat dalam
permufakatan atau kerjasama secara melawan kedudukannya dipemerintahan maupun dalam
hukum antar penyelenggara negara atau antara pembangunan, bahwa masyarakat memiliki hak untuk
penyelenggara negara dan pihak lain yang berperan serta secara aktif dalam berbagai bentuk
merugikan orang lain, masyarakat dan atau negara. berdasarkan hak dan kemampuannya dalam
Nepotisme adalah setiap perbuatan penyelenggara pemerintahan.
negara secara melawan hukum yang
menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau TAP MPR
kroninya di atas kepentikan masyarakat, bangsa dan
negara. (pasal 1 angka 5 dan 6 UU 28/1999). Berdasarkan TAP MPR No. III/MPR/2000
tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Pengaturan Peran Serta Masyarakat Dalam Perundang-Undangan, ketetapan MPR adalah salah
Penyelenggaraan Negara satu sumber hukum yang memiliki kedudukan lebih
tinggi dibanding undang-undang dan
Pengaturan mengenai hak peran serta kedudukannya satu rtingkat dibawah konstitusi
masyarakat dalam penyelenggaraan negara, (hukum dasar), maka kedudukan TAP MPR adalah
dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan negara penting untuk dijadikan landasan hukum bagi
terjadi keseimbangan antara tugas dan kewenangan penyelenggaraan negara dan pemerintahan.
penyelenggara dengan hak dan kewajiban Ketetapan MPR, ketentuan mengenai pembentukan
masyarakat atau awrga negara. Dalam kaitan itu pemerintahan yang bersih dari KKN ditetapkan
telah ditemukan beberapa ketentuan yang mengatur dalam (TAP NO. XI/MPR/1998).
tentang peran serta masyarakat dalam peraturan- Dalam kosideran TAP tersebut, menyatakan
perundangan mulai dari UUD 1945, UU Otonomi bahwa: … bahwa dalam penyelenggaraan negara
Daerah dan Peraturan Tingkat Daerah di Kota (di era Orde Baru) telah terjadi pemusatan
Malang, sebagai berikut ; kekuasaan, wewenang, dan tanggungjawab pada
Presiden/Mandataris MPR, yang berakibat tidak
UUD 1945 setelah Amandemen berfungsinya dengan baik Lembaga Tertinggi
Negara maupun Lembaga-Lembaga Tinggi Negara,
Dalam UUD 1945 ketentuan mengenai peran serta tidak berkembangnya partisipasi masyarakat
serta masyarakat dalam pemerintahan, diatur dalam dalam memberikan kontrol sosial dalam kehidupan
bab WN dan Penduduk, dalam Pasal 27 ayat (1) bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bahwa
disebutkan: “ Segala warga negara bersamaan dalam penyelenggaraan negara telah terjadi
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan praktek-praktek usaha yang lebih menguntungkan
dan wajib menjujung hukum dan pemerintahan itu sekelompok orang tertentu, menyuburkan korupsi,
dengan tidak ada kecualinya”. Kemudian diatur kolusi dan nepotisme yang melibatkan para pejabat
pula dalam Bab HAM (Bab XA) dalam Pasal 28 C negara dengan para pengusaha, sehingga merusak

