Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Rahmatina Aulia1)
Jumiati Sasmita2)
1)
Program Pascasarjana Universitas Riau
2)
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Riau
Abstract. The purpose of this research is to know the effect of giving education and training, job satisfaction and
leadership on inpatient nurses performance in Local Public Hospital of Siak. There were 67 inpatient nurses
who participated in this research. The researcher used multiple linear regression analysis in order to determine
the effect between nursing education and training, job satisfaction and leadership and nursing performances
at Local Public Hospital of Siak. Based on the result of this study, it was clearly stated that some of variables
such as nursing education and training, job satisfaction and leadership would give some positive impacts on
nursing performances at Local Public Hospital of Siak. Therefore, the hospital managements should consider
about giving a good attention and motivation to their staff by providing programmed education and trainings,
compensation adjustments, and the variable of job satisfaction and leadership. the result of this study can
provide some information or guidance for the nurses and hospital management staff to improve their education
and training, job satisfaction and leadership and nursing performances in the future.
Keywords : Education and Training, Job Satisfaction, Leadership and nursing performance
lengkap) karena kurangnya tenaga perawat. Saat ini Indikator ini memberikan tingkat efisiensi pemakaian
perawat tidak hanya melakukan asuhan keperawatan tempat tidur. Namun demikian perlu diperhatikan tentang
jugamerangkap tugas administrasi pasien pulang. sterilisasi tempat tidur pasien yang kurang terjamin
Sehingga dengan ketenagaan yang kurang dan formasi dikarenakan tingginya frekuensipemakaian tempat tidur.
yang tidak sesuai di setiap ruangan maka akan Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan
mempengaruhi terhadap penurunan kualitas bahwa Aspek ketenagaan perawat perlu mendapat
dokumentasi asuhan keperawatan. Akibatnya perhatian dari manajemen rumah sakit agar dapat
dokumentasi sebagai alat komunikasi, mekanisme meningkatkan kinerja, karena tenaga merupakan bagian
pertanggung gugatan, metode pengumpulan data, dari struktur operasional di rumah sakit yang apabila
sarana pelayanan keperawatan, sarana evaluasi, sarana tertata dengan baik, akan lebih menjamin mutu
meningkatkan kerjasama antar tim kesehatan, sarana pelayanan serta lebih efisien dan efektif dalam
pendidikan, audit pelayanan keperawatan, tidak pelaksanaannya. Untuk meningkatkan kinerja perawat
mempunyai fungsi dan manfaat yang maksimal dalam diperlukan perhatian dari manajemen rumah sakit
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di rumah terhadap pengembangan staf, tujuannya membantu
sakit. individu meningkatkan diri dalam pengetahuan,
Data Bed Occupancy rate (BOR) yaitu data keterampilan, serta pengalaman di bidangnya, melalui
tentang pemanfaatan tempat tidur rumah sakit RSUD kegiatan pendidikan berkelanjutan dan program
Siak tahun 2006-2011terlihat angkanya cukuprendah pelatihan.Aktivitas pengembangan ini dibuat untuk
dibandingkan angka normal atau standar BOR 60 - 85 keuntungan individu perawat serta untuk peningkatan
%. Data tentang Lenght of stay (LOS) yaitu rata-rata produktivitas dan pelayanan pada pasien (Suarli dan
lama perawatan seorang pasien RSUD kabupaten Siak Bahtiar, 2012:245) Masalah pendidikan dan pelatihan
dari tahun 2006 sampai 2011 adalah 3 hari. Dari satu di RSUD Kabupaten Siak berdasarkan hasil observasi,
sisi terjadi peningkatan kinerja rumah sakit cukup baik kesempatan mengikuti pelatihan dan pendidikan belum
karena lama waktu perawatan pasien semakin pendek merata
sehingga pasien tidak terlalu lama berada di rumah Diberikan oleh pihak manajemen rumah sakit
sakit. Data Bed Turn Over (BTO) RSUD Siak yaitu terhadap perawat – perawat di RSUD Kabupaten Siak.
