Sei sulla pagina 1di 10

Dewa Ayu Komang Lisna Trijayanti

46 Dewa Ayu Komang LisnaJurnal


Trijayanti.
Promkes:Jurnal Promkes
The Indonesian Vol. 7ofNo.
Journal 1 (2019)
Health 46-55
47-56
Promotion and Health Education
doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.47-56
46-55 Vol. 7 No. 1 (2019) 46-55 doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.46-55

PERILAKU TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN


DI MADRASAH IBTIDAIYAH TASWIRUL AFKAR

BEHAVIOR ABOUT HANDWASHING WITH SOAP


AT MADRASAH IBTIDAIYAH TASWIRUL AFKAR

Dewa Ayu Komang Lisna Trijayanti


UD. Sedana Jaya, Jl. Ahmad Yani Utara No.466, Peguyangan Kaja, Kec. Denpasar Utara,
Kota Denpasar, Bali
E-mail: dewa.ayu.komang-2016@fkm.unair.ac.id

ABSTRACT
Background: School is one of the important institution to implementing health promotion
program. The problem that need to be noticed is low awareness to wash hands with running
water and soap among students. Purpose: The aim of this research is to describe knowledge,
attitudes, practice, facility availability, and the teacher’s role to support handwashing with
soap (HWS) habit among students at Madrasah Ibtidaiyah (MI) Taswirul Afkar Surabaya.
Methods: This study used observational descriptive method. The population were students
in 4th until 6th grade. Results: Results of the study showed that the majority of students
(49.1%) had good knowledge. Regarding the attitudes, the majority of students (66.7%)
had positive attitudes and most of them (78.4%) had good practices on handwashing with
soap. The majority of respondents (56.8%) get support from teachers such as counseling.
The teachers was not always controlling the facility availability of handwashing (94.1%)
and carrying out supervision handwashing with soap practices among students (76.5%).
Based on observations, it is found that washbasin is only available in the schoolyard and
four bathroom rooms. Conclusion: Student’s knowledge, attitude, and Practice about
handwashing with soap in a good category. There is counseling from teachers and there is
no control on handwashing facilities.

Keywords: knowledge, attitude, practice, facility, teachers, Handwashing with Soap

ABSTRAK
Latar Belakang: Sekolah adalah salah satu institusi penting untuk melaksanakan program
promosi kesehatan. Masalah yang perlu diperhatikan dalam pengembangan program promosi
kesehatan di sekolah adalah rendahnya kesadaran para siswa untuk mencuci tangan dengan
menggunakan air mengalir dan sabun. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan, sikap, tindakan, ketersediaan sarana cuci tangan pakai sabun dan peran
guru dalam mendukung kebiasaan siswa untuk cuci tangan pakai sabun (CTPS) di Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Taswirul Afkar Surabaya. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional
deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4, 5, dan 6. Hasil: Hasil penelitian
menunjukkan tingkat pengetahuan siswa tentang cuci tangan pakai sabun termasuk dalam
kategori baik (49,1%). Sikap siswa terhadap cuci tangan pakai sabun termasuk dalam kategori
baik atau positif (66,7%) dan tindakan siswa terhadap cuci tangan pakai sabun termasuk
dalam kategori baik (78,4%). Mayoritas responden (56,8%) mendapatkan dukungan dari guru
berupa penyuluhan. Selain itu, guru belum berperan dalam melakukan pengontrolan terhadap
ketersediaan sarana cuci tangan (94,1%) dan guru belum berperan dalam melaksanakan
pengawasan terhadap tindakan cuci tangan pakai sabun pada siswa (76,5%). Berdasarkan
hasil observasi diketahui bahwa tempat cuci tangan hanya tersedia di halaman sekolah dan
empat ruang kamar mandi. Kesimpulan: Pengetahuan, Sikap dan Tindakan siswa tentang cuci
tangan pakai sabun dalam kategori baik. Adanya penyuluhan dari guru dan belum adanya
pengontrolan pada sarana cuci tangan.
Kata Kunci: pengetahuan, sikap, tindakan, sarana, guru, CTPS

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Dewa Ayu Komang Lisna Trijayanti, Perilaku tentang Cuci Tangan… 47

