Sei sulla pagina 1di 5

PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL MULTISENSORI

TERHADAP KECERDASAN ANAK


Darasyifa Andini Erlingga

Universitas Pendidikan Indonesia

Abstract: The children’s intelligence is developed since childhood. It can’t be generalized, there
are several types of the children’s intelligence. There are 8 different abilities which occur in
children and adults, these abilities are Linguistic-Verbal intelligence (good with words and
language), Logical-Mathematical intelligence (good with numbers and reasoning), Visual-
Spatial intelligence (good at visualizing things), Bodily Kinesthetic intelligence (good at body
actions and physical control), Musical-Rhythmic intelligence (good at musical skill),
Interpersonal intelligence (good at understanding and relating to people), Intrapersonal
intelligence (aware of personal emotions, feelings, and motivation), and Naturalistic
intelligence (well in tune of nature and the natural environment). Every child can have the eight
kinds of intelligence, it is just, in many cases a children tends to stand out in just one kind of
intelligence. In every type of intelligence of course it involves the sensory system of human. In
the teaching and learning activities, a teacher should take the advantage from all the sensory
system of human to conduct the learning activities, the goal is to actively involve all of the
sensory system of human so that the children’s intelligence can be developed properly. This,
afterwards become a learning model that we all known as a Multisensory Model Learning.
Multisensory Model Learning emphasizes the Visual, Auditory, Kinesthetic, and Tactile
elements. This research focused on the impact of learning models that puts forward
multisensory on children’s intelligence, which aims to find out the impact of Multisensory
Model Learning on children’s intelligence.

Keyword: children’s intelligence, learning models, sensory system.

Abstrak: Kecerdasan anak ditumbuh-kembangkan sejak dini. Kecerdasan anak tidak dapat
dipukul rata, ada beberapa jenis kecerdasan anak. Ada 8 macam jenis kecerdasan yang berlaku
pada anak dan manusia dewasa, yaitu kecerdasan Linguistik-Verbal (baik dalam hal kata-kata
dan bahasa), kecerdasan Logika atau Matematika (baik dalam hal angka-angka dan memberikan
alasan sebab-akibat), kecerdasan Visual-Spasial (baik dalam memvisualisasikan sesuatu hal),
kecerdasan Kinestetik (baik dalam aksi dan kontrol fisik), kecerdasan Musikal (baik dalam hal
bermusik), kecerdasan Interpersonal (baik dalam hal memahami orang lain), kecerdasan
Intrapersonal (sadar akan emosi, perasaan, dan motivasi dalam dirinya), dan kecerdasan
Naturalis (peka dan peduli terhadap alam dan lingkungan sekitarnya). Setiap anak bisa saja
memiliki semua kecerdasan tersebut, hanya saja, pada kasus-kasus yang terjadi anak cenderung
menonjol di satu bidang kecerdasan, dan tentunya pada setiap bidang kecerdasan melibatkan
sistem indrawi manusia. Dalam proses pembelajaran, seorang tenaga pengajar hendaknya
memanfaatkan hal tersebut untuk melakukan pembelajaran, tujuannya untuk melibatkan semua
sistem indrawi yang terdapat pada tubuh manusia secara aktif hingga kecerdasan pada anak
dapat berkembang dengan lebih baik. Hal ini kemudian menjadi sebuah model pembelajaran
yang dikenal dengan Pembelajaran Model Multisensori. Pembelajaran Model Multisensori ini
mengedepankan unsur Visual, Auditori, Kinestetik, dan Taktil. Penelitian ini berfokus pada
pengaruh dari model pembelajaran yang mendepankan multisensori pada kecerdasan anak, yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari Pembelajaran Model Multisensori pada kecerdasan
anak.