20 HUMANITY, Volume II Nomor 1 September 2006: 17 - 28


sendi-sendi penyelenggaraann negara dalam berbagai
aspek kehidupan … (lihat Tap MPR III/MPR/1998, Dengan demikian maka TAP MPR No. XI/
konsideran menimbang butir b dan d). MPR/1998 tersebut, telah memeprkuat keinginan dan
Ketetapan MPR tersebut, terdiri dari 6 Pasal, memberikan landasan hukum yang cukup untuk upaya
berkenaan dengan usaha memberikan dasar hukum mewujudkan pemerintahan yang baik dan bebas dari
terhadap terwujudnya pemerintahan yang bebas KKN. Selain itu TAP tersebut juga memberikan dasar
dari KKN diatur dalam pasal 2 dan 3 yang bunyi bagi peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dan
lengkapnya sebagai berikut : berperan mewujdukan pemerintahan yang baik dan
Pasal 2 (1) penyelenggara negara, pada bebas dari KKN.
lembaga-lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif
harus melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan Ketentuan dalam Undang-Undang
baik dan bertanggungjawab kepada masyarakat,
bangsa dan negara; (2) untukm menjalankan fungsi Dalam UU berkenaan dengan kajian ini, dapat
dan tugasnya tersebut, penyelenggara negara harus dilihat ada sekitar 6 (enam) UU, yakni; UU No. 22
jujur, adil, terbuka dan terpercaya serta mampu tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, UU No.
membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
nepotisme. Anatara pemerintah Pusat dan Daerah dan UU
Kemudian Pasal 3 (1) untuk menghindari No.28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
praktek-praktrek korupsi, kolusi dan nepotisme, yang Bersih dan Beas dari KKN, UU No. 31 tahun
sesorang yang dipercaya menjabat suatu jabatan 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
dalam penyelenggaraan negara harus bersumpah Korupsi jo. UU No. 20 tahun 2001, kemudian UU
sesuai dengan agamanya, harus mengumumkan dan No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
bersedia diperiksa kekayaannya sebelum dan Tindak Pidana Koprupsi.
setelah menjabat; (2) Pemeriksaan atas kekayaan Dalam UU 22/1999 tentang Pemerintahan
sebagaimana diatur dalam ayat (1) diatas dilakukan Daerah mengenai peran serta masyarakat dalam
oleh suatu lembaga yang dibentuk oleh Kepala pemerintahan tidak secara langsung diatur
Negara yang keanggotaannya terdiri dari tersendiri, tetapi dalam ketentuan menegnai tugas
pemerintah dan masyarakat. (3) melakukan upaya dan wewenang DPRD diantaranya disebutkan
pemberantasan tindak pidana korupsi dilakukan DPRD mempunyai wewenang untuk menampung
secara tegas dengan melaksanakan secara konsisten dan menindak lanjuti aspirasi daerah dan
undang-undang tindak pidana korupsi. masyarakat (Ps 18 (1.h). Kemudian dalam Pasal
Dari TAP MPR tersebut, secara tegas 22 (e), DPRD berkewajiban untuk; memperhatikan
menyatakan bahwa gagasan untuk mebentuk dan menyalurkan aspirasi, menerima keluhan, dan
pemerintahan yang bebas dari KKN adalah suatu pengaduan masyarakat, serta memfasilitasi tindak
harapan dan cita-cita seluruh rakyat dan masyarakat lanjut penyelesaiannya”. Kemudian dalam Pasal 49
Indonesia. Dari ketentuan tersebut pada prinispnya (g) dalam kaitannya dengan pemberhentian kepala
bahwa setelah era reformasi ini diperlukan upaya; daerah; “ jika mengalami krisis kepercayaan publik
a). Membentuk dan melahirkan pemerintahan yang luas akibat kasus yang melibatkan
yang anti KKN; tanggungjawabnya, serta keterangan atas kasus itu
b). Para aparatur negara harus menjalankan fungsi ditolak oleh DPRD.
dan tugasnya secara demokratis (jujur, adil, Lain dari pada dalam penjelasan umum UU
terbuka dan terpercaya); disebutkan bahwa; “.... hal yang mendasar dari uu
c). Peningkatan partisipasi masyarakat dalam ini adalah mendorong untuk memberdayakan
mengawasai dan mengontrol jalannya masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan
pemerintahan; kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat,
d). Menegakan hukum dan memperbaiki mengembangkan peran fungsi DPRD, ......”
kekuarangan baik substansi hukum dan mengembangkan daerah sebagai daerah otonom
pelaksaan UU Tindak Pidana Korupsi.

