Sei sulla pagina 1di 8

COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

PENGARUH PEMBERDAYAAN KADER DALAM PENERAPAN KARTU


PEMANTAUAN MANDIRI (KPM) TERHADAP PENCEGAHAN
GANGGUAN PERGERAKAN AKIBAT ASAM URAT PADA LANSIA

1
Putu Ayu Sani Utami, 2Junaiti Sahar, 3Widyatuti

Abstract. Independent Monitoring Card (IMC) makes elderly become independent in managing health and controlling
risk of gout. The IMC applied integration of functional consequences theory, management theory, community as
partners, family centered nursing, Arthtritis Self Management Program and elderly KMS. The results showed that 9
cadres have increased ability to apply IMC in order to prevent interference with the movement as a result of uric acid
problems in the elderly on the results of the Wilcoxon test with p value of 0.000 which gives the sense that there is the
influence of empowerment cadres in the application card independent monitoring (KPM) on the prevention of
movement disorders as a result of acid veins in elderly. Pain scale of the elderly with uric acid problems decreased from
6,02 to 4,50 and uric acid reduction levels in elderly men 1,93 mg/dl while women 2,02 mg/dl. The improved health of
the elderly is also indicated by 10 families assisted. Department of Health, health centers, community nurses and
community are advised to use IMC as a solution to solve movement disorders due to uric acid among elderly.

Keywords : elderly, Independent Monitoring Card (IMC), movement disorders, uric acid
1
Staf Akademik Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2,3
Staf Akademik Keperawatan komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Email : putuayusani@yahoo.com

LATAR BELAKANG lansia. Miller (2012) menjelaskan penuaan


mengakibatkan terjadinya penumpukan hasil
Agregat lanjut usia (lansia) termasuk dalam metabolik di dalam sel-sel yang dapat
salah satu kelompok kategori rentan. mengganggu regulasi sistem tubuh,
Stanhope & Lancaster (2004) menjelaskan menurunkan kondisi anatomis sel, dan
kelompok rentan adalah kelompok yang merubah komposisi pembangunan sel-sel
memiliki peningkatan risiko atau kerentanan tubuh. Perubahan ini terjadi pada semua organ
terhadap terjadinya dampak buruk kesehatan. manusia termasuk ginjal yang memegang
Allender (2010) menjelaskan lansia termasuk peranan penting dalam mengekskresikan zat-
kelompok rentan karena adanya pengaruh zat yang merugikan bagi tubuh seperti urea,
usia. Miller (2012) menyampaikan bahwa asam urat, amoniak, creatinin, garam
pertambahan usia berdampak langsung anorganik, bakteri, obat-obatan dan kelebihan
terhadap perubahan fisiologis tubuh yang gula dalam darah. Penurunan kemampuan
mempengaruhi kemampuan untuk berespon ginjal dalam mengekskresikan zat-zat ini
terhadap stressor yang berasal dari diri dapat menimbulkan masalah kesehatan pada
maupun luar lingkungan sehingga lansia yaitu tingginya kadar asam urat dalam
meningkatkan terjadinya gangguan kesehatan. darah yang dapat mengakibatkan terjadinya
Stanhope & Lancaster (2004) menjelaskan gangguan mobilitas lansia (Aminah, 2012;
faktor yang berkontribusi dalam Tabloski, 2006).
meningkatkan kerentanan terjadinya masalah
kesehatan pada lansia meliputi penurunan Sumber pendukung untuk mengatasi masalah
kemampuan fisik dan biopsikososial, kesehatan selama ini didapatkan melalui
lingkungan yang buruk, kemiskinan, pengobatan di pusat-pusat pelayanan
keterbatasan dukungan sosial, dan kesehatan berbasis masyarakat, hanya saja
kemampuan terhadap pengelolaan kesehatan. fokus pelayanan yang diberikan lebih kepada
kuratif daripada promotif dan preventif
Penuaan yang terjadi pada lansia dampak sehingga menyebabkan masalah asam urat
terhadap status kesehatan dan kesejahteraan