PENDAHULUAN maksimal mereka (UNICEF Indonesia,


2012).
Kesehatan adalah keadaan seseorang
World Health Organization (WHO) dan
yang sempurna baik secara fisik, mental,
United Nations Children’s Fund (UNICEF)
dan sosial dimana tidak hanya terbebas
menjelaskan bahwa jumlah kasus diare
dari penyakit maupun cacat (WHO,
yang terjadi di seluruh dunia sekitar dua
1948). Paradigma sehat adalah salah satu
miliar kasus setiap tahun. Sebagian besar
pandangan dalam pembangunan kesehatan
kasus diare terjadi di negara berkembang.
terhadap masalah kesehatan baik makro
Jumlah anak yang meninggal akibat
maupun mikro yang saling terkait dan
diare yaitu lebih dari 5.000 anak setiap
mempengaruhi lintas sektoral. Makro
hari dimana sebanyak 78% terjadi di
dapat diartikan bahwa semua sektor dalam
wilayah Afrika dan Asia Tenggara (World
hal pembangunan harus memperhatikan
Gastroenterology Organisation, 2012).
dampak baik positif maupun negatif di
Salah satu negara berkembang yang
bidang kesehatan, seperti pengembangan
mempunyai masalah kesehatan masyarakat
lingkungan dan perilaku sehat. Contoh
seperti diare adalah Indonesia. Data Profil
dari mikro adalah mengutamakan tindakan
Kesehatan Indonesia Tahun 2013–2014
preventif dan promotif terhadap suatu
menjelaskan bahwa jumlah perkiraan
penyakit (Kemenkes RI, 2016). Salah
diare di fasilitas kesehatan sebanyak
satu upaya promotif terhadap kesehatan
5.078.830 jiwa dan mengalami peningkatan
masyarakat adalah promosi kesehatan
menjadi 8.713.537 jiwa. Tahun 2015,
(Notoatmodjo, 2012).
sebanyak 5.405.235 jiwa dan mengalami
Promosi kesehatan adalah suatu upaya
peningkatan kembali pada tahun 2016
yang tidak hanya menekankan perubahan
menjadi 6.897.463 jiwa (Kemenkes RI,
pada pengetahuan, sikap, dan tindakan
2017). Data Kementerian Kesehatan RI
kesehatan, tetapi juga menciptakan
Tahun 2013–2014 menjelaskan bahwa
perubahan pada lingkungan baik secara fisik
perkiraan kasus diare di fasilitas kesehatan
maupun non fisik melalui strategi advokasi,
Jawa Timur mengalami peningkatan dari
bina suasana pemberdayaan masyarakat,
770.184 jiwa menjadi 824.531 jiwa. Tahun
dan peran kemitraan (Kholid, 2014).
2015 mengalami penurunan menjadi 49.405
Sekolah adalah salah satu institusi penting
jiwa dan mengalami peningkatan kembali
untuk melaksanakan program promosi
pada tahun 2016 menjadi 1.048.885 jiwa
kesehatan (Alamsyah dan Muliawati, 2013).
(Kemenkes RI, 2017).
Program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
Data Dinas Kesehatan Jawa Timur
atau biasa dikenal dengan istilah Trias UKS
Tahun 2013–2015, menjelaskan bahwa
merupakan salah satu program promosi
jumlah perkiraan kasus diare yang
kesehatan yang terdiri dari pendidikan
terjadi di kota Surabaya tahun 2013–2014
kesehatan yang berkesinambungan,
mengalami peningkatan dari 60.278 jiwa
pelayanan kesehatan di sekolah, dan
menjadi 60.646 jiwa. Tahun 2015–2016
pembinaan lingkungan sekolah yang sehat
mengalami peningkatan kembali dari
(Budiman, 2015).
60.960 jiwa menjadi 77.285 jiwa (Dinkes
Setiap sekolah tentu mempunyai
Jawa Timur, 2016). Peningkatan kasus
kemampuan yang berbeda-beda dalam
diare tersebut terjadi karena kapasitas
melaksanakan program promosi kesehatan
individu rendah yang dipengaruhi oleh
tersebut. Kemampuan yang dimiliki kurang,
domain perilaku. Domain perilaku terdiri
maka beberapa masalah pun dapat muncul
dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor
sesuai dengan situasi atau kondisi yang
yang telah mengalami perubahan menjadi
dihadapi (Kholid, 2014). Hingga saat ini,
pengetahuan, sikap, dan tindakan
penyakit menular yang masih mendominasi
(Notoatmodjo, 2012).
adalah diare. Penyakit ini disebabkan
Penelitian Amareta dan Ardianto
karena rendahnya kemampuan anak-anak
(2017) menjelaskan bahwa mayoritas
untuk mencuci tangan dengan menggunakan
siswa Madrasah Ibtidaiyah Al Badri memiliki
air mengalir dan sabun (WHO, 2014).
pengetahuan yang kurang mengenai
Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas
cuci tangan pakai sabun. Sebagian
sumber daya manusia dan menghalangi
besar tindakan atau praktik siswa untuk
anak-anak dalam mencapai potensi
melakukan cuci tangan pakai juga masih

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Jurnal
JurnalPromkes: The Indonesian
7 No. 1 Journal
(2019) of Health Promotion and Health Education46-55
48 Promkes Vol. 47–56.
46-55. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.47–56
Vol. 7 No. 1 (2019) 46-55. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.46-55