Kata kunci: kecerdasan anak, model pembelajaran, sistem sensori

1
PENDAHULUAN Multisensory Approach On Grade One
Kecerdasan anak dikembangkan sejak dini, di Mathematic Achievement, bahwa melalui
1000 hari pertamanya kecerdasan anak sudah pendekatan multisensori berhasil meningkatkan
mulai terbentuk. Hal ini penting untuk dipahami prestasi matematika siswa kelas satu Sekolah
karena pada masa ini perkembangan otak Dasar. Penelitian ini dilaksanakan pada Siswa
mengalami lompatan dan berjalan demikian Kelas IV SD Negeri Cileunyi 04 Kecamatan
pesat. Hal ini sesuai dengan penelitian Bloom Cileunyi. Permasalahan pada penelitian ini
(dalam Suyanto, 2003: 6) bahwa “50% dari adalah apakah terdapat pengaruh pendekatan
potensi intelektual anak sudah terbentuk di usia 4 mutisensori terhadap kecerdasan anak.
tahun kemudian mencapai sekitar 80% pada usia
8 tahun”. Kecerdasan pada anak perlu KAJIAN TEORI
dikembangkan dan menjadi penting bagi Multisensori berasal dari dua kata yaitu
orangtua juga tenaga pengajar untuk „multi’ dan „sensori’. Dalam Kamus Besar
memahaminya. Terutama dalam kegiatan Bahasa Indonesia Edisi V (2016), „multi’ artinya
pembelajaran, agar pembelajaran dapat tercapai banyak; lebih dari satu; lebih dari dua; berlipat
dengan maksimal, tenaga pengajar harus ganda. Sedangkan ‘sensori’ artinya berhubungan
memahami dan mempertimbangkan berbagai dengan pancaindera. Dengan begitu gabungan
strategi, metode dan pendekatan yang sesuai dari kata multi dan sensori artinya adalah lebih
dalam mengembangkan kecerdasan anak. dari satu atau banyak paca indera. Yusuf (2003:
Dari hasil obsrvasi praktek pendidikan yang 95) menyatakan, pendekatan multisensori
didapati di Kelas IV SD Negeri Cileunyi 04 mendasarkan pada sumsi bahwa anak akan dapat
Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung adalah belajar dengan baik apabila materi pengajaran
pelaksanaan pembelajaran yang monoton dimana disajikan dalam berbagai modalitas alat indera.
anak hanya menjadi objek dalam proses Modalitas yang dipakai adalah visual, auditori,
pembelajaran dan kurangnya kreativitas guru kinestetik dan taktil (VAKT).
dalam menggunakan pendekatan pembelajaran Kecerdasan anak adalah kesempurnaan
yang digunakan dalam memberikan materi pengembangan akal budi, kemampuan dan
pembelajaran kepada anak. Pendekatan yang potensi yang dimiliki oleh anak. Menurut
diberikan pun masih bersifat konvesional. seorang psikolog kognitif dari Harvard
Hal lain yang ditemui di SD Negeri Cileunyi University, Dr. Howard Gardner, ada 8 jenis
04 banyak siswa yang ternyata sulit memahami kecerdasan anak, yaitu kecerdasan Linguistik-
materi yang disampaikan. Hal ini disebabkan Verbal (baik dalam hal kata-kata dan bahasa),
kurang variatif dan kreatifnya tenaga pengajar kecerdasan Logika atau Matematika (baik dalam
atau guru dalam menyampaikan materi. Praktik hal angka-angka dan memberikan alasan sebab-
tersebut kemudian menjadi praktik mendidik akibat), kecerdasan Visual-Spasial (baik dalam
yang tidak menaarik minat anak. Anak hanya memvisualisasikan sesuatu hal), kecerdasan
menjadi pendengar atau audiens pasif dan lebih Kinestetik (baik dalam aksi dan kontrol fisik),
banyak duduk dalam mengerjakan tugas kecerdasan Musikal (baik dalam hal bermusik),
sehingga membuat anak bosan. Hal ini pun jelas kecerdasan Interpersonal (baik dalam hal
telah menciderai rekomendasi praktik pendidikan memahami orang lain), kecerdasan Intrapersonal
dari NAEYC (National Association for The (sadar akan emosi, perasaan, dan motivasi dalam