Moch Najih & Fifik Wiryani, Alternatif Model Peran Serta Masyarakat Untuk Mewujudkan Pemerintah 21
Daerah Yang bersih Dari KKN
yang mempunyai kewenangan dan keleluasaan untuk d). hak memperoleh perlindungan hukum dalam
membentuk dan melaksnakan kebijakan menurut hal;
prakarsa dan aspirasi masyarakat. (lihat penjelasan (1). Melaksnaakan haknya sebagaimana
umum butir e) dimaksud dalam huruf a,b, dan c.
Kemudian dalam UU 25/1999 tentang (2). Diminta hadir dalam proses penyelidikan,
Peribangan Keuangan Pusat dan Daerah tidak penyidikan dan disidang pengadilan
ditemukan pengaturan mengenai bentuk peran serta sebagai saksi pelapor, saksi dan saksi
masyarakat baik dalam isi UU maupun ahli, sesuai dengan peraturan-
penjelasannya, seharusnya pembentuk undang- perundangan yang berlaku
undang memberikan ruang bagi masyarakat untuk 2) Ketentuan ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ikut berpartisipasi dalam masalah pelaksanaan uu dan dengan mentaati norma agama dan
perimbangan keuangan pusat dan daerah, norma sosial lainnya.
sekurangnya dalam peran mengawasi atau 3) Ketentaun peran serta lebih lanjut akan diatur
memberikan masukan pada lembaga terkait. dalam PP
Pengaturan mengenai peran serta masyarakat
dalam pemerintahan, secara jelas diatur dalam UU Dari ketentuan UU No. 28 tahun 1999 tersebut,
No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang dapat dikemukakan bahwa dalam penyelenggaraan
bersih dari KKN, ketentuan itu secara tegas negara masyarakat memiliki peran yang sangat
disebutkan dalam Bab VI dengan titel Peran Serta penting, dan berdasarkan pasal 9 tersebut
Masyarakat, dalam Pasal 8 disebutkan; masyarakat memiliki hak, antara lain; hak atas
1) Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan informasi, hak atas pelayanan yang adil, hak
negara merupakan hak dan tanggungjawab untuk menyampaikan saran atau pendapat dan hak untuk
ikut mewujdukan penyelenggaraan Negara yang memperoleh perlindungan hukum.
bersih. Lebih lanjut UU No. 31/1999 jo UU No. 21/2001
2) Hubungan antara Penyelenggara Negara dan tentang pemeberantasan Tindak Pidana Korupsi;
masyarakat dilaksanakan dengan berpegang secara tegas disebutkan dalam Bab V tentang Peran
teguh pada asas-asas umum penyelenggaraan Serta masyarakat dalam Pasal 41 disebutkan bahwa
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 :
(Ps.3 asas kepastian hukum, tertib 1). Masyarakat dapat berperan serta membantu
penyelenggara negara, kepentingan umum, upaya pencegahan dan pemberantasan tindak
keterbukaan, proposionalitas, pidana korupsi.
profesionalitas,dan akuntabilitas) 2). Peran serta dimaksud diwujudkan dalam bentuk:
a). Hak mencari, memperoleh, dan memberikan
Kemudian Pasal 9 menegaskan mengenai informasi adanya dugaan telah terjadi tindak
bentuk peran serta masyarakat, dengan mengatur pidana korupsi;
bahwa; b). hak untuk memperoleh pelayanan dalam
mencari, memperoleh dan memebrikan
1) Peran serta masyakarat sebagaimana informasi adanya dugaan telah terjadi
dimaksud dalam pasal 8 diwujudkan dalam tindak pidana korupsi kepada penegak
bentuk; hukum yang menangani tindak pidana
a). hak mencari, memperoleh dan korupsi;
memberikan informasi tentang c). hak menyampaikan saran dan pendapat
penyelenggaraan negara; secara bertanggungjawab kepada
b). hak untuk memperoleh pelayanan yang penegak hukum yang menangani perkara
sama dan adil dari penyelenggara negara; tindak pidana korupsi;
c). hak menyampaikan saran dan pendapat d). hak untuk memeproleh jawaban atas
secara bertanggungjawab terhadap pertanyaan tentang laporannya yang
kebijakan penyelenggara negara; dan