kurang. Penelitian lainnya yang dilakukan mengetahui gambaran domain perilaku


oleh Kusumawardhani, dkk. (2017) (tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan),
menjelaskan bahwa mayoritas siswa SDN ketersediaan sarana cuci tangan pakai
memiliki pengetahuan yang baik mengenai sabun, dan peran guru dalam mendukung
cuci tangan pakai sabun. Seluruh siswa kebiasaan siswa untuk cuci tangan pakai
memiliki sikap yang baik dan mayoritas sabun di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Taswirul
tindakan siswa juga baik terhadap cuci Afkar Surabaya.
tangan pakai sabun.
Kedua hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan METODE
pengetahuan dan tindakan terhadap Jenis penelitian ini adalah
cuci tangan pakai sabun antara siswa observasional deskriptif. Penelitian ini
yang bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah (MI)
dengan siswa yang bersekolah di sekolah Taswirul Afkar Surabaya pada tanggal 01–20
dasar negeri. Perbedaan pada kedua November 2017. Populasi dalam penelitian
hasil penelitian tersebut muncul karena ini adalah siswa kelas 4, 5, dan 6 MI
petugas kesehatan memberikan penyuluhan Taswirul Afkar yang berjumlah 51 orang.
kepada siswa SDN. Pihak sekolah telah Penelitian ini mengambil seluruh jumlah
menyediakan sarana cuci tangan seperti populasi tersebut tanpa menarik sampel
sabun dan air dalam baskom. Guru-guru di penelitian sebagai unit observasi atau
Madrasah Ibtidaiyah juga telah memberikan disebut dengan teknik sensus.
informasi setiap harinya mengenai cuci Variabel dalam penelitian ini adalah
tangan, namun sekolah belum mempunyai pengetahuan, sikap, tindakan, ketersediaan
fasilitas cuci tangan. Tindakan cuci tangan sarana cuci tangan pakai sabun, dan peran
tidak akan menjadi kebiasaan jika tidak guru dalam mendukung kebiasaan siswa
didukung oleh sarana prasarana yang dalam mencuci tangan pakai sabun di
memadai. Madrasah Ibtidaiyah (MI) Taswirul Afkar
Peran guru juga sangat berpengaruh Surabaya.
dalam membentuk perilaku seseorang, Pengolahan data yang digunakan
selain ketersediaan sarana (Notoatmodjo, adalah data primer dengan menggunakan
2012). Hasil observasi awal yang telah instrumen penelitian. Instrumen penelitian
dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang digunakan adalah kuesioner, checklist,
Taswirul Afkar diketahui bahwa tidak dan pedoman wawancara. Kuesioner A
tersedia sabun pada tempat cuci tangan. tentang identitas responden, kuesioner
Para siswa mencuci tangan hanya B berisi 16 pertanyaan terkait tingkat
menggunakan air mengalir sehingga warga pengetahuan siswa tentang cuci tangan
sekolah khususnya siswa berpotensi terkena pakai sabun (CTPS), kuesioner C berisi 10
penyakit seperti diare. pertanyaan terkait sikap siswa terhadap
Hasil wawancara dengan lima orang cuci tangan pakai sabun (CTPS), kuesioner
siswa dan dua orang pembina Usaha D berisi 12 pertanyaan terkait tindakan
Kesehatan Sekolah (UKS) dilakukan di siswa terhadap cuci tangan pakai sabun
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Taswirul Afkar (CTPS), checklist berisi pernyataan tentang
Surabaya dijelaskan bahwa para siswa ketersediaan sarana seperti dipasangi kran
mengetahui dampak positif dan negatif atau lainnya dan kelengkapan cuci tangan
dalam melakukan cuci tangan pakai sabun seperti sabun, dan pedoman wawancara
(CTPS). Kebiasaan mencuci tangan tanpa ketersediaan sarana dan pelaksanaan cuci
menggunakan sabun dan kadang-kadang tangan pakai sabun di sekolah. Analisis data
tidak mencuci tangan karena tidak yang dilakukan adalah analisis deskriptif
tersedianya sarana cuci tangan seperti berdasarkan tabel atau gambar grafik.
sabun. Pembina Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) menjelaskan bahwa faktor
penghambat bagi siswa untuk melakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
cuci tangan pakai sabun (CTPS) adalah Berdasarkan hasil penelitian yang telah
tidak adanya bantuan dana. dilakukan, diketahui bahwa karakteristik
Berdasarkan beberapa hal diatas, responden meliputi umur dan jenis
tujuan dari penelitian ini adalah untuk kelamin, pernah atau tidaknya mendapat

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Dewa Ayu Komang Lisna Trijayanti, Perilaku tentang Cuci Tangan… 49

informasi tentang cuci tangan pakai sabun Tabel 2. K a r a k t e r i s t i k R e s p o n d e n