data tentang frekuensi pemakaian tempat tidur dalam Selanjutnya,table di bawah ini terlihat data perawat
satuan waktu tertentu terlihat juga berfluktuasi. yang mengikuti pelatihan
Tabel 1.Jumlah Perawat Yang Mengikuti Pelatihan Dari Tahun 2009 - 2012
Tahun Perawat Pegawai Perawat Tenaga Jumlah
Negeri Sipil Bantu Kesehatan
2009 27 - 27
2010 10 2 12
2011 8 2 10
2012 10 2 12
Sumber : RSUD Kabupaten Siak
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa ucapan terima kasih. Kepuasan kerja perawat RSUD
perawat yang mengikuti pelatihan dari tahun ke tahun Kabupaten Siak berdasarkan hasil observasi yang
berfluktuasi. Dari jumlah perawat rawat inap 67 orang, peneliti lakukan, bahwa sebagian besar perawat
tampak perawat pegawai negeri sipil yang banyak diberi khususnya perawat non PNS kurang puas dengan
kesempatan mengikuti pelatihan dibanding perawat penghasilan yang diterima sehingga kinerjanya rendah,
tenaga bantu kesehatan. perawat non PNS yang bekerja tidak bertahan lama
Disamping faktor pendidikan dan pelatihan, dan adanya keluhan dari pasien mengenai kinerja
kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang perawat dalam melakukan asuhan keperawatan.
mempengaruhi kinerja perawat.Kuswandi (2005:30) Disamping factor pendidikan dan pelatihan dan
menyatakan kepuasan pasien berarti pengakuan / kepuasan kerja, keberhasilan pelayanan rumah sakit juga
penghargaan pasien atas kinerja yang telah dilakukan sangat di tentukan oleh keberhasilan pimpinan dalam
perawat. Pengakuan kepuasan kerja ini dapat di lihat mengelola sumber daya manusia yang ada di rumah
dari ungkapan yang paling sederhana dari pasien yaitu sakit. Kepemimpinan RSUD Kabupaten Siak
berdasarkan hasil observasi peneliti lakukan, pimpinan yang dapat diamati dan dapat diukur darikuantitas dan
dan jajarannya setiap tahunnya sering terjadi pergantian kualitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam
jabatan sehingga perubahan kebijakan dan aturan rumah melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
sakit mempengaruhi kinerja bawahannya dan pimpinan yangdiberikan kepadanya, ketepatan waktu yang telah
kurang menyempatkan diri untuk mengadakan direncanakan, sikap, kecermatan dalam melaksanakan
pengamatan terhadap berbagai aktivitas perawat dan tugas dan kerjasama menyatakan kemampuan
pelayanan rawat inap serta memberikan umpan balik karyawan dalam berpartisipasi dan bekerjasama dengan
yang positif dan konstruktif dalam rangka memecahkan orang lain dalam menyelesaikan tugas dalam kurun
masalah dan memperbaiki asuhan keperawatan, waktu yang telah ditentukan.
sehingga kurang evaluasi dan perbaikan secara
berkesinambungan. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Dengan demikian diharapkan dengan Menurut Kuswandi (2005: 27), ada beberapa
pendidikan dan pelatihan, kepuasan kerja dan faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan, antara
kepemimpinan yang baik dapat meningkatkan kinerja lain sebagai berikut:
perawat rawat inap yang dapat meningkatkan asuhan 1. Kepuasan karyawan
keperawatan dan mutu pelayanan rumah sakit. 2. Kemampuan/kompetensikaryawan
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik 3. Kepemimpinan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul 4. Motivasi
“Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan, Kepuasan kerja 5. Lingkungan kerja.
Dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Perawat Rawat
Inap Pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pendidikan dan Pelatihan
Siak”. Menurut Mangkuprawira dan Hubeis
(2009:135) Pendidikan memberikan pengetahuan
TINJAUAN PUSTAKA tentang subyek tertentu, tetapi sifatnya lebih umum dan
Pengertian Kinerja lebih terstruktur untuk jangka waktu yang jauh lebih
Kinerja pegawai sangat tergantung kepada dua panjang, sedangkan Pelatihan merujuk pada
faktor yaitu kemampuan pegawai itu sendiri, seperti pengembangan keterampilan bekerja (vocational) yang
tingkat pendidikan, pengetahuan dan pengalaman, dapat digunakan dengan segera.
dimana dengan tingkat kemampuan yang semakin tinggi Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan
akan mempunyai kinerja semakin tinggi pula. Kedua bahwa pendidikan dan pelatihan adalah proses memberi
adalah faktor motivasi kerja pegawai yaitu dorongan bantuan kepada karyawan agar memiliki efektivitas
dari dalam pegawai untuk melakukan suatu pekerjaan, dalam pekerjaannya yang sekarang maupun di
dimana dengan motivasi kerja yang tinggi akan kemudian hari, dengan jalan mengembangkan pada
mempunyai kinerja tinggi dan sebaliknya. Sehingga dirinya kebiasaan berfikir dan bertindak, keterampilan,
dapat disimpulkan bahwa faktor motivasi dan pengetahuan, sikap serta pengertian yang tepat untuk
kemampuan mempunyai hubungan yang positif terhadap melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
kinerja. (Robbins, 2003 : 218 )
Kinerja merupakan suatu konstruksi Kepuasan Kerja
multidimensi yang mencakup banyak faktor yang Robbins (dalamWibowo 2007:299)
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut terdiri atas mengemukakan bahwa:”Kepuasan kerja adalah sikap
faktor intrinsik karyawan (personal/individual) dan umum terhadap pekerjaan seseorang, yang menunjukan
faktor ekstrinsik seperti kepemimpinan, sistem, tim dan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima
situasional, Sub Variabelnya adalah variabel Intrinsik pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya
Karyawan dengan indikatornya adalah memiliki mereka terima”.
kemampuan dan ketrampilan kerja yang handal dalam Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
melaksanakan pekerjaan, komitmen yang kuat, bahwa kepuasan kerja adalah perasaan dinikmati oleh
semangat kerja, disiplin dan tanggungjawab, serta sub seseorang dalam bekerja, penempatan, perlakuan
variabel kualitas arahan dari atasan atau supervisor, atasan, hubungan dengan rekan kerja dan kerjasama
dukunga rekan kerja dan fasilitas kerja yang memadai. antara pimpinan dan sesama karyawan.
(Mangkuprawira dan Hubeis, 2009:115)
Dari berbagai pengertian kinerja diatas dapat Kepemimpinan
disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja konkrit Menurut Rivai (2004:88), kepemimpinan adalah
Gambar. 1 Kerangka Penelitian Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan, Kepuasan Kerja dan
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Perawat Rawat Inap RSUD Kabupaten Siak.
Pendidikan dan
Pelatihan (X1)
Kinerja
Kepemimpinan (X3)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN diperlukan .Penataaan lingkungan kerja yang kondusif
Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan, Kepuasan perlu diciptakan agar perawat dapat bekerja secara
Kerja dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja efektif dan efesien. Menciptakan suasana kerja yang
Perawat Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dapat mendorong perawat untuk melakukan yang
Kabupaten Siak. terbaik, diperlukan seorang pemimpin. Pemimpin
Berdasarkan hasil uji determinan (R2) terbukti tersebut harus mempunyai kemampuan untuk
bahwa variabel pendidikan dan pelatihan (X 1), memahami bahwa seseorang memiliki motivasi yang
Kepuasan Kerja (X 2) Kepemimpinan (X 3) secara berbeda.
bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja perawat
sebesar 38,1%, Sedangkan sisanya 61,93 % dipengaruhi Pengaruh Pendidikan dan pelatihan Terhadap
oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.Nilai koefisien Kinerja Perawat Rawat Inap Rumah Sakit Umum
determinasi (Adjusted R 2) dan korelasi R 2yang Daerah Kabupaten Siak
menunjukkan nilai R2 yang mendekati angka 0 sehingga Dalam prinsip – prinsip manajemen personalia
ini berarti hubungan variabel independen dominan dan terutama yang menyangkut sistem kepegawaian, maka
memberikan sedikit informasi yang dibutuhkan untuk setiap pegawai yang lebih senior memiliki relatif lebih
variabel dependen. Dengan demikian hasil penelitian tinggi kemampuan profesionalnya dibanding dengan
ini, secara simultan dari faktor-faktor tersebut sangat pegawai yang lebih yunior, serta akan semakin tinggi
mempengaruhi kinerja perawat, hal ini memberikan menduduki jabatan, sehingga tingkat kinerjanya akan
gambaran bahwa kinerja perawat sangat tergantung semakin tinggi pula.
pada pendidikan dan pelatihan yang merata, kepuasan Berdasarkan data hasil penelitian pengaruh
kerja yang baik dan kepemimpinan yang baik. pendidikan dan pelatihan terhadap variabel kinerja
Berdasarkan tanggapan responden menilai kurang perawat diperoleh dengan hasil uji thitung = 1,881, nilaiini
setuju terhadap faktor pendidikan dan pelatihan, lebih besar dari nilai ttabel= 1,668 (DF= 67; 0,05).Oleh
kepuasan kerja dan kepemimpinan terhadap kinerja karena nilai signifikan pendidikan dan pelatihan = 0,065
perawat rawat inap RSUD Kabupaten Siak. > 0,05 dan karena thitung= 1.881 >ttabel,= 1,668, ini
Secara teori partner-lawyer (Donnelly, Gibson berarti hipotesis nol ditolak, artinya variabel pendidikan
and invancench 1996:105) menyimpulkan bahwa kinerja dan latihan memiliki pengaruh signifikan terhadap
individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor kinerja.Dari unsur pendidikan dan pelatihan responden
yaitu: harapan mengenai imbalan, dorongan, menilai responden tidak pernah mengikuti pelatihan,
kemampuan, kebutuhan dan sifat, persepsi terhadap workshop, seminar keperawatan dan mendapatkan
tugas, imbalan internal dan eksternal, persepsi terhadap kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih
tingkat imbalan dan kepuasan kerja.Selanjutnya Tika tinggi sehingga hal ini tidak membantu perbaikan kinerja
dan Pabundu (2006) terdapat dua faktor yang perawat dalam bekerja
mempengaruhi kinerja karyawan yaitu : 1.Faktor Untuk itu, manajemen rumah sakit harus
internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan meningkatkan program pendidikan dan pelatihan, karena
kecerdasan, keterampilan, kestabilan emosi sifat dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan
seseorang meliputi sikap, sifat-sifat kepribadian, sifat pelatihan mampu meningkatkan kinerja perawat yang
fisik, keinginan atau motivasi, umur, jenis kelamin, akan membawa pengaruh yang sangat positif dengan
pendidikan, pengalaman kerja, latar belakang budaya peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
dan variabel-variabel personal lainnya 2. Faktor Temuan penelitian ini sejalan dengan hasil
eksternal yaitu: faktor-faktor yang mempengaruhi penelitian yang dilakukan oleh sulaiman (2008) bahwa
kinerja karyawan yang berasal dari lingkungan, meliputi secara parsial pendidikan dan pelatihan mempunyai
peraturan ketenaga kerjaan, keinginan pelanggan, pengaruh sebesar 44% terhadap kinerja aparatur
pesaing, kondisi ekonomi, kebijakan organisasi, pemerintah Dinas Pendapatan Propinsi Riau.