22 HUMANITY, Volume II Nomor 1 September 2006: 17 - 28


diberikan kepada penegak hukum dalam masyarakat berdasarkan haknya sebagaimana diatur
waktu paling lama 30 hari; dalam UU No. 28 tahun 1999 tentang
e). hak memeperoleh perlindungan hukum Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
dalam melaksanakan butir a,b dan c, KKN.
dalam proses peradilan, mencegah dan
memebrantas Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP)
Sedangkan dalam UU No. 30 tahun 2002
tentang Komisi pemberantasan Tindak Pidana Berkenaan dengan pengaturan peran serta
Korupsi, tentang peran serta masyarakat tidak masyarakat dalam pemerintahan dan
disebutkan secara langsung, namun dapat dicermati penyelenggaraan negara, produk hukum dalam
pada asas yang harus dijalankan oleh Komisi tingkat PP, dapat ditemukan 2 ( dua) peraturan yakni
Pemebrantasan Korupsi, yang ditentukan dalam dalam PP No. 68/1999 tentang Tata Cara
Pasal 5, yang bunyinya sebagai berikut: Pasal 5; pelaksanaan Peran serta Masyarakat dalam
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Penyelenggaraan Negara dan PP No. 71/2000
Komisi Pemberantasan Korupsi berasaskan pada: tentang Peran Serta Masyarakat dan Pemberian
a. Kepastian hukum, b. keterbukaan, c. Penghargaan dalam Mencegah dan Memberantas
akuntabilitas, d. kepentingan umum; dan e. TP Korupsi.
proposionalitas. Dalam PP 68/1999 pasal 1 butir (2) memberikan
Dalam penjelasan pasal 5 disebutkan bahwa; pengertain bahwa yang dimaksud dengan peran serta
Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan : masyarakat adalah peran serta aktif masyarakat untuk
1). “kepastian hukum” adalah asas dalam negara ikut serta mewujdukan Penyelenggara Negara yang
hukum yang mengutamakan landasan bersih dan bebas dari KKN, yang dilaksnakan dengan
peraturan perundang-undangan, kepatutan dan mentaati norma hukum, moral, dan sosial yang berlaku
keadilan dalam setiap kebijakan menjalankan dalam masyarakat. Sedangkan bentuk peran serta
tugas dan wewenang KPK. masyarakat diatur dalam Pasal 2 yang bunyi
2). “keterbukaan” adalah asas yang membuka diri lengkapnya sebagai berikut;
terhadap hak masyarakat untuk memeproleh Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
informasi yang benar, jujur, dan tidak negara untuk mewujudkan Penyelenggara Negara
diskriminatif tentang kinerja KPK dalam yang bersih dilaksanakan dalam bentuk :
menjalankan tugas dan fungsinya; 1). hak mencari, memperoleh dan memberikan
3). “akuntabilitas” adalah asas yang menetukan informasi tentang penyelenggaraan negara;
bahwa setiap kehiatan dan hasil akhir kegiatan 2). hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan
KPK harus dapat dipertanggungjawabkan adil dari penyelenggara negara;
kepada masyarakat atau rakyat sebagai 3). hak menyampaikan saran dan pendapat secara
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai bertanggungjawab terhadap kebijakan
dengan peraturan perundang-undangan yang penyelenggara negara; dan;
berlaku; 4). hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal;
4). “kepentingan umum” adalah asas yang a).Melaksnaakan haknya sebagaimana
mendahulukan kesejahteraan umum dengan dimaksud dalam huruf a,b, & c.
cara aspiratif, akomodatif dan selektif; b). Diminta hadir dalam proses penyelidikan,
5). “proposionalitas” adalah asas yang penyidikan dan disidang pengadilan sebagai
mengutamakan keseimbangan antara tugas, saksi pelapor, saksi dan saksi ahli, sesuai
wewenang dan tanggungjaeab, dan keajiban dengan peraturan-perundangan yang
KPK. berlaku;
Berdasarkan asas-asas tersebut, memberikan
prinsip-prinsip umum bagi KPK dalam upaya Ketentuan ayat (1) diatas dilaksanakan sesuai
memberantas KKN. KPK harus pula dengan UU yang berlaku dan dengan mentaati norma
memperhatikan keseimbangan dan peran agama dan norma sosial lainnya. Bunyi ketentuan