(CTPS), sumber informasi CTPS, tingkat Berdasarkan Pernah Mendapat
pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap Informasi tentang CTPS pada
CTPS pada siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI), Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI)
ketersediaan sarana CTPS, dan peran Taswirul Afkar Surabaya Tahun
guru dalam mendukung kebiasaan siswa 2017
untuk cuci tangan pakai sabun di Madrasah
Ibtidaiyah (MI) Taswirul Afkar Surabaya. Karakteristik Frekuensi %
Pernah Mendapat Informasi
Tingkatan Kelas dan Jenis Kelamin Ya 51 100
Tidak 0 0
Tabel 1. K a r a k t e r i s t i k R e s p o n d e n Total 51 100
Berdasarkan Umur dan Jenis
Ke l a m i n S i s w a M a d r a s a h Tabel 3. K a r a k t e r i s t i k R e s p o n d e n
Ibtidaiyah (MI) Taswirul Afkar Berdasarkan Sumber Informasi
Surabaya Tahun 2017 tentang CTPS pada Siswa
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Taswirul
Karakteristik Frekuensi % Afkar Surabaya Tahun 2017
Tingkatan Kelas
IV 11 21,5 Sumber Informasi Frekuensi %
V 30 58,9 Koran/majalah 1 2
VI 10 19,6 TV/radio 2 3,9
Total 51 100 Orang tua 6 11,8
Jenis Kelamin Saudara kandung 3 5,9
Laki-laki 51 100 Petugas kesehatan 23 45,1
Perempuan 0 0 Teman 11 21,5
Total 51 0 Guru 5 9,8
Sumber informasi 0 0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lain-lain
mayoritas responden kelas V sebanyak Total 51 100
30 orang (58,9%) dan seluruh responden
sebanyak 51 orang berjenis kelamin laki- Tingkat Pengetahuan Siswa tentang Cuci
laki (100%) pada siswa MI Taswirul Afkar Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Surabaya. Seluruh responden berjenis
kelamin laki-laki karena penelitian ini
dilakukan pada pagi hari sesuai dengan Tabel 4. Karakteristik Frekuensi Tingkat
kesepakatan pihak sekolah. Sekolah Pengetahuan Siswa Madrasah
MI Taswirul Afkar Surabaya memiliki Ibtidaiyah (MI) Taswirul Afkar
kebijakan bahwa kelas pagi diisi oleh siswa Surabaya Tentang Cuci Tangan
laki-laki dan kelas siang diisi oleh siswa Pakai Sabun (CTPS) Tahun 2017
perempuan. Tingkat
Pengetahuan Frekuensi %
Paparan terhadap Informasi Cuci Tangan Responden
Pakai Sabun (CTPS)
Baik 25 49
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cukup 24 47,1
siswa yang pernah mendapat informasi Kurang 2 3,9
tentang cuci tangan pakai sabun sebanyak Total 51 100
51 orang (100%).
Hasil penelitian menunjukkan
Sumber Informasi tentang Cuci Tangan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan
Pakai Sabun (CTPS) responden adalah baik sebanyak 25 orang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (49,1%). Hasil wawancara dengan kepala
mayoritas responden mendapatkan sekolah dijelaskan bahwa sekolah belum
informasi dari petugas kesehatan sebanyak memberikan mata pelajaran tambahan
23 orang (45,1%). mengenai Perilaku Hidup Bersih dan

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
50 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 46-55. 46-55
47–56. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.47–56
Vol. 7 No. 1 (2019) 46-55. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.46-55

Sehat (PHBS) kepada para siswa, namun tersebut juga sesuai dengan penelitian
petugas kesehatan dari Puskesmas terdekat Sekarwati (2017) yang menjelaskan bahwa
memberikan informasi terkait kesehatan. pemberian pendidikan kesehatan mampu
Petugas Puskesmas memberikan informasi meningkatkan pengetahuan siswa kelas III
dengan topik yang berbeda-beda ke sekolah SDN Kalasan 1 Sleman Yogyakarta Tahun
setiap sebulan sekali. 2017 dengan peningkatan pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil mengetahui sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
dan mengingat tentang suatu obyek atau sebesar 32,8%.
hal yang terjadi pada individu dengan Pengetahuan yang baik mengenai
memanfaatkan sistem indera dan modal cuci tangan pakai sabun harus dilandasi
seseorang untuk melakukan suatu tindakan dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan
(Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan atau kesehatan tersebut tidak hanya
ingatan tersebut terbentuk melalui proses memberikan fakta tentang risiko dan
belajar dengan pemberian berbagai tindakan yang memperburuk kesehatan,
informasi (Subaris, 2016). tetapi pengetahuan tersebut juga dapat
Informasi CTPS yang diberikan kepada mengantarkan seseorang agar mengalami
responden berasal dari petugas kesehatan. perubahan perilaku (UNICEF, 2012).
Selain dari petugas kesehatan, informasi
tersebut juga diperoleh responden dari Sikap Siswa Terhadap Cuci Tangan Pakai
teman, orang tua, maupun gurunya. Hal Sabun (CTPS)
tersebut selaras dengan yang dikemukakan
oleh Subaris (2016), bahwa pengetahuan
seseorang dapat diperoleh melalui Tabel 5. Karakteristik Frekuensi Sikap
pendidikan atau proses belajar, pengalaman Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI)
diri sendiri maupun orang lain, dan media Taswirul Afkar Surabaya terhadap
yang selanjutnya akan disimpan dalam Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
memori ingat melalui panca indranya. Tahun 2017
Faktor-faktor yang mempengaruhi Sikap
pengetahuan adalah faktor internal dan Frekuensi %
Responden
eksternal. Faktor internal terdiri dari minat, Positif 34 66,7
kondisi fisik, dan inteligensia, sedangkan
Negatif 17 33,3
faktor eksternal diantaranya keluarga,
Total 51 100
masyarakat, dan sarana (Achmadi, 2014).
Inteligensia atau kemampuan berpikir tiap
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
orang berbeda-beda. Hal tersebut dapat
mayoritas sikap responden adalah positif
dipengaruhi oleh berbagai faktor.
sebanyak 34 orang (66,7%). Sikap adalah
Salah satu faktor yang mempengaruhi
daya pendorong untuk bertindak atau
tingkat pengetahuan siswa mengenai PHBS
merespons suatu stimulus atau obyek yang
adalah belum adanya mata pelajaran
timbul dari perkembangan dan pengalaman
tentang PHBS di sekolah. Hal tersebut
individu. Sikap seseorang dikatakan positif
dibuktikan dengan masih ditemukannya
apabila suka terhadap suatu objek psikologi
dua orang siswa yang memiliki tingkat
atau sikap yang favorable. Sikap seseorang
pengetahuan kurang (3,9%). Dukungan
dikatakan negatif apabila ia tidak suka
informasi dari petugas kesehatan,
terhadap objek psikologi atau sikap
teman, orang tua, dan guru juga dapat
yang unfavorable (Subaris, 2016). Sikap
menyebabkan tingkat pengetahuan siswa
positif memiliki kecenderungan tindakan
mengenai CTPS dalam kategori baik
mendekati atau mendukung dan sikap
(49,1%).
negatif kecenderungan untuk menjauhi
Pe n e l i t i a n Ku r n i a t i l l a h ( 2 0 1 7 )
atau tidak mendukung.
menyatakan bahwa pemberian penyuluhan
Hasil kuesioner tentang paparan
tentang CTPS dapat meningkatkan
dan sumber informasi diperoleh bahwa
pengetahuan siswa kelas V SDN Taman Kota
mayoritas responden mendapatkan
Serang Tahun 2016 dimana peningkatan
penyuluhan tentang CTPS dari petugas
pengetahuan sebelum dan sesudah
kesehatan. Informasi tentang CTPS yang
diberikan penyuluhan sebesar 43,3%
telah didengar dan dipahami oleh para
dengan kategori baik. Hasil penelitian