85
Vol. 3, No. 3, Edisi September-Desember 2015
COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

pada lansia menjadi berulang dan program yang disebut Arthtritis Self
bertambahnya kasus-kasus baru. Integrasi dari Management Program (ASMP) yang dikelola
terjadinya penurunan fungsi ginjal pada oleh badan pemerintah yang bernama Centers
lansia akibat penuaan, akumulasi gaya hidup of Disease Controls (CDC). Program ini
tidak sehat dan kurangnya upaya promotif merupakan program interaktif bagi lansia
dan preventif yang dilakukan terhadap dengan artritis untuk meningkatkan
masalah asam urat menimbulkan peningkatan kemampuan mereka dalam mengetahui cara
masalah asam urat yang dialami oleh lansia memecahkan masalah kesehatan, membuat
(Miller, 2012; Aminah, 2012). keputusan, dan melakukan tindakan untuk
mengatasi masalah kesehatannya. Tujuan dari
Hasil studi tentang kesehatan lansia yang program ini adalah untuk meningkatkan
dilaksanakan oleh Komnas lansia di 10 kepercayaan diri, meningkatkan kesehatan
propinsi pada tahun 2006, didapatkan hasil fisik dan psikososial, dan memberikan
bahwa tiga besar penyakit yang dialami lansia motivasi untuk memelihara kesehatannya
adalah penyakit sendi (52,3%), hipertensi secara mandiri (Brady & Hines, 2012).
(38,8%) dan anemia (30,7%). Sulianti (2010)
menjelaskan masalah yang dapat terjadi pada Model pemantauan kesehatan bagi lansia
lansia antara lain gangguan sendi (55%), yang telah ada di Indonesia selama ini dan
keseimbangan berdiri (50%), fungsi kognitif merupakan program keluaran pemerintah
pada susunan saraf pusat (45%), penglihatan adalah Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.
(35%), pendengaran (35%), kelainan jantung Kartu ini berisi tentang catatan penilaian
(20%), sesak napas (20%), serta gangguan kesehatan lansia secara umum yang dipantau
miksi/ngompol (10%). Data sekunder dari secara terus menerus setiap 1 bulan sekali
laporan hasil kegiatan program kesehatan pada pertemuan Posbindu (Maryam, dkk,
lansia tahun 2010-2012 Dinas Kesehatan Kota 2010). Oleh karena itu penulis melakukan
Depok menyebutkan bahwa gout arthritis suatu pengembangan model pemantauan
(penyakit asam urat) termasuk penyakit kesehatan pada lansia dengan memodifikasi
terbanyak dari 10 besar penyakit yang terjadi program ASMP dan KMS Lansia menjadi
pada lansia di Kota Depok. Data dari sebuah kartu pemantauan mandiri kesehatan
Puskesmas Cimanggis tahun 2012 didapatkan lansia khusus asam urat yang disebut KPM
bahwa 16,95% lansia mengalami penyakit yang dikelola oleh kader melalui suatu
asam urat. kegiatan kelompok pendukung. KPM ini
berisi beberapa komponen pemantauan
Penatalaksanaan masalah peningkatan kadar kesehatan terkait masalah asam urat dan
asam urat dalam darah (hyperuricemia) selain pengelolaannya.
menggunakan terapi farmakologis dengan
obat dapat juga dilakukan dengan terapi Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
nonfarmakologis yaitu dengan cara kemampuan lansia dalam mengelola
mengendalikan faktor risiko terjadinya kesehatannya secara mandiri didukung oleh
masalah asam urat (Tabloski, 2006). pembekalan yang diberikan penulis mengenai
Pengendalian faktor risiko peningkatan kadar penatalaksanaan dan pengelolaan masalah
asam urat akan dapat mencapai keberhasilan asam urat berupa intervensi keperawatan
yang optimal apabila lansia mampu secara yang meliputi pendidikan kesehatan, kompres
mandiri mengelola kesehatannya.Ghoer jahe merah untuk menurunkan nyeri, latihan
(2012) menjelaskan mandiri berarti mampu gerak sendi, dan pencegahan jatuh.
merawat diri sendiri dan melakukan aktivitas Pembekalan ini tidak hanya diberikan kepada
sehari-hari. lansia namun juga diberikan kepada kader
Posbindu sebagai kelompok pendukung agar
Kemampuan pemantauan kesehatan secara mampu membantu dan mendukung lansia
mandiri telah dikembangkan oleh Lorig dalam mengelola masalah kesehatannya
(1993) di Amerika Serikat dalam suatu