Moch Najih & Fifik Wiryani, Alternatif Model Peran Serta Masyarakat Untuk Mewujudkan Pemerintah 23
Daerah Yang bersih Dari KKN
pasal 2 PP tersebut sama persis dengan bunyi mapun antar masyarakat sendiri. Maka disini terjadi
ketentuan pasal 9 UU No. 28/1999 dengan demikian pereduksian semangat, yang semula UU memberikan
P tersebut mengimplementesikan prinsip-prinisp hak pengaturan yang lebih terbuka, smenetara PP
masyarakat dan peran serta masyarakat dalam memberikan pengaturan yang terbatas dan tidak sesuai
penyelenggaraan negara secara penuh. dengan kedudukan PP itu sendiri dalam hiraki maupun
Kemudian dalam PP No. 71 tahun 2000 fungsinya.
tentang Tata cara Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat dan pemberian Penghargaan dalam Peraturan Daerah di Kota Malang
pencegahan dan Pemberanasan Tindak Pidana
Korupsi, memberikan batasan bahwa yang Dalam kebijakan legislatif didaerah ternyata
dimaskud dengan Peran Serta Masyarakat adalah setelah dilakukan kajian terhadap produk perda
peran aktif perorangan, Organisasi Masyarakat atau yang dibuat sejak tahun 2001-2002 peneliti tidak
LSM dalam pencegahan dan pemberantasan tindak menemukan peraturan daerah yang mengatur
pidana korupsi (Pasal 1 butir (1) ). mengenai peran serta masyarakat dalam
Dalam PP tersebut diatur secara rinci tentang pemerintahan di daerah, terutama yang berkaitan
3 (tiga) masyarakat; (1) hak dan tanggungjawab dengan penanggulangan KKN.
masyarakat dalam mencari, Memeproleh, Memberi Berdasarkan data yang diperoleh di Bagian
Informasi, Saran dan Pendapat; (diatur dalam pasal Hukum Kota Malang, dalam kurun waktu tahun
1 dan 2), (2) Hak dan Tanggungjawab Masyarakat 2001 telah disahkan 20 Perda, dimana 6 perda
Dalam Memperoleh pelayanan dan Jawaban dari mengatur tentang retribusi (berarti untuk
Penegak Hukum (diatur dalam pasal 4) dan (3) membebani keuangan masyarakat untuk
Hak dan Tanggungjawab Masyarakat dalam kepetningan PAD) 5 Perda tentang Pemerintahan
memeproleh perlindungan hukum (diatur dalam dan APBD, 3 Perda tentang BUMD, 6 Perda tentang
pasal 5 dan 6). Pengendalian Lingkungan dan Kebersihan. Hanya
Peneliti belum menemukan PP yang lain ditemukan sekuranya Perda 15/2001 tentang
berkenaan dengan peran serta masyarakat dalam Analisis Mengneai dampak Lingkungan (AMDAL)
penyelenggaraan negara yang bebas dari KKN. dalam Pasal 31 diatur mengenai hak masyarakat
Namun dari dua PP tersebut, secara umum dapat dan peran masyarakat dalam pembuatan AMDAL,
dikatakan bahwa pengaturan peran serta masyarakat Kemudian Perda No. 16/2001 tentang Pengendalian
mereduksi makna partisipasi masyarakat, karena Pencemaran Air di Kota Malang, dalam perda ini
PP tersebut mengatur secara sumir dan membatasi juga mengatur tentang peran serta masyarakat
hak masyarakat dengan batasan-batasan yang tidak dalam Pasal 4 yang secara umum mengatur hak
jelas. Disini dapat dilihat bahwa PP sebagai aturan masyarakat untuk memeproleh kualitas air yang
pelaksana UU seharusnya mengatuer lebih teknis baik dan hak masyarakat untuk berperan
atau rinci mengenai pelaksanaan suatu pasal dalam mengendalikan kualitas air dan Perda No. 18/2001
UU, tetapi disini dapatdiketahui hanya mengabil tentang Pembentukan Lembaga Pengembangan
secara leterluk bunyi pasal dalam UU sebagaimaa Masyarakat Kelurahan.
dalam PP No. 68/1999 yang mengabil pasal 9 UU Berkenaan dengan fokus kajian ini, produk
No. 28/1999. PP tersebut juga seharunya hukum yang cukup relefan dalam kaiannya dengan
memberikan pelaksanaan tentang bagaimana peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
masyarakat melaksanakan haknya dalam partisipasi negara atau pemerintahan adalah Perda No. 18/2002
berkaitan dengan ketentuan menegnai harus tersebut. Perda tersebut mengatur beberapa hal yang
mentaati UU, menaati norma agama dan norma berkenaan dengan peran serta masyarakat pada
sosial. tingkat kelurahan. Dalam Pasal 6, 7 dan 8
Penegasan masalah tersebut menjadi penting disbeutkan bahwa :
ketika pelaksaan di lapangan, karena dalam praktek Kedudukan LPMK adalah; 1. sebagai mityra
bisa terjadi perbedaan pemahaman dan pemaknaan kerja pemerintah Kelurahan dibidang pembangunan
antara masyarakat dengan aparat penegak hukum fisik dan non fisik; 2. sebagai wadah partisipasi