Education of Young Children) yang dirinya), dan kecerdasan Naturalis (peka dan
menyarankan praktik pendidikan yang sesuai peduli terhadap alam dan lingkungan sekitarnya).
dengan umur, perkembangan psikologis, serta
kebutuhan spesifik anak (Megawangi, dkk, 2005: METODE PENELITIAN
3). Praktik tersebut pun bertentangan dengan Metode penelitian yang digunakan adalah
KBK yang mengisyaratkan untuk penelitian tindakan kelas dengan desain John
memungkinkan siswa bereksplorasi dan Elliot yang dilaksanakan selama 3 siklus, terdiri
menggali menggali secara lebih dalam dari 3 tindakan setiap siklusnya. Data
kemampuan, potensi, keterampilan, serta diinterpretasikan melalui analisis deskriptif.
keindahan. Subjek penelitian adalah siswa kela IV-B SDN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Cileunyi 04 Kecamatan Cileunyi dengan jumlah
Bedard (2002) yang berjudul Effects of A
2
siswa 29 orang yang terdiri dari 21 orang laki- kenaikan nilai yang artinya siswa semakin
laki dan 8 orang perempuan. nyaman dengan metode atau model pembelajaran
multisensori ini.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengaruhya pada kecerdasan tentu saja ada,
Hasil pembelajaran siswa di SD Negeri dalam terlihat jelas pada anak yang semakin
penelitian ini berupa kemampuan menulis, bersemangat karena pembelajaran menjadi lebih
berpikir dan perbendaharaan kata yang diperoleh menarik dan tidak membosankan. Anak tidak
oleh siswa yaitu beruupa teks deskripsi. Pada
siklus I dan II kegiatan ini dibantu oleh draft lagi menjadi objek yang dianggap sebagai bejana
yang sebelumnya sudah dibuat oleh peneliti. kosong oleh guru dan tidak ada lagi pendidikan
Pada siklus II, peneliti mengemas kegatan ini gaya bank yang mebosankan dan menyebabkan
menjadi lebih menarik yaitu dengan melibatkan siswa tidak dapat mengembangkan potensi
unsur visual yaitu menggambar. Adapun dirinya. Dengan pembelajaran multisensori,
grafiknya sebagai berikut.
siswa dapat melibatkan seluruh sistem sensori
atau panca inderanya secara aktif sehingga
proses belajar mengajar terjadi secara dialogis
atau dua arah. Dengan model pembelajaran ini
juga siswa dapat dengan baik mengembangkan
kecerdasannya karena adanya unsur visual,
auditori, kinestetik, dan taktil tadi. Guru dan
orangtua akan dengan segera mengetahui jenis
Gambar 1. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa
atau macam kecerdasan yang dimiliki oleh
Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat secara
umum bahwa hasil belajar siswa meningkat anaknya dan dapat memfasilitasi dalam
setiap siklusnya. Pada silus I nilai rerata kelas mengembangkan kecerdasan tersebut.
adalah 63,98 dimana pada siklus I terdapat 17
siswa yang memiliki nilai diatas KKM dan 12 KESIMPULAN
siswa lainnya masih memiliki nilai dibawah Proses pembelajaran menggunakan model
KKM. Rerata kelas meningkat pada siklus II multisensori membuat siswa termotivasi untuk
karena nilai rerata kelas mencapai 78,54. Pada lebih aktif dan antusias dalam pembelajaran, hal
siklus II ini nilai yang diperoleh siswa sudah
ini dilihat dari peningkatan pada setiap siklus
lebih baik dari siklus sebelumnya, 23 siswa
sudah memiliki nilai diatas KKM dan hanya 6 yang terdapat dalam peneltian. Di silus I rerata
siswa yang meiliki nilai kurang dari KKM. nilainya adalah 63,98 dan meningkat di siklus II
Rerata meningkat lagi di siklus III ini menjadi menjadi 78,54, pada siklus III menjadi 81,61.
81,61 dimana nilai tersebut sudah memenuhi Hal ini menunjukkan bahwa model multisensori