86
Vol. 3, No. 3, Edisi September-Desember 2015
COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

terkait risiko gangguan pergerakan akibat


asam urat. HASIL DAN PEMBAHASAN

Intervensi yang dilakukan dikembangkan 1. Manajemen Pelayanan Keperawatan


dalam asuhan keperawatan pada agregat Komunitas
lansia dengan asam urat ini menggunakan Pengelolaan pelayanan keperawatan
teori konsekuensi funggsional, manajemen komunitas pada lansia asam urat dimulai
pelayanan kesehatan, community as partner dengan melakukan analisis situasi
dan family centered nursing. Integrasi dari berdasarkan hasil pengkajian pelaksanaan
keempat model ini diharapkan dapat menjadi empat fungsi manajemen pelayanan
satu kesatuan untuk mendukung kemandirian kesehatan, merumuskan masalah pelayanan
lansia dalam mengelola masalah kesehatannya keperawatan komunitas, menyusun rencana
terkait asam urat. Keterlibatan seluruh inovasi, melakukan tindakan penyelesaian
lapisan masyarakat dalam mengelola dan masalah, melakukan evaluasi kegiatan serta
memantau masalah kesehatan lansia dengan menyusun rencana tindak lanjut. Analisis
asam urat dapat memberikan kontribusi yang situasi berikut ini menguraikan tentang
sangat besar terhadap peningkatan status program pembinaan kesehatan lansia oleh
kesehatan lansia. Dinas Kesehatan Kota Depok, operasional
kegiatan dari Puskesmas Cimanggis sampai
Pengelolaan masalah kesehatan lansia dengan dengan pelaksanaan kegiatan di tingkat
risiko gangguan pergerakan akibat asam urat Kelurahan Cisalak Pasar berdasarkan
dengan menggunakan KPM belum pernah kebijakan program pembinaan lansia dari
dilakukan. Oleh karena itu, penulis tertarik Departemen Kesehatan. Fungsi manajemen
untuk melakukan analisis terkait pemberdayaan pelayanan kesehatan dikaji dari fungsi
kader dalam penerapan kartu pemantauan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
mandiri (KPM) terhadap pencegahan dan pengawasan.
gangguan pergerakan akibat asam urat pada
lansia. Pelaksanaan pemantauan kesehatan lansia
yang dilakukan 9 kader terhadap penerapan
pemantauan kesehata secara mandiri oleh
METODE lansia dengan menggunakan KPM dengan
jumlah 90 lansia. Perbandingan 1 kader
Pelaksanaan penerapan KPM ini memantau 10 lansia dalam mengelola
menggunakan pendekatan semi riset dengan kesehatan menggunakan KPM. Kegiatan
desain deskriptif sederhana. Jumlah sampel pemantauan terhadap lansia dilakukan kader
adalah 12 orang kader Posbindu dan 90 orang setiap minggu selama 12 minggu.
lansia dengan teknik consecutive sampling.
Kriteria inklusi berumur 60 tahun atau lebih, Hasil bagi kader kelompok pendukung
memiliki kadar asam urat 6,0 mg keatas pada menunjukkan adanya peningkatan pada tiga
wanita dan 7,0 keatas pada pria, tidak domain yaitu pengetahuan, keterampilan dan
mengalami gangguan kesadaran, bertempat sikap dalam kegiatan pemantauan pengelolaan
tinggal diwilayah RW 02 dan 07 Cisalak masalah kesehatan lansia secara mandiri
Pasar. Instrumen ynag digunakan adalah dengan KPM. Pengetahuan meningkat 55,6%,
kuesioner. Analisa univariat menggunakan keterampilan meningkat 44,5% dan sikap
nilai pemusatan (cut of poin) nilai mean. meningkat 11,1%. Hasil uji statistik dengan
Pelaksanaan kegiatan ini meliputi tahapan wilcoxon pada masing-masing kategori
asuhan keperawatan yaitu pengkajian, mendapatkan nilai p =0,000 yang berarti ada
penentuan diagnosa keperawatan, perumusan perbedaan yang signifikan pengetahuan,
rencana keperawatan pelaksanaan intervensi keterampilan dan sikap kader sebelum dan
keperawatan dan evaluasi terhadap hasil sesudah kegiatan pemantauan pengelolaan
kegiatan.