kepemimpinan, tindakan-tindakan rekan kerja, jenis Berdasarkan penelitian tersebut dapat diinterpretasikan
latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan bahwa perilaku pegawai dapat dibentuk atau diarahkan
social. ataupun ditempa melalui berbagai pendidikan dan
Sugijati (2008: 98) peningkatan pelayanan pelatihan. Dengan semakin banyak penempaan melalui
keperawatan dapat diupayakan dengan meningkatkan pendidikan dan pelatihan maka kemampuan pegawai
kinerja perawat yaitu dengan peningkatan pengetahuan tersebut akan semakin meningkat yang akhirnya akan
melalui pendidikan keperawatan berkelanjutan dan meningkatkan kinerja pegawai tersebut.
peningkatan keterampilan keperawatan sangat mutlak
Lebih lanjut Isyandi (2004:66) menjelaskan signifikan terhadap kinerja perawat pelaksana.
bahwa pendidikan dan pelatihan tidak hanya untuk Demikian juga sama dengan hasil penelitian Suryanto
kepentingan menjalankan tugas pekerjaan yang (2011) dimana ada hubungan positif yang sangat
sekarang saja, tetapi lebih dari itu melalui pendidikan signifikan antara kepuasan kerja dan persepsi perawat
dan pelatihan tantangan masa depan dapat dihadapi. tentang kepemimpinan dengan kinerja. Kemudian
Biasanya seseorang pegawai ditugaskan untuk penelitian Yustina (2011) hasilnya menyatakan motivasi
memegang jabatan tertentu telah memiliki pendidikan dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja.
yang cukup, namun untuk dapat mengerjakan Luthan (2007) menyebutkan bahwa antara
pekerjaannya menjadi lebih baik masih diperlukan kepuasan kerja dan kinerja terhadap hubungan yang
pendidikan dan pelatihan khusus. pasti. Gybson dalam wibowo (2011) menggambarkan
Dari kutipan diatas jelas bahwa pendidikan dan secara jelas bahwa antara kepuasan kerja dengan
pelatihan bisa meningkatkan kemampuan secara kinerja terdapat hubungan timbal balik. Disatu sisi
teoritis, konseptual dan moral bagi pegawai untuk dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan
menyelesaikan pekerjaan. kinerja, sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif.
Penjelasan hasil penelitian diatas dapat Disisi lain dapat pula terjadi kepuasan kerja disebabkan
disimpulkan bahwa secara keseluruhan pendidikan dan oleh adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja
pelatihan belum terprogram secara merata oleh RSUD yang produktif akan mendapatkan kepuasan. Hasil
Kabupaten Siak dan sebagian kecil yang telah penelitian ini didukung pula oleh teori kepuasan kerja
dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan terbukti “Teori dua faktor”. Teori dua faktor (two factor theory)
mampu meningkatkan kinerja perawat rawat inap pertama kali dikemukan oleh Herzberg yang
RSUD Kabupaten Siak, walaupun masih ada kendala menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi sikap
yaitu masih ada perawat yang telah mengikuti pendidikan seseorang terhadap pekerjaannya dibagi dua kelompok
dan pelatihan tidak mampu meningkatkan kinerjanya. yaitu kelompok Satiesfiers/motivator (prestasi,
pengakuan, penghargaan, pekerjaan itu sendiri, tanggung
Pengaruh Kepuasan KerjaTerhadap Kinerja jawab, promosi/kenaikan pangkat), dimana hadirnya
Perawat Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah faktor ini akan menimbulkan kepuasan, tetapi tidak
Kabupaten Siak hadirnya faktor ini tidak selalu mengakibatkan
Berdasarkan data hasil penelitian pengaruh ketidakpuasan dan kelompok dissatisfiers/hygience
kepuasan kerja terhadap kinerja perawat diperoleh hasil faktor (kebijaksanaan, pengawasan, teknis, gaji
uji thitung = 2,212, nilaiini lebih besar dari nilai ttabel= 1,668 hubungan antara pribadi serta kondisi kerja), dimana
(DF= 67; 0,05).Oleh karena nilai signifikan kepuasan perbaikan terhadap kondisi atau situasi ini akan
kerja = 0,031 < 0,05 dan karena thitung= 2,212 >ttabel,= mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi
1,668, ini berarti hipotesis nol ditolak, artinya variabel tidak akan menimbulkan kepuasan.