nilai KKM. menarik dan membuat siswa termotivasi untuk
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa model
belajar dan mengembangkan potensi dirinya.
pembelajaran multisensori dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang nyaman dan
menyenangkan, sehingga berpengaruh pada DAFTAR PUSTAKA
sikap dan peningkatan prestasi siswa. Pada awal Huwariyyah, N. (2016). Penerapan
siklus guru masih sulit mengondisikan siswa, Model Multisensori Dalam Pembelajaran
siswa pun masih kesulitan memahami intruksi Writing di Sekolah Dasar (Penelitian
guru dalam melakukan observasi indrawi yang Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas IV
berpengaruh pada kurangnya penguasaan SD Negeri Cileunyi 04 Kecamatan
struktur kalimat dan kosakata yang diberikan. Cileunyi Kabupaten Bandung). Bandung:
Perolehan nilai pada siklus I, siklus II, dan Universitas Pendidikan Indonesia.
siklus III menggambarkan perkembangan Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan bagi Anak
pemahaman siswa terhadap model pembelajaran Kesulitan Belajar. Jakarta: PT. Asdi
multisensori. Dalam setiap siklus terdapat Mahasatya.
3
Akib, Z. (2009). Penelitian Tindakan Pembelajaran Matematika SD. Bandung:
Kelas. Bandung: Yrama Widya. UPI PRESS.
Jasmine, J., & Connolly, D.M. (2015). The Use
of Multisensory Approaches during Wijaya, Ariyadi. (2012). Pendidikan Matematika
Center Time, through Visual, Auditory, Realistik Suatu Alternatif Pendekatan
and Kinesthetic-Tactile Activities, to Pembelajaran Matematika Yogyakarta:
Enhance Spelling Accuracy of Second Graha Ilmu,
Grade Students. Journal of Education and
Social Policy, 2 (1), 12-19.
Ruhaena, L. (2015). Model Multisensori:
Solusi Stimulasi Literasi Anak
Prasekolah. Jurnal Psikologi, 42(1), 47-
60.
Sulfasyah. (2005). The Role of instruction
method on children‟s early writing
development and knowledge of genre.
Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 12(3), 258-
270.
Sulfasyah., Haig, Y., & Barratt-Pugh, C.
(2015). Indonesian teachers‟
implementation of new curriculum
initiatives in relation to teaching writing
in lower primary school. International
Journal of Education, 7(4), 53–72.
Sulfasyah., Bahri, A., & Saleh, S.T.
(2018). Writing lessons in grade 1
Indonesian thematic textbooks: A content
analysis. Indonesian Journal of Applied
Linguistics, Vol. 7 No. 3, January 2018,
pp. 495-503.
Tiene, D. (2000). Sensor mode and
information traditional examining: The
effects of timing on multisensory
processing. Kent State University
International Journal of Instruction
Media, 27(2), 56-57.

Widati, H. S. & Ehan, H. (2012). Peningkatan


Prestasi Belajar Membaca Menulis
Permulaan Anak Berkesulitan Belajar
Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif
dengan Metode VAKT di SD Permata
Hijau Rancaekek Kab. Bandung.
Pendidikan Luar Biasa. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.

Zoltan, D. (2001). Motivational Strategies In The


Language Classroom. USA: Cambridge
University Press, h. 135.
Suwangsih. E, Tiurlina. (2006). Model

4
KUMPULAN TUGAS-TUGAS PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
SEMESTER I

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia yang
diampu oleh:

Dra. Hj. Etty Rochayati, M. Hum.

Oleh:

Darasyifa Andini Erlingga

1901083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MULTIMEDIA

KAMPUS DAERAH CIBIRU

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2019

Potrebbero piacerti anche