87
Vol. 3, No. 3, Edisi September-Desember 2015
COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

masalah kesehatan lansia secara mandiri sikap yang dimiliki adalah 77,8%. Hasil uji
dengan KPM. statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
Faktor pendukung keberhasilan penerapan dimiliki kader terhadap pengelolaan risiko
pemantauan kesehatan lansia secara mandiri gangguan pergerakan akibat asam urat pada
menggunakan KPM ini adalah dengan lansia sebelum dan setelah penerapan KPM
dibentuknya kelompok pedukung kader lansia dengan nilai p=0,000. Kelompok pendukung
asam urat yang berfungsi sebagai kolega memiliki fungsi untuk mengelola masalah
petugas kesehatan dalam mengelola lansia kesehatan lansia dengan asam urat. Agar
yang mengalami masalah asam urat kelompok pendukung ini mampu
menggunakan KPM dalam lingkup yang luas. untukmenjalankan peran dan fungsinya secara
Bensley dan Fisher (2009) menjelaskan optimal maka sebelum mereka mengelola
kelompok pendukung merupakan kelompok lansia dengan masalah asam urat, mereka
terstruktur yang terdiri dari beberapa orang terlebih dahulu dibekali dengan pengetahuan
dimana para anggotanya memiliki komitmen dan pengalaman terkait cara pencegahan dan
untuk menyelesaikan satu masalah, tugas atau perawatan lansia dengan asam urat dengan
tema khusus dan menggabungkan pendekatan diadakannya pelatihan kader. Tindak lanjut
mereka dari segi pendidikan maupun dari kegiatan ini adalah dibentuknya struktur
interpersonal. organisasi kader sebagai kelompok
pendukung dan pembekalan keterampilan
Pembentukan kelompok pendukung dalam mengelola dan memantau masalah
merupakan sebuah strategi intervensi kesehatan lansia dengan asam urat.
pemberdayaan dalam pemberian promosi
kesehatan kepada masyarakat. Sumodiningrat Keberhasilan kelompok pendukung kader
(1999) menjelaskan bahwa pemberdayaan dalam meningkatkan kemandirian lansia
masyarakat merupakan upaya untuk dalam mengelola dan memantau masalah
memandirikan masyarakat lewat perwujudan kesehatannya perlu mendapatkan perhatian
potensi kemampuan yang mereka miliki. dari Pihak Puskesmas. Clark, 2003 (2003)
Adapun pemberdayaan masyarakat senantiasa mengatakan bahwa pemberian reward perlu
menyangkut dua kelompok yang saling dilakukan untuk mempertahankan sebuah
terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang perilaku yang baik. Pendampingan,
diberdayakan dan pihak yang menaruh pengarahan dan pelatihan perlu dilakukan
kepedulian sebagai pihak yang secara berkesinambungan oleh Puskesmas
memberdayakan. Huber (2006), fungsi maupun Dinas Kesehatan sebagai pemegang
pengorganisasian sangat erat kaitannya kebijakan program untuk meningkatkan
dengan fungsi perencanaan, kegagalan kemampuan kader dan meningkatkan
perencanaan untuk mengidentifikasi anggaran motivasi kerja.
dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk
menjalankan proses, dapat menggangu fungsi Bagi lansia yang dikelola oleh kader,
pengorganisasian dan mempengaruhi diperoleh hasil bahwa terjadi penurunan skala
keberhasilan dalam mencapai tujuan. nyeri sebesar 1,52, penurunan frekuensi nyeri
dari 65,6% menjadi 16,7% lansia mengalami
Hasil analisis setelah kader memperoleh nyeri setiap 1 kali sehari dan penurunan kadar
informasi mengenai penerapan KPM dalam asam urat pada lansia baik pria maupun
memantau kesehatan lansia dengan asam urat wanita. Lansia pria menurun1,93 mg/dl dan
secara mandiri diperoleh rata-rata wanita 2,01 mg/dl.
pengetahuan yang dimiliki kader terkait
pemantauan menggunakan KPM, dan 2. Asuhan Keperawatan Keluarga
informasi mengenai asam urat dan Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada
penatalaksanaannya adalah 100%, 10 keluarga binaan yang merawat lansia
keterampilan yang dimiliki adalah 88,9% dan dengan masalah asam urat di wilayah