kepuasan kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap Pihak manajemen rumah sakit harus
kinerja. Selanjutnya dari unsur kepuasan kerja memperhatikan kepuasan kerja perawat. Kepuasan
responden menilai faktor gaji yang diterima tidak perawat bukan hanya menyangkut gaji atau pun
sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan dan kondisi pendapatan, tetapi terpenuhinya kebutuhan lain sesuai
ruangan tempat bekerja kurang nyaman terutama yang teori kebutuhan Maslow. Terpenuhinya kebutuhan ini
berkaitan dengan ventilasi udara, kebersihan dan akan menyebabkan perawat menjadi betah bekerja di
kebisingan sehingga hal ini tidak membantu perbaikan rumah sakit tempat kerjanya. Jika perawat mempunyai
kinerja perawat dalam bekerja kepuasan kerja yang tinggi akan menyenangi
Untuk itu, Manajemen rumah sakit harus pekerjaanya sehingga akan meningkatkan kinerja
mampu memberikan stimulus positif terhadap perawat.
karyawannya. Penyesuaian kompensasi dalam bentuk
gaji atau lainnya, sangat perlu disesuaikan dengan Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja
kebutuhan mengingat kondisi perekonomian yang Perawat Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
berkembang setiap saat. Dengan demikian karyawan Kabupaten Siak
akan merasa puas dengan hasil kerjanya yang dinilai Berdasarkan data hasil penelitian, pengaruh
sesuai dengan harapan yang diterima, sehingga akan variabel kepemimpinan terhadap kinerja perawat rawat
berdampak dengan peningkatan kinerja perawat. inap RSUD kabupaten Siak memilikinilai thitung = 3.999,
Hal ini sejalan dengan penelitian Juliani (2007) nilaiini lebih besar dari nilai ttabel= 1,668 (DF= 67;
bahwa kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang 0,05).Karena nilai signifikan Kepemimpinan = 0,000 <
0,05 dan nilai thitungnya = 3.999 >ttabel,= 1,668 berarti kepemimpinan transformasional merupakan dua
hipotesis nol ditolak, artinya terdapat pengaruh positif variabel kunci yang saling terkait dalam menentukan
antara kepemimpinan terhadap kinerja perawat RSUD tingkat kinerja pegawai. Kedua pembuktian ini
Kabupaten Siak. Bagi responden faktor kepemimpinan menandakan besarnya pengaruh kepemimpinan
dalam penelitian ini belum terbukti memberikan terhadap peningkatan kinerja pegawai.
kontribusi yang signifikan dalam mempengaruhi kinerja Sehingga, jika pola kepemimpinan yang terjadi
perawat rawat inap RSUD Kabupaten Siak, pimpinan dalam meningkatkan kinerja kurang ataupun tidak baik,
dinilai tidak memiliki kepedulian terhadap kebutuhan dan maka kinerja akan mengalami kemunduran, karena
kepentingan karyawan sehingga hal ini tidak membantu kepemimpinan merupakan salah satu kunci dalam
perbaikan kinerja perawat dalam bekerja menentukan kinerja pegawai, termasuk pada kinerja
Dalam hal ini faktor – faktor kepemimpinan perawat rawat inap RSUD Kabupaten Siak
yang meliputi adanya keterampilan teknis, keterampilan
hubungan manusia dan keterampilan konseptual yang KESIMPULAN DAN SARAN
diperlukan berdasarkan teoritis dan memahami teori – Kesimpulan.