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access under Promotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Dewa Ayu Komang Lisna Trijayanti, Perilaku tentang Cuci Tangan… 51

siswa akan membentuk pengetahuan. rangsangan dari luar subyek yang dapat
Pengetahuan tersebut akan membuat diamati dan dipelajari oleh orang lain
siswa untuk berpikir dan berusaha agar (Kholid, 2014). Tindakan juga merupakan
mencuci tangan dengan air mengalir dan respon seseorang terhadap stimulus
sabun. Komponen emosi dan keyakinan tertentu yang dapat dibentuk maupun
yang terdapat dalam pikiran para siswa diubah sesuai dengan proses di dalam
akan mampu menciptakan niat siswa untuk tubuhnya (Achmadi, 2014). Kebiasaan
mencuci tangan pakai sabun, oleh karena adalah kegiatan atau tindakan tetap yang
itu para siswa tersebut mempunyai sikap dilakukan seseorang secara berulang-ulang
tertentu terhadap obyek yang berupa cuci untuk hal yang sama apabila tidak ada
tangan pakai sabun (Notoatmodjo, 2012). perubahan dalam situasi yang dihadapinya
Percaya, ide dan konsep terhadap (Notoatmodjo, 2014). Kebiasaan atau
suatu obyek, kehidupan emosional atau perilaku tersebut dapat dipengaruhi oleh
evaluasi terhadap hal (obyek), dan pengetahuan, sikap, ketersediaan sarana
cenderung untuk melakukan tindakan dalam cuci tangan pakai sabun, dan peran guru di
menghadapi obyek adalah tiga komponen sekolah (Notoatmodjo, 2012).
utama dalam membentuk sikap utuh. Hasil penelitian mengenai tindakan
Selain pengetahuan, pikiran, keyakinan siswa tersebut sesuai dengan teori
dan emosi juga merupakan peranan penting Notoatmodjo (2012) yang menjelaskan
dalam pembentukan sikap yang utuh bahwa tindakan seseorang dalam
(Notoatmodjo, 2012). Jika tidak dilandasi menghadapi masalah dapat terbentuk
dengan keyakinan dan emosi, maka timbul karena adanya dasar berupa pengetahuan.
sikap negatif terhadap CTPS. Hal tersebut Pe n g e t a h u a n y a n g d i m i l i k i a k a n
dibuktikan dengan ditemukannya sikap mengakibatkan orang tersebut mengetahui
negatif pada 17 orang (33,3%) siswa. stimulus yang diberikan, kemudian
memberikan penilaian terhadap stimulus
Tindakan Siswa Terhadap Cuci Tangan tersebut dan melaksanakan apa yang
Pakai Sabun (CTPS) diketahui atau disikapinya. Hasil penelitian
ini juga sesuai dengan teori Subaris (2016)
Tabel 6. Karakteristik Frekuensi Tindakan yang menyatakan bahwa pengetahuan yang
Siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) telah didapatkan sebelumnya menyebabkan
Taswirul Afkar Surabaya Terhadap seseorang mulai berpikir, kemudian timbul
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) kesiapan seseorang untuk bertindak, dan
Tahun 2017 akhirnya termotivasi untuk melakukan
suatu tindakan.
Tindakan Domain perilaku bertujuan untuk
Frekuensi %
Responden mendukung tujuan pendidikan yang
Baik 40 78,5 dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah
Cukup 9 17,6 kognitif (kognitif domain), ranah afektif
Kurang 2 3,9 (affectife domain), dan ranah psikomotor
Total 51 100 (psychomotor domain) (Notoatmodjo,
2012). Ranah kognitif menekankan aspek
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intelektual seperti pengetahuan. Ranah
mayoritas tindakan responden terkait afektif berkaitan dengan emosi seperti
kebiasaan cuci tangan pakai sabun sikap dan ranah psikomotorik yang
adalah baik sebanyak 40 orang (78,4%). menekankan keterampilan fisik atau
Hasil wawancara yang telah dilakukan motorik seperti perilaku (Achmadi, 2014).
pada siswa menyatakan bahwa kebiasaan Berkaitan dengan perilaku, Rogers
siswa dalam mencuci tangan pakai sabun dalam Notoatmodjo (2012) menyatakan
biasanya diterapkan di rumah. Hal tersebut bahwa sebelum mengadopsi perilaku,
karena tersedia air bersih dan sabun di seseorang akan mengalami beberapa proses
rumah, sedangkan bila di sekolah, siswa di dalam dirinya yaitu kesadaran, tertarik,
juga melakukan cuci tangan tetapi tidak evaluasi, mencoba, dan menerima atau
menggunakan sabun. disingkat AIETA. Sebagian besar siswa MI
Tindakan adalah aksi nyata dari Taswirul Afkar sudah mengalami 4 proses
seseorang terhadap stimulus atau adopsi perilaku yang terdiri dari kesadaran