88
Vol. 3, No. 3, Edisi September-Desember 2015
COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

Kelurahan Cisalak Pasar. Pengkajian keluarga penyebab, akibat dari jatuh,dan pencegahan
utama dilakukan pada keluarga Kakek M (79 jatuh, (3) Coaching tentang memodifikasi
tahun) dan Nenek S (61 tahun). Keluhan yang lingkungan untuk menghindari jatuh, latihan
dialami keduanya adalah nyeri persendian gerak sendi untuk mencegah kekakuan,
pada kedua lutut. Skala nyeri 7 hilang timbul demonstrasi menolong lansia yang jatuh,
dan muncul setiap hari. Nenek S mengatakan demonstrasi cara bangun yang benar ketika
jari-jari kakinya juga terasa ngilu dan susah jatuh pada lansia, dan kompres jahe merah
digerakkan terutama setelah mengkonsumsi untuk menurunkan nyeri.
daun singkong. Hasil pemeriksaan kadar asam
urat Kakek M adalah 8,1 mg/dl dan Nenek S Hasil yang diperoleh lansia dan caregiver
8,3 mg/dl. Keduanya tinggal bersama dalam dapat menjelaskan tentang pengertian asam
satu rumah kontrakan 7x4 meter yang dibagi urat, faktor risiko, pencegahan masalah asam
menjadi 3 ruangan yaitu teras, ruang tengah urat, penggunaan KPM dalam mengelola
dan dapur. Barang-barang yang ada tidak kesehatan lansia dengan masalah asam urat
tertata rapi dan suasana rumah agak kotor dan dan cara untuk merawat masalah asam urat
gelap. Ventilasi berasal dari satu jendela dengan melakukan pengaturan menu makanan
didepan ruang tengah namun pintu depan dan dan menggunakan ramuan tradisional.
belakang selalu dibuka. Kondisi jalanan Penilaian dari segi keterampilan dilihat dari
didepan rumah keduanya begitu sempit hanya kemampuan caregiver dan lansia dalam
bisa dilewati 1 kendaraan bermotor disertai meredemonstrasikan keterampilan perawatan
polisi tidur setiap 2-3 meter dan terdapat sederhana yang dilakukan bagi lansia dengan
selokan yang tidak tertutup di kedua sisi jalan. masalah asam urat melalui pengaturan menu
Perawatan kesehatan keluarga dilakukan oleh makanan dan pembuatan ramuan tradisional.
keduanya dan didampingi oleh tetangga Hasilnya lansia dan keluarga secara benar
sebelah yang sudah dianggap anak sendiri mampu mendemostrasikan perawatan pada
yaitu Ny. N dan seorang kader kelompok masalah asam urat. Terjadi penurunan kadar
pendukung yaitu Ny. V. asam urat pada lansia pada Nenek S sebesar
1,3 mg/dl (dari 8,3 mg/dl menjadi 7 mg/dl)
Diagnosa keperawatan yang diangkat dan pria 1,8 mg/dl (8,1 mg/dl menjadi 6,5
berdasarkan penapisan adalah (1) mg/dl).
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada
keluarga Kakek M dalam penatalaksanaan Hasil lain yang diperoleh yaitu lansia dan
masalah asam urat (2) Risiko jatuh pada caregiver dapat menjelaskan tentang
keluarga Kakek M dengan masalah asam urat. pencegahan jatuh pada lansia dengan masalah
Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi asam urat. Penilaian dari segi keterampilan
masalah 1 adalah (1) melakukan pengukuran dilihat dari kemampuan caregiver dan lansia
kadar asam urat pada 10 keluarga binaan yang dalam meredemonstrasikan keterampilan
memiliki lansia berisiko, (2) memberikan perawatan sederhana yang dilakukan
pendidikan kesehatan mengenai masalah asam pencegahan dan perawatan risiko jatuh.
urat dan perawatannya, (3) menjelaskan Hasilnya lansia dan caregiver secara benar
tentang KPM dan cara pemantauan kesehatan mampu mendemostrasikan pencegahan dan
dengan KPM, (4) mendemonstrasikan tentang perawatan risiko jatuh pada lansia secara
perawatan pada lansia dengan masalah asam benar. Terjadi penurunan skala intensitas
urat seperti pengaturan makanan dan nyeri dari nyeri berat (skala 7) menjadi nyeri
pembuatan ramuan tradisional untuk ringan (skala 3) dan terjadi penurunan
mengatasi asam urat. Sedangkan untuk frekuensi timbulnya nyeri dari 1 kali sehari
masalah 2 adalah (1) Pengukuran tingkat dan menjadi lebih dari 6 hari sekali.
frekuensi nyeri yang berisiko dapat
menyebabkan jatuh pada lansia dengan asam Hasil dari pengelolaan terhadap kesehatan 10
urat, (2) Pendidikan kesehatan mengenai keluarga binaan adalah tidak terjadinya
risiko jatuh menjelaskan tentang pengertian, gangguan mobilitas fisik pada lansia dengan