teori belum mempengaruhi secara signifikan dalam 1. Secara simultan, pendidikan dan pelatihan,
meningkatkan kinerja perawat rawat inap RSUD kepuasan kerja dan kepemimpinan berpengaruh
Kabupaten Siak. signifikan terhadap kinerja perawat rawat inap
Fakta ini menguatkan bahwa pola RSUD Kabupaten Siak. Ini menunjukkan bahwa
kepemimpinan yang dijalankan pada RSUD Kabupaten pendidikan dan pelatihan, kepuasan kerja dan
Siak belum baik. Faktor kepemimpinan yang jarang turun kepemimpinan yang baik akan dapat membantu
ke bawah, jarang mengadakan cross cheque langsung meningkatkan kinerja perawat.
terhadap bawahan, sehingga kurang mengetahui 2. Pendidikan dan pelatihan mempunyai pengaruh dan
masalah apa yang sebenarnya terjadi mengakibatkan signifikan terhadap kinerja perawat rawat inap
lemahnya kinerja yang ada. Sehingga, pimpinan belum RSUD Kabupaten Siak. Hal ini mengindikasikan
mengambil langkah efisiensi kerja. bahwa dengan adanya pendidikan dan pelatihan
Demikian juga penelitian ini sejalan dengan hasil dapat meningkatkan kinerja perawat.Hal ini terjadi
penelitian Ermina Rusilawati (2009) yang memberikan karena sebagian perawat telah memiliki pendidikan
kesimpulan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi yang sesuai standar dan mengikuti pelatihan,
kinerja karyawan pada Rumah Sakit Wanita dan Anak sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan dan
Zainab Pekanbaru, salah satu variabelnya adalah adanya pelatihan perawat dapat memperbaiki
kepemimpinan, dengan nilai koefisien kepemimpinan kinerja perawat.
sebesar 0, 390. Artinya kepemimpinan berpengaruh 3. Kepuasan kerja mempunyai pengaruh signifikan
positif terhadap kinerja karyawan. Adapun menurut terhadap kinerja perawat rawat inap RSUD
Selain itu penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Kabupaten Siak. Hal ini mengindikasi aspek kepuasan
Qaisar Abbas dan Sara Yaqoob yang berjudul “Effectof kerja dalam kategori tinggi, artinya kepuasan kerja
Leadership Development on Employee Performance perawat rawat inap sudah sesuai standar karena
in Pakistan” mendapatkan bahwa terdapat hubungan faktor gaji yang diterima sebanding dengan pekerjaan
yang positif dan kuat antara pengembangan dan kondisi ruangan tempat bekerja nyaman, namun
kepemimpinan dengan kinerja karyawan.Penelitan Budi sebagian perawat masih mengeluhkan gaji yang belum
Kusmayadi (2008) tentang Analisis Hubungan Budaya sesuai dengan resiko pekerjaan.
Organisasi dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja 4. Kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap
Pegawai di RSAB Harapan Kita Jakarta, tidak sejalan kinerja perawat rawat inap RSUD Kabupaten Siak.
dengan penelitian ini dimana dari penelitian Budi Berpengaruh positif hasil penelitian ini menunjukkan
Kusmayadi diperoleh hasil bahwa hubungan bahwa bagi responden apabila pimpinan memberikan
kepemimpinan terhadap kinerja pegawai tidak signifikan bimbingan, pengawasan terhadap jalannya
dan hubungannya sangat lemah. pelaksanaan pekerjaan, memiliki sikap peduli terhadap
Hasil penelitian ini, sesuai dengan pendapat kebutuhan dan kepentingan perawat, bersedia
Andreas (2005:15) menjelaskan bahwa dalam literatur menerima saran dan pendapat karyawan dalam
manajemen dan organisasi, budaya organisasi dan proses pengambilan keputusan dan apabila pimpinan
kepemimpinan dipandang sebagai dua variabel utama memberikan penghargaan terhadap karyawan yang
yang mempengaruhi baik buruknya kinerja pegawai. berprestasi maka akan membantu meningkatkan
Budaya organisasi yang kuat dan adaptif dan