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Jurnal Promkes: The Indonesian
7 No. 1 Journal of Health Promotion and Health Education46-55
52 Jurnal Promkes Vol. (2019) 46-55.
47–56. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.47–56
Vol. 7 No. 1 (2019) 46-55. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.46-55

(awareness), tertarik (interest), evaluasi berdampak pada tingkat pengetahuan dan


(evaluation), dan adopsi (adoption). Proses sikapnya. Hal tersebut telah dibuktikan
adopsi yang pertama adalah kesadaran dengan masih ditemukannya tindakan yang
(awareness) yaitu siswa mengetahui, kurang baik (3,9%) pada dua orang siswa
memahami, dan menyadari pentingnya yang memiliki tingkat pengetahuan yang
cuci tangan pakai sabun (CTPS). Kedua kurang baik (3,9%).
adalah tertarik (interest) yaitu mulai
tertarik untuk mengetahui secara lanjut Ketersediaan Sarana Cuci Tangan Pakai
tentang cuci tangan pakai sabun (CTPS). Sabun (CTPS)
Ketiga adalah evaluasi (evaluation) yaitu
Hasil observasi dengan menggunakan
siswa menimbang baik buruknya mencuci
checklist, diketahui bahwa ketersediaan
tangan. Keempat adalah adopsi (adoption)
sarana cuci tangan pakai sabun (CTPS)
yaitu mulai mencoba untuk melakukan cuci
termasuk dalam kategori kurang baik
tangan pakai sabun (CTPS).
karena hanya tersedia sarana berupa kran
Siswa sudah mencapai proses
dengan air mengalir tanpa dilengkapi
menerima dimana siswa memiliki kebiasaan
dengan sabun. Ketersediaan sarana CPTS
cuci tangan yang baik tetapi kebiasaan
baik apabila di sekolah terdapat sarana dan
tersebut tidak dilaksanakan di sekolah
kelengkapan cuci tangan. Selain itu, tempat
karena hanya tersedia air mengalir
cuci tangan hanya tersedia di halaman
melalui kran dan tidak tersedia sabun.
sekolah dan 4 ruang kamar mandi.
Selain itu, tindakan yang tidak didasari
Di halaman sekolah, terdapat kran
oleh inteligensia yang baik tentu akan
dengan air mengalir sebanyak 6 buah dan
di masing-masing kamar mandi sebanyak 4
Cognitiv Affecti Psychomoto buah. Sarana cuci tangan lainnya seperti
e ve r sabun tidak tersedia baik di halaman
1950s sekolah maupun di masing-masing kamar
Bloom mandi. Tempat cuci tangan yang berada di
Bloom Bloom(195
s et al depan ruang kelas di lantai dua sudah tidak
s et al 6) Dave
(1956) (1967/70); beroperasi lagi.
(1956) Keputusan Menteri Kesehatan Republik
(1964) Simpson
Cognit
Affecti (1966/72); Indonesia Nomor 1429/MENKES/SK/XII/
ive
ve Harrow 2006 dijelaskan bahwa setiap sekolah
1960s harus memiliki beberapa ruang kelas yang
(1972)
Krath Psychomo menyediakan tempat cuci tangan dengan
wohl’s tor air bersih yang mengalir di depan ruang
et al kelas. Jumlah minimal tempat cuci tangan
(1964) Dave adalah satu untuk dua kelas. Sekolah juga
1970s Affecti (1970) harus menyediakan sabun cuci tangan di
ve Psycho toilet. Berdasarkan kebijakan tersebut,
motor sekolah belum menyediakan tempat cuci
1980s tangan di depan ruang kelas dan sabun
Biggs &
Collis untuk cuci tangan di masing-masing kamar
(1982) mandi (toilet) sekolah.
Hasil wawancara dengan pembina
1990s U s a h a Ke s e h a t a n S e k o l a h ( U K S ) ,
Anderso
2000- n et al menyatakan bahwa faktor penghambat
10 (2001) dalam pelaksanaan cuci tangan pakai
sabun adalah tidak adanya bantuan dana
Fink (2003) untuk mendukung ketersediaan sarana
cuci tangan seperti sabun. Ketersediaan
Sumber : O’Neill dan Murphy, 2010 sarana merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi dan memperkuat
Gambar 1. Perkembangan Taksonomi dan terbentuknya perilaku seseorang (Kholid,
Domain 2014). Tidak tersedianya sarana cuci tangan