24 HUMANITY, Volume II Nomor 1 September 2006: 17 - 28


masyarakat dalam merencanmakan dan mengawasi Fungsi Susunan Organisasi Tata Kerja RT dan RW
pelaksanaan pembangunan; 3. lembaga yang bersifat Kota Malang, namun dalam ketentuan didalamnya
lokal non politis dan secara organisasi berdiris sendiri. tidak mengatur secara jelas tentang fungsi RT/RW
(pasal 6). kepada pemerintahan baik tingkat Kelurahan maupun
Sedangkan tugas pokok LPMK adalah ; (a) Kota.
menyusun rencana pembangunan yang partisipatif, Berdasarkan analisis terhadap beberapa
(b). menggerakkan swadaya gotong royong produk Peraturan Daerah yang ada di Kota malang
masyarakat dan (c). mengawasi pelaksanaan dan tersebut, menunjukkan bahwa peran serta
pengendalian pembangunan. Hasil kerja LPMK masyarakat dalam kaitan dengan upaya untuk
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat lewat mewujudkan pemerintahan yang bersih dari KKN
Rukun warga di Kelurahan setempat ( Pasal 7). belum ada aturan yang khusus mengatur tentang
Kemudian fungsi LPMK; (a) penanaman dan hal tersebut. Adapun bentuk-bentuk peran serta
pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat masyarakat yang tersebut dalam aturan yang sudah
Kelurahan; (b) pengkoordinasian perencanaan ada hanyalah sebatas pada partisipasi dalam
pembangunan; (c). perencanaan kegiatan pembangunan dan bersifat top down (dari atas),
pembangunan secara partisipatif dan terpadu oleh disini masih sangat kuat ada kesan bahwa
masyarakat; (d) penggalian dan pemanfaatan Pemerintah Daerah adalah lembaga yang memiliki
sumber daya kelembagaan untuk pembangunan di otorityas untuk mengatur masyarakat atau rakyat.
Kelurahan (Pasal 8) Perda yang ada membatasi peran sertanya untuk
Berdasarkan kedudukan, tugas fungsinya digerakkan dalam pembangunan di lingkuingannya
tersebut, LPMK juga memiliki hak dan kewajiban masing-masing, khususnya di tingkat Kelurahan,
sebagaimana diatur dalam pasal 12, yang RT dan RW.
menyatakan bahwa LPMK mempunyai hak (a). Dengan demikian maka, dapat dikatakan
mengusulkan rencana pembangunan kepada bahwa pada tingkatan pemerintah daerah khususnya
pemerintah Kelurahan; (b). mengusulkan anggaran di kota Malang belum ada politik hukum yang
kepada Pemerintah Kelurahan setempat; (c) memadai untuk melakukan upaya pemberantasan
mengawasai pelaksanaan pembangunan. KKN dan mewujudkan prinsip-prinsip
Sedangkan kewajiban LPMK adalah; (a). pemerintahan yang baik, khususnya yang berkenaan
menyusun program internal LPMK; (b). mengawasi dengan partisipasi masyarakat untuk turut
pelaksanaan pembangunan yang disetujui oleh melakukan kontrol dan pengawasan pembangunan.
Walikota; (c). menumbuhkan terwujudnya
kehidupan masyarakat untuk menggerakkan 4. KESIMPULAN DAN SARAN
kegotong- royongan, swadaya dan partisipasi
masyarakat; (d) memelihara dan melestarikan hasil- Kesimpulan
hasil pembangunan; (e). menyampaikan laporan
tertulis mengenaio kegiatan yang dilaksnakan Akhirnya dari pembahasan ini dapat diambil
kepada Pemerintah Kelurahan. beberapa kesimpulkan antara lain ;
Kemudian berdasarkan data kumpulan Perda a. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bagian
tahun 2002, terdapat 18 Perda yang disahkan dan sebelumnya bahwa dalam upaya untuk
dinyakan berlaku, namun dari 18 Perda tersebut 12 mewujudkan penyelenggaraan negara yang
mengatur tentang retribusi dan Pajak, 3 Perda bersih dan bebas dari KKN tersubut, maka
tentang APBD, 1 Perda tentang BUMD, 2 Perda ditetapkanlah asas-asas umum
tentang Pemerintahan. Berdasarkan telaah yang penyelenggaraan negara (pemerintahan) yang
dilakukan, Perda yang berkenaan atau dapat baik yaitu asas yang menjunjung tinggi norma
dikategorikan sebagai peraturan yang berkaiatn kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum.
dengan partisipasi masyarakat dalam Adapun secara rinci, asas penyelenggaraan
peneyelenggaraan negara/pemerintahan, adalah negara yang baik tersebut meliputi: (a). Asas
Perda No. 4/2002 tentang Kedudukan, Tugas dan Kepastian Hukum, (b) Asas Tertib