89
Vol. 3, No. 3, Edisi September-Desember 2015
COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

asam urat. Pengetahuan, keterampilan dan


sikap keluarga dalam mengelola lansia
dengan asam urat meningkat; Pengetahuan, KESIMPULAN
keterampilan dan sikap lansia dalam
mengelola masalah kesehatannya secara Intervensi keperawatan komunitas yang
mandiri menggunakan KPM meningkat; rata- dilakukan dengan KPM melalui
rata skala nyeri menurun sebesar 2,7 (skala pemberdayaan kader untuk mengelola dan
6,4 menjadi 3,7) dan frekuensi nyeri yang memandirikan lansia dalam menjaga
dialami lansia yang mengalami asam urat kesehatannya merupakan bentuk intervensi
mengalami penurunan dari rata-rata nyeri yang efektif untuk menurunkan masalah asam
muncul setiap 1 kali sehari menjadi nyeri urat pada lansia.
muncul 3-5 hari sekali; dan rata-rata kadar
asam urat juga mengalami penurunan yaitu Terjadi peningkatan pengetahuan,
pada lansia wanita sebesar 4,1 mg/dl (10 keterampilan dan sikap kader dalam
mg/dl menjadi 5,9 mg/dl) dan lansia pria mengelola masalah kesehatan lansia dengan
sebesar 3,4 mg/dl (9,9 mg/dl menjadi 6,5 asam urat yang signifikan sebelum dan
mg/dl). Pada tahap terminasi terhadap sesudah pemberian intervensi keperawatan
masing-masing keluarga kelolaan, terdapat 2 komunitas dengan KPM karena adanya
keluarga yang masih memiliki tingkat kemudahan pemantauan yang diperoleh lansia
kemandirian III dan 8 keluarga lansia telah dengan melihat catatan perkembangan
memiliki tingkat kemandirian IV. kesehatannya dan pedoman untuk
mengendalikan faktor risiko penyakit dari
KPM yang diperoleh lansia.
IMPLIKASI
Terjadi penurunan skala, frekuensi nyeri dan
Lansia, kader, perawat komunitas, kadar asam urat pada lansia dengan asam urat
Puskesmas, dan Dinas Kesehatan memperoleh antara sebelum dan sesudah penerapan
gambaran bahwa penggunaan KPM dapat penatalaksanaan masalah risiko gangguan
diterapkan untuk memandirikan lansia dalam pergerakan akibat asam urat pada lansia
mengelola masalah kesehatannya yang dengan menggunakan KPM karena penerapan
umumnya telah mengalami penurunan fungsi perilaku hidup sehat yang dilakukan lansia
yang menyebabkan lansia menjadi rentan dengan pengaturan makan, olahraga,
mengalami masalah kesehatan terutama risiko modifikasi lingkungan, istirahat yang cukup
gangguan pergerakan akibat asam urat. Lansia dan penggunaan kompres jahe merah sebagai
mampu melakukan deteksi dini terhadap terapi komplementer untuk menurunkan nyeri
masalah kesehatan yang kemungkinan terjadi yang di pantau secara berkelanjutan oleh
pada dirinya dan dapat memperoleh bantuan kader.
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
lebih dini karena telah mengetahui catatan Kemampuan lansia untuk melakukan
kesehatan yang dialaminya. Hubungan antara pengendalian faktor risiko gangguan
lansia dan keluarganya menjadi semakin pergerakan akibat asam urat didukung oleh
meningkat karena motivasi yang diberikan peran serta kader sebagai kelompok
oleh keluarga dalam pengelolan masalah pendukung. Observasi dan monitoring
kesehatan lansia. Keluarga yang terlibat diperlukan untuk meningkatan kemampuan
dalam kegiatan ini juga dapat meningkatkan lansia, keluarga dan kader dalam mengelola
keeratan hubungan interpersonalnya dengan masalah kesehatan lansia dengan risiko
lansia yang dirawat. Selain itu, keluarga juga gangguan pergerakan akibat asam urat dengan
akan dapat mengalami penurunan beban biaya melibatkan sumber daya yang mampu
perawatan karena lansia mampu mengelola mendukung terlaksananya kegiatan dengan
masalah kesehatannya sehingga optimal.
produktivitasnya tetap terjaga.