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Dewa Ayu Komang Lisna Trijayanti, Perilaku tentang Cuci Tangan… 53

pakai sabun maka akan mempengaruhi guru belum berperan dalam melakukan
kebiasaan siswa. pengontrolan terhadap ketersediaan sarana
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional cuci tangan seperti sabun. Sebanyak 39
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 orang (76,5%) juga menyatakan bahwa
dijelaskan bahwa kapasitas minimum ruang guru belum berperan dalam melaksanakan
kelas sebanyak 28 peserta didik, dimana pengawasan terhadap tindakan cuci tangan
setiap ruang terdapat 1 buah tempat cuci pakai sabun pada siswa Madrasah Ibtidaiyah
tangan. Berdasarkan kebijakan tersebut, (MI) Taswirul Afkar.
sekolah belum menjalankan peraturan Green dalam Notoatmodjo (2012)
tersebut. Sekolah hanya menyediakan menyatakan bahwa terbentuknya perilaku
tempat cuci tangan di halaman sekolah yang positif dipengaruhi oleh tiga faktor
dan hanya terdapat sarana berupa air yaitu faktor prediposisi, faktor pemungkin
mengalir. dan faktor penguat. Faktor predisposisi
Water, Sanitation and Hygiene Standars adalah faktor yang mencakup tingkat
for School in Low-cost Settings (2009) pengetahuan dan sikap. Faktor pemungkin
menjelaskan bahwa semua titik di sekolah adalah faktor yang berkaitan dengan
terutama toilet harus menyediakan fasilitas sarana prasarana, seperti air bersih.
dan akses terhadap air bersih dengan Faktor penguat adalah sikap dan perilaku
indikator air bersih, sabun atau alternatif dari tokoh masyarakat, tokoh agama,
yang sesuai. Water, Sanitation, and Hygiene dan lainnya. Guru merupakan salah satu
(WASH) in School (2012) juga dijelaskan faktor penguat terbentuknya perilaku cuci
bahwa mencuci tangan menggunakan sabun tangan pakai sabun pada siswa. Para siswa
dapat mengurangi risiko (42–48%) terkena tidak hanya membutuhkan pengetahuan,
penyakit diare. Hal tersebut juga didukung sikap, tindakan, dan ketersediaan sarana,
oleh adanya sarana cuci tangan berupa tetapi mereka juga membutuhkan peran
air bersih, sabun atau alternatif lainnya, serta guru dalam mendukung tercipatnya
namun berdasarkan hasil observasi yang kebiasaan cuci tangan pakai sabun.
telah dilakukan, MI Taswirul Afkar hanya
memenuhi satu syarat sarana cuci tangan
pakai sabun yaitu air mengalir. SIMPULAN
Ketersediaan sarana cuci tangan Hasil penelitian terhadap tingkat
pakai sabun yang kurang memadai baik pengetahuan, sikap, tindakan, ketersediaan
kualitas maupun kuantitasnya juga dapat sarana cuci tangan pakai sabun, dan
menyebabkan suatu sekolah menjadi peran guru dalam mendukung kebiasaan
lingkungan yang berisiko tinggi bagi untuk cuci tangan pakai sabun pada
anak-anak untuk menularkan penyakit diare siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Taswirul
(WHO, 2009). Suatu intervensi promosi Afkar Surabaya dapat disimpulkan bahwa
kesehatan seperti cuci tangan pakai sabun tingkat pengetahuan siswa tentang cuci
harus memperhatikan dan sebelumnya tangan pakai sabun (CTPS) termasuk dalam
mendiagnosis faktor ketersediaan sarana kategori baik sebanyak 25 orang (49,1%).
disamping pengetahuan, sikap, dan Sikap siswa terhadap CTPS adalah positif
tindakannya. Hal tersebut bertujuan agar atau baik sebanyak 34 orang (66,7%) dan
perilaku baik individu, kelompok, dan tindakan siswa terhadap CTPS termasuk
masyarakat yang didukung oleh sarana dalam kategori baik sebanyak 40 orang
mempunyai dampak yang positif terhadap (78,4%).
pencegahan dan peningkatan kesehatan Hasil observasi dengan checklist
(Subaris, 2016). dijelaskan bahwa, sarana CTPS di MI
Taswirul Afkar seperti sabun tidak tersedia
Peran Guru dalam Mendukung Penerapan baik di halaman sekolah maupun di
Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa masing-masing kamar mandi. Tempat cuci
Hasil kuesioner diketahui bahwa tangan hanya tersedia di halaman sekolah
sebanyak 29 orang (56,8%) mendapatkan dan 4 ruang kamar mandi. Berdasarkan
dukungan dari guru berupa penyuluhan hasil kuesioner diketahui bahwa mayoritas
mengenai cuci tangan pakai sabun. responden (56,8%) mendapatkan dukungan
Mayoritas responden yaitu sebanyak dari guru berupa penyuluhan mengenai cuci
48 orang (94,1%) menyatakan bahwa tangan pakai sabun. Guru belum berperan