Moch Najih & Fifik Wiryani, Alternatif Model Peran Serta Masyarakat Untuk Mewujudkan Pemerintah 25
Daerah Yang bersih Dari KKN
Penyelenggaraan negara, (c) Asas Kepentingan a. Bahwa semangat reformasi untuk mewujdukan
Umum; (d) Asas Keterbukaan; (e). Asas pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN
Proporsionalitas; (f) Asas Profesionalitas; dan masih memerlukan perjuangan yang panjang, dan
(g). Asas Akuntabilitas. harus terus diperjuangan secara terus-menerus
b. Jika diamati dari prinsip-prinsip pemerintahan lewat berbagai bentuk dan kelompok
yang baik, tersebut, sesungguhnya telah masyarakat;
termuat dalam prinsip konstitutif (state ide) b. Bahwa pada tingkat Pemerintah Daerah
dan kebijakan legislatif telah diwujudkan diperlukan peraturan yang mengatur
dalam beberapa produk hukum baik pada bagaimana mekanisme peran serta masyarakat
tingkat UUD 1945, TAP MPR maupun dalam mewujudkan penyelenggaraan negara
Undang-Undang; yang baik, sesuai dengan potensi masyarakat
c. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah masih dan bentuk partsisipasi yang dapat diteruima
terjadi pereduksian makna partisipasi, yang dan dilakukan masyarakat;
betrdampak pada potensi timbulnya perbedaan c. Perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam
penafsiran di lapangan praktek; Sedangkan kaitannya dengan bentuk-bentuk kelembagaan
pengaturan pada tingkat pemerintah daerah masyarakat yang telah ada, apakah dapat
atau Perda (khususnya di Kota Malang) belum digunakan sebagai sarana untuk menampung
ditemukan aturan pada tingkat Perda yang aspirasi, melakukan tugas pengawasan dan
mengatur secara khusus tentang partisipasi menjadi lembaga yang benar-benar
masyarakat dalam penyelenggaraan menampung aspirasi masyarakat, khsususnya
pemerintahan yang bersih dari KKN. peran dan tugas LPMK, RW dan RT.
d. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prinsip-
prinsip pemerintahan yang baik tersebut belum
DAFTAR PUSTAKA
terimplementasi secara limitatif dalam peraturan
tingkat daerah, dengan kondisi ini sangat
Atmasasmita, 2004. Sekitar Masalah Korupsi
memungkinkan terjadi distorsi dalam pemahaman Aspek Nasional dan Aspek Internasional.
dan dalam pelaksanaannya. Kecenderungan Mandar Maju : Bandung
seperti itu dimungkinkan, mengingat pola
hubungan birokrasi pemerintahan di daerah Asfar M. (Ed). 2001. Materi Pelatihan Otonomi
dengan masyarakat masih ada gejala tidak Daerah. CPPS-CSSP: Surabaya.
berubah (tetap) setelah era otonomi. Dimana
birokrasi berprilaku seperli orang yang mengatur Asfar M. (Ed.) 2001. Implementasi Otonomi
sedangkan masyarakat adalah yang diatur Daerah (Kasus : Jatim NTT dan Klatim),
(hubungan patronase dan top down). CPPS-CSSP : Surabaya
f. Diperlukan pengaturan yang lebih memadai
untuk menampung bentuk-bentuk partisipasi Hardjasoemantri, 2001, Hukum Tata Lingkungan,
masyarakat dalam penyelenggaraan Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
pemeringtahan yang baik, serta pengaturan
yang mampu memberikan ruang bagi Heroepoetri, 2000, Tak Ada Tempat Bagi Rakyat,
pengembangan model-model partisipasi Kerjasama Yayasan Lembaga Bantuan Hukum
masyarakat dalam pemerintahan untuk Indonesia, dan E-Law Indonesia dan RACA
terwujudnya pemerintahan ang baik dan bersih Institute dan Kreasi Wacana Yogyakarta.
dari KKN.
Jurnal Analisis CSIS : Tiga Tahun OTDA:
Saran Persoalan yang Belum Terpecahkan : Tahun
XXXI/2002 No. 4
Adapun Saran-Saran yang dapat diberikan;
Kristiadi, J.B. 1994. Adminitrasi dan Manajemen
Pembangunan (kumpulan tulisan), Sub Bag TU.
Ketua LAN RI.
26 HUMANITY, Volume II Nomor 1 September 2006: 17 - 28
Klitgaard, Robert, Ronald Maclean-Abaroa dan H. Santoso, 2001, Good Governance Hukum
Lindsay Parris. 2002. Penuntun Lingkungan, ICEL, Jakarta.
pemberantasan Korupsi dalam Pemerintahan
Daerah. Partnership dan YOI : Jakarta. Santoso, (Ed.). 2003. Kebebasan Informasi di
berbagai Negara. Koalisi Untuk Kebebasan
KHN KK B.2. 2003. Akses Publik terhadap Informasi : Jakarta.
Informasi Hukumj : Laporan Akhir, FH
UNIBRAW : Malang Saukani. 2003. Akses dan Indikator Tata Kelola
Pemerinmtahan Daerah yang Baik : Acces
KHN KK B.3. 2003 HukumProsedur Keluhan and Indicators to Good Local Governance).
Publikj : Laporan Akhir, FH UNPAR : LKHK Otoda: Jakarta.
Bandung
Sarundayang, S.H. 2003. Birokrasi dalam
Kusuma N. dan Fitria , 2003. Gelombang Otonomi Daerah : Upaya Mengatasi
Perlawanan Rakyat : Kasus-Kasus Gerakan Kegagalannya. Sinar Harapan : Jakarta.
Sosial di Indonesia. Instist; Jogjakarta.
Sudarman , 2001. The European Code of Good
M. Friedmann Lawrence, and Macaluay, Law and Administrative Behavior: The European
Behavioral Science, 2nd ed. 1969, NY Bobbs Ombusmen.
Merill Co.
Soemitro, 1989. Metode Penelitian Hukum
Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Yurimetri. Ghalia Indonesia : Jakarta.
Peradilan Pidana, BP. Undip Semarang, 1997.
Wacana : Jurnal Ilmu Sosial Transformatif tema
Nasution. Adnan Buyung. 2001. Aspirasi “ Korupsi; Sengketa Antara Negara dan
Pemeriuntahan Konstitusional di Indonesia Modal : Edisi 14, Tahun III/2002
(Studi Sosio Legal atas Konstituante 1956-
1959). Grafiti Press : Jakarta. Hukum Bisnis : Otonomi dan perimbangan
keuangan Pusat Daerah , Jurnal Hukum,
Prinst, Darwan. 2002. Pemberantasan Tindak Volume : 23 No.1 tahun 2004.
Pidana Korupsi. Citra Aditya Bakti:
Bandung Perundang-Undangan:

Pope, Jeremy. 2003. Strategi Memberantas Korupsi Undang-Undang dasar 1945 Hasil Amandemen
: Elemen Sistem Integrasi Nasional. TII dan YOI : Mahkamah Kosntitusi 2003. Jakarta
: Jakarta
Tap MPR No. XI/MPR/1998 tentang
Santoso, N embiriy, 1997, Hak Gugat Organisasi Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Lingkungan (Environmetal Legal Standing), Bebas dari KKN
ICEL, Jakarta
Undang-Undang Ri No. 22/1999 tentang
Santoso, 1997, Konsep dan Penerapan Gugatan Pemerintahan Daerah
Perwakilan (Class Actions), ICEL, Jakarta
Undang-Undang RI No. 28/1999 tentang
Santoso, Cornwall, dan Sulaiman N Sembiring, dan Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Boedi Wijardjo, 1999, Pedoman Penggunaan Bebas dari KKN.
Gugatan Perwakilan (Class Actions), ICEL,
PIAC, YLBHI

Moch Najih & Fifik Wiryani, Alternatif Model Peran Serta Masyarakat Untuk Mewujudkan Pemerintah 27
Daerah Yang bersih Dari KKN
Undang-Undang No. 31/1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU
No. 20/2001 (beserta perubahannya).

Undang-Undang No. 30/2002 tentang Komisi


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

PP No. 68/1999 tentang Tata Cara Peran Serta


Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara
.

PP No. 71/2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan


peran Serta Masyarakat dan Pemberian
Penghargaan dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Kumpulan Perda Kota Malang tahun 2001

Kumpulan Perda Kota Malang tahun 2002

28 HUMANITY, Volume II Nomor 1 September 2006: 17 - 28

Potrebbero piacerti anche