90
Vol. 3, No. 3, Edisi September-Desember 2015
COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

non formal di PSTW. Universitas


KEPUSTAKAAN Pendidikan Indonesia.
13. Gillies, D. A. ( 2000 ). Nursing
1. Anderson & Mc.Farlane. (2007). Management, A System Approach. WB
Community as partner: Theory and Saunders Company. Philadelphia.
practice in nursing. Philadelphia: 14. Hitchcock, J.E., Schubert, P.E., Thomas,
Lippincott S.A. (1999). Community health nursing:
2. Brady, et all. (2011). Sorting Through caring in action. Albani : Delmas
The Evidence For The Arthritis Self- Publisher.
Management Program And The Chronic 15. Lorig, K., Holman, H. (1993). "Arthritis
Disease Self-Management Program. self management studies: a twelve year
Executive Summary of ASMP/CDSMP review." Health education 20(1) in
Meta-Analyses in www.cdc.gov/.../asmp- http://onlinelibrary.wiley.com taken on
executive-summary.pd. Taken on December 2, 2012.
december 2, 2012. 16. Maayah, M. F, et all. (2012). Changes In
3. Brady, T., & Hines, B., (2012). Arthritis Pain And Range Of Motion In Patients
Appropriate Physical Activity and Self With Osteoarthritis Of The Knee Living
Management Education Intervention. A In Jordan By The Effect Of Self-
Compendium of Implementation Management Program Versus Routine
Information in Physiotherapy: Randomized Clinical
http://www.cdc.gov/arthtritis/intervention Trial. Canadian Journal on Medicine .
s.htm. Taken on december 2, 2012. Vol. 3, No. 3. In CJM-1205-013-Patients-
4. Choi HK, Atkinson K, Karlson EW, Osteoarthritis-Jordan-Physiotherapy.pdf
Willett W, Curhan G . Purine-rich foods, taken on December 2, 2012.
dairy and protein intake, and the risk of 17. Mahan LK, Escott-Stump S. Krause's.
gout in men. N Engl J Med. (2000). Food, Nutrition And Diet
2004;350:hal.1093–103. Therapy. 10th ed. Philadelphia:WB
5. Depkes RI.(2002). Profil Kesehatan Saunders Company.
Indonesia 2001. Jumal Kesehatan. 18. Marquis, B.L., & Huston, C.J.
Jakarta: Depkes RI. (2006),Leadership Roles And Roles
6. Departemen Kesehatan RI. (2007). Peta Management Functions In
Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: Nursing:Theory And Application. 5th ed.
Depkes RI. Philadelphia: Lippincott Williams &
7. Departemen Kesehatan RI. (2001). Wilkins.
Pedoman pembinaan Kesehatan Usia 19. Nitz & Choy. (2004). The relationship
Lanjut bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: between ankle dorsi exion range, falls
Direktorat Bina Kesehatan Keluarga and activity level in women aged 40 to 80
8. Dinkes Kota Depok, (2009), Profil Dinas years. NZ Journal of Physiotherapy. Vol.