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Jurnal Promkes: The Indonesian
7 No. 1 Journal of Health Promotion and Health Education46-55
54 Jurnal Promkes Vol. (2019) 46-55.
47–56. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.47–56
Vol. 7 No. 1 (2019) 46-55. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.46-55

dalam melakukan pengontrolan terhadap Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
kelengkapan cuci tangan seperti sabun Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
(94,1%), selain itu guru belum berperan Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan
dalam melaksanakan pengawasan terhadap I n d o n e s i a Ta h u n 2 0 1 3 . J a k a r t a :
tindakan cuci tangan pakai sabun (76,5%) Kementerian Kesehatan RI.
pada siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan
Taswirul Afkar Surabaya. I n d o n e s i a Ta h u n 2 0 1 4 . J a k a r t a :
Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA I n d o n e s i a Ta h u n 2 0 1 5 . J a k a r t a :
A c h m a d i , U m a r. 2 0 1 4 . K e s e h a t a n Kementerian Kesehatan RI.
Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan
Rajawali Pers. I n d o n e s i a Ta h u n 2 0 1 6 . J a k a r t a :
Amareta dan Ardianto. 2017. Peningkatan Kementerian Kesehatan RI.
Praktik Cuci Tangan Pakai Sabun pada Kemenkes RI. 2016. Pedoman Indonesia
Anak Usia Sekolah dengan Metode Emo Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Demo, Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
9 No. 2 Tahun 2017: 88-92. Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan
Alamsyah dan Muliawati. 2013. Pilar Dasar I n d o n e s i a Ta h u n 2 0 1 7 . J a k a r t a :
Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Nuha Medika. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Budiman. 2015. Buku Ajar Isu Tataran Indonesia Nomor 1429/MENKES/SK/
Kesehatan Masyarakat. Bandung: Refika XII/2006. 2006. Pedoman Penyelenggaraan
Aditama. Kesehatan Lingkungan Sekolah. Jakarta:
Djarkoni, Lampus, dkk. Hubungan Perilaku Kementerian Kesehatan RI.
Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Kholid, Ahmad. 2014. Promosi Kesehatan
Diare di SD Advent Sario Kota Manado, dengan Pendekatan Teori Perilaku,
Jurnal Ilmu Kedokteran Komunitas Media, dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Grafindo Persada.
Ratulangi Vol. 2 No. 3 Tahun 2014: 95- Kuniatillah, Nia. 2017. Pengaruh Penyuluhan
98. PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun
Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2013. Profil terhadap Pengetahuan, Sikap, dan
Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2013. Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota
Jawa Timur: Dinas Kesehatan Provinsi Serang, Falatehan Health Journal Vol.
Jawa Timur. 4 No. 2: 153-157.
Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2014. Profil Kusumawardhani, Syahati, dkk. 2017.
Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2014. Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
Jawa Timur: Dinas Kesehatan Provinsi Mencuci Tangan Yang Benar pada Siswa
Jawa Timur. Kelas 1 dan Kelas 2 di SDN 2 Karanglo
Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2015. Profil Klaten Selatan, Jurnal Kebidanan dan
Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2015. Kesehatan Tradisional Vol. 2 No. 1 Tahun
Jawa Timur: Dinas Kesehatan Provinsi 2017: 44-50.
Jawa Timur. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi
Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2016. Profil Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2016. Jakarta: Rineka Cipta.
Jawa Timur: Dinas Kesehatan Provinsi Notoatmodjo, Soekidjo. 2014. Ilmu Perilaku
Jawa Timur. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kemenkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan O’Neill dan Murphy. 2010. Guide to
Kesehatan Lingkungan Sekolah. Jakarta: Taxonomies of Learning. Dublin:
Kementerian Kesehatan RI. University College Dublin.
Kemenkes RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007.
Kemenkes RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. 2007. Standar Sarana dan Prasarana
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019
Dewa Ayu Komang Lisna Trijayanti, Perilaku tentang Cuci Tangan… 55

(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ United Nations Children’s Fund. 2012.


Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Water, Sanitation and Hygiene (WASH)
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah in Schools. USA: UNICEF.
(SMA/MA). Jakarta: Menteri Pendidikan World Gastroenterology Organisation. 2012.
Nasional RI. Acute Diarrhea in Adult and Children: A
Priyoto. 2014. Teori Sikap dan Perilaku dalam Global Perspective. Milwaukee: World
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Gastroenterology Organisation dan
Sekarwati, Novita. 2017. Pengaruh Global Guidelines and Cascades.
Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku World Health Organization.1948. WHO
Anak Sekolah Tentang Cuci Tangan Pakai Definition of Health. Switzerland: WHO
Sabun (CTPS) pada Siswa di Sekolah Press.
Dasar Negeri Kalasan 1 Kalasan Sleman World Health Organization. 2009. Water,
Yogyakarta, Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Sanitation and Hygiene Standards
KesMas Respati Vol. 2 No. 1: 11-16. for Schools in Low-cost Settings.
Subaris, Heru. 2016. Promosi Kesehatan, Switzerland: WHO Press.
Pemberdayaan Masyarakat, dan Norma World Health Organization. 2014. Diarrhoea.
Sosial. Yogyakarta: Nuha Medika. Switzerland: WHO Press.
United Nations Children’s Fund Indonesia.
2012. Air Bersih, Sanitasi, dan Kebersihan.
Jakarta: UNICEF Indonesia.

Jurnal Promkes:
© 2019. JurnalThe Indonesian
Promkes. Journal
Open of Health
Access underPromotion and Health
CC BY-NC-SA Education
License
Jurnal Promkes © 2019. Open Access under CC BY-NC-SA License
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Received: 27-03-2018, Accepted: 01-08-2018. Published Online: 29-07-2019

Potrebbero piacerti anche