Kesehatan Kota Depok. 32, 3. In 32(3)Nov04_p121-125.pdf.
9. . (2007). Rencana Strategis taken on December 2, 2012.
Dinas Kesehatan Kota Depok 2007-2012. 20. Notoatmodjo, S. (2003). Pengantar
10. Ervin, NF. (2002). Advanced community Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
health nursing : Concept and practice. (5 Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
th ed). Philadelphia: Lippincot. 21. . (2010). Metodologi
11. Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Penelitian Kesehatan. (Edisi Revisi).
Jones, E.G. (2003). Family Nursing: Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Research Theory & Practice. New Jersey: 22. Osborne, Spinks & Wicks. (2004).
Prentice Hall. Patient Education And Self-Management
12. Ghoer, F.S. (2012). Pembinaan Programs In Arthritis. Bone And Joint
kemandirian lansia melalui terapi Disorders: Prevention And Control. MJA
modalitas salah satu konteks pendidikan 2004; 180: S23–S26 In

91
Vol. 3, No. 3, Edisi September-Desember 2015
COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298

Patienteducation.Stanford.Edu
/.../asmp.html. Taken on December 2,
2012.
23. Rydwik, Frändin & Akner. (2004).
Effects of physical training on physical
performance in institutionalised elderly
patients (70+) with multiple diagnoses.
Age and Ageing. Physical training in
institutionalised elderly. Vol. 33 No. 1.
DOI: 10.1093/ageing/afh001. In British
Geriatrics Society. Taken on December 2,
2012.
24. Sepriyan, I. (2007). Peringatan Hari
Lanjut Usia Nasional (HLUN) Tahun
2007 Di Istana Wakil Presiden. Diunduh
dari http://www.kemsos.go.id pada
tanggal 3 Desember 2012.
25. Smeltzer, S.C.& Bare (2004). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 2.
Jakarta: EGC.
26. Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004).
Community health nursing : Promoting
health of agregates, families and
individuals. (5 th ed). St.Louis: Mosby,
inc.
27. Therkleson, T. (2010) Ginger compress
therapy for adults with osteoarthritis.
Journal of Advanced Nursing66(10),
2225–2233.
28. Ulliya, Soempeno, Kushartanti. (2007).
Pengaruh latihan Range of Motion
(ROM) terhadap fleksibilitas sendi lutut
pada lansia di Panti Werdha Wening
Wardoyo. Ungaran
29. Undang-undang No.23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan & Undang-undang
No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran", VisiMedia, 9791043604,
9789791043601.
30. Watson, R. (2003). Perawatan pada
lansia. Jakarta: EGC.

92
Vol. 3, No. 3, Edisi September-Desember 2015

Potrebbero piacerti anche